• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembahasan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan penetapan koefisien partisi suatu Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan penetapan koefisien partisi suatu senyawa obat dalam campuran pelarut kloroform-air dengan tujuan untuk mengetahui senyawa obat dalam campuran pelarut kloroform-air dengan tujuan untuk mengetahui  pengaruh

 pengaruh pH terhadap pH terhadap koefisien partisi koefisien partisi obat yang obat yang bersifat asam bersifat asam lemah dalam lemah dalam campurancampuran  pelarut

 pelarut kloroform-airkloroform-air. . Koefisien Koefisien partisi partisi didasarkan didasarkan pada pada prinsip prinsip partisi partisi yaitu yaitu suatusuatu sen

senyayawa wa tertertententu tu pada pada suhsuhu u dan dan tektekanan anan tertertententu tu akaakan n terterparpartistisi i dendengan gan sensendirdirinyinyaa diantara dua pelarut yang tidak saling campur dengan perbandingan konsentrasi yang diantara dua pelarut yang tidak saling campur dengan perbandingan konsentrasi yang konstan atau tetap.

konstan atau tetap. Koefi

Koefisien sien partipartisi si adalah suatu adalah suatu pengukurpengukuran an senysenyawa awa mendimendistristribusikan dirinyabusikan dirinya sen

sendirdiri i ke ke daldalam am dua dua pelpelaruarut t yayang ng tidtidak ak salsaling ing camcampur pur dan dan sehsehingingga ga dapdapat at dibdibuatuat hub

hubungaungan n aktaktiviivitas tas obat obat dendengan gan koefkoefisiisien en parpartistisinyinya a padpada a lemlemak ak ataatau u air air (Th(Thomaomass !"

!""#$"#$. . PePeraran n pepentntining g dadari ri memempmpelelajajarari i koekoefifisisien en papartrtisisi i dadalalam m bibidadang ng fafarmrmasasii  berhubungan denga

 berhubungan dengan kondisi n kondisi dimanan membran dimanan membran tubuh manusia tubuh manusia terdiri dariterdiri darilipid bilayer lipid bilayer  sehingga untuk mengetahui absorpsi obat. %imana dengan mengetahui koefisien partisi sehingga untuk mengetahui absorpsi obat. %imana dengan mengetahui koefisien partisi rat

rate e lilimitmittinting g stestepp dari obat dalam tubuh dapat diketahui sehingga seorang farmasisdari obat dalam tubuh dapat diketahui sehingga seorang farmasis dapat menentuka

dapat menentukan n onset obat onset obat dalam tubuh.&dapdalam tubuh.&dapun un manfamanfaat at koefikoefisien partisi dalamsien partisi dalam dun

dunia ia farfarmasmasi i selselain ain untuntuk uk menmengetgetahui ahui absabsorborbsi si obat obat tettetapi api dapadapat t juga juga digdigunaunakankan menentukan pra formulasi dan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan farmasi. menentukan pra formulasi dan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan farmasi. Koefi

Koefisien partisien partisi dapat juga si dapat juga dimadimanfaatknfaatkan dalam metode pemisaan dalam metode pemisahan misalnyhan misalnya padaa pada ekstr

ekstraksi cair aksi cair ' ' cair dan cair dan KKTT. . %ima%imana na pada pemisahan tersebut kita pada pemisahan tersebut kita dapat mengetahuidapat mengetahui sifat analit cenderung bersifat lipofil atau hidrofil sesuai dengan afinitas suatu analit sifat analit cenderung bersifat lipofil atau hidrofil sesuai dengan afinitas suatu analit terhadap dua pelarut yang tidak saling campur pada metode ekstraksi cair-cair atau terhadap dua pelarut yang tidak saling campur pada metode ekstraksi cair-cair atau afinitas suatu analit pada

afinitas suatu analit pada fase diam dan fase diam dan fase gerak pada fase gerak pada metode KTmetode KT..

Terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi koefisien partisi suatu )at dalam Terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi koefisien partisi suatu )at dalam sist

sistem dua em dua pelarupelarut t terttertentu salah satunya yaitu entu salah satunya yaitu pengarpengaruh uh pH. pH. PengarPengaruh uh pH terhadappH terhadap koefisien partisi adalah jika suatu senyawa asam atau basa mengalami ionisasi sebesar  koefisien partisi adalah jika suatu senyawa asam atau basa mengalami ionisasi sebesar  *"+ (pH , pKa$ maka koefisien partisinya setengah dari koefisien partisi obat-obat *"+ (pH , pKa$ maka koefisien partisinya setengah dari koefisien partisi obat-obat yang tidak mengalami ionisasi. emakin besar pH makan semakin mudah terionisasi yang tidak mengalami ionisasi. emakin besar pH makan semakin mudah terionisasi semakin kecil koefisien partisinya (andjar dan /ohman !""#$. ebagian besar obat semakin kecil koefisien partisinya (andjar dan /ohman !""#$. ebagian besar obat memiliki sifat asam lemah atau basa lemah sehingga apabila obat tersebut dilarutkan memiliki sifat asam lemah atau basa lemah sehingga apabila obat tersebut dilarutkan dalam air maka sebagian akan terionisasi. 0esar kecilnya fraksi obat yang terionkan dalam air maka sebagian akan terionisasi. 0esar kecilnya fraksi obat yang terionkan sangat bergantung pada pH dari larutannya. 1bat-obat yang berada dalam bentuk tidak  sangat bergantung pada pH dari larutannya. 1bat-obat yang berada dalam bentuk tidak 

(2)

terionkan akan lebih mudah larut dalam lipida sedangkan obat-obat yang berada dalam  bentuk terionkan kelarutannya akan kecil dalam lipida bahkan praktis tidak larut dalam lipida. Hal ini yang menunjukkan bahwa pH sangat berpengaruh dalam proses difusi suatu )at kecepatan absorbsi suatu obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah ke dalam tubuh manusia.

0ahan obat yang diidentifikasi distribusinya terhadap fase air dan fase organik  adalah asam salisilat. %imana asam salisilat memiliki sifat yaitu sukar larut dalam air  dan dalam ben)ena mudah larut dalam etanol dan dalam eter larut dalam air mendidih dan agak sukar larut dalam kloroform (%epkes /2 344*$. 5ntuk melihat pengaruh pH terhadap koefisien partisi asam salisilat maka dibuat satu seri buffer asam salisilat yaitu  pH 6 7 dan *. Pembuatan buffer asam salisilat dilakukan secara langsung yaitu dengan

menambahkan 8atrium Hidroksida (8a1H$ pada asam salisilat sampai pH yang dikehendak tercapai untuk memudahkan penetapan pH buffer digunakan larutan 8a1H dengan konsentrasi yang "3 8. Pada setiap pembuatan buffer pH larutan asam salisilat diukur dengan pH meter sehingga diketahui berapa pH yang telah dicapai tiap  penambahan sejumlah 8a1H. %ari pembuatan buffer selanjutnya diperoleh pH larutan

asam salisilat dengan pH 6 9 pH 644 9 dan pH 744.

Penetapan koefisien partisi dilakukan dengan menggunakan dua fase pelarut yang tidak saling campur ehingga masing-masing seri pH tersebut ditambahkan dengan kloroform. ehingga nantinya dalam tabung tersebut akan terdapat tiga bahan yaitu air kloroform dan asam salisilat. %alam percobaan penetapan koefisien partisi sebenarnya harus menggunakan corong pisah dengan tujuan untuk menghindari menguapnya kloroform dimana diketahui kloroform merupakan senyawa yang bersifat volatil tetapi dalam percobaan ini digunakan :rlenmeyer sebagai medium tempat pemisahan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya beberapa kesalahan yang dapat dikatagorikan sebagai kesalahan gamblang ( gross error $. 5ntuk meminimalisir penguapan dari kloroform maka pada saat dilakukan penggojogan erlenmeyer ditutup dengan plastik ikan.

angkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah dengan membuat larutan dapar asam salisilat pH 6 7 dan *. arutan dapar asam salisilat dibuat dengan cara melarutkan ""67* gram asam salisilat dengan 3"" m a;uades kemudian larutan asam salisilat ditambahkan dengan 8a1H sehingga akan menghasilkan larutan dapar  asam salisilat akibat reaksi asam lemah (asam salisilat$ dan basa kuat (8a1H$ dan

