• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTURAL DAN SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP NOVEL PROJO & BROJO KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO. Oleh: Susanti Dewi A2A006046

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRUKTURAL DAN SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP NOVEL PROJO & BROJO KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO. Oleh: Susanti Dewi A2A006046"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTURAL DAN SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP NOVEL PROJO & BROJO

KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO

Oleh: Susanti Dewi

A2A006046

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2013

(2)

2 INTISARI

Dewi, Susanti. 2013. “Analisis Struktural dan Sosiologi Sastra terhadap novel Projo & Brojo karya Arswendo Atmowiloto”. Semarang: Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Pembimbing: Drs. Redyanto Noor, M.Hum. dan Sukarjo Waluyo, S.S., M.Hum.

Kata Kunci: Struktural, Sosiologi Sastra, Moralitas.

Novel Projo & Brojo karya Arswendo Atmowiloto merupakan salah satu hasil karya sastra yang menggambarkan kehidupan dua tokoh yang memiliki latar belakang dan sifat berbeda. Tokoh Projo meminta Brojo untuk menggantikan posisinya dalam penjara, mulai dari itulah konflik sosial muncul dari masing-masing tokoh. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan unsur struktural dan pesan moral yang ditinjau melalui aspek sosiologi sastra dalam novel Projo & Brojo.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode struktural dan sosiologi sastra sebagai pijakan untuk mengungkapkan aspek moral pada masing-masing tokoh. Dengan menggunakan penafsiran sosio-kultural menurut Sapardi Djoko Damono, penulis dapat menganalisis bagian-bagian novel yang terdapat dalam penafsiran tersebut. Sifat moral masing-masing tokoh terungkap dengan menggunakan metode moralitas. Tokoh yang bermoral baik adalah Brojo, Wisuni, dan Evi. Sedangkan tokoh yang bermoral kurang baik adalah Projo dan Pak Zul.

(3)

3 ABSTRACT

Dewi, Susanti. 2013. “The Structural And Sociology Of Literature Analysis Of The Novel Entitled Projo& Brojo By Arswendo Atmowiloto”. Semarang: Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Advisor lecture: Drs. Redyanto Noor, M.Hum. and Sukarjo Waluyo, S.S.,M.Hum.

Keypoints: Structural, Sociology Of Literature, Morality.

Novel Projo& Brojo by Arswendo Atmowiloto is one of literature masterpieces that portray life of two main figures who have different background and characteristic. The story began when Projo asked Brojo to replace him as a prisoner. As the result some social conflicts show up between them. The aim of this research is to reveal structural elements and moral values which can be traced by sociology of literature aspect in the novel entitled Projo& Brojo.

Structural and sociology of literature methods used in this research as the principle to reveal moral aspects from each characters. The socio-cultural interpretation by Sapardi Djoko Damono used by the researcher to analyze some parts in the novel which related to the interpretation. Moral characteristic of each characters is revealed using morality method. The protagonist characters are Brojo, Wisuni and Evi. On the other hands, the antagonist characters are Projo and Mr.Zul.

(4)

4 A. Latar Belakang

Karya sastra merupakan gambaran kehidupan hasil rekaan seseorang yang seringkali menghadirkan kehidupan sosial diwarnai oleh sikap, latar belakang dan keyakinan pengarang. Sebagai salah satu karya sastra, novel memegang peranan penting dalam memberikan pandangan untuk menyikapi hidup secara artistik imajinatif. Hal ini memungkinkan karena persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang nilai sosial kehidupan.

Dapat disimpulkan, bahwa karya sastra lahir dari latar belakang dan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. Sebuah karya sastra dipersepsikan sebagai ungkapan realitas kehidupan dan konteks penyajiannya disusun secara terstruktur, menarik serta mengungkapkan media bahasa berupa teks yang disusun melalui refleksi pengalaman dan pengetahuan yang secara potensial memiliki berbagai macam bentuk representasi kehidupan. Ditinjau dari segi pembacanya, karya sastra merupakan bayang-bayang realitas yang dapat menghadirkan gambaran dan refleksi permasalahan dalam kehidupan.

Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat sebagai usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Novel dianggap sebagai usaha manusia untuk menciptakan kembali dunia sosial yaitu hubungan manusia dengan keluarga, lingkungan, politik, negara, ekonomi dan sebagainya, yang juga menjadi urusan sosiologi. Sosiologi dapat memberi penjelasan yang bermanfaat tentang sastra. Kedua bidang tersebut, sastra dan sosiologi sama-sama mempelajari tentang manusia dan kaitannya dengan hal-hal yang mempengaruhi dalam lingkungannya.

Sosiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Socius dan Logos,Socius artinya kawan atau teman dan Logos berarti kata atau berbicara. Menurut bapak Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sapardi Djoko Damono (2003:3) juga menjelaskan bahwa pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan itu

(5)

5

disebut sosiologi sastra dengan menggunakan analisis teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian digunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang berada di luar sana.

Sedangkan moralitas merupakan salah satu bahasan dari sosiologi sastra, ia berhubungan dengan baik buruknya sifat seseorang. Moralitas adalah uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. “Moralitas” (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan “moral”, tetapi lebih abstrak. Berbincang tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya berbicara tentang segi baik-buruknya suatu perbuatan. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 2011:7).

Novel sebagai salah satu jenis karya sastra yang terpopuler dan banyak penikmatnya, merupakan media yang tepat untuk menampilkan serangkaian peristiwa secara terstruktur yang jalan ceritanya dapat menjadi sebuah pelajaran kehidupan, suatu kehidupan yang nyata dan dapat menjadi sebuah tugas untuk memberi pelajaran kepada para pembaca.

Sedari awal penulis memang menyukai karya-karya Arswendo Atmowiloto, karena bahasanya sederhana namun penuh makna. Imajinasi yang tinggi membuat pembaca seakan-akan berada dalam kisah tersebut.

Penulis menggunakan metode struktural sebagai pijakan menganalisis aspek sosiologi dan pesan moral yang terdapat dalam novel Projo & Brojo karya Arswendo Atmowiloto. Novel ini menceritakan dua orang yang mempunyai kemiripan dalam raut muka dan nama, padahal mereka tidak ada hubungan darah sama sekali. Projo adalah seorang pengusaha yang dituduh korupsi dan dalam masa tahanan. Sedangkan Brojo adalah seorang pemuda desa yang polos dan baik hati.

B. Teori Struktural Novel

Struktural dalam karya sastra bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama

(6)

6

menghasilkan sebuah satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro 2009:37). Dalam menganalisis struktural novel Projo & Brojo, penulis akan membahas unsur struktural novel yang terdiri atas unsur tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, serta tema dan amanat.

1. Tokoh dan Penokohan

Nurgiyantoro (2009:176-177) membagi tokoh dalam sebuah cerita yang dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya seorang tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita (central character, main character). Tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain dan sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Sedang yang kedua adalah tokoh tambahan (peripheral character), kemunculan tokoh dalam cerita tambahan lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung maupun secara tidak langsung.

2. Alur dan Pengaluran

Alur dalam cerita merupakan kesatuan setiap kejadian yang dihasilkan oleh para tokoh yang membentuk sebuah jalan cerita. Alur juga bisa disebut plot atau struktur cerita atau merupakan penjelasan waktu yang digunakan dalam cerita. Alur merupakan unsur fiksi yang sangat penting, karena semakin jelas hubungan antara peristiwa atau kejadian yang ditampilkan maka semakin mudah dan semakin jelas pembaca memahami jalan cerita yang telah dikisahkan.

Burhan Nurgiyantoro (2009:114) berpendapat bahwa alur merupakan peristiwa-peristiwa dalam cerita yang digambarkan lewat perbuatan, tingkah laku dan sikap-sikap tokoh dalam cerita. Semua peristiwa yang ditampilkan dalam cerita tak lain dari perbuatan dan tingkah laku para tokoh, baik yang bersifat verbal maupun nonverbal, baik yang bersifat fisik maupun batin.

