• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK MODELLING UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VIII SMP N 1 PADANG GANTING SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK MODELLING UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VIII SMP N 1 PADANG GANTING SKRIPSI"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Bimbingan dan Konseling

Oleh :

SANTI YULISMA PUTRI NIM. 15 300 800 093

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Santi Yulisma Putri. NIM. 15 300 800 093. Judul Skripsi “ Pengaruh Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII SMP N 1 Padang Ganting”. Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negri (IAIN) Batusangkar.

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kedisiplinan siswa seperti sering melakukan bolos pada jam sekolah, merokok di perkarangan sekolah, pelanggaram dalam segi berpakaian, berkelahi dan melakukan tauran antar pelajar. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah layanan penguasaan konten dengan teknik modelling dapat meningkatkan kedisiplinan siswa kelas VIII SMP N 1 Padang Ganting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan desain penelitian Pre Eksperimen Design dengan tipe One Group Pretest-Posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah 110 orang dan sampel 28 orang. Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Cluster Sampling. Hasil penelitian ini dianalisis data dengan menggunakan uji-t dan n-gain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan penguasaaan konten teknik modelling berpengaruh signifikan terhadap kedisiplinan siswa kelas VIII SMP N 1 Padang Ganting. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik bahwa thitung 15,64 > ttabel 2,77 pada taraf signifikan 1%. Hal ini berarti menunjukkan bahwasanya semakin baik layanan penguasaan konten teknik modeliing yang diberikan maka akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kedisiplinan siswa SMP N 1 Padang ganting.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada ALLAH SWT,yang telah memberikan kekuatan dan keteguhan hati pada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “PENGARUH LAYANAN

PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK MODELLING

UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VIII SMP N I PADANG GANTING”. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. yang menjadi tauladan umat manusia yang merindukan keindahan surga.

Dalam penyusunan Skripsi ini, masih banyak terdapat kekurangan yang membutuhkan bimbingan dan kerjasama dari semua pihak, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu. Dalam konteks ini, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:

1. Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Kasmuri, MA selaku Rektor IAIN Batusangkar, Bapak Dr. Sirajur Munir, M.Pd selaku Dekan Falkultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Bapak Dasril, S. Ag., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling. Kemudia seluruh Dosen, Staf, Karyawan dan Karyawati IAIN Batusangkar dan berbagai pihak yang telah membantu penulis sehingga terlaksananya penelitian ini.

2. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Emeliya Hardi, M.Pd selaku Pembimbing Akademik dan Ibu Dra. Hardiani, M.Pd., Kons selaku Pembimbing I serta Bapak Dasril, S. Ag., M.Pd selaku Pembimbing II, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Rafsel Tas’adi, M.Pd selaku Validator Instrument yang sudah penulis rancang, yang telah memberikan saran dan arahan sehingga instrument tersebut dapat penulis gunakan untuk penelitian ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Desmita, M.Si dan Ibu Dra. Rafsel Tas’adi, M.Pd selaku

(7)

iii

penguji I dan II, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Rusli (Alm) dan Ummi Maidarlis yang tiada hentinya memberikan dukungan moril maupun material, serta selalu memberikan motivasi, selalu mendo’akan penulis dan selalu mencurahkan kasih sayang pada penulis sehingga menjadi sebuah kekuatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya kepada kakak-kakak tersayang yang telah memberikan bantuan moril maupun materil dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ucapan terima kasih yang tak terhungga juga penulis sampaikan kepada Kepala Sekolah, Guru BK dan Seluruh Personil Sekolah serta Siswa-siswa di SMA N 1 Padang Ganting yang telah membantu dan mendampingi penulis melaksanakan penelitian di sekolah.

Kemudian kepada rekan, sahabat, saudara dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih atas setiap bantuan dan doa yang diberikan. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga ALLAH SWT. senantiasa meridhoi kita semua. Aamin.

Batusangkar, Oktober 2019

Penulis

Santi Yulisma Putri NIM. 15300800093

(8)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI BIODATA PENULIS

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Batasan Masalah ... 12

D. Perumusan Masalah ... 12

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12

F. Manfaat dan Iuaran Penelitian ... 12

G. Definisi Operasional ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 15

1. Disiplin ... 16

a. Pengertian Disiplin ... 16

b. Macam-macam Disiplin ... 17

(9)

v

d. Aspek-aspek Disiplin ... 18

e. Unsur-unsur Disiplin ... 19

f. Faktor-faktor Disiplin... 20

g. Pembentukan Disiplin ... 21

h. Peraturan dan Tata Tertib SMP N 1 Padang Ganting ... 22

2. Layanan Penguasaan Konten ... 23

a. Pengertian Layanan Penguasaan Konten ... 23

b. Tujuan Layanan Penguasaan Konten ... 24

c. Komponen Layanan Penguasaan Konten ... 26

d. Pendekatan dan Teknik Layanan Penguasaan Konten ... 28

e. Asas-asas Layanan Penguasaan Konten ... 31

f. Operasional Layanan Penguasaan Konten... 32

3. Teknik Modelling ... 33

a. Pengertian Teknik Modelling ... 33

b. Macam-macam Teknik Modelling ... 34

c. Tujuan Teknik Modelling ... 36

d. Tahap-tahap Terjadinya Modeling ... 36

e. Beberapa yang Perlu Diperhatikan dalam Menentukan Modelling... 38

4. Keterkaitan Layanan Penguasaan Konten Dengan Disiplin Menggunakan Teknik Modelling ... 38

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 41

C. Kerangka Berfikir ... 42

D. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

C. Populasi dan Sampel ... 50

D. Pengembangan Instrumen ... 53

(10)

vi

F. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 63

1. Deskripsi Data Hasil Pre-test ... 63

2. Deskripsi Treatment ... 73

3. Deskripasi Data Hasil Post-test ... 97

4. Perbandingan Hasil Pre-test dan Post-test ... 107

B. Uji Prasyarat Analisis ... 112

C. Uji Hipotesis ... 114

D. Uji Pengaruh X Terhadap Y ... 116

E. Pembahasan ... 118 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 127 B. Implikasi ... 127 C. Saran ... 128 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Eksperimen ... 49

Tabel 3.2 Populasi Penelitian ... 50

Tabel 3.3 Sampel Penelitian ... 51

Tabel 3.4 Hasil Validasi Skala Kedisiplinan Siswa ... 56

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Skala Kedisiplinan Siswa ... 57

Tabel 3.6.Skor Skala Likert Dengan Alternatif Jawaban ... 58

Table 3.7 Interval Skor Kedisiplinan Siswa ... 59

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Instrument Kedisiplinan Siswa ... 60

Tabel 4.1 Data Pre-test secara Keseluruhan Kedisiplinan Siswa di SMP N Padang Ganting ... 63

Tabel 4.2 Rentangan Skor Ideal Kedisiplinan Siswa ... 64

Tabel 4.3 Skor Pre-test Kedisiplinan Siswa Aspek Selalu Mentaati Peraturan dan Tata Tertib yang ada ... 65

Tabel 4.4 Frekuensi Aspek Selalu MentaatiPeraturan dan tata Tertib yang ada ... 66

Tabel 4.5 Skor Pre-test Kedisiplinan Siswa Aspek Selalu Melaksanakan Tugas dan Kewajiban yang Diterima dengan Tepat Waktu ... 67

Tabel 4.6 Frekuensi Aspek Selalu Melaksanakan Tugas Dan Yang Diterima Dengan Tepat Waktu ... 68

Tabel 4.7 Skor Pre-test Kedisiplinan Siswa Aspek Kehidupan Yang Tertib Dan Teratur ... 69

(12)

viii Tabel 4.9 Skor Pre-test Kedisiplinan Siswa Aspek

Tidak Mengulur-Ulur Waktu dan Menunda Pekerjaan ... 71 Tabel 4.10 Frekuensi Aspek Tidak Mengulur-Ulur Waktu

dan Menunda Pekerjaan ... 72 Tabel 4.11 Rancangan Materi Layanan Penguasaan Konten

dengan Teknik Modelling ... 73

Tabel 4.12 Rekapitulasi Skor Post-test Kedisiplinan

Siswa SMP N 1 Padang Ganting ... 97 Tabel 4.13 Rentangan Skor Ideal Kedisiplinan Siswa ... 98

