• Tidak ada hasil yang ditemukan

P E N G A N T A R. Halaman i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P E N G A N T A R. Halaman i"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Halaman i

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan dengan izinnya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 dapat disusun dengan baik.

LAKIP disusun dalam rangka mewujudkan Good Governence Kabupaten Aceh Utara yang merupakan wujud pertanggungjawaban terhadap Visi, Misi Tujuan, Sasaran, Program dan Kegiatan Instansi Pemerintah setiap tahunnya.

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan amanat dari Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang petunjuk teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dimana peraturan tersebut mewajibkan setiap Instansi Pemerintah, Negara sebagai unsur penyelenggara pemerintahan berkewajiban menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah kepada Presiden melalui Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

LAKIP merupakan media pertanggungjawaban kinerja yang dibuat secara periodik, memuat informasi yang dibutuhkan oleh stakeholders terhadap pelaksanaan berbagai program dan kegiatan. Materi LAKIP mengandung analisis pencapaian sasaran yang ditetapkan dalam RPJMD untuk tahun yang bersangkutan, dimana sasaran strategis yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kab. Aceh Utara merupakan outcome dari pelaksanaan prgoram pembangunan. Selain dari itu LAKIP berfungsi sebagai sarana bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Utara untuk menyampaikan keterangan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh masyarakat dan juga sebagai sarana evaluasi atas pencapaian kinerja serta sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja yang telah ditetapkan dimasa yang akan datang.

(3)

Halaman ii

Utara ini di rasakan masih terdapat berbagai kekurangan. Sehingga untuk penyempurnaan lebih lanjut kami mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak dan kami tak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua personil yang telah membantu sehingga Lakip dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Demikianlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Aceh Utara tahun 2015 ini kami sampaikan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak instansi terkait terutama Pemerintah kabupaten Aceh Utara sendiri sehingga kedepan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dapat lebih ditingkatkan lagi.

Lhokseumawe, Maret 2016

BUPATI ACEH UTARA

DTO

(4)

iii

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Ikhtisar Eksekutif ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I. Gambaran Umum Daerah... 1

A. Kondisi Geografis ... 1

B. Kondisi Umum Daerah ... 4

II. Aspek Strategis ... 7

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 7

B. Laju Inflasi ... 10

C. Pendapatan regional Perkapita ... 10

D. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah ... 12

E. Fokus Fasilitas Wilayah Infrastruktur ... 14

F. Fokus Iklim Berinvestasi ... 14

G. Fokus Sumber Daya Manusia ... 15

H. Struktur Organisasi ... 16

III. Permasalahan Utama ... 18

BAB II PERJANJIAN KINERJA ... 22

I. Rencana Strategis ... 22

A. Visi ... 24

B. Misi... 25

C. Tujuan dan Sasaran ... 26

II. Perjanjian Kinerja Tahun 2014 ... 31

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 40

I. Capaian Kinerja Organisasi ... 40

A. Pengukuran Kinerja ... 40

B. Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2014 ... 42

C. Perbandingan antara Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Empat Tahun Terakhir ... 47

D. Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Standar Nasional ... 140

E. Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan Kinerja dan Solusi yang Telah dilakukan ... 156

F. Analisis dan Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ... 157

II. Realisasi Anggaran... 161

BAB IV PENUTUP ... 168 Lampiran 1 Penetapan Kinerja Tahun 2014

Lampiran 2 Daftar Prestasi/Penghargaan Lampiran 3 Daftar Rekap IKM

(5)

Halaman v

Dalam rangka mencapai tujuan Good Governance dan Clean Government sangat dibutuhkan tuntutan pelayanan publik kearah yang lebih transparan, partisipasif dan akuntabel. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara telah mencoba memaksimalkan seluruh potensi yang ada dalam bentuk program dan kegiatan. Tentunya dalam pencapaian target tidak hanya kesuksesan dalam program dan kegiatan pembangunan saja yang menjadi tolok ukur, tetapi capaian kinerja organisasi juga harus diperhatikan lebih seksama, mengingat capaian kinerja Kab. Aceh Utara menjadi pedoman bagi pemerintah pusat dalam melakukan evaluasi kinerja pemerintah daerah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah atau laporan LAKIP merupakan kumpulan capaian kinerja pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada tahun 2015. Laporan LAKIP ini tidak terlepas dari visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Aceh Utara yang tertuang dalam Rencana Pemerintah Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kab. Aceh Utara, dimana seluruh sasaran strategis dari Laporan LAKIP tahun 2015 ini merupakan penjabaran dari sasaran strategis RPJMD Kab. Aceh Utara tahun 2012-2017 yang telah ditetapkan melalui Qanun Kab. Aceh Utara Nomor 9 Tahun 2014.

Sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang petunjuk teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Pemerintah Kabupaten/Kota diwajibkan untuk menyusun Laporan LAKIP tahun 2015. Kab. Aceh Utara telah selesai menyusun laporan tersebut, tentunya dengan memperbandingkan capaian kinerja tahun 2015 dan target realisasinya serta perbandingan dengan capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya yang tidak terlepas daripada sasaran dan tujuan dari RPJMD Kab. Aceh Utara. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara telah menetapkan 16 sasaran strategis

(6)

Halaman vi

pelaksanaannya dilaksanakan secara bertahap melalui program dan kegiatan di masing-masing SKPK. Sesuai dengan hasil analisa Tim Penyusun Laporan LAKIP Kab. Aceh Utara, dapat kami jelaskan bahwa dari 22 indikator kinerja, kriteria sangat berhasil sebanyak 13 indikator (59,09%), berhasil sebanyak 4 indikator (18,18%), cukup berhasil sebanyak 2 indikator (9,09%) dan tidak berhasil sebanyak 3 indikator (13,64%).Data dan informasi untuk lebih jelasnya terdapat dalam laporan LAKIP Kab. Aceh Utara.

Dalam penyusunan LAKIP tahun 20145, terdapat sedikit perbedaan dimana laporan LAKIP harus di review oleh Inspektorat, sehingga data yang disajikan merupakan data yang valid dan akurat. Dari hasil review tersebut, kami telah mensajikan saran dan rekomendasi yang dihasilkan sehingga laporan LAKIP ini dapat bermanfaat sesuai dengan data dan fakta dilapangan.

Kami sangat mengapresiasi kinerja pemerintah pusat, terutama Kementrian PAN dan RB, dimana Kabupaten Aceh Utara dalam evaluasi laporan LAKIP tahun 2015 terdapat beberapa permasalahan, sehingga kami mendapatkan nilai CC. Kami sangat berharap agar tahun ini kami dapat meningkatkan peringkat menjadi kategori B dan dengan mengucapkan syukur kepada Allah, Alhamdulillah, dari kendala dan keterbatasan yang ada, LAKIP Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 dapat disusun dan disampaikan untuk mempertanggung-jawabkan pelaksanaan rencana kinerjanya.

(7)

Halaman 1

Bab I

P

P

e

e

n

n

d

d

a

a

h

h

u

u

l

l

u

u

a

a

n

n

I. LATAR BELAKANG

Implementasi good governance saat ini sudah menjadi sebuah keniscayaan, yang harus dipraktekkan oleh setiap penyelenggaraan Negara dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari kolusi dan korupsi. Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada semua tingkatan yang melaksanakan kegiatan pada tiap bagian. Masing-masing individu pada tiap jajaran aparatur bertanggungjawab atas setiap kegiatan yang dilaksanakan pada bagiannya.

Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Akuntabilitas Instansi Pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. Sejalan dengan itu telah ditetapkan TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme diikuti dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 serta Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Menurut penjelasan undang-undang tersebut, asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan pemerintahan harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan dan dalam rangka memberikan informasi yang luas

(8)

Halaman 2 kepada masyarakat tentang akuntabilitas penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara maka Pemerintah Kabupaten Aceh Utara diwajibkan menyusun Laporan Kinerja/Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015.

II.MAKSUD DAN TUJUAN

Adanya pola pikir yang terukur untuk dapat memberdayakan fungsi publik agar sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi, politik, dan budaya, diperlukan etos kerja yang berorientasi kepada pencapaian hasil dan pertanggungjawaban berdasarkan nilai–nilai akuntabilitas menuju pemerintah yang bersih, berwibawa, dan akuntabel.