3. Latar dan Pelataran

Latar merupakan istilah untuk menjelaskan kejadian yang telah dilakukan oleh masing-masing tokoh. Latar dalam suatu cerita berhubungan dengan pengertian tempat, waktu dan lingkungan sosial yang terjadi. Sehingga latar

(7)

7

adalah rangkaian peristiwa yang berhubungan dengan tempat, waktu dan lingkungan sosial yang dilakukan oleh tokoh. Dengan menampilkan gambaran baru yang seolah-olah nyata dalam cerita bisa menimbulkan imajinasi bagi pembaca dan akan mempermudah untuk memahami jalan cerita.

Nurgiyantoro menjelaskan tentang unsur latar yang terdapat dalam cerita. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:

(1) Latar Tempat

Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan biasanya berupa tempat-tempat dengan nama tertentu. Latar tempat-tempat tanpa nama jelas biasanya hanya berupa penyebutan jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu.

(2) Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan terjadinya peristiwa tersebut dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitanya dengan peristiwa yang pernah terjadi.

(3) Latar Sosial

Latar sosial menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Selain itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

4. Tema dan Amanat

Tema merupakan unsur dasar dalam membangun sebuah karya sastra. Sebelum menganalisis tokoh, alur dan latar, pengarang akan menentukan tema cerita terlebih dahulu yang kemudian akan diterapkan dalam pengembangan sebuah cerita. Dalam karya sastra pengarang ingin menyampaikan pesan moral dan pesan sosial yang nantinya akan menjadi amanat bagi pembaca atau penikmat karya sastra.

(8)

8 C. Teori Sosiologi sastra

Dalam buku Pemandu Di Dunia Sastra karangan Dick Hartoko dan B. Rahmanto dipaparkan bahwa sosiologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang mempelajari sastra dalam hubungannya dengan kenyataan sosial. Menurut Hartoko, penafsiran teks secara sosiologis adalah menganalisis gambaran tentang dunia dan masyarakat dalam sebuah teks sastra, sejauh mana gambaran itu serasi atau menyimpang dari kenyataan (1986:129).

Sosiologi sastra mencakup dua hal, yakni sosiologi komunikasi sastra dan sosiologi karya sastra. Sosiologi komunikasi sastra menempatkan pengarang dalam konteks sosialnya, konteks sosial pengarang meliputi status sosial-ekonomi, profesi, pendidikan, ideologi dan keterikatannya dalam suatu kelas tertentu. Sedangkan sosiologi karya sastra adalah penafsiran teks sastra secara sosiologis (Noor, 1992:90).

Fungsi teks sastra dapat dipelajari dalam konteks fungsi sosial-kultural sastra. Sapardi Djoko Damono menjabarkan fungsi sosial-kultural itu dalam tiga anggapan, yakni anggapan bahwa karya sastra sama nilainya dengan karya pendeta atau nabi. Karya sastra mengajarkan sesuatu kepada manusia, yakni mengajak manusia untuk menjunjung tinggi moral; anggapan bahwa karya sastra itu mengajarkan sesuatu kepada manusia dengan cara menghibur. Artinya, selain peran hiburan yang menyenangkan, sebuah teks sastra juga sekaligus memberi tuntunan kepada masyarakat dan anggapan bahwa karya sastra itu sepenuhnya memberi hiburan yang menyenangkan kepada masyarakat pembaca. Dalam hal ini sesungguhnya mencipta karya sastra tidak ubahnya seperti praktek melariskan dagangan. Sastra semakin dianggap sebagai suatu komoditas, yang layak diperjualbelikan.

Penafsiran teks sastra secara sosiologis tidak berbeda dengan penelitian segi-segi ekstrinsik sebuah teks sastra. Yang dimaksud segi-segi ekstrinsik teks sastra adalah segi-segi atau unsur-unsur sosial di luar teks sastra yang membangun totalitas makna sebuah teks sastra. Segi-segi atau unsur-unsur sosial tersebut

(9)

9

antara lain bahasa, filsafat, sejarah, agama, politik, psikologi, sosiologi, kebudayaan, etnologi dan lain-lain.

D. Teori Moralitas

Moral mempunyai hubungan erat dengan etika yang objeknya adalah tingkah laku manusia yang ditinjau dari nilai baik dan buruk. Menurut Bertens, makna yang dekat dengan etika adalah moral. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Kata moral berasal dari bahasa latin yang berarti mos (jamak: mores) yang berarti juga adat kebiasaan. Dengan demikian, pengertian kata etika dan moral adalah sama, yaitu bermakna kebiasaan (2001:5).

