• Tidak ada hasil yang ditemukan

exsum_POTENSI INVESTASI.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "exsum_POTENSI INVESTASI.pdf"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

EXECUTIVE SUMMERY

EXECUTIVE SUMMERY

KAJIAN POTENSI INVESTASI

KAJIAN POTENSI INVESTASI

DI SUMATERA UTARA

DI SUMATERA UTARA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

M E D A N

M E D A N

2 0 1 1

2 0 1 1

(2)
(3)

ABSTRAK ABSTRAK

Investasi merupakan salah satu faktor untuk mendukung pertumbuhan Investasi merupakan salah satu faktor untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah Sumatera Utara karena memiliki banyak potensi sumberdaya ekonomi daerah Sumatera Utara karena memiliki banyak potensi sumberdaya alam di bidang pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, alam di bidang pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan,  pariwisata,

 pariwisata, sumberdaya energi sumberdaya energi dan dan mineral. mineral. Di Di pihak pihak lain, lain, berbagai berbagai potensi yangpotensi yang dimiliki tersebut masih belum terdata dan tergali serta termanfaatkan secara dimiliki tersebut masih belum terdata dan tergali serta termanfaatkan secara optimal. Investasi ini dapat dibentuk melalui penanaman modal swasta dan optimal. Investasi ini dapat dibentuk melalui penanaman modal swasta dan  pemerintah untuk mengolah sumb

 pemerintah untuk mengolah sumberdaya yang tersedia di wilayah inierdaya yang tersedia di wilayah ini..

Hasil penelitian diperoleh bahwa potensi investasi yang dapat dilakukan di Hasil penelitian diperoleh bahwa potensi investasi yang dapat dilakukan di Sumatera Utara, meliputi : 1) bidang pertanian dengan komoditinya jagung, Sumatera Utara, meliputi : 1) bidang pertanian dengan komoditinya jagung, kedelai, ubi kayu, sayur-sayuran dan buah-buahan (salak, rambutan, marquisa, kedelai, ubi kayu, sayur-sayuran dan buah-buahan (salak, rambutan, marquisa, nenas, jeruk, pisang) serta tanaman hias; 2) bidang perkebunan komoditinya nenas, jeruk, pisang) serta tanaman hias; 2) bidang perkebunan komoditinya kelapa sawit, karet, kopi, kakao, teh dan tembakau; 3) bidang perikanan dengan kelapa sawit, karet, kopi, kakao, teh dan tembakau; 3) bidang perikanan dengan komiditi budidaya perikanan, perikanan tangkap, pembibitan ikan, industri komiditi budidaya perikanan, perikanan tangkap, pembibitan ikan, industri  pengolahan

 pengolahan hasil hasil perikanan; perikanan; 4) 4) bidang bidang peternakan peternakan dengan dengan komiditi komiditi budidayabudidaya  peternakan sapi,

 peternakan sapi, kerbau, kambing, babi, kerbau, kambing, babi, ayam, burung puyuh, pembibitan hiayam, burung puyuh, pembibitan hijauanjauan makanan ternak; pembibitan ternak, industri pembuatan inseminasi buatan hewan makanan ternak; pembibitan ternak, industri pembuatan inseminasi buatan hewan ternak, industri pengolahan hasil peternakan, rumah potong hewan, industri ternak, industri pengolahan hasil peternakan, rumah potong hewan, industri  pengolahan

 pengolahan hasil hasil ternak, ternak, industri industri makanan makanan ternak, ternak, dan dan industri industri pengolahanpengolahan kerajinan dari kulit; 5) bidang kehutanan berupa budidaya hutan tanaman industri kerajinan dari kulit; 5) bidang kehutanan berupa budidaya hutan tanaman industri dan agrosilvaculture, industri pengolahan hasil kehutanan (

dan agrosilvaculture, industri pengolahan hasil kehutanan ( furniture furniture dari kayu dan dari kayu dan rotan), real estate, kertas dan pulp, ekoturism dan jungle activity ekoresort; 6) di rotan), real estate, kertas dan pulp, ekoturism dan jungle activity ekoresort; 6) di  bidang

 bidang pariwisata pariwisata berupa berupa pembangunan pembangunan hotel hotel dan dan resort;resort; Theme Park Theme Park ; wisata; wisata  bahari

 bahari dan dan wisata wisata alam; alam; 7) 7) di di bidang bidang kesehatan kesehatan meliputi meliputi pembangunan pembangunan rumahrumah sakit, klinik swasta, pabrik obat-obatan, alat kedokteran, apotik, dan laboratorium sakit, klinik swasta, pabrik obat-obatan, alat kedokteran, apotik, dan laboratorium medis; 8) di

medis; 8) di bidang pertambangan dan energi meliputi batubara, minyak bumi, gasbidang pertambangan dan energi meliputi batubara, minyak bumi, gas  bumi,

 bumi, gambut, gambut, bauksit, bauksit, belerang, belerang, timbal, timbal, andesit, andesit, batu batu apung, apung, batu batu gamping,gamping,  bentonit, dan

 bentonit, dan dolomit, jasa dolomit, jasa perdagangan hasil perdagangan hasil pertambangan, industri pertambangan, industri pengolahanpengolahan hasil pertambangan (semen, pabrik gelas, perhiasan), pembangkit listrik, pabrik hasil pertambangan (semen, pabrik gelas, perhiasan), pembangkit listrik, pabrik  besi

 besi dan dan baja, baja, briket briket batubara, batubara, industri industri bahan bahan konstruksi, konstruksi, elektronika elektronika dandan  perkakas,

 perkakas, battery, battery, pembungkus pembungkus kabel kabel dan dan korek korek api, api, industri industri kimia kimia dan dan obat- obat-obatan, pabrik pupuk dan pestisida

obatan, pabrik pupuk dan pestisida

Kegiatan investasi tersebut dapat dilakukan di hampir seluruh Kegiatan investasi tersebut dapat dilakukan di hampir seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera sesuai dengan potensi yang dimilikinya Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera sesuai dengan potensi yang dimilikinya masing-masing. Untuk mendukung pengembangan potensi tersebut diperlukan masing-masing. Untuk mendukung pengembangan potensi tersebut diperlukan sarana penunjang meliputi : jalan, fasilitas telekomunikasi, bangunan dan sarana penunjang meliputi : jalan, fasilitas telekomunikasi, bangunan dan  peralatan,

 peralatan, serta serta lahan lahan yang yang telah telah memadai. memadai. Di Di samping samping itu, itu, stakeholders stakeholders yangyang mengelola penanaman modal di tingkat provinsi dan kabupatan/kota perlu mengelola penanaman modal di tingkat provinsi dan kabupatan/kota perlu mempersiapkan prosedur administrasi yang singkat dan cepat serta kemudahan mempersiapkan prosedur administrasi yang singkat dan cepat serta kemudahan dan insentif yang diberikan kepada calon investor.

dan insentif yang diberikan kepada calon investor. Kata Kunci :

Kata Kunci : Potensi, Investasi, Pertanian, Kehutanan Industri, Pariwisata,Potensi, Investasi, Pertanian, Kehutanan Industri, Pariwisata, Pertambangan.

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

ABSTRAK

ABSTRAK .……….………. .……….………. ii DAFTAR

DAFTAR ISI...ISI... ... iiii DAFTAR

DAFTAR TABEL...TABEL... ... iviv BAB

BAB I. I. PENDAHULUAN………...PENDAHULUAN………... ... 11 1.1.

1.1. Latar Latar Belakang Belakang ... ... 11 1.2.

1.2. Perumusan Perumusan Masalah...Masalah... ... 44 1.3. Tujuan 1.3. Tujuan... ... 44 1.4. Sasaran... 1.4. Sasaran... ... 44 1.5. Manfaat.... 1.5. Manfaat... ... 44 BAB

BAB II. TINJAUAN II. TINJAUAN PUSTAKA...PUSTAKA... ... 55 2.1.

2.1. Pengertian Pengertian Investasi Investasi ………...………... ... 55 2.2.

2.2. Teori Teori Investasi Investasi .………...………... ... 55 2.3.

2.3. Teori Teori Pertumbuhan Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi ..…………...…………... ... 66 2.4.

2.4. Faktor-Faktor Faktor-Faktor Yang Yang Mempengaruhi Mempengaruhi Investasi Investasi ……... ……... 66 2.4.

2.4. Kebijakan Kebijakan Ekonomi Ekonomi Regional...………...Regional...………... .... 99 2.5.

2.5. Rencana Rencana Pembangunan Pembangunan Regional Regional ………... ………... 99 BAB

BAB III. III. METODE METODE PENELITIAN...PENELITIAN... ... 1010 3.1.

3.1. Lokasi Lokasi dan dan Waktu Waktu Penelitian………... Penelitian………... 1010 3.2.

3.2. Metodologi Metodologi Penelitian………...……...Penelitian………...……... ... 1010 3.2.1.

3.2.1. Jenis Jenis dan dan Sumber Sumber Data...……….………... Data...……….………... 1010 3.2.2.

3.2.2. Populasi Populasi dan dan Sampel……….…….….……... Sampel……….…….….……... 1010 3.2.3.

3.2.3. Teknik Teknik Pengumpulan Pengumpulan Data..………..…..…... Data..………..…..…... 1010 3.2.3.

3.2.3. Motode Motode Analisa Analisa Data..………... Data..………... 1010 BAB IV

BAB IV. . HASIL HASIL DAN PEDAN PEMBAHASAN...MBAHASAN... .. 1111 4.1.