(3)

terbentuk 8atrium salisilat volume !* m pada pH 6  pH 644  pH 744. %iketahuinya nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter selama penambahan sejumlah 8a1H. 0erikut reaksi 8a1H dengan asam salisilat <

ambar 3. /eaksi asam salisilat dengan 8a1H

ebelum menggunakan alat pH meter untuk menentukan pH larutan dapar pH meter harus dikalibrasi terlebih dahulu sehingga dihasilkan larutan dapar yang sesuai dengan pH yang diinginkan. Kalibrasi bertujuan untuk memastikan akuarasi alat yang digunakan dalam pH asam netral dan basa agar dapat menghasilkan data yang valid. Kalibrasi dilakukan menggunakan larutan pH standar yang sudah tersedia di laboratorium. Pada proses kalibrasi ini digunakan larutan asam dengan pH 7 dan larutan netral dengan pH #.

Pada proses pembuatan larutan dapar salisilat penambahan 8a1H yang berfungsi untuk menaikan pH larutan sampai mencapai pH yang diinginkan dan apabila pH yang didapat pada pH meter melebihi pH yang diinginkan penurunan pH dapat dilakukan dengan penambahan tetes demi tetes H=l atau larutan asama lainnya. Pada akhirnya diperoleh larutan asama salisilat dengan pH 6 9 pH 644 9 dan pH 744. Pada praktikum ini digunakan larutan dapar salisilat pada berbagai pH bertujuan untuk mengetahui  pengaruh pH terhadap koefisien partisi suatu obat pada pH mana nilai koefisien partisi

obat tersebut besar sehingga obat mudah larut dalam lipid dan mudah untuk di absorbsi serta tujuan digunakan pH 6 7 dan * pada pratikum ini adalah untuk menyamakan kondisi pada pH saluran percenaan terutama lambung. Pada pH 6 menunjukan lambung dalam keadaan kosong atau tidak terdapat makanan dan pH * menunjukan lambung dalam kondisi terisi makanan. Pada pH 6 7 dan * asam salisilat yang bersifat asam lemah berada pada kondisi tidak terionkan sehingga lebih mudah larut dalam lemak  sehingga lebih mudah diabsorbsi dalam lambung. Pada kondisi tidak terionkan pada  praktikum ini asam salisilat cenderung lebih larut dalam fase kloroform sehingga pada  proses titrasi fase air lebih cepat dilakukan sebab kadar asam salisilat lebih sedikit

(4)

dalam fase air sehingga 8a1H yang diperlukan untuk habis bereaksi dengan asam salisilat lebih sedikit.

Tahap kedua setelah larutan dapar asam salisilat berbagai pH yaitu pH 69 6449 744 (sebanyak ! seri$ selanjutnya pada masing-masing pH ditambahkan 3" m kloroform. Tujuan penambahan kloroform adalah untuk menciptakan dua fase yang tidak saling campur yaitu fase organik dan fase air. Kemudian setelah ditambahkan kloroform larutan tersebut disonifikasi selama 3* menit tujuan sonifikasi adalah untuk  memperbesar kontak antara asam salisilat dengan fase air dan fase kloroform sehingga terjadi transfer molekul antara air dan kloroform. etelah disonifikasi selama 3* menit kemudian akan terjadi pemisahan antara dua fase tersebut dimana fase kloroform berada  pada bagian bawah dan fase air berada pada bagian atas dikarenakan bobot jenis

kloroform yaitu 37>" gram?m lebih besar dari bobot jenis air yaitu 3"" gram?m (%epkes /2 344*$. Pada pH 6 asam salisilat memiliki nilai pKa sebesar 6 sehingga pada  pH 6 asam salisilat akan berada pada bentuk tidak terionkan dan lebih banyak yang terekstraksi kedalam fase organik yaitu fase kloroform dibandingkan pada pH 7 dan * (@artono !""A$. emakin besar pH maka kelarutan asam salisilat akan berkurang pada fase organik.