Tabel 4.14 Skor Post-test Kedisiplinan Siswa Aspek

Selalu Mentaati Peraturan dan Tata Tertib yang ada ... 99 Tabel 4.15 Frekuensi Aspek Selalu Mentaati

Peraturan dan Tata Tertib yang ada... 100

Tabel 4.16 Skor Post-test Kedisiplinan Siswa Aspek Selalu Melaksanakan

Tugas dan Kewajiban yang Diterima dengan Tepat Waktu ... 101 Tabel 4.17 Frekuensi Aspek Selalu Melaksanakan Tugas dan

yang Diterima dengan Tepat Waktu ... 102 Tabel 4.18 Skor Post-test Kedisiplinan Siswa

Aspek Kehidupan yang Tertib dan Teratur ... 103 Tabel 4.19 Frekuensi Aspek Kehidupan yang Teratur dan Tertib ... 104 Tabel 4.20 Skor Post-test Kedisiplinan Siswa Aspek

tidak Mengulur-Ulur Waktu dan Menunda Pekerjaan ... 105 Tabel 4.21 Frekuensi Aspek Tidak Mengulur-Ulur Waktu

dan Menunda Pekerjaan ... 106 Tabel 4.22 Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test Kedisiplinan Siswa. ... 107 Tabel 4.23 Perbandingan Skor Pretest dan Post-test Pada Aspek

(13)

ix

Selalu Mentaati Peraturan dan Tata Tertib yang ada ... 108

Tabel 4.24 Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test Pada Aspek Selalu Melaksanakan Tugas dan Kewajiban Yang Diterima dengan Tepat Waktu ... 109

Tabel 4.25 Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test Pada Aspek Selalu Kehidupan yang Tertib dan Teratur... 110

Tabel 4.26 Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test Pada Aspek Tidak Mengulur-Ulur Waktu dan Menunda Pekerjaan ... 111

Tabel 4.27 Hasil Uji Normalitas Data ... 113

Tabel 4.28 Anova ... 113

Tabel 4.29 Hasil Uji “t” SPSS... 114

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada akhir-akhir ini Indonesia telah memasuki era pasar bebas yang mana setiap orang dapat memasuki pasar Indonesia untuk beraktifitas tanpa melihat kewarganegaraan yang dimilikinya. Kondisi tersebut menuntut setiap warga negara Indonesia untuk mampu bersaing dengan warga negara lain karena dasar kemajuan sebuah bangsa untuk bisa bersaing di pasar bebas bergantung pada mutu sumber daya manusia yang dimiliki negara tersebut. Oleh karena itu sangat diperlukan berbagai macam kompetensi serta kecakapan hidup yang harus dimiliki oleh warga negara Indonesia agar mampu bersaing dengan warga negara lain, salah satu kompetensi tersebut adalah kedisiplinan atau disiplin diri.

Individu yang berprilaku tidak disiplin sering dilakukan pada saat menginjak usia atau fase remaja, hal ini kemudian dijelaskan oleh Efendi (dalam Mulyati ;2018) yaitu ”Fenomena prilaku yang tampak mencolok dalam kehidupan anak ketika memasuki fase remaja (pubertas) adalah munculnya salah satu gejala prilaku negatif (tidak disiplin)”. Pada tahap ini remaja dihadapkan dengan banyak peran baru dan status orang dewas, jika remaja menjajaki peran-perannya dengan cara sehat dan tiba pada suatu jalan yang positif untuk diikuti, maka identitas positif yang dicapai dan begitupun sebaliknya. Seiring dengan hal tersebut Pada priode perkembangan ini juga, remaja mengalami tahapan masa menantang (trozalter) yang ditandai dengan adanya perubahan mencolok pada dirinya, baik aspek fisik maupun psikis sehingga menimbulkan reaksi emosional dan perilaku radikal. Selain itu, remaja memiliki kecendrungan untuk melakukan perlawanan terhadap otoritas.

(15)

Kedisiplinan merupakan salah satu kecakapan hidup yang sangat penting dan perlu dimiliki oleh setiap orang guna mencapai kesuksesan dalam hidupnya, tidak hanya kesuksesan dalam belajar tetapi juga kesuksesan dalam hidup bermasyarakat. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri jika masih banyak orang yang tidak menerapkan disiplin dalam kehidupannya. Terdapat banyak alasan mengapa seseorang tidak dapat berlaku disiplin, diantaranya adalah malas, belum terbiasa dengan disiplin, dan belum mampu bersikap tegas pada diri sendiri. Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah upaya agar seseorang dapat berlaku disiplin. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Sekolah yang merupakan suatu sarana pendidikan formal diharapkan dapat menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi dan mengantisipasi hal tersebut. Perkembangan dunia pendidikan terkait dengan berbagai faktor yang mempengaruhi kesuksesan peserta didik, salah satunya kedisiplinan siswa yang dipandang berperan dalam kesuksesan siswa.

Menurut Asy Mas’udi (dalam Haryono:2016) disiplin adalah “kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun”. Dapat dipahami bahwa disiplin merupakan bentuk perilaku patuh dan tunduk terhadap peraturan yang berlaku tetapi kepatuhan itu lebih ditekankan pada kesadaran diri bukan karena paksaan, akan tetapi pada kenyataannya banyak perilaku disiplin manusia yang dilatarbelakangi karena adanya paksaan atau aturan yang mengekang dan menyebabkan asumsi yang berkembang di kalangan masyarakat bahwa disiplin itu berarti kaku dan menakutkan sehingga mereka beranggapan bahwa mentaati peraturan merupakan tindakan yang menyiksa diri. Soeharto (dalam Fiana, 2013) mengemukakan bahwa disiplin pada hakekatnya adalah “suatu ketatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta perilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu lingkaran tertentu”.

(16)

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa pada dasarnya semua orang sejak lahir sudah mengerti dan terkena disiplin karena dalam kehidupannya manusia peranannya penting sekali dalam berhubungan dengan kelompok atau manusia lain. Selanjutnya dikatakan juga para pendidik, orang tua dan guru, sebagaimana halnya dengan pemimpin kelompok, melihat disiplin ini sebagai sesuatu yang sangat penting dalam interaksi manusia. Disiplin di sekolah sangat penting untuk mendidik siswa berperilaku sesuai dengan norma yang telah ditentukan. Disiplin siswa di sekolah merupakan cerminan langsung dari kepatuhan siswa dalam melakukan peraturan yang ada di sekolah, kepatuhan siswa dalam menjalankan segala peraturan yang berlaku dapat mendukung terciptanya kondisi belajar mengajar yang nyaman, efektif dan berguna sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

Berkenaan dengan penjelasan di atas, Ranchman (Ridha :2013) juga mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah:

(1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, (4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.

Pembentukan kedisiplinan pada siswa sangat penting dilakukan, hal ini dikarenakan kedisiplinan merupakan sikap yang menentukan keberhasilan siswa. Sikap disiplin yang tertanam dalam diri siswa dapat membentuk sikap yang teratur sehingga segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan rencana yang diinginkan. Melalui kedisplinan yang dilakukan siswa dapat mewujudkan kondisi lingkungan belajar yang nyaman. Kelancaran proses belajar siswa sangat ditentukan pada kedisiplinan siswa pada norma yang ada di sekolah.

Dengan melakukan pembiasaan kedisiplinan, anak akan melakukan aktifitasnya sesuai dengan aturan yang ada sehingga perilaku menyimpang dapat dikurangi. Kedisiplinan dapat memberi kenyamanan pada siswa dan guru serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar serta

(17)

perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar. Untuk dapat membentuk disiplin siswa dibutuhkan kerjasama yang baik antara guru, siswa dan lingkungan sekolah.