4.1. Kondisi dan Kondisi dan Potensi InvPotensi Investasi Kabupaten/Kota estasi Kabupaten/Kota di Pdi Provinsirovinsi Sumatera

Sumatera Utara...Utara... ... 1111 4.1.1.

4.1.1. Kabupaten Kabupaten Asahan..………...Asahan..………... 11... 11 4.1.2.

4.1.2. Kabupaten Kabupaten Dairi..………...Dairi..………... 12... 12 4.1.3.

4.1.3. Kabupaten Kabupaten Deli Deli Serdang.………...Serdang.………... ... 1212 4.1.4.

4.1.4. Kabupaten Kabupaten Humbang Humbang Hasundutan..…...Hasundutan..…... ... 1313 4.1.5.

4.1.5. Kabupaten Kabupaten Karo…..………...Karo…..………... 14... 14 4.1.6.

4.1.6. Kabupaten Kabupaten Labuhan Labuhan Batu………...Batu………... ... 1414 4.1.7.

4.1.7. Kabupaten Kabupaten Langkat..………...Langkat..………... 15... 15 4.1.8.

4.1.8. Kabupaten Kabupaten Mandailing Mandailing Natal Natal ……...……... ... 1616 4.1.9.

4.1.9. Kabupaten Kabupaten Nias Nias Utara… Utara… .………... .………... 1616 4.1.10.

4.1.10. Kabupaten Kabupaten Nias Nias Selatan…………...…...Selatan…………...…... ... 1717 4.1.11.

(5)

4.1.13.

4.1.13. Kabupaten Kabupaten Serdang Serdang Bedagei Bedagei ……...…...……...…... ... 1919 4.1.14.

4.1.14. Kabupaten Kabupaten Simalungun Simalungun …………...…... …………...…... 1919 4.1.15.

4.1.15. Kabupaten Kabupaten Tapanuli Tapanuli Tengah Tengah ……...…...……...…... ... 2020 4.1.16.

4.1.16. Kabupaten Kabupaten Tapanuli Tapanuli Selatan…………...Selatan…………... .. 2020 4.1.17.

4.1.17. Kabupaten Kabupaten Tapanuli Tapanuli Utara………...…...Utara………...…... 21... 21 4.1.18.

4.1.18. Kabupaten Kabupaten Toba Toba Samosir..………...…...Samosir..………...…... 22... 22 4.1.19.

4.1.19. Kota Kota Binjai………...…... Binjai………...…... 2323 4.1.20.

4.1.20. Kota Kota Medan…..………...…...Medan…..………...…... ... 2323 4.1.21.

4.1.21. Kota Kota Padang Padang Sidempuan Sidempuan ………...…...………...…... 23... 23 4.1.22.

4.1.22. Kota Kota Pematang Pematang Siantar..………….…...Siantar..………….…... ... 2424 4.1.23.

4.1.23. Kota Kota Sibolga Sibolga ………...…...………...…... ... 2424 4.1.24.

4.1.24. Kota Kota Tanjung Tanjung Balai..………...…...Balai..………...…... ... 2525 4.1.25.

4.1.25. Kota Kota Tebing Tebing Tinggi Tinggi ………...…...………...…... .... 2525 4.2.

4.2. Kondisi Kondisi dan dan Potensi Potensi Investasi Investasi di di Sumatera Sumatera Utara………..….... Utara………..….... 2626 4.3.

4.3. Kebijakan PenKebijakan Pengembangan gembangan Potensi IPotensi Investasi nvestasi di Sdi Sumateraumatera Utara ……... Utara ……... ... 3232 4.3.1. 4.3.1. Pertanian..………...Pertanian..………... ... 3232 4.3.2. 4.3.2. Perkebunan.………...Perkebunan.………... ... 3636 4.3.3. 4.3.3. Perikanan.………...Perikanan.………... . 3737 4.3.4. 4.3.4. Peternakan...…...Peternakan...…... ... 3939 4.3.5. 4.3.5. Kehutanan.…..………...Kehutanan.…..………... ... 4141 4.1.6. 4.1.6. Pariwisata Pariwisata ………...………... 4... 433 4.1.7. 4.1.7. Kesehatan..………...Kesehatan..………... ... 4444 4.1.8.

4.1.8. Pertambangan Pertambangan dan dan Energi Energi ……...……... ... 4545 4.4. Sarana

4.4. Sarana dan Prasarandan Prasarana Pendukung a Pendukung Investasi...Investasi... ... 4848 BAB

BAB V. V. KESIMPULAN KESIMPULAN DAN DAN SARAN...SARAN... ... 4949 5.2.

5.2. Kesimpulan Kesimpulan ...………..….... ...………..….... 4949 5.2.

5.2. Saran Saran dan dan Rekomendasi Rekomendasi ...………..….... ...………..….... 5151 DAFTAR P

(6)

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL

Nomor

Nomor Nama Nama Tabel Tabel HalHal

Tabel

Tabel 4.1. 4.1. Komoditi Komoditi Potensial Potensial di di Kabupaten Kabupaten Dairi Dairi ……...……….. ……...……….. 1212 Tabel

Tabel 4.2. 4.2. Komoditi Komoditi Prioritas Prioritas di di Kabupaten Kabupaten Deli Deli Serdang Serdang ………... ………... 1313 Tabel

Tabel 4.3. 4.3. Komoditi Komoditi Potensial Potensial di di Kabupaten Kabupaten Humbang Humbang Hasundutan... Hasundutan... 1313 Tabel

Tabel 4.4. 4.4. Komoditi Komoditi PotensialPotensial di di Kabupaten Kabupaten Karo...Karo... ... 1414 Tabel

Tabel 4.5. 4.5. Komoditi Komoditi Prioritas Prioritas di di Kabupaten Kabupaten Labuhan Labuhan Batu...Batu... ... 1515 Tabel

Tabel 4.6. 4.6. Komoditi Komoditi Potensial Potensial di di Kabupaten Kabupaten Mandailing Mandailing Natal Natal ... ... 1616 Tabel

Tabel 4.7. 4.7. Komoditi Komoditi Potensial Potensial di di Kabupaten Kabupaten Nias Nias Utara Utara …..…... …..…... 1717 Tabel

Tabel 4.8. 4.8. Komoditi Komoditi Potensial Potensial di di Kabupaten Kabupaten Nias Nias Selatan...Selatan... ... 1717 Tabel

Tabel 4.9. 4.9. Komoditi Komoditi Potensial Potensial di di Kabupaten Kabupaten Samosir Samosir .….…….…………. .….…….…………. 1818 Tabel

Tabel 4.10. 4.10. Komoditi Komoditi Prioritas Prioritas di di Kabupaten Kabupaten Serdang Serdang Bedagai Bedagai ...…... ...…... 1919 Tabel

Tabel 4.11. 4.11. Komoditi Komoditi Pioritas Pioritas di di Kabupaten Kabupaten Simalungun Simalungun ….….………….. ….….………….. 2020 Tabel

Tabel 4.12. 4.12. Komoditi Komoditi Potensial Potensial di di Kabupaten Kabupaten Tapanuli Tapanuli SelatanSelatan ………..…. 21………..…. 21 Tabel

Tabel 4.13. 4.13. Komoditi Komoditi Potensial Potensial di di Kabupaten Kabupaten Tapanuli Tapanuli Utara Utara ……….……. ……….……. 2222 Tabel

Tabel 4.14. 4.14. Komoditi Komoditi Potensial Potensial di di Kabupaten Kabupaten Tobasa Tobasa ……….…. ……….…. 2222 Tabel

Tabel 4.15. 4.15. Daftar Daftar Bandara Bandara Yang Yang Ada Ada di di Sumatera Sumatera Utara...Utara... ... 2828 Tabel

Tabel 4.16. 4.16. Arus Arus Barang Barang Menurut Menurut Pelabuhan Pelabuhan (Ton)...(Ton)... ... 2929 Tabel

Tabel 4.17. 4.17. Produksi Produksi Padi Padi dan dan Palawija Palawija di di Sumatera Sumatera Utara Utara Tahun Tahun 2009... 2009... 3434 Tabel

Tabel 4.18. 4.18. Produksi Produksi Sayur-sayuran Sayur-sayuran di di Sumatera Sumatera Utara Utara Tahun Tahun 2009... 2009... 3434 Tabel

Tabel 4.19. 4.19. Produksi Produksi Buah-Buahan………...Buah-Buahan………... 35... 35 Tabel

Tabel 4.20. 4.20. Luas Luas Areal Areal dan dan Produksi Produksi Tanaman Tanaman Perkebunan Perkebunan di di Sumatera…. Sumatera…. 3636 Tabel

Tabel 4.21. 4.21. Luas Luas Areal Areal dan dan Produksi Produksi Perikanan Perikanan di di Sumatera Sumatera Utara Utara TahunTahun

2009………... 38 2009………... 38 Tabel

Tabel 4.22. 4.22. Populasi Populasi Ternak Ternak dan dan Produksi Produksi (Daging, (Daging, Kulit, Kulit, Telur Telur dan dan Susu)Susu) di

di Sumatera Sumatera Utara Utara Tahun Tahun 2009...2009... ... 4040 Tabel

Tabel 4.23. 4.23. Luas Luas Kawasan Kawasan Hutan Hutan Per Per Kabupaten Kabupaten di di Sumatera Sumatera Utara... Utara... 4242 Tabel

Tabel 4.24. 4.24. Potensi Potensi Investasi Investasi Pertambangan Pertambangan dan dan Energi Energi di di SumateraSumatera

Utara... 46 Utara... 46

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik dari pada kondisi yang lalu. Dalam mempercepat pembangunan nasional di segala bidang agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, pemerintah memerlukan modal yang cukup besar. Akan tetapi kemampuan pemerintah dalam menyediakan modal untuk keperluan mempercepat pembangunan sangat terbatas. Oleh karena itu, sebagai salah satu aspek dalam kebijakan, pemerintah perlu melakukan usaha-usaha agar memperoleh lebih banyak dana untuk pembangunan (Lubis, 2008).