Bertens mengungkapkan bahwa nilai merupakan sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, artinya sesuatu yang baik (2001:139). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:139) dinyatakan bahwa nilai merupakan sifat-sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa nilai merupakan sesuatu yang diinginkan manusia karena nilai bersifat normatif. Artinya keharusan untuk diterapkan dalam tingkah laku sehari-hari kehidupan manusia dan tingkah laku merupakan nilai yang berdasarkan pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa norma merupakan penilaian dari sikap dan sifat seseorang yang terlihat dari kehidupan kesehariannya, dari hal tersebut kita bisa mengetahui apakah dari cara bersosialisasi seseorang dapat bersifat baik atau buruk dan menghasilkan pesan moral yang disampaikan secara tidak langsung melalui gambaran cerita masing-masing tokoh dalam novel Projo & Brojo.

a. Tokoh Projo

Tokoh Projo berkepribadian buruk. Hal itu terlihat dalam alur cerita yang mengisahkan Projo berkehidupan mewah, hingga tersandung kasus korupsi. Sampai suatu saat Projo memilih Brojo agar mau menggantikan posisinya di

(10)

10

dalam penjara. Dengan tawaran fasilitas dan imbalan yang menggiurkan, Brojo pun mau untuk melakukan penyamaran itu.

“Saya tak bisa menyusun dalam bahasa yang enak. Tapi semuanya saya gumuli, saya geluti sejak awal. Sejak menjadi narapidana. Saya ternyata bukan saya yang saya kenal. Saya yang berani main cinta dengan Evi.” (Projo & Brojo:356).

Dari kutipan di atas juga menjelaskan moral Projo yang buruk. Projo yang statusnya sudah beristri, berani pacaran dengan wanita lain (Evi).

b. Tokoh Brojo

Tokoh Brojo bermoral baik. Hal tersebut terlihat saat Brojo bersikap baik di dalam penjara. Dia membagikan rokok secara gratis kepada napi yang lainnya. Meskipun hal tersebut menimbulkan kecurigaan kepada napi lainnya yang mengetahui sifat asli Projo yang sombong sebelum penyamaran itu dilakukan. Moral baik Brojo juga terlihat ketika dia menyuruh istrinya agar pulang ke desa. Hal itu dilakukannya karena Brojo takut tidak bisa mencukupi kehidupan setelah Brojo kehilangan mata pencahariannya.

c. Tokoh Wisuni

Tokoh Wisuni bermoral baik. Hal tersebut terlihat karena sifat aslinya yang polos dan penurut. Dia melakukan perintah suaminya untuk pulang ke desa. Selain itu, moral baik Wisuni terlihat saat ia percaya kepada Projo agar mau menginap di apartemennya untuk sementara waktu. Wisuni juga mau menjaga rahasia penyamaran itu demi kebaikan suaminya (Brojo) selama di dalam penjara. Pada dasarnya sifat seorang istri yang baik adalah harus menuruti perintah suaminya demi kebaikan dan kebahagiaan hidup mereka berdua.

d. Tokoh Evi

Moral tokoh Evi adalah baik. Hal tersebut terlihat ketika Evi mengembalikan sebagian harta Projo kepada istrinya (Elok Savitri). Evi menyadari bahwa ia harus mengembalikan yang bukan haknya.

(11)

11 e. Pak Zul

Moral tokoh Pak Zul adalah buruk. Hal tersebut terlihat ketika Pak Zul memberi pendapat kepada Projo agar posisinya di dalam penjara bisa diganti dengan orang lain. Hingga akhirnya Projo menuruti pendapat itu.