Atas dasar ini, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara pada setiap akhir periode menyusun laporan pelaksanaan program/kegiatan, capaian kinerja dalam wujud Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang dikomunikasikan kepada para stakeholders dan pada hakekatnya adalah merupakan ”Pertanggungjawaban Publik”.

Laporan Akuntabilisiktas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) selain memiliki fungsi sebagai penyediaan informasi untuk mengambil keputusan pihak–pihak terkait, juga sebagai umpan balik dan sebagai sarana perbaikan manajemen kepemerintahan, serta sebagai media pertangungjawaban kepada lembaga legislatif dan publik. Fungsi tersebut merupakan cerminan dari maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP Kabupaten Aceh Utara.

Maksud dan tujuan penyusunan dan penyampaian LAKIP Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 mencakup hal–hal berikut ini:

 Memberi pertanggungjawaban kepada pemberi amanah;

 Memberi dasar bagi pengambil keputusan untuk perbaikan dalam pencapaian kehematan, efesiensi, dan efektifitas pelaksanaan tupoksi, sebagai upaya mencapai visi dan misi Kabupaten Aceh Utara tahun 2012-2017;

(9)

Halaman 3  Memberi masukan untuk memperbaiki perencanaan khususnya jangka

pendek dan jangka menengah.

III.GAMBARAN UMUM DAERAH A. Kondisi Geografis

Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu kabupaten dari 23 kabupaten/kota dalam Provinsi Aceh yang terletak pada posisi 960 47’ – 970 31’ Bujur Timur dan 040 43’ –

050 16’ Lintang Utara. Kabupaten Aceh Utara berbatasan dengan Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka di sebelah Utara, dengan Kabupaten Aceh Timur di sebelah Timur, dengan Kabupaten Bener Meriah di sebelah Selatan dan dengan Kebupaten Bireuen di sebelah Barat.

Sebelah utara merupakan laut, yaitu Selat Malaka, dan di sebelah selatan adalah kaki atau lereng pegunungan maka secara umum bentuk permukaan bumi atau geomorfologi Kabupaten Aceh Utara dari arah pantai ke arah pegunungan adalah :

 Dataran pantai, yang terletak sepanjang tepi pantai.

 Dataran aluvial, yang terletak relatif memanjang di belakang dataran pantai.  Zona lipatan, yang terletak relatif memanjang di belakang dataran aluvial.  Zona vulkanik, yang merupakan kaki/lereng sampai punggungan

pegunungan.

Luas wilayah Kabupaten Aceh Utara yang tercatat adalah 3.296,86 km2, atau 329.686 Ha, yang terdiri dari 27 kecamatan 70 kemukiman 852 gampong. Paya Bakong adalah Kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu 418,32 Km2, sementara Lapang adalah kecamatan yang paling sempit, yaitu 19,27Km2 dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Tabel 1.1.

(10)

Halaman 4

Tabel 1.1

Luas Wilayah Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan

Sumber : Aceh Utara Dalam Angka 2015

Tata guna lahan meliputi areal persawahan, perkebunan, hutan, rawa-rawa, tambak, dan lain-lainnya. Penggunaan lahan yang terluas untuk lahan perkebunan dan hutan negara. Disamping itu, lahan yang relatif luas juga digunakan untuk areal persawahan, tegalan/kebun-kebun, pekarangan dan

No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase 1. Sawang 384,65 11,67 2. Nisam 114,74 3,48 3. Nisam Antara 84,38 2,56 4. Bandar Baro 42,35 1,28 5. Kuta Makmur 151,32 4,59 6. Simpang Kramat 79,78 2,42 7. Syamtalira Bayu 77,53 2,35 8.. Geureudong Pase 269,28 8,17 9. Meurah Mulia 202,57 6,14 10. Matang Kuli 56,94 1,73 11. Paya Bakong 418,32 12,69 12. Pirak Timu 67,70 2,05 13. Cot Girek 189,00 5,73

14. Tanah Jambo Aye 162,98 4,94

15. Langkahan 150,52 4,57 16. Seunuddon 100,63 3,05 17. Baktiya 158,67 4,81 18. Baktiya Barat 83,08 2,52 19. Lhoksukon 243,00 7,37 20. Tanah Luas 30,64 0,93 21. Nibong 44,91 1,36 22. Samudera 43,28 1,31 23. Syamtalira Aron 28,13 0,85 24. Tanah Pasir 20,38 0,62 25. Lapang 19,27 0,58 26. Muara Batu 33,34 1,01 27. Dewantara 39,47 1,20 TOTAL 3.296,86 100,00

(11)

Halaman 5 bangunan, hutan rakyat, ladang/huma, dan untuk areal lain-lainya. Selain itu, di daerah ini masih terdapat lahan kosong yang produktif namun belum diusahakan yaitu seluas 9.163 Ha atau 2,78 % dari luas wilayah seluruhnya. Secara keseluruhan tata guna lahan Kabupaten Aceh Utara tercantum pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Tata Guna Lahan

No Pengguna Lahan Luas (Ha) %

1 Persawahan 45.485 19.17

2 Perkarangan / Bangunan - -

3 Tegalan/ Kebun 45.655 19.25

4 Ladang/ Huma 24.217 10.21

5 Pengembalaan/ Padang Rumput 6.464 2.72

6 Sementara Tidak Diusahakan 9.968 4.20

7 Ditanami Pohon/ Hutan Rakyat 26.770 11.28

8 Perkebunan 49.560 20.89

9

Lain-lain

(Tambak/Kolam/Empang/Tebat) 29.102 12.27

Jumlah 237.221 100.00

Sumber : Aceh Utara Dalam Angka, 2015

1. Iklim

Wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai bagian dari wilayah Provinsi Aceh, termasuk tipe iklim muson dan klasifikasi menurut Mohr, Schmid & Ferguson, termasuk iklim tipe C. Wilayah Kabupaten Aceh Utara relatif lebih kering dibandingkan dengan dengan wilayah lainnya di Provinsi Aceh, karena pengaruh Pegunungan Bukit Barisan, di mana wilayah sebelah utara dan timur Pegunungan Bukit Barisan cenderung lebih kering dibandingkan wilayah sebelah barat dan selatannya.

Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Aceh Utara berkisar antara 1.000 – 2500 mm, dengan hari hujan 92 hari. Musim hujan terjadi pada bulan Agustus sampai Januari, dengan curah hujan maksimal terjadi di bulan Oktober-November, yang mencapai di atas 350 mm per bulan dengan hari hujan lebih dari 14 hari. Sementara musim dengan curah hujan lebih rendah

(12)

Halaman 6 (cenderung kemarau) terjadi pada bulan Februari sampai Juli, dan yang cenderung terendah adalah sekitar bulan Maret-April.

Rata-rata suhu udara adalah 300 C, dengan kisaran antara 210 C sampai 350C. Suhu rata-rata pada musim penghujan adalah 280 C, dan pada musim kemarau suhu rata-rata adalah 32,80 C. Kelembaban udara berkisar antara 84 – 89 %, dengan rata-rata 86,6 %.

2. Geologi

Struktur geologi yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Utara secara garis besar terdiri atas batuan Quarter yang cenderung di bagian pesisir (bagian utara) dan batuan Tersier yang cenderung di bagian pedalaman (bagian selatan). Sebaran ini selaras dengan topografi yang menaik dari utara ke selatan, dan selaras pula dengan pola hilir ke hulu dalam DAS.

B. Kondisi Demografis

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015, jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara tercatat 572.961 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 2.04% per tahun. Luas wilayah 3.296,86 km2 maka kepadatan penduduk mencapai 174 jiwa/km2 dengan sebaran di 27 kecamatan selama periode tahun 2010 -2014 sebagaimana tercantum pada Tabel 1.3.

Ditinjau dari distribusi penduduk terbesar di Kecamatan Lhoksukon mencapai 48.080 jiwa dan kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Dewantara mencapai 1.202 jiwa/km2, sedangkan jumlah dan kepadatan penduduk terkecil di Kecamatan Geureudong Pase mencapai 4.812 jiwa dan 18 jiwa/km2. Bila dilihat dari letaknya, maka dapat diindikasikan bahwa kecamatan-kecamatan di sekitar sumbu wilayah atau di sekitar jalan nasional cenderung mempunyai jumlah dan kepadatan penduduk lebih besar.