Indonesia sebagai negara berkembang merupakan tujuan dari kegiatan investasi baik yang dilakukan oleh investor asing maupun yang dilakukan oleh investor dalam negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini Indonesia memerlukan investasi baru untuk mengurangi tingkat pengangguran setelah terjadinya krisis ekonomi beberapa waktu lalu.. Semakin tinggi tingkat pengangguran menyebabkan tingkat kemiskinan menjadi semakin tinggi, hal ini mengakibatkan  pendapatan masyarakat semakin rendah dan akhirnya mengurangi pendapatan nasional Indonesia. Faktor lainnya yang sangat mempengaruhi kegiatan investasi yang berasal dari dalam negeri adalah dengam adanya kegiatan investasi dalam  bentuk suku bunga. Suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang ( present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada menjadi tidak akan menarik lagi. Suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Disamping itu, suku  bunga yang tinggi akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi yang akan meningkat. Rendahnya suku bunga akan meningkatkan investor karena kredit yang diberikan bank masih menguntungkan untuk melakukan investasi, dimana ketika suku bunga rendah maka investasi akan menjadi meningkat.

Investasi sebagai penanaman modal atau sering disebut sebagai pembentukan modal, merupakan suatu komponen yang menentukan tingkat pengeluaran agregat suatu negara. Dalam pembangunan ekonomi peranan investasi sangatlah penting, dimana dengan semakin tinggi investasi maka pendapatan nasional akan mengalami  peningkatan terhadap barang dan jasa. Berdasarkan teori yang telah ada bahwa ada

hubungan negatif antara suku bunga dengan kegiatan investasi.

Sukirno (2004) mengatakan terdapat hubungan kebalikan (negatif) diantara suku bunga dan jumlah investasi yaitu : apabila suku bunga rendah maka lebih  banyak investasi akan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, tetapi sebaliknya kenaikan suku bunga akan menyebabkan pengurangan dalam jumlah investasi. Kunawangsih dan Antyo (2005) mengatakan bahwa investasi merupakan fungsi dari suku bunga, dimana I = f (i). Hubungan antara suku bunga dan investasi adalah negatif yang ditandai dengan bila suku bunga tinggi maka investasi akan rendah, demikian pula sebaliknya. Murni (2006) mengatakan faktor yang menentukan terjadinya investasi dalam suatu negara disebabkan oleh banyak hal. Investasi tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan nasional saja, tetapi lebih banyak dipengaruhi

(8)

oleh perkembangan bunga. Bila suku bunga (i%) naik maka akan menurunkan investasi (I) dan sebaliknya bila suku bunga turun akan menaikkan investasi.

Perhitungan pendapatan nasional secara sederhana : Y = C + S dan Y = C + I. Unsur investasi dalam pendapatan nasional adalah variabel yang sangat mudah mengalami kegoncangan dan sangat tidak stabil. Karena investasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, disamping pertimbangan psikologis pengusaha. Kaitan investasi dengan pendapatan nasional demikian penting, dalam pembahasan ekonomi secara makro investasi dibahas secara mendalam untuk melihat faktor-faktor yang menyebabkan naik turunnya investasi dalam perekonomian. Kegoncangan yang terjadi dalam investasi akan menimbulkan dampak rentetan yang lebih hebat pada  pendapatan nasional. Dengan bekerja multiflier effect  (angka pengganda), penurunan

investasi akan memberi dampak penurunan yang lebih besar (parah) terhadap  pendapatan nasional. Penurunan investasi akan menyebabkan tingkat pendapatan nasional menurun di bawah kapasitas pendapatan nasional. Peranan investasi pada kapasitas produksi nasional memang sangat besar, karena investasi merupakan  penggerak perekonomian baik untuk penambahan faktor produksi maupun berupa  peningkatan kualitas faktor produksi. Investasi ini nantinya akan memperbesar  pengeluaran masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat de ngan bekerja

multiflier effect  (Nasution: 108).

Investasi sangat diharapkan sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian Indonesia, karena terbatasnya dana yang dimiliki pemerintah. Untuk menggerakkan  pertumbuhan ekonomi ini, peran investasi oleh swasta sangat diharapkan baik

investasi dalam negeri (PMDN) maupun investasi luar negeri (PMA). Dalam kurun waktu 2000-2005 nilai total PMDN yang disetujui pemerintah mengalami fluktuasi setiap tahunnya, dengan penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu 56,94  persen, dimana dari nilai sebesar Rp.58.674.0 miliar pada tahun 2001 turun menjadi Rp.25.262.3 miliar pada tahun 2002. Tetapi sebaliknya di tahun 2003 nilai total investasi PMDN yang disetujui pemerintah mengalami kenaikan dengan nilai investasi Rp.48.484.8 miliar atau naik 91,93 persen dibandingkan tahun sebelumnya.  Namun pada tahun 2004 total investasi dari PMDN yang disetujui pemerintah kembali mengalami penurunan yaitu hanya mencapai Rp.36.747.6 miliar atau turun 24,21 persen. Posisi sampai akhir tahun 2005 nilai total PMDN kembali mengalami kenaikan walaupun nilai investasinya masih di bawah tahun 2001 yaitu hanya mencapai Rp.50.577.4 miliar atau naik 37,63 persen.

 Nilai investasi yang terserap di sektor industri mencapai puncaknya pada tahun 2001 dengan nilai investasi Rp.43.966,6 milyar. Pada tahun 2002 nilai investasi sektor industri hanya menyerap Rp.15.855,5 miliar atau turun hingga 63,94  persen dan kembali mengalami kenaikan di tahun 2003 walaupun nilainya masih di  bawah tahun 2001 dengan nilai investasi mencapai Rp.40.442.7 miliar. Pada tahun 2004 investasi di sektor industri kembali mengalami penurunan hingga 48,98 persen atau hanya menyerap nilai sebesar Rp.20.631.6 miliar.

Saat ini ada kecenderungan investor asing mengalihkan investasinya dari negara maju ke negara-negara berkembang yang pertumbuhan ekonominya sedang meningkat. Hal ini merupakan peluang bagi pemerintah dalam upaya menarik minat investor asing menanamkan kembali modalnya di Indonesia. Sebagai negara  berkembang yang sedang membangun, Indonesia membutuhkan dana yang cukup  besar untuk membiaya pembangunan. Disamping usaha mobilisasi dana dari dalam negeri, dana investasi dari luar negeri diluar pinjaman pemerintah juga terus

(9)

diupayakan. Salah satu faktor yang menarik bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia adalah masih cukup tinggi potensi keuntungan investasi di Indonesia, hal tersebut tercermin dari selisih suku bunga dari luar negeri yang cukup tinggi. Selain itu faktor risiko investasi di Indonesia juga mulai membaik, didorong oleh konsistensi dan koordinasi kebijakan moneter, fiskal dan sektor riil.

Pada tahun 2003 nilai PMA yang disetujui pemerintah mengalami kenaikan sebesar 35,54 persen menjadi US $ 13.207,2 juta, namun turun kembali di tahun 2004 dengan nilai investasi sebesar US $ 10.277,3 juta atau turun 22,18 persen dari tahun sebelumnya yang berarti ada penurunan minat investor dari luar untuk melakukan investasi baru di Indonesia. Perkembangan investasi di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada dasawarsa 1970-an bagian terbesar investasi berasal dari sektor pemerintah, namun pada dasawarsa 1900-an kondisinya terbalik, yaitu sebagian besar investasi domestik berasal dari dunia usaha dan masyarakat. Laju perkembangan investasi di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor baik lingkungan internal maupun eksternal. Masih rendahnya peningkatan investasi di Indonesia disebabkan oleh faktor ekonomi dan ekonomi yang mempunyai dampak imbas rendahnya pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan investasi di Sumatera Utara pada triwulan I tahun 2010 diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sama pada tahun sebelumnya. Investasi di Sumatera Utara tumbuh dari 3,22% pada triwulan IV-2009 menjadi 4,11% pada triwulan I-2010. Peningkatan investasi ini diduga karena optimisme pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usaha, sehingga mendorong  peningkatan investasi baik domestik maupun luar negeri. Peningkatan investasi pada triwulan I tahun 2010 terkonfirmasi dengan adanya peningkatan penjualan semen dan bahan konstruksi. Penjualan semen di di Sumatera Utara sepanjang triwulan I tahun 2010 mencapai 578,94 ribu ton meningkat 5,71% bila dibandingkan tahun lalu sebesar 547,67 ribu ton. Sejalan dengan hal tersebut, hasil SPE menunjukkan adanya  peningkatan penjualan bahan konstruksi di triwulan I tahun 2010 sebesar 1,01%

(yoy) atau 0,80% (qtq) menjadi Rp.959,90 juta. Peningkatan penjualan semen dan  bahan konstruksi menjadi indikator positif adanya peingkatan kegiatan ekonomi terutama pada perbaikan infrastruktur dasar dan pengembangan properti. Dari sisi  pembiayaan perbankan, pada triwulan I tahun 2010 posisi penyaluran kredit investasi di di Sumatera Utara mencapai Rp.18,11 triliun. Nilai realisasi kredit investasi ini mengalami peningkatan sebesar 22,20% (yoy).