Tahap ketiga yaitu untuk mengetahui kadar asam salisilat dalam bentuk terionkan yang larut pada fase air digunakan metode titrasi asam basa dengan titran larutan 8a1H "3 8. Penggunaan titrasi asam-basa untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi koefisien partisi karena jika solut merupakan asam lemah atau basa lemah (dan kebanyakan obat merupakan asam lemah atau basa lemah$ maka adanya ionisasi adanya ionisasi dalam bentuk anion atau kation akan mengubah profil kelarutan obat secara nyata. Pada titrasi asam basa terjadi reaksi penetralan dari ion HB asam salisilat dengan ion 1H- dari 8a1H untuk membentuk air yang bersifat netral. Cumlah 8a1H yang diperlukan setara dengan jumlah asam salisilat yang bereaksi sehingga jumlah asam salisilat dapat ditentukan secara stoikiometri. %ipipet sebanyak * ml larutan fase air pH 69 6449 744 kemudian masing- masing dimasukan dalam erlenmeyer yang  berbeda pada waktu ke nol ditambahkan dengan 6 tetes indikator fenolftalein sampai terbentuk warna merah muda ' merah konstan. Perubahan warna pada fenolftalein dapat terjadi karena seiring meningkatnya pH akan terjadi proses penataan ulang pada struktur 

(5)

fenolftalein dimana terjadi perpindahan proton dari struktur fenol dari fenolftalein sehingga menyebabkan perubahan warna

ambar !. Penataan ulang struktur fenolftalein  (andjar dan /ohman !""#$.

etelah titrasi pada waktu ke nol selesai dilakukan masing-masing larutan kembali disonikasi selama 3* menit. Kemudian dilakukan titrasi kembali untuk  memperoleh waktu titrasi pada waktu ke-3*. %ari data yang diperoleh konsentrasi rata-rata asam salisilat pada pH 6 adalah ! D 3"-! @ pada pH 644 adalah 3!* D 3"-6 @ dan  pada pH 744 ! D 3"-! @. %ari data tersebut dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan pustaka dimana pada pustaka tertera semakin tinggi pH maka kelarutan obat yang bersifat asam lemah pada air semakin tinggi karena obat tersebut dalam bentuk terionkan. enyawa organik dengan gugus fungsi yang bersifat asam atau  basa dapat mengalami disosiasi atau ionisasi dalam larutan air sesuai dengan pengaruh  pH larutan (andjar dan /ohman !""#$.

Pada pratikum ini dilihat dari jenis pelarut dan )at uji yang digunakan memenuhi syarat koefisien partisi sejati yaitu pada pratikum ini digunakan pelarut yang tidak  saling campur yaitu air dan kloroform asam salisilat memiliki kelarutan yang rendah  pada kedua pelarut yang tidak saling campur serta asam salisilat tidak mengalami

(6)

ambar 6. Kurva Perbandingan Konsentrasi terhadap waktu pada pH 6

ambar 7. Kurva Perbandingan Konsentrasi terhadap waktu pada pH 644

ambar *. Kurva Perbandingan Konsentrasi terhadap waktu pada pH 744 Tabel 3. Konsentrasi asam salisilat pada fase air dalam berbagai vairasi pH

(7)

 pH Konsentrasi pada fase air 6"" ! D 3"-! @

644 3!* D 3"-6 @

744 ! D 3"-! @

ambar A. Kurva Perbandingan konsentrasi asam salisilat terhadap variasi pH

%ari kurva perbandingan berbagai pH semakin besar pH konsentrasi asam salisilat pada fase air semakin kecil yang menunjukkan bahwa koefisien partisinya semakin besar. Hal ini tidak sesuai dengan pustaka yaitu menurut ardjoko (34>#$ dimana pH berbanding terbalik dengan koefisien partisi. Pada obat yang bersifat asam semakin besar pH suatu larutan semakin kecil koefisien partisinya dan semakin rendah  pH suatu larutan semakin tinggi koefisien partisinya. Hal ini kemungkinan terjadi karena proses titrasi yang tidak sempurna seperti penambahan titran yang berlebih sehingga diperoleh warna merah keunguan pekat yang terbentuk mengindikasikan  bahwa titik akhir titrasi telah terlampaui jauh. %isamping itu konsentrasi 8a1H pada  praktikum kali ini cukup besar yaitu "3 8. Penyimpangan ini juga dapat disebabkan

karena tidak adanya standarisasi pada 8a1H standarisasi 8a1H diperlukan karena  8a1H bersifat tidak stabil di udara dan dalam udara terbuka dapat menyerap =1!

(%epkes /2 344*$. ehingga pembakuan 8a1H diperlukan untuk menjamin konsentrasi 8a1H tidak berubah pada proses penyimpanan. ehingga ketidakpastian kosentrasi 8a1H dapat menggangu hasil dari penetapan kadar asam salisilat.