Tabel 1.3

Perkembangan Distribusi Penduduk Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tahun 2010–2014

No. Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014*)

1 Sawang 33.748 34.521 34,999 35,457 36,502

2 Nisam 17.115 17.235 17,473 17,702 18,223

3 Nisam Antara 12.096 12.277 12,447 12,61 12,981

(13)

Halaman 7 5 Kuta Makmur 22.028 22.339 22,648 22,945 23,62 6 Simpang Kramat 8.710 8.824 8,946 9,063 9,330 7 Syamtalira Bayu 18.955 19.046 19,309 19,562 20,138 8 Geureudong Pase 4.448 4.550 4,613 4,674 4,812 9 Meurah Mulia 17.612 17.881 18,129 18,367 18,908 10 Matang Kuli 16.424 16.803 17,035 17,258 17,766 11 Paya Bakong 12.690 12.875 13,053 13,224 13,614 12 Pirak Timu 7.413 7.520 7,624 7,724 7,952 13 Cot Girek 18.342 18.762 19,021 19,27 19,838

14 Tanah Jambo Aye 39.141 40.472 41,032 41,569 42,794

15 Langkahan 20.938 21.221 21,514 21,796 22,438 16 Seuneudon 23.267 23.476 23,8 24,112 24,822 17 Baktiya 32.465 33.514 33,978 34,423 35,437 18 Baktiya Barat 16.943 17.334 17,574 17,804 18,328 19 Lhoksukon 43.998 45.472 46,101 46,704 48,080 20 Tanah Luas 22.037 22.601 22,913 23,213 23,897 21 Nibong 9.047 9.247 9,375 9,498 9,778 22 Samudera 24.389 25.099 25,446 25,779 26,538 23 Syamtalira Aron 16.456 16.833 17,066 17,289 17,798 24 Tanah Pasir 8.376 8.431 8,548 8,660 8,915 25 Lapang 7.909 8.075 8,187 8,294 8,538 26 Muara Batu 24.385 25.179 25,527 25,861 26,623 27 Dewantara 43.442 44.876 45,496 46,091 47,449 Jumlah 529.751 541.878 549,370 556,566 572,961

Sumber: Aceh Utara Dalam Angka Tahun 2015

1. Persentase Penduduk diatas Garis Kemiskinan

Kemiskinan merupakan persoalan makro yang harus diatasi secara berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk menanggulangi kemiskinan sesuai prioritas pembangunan yang tercantum dalam RPJM Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2017. Berbagai program pembangunan jangka menengah telah diimplimentasikan, baik di bidang infrastruktur, ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan. Akhir tahun 2014 tercatat penduduk miskin di Kabupaten Aceh Utara sebanyak 112.600 jiwa atau 19,58 persen dari jumlah penduduk sebagaimana tercantum pada Gambar 1.4.

Kondisi tersebut menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat Aceh Utara semakin meningkat dan terus mengalami perbaikan sepanjang tahun 2010-2014. Penanggulangan kemiskinan menjadi prioritas Pemerintah

(14)

Halaman 8 Kabupaten Aceh Utara ke depan termasuk memberikan perhatian yang lebih besar, tepat sasaran, dan terfokus melalui implimentasi pembangunan pada wilayah-wilayah yang menjadi kantong kemiskinan, terutama di wilayah pesisir.

Gambar 1.4

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010-2014

II. ASPEK STRATEGIS

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi Aceh Utara periode 2010-2014 ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 dan tanpa memasukkan migas menunjukkan pertumbuhan ekonominya berkisar antara 3,40 – 7,57 persen. Nilai PDRB ADHK tanpa migas Aceh Utara selama pada tahun 2010 nilainya sebesar 8,97 triliun rupiah dan terus tumbuh hingga mencapai 10,99 triliun rupiah pada tahun 2014dengan pertumbuhan rata-rata 5,23 persen per tahun.

Jika dengan memasukkan migas, nilai PDRB Aceh Utara selama periode 2010-2012 mengalami peningkatan yaitu dari 17,20 triliun rupiah menjadi 18,15 triliun rupiah. Tahun 2013 nilai PDRB dengan migas turun menjadi 17,86 triliun rupiah dan terus turun menjadi 17,26 triliun rupiah pada

1 1 3 ,3 7 1 2 4 ,0 4 1 1 9 ,5 1 1 1 1 ,7 4 1 1 2 ,1 9 23,43 22,89 21,52 20,34 19,58 3 6 9 12 15 18 21 24 20 40 60 80 100 120 140 2010 2011 2012 2013 2014 0 0 0 J iw a P e rsen

(15)

Halaman 9 tahun 2014.

Gambar 1.6

PDRB ADHK 2000Tahun 2010-2014 (Triliun Rupiah)

Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh Utara Tahun 2015 (Diolah)

Pertumbuhan ekonomi Aceh Utara menurut lapangan usaha tahun 2011-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.3. Pada tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB dengan migas Kabupaten Aceh Utara tahun 2014 turun sebesar 3.35 persen, sedangkan tahun 2013 turun sebesar 1.62 persen. Penurunan laju pertumbuhan ekonomi tersebut, dipengaruhi oleh sektor Jasa Keuangan dan Asuransi yang mengalami penurunan sebesar 5.72 persen serta sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan terbesar yaitu 14.61 persen yang disebabkan oleh semakin menurunnya Lifting gas bumi di Kabupaten Aceh Utara.

5,00 10,00 15,00 20,00 2010 2011 2012 2013 2014 17,20 17,87 18,15 17,86 17,26 8,97 9,65 10,18 10,53 11,00

(16)

Halaman 10

Tabel 1.7

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Tahun 2010-2014 (Persen)

SEKTOR CAPAIAN

2011 2012 2013 2014*)

Pertanian 4,59 4,14 5,91 3,82

Pertambangan dan Penggalian

- Pertambangan migas dan panas bumi - Pertambangan dan penggalian

lainnya -0,15 -0,20 2,55 -2,93 -3,01 1,59 -8,03 -8,37 10,68 -14,61 -15,15 9,50 Industri Pengolahan 18,08 6,96 -6,53 2,99 Pengadaan Listrik dan Gas 7,48 7,72 5,04 6,37 Pengadaaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 6,02 4,41 5,53 5,93

Konstruksi 4,25 6,52 8,52 6,99

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 3,23 5,60 7,55 5,91 Transportasi dan Pergudangan 5,75 7,25 7,79 4,11 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,87 9,01 9,81 9,72 Informasi dan Komunikasi 7,61 9,23 9,44 9,48 Jasa Keuangan dan Asuransi 4,16 -5,98 1,42 -5,72

Real Estate 3,42 3,89 7,51 9,34

Jasa Perusahaan 2,60 1,67 5,90 7,45

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan

Jaminan Sosial 3,87 2,67 5,33 7,00

Jasa Pendidikan 6,20 6,27 6,83 5,74

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,20 13,02 9,50 8,34

Jasa Lainnya 5,01 4,63 6,30 6,00

PDRB (Non Migas) 7,57 5,44 3,40 4,50

PDRB (Migas) 3,88 1,59 -1,62 -3,35

Sumber : Aceh Utara Dalam Angka 2015 *) Angka sementara

(17)

Halaman 11 Namun bila ditinjau dari PDRB tanpa migas, laju pertumbuhan ekonomi Aceh Utara berfluktuasi antara 3,40-7,57 persen. Pada tahun 2013 pertumbuhan terendah yaitu 3,40 dan tahun 2015 pertumbuhan meningkat mencapai 4,50 persen. Hal dipengaruhi oleh semakin besarnya kontribusi sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta Industri Pengolahan terhadap struktur perekonomian Kabupaten Aceh Utara. Hal ini juga ditunjukkan oleh pertumbuhan positif sebesar 3.82 persen pada sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta Industri Pengolahan sebesar 2.99 persen di tahun 2014, setelah sebelumnya turun 6.53 persen di tahun 2013.