Di pihak lain, potensi sumber daya alam yang dimiliki Sumatera Utara sebagai sumber peluang investasi masih banyak yang belum tergali dan dimanfaatkan dalam upaya mendukung pembangunan perekonomian daerah. Permasalahan ini disebabkan keterbatasan data dan informasi yang dimiliki terkait dengan potensi investasi guna nantinya ditawarkan kepada pihak investor di Sumatera Utara. Potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang investasi berupa : pertanian, perkebunan, kelautan, sumber daya mineral dan migas,  panas bumi dan bahkan sarana dan prasarana penunjang pembangunan berupa jalan, listrik dan lain-lain. Provinsi Sumatera Utara dengan luas daratan adalah 71.680 km² terdiri 33 daerah Kabubaten/Kota pada dasarnya dapat dibagi atas wialyah : Pesisir Timur, Pegunungan Bukit Barisan, Pesisir Barat, Kepulauan Nias. Perkembangan masing-masin wilayah tersebut tidak sama. Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap dari pada wilayah lainnya dan merupakan wilayah yang

(10)

relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Sedangkan wilayah Pesisir Barat dan Kepulauan Nias perkembangannya relatif tertinggal sebagai akibat keterbatasan infratruktur yang dimiliki wilayah tersebut, meskipun  potensi sumberdaya yang dimiliki relatif cukup besar.

Sejalan dengan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah tersebut,  pembangunan ekonomi Sumatera Utara mempunyai arti penting sebagai proses untuk mengolah potensi ekonomi yang potensial di daerah ini. Untuk mengolah potensi ekonomi potensial menjadi riil, salah satu sarana yang sangat penting adalah  pengembangan investasi, karena dengan pengembangan investasi akan mendorong  pada beberapa aspek mulai dari penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan daerah/nasional dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan masyarakat di Sumatera Utara.

1.2. Perumusan Masalah

a. Potensi investasi apa saja yang terdapat di Sumatera Utara dan dimana lokasi masing-masing potensi tersebut berada?

 b. Bagaimanakah peluang investasi masing-masing potensi tersebut di Sumatera Utara?

1.3. Tujuan

a. Menganalisis jenis-jenis komoditas yang potensial untuk investasi di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

 b. Mendapatkan hasil analisis mengenai spesifikasi peluang investasi di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

1.4. Sasaran

a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam peningkatan investasi di Sumatera Utara.

 b. Sebagai bahan masukan bagi stakeholders dalam pengembangan kebijakan  peluang investasi di daerah guna peningkatan perekonomian daerah dan

kesejahteraan masyarakat di Sumatera Utara. 1.5. Manfaat

a. Sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan kebijakan investasi di Provinsi Sumatera Utara.

 b. Untuk meningkatkan penanaman modal di Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan potensi yang dimiliki.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Investasi

Penanaman modal atau lebih sering disebut investasi mempunyai banyak  pengertian yang berbeda diantara para pakar ekonomi. Investasi sebagai indikator dari tumbuh kembangnya ekonomi di suatu wilayah/daerah. Investasi merupakan faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Besarnya investasi di suatu negara/daerah menggambarkan besarnya aktivitas  perekonomian dan produktivitas dan hal ini akan terlihat jelas dalam tingkat  pertumbuhan ekonomi. Investasi yang lazim disebut dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal. Menurut Sukimo (2000), investasi adalah merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Deliarnov (1999) mengemukakan bahwa investasi merupakan pengeluaran  perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan  baku/mental, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua peralatan modal lain yang diperlukan dalam proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, pabrik tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga. 2.2. Teori Investasi

Dalam jangka panjang pengeluaran investasi tidak hanya mempengaruhi permintaan agregat tetapi juga terhadap penawaran agragat. Dalam  perspektif waktu jangka panjang investasi akan menambah stok kapital misalnya  pembangunan pabrik, pembangunan jalan dan lain-lain. Jadi pertambahan stok modal berarti peningkatan kapasitas produksi dan selanjutnya penawaran agregat akan bertambah.

Menurut Sukirno (2002), investasi dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu : (a) Investasi otonom adalah investasi atau pembentukan modal yang tidak

dipengaruhi pendapatan nasional.

(b) Investasi terpengaruh adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional.Pendapatan Nasional yang tinggi akan meningkatkan daya beli masyarakat, hal ini berrati menambah permintaan masyarakat akan barang dan  j asa yang akan mendorong perusahaan melakukan lebih banyak investasi lagi.

Menurut Mankiw (2003) ada 3 jenis pengeluaran investasi, yaitu :

(1) Business fixed invesment ( investasi tetap bisnis) mencakup peralatan dan sarana yang digunakan perusahaan dalam proses produksinya. istilah ”bisnis” berarti  barang- barang investasi yang dibeli perusahaan digunakan dalam produksi. Istilah ”tetap” berarti pengeluaran investasi adalah untuk modal yang akan menetap untuk sementara. Model investasi tetap bisnis standar disebut model investasi neoklasik (Neoclassical model of investment). Model neoklasik mengkaji manfaat dan biaya bagi perusahaan untuk memiliki barang- barang modal.

(12)

(2) Residential invesment (investasi residensial) adalah investasi yang meliputi  pembelian gedung baru.

(3) Inventory invesment (investasi persediaan) mencakup barang yang disimpan oleh  perusahaan digudang meliputi bahan baku, persediaan, bahan setengah jadi dan  barang jadi.

Model percepatan memprediksi bahwa investasi persediaan adalah  proporsional terhadap perubahan output. ketika output naik, perusahaan ingin

menyimpan lebih banyak persediaan, sehingga investasi persediaan tinggi. Ketika output turun, perusahaan ingin menyimpan lebih sedikit persediaan hingga investasi  persediaan turun. Jadi model percepatan menyatakan bahwa investasi persediaan  bergantung pada apakah perekonomian tumbuh dengan cepat atau melambat.

2.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Selama dua dasawarsa yang lalu titik perhatian utama ekonomi dunia ditujukan produksi upaya-upaya untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan nasional riil. Pada ekonom beranggapan bahwa pertumbuhan pendapatan nasional riil tersebut bila digunakan sebagai ukuran kinerja ( performance) perekonomian suatu negara. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat (Arsyad, 1988):

1. Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan),  peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources).

2. Pertumbuhan populasi 3. Kemajuan teknologi

Akumulasi modal akan terjadi jika ada proporsi tertentu dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output  produksi masa yang akan datang. Kemudian pertumbuhan populasi dan hal-hal yang  berhubungan dengan kenaikan angkatan kerja (labor force), secara tradisional dianggap sebagai faktor positif, dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Sedangkan kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi  pertumbuhan ekonomi menurut para pakar ekonom. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi

Pendapatan nasional bisa naik atau turun karena perubahan investasi. Kondisi ini bisa bergantung pada teknologi, penurunan tingkat bunga, pertambahan penduduk, dan faktor-faktor dinamis lainnya. Sejak terjadinya krisis keuangan sejak tahun 1997-1998, investasi yang dipompakan ke dalam perekonomian Indonesia anjlok, bahkan terjadi pelarian modal US$ 10 milyar setiap tahun. Pertumbuhan ekonomi negatif hanya terjadi satu tahun saja (1998) dan sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 terjadi pertumbuhan ekonomi positif rata-rata 3,2 persen pertahun. Adapun sumber  pertumbuhan ekonomi bukan semata-mata berasal dari investasi, akan tetapi juga

konsumsi masyarakat.

Sementara itu lingkungan domestik masih belum menciptakan iklim investasi yang sehat. Beberapa faktor domestik yang menghambat iklim investasi belum mengalami perbaikan yang berarti. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai

(13)

 berikut (BKPM, 2004):

(1) Prosedur yang panjang dan berbelit.

(2) Tumpang tindihnya kebijakan pusat dan daerah dibidang investasi serta kebijakan antar sektor.

(3) Kurangnya kepastian hukum dengan berlarutnya perumusan RUU Penanaman Modal dan lemahnya penegakan hukum yang terkait dengan kinerja pengadilan niaga.

(4) Kurang kondusifnya pasar tenaga kerja. (5) Kurangnya insentif investasi.

Aturan perpajakan juga dapat mempengaruhi tingkat investasi. Ada dua  jenis perpajakan yang penting yang akan mempengaruhi tingkat investasi yaitu :

1) Pa jak pendapatan perusahaan atau yang lazim disebut “PPH Badan” adalah  pajak atas laba perusahaan. Semakin besar persentase pajak pendapatan yang dikenakan pada laba perusahaan maka investasi akan berkurang, dengan demikian pajak pendapatan perusahaan menghambat investasi.

2) Kredit pajak investasi  (investment credit tax) adalah provisi pajak yang mendorong akumulasi modal. Kredit pajak investasi mengurangi pajak  perusahaan dalam jumlah tertentu untuk setiap dolar yang dikeluarkan atas  barang- barang modal. karena perusahaan memperoleh kembali sebagian dari  pengeluarannya atas modal baru dalam pajak yang lebih rendah, kredit tersebut menurunkan harga beli efektif dari unit modal. jadi kredit pajak investasi menurunkan biaya modal dan meningkatkan investasi.