(8)

%ari hasil perhitungan maka dapat ditetapkan nilai koefisien partisi asam salisilat dalam dua fase pelarut (Kloroform dan &ir$. 8ilai koefisien yang digunakan merupakan nilai koefisien partisi semu (&P=$ karena dari sampel dan pelarut yang digunakan tidak  dapat memenuhi persyaratan Koefisin partisi (TP=$. Persyaratan yang tidak dapat dipenuhi adalah kadar obat yang digunakan lebih besar dari ""3 @ dan kelarutan solut dalam pelarut cukup besar tergantung pH. %ari Hasil perhitungan didapat nilai koefisien  partisi (&P=$ dari masing-masing seri pelarut sebagai berikut pH 6 sebesar -"7#*#*9  pH 644 sebesar -"""""76dan pH 744 sebesar -"744*. 0erikut kurva hubungan &P=

dengan fungsi pH.

%ari kurva diatas terlihat bahwa nilai &P= tidak sesuai dengan yang diharapkan dimana seharusnya semakin tinggi nilai pH nilai &P= akan semakin rendah begitu juga sebaliknya hal ini mungkin disebabkan penentuan titik akhir titrasi yang sulit dilakukan karena skala pada buret yang terbatas. 8ilai koefisien partisi dapat dijelaskan secara sederhana dimana diketahui bahwa jika suatu asam lemah dilarutkan dalam pelarut asam maka akan berada pada kondisi Etak terionkanE dan semakin EterionkanE jika dilakukan peningkatan pH. uatu senyawa pada kondisi tak terionkan relatif bersifat nonpolar dan senyawa yang terionkan relatif bersifat polar.

(9)

I.1.&sam salisilat merupakan senyawa asam lemah sehingga dari kedaan tersebut dengan dilakukan peningkatan pH asam salisilat akan semakin relatif bersifat lebih polar. %engan teori umum kelarutan Flike dissolves likeE semakin polar asam salisilat maka distribusinya akan semakin tinggi pada fase air (fase polar$ sehingga nilai koefisien  partisinya akan kecil begitu juga sebaliknya semakin relatif non polar maka asam salisilat akan terdistribusi lebih banyak ke fase organik (fase nonpolar$ sehingga nilai koefisien partisinya akan besar.

I.2.@etode yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi koefisien

 partisi yaitu dengan menggunakan titrasi asam basa sehingga dapat diperoleh konsentrasi suatu larutan pada fase organik dan fase air atau kloroform-air dan dapat  pula diketahui nilai &P= atau koefisien partisi semu karena terdapat kemungkinan

asam salisilat mengalami disosiasi karena pengaruh pH sehingga tidak memenuhi koefisien distribusi yang sebenarnya.

Gambar

Tabel 3. Konsentrasi asam salisilat pada fase air dalam berbagai vairasi pH

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya untuk elektrolit lemah berupa garam yang berasal dari asam lemah atau basa lemah yang sedikit terionisasi, maka difusi melalui membran tergantung kelarutan bentuk

Sebaliknya untuk elektrolit lemah berupa garam yang berasal dari asam lemah atau basa lemah yang sedikit terionisasi, maka difusi melalui membran tergantung kelarutan bentuk

Indikator asam basa merupakan asam organik lemah dan basa organik lemah yang mempunyai dua warna dalam pH larutan yang berbeda.Pada titrasi asam dengan basa maka indikator

Sebagian besar obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah, bentuk tidak terionisasinya dapat memberika efek biologis. Hal ini dimungkinkan bila kerja obat terjadi di

• pH larutan penyangga bergantung pada K a asam lemah atau K b basa. lemah serta perbandingan konsentrasi asam dengan

Oleh karena itu setelah melakukan pemodelan pH untuk karakteristik asam-basa yang tipikal sebagai kombinasi Asam Kuat-Lemah dan Basa Kuat- Lemah, maka dalam

• Garam yang berasal dari asam lemah dengan basa kuat mengalami hidrolisis parsial menghasilkan OH– membirukan lakmus merah • Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah

Materi / Bab : Larutan Penyangga Kunci Jawaban : E Pembahasan : Pembuatan larutan penyangga asam dan basa : Larutan Penyangga Asam Larutan Penyangga Basa Asam lemah + Garamnya Basa