Melalui analisis moralitas di atas, penulis dapat menyimpulkan masing-masing moralitas tokoh yang ada dalam novel Projo & Brojo. Tokoh yang bermoral baik adalah Brojo, Wisuni, dan Evi. Sedangkan tokoh yang bermoral Buruk adalah Projo dan Pak Zul. Selanjutnya penulis akan menyampaikan pesan moral melalui analisis aspek-aspek sosiologi sastra yang sudah dianalisis. Pesan moral tersebut adalah sebagai berikut;

(1) Tanggung Jawab Sosial

Sebagai bentuk tanggung jawab sosial, seseorang harus siap menanggung akibat yang sudah dibuat. Hal itu dalam novel Projo & Brojo terlihat ketika Projo terkena kasus korupsi dan memilih Brojo agar mau menggantikan posisinya dalam penjara. Seharusnya Projo yang menjalani masa hukuman itu, bukan memilih orang lain menggantikan posisinya dalam penjara. Sikap Projo yang tidak bertanggung jawab.

(2) Tanggung Jawab Keluarga

Salah satu bentuk tanggung jawab keluarga yang utama adalah sikap tanggung jawab seorang suami kepada istri (atau sebaliknya). Hal itu novel Projo & Brojo terlihat saat Brojo meminta agar Wisuni ikut pulang orang tuanya ke desa. Brojo takut tidak bisa mencukupi kehidupan istrinya setelah ia kehilangan mata pencahariannya. Pesan moral yang lain terlihat ketika istri Projo (Elok Savitri) dekat dengan Pak Zul, selama Projo menjalani masa tahanan. Hal tersebut seharusnya tidak perlu dilakukan oleh seorang istri, karena bisa menimbulkan keretakan dalam hubungan rumah tangga.

(3) Tanggung Jawab Pribadi

Salah satu bentuk tanggung jawab pribadi yang penting adalah kesadaran akan hak dan kewajiban pribadi. Misalnya, mengembalikan hak milik orang lain

(12)

12

yang bukan hak miliknya. Hal tersebut novel Projo & Brojo terlihat ketika Evi (rekan kerja sekaligus pacar Projo), mengembalikan sebagian harta milik Projo kepada istrinya yang hampir disita oleh negara.

(13)

13 SIMPULAN

Struktural Novel Projo & Brojo

Struktural novel Projo & Brojo terdiri atas tokoh utama atau tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh utama novel Projo & Brojo adalah Projo dan Brojo. Tokoh utama tersebut sangat mendominasi jalannya cerita. Semua kejadian dalam cerita selalu diwarnai dengan kehadiran tokoh utama. Sedangkan tokoh bawahan atau tokoh tambahan adalah Wisuni (istri Brojo), Elok Savitri (istri Projo), dan Pak Zul. Kehadiran tokoh bawahan tersebut hanya sedikit memberi pengaruh terhadap jalannya cerita, karena tokoh tambahan hanya menjadi penopang atau penguat alur cerita dari semua konflik yang dialami oleh tokoh utama.

Novel Projo & Brojo menggunakan alur lurus atau linear. Seluruh peristiwa cerita yang terjadi sangat kronologis. Meskipun terjadi alur flash back atau sorot balik, tidak mempengaruhi alur di dalam cerita. Dalam novel Projo & Brojo terdapat tiga latar yaitu latar waktu, latar tempat dan latar sosial. Latar waktu dalam novel ini sangat bervariasi, karena semua kejadian yang terjadi mempunyai waktu sendiri-sendiri atau berbeda-beda. Latar tempat yang banyak digunakan adalah di dalam penjara. Tema novel Projo & Brojo adalah kepercayaan kepada orang lain dan kesederhanaan dalam menjalani hidup.

Aspek Sosiologi dan Moralitas

Berdasarkan hasil analisis aspek sosiologis dan moralitas terhadap novel novel Projo & Brojo dapat penulis simpulkan bahwa novel tersebut secara implisit mengajak untuk menjunjung tinggi nilai moral. Melalui tokoh Projo dan Brojo terungkap nilai-nilai moral yang bertentang antara nilai moral yang baik dan yang buruk. Ajaran untuk menjunjung nilai tinggi moral terdapat dalam novel Projo & Brojo ketika tokoh Projo memutuskan bersedia memilih Brojo untuk menggantikannya di penjara. Secara tidak langsung, Projo telah salah memilih jalan. Projo memaksa Brojo agar mau menerima tawaran itu. Seharusnya hal

(14)

14

tersebut tidak dilakukan oleh Projo, karena sejak awal cerita posisi Projo sudah salah dalam kasus korupsinya. Projo harus mau menjalani masa hukuman sampai selesai.