2.4.1. Tingkat Bunga dan Investasi

Peningkatan permintaah terhadap dana pinjaman akan mendongkrak tingkat  bunga equilibirium. Tingkat bunga yang lebih tinggi akan mengurangi arus modal keluar neto. Permintaan investasi juga bisa berubah karena pemerintah mendorong atau membatasi investasi melalui undang-undang pajak. Sebagai contoh, anggaplah  pemerintah menaikkan pajak pendapatan perorangan dan menggunakan penerimaan tambahan tersebut untuk mengurangi pajak bagi orang-orang yang ingin menginvestasikan dananya ke dalam modal baru. Perubahan dalam undang-undang  pajak seperti itu membuat banyak proyek investasi lebih menguntungkan dan, seperti inovasi teknologi, meningkatkan permintaan akan barang-barang investasi (Mankiw, 2003).

2.4.2. Investasi dan GDP

Investasi merupakan unsur GDP yang paling sering berubah. Ketika  pengeluaran atas barang dan jasa turun selama resesi, sebagian besar dari penurunan itu berkaitan dengan anjloknya pengeluaran investasi. Para ekonomi mempelajari investasi untuk memahami fluktuasi dalam output barang dan jasa perekonomian dengan lebih baik. Model GDP seperti modal IS-LM didasarkan pada fungsi investasi sederhana yang mengaitkan investasi dengan tingkai bunga riil; I = I (r). Fungsi itu menyatakan bahwa kenaikan tingkat bunga riil menurunkan investasi.

Ada tiga jenis pengeluaran investasi, yaitu investasi tetap bisnis, investasi redisensial dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis mencakup peralatan dan struktur yang dibeli perusahaan untuk proses produksi. Investasi residensial,

(14)

mencakup rumah baru yang orang beli untuk tempat tinggal dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan. Investasi persediaan mencakup barang-barang yang disimpan  perusahaan di gudang, termasuk bahan-bahan persediaan, barang dalam proses dan  barang jadi. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan investasi dalam jenis-jenis modal tradisional, seperti pabrik baja, dan jenis-jenis modal seperti komputer. Pemerintah melakukan investasi dalam berbagai bentuk modal masyarakat, yang disebut infrastruktur, seperti jalan raya, jembatan dan si stem pembuangan air.

2.4.3.  Incremental Capital Output Ratio (ICOR)

Perencanaan pembangunan pada dasarnya akan ditentukan oleh kemampuan  penyediaan sumber pembiayaan atas dana untuk diinvestasikan guna mencapai laju  pertumbuhan dan tingkat kesejahteraan yang hendak dicapai. Untuk keperluan analisis ini, biasanya digunakan konsep Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR adalah suatu angka perbandingan yang memberikan informasi tentang seberapa besar investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan output perekonomian. Perhitungan yang diperoleh berupa angka yang menunjukkan perbandingan antara investasi yang diperlukan untuk dapat meningkatkan tambahan pendapatan atau output. Angka ini dihitung untuk perkiraan kebutuhan secara menyeluruh maupun sektoral. Dengan angka ICOR ini akan dapat dihitung perkiraan kebutuhan investasi secara total serta alokasi sektoral.

2.4.4. Location Quotient

Di antara teknik-teknik analisa tersebut yang tergolong sederhana ialah  penggunaan “location quotient ”. Dalam hubungan ini kegiatan ekonomi sesuatu daerah dibagi dalam dua golongan, adalah: (1) kegiatan ekonomi (industri) yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun pasar di luar daerah itu, (2) industri-industri (kegiatan ekonomi) yang hanya melayani pasar di daerah itu sendiri (John Glasson, 1977). Industri yang termasuk golongan pertama disebut basic, sedang yang termasuk dalam golongan kedua disebut industri non basic atau industri lokal.

Dasar pemikiran dari penggunaan teknik ini adalah teori “economic base” yang maknanya adalah karena industri basic itu menghasilkan barang dan jasa baik untuk pasar di daerah manapun atau untuk pasar di luar. Daerah yang bersangkuta, maka penjualan hasil ke luar daerah itu mendatangkan arus pendapatan ke dalam daerah tersebut. Arus pendapatan ini menyebabkan baik kenaikan konsumsi manapun kenaikan investasi di daerah itu, yang pada gilirannya dapat menaikkan  pendapatan lagi dan kesempatan kerja. Jika di daerah tersebut terdapat  pengangguran, maka kesempatan kerja yang baru itu dapat menampungnya, atau jika di daerah itu tidak terdapat pengangguran, maka daerah itu mempunyai daya tarik  bagi orang-orang dari luar daerah yang mencari pekerjaan. Kenaikan pendapatan di daerah itu tidak hanya menaikkan permintaan terhadap hasil industri basic melainkan  juga akan menaikkan permintaan terhadap hasil industri lokal non basic, dan  permintaan ini pada gilirannya akan menaikkan investasi di industri-industri tersebut terakhir. Dengan perkataan lain, penanaman modal di industri-industri lokal merupakan investasi yang induced sebagai akibat kenaikan pendapatan di industri-industri dasar.

(15)

2.5. Kebijakan Ekonomi Regional

Yang dimaksud dengan kebijaksanaan ekonomi regional adalah penggunaan secara sadar berbagai macam peralatan untuk merealisasikan tujuan-tujuan regional yang tanpa adanya usaha yang disengaja tersebut tidak akan tercapai. Mungkin dalam jangka panjang apa yang menjadi tujuan itu akhirnya juga akan tercapai tanpa usaha secara sadar, tetapi dilihat dari sudut sosial, politik atau bahkan ekonomis, lebih baik kalau tujuan itu dicapai dalam jangka pendek atau menegah. Untuk mencapai hal ini diperlukan campur tangan pemerintah. Banyak peralatan kebijakan ekonomi regional yang disusun berdasarkan teori grothpole. Pembangunan regional didasarkan prinsip-prinsip reovasi dan daya tarik unsur yang aktif, perhitungan efek multiplier dan hubungan/kaitan yang dapat diharapkan akan timbul. Dalam hal ini  pelu diingat bahaya dari pengetrapan model-model pembangunan yang berlaku umum. Kebijaksanaan pembangunan regional harus disesuaikan dengan struktur dasar masing-masing daerah. Disamping itu orang sering terlalu membesar-besarkan  pengaruh atau peranan dari pada eksternal economies yang disebabkan karena adanya growthpole. Dan kalau proses polarisasi itu berjalan terlalu lama berdasarkan hanya pada hubungan teknis (polarisasi teknis), hal itu dapat menyebabkan kepekaan konjungtur yang lebih besar dari daerah yang bersangkutan.

2.6. Rencana Pembangunan Regional

Salah satu tujuan dari kebijaksanaan pembangunan adalah mengurangi  perbedaan dalam tingkat perkembangan atau pembangunan dan kemakmuran daerah yang satu dengan daerah yang lain (Kadariah, 1985). Antara tujuan ini dan tujuan untuk menaikkan pendapatan nasional atau pendapatan perkapita dengan cepat, terdapat pertentangan. Jika tekanan diberikan kepada cepatnya kenaikan pendapatan, maka terlalu banyak investasi akan diadakan di daerah-daerah yang sudah maju, dimana sudah terdapat prasarana, baik fisik maupun sosial. Akibatnya, daerah-daerah yang relatif sudah maju, makin maju, sedang daerah-daerah yang masih berkembang makin sukar untuk berkembang. Hal ini sudah terang dirasakan kurang adil, dan juga dapat mengganggu kestabilan politik maupun sosial. Karena hampir semua negara yang sedang mengadakan usaha pembangunan terdiri dari daerah-daerah masih terbelakang, baik secara absolut maupun rlatif, maka tujuan mengurangi perbedaan dalam tingkat kemajuan ini perlu mendapat prioritas. Usaha ini dapat mengurangi kecepatan kenaikan pendapatan nasional atau pendapatan perkapita dalam jangka  pendek. Dalam perencanaan pembangunan regional terdapat banyak teknik analisa untuk menentukan akan memilih aktivitas ekonomi yang akan diperkembangkan dalam suatu daerah atau untuk memilih atau menentukan lokasi atau daerah bagi suatu aktivitas ekonomi atau suatu proyek.

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan kegiatan Kajian Potensi Investasi di Sumatera Utara ini  berlokasi di Provinsi Sumatera Utara yang mencakup 25 daerah Kabupaten/Kota dari 33 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara dan tidak termasuk daerah pemekaran. Sedangkan waktu pelaksanaan kegiatan kajian ini berlangsung selama 4 (empat)  bulan dari bulan April hingga Agustus 2011.

3.2. Metodologi Penelitian 3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan survei bersifat kualitatif. Data penelitian yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang sudah diolah oleh pihak lain, baik dipublikasikan ataupun tidak. Data primer merupakan data mentah yang belum diolah dilakukan dengan teknik wawancara Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang terkait dengan potensi investasi yang bersumber dari stakeholder terkait.

3.2.2. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah sebanyak 25 daerah Kabupaten/Kota.

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder yang diperoleh dari berbagai publikasi yang berasal dari stakeholders dan berbagai informasi yang terkait dengan investasi di Sumatera Utara. Data lainnya yang dikumpulkan merupakan data dan informasi yang diperoleh langsung dari lapangan dan hasil koordinasi dengan instansi terkait serta melalui studi literatur. Pelaksanaan  pengumpulan data dibagi dua tahapan yaitu : pembuatan instrumen pengumpulan

data dan kegiatan pengumpulan data. 3.2.4. Metode Analisa Data

Untuk melakukan analisa data pada kegiatan penelitian digunakan adalah analisa deskriptif dengan sektor-sektor yang diamati dalam penelitian ini adalah semua sektor pembangunan yang ada di Provinsi Sumatera Utara dengan menampilkan komoditas dan sumberdaya yang potensial yang memiliki peluang investasi untuk dapat ditawarkan kepada investor dari masing-masing se ktor.