Menurut Ateva (dalam Elly (2016). Hubungan Kedisiplinan terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V di SD di Negri 10 Banda Aceh, 3(4), 43-53 ) siswa dikatakan disiplin dapat dilihat dari beberapa indikator berikut:

1. Selalu menaati peraturan yang ada.

2. Selalu melaksanakan tugas dan kewajiban yang diterima dengan tepat waktu.

3. Kehidupan yang tertib dan teratur.

4. Tidak mengulur-ulur waktu dan menunda pekerjaan.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pembentukan disiplin siswa dapat dilakukan melalui penerapan peraturan yang berada di sekolah, peraturan merupakan salah satu cara untuk membentuk disiplin siswa. Peraturan merupakan pedoman bagi sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman dan tertib sehingga pembelajaran terhindar dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang.

Dengan melakukan penegakan disiplin yang ketat melalui implementasi peraturan dapat menjadikan siswa untuk terbiasa bersikap disiplin sehingga pelanggaran-pelanggaran di sekolah dapat dikurangi. Oleh karena itu, sekolah harus menjalankan peraturan dengan konsisten baik dari guru maupun siswa sehingga mampu meningkatkan kualitas tingkah laku siswa.

Kedisiplinan penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tapi sering menjadi masalah di sekolah karena hampir setiap hari ada saja siswa yang melanggar disiplin dalam mentaati peraturan yang ada. Di sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya salah satunya adalah penerapan disiplin yang dilakukan oleh guru terhadap siswa, sehingga berbagai jenis pelanggaran

(18)

terhadap peraturan sekolah dapat dicegah dan ditangkal. Pendidikan perlu terus diperbaiki baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karna pada akhir-akhir ini banyak tindakkan melanggar yang dilakukan oleh para siswa di sekolah yang menyebabkan banyak kerugian baik pada diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Siswa sering melakukan bolos pada jam sekolah, merokok di perkarangan sekolah, pelanggaram dalam segi pakaian, berkelahi dan melakukan tauran antar pelajar. Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan peran serta fungsi sekolah, termasuk menciptakan kebijakan tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan yang harus dilaksanakan oleh setiap siswa, diharapkan siswa dapat melaksanakan tugas dan kewajiban dengan teratur dan sesuai dengan tata tertib yang berlaku di lingkunan sekolah. Namun kenyataannya masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Sudrajat (dalam Daharnis :2013) mengemukakan bahwa:

Setiap siswa dituntut dan diharapkan untuk berprilaku setuju dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Prilaku, aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1). Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai peratutan, itu bisa disebut dengan disiplin siswa 2). Peraturan, tata tertib dan berbagai ketentuan lainnya yang berupa menatur perilaku siswa disebut displin sekolah.

Senada dengan hal tersebut Hurlock (dalam Ridha :2013) juga mengemukakan bahwa “anak membutuhkan disiplin, bila mereka ingin bahagia dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya, karena melalui disiplin mereka dapat belajar berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok sosial”. Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa seorang peserta didik yang baik, adalah peserta didik yang dapat mentaati segala aturan dan norma-norma atau tata tertib yang berlaku di sekolah dan lingkungan di luar sekolah.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi disiplin seseorang, menurut Tulus (2004: 48-50) adalah “Disiplin dipengaruhi oleh kesadaran diri, pengikutan dan ketaatan terhadap peraturan, alat pendidikan yang mempengaruhi perubahan perilaku, serta hukuman sebagai penyadaran”.

(19)

Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan adanya suatu usaha untuk menumbuhkan disiplin siswa yang didasari atas kesadaran dari masing-masing individu.

Kedisiplinan penting sebagai upaya untuk membuat individu berada pada jalur sikap dan prilaku yang sudah ditetapkan pada individu oleh lingkungan sekitar. Disiplin bertujuan untuk menanamkan pola prilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan disiplin siswa adalah dengan menggunakan layanan bimbingan dan konseling, layanan bimbingan dan konseling merupakan sebuah bentuk layanan yang ditujukan kepada setiap individu dan bertujuan untuk memandirikan setiap individu. Salah satu layanan yang dapat digunakan untuk meningkatkan disiplin siswa adalah dengan menggunakan layanan penguasaan konten.

Layanan penguasaan konten merupakan layanan yang diberikan agar seseorang dapat menguasai suatu konten tertentu untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian sikap, menguasai cara atau kebiasaan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah-masalahnya (Prayitno, 2004: 2).

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwasanya dengan menggunakan layanan penguasaan konten dapat mengarahkan sikap, dan kedisiplinan merupakan suatu sikap atau prilaku yang dapat di arahkan atau di ubah ke arah yang dapat mentaati berbagai peraturan atau tata tertib yang berlaku di lingkungan sekolah tersebut. Melalui layanan penguasaan konten individu tidak hanya dapat mengembangkan aspek kognitifnya saja tetapi juga dapat mengembangkan aspek afektif dan juga psikomotorik sehingga individu tersebut lebih mampu menjalani kehidupannya secara efektif. Pemberian layanan penguasaan konten dapat dilakukan secara individual maupun klasikal dengan menggunakan metode ceramah, diskusi maupun latihan dan dapat didukung dengan menggunakan alat bantu dengan menguakan teknik modelling Bandura (dalam Walgito, 2004:175) mengatakan bahwa

(20)

“dalam teknik modelling memiliki langkah-langkah seperti Atensi, Representasi, Reproduksi dan Motivasi”.

Permasalahan kedisiplinan yang dihadapi oleh kebanyakan siswa di sekolah perlu diselesaikan dengan menggunakan pendekatan yang lebih bersifat personal. Layanan penguasaan konten dapat dilakukan secara klasikal tanpa meninggalkan aspek-aspek personal individu yang butuh untuk dikembangkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 8):

Layanan penguasaan konten pada umumnya diselenggarakan secara langsung (bersifat direktif) dan tatap muka dengan format klasikal, kelompok, atau individual dengan tetap memberikan sentuhan-sentuhan pada aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan peserta layanan (terutama aspek afektif, semangat, sikap, nilai dan moral).

Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwasanya layanan penguasaan konten merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk menguasai kemampuan atau kompetensi (konten) tertentu melalui belajar. Kompetensi adalah kualitas seseorang atau kecocokan seseorang yang bisa ditampilkan untuk keperluan tetentu. Layanan penguasaan konten merupakan layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

Melalui layanan penguasaan konten individu tidak hanya dapat mengembangkan aspek kognitifnya saja tetapi juga dapat mengembangkan aspek afektif dan juga psikomotorik sehingga individu tersebut lebih mampu menjalani kehidupannya secara efektif. Pemberian layanan penguasaan konten dapat dilakukan secara individual maupun klasikal dengan menggunakan metode ceramah, diskusi maupun latihan dan dapat didukung dengan menggunakan alat bantu.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendisiplinkan seseorang adalah dengan memberikan keteladanan. Kedisiplinan seseorang dapat terbentuk karena adanya teladan (model) baik model hidup maupun

(21)

simbolik. Hal ini sesuai dengan yang dituliskan oleh Semiawan (2009: 95) bahwa “kedisiplinan seseorang dapat terbentuk karena adanya keteladanan dan pengikutan dari perbuatan yang kecil”. Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwasanya melalui modelling seseorang belajar untuk mengobservasi tingkah laku orang lain kemudian mempelajarinya dan mencontoh sebagian tingkah laku tersebut sehingga dapat terbentuklah tingkah laku yang baru sesuai dengan yang dibutuhkan.

Ketika seseorang diajarkan untuk dapat meniru perilaku model yang mempunyai sikap disiplin, maka diharapkan orang tersebut akan mempunyai keinginan untuk dapat meniru model yaitu menjadi pribadi yang disiplin dan berhasil. Hal ini telah ditegaskan oleh Bandura (dalam Ujianti :2016 ) bahwa “belajar bisa diperoleh melalui belajar pengalaman langsung bisa pula diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya”. Dengan demikian dapat dipahami bahwasanya disiplin tersebut dapat terbentuk melalui pengamatan sebuah tingkah laku terhadap model yang kemudian mencontoh tingkah laku model yang akan diterapkan dalam kehidupannya.