Selain itu, secara sosiologis novel novel Projo & Brojo juga mengajarkan sesuatu kepada pembaca dengan cara menghibur. Artinya, selain peran hiburan yang menyenangkan, novel tersebut juga sekaligus memberi tuntunan kepada pembaca. Misalnya, ketika Brojo takut tidak bisa mencukupi kebutuhannya selama di kota, karena Brojo baru saja kehilangan mata pencahariannya Brojo memutuskan agar istrinya (Wisuni) ikut pulang bersama kedua orangtuanya ke desa. Melalui novel tersebut pengarang sesungguhnya telah memberikan tuntunan moral kepada pembaca dengan cara menghibur, yaitu melalui kisah cerita yang menyenangkan, yang memberikan katarsis.

Melalui analisis moralitas, penulis dapat menyimpulkan representasi moralitas tokoh yang ada dalam novel Projo & Brojo. Tokoh yang merepresentasikan nilai moral yang baik adalah Brojo, Wisuni dan Evi, sedangkan tokoh yang merepresentasikan nilai moral yang buruk adalah Projo dan Pak Zul.

Ajaran moral dalam novel Projo & Brojo adalah sebagai berikut: tokoh Brojo, Wisuni dan Evi memperlihatkan nilai moralitas yang tinggi, yakni seseorang harus siap menanggung akibat dari perbuatannya sendiri, seseorang dalam kehidupan berumah tangga harus bertanggung jawab kepada keluarganya, seorang suami kepada istri (atau pun sebaliknya), seseorang harus memiliki kesadaran hak dan kewajibannya masing-masing, misalnya mengembalikan hak milik orang lain yang bukan hak miliknya.

(15)

15

DAFTAR PUSTAKA

Atmowiloto, Arswendo. 2009. Projo & Brojo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bertens, K. 2001. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Damono, Sapardi Djoko. 2009. Pengantar Sosiologi Sastra. Ciputat: Editum. Darma, Budi. 1984. Sejumlah Masalah Sastra. Jakarta: PT. Karya Unipress. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Escarpit, Robert. 2008. Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pressindo.

Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kusumaningrum, Roro. 2012. ”Dimensi Perwatakan Tokoh dan Aspek Sosial

dalam novel Cinta dan Kewajiban karya L. Wairata dan Nur Sutan Iskandar: Sebuah Kajian Sosiologi Sastra”. Semarang: Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah MadaPress.

Noor, Redyanto. 2007. PengantarPengkajian Sastra. Semarang: Fasindo. Rahayu, Anik. 2005. “Analisis Moralitas Tokoh Utama dalam Novel Abadilah

Cinta karya Andrei Aksana”. Semarang: Skripsi Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.

Referensi

Dokumen terkait

Di sidang pengadilan, perdamaian yang terjadi sepenuhnya menjadi kewenangan hakim, artinya apakah perdamaian tersebut dipertimbangkan hakim atau tidak dalam memeriksa dan

Dalam kegiatan dakwah, media menjadi salah satu unsur kegiatan dakwah, media dakwah adalah alat yang menjadi perantara penyampaian pesan dakwah kepada mitra dakwah. 34

Hasil penelitian yaitu sosialisasi sudah dilakukan DKK, tidak terdapat tim persiapan pembentukan puskesmas PONED, kriteria puskesmas PONED belum semua menjadi

Dengan metode linoleat-tiosianat, hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kemuning dengan konsentrasi 1%; 5% dan 10 % mempunyai daya antioksidan dengan

adalah dokumen rencana induk kebutuhan Barang Operasi yang akan diimpor dan akan digunakan yang disusun oleh Kontraktor/PT Pertamina (Persero) untuk suatu

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah IPR, APB, IRR, PDN, BOPO, CAR, PR, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Suku Bunga mempunyai pengaruh terhadap

Ucapan terimakasih selanjutnya disampaikan kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional dalam Kabinet Indonesia Bersatu 2009-2014 dilanjutkan Menteri

Mampu menyajikan peta analisa jenis teknik pemanenan metabolit sekunder yang tepat untuk kasus yang diberikan Mampu menyatakan sikap bioetika dalam rekayasa