Tabel 1.8

Laju Pertumbuhandan Kontribusi Sektoral Tahun 2013-2014 (Persen)

SEKTOR PERTUMBUHAN KONTRIBUSI

2013 2014*) 2013 2014*)

Pertanian 5,91 3,82 21,44 23,02

Pertambangan dan Penggalian

- Pertambangan migas dan panas bumi

- Pertambangan dan penggalian lainnya -8,03 -8,37 10,68 -14,61 -15,15 9,50 41,06 40,17 0,89 36,28 35,26 1,01 Industri Pengolahan -6,53 2,99 13,33 14,21 Pengadaan Listrik dan Gas 5,04 6,37 0,06 0,07 Pengadaaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 5,53 5,93 0,01 0,01

Konstruksi 8,52 6,99 3,20 3,55

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 7,55 5,91 7,73 8,47 Transportasi dan Pergudangan 7,79 4,11 4,21 4,54 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 9,81 9,72 0,26 0,29

Informasi dan Komunikasi 9,44 9,48 1,23 1,39 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,42 -5,72 0,98 0,95

Real Estate 7,51 9,34 1,65 1,86

Jasa Perusahaan 5,90 7,45 0,21 0,23

(18)

Halaman 12

SEKTOR PERTUMBUHAN KONTRIBUSI

2013 2014*) 2013 2014*) dan Jaminan Sosial

Jasa Pendidikan 6,83 5,74 0,92 1,01

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,50 8,34 1,33 1,50

Jasa Lainnya 6,30 6,00 0,65 0,72

PDRB (Non Migas) 3,40 4,50 58,94 63,72

PDRB (Migas) -1,62 -3,35 100 100

Kegiatan perekonomian Kabupaten Aceh Utara, sebagai salah satu daerah penghasil migas di Provinsi Aceh, di dominasi oleh sektor Pertambangan dan Penggalian yang menyumbang sebesar 35.46 persen terhadap nilai tambah PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2014. Namun, besarnya kontribusi ini terus menurun tiap tahunnya seiring dengan menurunnya produksi dan eksplorasi migas di Kabupaten Aceh Utara.

Sedangkan dari sektor non migas, dengan memperbandingkan antara pertumbuhan terhadap kontribusi yang diberikan oleh tiap sektor, maka dapat diketahui beberapa sektor dengan pertumbuhan tinggi namun masih memberikan kontribusi yang masih sangat kecil terhadap total PDRB Aceh Utara pada tahun 2014. Sektor pertambangan dan penggalian lainnya, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi serta real estate pertumbuhannya di atas 9 persen namun kontribusinya lebih kecil dari 2 persen. Sebaliknya, sektor pertanian dengan pertumbuhan sebesar 3,82 persen, menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap total PDRB Aceh Utara pada tahun 2014 yaitu sebesar 23,02 persen.

B. Laju Inflasi

Laju Inflasi menunjukkan tingkat perubahan harga-harga yang terjadi di suatu daerah. Laju inflasi tahun kalender 2015 hingga Desember 2015 untuk Kota Lhokseumawe sebesar 2,44 persen, Kabupaten Aceh Utara disetarakan dengan Kota Lhokseumawe sedangkan laju inflasi Provinsi Aceh sebesar 1,53 persen dan Nasional sebesar 3,35 persen.

(19)

Halaman 13

Tabel 1.9

Nilai Inflasi Rata-Rata Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011-2015 Uraian Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Lhokseumawe/ Aceh Utara 3,55 2,44 8,27 8,53 2,44 Aceh 3,43 0,22 7,31 8,09 1,53 Nasional 3,79 4,3 8,38 8,36 3,35 Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh Tahun 2015

Terjadi penurunan tingkat inflasi dibandingkan tahun 2014 dengan tingkat inflasi mencapai 8,53 persen. Perkembangan tingkat inflasi di Kabupaten Aceh Utara, pola kecenderungannya mempunyai kesamaan dengan kecenderungan inflasi Aceh sebagaimana tercantum pada Tabel 1.9.

C. Pendapatan Regional Perkapita

Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sedangkan Pendapatan Regional per kapita diperoleh dari hasil bagi antara Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas biaya faktor produksi (PDRB yang telah dikurangi penyusutan dan pajak tak langsung) dengan penduduk pertengahan tahun. Peningkatan jumlah penduduk dan besarnya PDRB sangat menentukan besarnya PDRB perkapita.

Gambar 1.10

Pendapatan Regional Perkapita dengan Migas Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010 – 2013

(Jutaan Rupiah)

(20)

Halaman 14 Gambar 1.11 memperlihatkan bahwa untuk tahun 2013, pendapatan regional perkapita Aceh Utara atas dasar harga berlaku mencapai 19,74 juta rupiah mengalami penurunan dibandingkan tahun tahun 2012 yang hanya mencapai angka 19,89 juta rupiah. Pencapaian pendapatan regional perkapita untuk tahun 2013 ini lebih kecil dari tahun sebelumnya.

Untuk pendapatan regional perkapita berdasarkan harga konstan 2000, memperlihatkan adanya penurunan dari 6,95 juta rupiah di tahun 2013 menjadi 7,11 juta rupiah pada tahun 2012. Penurunan ini tidak lepas dari pengaruh menurunnya total nilai PDRB dengan migas atas dasar harga konstan.

Gambar 1.11

Pendapatan Perkapita Tanpa Migas Tahun 2010 – 2013 (Jutaan Rupiah)

Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh Utara

Untuk pendapatan regional perkapita Aceh Utara tanpa migas, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, tiap tahunnya menunjukkan tren terus meningkat. Pada tahun 2010 pendapatan regional perkapita atas dasar harga berlaku tercatat sebesar 10,14 juta rupiah dan kembali meningkat ditahun 2011 hingga mencapai angka 10,70 juta rupiah. Tahun 2012 naik menjadi 11,28 juta rupiah dan kembali terjadi peningkatan hingga mencapai 11,62 juta rupiah pada tahun 2013. Kenaikan pendapatan regional perkapita ini tidak lepas dari pengaruh meningkatnya total nilai PDRB tanpa migas atas dasar harga berlaku.

Untuk pendapatan regional perkapita untuk tahun 2013 berdasarkan harga konstan 2000, juga memperlihatkan adanya kenaikan setiap tahunnya.

(21)

Halaman 15 Pada tahun 2010, nilai pendapatan regional perkapita Aceh Utara hanya sebesar 4,87 juta rupiah dan terus meningkat hingga mencapai 5,06 juta rupiah pada tahun 2013. Peningkatan ini tidak lepas dari pengaruh meningkatnya total nilai PDRB dengan migas atas dasar harga konstan pada tahun 2013 sebesar 3,17 persen. Peningkatan ini juga lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk Aceh Utara yang sebesar 1,38 persen pada tahun yang sama.

D. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (RT) Perkapita

Kemampuan perekonomi Kabupaten Aceh Utara dilihat dari angka konsumsi rumah tangga (RT) perkapita terus menunjukkan kecenderungan meningkat dimana pada tahun 2009 angka konsumsi RT perkapita sebesar Rp. 4.344.204,-, jumlah RT tahun 2009 sebanyak 128.138 RT dengan besar rasio yaitu 33,90. Pada tahun 2010 angka konsumsi RT meningkat sebesar Rp. 4.739.940 dan jumlah RT sebanyak 122.825 serta rasionya sebesar 38,59.