(17)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi dan Potensi Investasi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur dengan luas daratan adalah 71.680 km². Daerah Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas : Pesisir Timur, Pegunungan Bukit Barisan, Pesisir Barat, Kepulauan Nias. Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling  pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap dari pada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Administrasi  pemerintahan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 terdiri atas 33

Kabupaten/Kota dan 389 Kecamatan serta 5.769 Desa/Kelurahan. 4.1.1. Kabupaten Asahan

Kabupaten Asahan terdiri dari 20 Kecamatan dengan 237 Desa dan 34 Kelurahan dengan luas wilayahnya adalah 4.624,41 km2. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Asahan mengalami meningkat dari sebesar Rp.510.091 atas dasar harga konstan tahun 1993 menjadi sebesar Rp. 3.673.760 atas harga konstan tahun 2003. Sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam upaya untuk mendukung pembangunan perekonomian suatu daerah dengan panjang jalan  pada tahun 2009 mencapai 2.037,95 km. Sedangkan sarana dan prasarana lainnya yang terdapat di Kabupaten Asahan adalah telepon dan air minum, dimana masing-masing sarana dan prarasarana tersebut di setiap kecamatan.

Berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki Kabupaten Asahan serta didasarkan pada prioritas pembangunan daerah dan keterkaitan antara sektor  pertanian dengan sektor industri, menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi atau

industri yang termasuk layak untuk dikembangkan adalah : 1. Pengolahan minyak goreng dan oleokimia.

2. Pengusahaan udang.

3. Produksi bibit udang (hatchery). 4. Pengusahaan ikan kerapu

5. Produksi jagung.

Pengolahan minyak goreng dan oleokimia dipilih sebagai bidang usaha yang layak dikembangkan karena di wilayah Kabupaten Asahan terdapat banyak kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Hasil CPO dari pabrik pengolahan yang tentu saja tidak semuanya diekspor, oleh sebab itu pengolahan lanjutan merupakan alternatif yang dianggap tepat karena akan memberikan nilai tambah bagi produk tersebut. Ikan kerapu adalah ikan yang harus dibudidayakan di Kabupaten Asahan dengan persyaratan tertentu terutama kedalaman dan keadaan airnya, artinya tidak setiap daerah sesuai untuk budidaya ikan kerapu. Pangsa pasar ikan kerapu memiliki segmen pasar tersendiri terutama ekspor. Pengembangan ikan kerapu akan menambah tingkat kesejahteraan bagi nelayan ikan kerapu dan keluarganya. Tambak udang merupakan suatu usaha yang memiliki keunikan tersendiri, sehingga memerlukan suatu sentuhan dan manajemen khusus. Modal yang besar dengan resiko

(18)

yang juga besar sangat sebanding dengan nilai ekonomi yang dapat dihasilkan. Pengembangan udang windu jenis tiger merupakan suatu pilihan yang tepat bagi daerah pesisir Asahan. Kesulitan para pengusaha tambak udang di daerah Asahan salah satunya adalah ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau. Kebutuhan bibit udang ini merupakan suatu peluang yang sangat baik. Ketergantungan akan bibit udang dari daerah lain akan teratasi dengan  pengembangan hatchery  di Kabupaten Asahan. Tanaman jagung merupakan komoditi yang potensial bagi daerah Asahan. Hal ini dikarenakan daerah ini memiliki lahan kering yang cukup luas dengan kesuburan yang baik akan dapat menunjang produksi jagung dengan mutu yang baik.

4.1.2. Kabupaten Dairi

Dari berbagai pengkajian sejalan dengan Kabupaten Dairi secara geografis terletak diantara 980  00’ - 980 31’ dan 20 15’ - 30 32’ Lintang Utara,. terdiri dari 13 kecamatan dengan 122 desa dan 7 kelurahan dengan luas wilayah adalah 1.916,25 km2.. PDRB Kabupaten Dairi berdasarkan harga konstan tahun 2003 sebesar Rp.1.465.781.0 juta dan PDRB per kapita sebesar Rp 5.718.310,00. Total panjang ruas jalan di Kabupaten Dairi adalah 1.794,94 km yang terdiri dari 658,99 km jalan aspal, 313,57 km jalan kerikil, 822,38 jalan tanah. Berdasarkan kondisinya jalan di Kabupaten Dairi terdiri dari 217,24 km baik, 227 km sedang, 214,75 km rusak. Dari  panjang jalan tersebut terdiri dari 114,87 km jalan kelas II, kelas III 95,90 km, kelas IIIb 599 km dan kelas yang tidak dirinci 1.195,94 km. Sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Dairi yaitu sektor industri, pertanian, dan  pariwisata.

Tabel 4.1. Komoditi Potensial di Kabupaten Dairi

No Industri Pertanian Pariwisata

1 Gilingan Kopi Bubuk Perkebunan Kopi Wisata Alam Danau Toba 2 Pemipil Jagung Produksi kentang

3 Pengolahan kayu Produksi sayuran dataran tinggi

4 Produksi jagung

5 Nilam

Sumber : Data Diolah, 2011. 1.1.3. Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 kecamatan dengan 394 desa/kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah 2.534,65 km2. Pertumbuhan ekonomi Deli Serdang pada tahun 2008 sebesar 6,03 persen dengan total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar Rp.25,19 triliun. Sedangkan  pada tahun 2007 PDRB berkisar Rp 21,82 triliun dengan income perkapita mencapai

Rp. 13,34 juta. Total panjang ruas jalan di Deli Serdang adalah 2.963,60 km. Bidang usaha yang mendapat prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang untuk dikembangkan mencakup 4 sektor yaitu sektor industri, sektor perikanan, sektor  perkebunan, dan sektor pertanian.

(19)

Tabel 4.2. Komoditi Prioritas di Kabupaten Deli Serdang Komoditi Prioritas Per Sektor

No.

Perkebunan Pertanian Perikanan Industri

1 Kelapa sawit Jagung Tambak

udang

Pakan ternak (Jagung)

2 Kelapa Ubi kayu Pengolahan karet

3 Kacang Kedelai CPO

Sumber : Data Diolah, 2011.

Berdasarkan potensi yang ada di Kabupaten Deli Serdang yang disesuaikan dengan prioritas pembangunan daerah serta keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri, menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi atau industri yang termasuk layak untuk dikembangkan di daerah ini adalah :

1. Budidaya udang tambak 2. Industri oleokimia 3. Industri pakan ternak 4. Produksi tembakau Deli

4.1.4. Kabupaten Humbang Hasundutan

Kabupaten Humbang Hasundutan secara geografis terletak diantara 2°1’ -2°28’ Lintang Utara dan 98°10’ - 98°58’ Bujur Timur, terdiri dari 10 kecamatan dengan 117 desa dan 1 kelurahan dengan luas wilayahnya adalah 2.335,33 km2. Pertumbuhan ekonomi daerah ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya yang  pada tahun 2009 sebesar 5,32 persen dan naik pada tahun 2010 menjadi 5,45 persen, sedangkan PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2008 sebesar Rp.1.983.023,94 juta, tahun 2009 sebesar Rp.2.189.647,13 juta dan pada tahun 2010 sebesar Rp.2.470.988,46 juta. Sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu sektor industri, pertanian dan pertambangan dengan beberapa komoditi yang potensial dikembangkan sebagaimana Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Komoditi Potensial di Kabupaten Humbang Hasundutan No Pertanian/

Peternakan

Industri Tambang

1 Kopi Pengolahan kopi Batu Gamping

2 Nenas Batu Apung

3 Kakao Belerang

4 Jahe Fieldspar

5 Kacang tanah Kaolin

6 Ternak babi 7 Ternak ayam 8 Ternak kerbau 9 Produksi Salak Sumber : Data Diolah, 2011.

Dari analisis potensi dan memperhatikan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, maka komoditi unggulan yang layak dijadikan komoditi ialah :

(20)

2. Pengolahan kopi 3. Ternak babi

4. Pertambangan khususnya mineral 4.1.5. Kabupaten Karo

Kabupaten Karo secara geografis terletak diantara 20 50’ - 30 19’ LU dan 970 55’ - 980 38’ BT, terdiri dari 13 kecamatan dengan 248 desa dan kecamatan dengan luas wilayah 2.127,25 km2  atau 212.725 Ha dengan kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah kecamatan Mardingding dengan luas wilayah 267,11 km2 dan terkecil wilayahnya adalah kecamatan Berastagi dengan luas wilayah 30,50 km2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karo pada tahun 2009 sebesar 5,17 persen terhadap nilai PDRB tahun 2008, meskipun nilai pertumbuhan ini tidak setinggi nilai  pertumbuhan di tahun 2008 dibanding tahun 2007 yang peningkatannya mencapai 5,21 persen. Panjang ruas jalan di Karo tahun 2003 adalah 1.252,66 km yang terdiri dari 585,8 km jalan aspal, 167 km jalan berbatu, 146,06 jalan kerikil, 188,78 jalan tanah. Berdasarkan kondisi jalan di Kabupaten Karo yaitu 10 km baik dan 384,1 km kondisinya sedang. Sarana prasarana lainnya yang ada di Kabupaten Karo yaitu telepon, listrik PLN dan air minum. Sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Karo yaitu sektor pertanian dan industri yang berbasis  pertanian dengan beberapa komoditi potensial seperti Tabel 4.4. berikut ini.