Alasan peneliti menggunakan teknik modelling ialah dengan menggunakan teknik modelling agar kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada, jadi reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki individu dihapus dengan cara individu itu mengamati orang lain atau model yang diamati, sehingga siswa tersebut mampu untuk berprilaku disiplin disekolah dengan baik seperti siswa tidak lagi terlambat datang kesekolah, menggunakan pakaian yang rapih dan atribut sekolah yang lengkap, masuk kelas dengan tertib, mengerjakan tugas dengan tepat waktu dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwasanya dengan menggunakan layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling ini dapat digunakan untuk merubah prilaku atau sikap seseorang, yang mana disiplin merupakan suatu sikap atau prilaku yang dapat dirubah.

(22)

Modeling merupakan salah satu teknik konseling yang dikembangkan oleh Bandura yang berakar dari teori belajar social (social lerning). Menurut purwanta (dalam indrawanti : 2016) adalah “Modelling merupakan proses belajar melalui pengamatan, di mana perilaku seseorang atau beberapa orang teladan, berperan sebagai perangsang terhadap pikiran, sikap, atau prilaku subjek pengamat tindakan untuk ditiru atau diteladani”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Komalasari (dalam Ni Ketut:2016) mengartikan bahwa “belajar melalui mengobservasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa modelling merupakan teknik konseling yang didalamnya terjadi proses belajar melalui proses pengamatan, mengobservasi, menggeneralisasi prilaku orang lain (model). Dimana dalam modeling ini juga melibatkan proses kognitif dan kreatif bukan semata-mata meniru/imitasi saja namun juga bertujuan untuk terjadinya perubahan. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pembentukan disiplin pada diri seseorang, antara lain adanya alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku disiplin serta diperlukan adanya teladan untuk membentuk disiplin itu sendiri.

Dalam hal ini penulisi memilih layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling untuk membantu mengatasi permasalahan disiplin yang dialami siswa di lingkunyannya. SMP Negeri 1 Padang ganting merupakan sekolah yang mana sebagian besar siswa di sekolah ini berasal dari kalangan keluarga menengah ke bawah, meskipun juga terdapat beberapa siswa yang berasal dari ekonomi mampu. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya siswa yang bersekolah di tempat ini heterogen, mereka mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda baik dari cara belajar, bergaul hingga dalam mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah.

Seperti halnya di sekolah lain maka di SMP Negeri 1 Padang Ganting juga terdapat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap siswa tersebut. Peraturan ini ditetapkan dengan tujuan agar para siswa berhasil dalam menuntut ilmu selama berada di SMP Negeri 1 Padang Ganting. Peraturan

(23)

yang ada di sekolah ini tidak hanya berkaitan dengan hal belajar tetapi juga dalam hal beribadah dan bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini bertujuan agar setiap siswa dapat berlaku disiplin dalam segala aspek kehidupan di sekolah pada khususnya dan aspek kehidupan dimasyarakat pada umumnya.

Fenomena yang terjadi di lapangan yang peneliti temukan di SMP N 1 Padang Ganting ialah, masih ditemukan kurangnya kedisiplinan yang dimiliki oleh para siswa SMP tersebut, berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru BK, diketahui bahwa:

Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari kita harus mengedepankan disiplin, apa pun yang kita lakukan harus sesuai dengan aturan yang ada tanpa adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan agar dalam lingkungan tempat kita berada kita dapat menjalankan kehiduppan yang lebih baik.pelanggaran-pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa,selain sering tidak masuk tanpa alasan juga masih ada banyak siswa yang terlambat masuk ke kelas untuk mengikuti jam pelajaran. Ketika di dalam kelas mereka tidak mengikuti pelajaran dengan baik, biasanya mengobrol dengan teman sebelahnya atau lebih asyik menggambar ketika guru sedang menerangkan, mengerjakan PR dipagi hari di sekolah serta tidak mengumpulkan tugas dengan tepat waktu. Peneliti disini juga mendapatkan bahwasanya ada beberapa siswa yang selalu datang terlambat masuk ke dalam kelas, masuk kelas dengan ributs dan mereka sering beralasan dari kamar mandi. Ketika jam pelajaran sudah dimulai siswa tidak segera masuk kelas tapi harus disuruh dulu baru mereka masuk ke dalam kelas. (Guru BK, 23 Januari 2019)

Berdasarkan hasil wawancara pada senin 8 Oktober 2018 yang peneliti lakukan dengan guru Bimbingan dan Konseling yang bernama ibuk Nola yang berada di SMP Negeri 1 Padang Ganting ia menyatakan bahwasanya masih banyak siswa yang melanggar peraturan sekolah. Pada peraturan sekolah terdapat poin yang antaranya menyebutkan bahwa tanda bel masuk dibunyikan pada pukul 07,15 WIB dan siawa diwajibkan untuk menggunak seragam sekolah sesuai hari-hari yang telah ditentukan, siswa harus sudah masuk kelas kemudian berdoa bersama dengan dipandu Bapak/Ibu guru. Akan tetapi guru BK disini mengemukakn masih menemui banyaknya siswa yang masih berada di luar kelas dan yang berada di dalam kelas juga banyak yang tidak berdoa dengan khusyuk, mereka sering berbicara dengan teman-temannya atau

(24)

mengerjakan PR di kelas dan guru Bimbingan dan Konseling disini mengemukakan bahwasanya pelanggaran tersebut banyak dilakukan oleh siswa yang berada pada Kelas VIII.

Disini Ibuk Nola juga mengemukakan bahwa seluruh siswa SMP Negeri 1 Padang Ganting memahami akan adanya peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Akan tetapi hal tersebut masih berhenti pada tingkat pemahaman saja belum dimanifestasikan dalam sebuah tindakan. Masih terdapat banyak siswa yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku sehingga perilaku dissiplin belum begitu tampak pada diri setiap siswa, masalah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa belum diadministrasikan dengan baik karena tidak adanya petugas khusus yang menangani masalah kedisiplinan siswa. Apabila siswa telah melakukan pelanggaran berulang kali biasanya dilimpahkan ke guru pembimbing untuk selanjutnya mendapatkan pelayanan BK. Guru BK juga mengemukakan bahwasanya sudah melakukan berbagai upaya untuk dapat menangani masalah kedisiplinan seperti melakukan konseling individu, bimbingan kelompok bahkan memangil orang tua dari siswa yang melakukan pelanggaran kedisiplinan tersebut dan bahkan baru ini ada siswa yang diberikan skor karna melakukan pelanggaran yang cukup berat.

Berdasarkan profil SMP Negeri 1 Padang Ganting, studi prapenelitian, jurnal penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa masih rendah dan diperlukan upaya untuk meningkatkannya. Layanan penguasaan konten dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam menguasai konten-konten tertentu, dan diduga efektif dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 1 Padang Ganting.

Berdasarkan permasalahan di atas dan mengacu pada penjelasan sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Ganting”.

(25)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu:

1. Pengaruh layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan disiplinpada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Ganting.

2. Urgensi kedisiplinan bagi siswa kelas VIII SMP Negri 1 Padang Ganting. 3. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan perilaku disiplin siswa. C.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada “Pengaruh Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Ganting”.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Ganting?”.

E.Tujuan Penelitian

Untuk melihat apakah terdapat “Pengaruh Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Ganting?”

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat penelitian

a. Manfaat Teoritis

Untuk mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan regulasi diri prestasi belajar prestasi belajar.

(26)

b. Manfaat Praktis

1) Sebagai sarana pengembangan intelektual penulisan sesuai dengan latar belakang pendidikan yang penulis jalani.

2) Untuk mennambah wawasan dan pengetahuan penulis sebagai seorang calon guru bimbingan dan konseling.

3) Hasil penelitian juga sapat digunakan oleh mahasiswa bimbingan dan konseling sebagai salah satu referensi yang dapat dirujuk dan diteliti lebih lanjut.

4) Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Bimbingan dan Konseling Institut Agama Islam Negri (IAIN) Batusangkar.

G.Definisi Operasional

Adapun yang dimaksud dengan definisi operasional adalah penjelasan-penjelasan istilah-istilah yang terdapat pada judul proposal penelitian agar dapat dipahami dan dilakukan secara operasioanal, konkrit dan nyata, maka penulis akan menjabarkan defenisi operasional dari variabel penelitian sebagai berikut:

Layanan Penguasaan Konten adalah merupakan layanan yang diberikan agar seseorang dapat menguasai suatu konten tertentu untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian sikap, menguasai cara atau kebiasaan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah-masalahnya (Prayitno, 2004: 2).

Layanan penguasaan konten yang peneliti maksudkan ialah dengan menggunakan layanan penguasaan konten dapat mengarahkan sikap, dan kedisiplinan merupakan suatu sikap atau prilaku yang dapat di arahkan atau di ubah ke arah yang dapat mentaati berbagai peraturan atau tata tertib yang berlaku di lingkungan sekolah tersebut. Melalui layanan penguasaan konten individu tidak hanya dapat mengembangkan aspek kognitifnya saja tetapi juga dapat mengembangkan aspek afektif dan juga psikomotorik sehingga individu tersebut lebih mampu menjalani kehidupannya secara efektif.

(27)

Teknik Modelling, Menurut Bandura (dalam Walgito, 2004:175) pembentukan atau pengubahan perilaku dilakukan melalui atau dengan observasi, dengan model atau contoh, yang penulis maksud layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling di sini adalah pemberian layanan yang diberikan kepada individu dengan menggunakan teknik modelling untuk menguasai kemampuan atau kompetensi (konten) untuk meningkatkan kedisiplinan siswa sehingga siswa menguasai cara-cara tertentu untuk memenuhi kebutuhannya dan menguasai masalah-masalahnya, dimana teknik ini akan menampilkan gambar yang mana berisi konten-konten yang berkaitan dengan kedisiplinan.

Langkah-langkah penerapan teknik modelling melalui layanan penguasaan konten yang penulis maksud dalam penelitian ini ialah: (1) Penyajian, dengan mengunakan teknik modellling yaitu a. Atensi (perhatian), b. Representasi (pemahaman), c. Reproduksi (mempraktekkan), d. Motivasi ( penguatan), (2) Tanya Jawab Diskusi dan (3) Kegiatan Lanjutan.

Kedisiplin, Menurut Asy Mas’udi (dalam Haryono:2016) adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun. Kedisiplinan yang peneliti maksud dalam penelitian disini adalah bagaimana seorang siswa tersebut mampu untuk menumbuhkan kesadaran dirinya untuk berprilaku disiplin. Siswa dikatakan disiplin Menurut Ateva (dalam Elly (2016) yang meliputi selalu menaati peraturan dan tata tertib yang ada seperti mengunakan pakaian dengan rapih, tidak datang terlambat ke sekolah, selalu melaksanakan tugas dan kewajiban yang diterima dengan tepat waktu, kehidupan yang tertib dan teratur, dan tidak mengulur-ulur waktu dan menunda pekerjaan.

(28)

15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Landasan Teori 1. Disiplin a. Pengertian Disiplin

Berbicara mengenai disiplin tentu mengantarkan kepada pemikiran yang terkait dengan bentuk tingkah laku, tindakkan maupun bentuk peraturan. Hal ini lah yang tertanam dalam masyarakat awam ketika kata disiplin disebutkan. Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Kata disiplin berasal dari bahasa Latin “disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Sedangkan arti disiplin bila dilihat dari segi bahasanya adalah “latihan ingatan dan watak untuk menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah”.

Menurut Tulus (2004: 33) disiplin adalah “sebuah upaya untuk mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku, yang muncul karena adanya kesadaran diri bahwa ketaatan itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa disiplin merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk dapat mengikuti dan mentaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku. Hal tersebut muncul karna adanya kesadaran diri yang dimiliki oleh seseorang tersebut bahwa mengikuti dan mentaati disiplin tersebut berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.

(29)

Sedangkan Semiawan (2009: 89) mendefinisikan bahwa “disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan”. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwasanya disiplin dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang di rancang dalam upaya membantu anak agar siswa mampu menghadapi berbagai macam bentuk tuntutan dari lingkungan sekitarnya.

Kedisiplinan sekolah berfungsi sebagai alat pendidikan dan alat menyesuaikan dalam membentuk sikap dan tingkah laku yang baik, yang nantinya dapat digunakan juga dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Dengan demikian kedisipinan sebagai alat pendidikan adalah suatu tindakan, perbuatan yang dengan sengaja diterapkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah. Tindakan atau perbuatan tersebut dapat berupa perintah, nasehat, larangan, harapan, dan hukuman atau sanksi. Kedisiplinan sebagai alat pendidikan diterapkan dalam rangka proses pembentukan, pembinaan dan pengembangan sikap serta tingkah laku yang baik. Sikap dan tingkah laku yang baik tersebut dapat berupa berbudi pekerti luhur, patuh, hormat, tenggang rasa, dan berdisiplin.

Jadi dapat dipahami disiplin menurut Mas’udi (dalam Haryono 2016) adalah “kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapa pun”. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang yang disiplin ialah seorang yang penuh kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab dan tanpa paksaa dari siapa pun.

Mengacu pada pengertian disiplin di atas, maka dapat dipahami bahwa kedisiplinan adalah suatu sikap patuh terhadap serangkaian peraturan yang disusun secara teratur dalam sebuah lembaga, dan dilakukan secara sadar serta bertanggung jawab yang berguna untuk

(30)

mencapai keberhasilan diri dan lembaga. Oleh demikian dengan adanya disiplin di sekolah akan dapat membantu diri siswa dan lembaga sekolah untuk dapat mencapai keberhasilan.

b. Macam-Macam Kedisiplin

Mensurut Bahri (2009: 31-33) disiplin dikelompokkan sebagai berikut: 1) Disiplin pribadi, yaitu pengarahan diri ke setiap tujuan

yang diinginkan melalui latihan dan peningkatan kemampuan. Disiplin pribadi merupakan perintah yang datang dari hati nurani disertai kerelaan untuk melakukan disiplin.

2) Disiplin sosial yaitu perwujudan dari adanya disiplin pribadi yang berkembang melalui kewajiban pribadi dalam hidup bermasyarakat. Disiplin sosial berawal dari tingkat kemampuan dan kemauan mengendalikan diri dalam mengamalkan nilai, ketentuan, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah, masyarakat dan negara.

3) Disiplin nasional yaitu kemampuan dan kemauan untuk mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan oleh negara. 4) Disiplin ilmu, yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah

ditentukan sebagai ilmuwan.