Demikian pula pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan yaitu Rp. 5.171.448 konsumsi RT perkapita dengan jumlah RT sebanyak 125.637,

besaran rasio yaitu 41,16. Konsumsi rumah tangga perkapita sebagai mana tabel berikut :

Tabel 1.12

Angka Konsumsi RT Perkapita Kabupaten Aceh Utara, Tahun 2009-2011

No Uraian 2009 2010 2011

1. Total Pengeluaran RT (Rp) 4.344.204 4.739.940 5.171.448

2. Jumlah RT 128.138 122.825 125.637

Rasio (1/2) 33,90 38,59 41,16

Sumber : BPS Kab. Aceh Utara (diolah)

b. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Perkapita

Sebagaimana pengeluran konsumsi RT, pengeluaran konsumsi non pangan perkapita juga mengalami peningkatan dimana pada tahun 2009 total pengeluran RT non pangan sebesar Rp. 1.382.916 atau 31,83 persen dan sebesar Rp.1.540.068 atau 32,49 pada tahun 2010. Pada Tahun 2011 angka

(22)

Halaman 16 konsumsi RT non pangan juga mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 1.948.032 atau sebesar 37,67 persen. Tabel konsumsi RT non pangan sebagai mana berikut :

Tabel 1.13

Persentase Konsumsi RT Non Pangan Kabupaten Aceh Utara, Tahun 2009-2011

No Uraian 2009 2010 2011

1 Total Pengeluaran RT Non Pangan (Rp)

1.382.916 1.540.068 1.948.032 2 Total Pengeluaran (Rp) 4.344.204 4.739.940 5.171.448

Rasio 31,83 % 32,49 % 37,67 %

Sumber : BPS Kab. Aceh Utara (diolah)

c. Nilai Tukar Petani

Gambar 1.14 Nilai Tukar Petani

Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009-2013

E. Fokus Fasilitas Wilayah Infrastruktur

Luas wilayah Kabupaten Aceh Utara yang tercatat adalah 3.296,86 km2, atau 329.686 Ha. Dengan panjang garis pantai 51 km, dan kewenangan kabupaten adalah sampai 4 mil laut, maka luas wilayah laut kewenangan ini adalah 37.744 Ha atau 3.774,4 km2.

Luas wilayah produktif tahun 2006 seluas 162.578 ha mengalami penurunan ditahun 2007 yaitu seluas 153.192. Pada tahun 2008-2010 luas lahan produktif kembali meninggkat seiring upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Aceh utara yaitu 167.500 ha pada tahun 2010. Perbandingan luas lahan produktif dengan luas wilayah budidaya sebagaimana tabel berikut :

25,000 28,000 29,000 31,000 35,000 ,000 10,000 20,000 30,000 40,000

Nilai tukar petani

2008 2009 2010 2011 2012

(23)

Halaman 17

Gambar 1.15 Luas Wilayah Produktif

Kabupaten Aceh Utara Tahun 2008-2012

F. Fokus Iklim Berinvestasi

Investasi disuatu daerah dapat dilaksanakan apabila kondisi daerah memberikan rasa aman dan nyaman terhapat investor yang akan menanamkan modalnya di Kabupaten Aceh Utara. Untuk itu diperlukan upaya bersama untuk menjaga kondisi keamanan sebagai upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam membantu pemerintah dalam mengupayakan investasi di Kabupaten Aceh Utara.

G. Fokus Sumber Daya Manusia a. Rasio Lulusan S1/S2/S3

Kualitas tenaga kerja di Kabupaten Aceh Utara sesuai dengan angka kelulusan tingkat S1 pada tahun 2010 dan 2011 masing sebanyak 8.004 dan 8452 orang, Sementara itu untuk tingkat S2 dan S3 pada tahun 2010 sebanyak 126 orang dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sejumlah 425 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 dan 2011, maka kualitas tenaga kerja dengan rasio kelulusan tingkat S1sebesar 1,53 persen pada tahun 2010 dan 1,64 persen pada tahun 2011 sebagaimana ditampilkan pada gambar 1.16

135.521 134.965 141.873 141.514 141.130 130.000 132.000 134.000 136.000 138.000 140.000 142.000 144.000

Luas wilayah produktif

2008 2009 2010 2011 2012

(24)

Halaman 18 Gambar 1.16

Rasio Lulusan S1/S2&S3

Di Kabupaten Aceh UtaraTahun 2008-2012

,453 2,149 2,274 3,940 4,914 ,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 Rasio Lulusan S1/S2/S3 2008 2009 2010 2011 2012

b. Tingkat ketergantungan (rasio ketergantungan)

Tingkat ketergantungan penduduk di Kabupaten Aceh Utara kurun waktu 2008-2012 menunjukkan angka yang berfluktuatif, sebagaimana pada gambar 1.17.

Gambar 1.17 Rasio Ketergantungan

Di Kabupaten Aceh UtaraTahun 2008-2012

H. Struktur Organisasi

Struktur organisasi, kewenangan dan tugas dari unit-unit yang membantu kelancaran pelaksanaan tugas-tugas kepala daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRK, Dinas Daerah,dan Lembaga Teknis Daerah serta Sekretariat Lembaga Keistimewaan.

a. Sekretariat Daerah

Sekretariat Daerah merupakan unsur staf Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Tugas Pokok Sekretariat Daerah adalah

101,98 43,21 36,22 36,16 134,21 50,00 100,00 150,00 Rasio ketergantungan 2008 2009 2010 2011 2012

(25)

Halaman 19 membantu Bupati dalam melaksanakan tugas di bidang penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tata laksana serta memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat daerah.

Sementara itu, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, fungsi dari Sekretariat Daerah ini mencakup: (1) pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah, (2) penyelenggaraan administrasi pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan serta organisasi dan tata laksana, (3) pengkoordinasian kegiatan perangkat daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas umum pemerintahan, (4) pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana pemerintahan daerah, dan (5) pengembangan dan pelaksanaan pola kerja sama antar daerah dan/ atau dengan pihak ketiga, (6) pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Susunan organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari Sekretaris Daerah, Asisten, Bagian dan Sub Bagian.

b. Sekretariat DPRK

Sekretariat DPRK merupakan unsur pelayanan terhadap DRPK yang dipimpin oleh seorang Sekretaris yang secara teknis operasionalberada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRK dan secara administrasi bertanggungjawab kepada Bupati melaui Sekda. Susunan organisasi Sekretariat DPRK terdiri dari Sekretaris, Bagian dan Sub Bagian.

c. Dinas Daerah

Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Daerah ini melaksanakan tugas dan fungsi operasional untuk bidang-bidang tertentu seperti : Dinas Syariat Islam; Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; Dinas Pengelolan Keuangan dan Kekayaan Daerah; Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; Dinas Kesehatan; Dinas Bina Marga ; Dinas Cipta Karya ; Dinas Pengairan dan Energi Sumber Daya Mineral; Dinas Perindustrian dan

(26)

Halaman 20 Perdagangan; Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan; Dinas Kehutanan dan Perkebunan; Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk;Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan; Dinas Kelautan dan Perikanan; Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan.

d. Lembaga Teknis Daerah

Lembaga Teknis Daerah merupakan badan/kantor yang dikepalai oleh seorang Kepala Badan/Kepala Kantor sebagai unsur penunjang yang membantu dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk bidang-bidang tertentu. Kepala Badan/Kepala Kantor berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Beberapa lembaga teknis yang terdapat dalam pemerintah Kabupaten mencakup: Bappeda; Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Sejahtera; Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan; Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan; Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; Badan Penanggulangan Bencana Daerah; Inspektorat Kabupaten; Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah; RSU Cut Meutia; Kantor Lingkungan Hidup; Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah; Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu.

e. Sekretariat Lembaga Keistimewaan dan Sekretariat Korpri

Sekretariat Lembaga Keistimewaan merupakan perangkat daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Beberapa Lembaga Keistimewaan yang terdapat dalam pemerintah Kabupaten mencakup : Sekretariat Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU); Sekretariat Majelis Adat Aceh (MAA); Sekretariat Majelis Pendidikan Daerah (MPD) dan Sekretariat Baitul Mal Kabupaten (BMK).

Sekretariat Korpri merupakan perangkat daerah yang dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(27)

Halaman 21

f. Pemerintah Kecamatan

Pemerintah Kecamatan merupakan perangkat daerah yang dipimpin oleh seorang camat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) Kecamatan dan Organisasi Kecamatan terdiri dari camat, sekretariat kecamatan, dan 4 (empat) seksi serta 2 (dua) sub bagian.

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dan seluruh perangkat di bawahnya berusaha melaksanakan tugas dan kegiatan pemerintahan daerah maupun tugas-tugas perbantuan dan tugas dekonsentrasi.