Tabel 4.4. Komoditi Potensial di Kabupaten Karo

No. Industri Pertanian

1. Pengolahan buah Produksi kentang

2. Pemipilan dan pengeringan jagung Produksi jeruk

3. Cold Storage Sayuran Peternakan babi

4. Perikanan KJA Nila

5. Sapi Potong

6. Kepiting Air Tawar

Sumber : Data Diolah, 2011.

Dari analisis potensi dan memperhatikan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Karo, maka komoditi unggulan yang akan dijadikan profil komoditi adalah : kentang, jagung, industri pengolahan jeruk, peternakan babi, jaring apung ikan nila dan ternak sapi potong

4.1.6. Kabupaten Labuhan Batu

Luas Kabupaten Labuhan Batu adalah 2.562,01 km² dengan penduduknya sebanyak 857.692 jiwa pada tahun 2008. Pada mulanya jumlah kecamatan di kabupaten ini adalah 22 kecamatan. Dengan dibentuknya Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan, maka jumlah kecamatan di kabupaten ini menjadi 9 kecamatan. Pada tahun 2005 PDRB Kabupaten Labuhan Batu sebesar Rp.4.037.869,88 juta meningkat menjadi Rp.6.658.794,89 juta tahun 2009. Bidang usaha yang mendapat prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhan Batu untuk dikembangkan mencakup 4 sektor yaitu sektor pertanian, sektor perikanan, sektor  perkebunan dan sektor industri dengan komoditi prioritas pada Tabel 4. 5. berikut ini.

(21)

Tabel 4.5. Komoditi Prioritas di Kabupaten Labuhan Batu Komoditi Prioritas Per Sektor

No

Perkebunan Pertanian Perikanan Industri 1 Karet Padi Ikan Laut Karet Olahan

2 Kelapa Sawit Ubi Kayu Udang Tambak Minyak Goreng (Sawit)

3 Aren Cabe Margarin (sawit)

4 Tepung maizena (jagung)

5 Pakan ternak (jagung)

Sumber: Data Diolah, 2011.

Hasil analisa potensi yang ada di Kabupaten Labuhan Batu dengan prioritas  pembangunan daerah serta keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri, menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi atau atau industri yang termasuk layak untuk dikembangkan adalah :

1. Pengolahan minyak goreng dan oleokimia 2. Tambak udang

3. Pengusahaan ikan kerapu

4. Industri pakan ternak atau olahan jagung 5. Industri olahan karet

4.1.7. Kabupaten Langkat

Kabupaten Langkat terdiri dari 20 kecamatan dengan 221 desa dan 14 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.263,29 km2 atau 626.329 ha. PDRB Kabupaten Langkat atas dasar harga konstan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.6.178.018,83 juta. Daerah ini sangat potensial bagi pengembangan sektor  pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pariwisata dan pertambangan.

Kawasan pariwisata di Kabupaten Langkat yang potensial antara lain :

1. Wisata Laut, terdiri dari kawasan sepanjang pesisir pantai timur di Kabupaten Langkat dapat dikembangkan menjadi sektor unggulan pariwisata laut.

2. Wisata Alam, sesuai dengan topografi Kabupaten Langkat yang variatif terletak  pada gugusan Dataran Tinggi Bukit Barisan. Saat ini kawasan wisata alam yang sudah dikembangkan dan cukup terkenal di Kabupaten Langkat adalah Taman Wisata Bukit Lawang dan Kawasan Wisata Tangkahan.

3. Wisata Budaya, penduduk yang berdomisili di Kabupaten Langkat terdiri dari  berbagai suku antara lain suku Melayu, Karo, Toba, Mandailing, Pakpak, Nias, Jawa, Minang, Aceh dan warga keturunan dengan karakter budaya yang khas. Selain suku bangsa yang berfariasi, Kabupaten Langkat juga memiliki obyek wisata budaya yang cukup potensial untuk dikembangkan.

Potensi pertambangan di wilayah Kabupaten Langkat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :

1. Mineral Logam, seperti Emas, Timah Hitam, Seng dan Perak

2. Mineral Bukan Logam, seperti Batu Gamping, Batu Padas, Pasir Sedimen dan lain-lain.

Berdasarkan hasil analisa potensi yang ada di Kabupaten Langkat dengan  prioritas pembangunan daerah serta keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri, menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi atau atau industri yang termasuk layak untuk dikembangkan adalah :

(22)

1. Pengolahan minyak goreng dan oleokimia 2. Industri pengolahan buah-buahan

3. Pengusahaan ikan kerapu

4. Pengusahaan tambak udang windu 5. Industri pariwisata

3.1.8. Kabupaten Mandailing Natal

Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak antara 0°10' - 1°50' Lintang Utara dan 98°10' - 100°10' Bujur Timur ketinggian 0 - 2.145 m di atas  permukaan laut. Wilayah administrasi Mandailing Natal dibagi atas 17 kecamatan

dan 375 desa/kelurahan dengan luas daerah sebesar 662.070 Ha atau 9,24 persen dari wilayah provinsi Sumatera Utara. Wilayah yang terluas adalah Kecamatan Muara Batang Gadis yakni 143.502 Ha (21,67%) dan terkecil yaitu Kecamatan Lembah Sorik Marapi sebesar 3.472,57 Ha (3,46%) pada tahun 2006. PDRB Kabupaten Mandailing Natal tahun 2007 adalah sebesar 6,46%. Panjang jalan di seluruh Kabupaten Mandailing Natal pada Tahun 2007 mencapai 2.043,460 km yang berbagi atas jalan negara (297,700 km), jalan provinsi (161,650 km) dan jalan kabupaten (1.584,110 km). Sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Mandailing Natal yaitu sektor industri, pertanian, pertambangan dan perhubungan dengan beberapa komoditi potensial pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Komoditi Potensial di Kabupaten Mandaling Natal

Pertanian Pertambangan Industri

Perikanan jaring apung Batu Bara Crumb rubber

Budidaya ikan kerapu Kaolin Industri Pengolahan kopi Peternakan itik

Sumber : Data Diolah, 2011.

Berdasarkan potensi yang dimiliki dilakukan analisa potensi dengan memperhatikan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Mandailing Natal, maka komoditi unggulan yang akan dijadikan profil komoditi adalah :

1. Industri crumb rubber 2. Budidaya ikan kerapu. 3. Jaring apung ikan nila.

Di samping komoditi unggulan yang dipromosikan masih terdapat beberapa komoditi yang memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai pelung investasi di daerah, yaitu :

1. Peternakan itik. 2. Pertambangan. 3. Pengolahan kopi.

4.1.9. Kabupaten Nias Utara

Kabupaten Nias secara geografis terletak diantara 00  12’ - 10  32’ Lintang Utara (LU) dan 970 - 980 Bujur Timur (BT), terdiri dari 14 kecamatan dengan 439 desa dan 4 kelurahan. Luas wilayah kabupaten Nias adalah 3.799,8 km2  dengan wilayah terluas adalah kecamatan Alasa dan terkecil adalah Kecamatan Lotu. sipasi

(23)

sedini mungkin. PDRB Kabupaten Nias Utara pada tahun 2009 bila dibandingkan dengan tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 6,69%. Untuk mendukung  perkembangan dari Kabupaten Nias Utara ini, diperlukan pengembangan dan  pembenahan pada beberapa sektor, yaitu sektor perhubungan, pendidikan dan kesehatan. Sedangkan sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Nias Utara meliputi sektor pertanian dan kehutanan, perkebunan, kelautan dan perikanan, peternakan, pariwisata serta sektor industri sebagaimana Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Komoditi Potensial di Kabupaten Nias Utara

Pertanian Industri Wisata

Ikan kerapu Pengolahan Kelapa Wisata Bahari Udang lobster Tepung Ikan

Rumput laut Crumb rubber Kelapa

Sumber : Data Diolah, 2011.

Dari analisis potensi dan memperhatikan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Nias Utara, maka komoditi unggulan yang akan dijadikan profil komoditi untuk dijadikan pengembangan investasi di daerah ini adalah :

1. Peternakan babi

2. Industricrumb rubber 3. Pengolahan kelapa 4. Budidaya ikan kerapu 5. Budidaya rumput laut 6. Wisata bahari

4.1.10. Kabupaten Nias Selatan

Kabupaten Nias Selatan secara geografis terletak pada 0° 33’ 25” Lintang Selatan dan 1° 4’ 5” Lintang Utara serta 97° 25’ 59” dan 98° 48’ 29” Bujur Timur, terbagi menjadi 18 kecamatan dengan luas wilayah administrasi Kabupaten Nias Selatan (darat dan laut) adalah 1.825,20 km2. PDRB ADHB Kabupaten Nias Selatan sebesar 1,89 triliun rupiah pada tahun 2007 setara dengan 0,88% dari nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara dan menempatkan pada urutan ke-9 terendah di Sumatera Utara. Untuk mendukung perkembangan daerah diperlukkan pembenahan pada  beberapa sektor, yaitu sektor perhubungan, pendidikan dan kesehatan. Sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Nias Selatan meliputi sektor  pertanian dan kehutanan, perkebunan, kelautan dan perikanan, peternakan, pariwisata

serta sektor industri dengan komoditi-komoditi potensial pada Tabel 4.8. berikut. Tabel 4.8. Komoditi Potensial di Kabupaten Nias Selatan

Pertanian Industri Wisata

Ikan kerapu Pengolahan Kelapa Wisata Bahari Udang lobster Tepung Ikan

Rumput laut Crumb rubber Kelapa

Peternakan babi

(24)

Dari analisis potensi dan memperhatikan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Nias Selatan, maka potensi investasi komoditi unggulan yang akan dijadikan profil komoditi daerah adalah :

1. Peternakan babi 2. Industri crumb rubber 3. Pengolahan kelapa 4. Budidaya ikan kerapu 5. Budidaya rumput laut 6. Wisata bahari

4.1.11. Kabupaten Pakphak Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat secara geografis terletak diantara 900 00’ - 980 31’ dan 20 15’ - 30 32’ Lintang Utara terdiri dari 3 kecamatan dengan 36 desa dengan luas wilayah adalah 1.221,3 km2. PDRB Kabupaten Pakpak Bharat atas dasar harga berlaku tahun 2007 mencapai Rp.230,9 miliar meningkat sebesar 11,23 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp.207,6 miliar.

Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kabupaten Pakpak Bharat maka sektor pertanian merupakan potensi terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Hasil pendaftaran rumah tangga Sensus Pertanian 2003 terdapat 6.576 rumahtangga  pertanian mencakup kegiatan bertani/berkebun dan mengusahakan ternak/ungagas. Dari jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 99,99% adalah merupakan petani pengguna lahan dengan produksi jenis tanaman yaitu ta naman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan holtikultura.

4.1.12. Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir secara geografis terletak diantara 98° 02’ - 99°32’ Bujur

Timur dan 2°03’ - 2°48’ Lintang Utara terdiri dari 9 kecamatan dengan 111 desa dan

6 kelurahan dengan luas wilayah Kabupaten Samosir adalah 1.419,05 km2. PDRB Kabupaten Toba Samosir atas dasar harga berlaku tahun 2009 sebesar Rp.3.056.049,03 juta. Sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan di di Kabupaten Samosir adalah sektor industri dan pertanian sebagaimana pada T abel 4.9.

Tabel 4.9. Komoditi Potensial di Kabupaten Samosir

Pertanian Pariwisata

1. Kemenyan Wisata Danau Toba 2. Kopi 3. Peternakan ayam 4. Peternakan kerbau 5. Jaring apung 6. Teh 7. Peternakan Babi 8. Batu Kapur 9. Jagung 10. Pisang 11. Kentang 12. Peternakan Itik

(25)

4.1.13. Kabupaten Serdang Bedagai

Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57’’ Lintang Utara, 30 16’’ Lintang Selatan, 980 33’’ - 990 27’’ Bujur Timur memiliki area seluas 1.900,22 km2  (190.022 ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan. PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp.5.059.770 juta meningkat menjadi Rp..472.750 juta tahun 2008. Potensi ekonomi wilayah Kabupaten Serdang Bedagai semakin hari semakin berkembang sesuai dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap produk-produk yang dihasilkan terutama sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa, pariwisata dan sebagainya. Potensi-potensi ekonomi yang ada mempunyai jenjang/klas pemasaran yang berbeda-beda, mulai dari tingkat desa sampai regional. Pusat ekonomi dengan lingkup pelayanan lokal (desa/kecamatan) di Kabupaten Serdang Bedagei, berupa : 1. Kawasan industri dan perdagangan makanan di Pasar Bengkel Kecamatan Perbaungan; 2. Kawasan perdagangan di Kecamatan Perbaungan; 3. Kawasan  pariwisata di Theme Park di Kecamatan Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk

Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalipah; 4. Wisata kuliner pada daerah-daerah pesisir pantai; dan 5. Jalan kawasan pesisir pantai dan jalan tol.

Potensi investasi bidang usaha yang mendapatkan prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagei untuk dikembangkan mencakup 4 sektor yaitu sektor industri, sektor perikanan, sektor perkebunan, dan sektor pertanian dengan  jenis komoditi yang mendapat prioritas pengembangan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Komoditi Prioritas di Kabupaten Serdang Bedagai Komoditi Prioritas Per Sektor

No.

Perkebunan Pertanian Perikanan Industri 1 Kelapa sawit Jagung Tambak

udang

Pakan ternak (Jagung)

2 Kelapa Ubi kayu Pengolahan karet

3 Kacang Kedelai CPO

Sumber : Data Diolah, 2011. 4.1.14. Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun terletak antara 2,36° – 3,18° LU dan 98,32° – 99,35° BT berada pada ketinggian 20 – 1.400 m di atas permukaan laut dengan luas 4.386,60 km² atau 6,12% dari luas wilayah Sumatera Utara terdiri dari 31 Kecamatan, 343 Desa Nagori dan 24 Kelurahan. PDRB Kabupaten Simalungun  pada tahun 2007 sebesar Rp.7,647 triliun, naik sebesar Rp.765 milyar dibanding tahun 2006 yang berjumlah Rp.6,881 triliun, atau meningkat 11,13%. Sarana dan  prasarana yang terdapat di daerah ini adalah jalan, telepon, listrik PLN dan air

minum dengan total panjang ruas jalan di Simalungun adalah 1.983,89 km.

Bidang usaha yang mendapat prioritas Pemerintah Daerah Simalungn untuk dikembangkan mencakup 6 sektor yaitu pertanian rakyat, perkebunan rakyat/kehutanan, peternakan, perikanan, peternakan, agroindustri dan pariwisata dengan komoditi yang mendapat prioritas pengembangan pada Tabel 4.11.

(26)

Tabel 4.11. Komoditi Pioritas di Kabupaten Simalungun Komoditi Prioritas Per Sektor

No. Pertanian Rakyat Perikanan Perkebunan Rakyat/Ke-hutanan

Peternakan Agroindustri Pariwisata

1 Jagung Ikan Nila Merah

Kelapa Sawit Ayam Buras Pengolahan  buah secara

terpadu

Danau Toba 2 Ubi Kayu Ikan Lele

Dumbo

Karet Babi Tinggi

Raja 3 Ubi Jalar Ikan Mas Jeruk Manis

4 Kubis Kopi

5 Kentang Enau

6 Pisang 7 Nenas 8 Jahe

Sumber : Data Diolah, 2011.

Dari hasil analisa potensi yang ada di Kabupaten Simalungun dengan  prioritas pembangunan daerah serta keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri, menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi atau industri yang termasuk layak untuk dikembangkan adalah :

1. Budidaya jagung 2. Budidaya jahe

3. Budidaya pisang barangan

4. Budidaya nanas dan pabrik pengolahannya 5. Industri pengolahan buah-buahan

4.1.15. Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah dengan luas wilayah 6.194,98 km² terdiri dari 15 kecamatan dengan 140 desa dengan luas wilayah 2.194,98 km2  atau 219.498 ha. Sektor pendukung utama perekonomian Kabupaten Tapanuli Tengah selama periode tahun 2005-2009 adalah sektor pertanian yaitu sebesar 48,26% rata-rata pertahun. Total panjang ruas jalan di Tapanuli Tengah adalah 790,27 km yang terdiri dari 398,91 km jalan aspal, 49,69 jalan kerikil dan sisannya 341,67 jalan tanah. Prasarana lainnya yang telah dikembangkan di daerah ini adalah listrik PLN dan air minum dengan jumlah pelanggan air bersih sebanyak 2.436 pelanggan tangga sedang volume air yang disalurkan sebesar 501.973 m3. Kabupaten Tapanuli Tengah sangat  potensial bagi pengembangan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan,  pariwisata dan pertambangan.

4.1.16. Kabupaten Tapanuli Selatan

Kabupaten Tapanuli Selatan secara geografis terletak diantara 980 50’ - 1000 10’ Bujur Timur dan 00 10’ - 10 50’ Lintang Selatan terdiri dari 28 kecamatan dengan 1.246 desa/kelurahan dan luas wilayahnya adalah 12.261,55 km2. Pada tahun 2003 PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan harga konstan tahun 1993 sebesar Rp.1.387.836,21 juta. Total panjang ruas jalan di Tapanuli Selatan adalah 2.695,15

Gambar

Tabel 4.1. Komoditi Potensial di Kabupaten Dairi
Tabel 4.3. Komoditi Potensial di Kabupaten Humbang Hasundutan No  Pertanian/
Tabel 4.4. Komoditi Potensial di Kabupaten  Karo
Tabel 4.5. Komoditi Prioritas di Kabupaten Labuhan Batu Komoditi Prioritas Per Sektor
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.5 Pengujian Material Daur Ulang Dengan Penambahan Bahan Tambah Berupa Serbuk Karet Ban Bekas Terhadap Penambahan Kadar Aspal Optimal

Segera cuci dengan air yang cukup selama beberapa waktu, buka kelopak mata atas dan bawah untuk mengeluarkan bahan.. Jika terjadi iritasi mintakan saran/pertolongan

Knowling memperdebatkan bahwa visi dan nilai-nilai membentuk perilaku organisasi dan mencetuskan tindakan strategis. Ia mengajukan langkah-langkah untuk

TOYOTA AVANZA Veloz matic 2014 Putih Jual cepat 175Jt nego.. RS

Berdasarkan hasil analisis terhadap kasus ini dapat disimpulkan bahwa unsur itikad tidak baik dari PT Garudafood Putra Putri Jaya dalam mendaftarkan merek Keiko menimbulkan

Pada bab ini akan dijabarkan mengenai berbegai rezim nilai tukar yang dapat dianut suatu negara, kemudian membandingkan berbagai rezim tersebut dalam kaitan dengan kecocokannya

Hasil analisis memperlihatkan bahwa kandungan protein kasar pelepah daun kelapa sawit cukup rendah yaitu sebesar 6,5 % dengan serat kasar yang cukup tinggi sebesar 32,55 %

Penelitian yang dilakukan bertujuan: (1) Untuk mengetahui besarnya debit air yang akan masuk ke dalam lokasi Tambang Besar 1.42Pemali pada tahun 2014 hingga 2015 dan (2)