5) Disiplin tugas, yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan oleh atasan atau kepala sekolah.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa disiplin dapat dikelompokan dalam lima macam yaitu pertama, disiplin pribadi yang dimaksud yaitu disiplin yang berasal dari diri individu sendiri sehingga ia mampu mengarahkan dirinya untuk dapat diterima di lingkungannya. Kedua displin sosial ialah yang mana individu tersebut mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Ketiga disiplin nasional ialah sebagai warga negara yang baik maka individu mampu mematuhi berbagai ketentuan yang telah ditetapkan oleh negara. Keempat disiplin ilmu ialah mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan oleh ilmuwan dan kelima disiplin tugas ialah mengerjakan dan mematuhi ketentuan yang telah ditentukan oleh atasan terkait. Adapun pentingnya pengelompokan disiplin tersebut bertujuan untuk dapat memematuhi berbagai bentuk peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

(31)

c. Ciri-ciri Kedisiplin

Menurut Ateva (dalam Elly (2016). Hubungan Kedisiplinan terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V di SD di Negri 10 Banda Aceh, 3(4), 43-53 ) siswa dikatakan disiplin dapat dilihat dari beberapa indikator berikut:

1. Selalu menaati peraturan dan tata tertib yang ada.

2. Selalu melaksanakan tugas dan kewajiban yang diterima dengan tepat waktu.

3. Kehidupan yang tertib dan teratur.

4. Tidak mengulur-ulur waktu dan menunda pekerjaan.

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa aspek-aspek disiplin ialah dalam hal ini aspek pertama yang dipahami yaitu Melaksanakan selalu mentaati peraturan dan tata tertib yang ada yaitu siswa mengikuti dengan patuh segala peraturan dan tat tertib yang ada pada lingkungan sekolah dengan sendirinya tanpa ada paksaan dan dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya selalu melaksanakan tugas dan kewajiban yang diterima dengan tepat waktu yang penulis maksud adalah siswa melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai siswa disekolah seperti memberikan tugas yang didapatkan dengan tepat waktu, berikutnya kehidupan yang tertib dan teratur yaitu siswa disini mampu mengatur diri dengan baik, dan tidak mengulur-ulur waktu dan menunda pekerjaan ialah siswa mampu melaksanakan sesuatu dengan tepat waktu tanpa menunda-nunda pekerjaan yang diterimanya.

d. Aspek-Aspek Disiplin

Menurut Bahri (2009: 27) ada tiga aspek disiplin yaitu sebagai berikut:

1) Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dan latihan pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan tingkah laku, pemahaman tersebut menumbuhkan atau kesadaran untuk memahami disiplin sebagai suatu aturan yang membimbing tingkah laku.

3) Sikap dan tingkah laku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat.

(32)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa aspek-aspek yang perlu dikembangkan untuk membentuk sikap disiplin adalah pertama sikap mental menurut penulis ialah, siswa mampu untuk menumbuhkan sikap taat dan tertib yang merupakan hasil dari pengembangan pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Kedua pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan tingkah laku ialah mana siswa disini memahami dengan baik mengenai sistem aturan dan tingkah laku yang ada, tiga sikap dan tingkah laku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat menumbuhkan sikap, keteguhan hati serta kesadaran untuk mematuhi norma yang berlaku.

e. Unsur-Unsur Disiplin

Hurlock (dalam Aulina : 2013) menyebutkan 4 (empat) unsur pokok yang digunakan untuk mendidik anak agar berperilaku dengan standar dari keluarga sosial mereka yaitu :

1) Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku oleh orang tua, guru ataupun teman bermain. Peraturan berfungsi untuk memperkenalkan pada anak bagaimana harus berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dan melarang anak untuk berperilaku yang tidak diinginkan oleh anggota keluarga dan masyarakat.

2) Hukuman

Hukuman diartikan sebagai suatu ganjaran yang diberikan pada seseorang karena melakukan kesalahan, perlawanan atau pelanggaran. Hukuman digunakan supaya anak tidak mengulangi perbuatan yang salah.

3) Penghargaan

Penghargaan yaitu setiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik, tidak perlu berbentuk materi tetapi dapat berupa pujian, senyuman ataupun tepukan dipunggung. Penghargaan berfungsi supaya anak mengetahui bahwa tindakan tersebut baik dan anak akan termotivasi untuk belajar berperilaku yang lebih baik lagi.

4) Konsistensi

Konsistensi dapat diartikan sebagai tingkat keseragaman atau stabilitas, yaitu suatu kecenderungan menuju kesamaan.

(33)

Konsistensi harus ada dalam peraturan, hukuman dan pengharga an. Tujuan dari pada konsistensi adalah anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala sesuatu yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwasanya unsur-unsur disiplin terdapat 4 unsur pokok yang mana unsur-unsur tersebut ialah pertama peraturan ialah peraturan yang penulis maksud ialah suatu pola yang ditetapkan untuk menjadi pedoman bagi anak agar berprilaku sesuai dengan yang tetapkan di lingkungannya. Selanjutnya kedua hukuman adalah suatu ganjaran yang diberikan terhadap anak yang melakukan kesalahan atau perlawanan agai siswa tidak menggulangi hal yang sama tersebut dan membuat efek jerah. Ketiga penghargaan yaitu yang penulis maksud adalah suatu hadiah yang diberikan kepada anak yang telah berprilaku baik agar ia termotivasi untuk terus belajar untuk berprilaku yang lebih baik lagi, keempat konsisten yaitu disini anak kecendrungan untuk keseragaman atau menuju kebersamaan sehingga ia terbiasa dengan segala sesuatu yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah.

f. Faktor-Faktor Disiplin

Tulus (2004: 48) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor disiplin, yaitu sebagai berikut:

1) Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya, selain itu kesadaran diri menjadi motif kuat terwujudnya disiplin.

2) Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur individunya. 3) Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina,

dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

4) Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

(34)

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwasanya kesadaran diri merupakan suatu faktor yang sangat penting untuk dapat mewujudkan disiplin diri, selanjutnya mentaati dan menggikuti peraturan merupakan perwujudan dari perilaku disiplin. Berikutnya yang menjadi faktor disiplin ialah melalui pendidikan yang dapat membina, mengarahkan siswa dalam berperilaku disiplin, selanjutnya faktor yang paling penting dalam perilaku disiplin adalah pemberian hukuman sehingga individu tersebut sadar akan kesalahan dan membuatnya untuk merubah perilaku yang salah tersebut.

g. Pembentukan Disiplin

Disiplin itu dapat dikatakan lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang pada sistem nilai budaya yang telah ada pada masyarakat, adapun unsur yang membentuk disiplin yaitu sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Disiplin dapat dibina melalui latihan-latihan pendidikan, penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu.

Disiplin akan mudah ditegakkan bila muncul dari kesadaran diri, peraturan yang ada dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan dirinya dan sesama, sehingga akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju arah disiplin diri. Menurut Hurlock (dalam Aulina, 2013) disiplin dapat terbentuk dengan cara “1) mendisiplinkan secara otoriter 2) mendisiplinkan secara permisif dan 3) mendisiplinkan secara demokratis”.

Dapat dipahami bahwa pembentukan disiplin terdapat 3 cara diantaranya :

1) Mendisiplinkan secara otoriter yaitu dengan cara menetapkan peraturan dan pengaturan yang keras dan memaksa dengan disertai adanya hukuman terutama hukuman badan apabila tidak dapat memenuhi standar disiplin yang telah ditentukan. Dalam disiplin otoriter sedikit atau sama sekali tidak adanya

(35)

persetujuan atau tanda-tanda penghargaan lainnya apabila seseorang berhasil memenuhi standar.

2) Mendisiplinkan secara permisif bisa diartikan sedikit disiplin atau tidak berdisiplin. Dalam cara ini anak sering tidak diberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka bebas mengambil keputusan dan berlaku sesuai dengan kehendaknya sendiri.

3) Mendisiplinkan secara demokratis yaitu dengan menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Cara ini lebih menekankan pada aspek edukatif daripada aspek hukumannya. Hukuman dalam cara ini tidak diberikan dalam bentuk hukuman badan tetapi lebih pada menghilangkan reward jika anak tidak bisa memenuhi standar. h. Peraturan dan Tata Tertib SMP N 1 Padang Ganting

Adapun bentuk peraturan atau tata tertib yang harus dipatuhi di SMP N 1 Padang Ganting sebagai berikut :

A.Ketentuan Umum

1. Tata tertib ini dimaksudkan sebagai rambu-rambu bagi siswa dalam bersikap, berucap, bertindak dan melaksanakan kegiatan sehari-hari d sekolah dalam rangka menciptakan iklim dan kultur yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang efektif.

2. Tata tertib sekolah ini dibuat berdasarkan nilai-nilai yang dianut sekolah dan masyarakat sekitar, yang meliputi: nilai ketaqwaan, sopan santun, pergaulan, kedisiplinan dan ketertiban, kebersihan, kesehatan, kerapian, keamanan, dan lain-lain yang mendukung kegiatan belajar yang efektif. 3. Setiap siswa wajib melaksanakan ketentuan yang tercantum

dalam tata tertib ini secara konsekuen dan penuh kesadaran. 4. Tata tertib sekolah harus dipatuhi selama menjadi siswa.