III. PERMASALAHAN UTAMA

Dalam pelaksanaan berbagai kegiatan dan program tahun 2015, terdapat beberapa permasalahan serta tindak lanjut sebagaimana terlampir pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1

Permasalahan dan Tindak Lanjut

No. Permasalahan Tindak Lanjut Ket

1. Tingkat kemiskinan masih tinggi Peningkatan tingkat kesempatan kerja

2. Masih rendahnya ketahanan pangan dan nilai nambah produk pertanian

Menyediakan cadangan pangan daerah

3. Pertumbuhan ekonomi masih rendah

Perlu penambahan tenaga pembina terhadap industri kecil dan menengah secara bertahap

4. Rendahnya pemanfaatan potensi sumber daya alam yang berdaya guna, berhasil guna dan

berkelanjutan

Peningkatan kualitas sumber daya lingkungan hidup

5. Masih tingginya tingkat pengangguran terbuka

Pencapaian standar pelayanan minimal pendidikan

6. Koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) belum berkembang dengan baik

Peningkatan pengawasan terhadap pengelolaan koperasi dan UKM

7. Keterlibatan peran swasta dalam pembangunan masih rendah

Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

(28)

Halaman 22

8. Masih rendahnya mutu pelayanan kesehatan masyarakat

Peningkatan pelayanan kesehatan

9. Permasalahan dan tantangan dibidang kesehatan masyarakat dan keluarga sejahtera

Peningkatan pelayanan kesehatan

10. Banyaknya infrastruktur irigasi, jalan dan jembatan dalam kondisi belum mantap

Peningkatan, rehabilitasi serta optimalisasi fungsi jaringan irigasi dan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi jalan dan jembatan

11. Masih lemahnya organisasi, tatalaksana dan SDM aparatur

Peningkatan kapasitas dan kapabilitas aparatur

12. Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan politik, sosial budaya dan adat

Pengelolaan keragaman dan pelestarian budaya

13. Masih lemahnya pelaksanan penegakan supremasi hukum

Penerapan syariat islam

14. Belum optimalnya pemberdayaan kepemudaan, pramuka dan keolahragaan

Peningkatan peran pemuda dalam gampong

15. Pembangunan sumber daya manusia, perempuan dan anak masih rendah

Penurunan AKI dan AKB

melalui pemenuhan cakupan K4

16. Belum berkembangnya potensi perhubungan dan pariwisata

Peningkatan pemanfaatan dan penataan serta fungsionalisasi objek wisata sejarah, adat dan alam

(29)

Halaman 23

IV. SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Sistematika Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 terdiri dari 4(empat) Bab yaitu sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Menjelaskan secara ringkas latar belakang, maksud dan tujuan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Gambaran Singkat tentang Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi dan Personil Perangkat Daerah serta Sistematika Penyusunan.

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

Menjelaskan ringkasan/ikhtisar Perjanjian Kinerja tahun 2015 yang mendasarkan pada dokumen perencanaan.

BAB III. KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Menjelaskan capaian kinerja berdasarkan hasil pengukuran kinerja tahun 2015. Diuraikan pula analisis capaian kinerja yang meliputi : pembandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2015; pembandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2015 dengan tahun 2014 dan tahun 2013; pembandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun 2015 dengan target 2017 berdasarkan dokumen RPJMD tahun 2012 sampai tahun 2017; untuk beberapa indikator realisasi kinerja tahun 2015 dibandingkan dengan Standar Nasional; Analisis keberhasilan/kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang diambil serta penyajian realisasi anggaran.

BAB IV. PENUTUP

Memuat kesimpulan umum atas capaian kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 dan upaya/ langkah di masa mendatang yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dalam rangka peningkatan kinerjanya.

(30)

Halaman 24

Bab II

P

P

e

e

r

r

e

e

n

n

c

c

a

a

n

n

a

a

a

a

n

n

K

Ki

i

n

n

e

e

r

r

j

j

a

a

I. RENCANA STRATEGIS

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara mempunyai rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun, yaitu untuk Tahun 2012-2017 dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul untuk memetakan posisi Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. RPJMD yang disusun merupakan rencana strategis yang diharapkan mampu menjawab posisi Pemerintah Kabupaten Aceh Utara sekarang, tujuan yang ingin dicapai termasuk visi misi daerah. RPJMD Pemerintah Kabupaten Aceh Utara yang mencakup Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan serta cara pencapaian tujuan dan sasaran dijabarkan dalam Program dan Kegiatan.

RPJMD disusun dengan memperhitungkan analisis lingkungan baik kekuatan daerah, kelemahan, peluang, dan kendala yang ada maupun yang diprediksikan akan muncul. Kemudian sasaran yang ingin dicapai dalam Tahun 2015 akan dijelaskan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015.

Hubungan RPJMD dan dokumen perencanaan lainnya dengan LAKIP Pemerintah Kabupaten Aceh adalah sebagai berikut:

(31)

Halaman 25 Gambar 1

Pada Tahun 2015 , Pemerintah Kabupaten Aceh Utara sudah memiliki RPJP sesuai dengan Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 8 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Aceh Utara Tahun 2005-2025 dan RPJMD Tahun 2012-2017 sesuai dengan Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 9 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Aceh Utara 2012-2017 yang sebelumnya ditetapkan dengan Peraturan Bupati Aceh Utara Nomor 40 Tahun 2013 tentang RPJM Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2017.

Dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan nasional sebagaimana telah diamanatkan dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, keberadaan RPJM Daerah Kabupaten Aceh Utara merupakan satu bagian yang utuh dari manajemen kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang seharusnya tertuang dalam RPJP Daerah Kabupaten Aceh Utara maupun RT/RW Kabupaten Aceh Utara. Dari keberadaannya akan dijadikan pedoman penyusunan Renstra SKPD. Setiap tahun selama periode perencanaan, akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten (RKPK) Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dan Perjanjian Kinerja (PK) untuk SKPK.

L LAAKKIIPP K Kaabbuuppaatteenn A Acceehh UUttaarraa L LAKAKIIPP S SKKPPKK R Reennjjaa S SKKPPKK R Reennssttrraa S SKKPPKK R Reennjjaa K Kaabbuuppaatteenn A Acceehh UUttaarraa R RPPJJPP K Kaabbuuppaatteenn A Acceehh UUttaarraa R RPPJJMM K Kaabbuuppaatteenn A Acceehh UUttaarraa R RKKPP P Puussaatt R RPPJJMM N Naassiioonnaall R RPPJJPP N Naassiioonnaall R RPPJJMM PPrroovviinnssii A ACCEEHH

(32)

Halaman 26 RPJMD Kabupaten Aceh Tahun 2012-2017 disusun dengan mengakomodir berbagai tuntutan stakeholders antara lain pengawasan yang profesional, pelayanan prima, perwujudan pemerintahan yang bersih, berwibawa dan bebas KKN, serta penerapan good governance dalam seluruh aspek asas-asas penyelenggaraan pemerintahan.

Perencanaan Stratejik Pemerintah Kabupaten Aceh Utara yang dituangkan dalam RPJMD Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2017 adalah sebagai berikut:

A

A.. VViissii

Adapun Visi Pemerintah Kabupaten Aceh Utara yaitu :

“Terwujudnya Masyarakat Aceh Utara yang Berbudaya, Sejahtera, Mandiri dan Islami (BERSEMI)”.

Visi pembangunan Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2017 ini diharapkan dapat mewujudkan keinginan dan amanat masyarakat dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional seperti diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 khususnya bagi masyarakat Kabupaten Aceh Utara, dan selaras dengan RPJM Nasional 2009-2014.

Adapun maksud yang terkandung dalam visi pembangunan di atas adalah sebagai berikut:

1) Berbudaya artinya mengamalkan falsafah Aceh yang Islami yakni: Adat bak Pôteumeurehôm, Hukôm bak Syiah Kuala, Qanun bak Putroe Phang, Reusam bak Bentara.

2) Sejahtera artinya masyarakat Aceh Utara memperoleh kemakmuran dalam keadilan, kesenangan hidup dalam keadaan aman dan tenteram lahir bathin.

3) Mandiri artinya masyarakat yang mampu berdiri sendiri tanpa ketergantungan kepada pihak lain.

4) Islami artinya masyarakat yang berakhlak mulia, berprilaku, berbicara, berbuat, dan bertindak sesuai dengan Syari’at Islam.