(36)

Adapun tata tertib sekolah SMP N 1 Padang Ganting sebagai berikut: a. Pakaian sekolah 1) Pakaian seragam 2) Khusus Laki-laki 3) Khusus Perempuan 4) Pakaian Olahraga

b. Rambut, Kuku, Tato dan Make-Up 1) Siswa dilarang dalam hal 2) Khusus siswa laki-laki 3) khusus siswa perempuan c. Masuk dan Pulang Sekolah

d. Kebersihan, Kedisiplinan, dan Ketertiban e. Sopan, Santun Pergaulan

f. Upacara Bendera dan Peringatan Hari-hari Besar g. Larangan-larangan (SMP N 1 Padang Ganting)

Keteranga peraturan dan tata tertib di SMP N 1 Padang Ganting lengkap terdapat pada lampiran.

2. Layanan Penguasaan Konten

a. Pengertian Layanan Penguasaan Konten

Layanan penguasaan konten merupakan salah satu jenis layanan yang terdapat dalam konseling. Konten atau isi yang akan dikuasai oleh para siswa tergantung kepada kebutuhan, hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno (2012:89) yang menyatakan bahwa:

Layanan penguasaan konten (PKO) merupakan layanan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari itu merupakan suatu unit konten yang didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses hukum dan aturan, nilai, persepsi, afeksi, sikap dan tindakan yang terkait di dalamnya.

Bila dilihat dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwasanya layanan penguasan konten merupakan suatu layanan dalam konseling yang memberikan peserta didik wawasan, sekaligus penguasaan terhadap suatu konten tertentu untuk dikuasainya dan itu diberikan bisa secara

(37)

individual atau kelompok. Menurut ABKIN layanan penguasaan konten (PKO) merupakan:

Layanan BK yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan dalam melakukan, berbuat atau mengerjakan sesuatu yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga dan masyarakat sesuai dengan tuntutan kemajuan dan berkarakter-cerdas yang terpuji, sesuai dengan potensi dan peminatan dirinya (2013: 30).

Brdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa layanan penguasaan konten merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan oleh konselor, guna menguasai kompetensi tertentu terhadap suatu konten yang akan membuat seseorang lebih mudah dalam menjalani kehidupannya, serta bagaimana individu tersebut mengalami kemajuan dan memiliki karakter yang cerdas dalam mengikuti serta mengembangkan pontesi dan minatnya. Layanan penguasaan konten merupakan layanan yang diberikan oleh seorang konselor sebagai pelaksana layanan dengan tujuan untuk membantu peserta didik atau siswa menguasai konten tertentu yang dianggap sebagai kebutuhan bagi individu tersebut. Penyajian yang diberikan berupa materi yang disertai dengan memberikan latihan, yang mana hal tersebut membuat individu tersebut mampu menguasai konten tersebut dan memiliki kompetensi akan hal tersebut akan mendorong individu tersebut maju dengan berkarakter cerdas.

b. Tujuan Layanan Penguasaan Konten

Menurut Prayitno (2012: 90) tujuan dari layanan penguasaan konten terdapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Tujuan Umum

Tujuan umum layanan penguasaan layanan PKO ialah dikuasainya suatu konten tertentu. Penguasaan konten ini perlu bagi individu atau klien untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara atau kebiasaan tertentu, untuk memenuhi

(38)

kebutuhannya dan mengatasi masalah-masalahnya. Dengan penguasaan konten yang dimaksud itu individu yang bersangkutan lebih mampu menjalani kehidupan secara efektif (kehidupan efektif sehari-hari/ KES).

2) Tujuan Khusus

Tujuan khusus layanan PKO dapat dilihat pertama dari kepentingan individu atau klien mempelajarinya dan kedua dari isi konten itu sendiri.

Dilihat dari kutipan di atas, maka dapat dimengerti bahwa tujuan umum layanan penguasaan konten (PKO) adalah untuk memberi wawasan baru dan pemahaman yang dapat mengarahkan individu dalam memberikan penilaian dan sikap yang berguna untuk memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya, jika tujuan tersebut telah tercapai maka individu atau klien tersebut akan menangani persoalan yang ada.

Tujuan khusus dari layanan penguasaan konten berdasarkan apa saja yang dibutuhkan oleh klien ataupun apa saja yang diperlukan oleh klien, layanan peguasaan konten terkait dengan fungsi-fungsi konseling yaitu:

1) Fungsi pemahaman, menyangkut konten-konten yang isinya merupakan berbagai hal yang perlu dipahami. Dalam hal ini seluruh aspek konten ( yaitu fakta, data, konsep, proses, hukum dan aturan, nilai dan bahkan aspek yang menyangkut persepsi, afeksi, sikap dan tindakan) memerlukan pemahaman yang memadai. Konselor dan klien perlu menekankan aspek-aspek pemahaman dari konten yang menjadi fokus layanan PKO. 2) Fungsi pencegahan, dapat menjadi muatan layanan PKO apabila

kontennya memang teraarah kepada terhindarnya individu atau klien dari mengalami masalah tertentu.

3) Fungsi pengentasan, akan menjadi arah layanan apabila penguasaan konten memang untuk mengatasi masalah yang sedang dialami klien.

4) Penguasaan konten, dapat secara langsung maupun tidak langsung mengembangkan disuatu isi dan isi lain memelihara potensi individu atau klien. Pengajaran dan pelatihan dalam PKO dapat mengemban fungsi pengembangan dan pemeliharaan.

5) Penguasaan konten yang tepat dan terarah memungkinkan individu membela diri sendiri terhadap ancaman atau

(39)

pelanggaran atas hak-haknya. Dengan demikian layanan PKO dapat mendukung fungsi advokasi (Prayitno, 2012: 90-91).

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa fungsi layanan konseling yaitu fungsi pemahaman yang mana seorang konselor memberikan pemahaman kepada klien dan menjelaskan isi konten yang akan diberikan menyangkut kepada seluruh aspek konten yaitu fakta, data, konsep, proses, hukum, aturan, nilai dan aspek yang menyangkut persepsi, afeksi, sikap dan tindakan. Fungsi pencegahan yaitu mencegah klien dari masalah-masalah tertentu agar individu mencapai kehidupan afektif sehari-hari.

Fungsi pengentasan yaitu mengatasi masalah yang sedang dialami oleh klien, yang mana kehidupan mengalami kehidupan efektif sehari- hari terganggu menjadi kehidupan efektif sehari-hari. Layanan penguasaan konten dapat diberikan secara langsung atau tidak langsung kepada klien dan di dalam layanan penguasaan konten bisa memungkinkan individu membela diri terhadap ancaman dan pelanggaran terhadap hak-haknya.

Pada penyelenggraan layanan PKO konselor perlu menekankan secara jelas dan spesifik fungsi-fungsi konseling mana yang menjadi arah layanannya dalam konten khusus yang menjadi fokus kegiatannya. Penekanan atas fungsi itulah sesuai dengan isi konten yang dimaksut, dengan demikian akan dapat tercapai tujuan khusus layanan PKO.

c. Komponen Layanan Penguasaan Konten

Setiap pelaksanaan akan suatu layanan dalam proses konseling, terdapat komponen yang akan menunjang terlaksananya suatu layanan tersebut. Begitu halnya dengan layanan penguasaan konten. Pada layanan penguasaan konten terdapat komponen yang harus ada agar layanan penguasaan konten tersebut dapat terlaksana.