(33)

Halaman 27 B

B.. MMiissii

Misi adalah merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi/pemerintah agar tujuan organisasi dapat terlaksana. Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) mempunyai 8 (delapan)

misi yang telah ditetapkan pada Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 9 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2017, yaitu :

1. Menciptakan pemerintahan Aceh Utara yang bersih, berwibawa, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.

2. Mengupayakan stabilitas kehidupan sosial politik dan sosial budaya yang aman dan damai sesuai dengan semangat MOU Helsinki dan UUPA.

3. Meningkatkan kualitas SDM yang profesional, mengembangkan minat bakat pemuda dan olah raga, pemberdayaan perempuan yang berbudaya dan berakhlak mulia melalui pendidikan yang berkualitas dan sesuai dengan tuntunan Syari'at Islam.

4. Meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat melalui layanan kesehatan yang bermutu, peningkatan kesadaran pola hidup bersih dan sehat.

5. Memberikan kesempatan dan peluang kepada seluruh lapisan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta menikmati hasil-hasil pembangunan. 6. Mengupayakan secepatnya pembangunan infrastruktur perkantoran

pemerintah Aceh Utara satu atap yang menjadi marwah masyarakat Aceh Utara.

7. Meningkatkan pembangunan infrastruktur pendukung pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada pembangunan pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan dan kepariwisataan yang berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang berbasis lingkungan dan mengacu pada tata ruang.

(34)

Halaman 28 8. Mengupayakan penegakan hukum positif dan hukum Islam secara komprehensif dalam segala bidang kehidupan masyarakat yang berkeadilan.

C

C.. SSaassaarraannSSttrraatteeggiiss

Penetapan saran strategis dilakukan dengan mempertimbangkan misi Pemerintah daerah sehingga dari setiap misi Pemerintah Kabupaten Aceh Utara terdapat beberapa sasaran strategis yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun 2012-2017. Capaian sasaran strategis tersebut dilakukan dengan pengukuran indikator kinerja yang realistis yang diharapkan dapat dicapai pada akhir masa RPJMD.

V

Viissii

“Terwujudnya Masyarakat Aceh Utara yang Berbudaya, Sejahtera, Mandiri dan Islami (BERSEMI)”.

No Misi No Sasaran Strategis Indikator

Kinerja Target

I Menciptakan pemerintahan Aceh Utara yang bersih, berwibawa, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme

1. Terlaksananya tata kelola pemerintah yang transparan dan akuntabel pelayanan publik Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah B Opini pemeriksaan BPK WTP Nilai Evaluasi Kinerja Penyelenggaran Pemerintah Daerah (EKPPD) Sangat Tinggi 2. Meningkatnya profesionalisme dan kinerja aparatur dalam pelayanan publik Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) 75 II Mengupayakan stabilitas kehidupan sosial politik dan social budaya yang aman dan damai sesuai dengan semangat MOU Helsinki dan UUPA

1. Terciptanya stabilitas sosial dan politik

Rasio jumlah Satpol PP per 10.000 penduduk 3.86 2. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat miskin Persentase jumlah penduduk miskin 19.50

(35)

Halaman 29 3. Menurunnya tingkat angka pengangguran Angka pengangguran 10.10

III Meningkatkan kualitas SDM yang profesional, mengembangkan minat bakat pemuda dan olah raga, pemberdayaan perempuan yang berbudaya dan

berakhlak mulia melalui pendidikan yang

berkualitas dan sesuai dengan tuntunan Syari'at Islam

1. Meningkatnya layanan pendidikan yang bermutu, islami dan berdaya saing

Angka melek huruf 97.3 Rata-rata lama Sekolah 9.3 IV Meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat melalui layanan kesehatan yang bermutu, peningkatan kesadaran pola hidup bersih dan sehat

1 Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi masyarakat Angka Kematian Ibu 102 Angka Kematian Bayi 7 Persentase Gizi Buruk 0.096 Umur Harapan Hidup 70 VII Meningkatkan pembangunan infrastruktur pendukung pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada pembangunan

pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan dan kepariwisataan yang berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang

berbasis lingkungan dan mengacu pada tata ruang 1 Tersedianya jalan mantap dan jembatan yang menjamin kelancaran arus transportasi Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi mantap 56.15 2 Tersedianya aksesibilitas pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, daerah terisolir, dan daerah tujuan wisata Proporsi panjang jembatan dalam kondisi baik 63.58 3 Tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada Daerah Irigasi

Persentase luas Irigasi dalam kondisi baik (M2)

(36)

Halaman 30 4 Meningkatnya keselamatan, keamanan, dan pelayanan sarana dan prasarana perhubungan darat Jumlah arus penumpang angkutan umum 1,367,817 5 Meningkatnya pendapatan masyarakat Tingkat Pertumbuhan Ekonomi 4.83 Indeks Gini 6 Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan Persentase peningkatan jumlah wisatawan 37,500 7 Meningkatnya ketersediaan pangan, pola konsumsi serta distribusi pangan Tingkat Ketersediaan Energi Tingkat ketersediaan Protein 8 Meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebuan, dan peternakan Tingkat Produktivitas padi (ton/ha) 6.3 9 Meningkatnya produksi dan produktivitas kelautan dan perikanan Persentase Produksi perikanan 100 VIII Mengupayakan penegakan hukum positif dan hukum islam secara komprehensif dalam segala bidang kehidupan masyarakat yang berkeadilan 1 Peningkatan fasilitas masjid, meunasah dan mushalla Jumlah Mesjid dan Mushalla 330 dan 852

(37)

Halaman 31

II. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

Dalam rangka mencapai sasaran strategis yang ada pada RPJMD, maka setiap tahunnya dilakukan pengukuran indikator kinerja dari sasaran-sasaran strategis yang dianggap penting pada tahun berjalan. Pada tahun 2015 ini, 8 (delapan) misi Kabupaten Aceh Utara dijabarkan dalam beberapa sasaran strategis yang ingin dicapai. Ukuran pencapaiannya dilakukan dengan menggunakan indicator kinerja yang SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Rasional dan Rangible).

Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun yang bersangkutan, tetapi termasuk kinerja ( outcome ) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya.

Adapun tujuan penyusunan perjanjian kinerja adalah :

1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi dan kinerja aparatur.

2. Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur. 3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan sanksi

4. Sebagai dasar pemberi amanah untuk melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah. 5. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.

(38)

Halaman 32 Pemerintah Kabupaten Aceh Utara telah menetapkan indikator kinerja utama (IKU) sesuai dengan Keputusan Bupati No 061/717/2015 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2017, sebagai ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran strategis organisasi. Penetapan IKU telah mengacu pada rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) kabupaten 2012-2017. Indikator kinerja utama ditetapkan dengan memilih indikator-indikator kinerja yang ada dalam RPJMD Kabupaten Aceh Utara tahun 2012-2017 yang memiliki fokus pada prespektif stakeholder, sedangkan yang fokusnya pada internal bussines proses (peningkatan kapasitas internal organisasi) tidak dijadikan sebagai indikator kinerja utama. Indikator kinerja utama pemerintah Kabupaten Aceh Utara yang akan digunakan untuk periode waktu tahun 2012-2017 sesuai periode RPJMD telah ditetapkan dengan keputusan Bupati Aceh Utara nomor 061/717/2015 Tahun 2015.