(40)

Prayitno (2012 : 92-93) mengungkapkan bahwa ada tiga komponen dalam pelaksanaan layanan penguasaan konten, yaitu:

1) Konselor

Konselor adalah tenaga ahli pelayanan konseling, penyelenggaraan pelayanan PKO dengan menggunakan berbagai modus dan media layanannya. Konselor menguasai konten yang menjadi isi layanan PKO yang diselenggarakan. 2) Individu

Konselor menyelenggarakan layanan PKO terhadap seseorang atau sejumlah individu yang memerlukan penguasaan atas konten yang menjadi isi layanan. Individu adalah subjek yang menerima layanan, sedangkan konselor adalah pelaksana layanan. Individu penerima layanan PKO merupakan peserta peserta didik (siswa di sekolah), klien yang secara khusus memerlukan bantuan konselor atau siapapun yang memerlukan penguasaan konten tertentu demi pemenuhan tuntutan perkembangan dan/ atau kehidupannya.

3) Konten

Konten merupakan isi layanan PKO, yaiatu satu unit materi yang menjadi pokok bahasan atau materi latihan yang dikembangkan oleh konselor dan diikuti atau dijalani oleh individu peserta layanan.

Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwasanya dalam pelaksanaan layanan penguasaan konten terdapat tiga komponen yang harus ada. Pertama konselor, yang mana konselor merupakan tenaga profesional yang menjadi pelaksana dari suatu layanan konseling. Konselor akan mengarahkan dan memberikan siswa keterampilan akan kompetensi dari sebuah konten, yang dilakukan dengan cara dilatih agar siswa dapat menguasai konten tersebut.

Kedua adalah individu, yang mana individu adalah subjek yang akan menerima layanan. Individu yang dimaksud di sini adalah seseorang yang membutuhkan sebuah penguasaan terhadap sesuatu konten. Individu penerima layanan PKO bisa merupakan peserta didik (siswa di sekolah) atau siapapun saja yang memerlukan penguasaan akan suatu konten tertentu.

(41)

Selanjutnya konten, konten yang merupakan isi materi yang akan diberikan oleh seorang konselor kepada individu yang membutuhkan layanan penguasaan konten. Konten yang diberikan selain untuk dibahas, namun juga akan dilakukan oleh konselor kepada individu yang menjadi subjek layanan agar ia mengerti dan menguasai konten ysng diberikan. sehubungan dengan berbagai bidang layanan yang dimaksudkan itu dapat diambil dan dikembangkan kepada berbagai hal yang kemudian dikemas menjadi topik atau pokok bahasan latihan yang akan menjadi isi kegiatan yang akan diikuti oleh peserta pelayanan PKO. Pada pembahasan layanan penguasaan konten ini, siswa dapat membantu karena salah satu konten yang akan diberikan berhubungan dengan pengembangan kehidupan sosial, yakni bagaimana siswa mampu menjalin hubungan yang baik dengan semua elemen lingkungannya tanpa adanya melakukan suatu tindakan yang akan melukai seseorang baik secara fisik maupun biologis.

d. Pendekatan dan Teknik Layanan Penguasaan Konten

Prayitno (2012: 96-97) menyatakan layanan penguasaan konten pada umumnya dilaksanakan secara langsung dan tatap muka, dengan format klasikal, kelompok atau individu dengan baik:

1) High-Touch, yaitu sentuhan-sentuhan tingkat tinggi yang mengenai aspek-aspek kepribadian dan kemanusian peserta layanan (terutama aspek-aspek efektif, semangat, sikap, nilai dan moral), melalui implementasi oleh konselor pilar pembelajaran yang disebut berwibawa meliputi asas-asas sebagai berikut:

a) Pengakuan dan penerimaan b) Kasih sayang dan kelembutan c) Pengarahan dan keteladanan d) Pemberian penguatan

e) Tindakan tegas dan mendidik

2) High-Tech, yaitu teknologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas penguasaan konten, melalui implementasi oleh konselor sebagai berikut:

a) Materi pembelajaran b) Metode pembelajaran

(42)

c) Alat bantu pembelajaran d) Lingkungan pembelajaran e) Penelian pembelanjaran

Bila dilihat dari kutipan di atas, maka terdapat dua pendekatan dalam layanan penguasaan konten, yaitu High-Touch dan High-Tech. Pendekatan High-Touch merupakan pendekatan pendekatan sentuhan yang tinggi pada aspek-aspek kepribadian dan kemanusian yang bisa berupa aspek afektif, semangat, sikap, nilai dan moral. Pada pendekatan ini konselor dapat mengawalinya dengan diri konselor sendiri dengan pilar pembelajaran yakni berwibawa. Kewibawaan dari seseorang konselor akan membuat konselor dipercaya dan membuat siswa ataupun klien yang mengikuti layanan tersebut menjadi lebih yakin akan proses layanan konseling yang sedang ia lakukan.

Selanjutnya, dalam menjalankan pilar pembelajaran itu konselor juga akan memperhatikan asas-asas pengakuan dan penerimaan, kasih sayang dan kelembutan, pengarah dan keteladanan, pemberian penguatan dan tindak tegas yang mendidik. Agar pelaksanaan dari proses layanan berjalan dengan baik, maka konselor dalam pendekatan High-Touch ini harus dapat menjadi pribadi yang baik. Seperti halnya konselor mampu bersikap terbuka, saling menghargai, memberikan kasih sayang, mampu menjadi contoh yang baik dalam bersikap serta juga mampu memberikan motivasi dikala siswanya lemah sehingga dapat menjadi pendidikan yang baik bagi siswa ataupun kliennya.

Kemudian pendidikan High-tech, merupakan pendekatan dengan teknologi tinggi dengan melalui materi pembelajaran (dalam hal ini konten), metode pembelajaran, alat bantu pembelajaran, lingkungan pembelajaran. Pada pendekatan ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang konselor mampu memberikan konten yang memang sedang dibutuhkan oleh siswanya dan metode atau cara seperti apa yang digunakan oleh konselor dalam memberikan layanan penguasaan konten tersebut, sehingga tujuan dari layanan PKO tersebut dapat tersampaikan.

Gambar

Tabel 3.2  Populasi Penelitian  NO  Kelas  Jumlah  1  VIII A  27  2  VIII B  28  3  VIII C  28  4  VIII D  27  Jumlah  110
Tabel di atas, menjelaskan perbandingan skor prea-test dengan post-test,  skor  pre-test  sebanyak  1411  dengan  rata-rata  164,54  berada  pada  kategori  sedang
Tabel  di  atas,  menjelaskan  perbandingan  skor  pre-test  dengan  post- post-test  kedisiplinan  siswa  pada  aspek  selalu  menaati  peraturan  dan  tata  tertib  yang ada, skor  pre-test  sebanyak 1506, dengan rata-rata 53,79 berada pada  kategori “se
Tabel  di  atas,  menjelaskan  perbandingan  skor  pre-test  dengan  post- post-test  kedisiplinan  selalu  melaksanakan  tugas  dan  kewajiban  yang  diterima  dengan tepat waktu, skor pre-test sebanyak 1120, dengan rata-rata 40 berada  pada kategori “sed
+5

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa indikator dari strategi pembelajaran bahasa inggris kemungkinan besar didominasi oleh kemampuan kognitif mahasiswa dalam

Sedangkan menyimpan Form dari menu File - Save Form Menu Save digunakan untuk menyimpan pertama kali atau menyimpan dengan nama yang sama. Menu Save As digunakan untuk

Akhir periode akuntansi 2010 diadakan penyesuaian untuk mencatat biaya asuransi sebesar 6.000..  Jurnal penyesuaian untuk mencatat biaya

Metode Backward dan Viterbi yang dimodifikasi digunakan untuk memperbaiki incomplete trace sedangkan metode Baum-welch yang dimodifikasi dan metode pembentukan model

Berdasarkan hal diatas, maka perlu diketahui kekuatan struktur dan umur fatigue pada crane yang sudah ada kemudian dilakukan desain ulang untuk mendapatkan struktur

menjaring sikap peduli lingkungan siswa dilakukan dengan memberikan skala sikap peduli lingkungan siswa. Setelah melakukan pretest kedua kelompok subjek mendapatkan

Analisis jumlah arsip yang tercipta dilakukan pada seluruh unit pengolah di lingkungan ANRI sebagai acuan jumlah arsip yang tercipta setiap tahun, sehingga dari hasil

Pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh antara kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, dan sikap terhadap niat mahasiswa