(39)

Halaman 33

Tabel 2.1

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012-2017

No. Strategis Sasaran Indikator Kinerja (formulasi pengukuran Penjelasan dan sumber data)

1. Meningkatnya layanan pendidikan yang bermutu, islami dan berdaya saing Angka melek

huruf Formulasi pengukuran: Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya

Sumber data: - BPS

- Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga

Rata-rata lama

Sekolah Formulasi pengukuran: Kumulatif jumlah tahun yang ditempuh oleh penduduk 15 tahun keatas dalam mengikuti pendidikan formal yang dihitung sampai jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan atau kelas/tingkat tertinggi yang pernah diduduki

Sumber data: - BPS

- Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga 2. Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi masyarakat Angka Kematian Ibu Formulasi pengukuran:

Jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil, bersalin dan nifas selama satu tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama kali seratus ribu

Sumber data: Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan

(40)

Halaman 34

Angka Kematian

Bayi Formulasi pengukuran: Jumlah bayi (< 1 tahun) yang

meninggal di Kabupaten Aceh Utara selama satu tahun dibagi jumlah dengan kelahiran hidup pada tahun yang sama kali seribu

Sumber data:

Dinas Kesehatan Persentase Gizi

Buruk

Formulasi pengukuran:

Jumlah balita yang berstatus gizi buruk di Kabupaten Kabupaten Aceh Utara selama satu tahun dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang pada tahun yang sama kali seratus persen Sumber data: Dinas Kesehatan Umur Harapan Hidup Formulasi pengukuran:

Rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani oleh sekelompok orang yang dilahirkan pada suatu waktu tertentu jika mortalitas untuk kelompok umur tersebut bersifat tetap pada masa

mendatang Sumber data: - BPS

(41)

Halaman 35 3. Tersedianya jalan mantap dan jembatan yang menjamin kelancaran arus transportasi Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi mantap Formulasi pengukuran:

Panjang jalan yang mantap dibagi dengan Panjang jalan dikalikan seratus persen

Sumber data:

- Dinas Cipta Karya - Dinas Bina Marga

4. Tersedianya aksesibilitas pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, daerah terisolir, dan daerah tujuan wisata Proporsi panjang jembatan dalam kondisi baik

Panjang jembatan dalam kondisi baik dibagi dengan

Panjang jembatan dikalikan seratus persen

Sumber data:

- Dinas Cipta Karya - Dinas Bina Marga

5. Tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada Daerah Irigasi Persentase luas Irigasi dalam kondisi baik (M2) Formulasi pengukuran:

Luas jaringan irigasi dalam kondisi baik dibagi dengan luas jaringan irigasi

ikalikan seratus persen Sumber data:

Dinas Pengairan, Energi Sumber Daya Mineral 6. Peningkatan fasilitas masjid, meunasah dan mushalla Jumlah Mesjid dan Mushalla Formulasi pengukuran:

Jumlah Mesjid dan Mushalla Sumber data:

Dinas Syariat Islam Dinas Cipta Karya

(42)

Halaman 36 7. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat miskin) Persentase jumlah penduduk miskin Formulasi pengukuran:

Jumlah penduduk miskin dibagi dengan jumlah penduduk dikalikan seratus persen Sumber data: BPS 8. Meningkatnya keselamatan, keamanan, dan pelayanan sarana dan prasarana perhubungan darat Jumlah arus penumpang angkutan umum Formulasi pengukuran:

Jumlah arus penumpang angkutan umum

Sumber data:

Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan

9. Menurunnya tingkat angka pengangguran

Angka

pengangguran Formulasi pengukuran: Jumlah pengganggur dibagi dengan jumlah angkatan kerja dikalikan seratus persen

Sumber data:

Dinas Sosia, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk 10. Meningkatnya pendapatan masyarakat Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Formulasi pengukuran:

PDRB harga konstan tahun n dikurangi dengan PDRB tahun n-1, dibagi dengan PDRB tahun n-1 dikalikan seratus persen

Sumber data: BPS

(43)

Halaman 37

Indeks Gini Formulasi pengukuran:

k G  1 

Pi (Qi Qi1 ) i  1 Sumber data: BPS 11. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan Persentase peningkatan jumlah wisatawan Formulasi pengukuran:

Jumlah wisatawan tahun n

dikurangi jumlah wisatawan tahun n-1 dibagi dengan jumlah

wisatawan n-1 kalikan seratus persen

Sumber data:

Dinas Perhubunga, Pariwisatan dan Kebudayaan 12. Terciptanya stabilitas sosial dan politik Rasio jumlah Satpol PP per 10.000 penduduk Formulasi pengukuran:

Jumlah Satpol PP dibagi Jumlah Penduduk dikalikan seratus persen Sumber data: Satpol PP dan WH 13. Meningkatnya ketersediaan pangan, pola konsumsi serta distribusi pangan Tingkat Ketersediaan Energi Formulasi pengukuran:

100 + ( Angka ketersediaan energi-2200 2200 ) x 100

Sumber data:

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

(44)

Halaman 38

Tingkat ketersediaan Protein

Formulasi pengukuran:

100 + ( Angka ketersediaan protein - 57 57 ) x 100

Sumber data:

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan 14. Meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebuan, dan peternakan Tingkat Produktivitas padi (ton/ha) Formulasi pengukuran: Sumber data:

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan 15. Meningkatnya produksi dan produktivitas kelautan dan perikanan Persentase Produksi perikanan Formulasi pengukuran: Sumber data:

Dinas Kelautan dan Perikanan

16. Meningkatnya profesionalisme dan kinerja aparatur dalam pelayanan publik Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Formulasi pengukuran: Nilai IKM Sumber data: Bagian Organisasi

(45)

Halaman 39 17. Terlaksananya tata kelola pemerintah yang transparan dan akuntabel Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Formulasi pengukuran:

Hasil penilaian Kementeriaan Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Sumber data:

Kementeriaan Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI

Opini

pemeriksaan BPK

Formulasi pengukuran:

Opini hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas LaporanKeuangan Daerah Sumber data:

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Nilai Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) Formulasi pengukuran:

Hasil penilaian Kementeriaan Kementerian Dalam Negeri Sumber data:

(46)

Halaman 40 Perjanjian Kinerja Kabupten Aceh Utara Tahun 2015 merupakan suatu dokumen yang diformalkan dalam kaitannya dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Dokumen ini merupakan salah satu komponen dari siklus kinerja yang dimulai dari perencanaan dan di akhiri dengan adanya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Perjanjian Kinerja/Penetapan Kinerja merupakan rencana tahunan sebagai penjabaran lebih lanjut dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD) Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2017 yang berjangka waktu 5 tahunan.

Perjanjian Kinerja Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015 disajikan dalam Tabel 2.2 sebagai berikut :

Tabel 2.2

Perjanjian Kinerja 2015 No.

Sasaran Strategis Indikator

Kinerja

Target

1 Terlaksananya tata kelola pemerintah yang transparan dan akuntabel pelayanan publik

Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah

B

Opini pemeriksaan BPK WTP Nilai Evaluasi Kinerja

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) Sangat Tinggi 2 Meningkatnya

profesionalisme dan kinerja aparatur dalam pelayanan publik

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

75

3 Terciptanya stabilitas sosial dan politik

Rasio jumlah Satpol PP per 10.000 penduduk 3.86 4 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat miskin Persentase jumlah penduduk miskin 19.50 5 Menurunnya tingkat angka

pengangguran

Angka pengangguran 10.10

6 Meningkatnya layanan pendidikan yang bermutu, islami dan berdaya saing

Angka melek huruf 97.3

Gambar

Tabel 1.2  Tata Guna Lahan
Gambar  1.11  memperlihatkan  bahwa  untuk  tahun  2013,  pendapatan  regional  perkapita  Aceh  Utara  atas  dasar  harga  berlaku  mencapai  19,74  juta  rupiah  mengalami  penurunan  dibandingkan  tahun  tahun  2012  yang  hanya  mencapai angka 19,89 ju
Gambar 1.15  Luas Wilayah Produktif
Gambar 1.17  Rasio Ketergantungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga membuktikan bahwa potensi Pajak Reklame yang dapat diraih kota Bandung sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih belum optimal karena masih banyak

(2014) dilakukan di Departemen Fisioterapi ISIC (Institute of Rehabilitation Science), dengan subyek penelitian berjenis kelamin laki-laki 18-22 tahun berjumlah 50 orang,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), rasionalization (rasionalisasi), capability

5 Demmalino dan Wicaksono.Utang Budaya Perempuan Tana Toraja.Yogyakarta.PSKK UGM.2004 hlm.124.. namun progresivitas norma UU ini masih setengah hati, yang melahirkan multi

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya yang telah dilimpahkan pada kita semua, meskipun dengan kemampuan dan waktu yang

Tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah atau menduduki jabatan 1 tingkat dibawah Direksi pada perusahaan Asuransi yang

Sasaran tersebut yaitu mencari calon Brigadir Polri yang terbaik dan dengan prinsip penerimaan Brigadir Polri di Polda Bali ini yaitu berprinsip BTAH (Bersih,

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dari tanah lunak di Sidoardjo dan lumpur yang terdapat di dekat pusat semburan lumpur dengan menggunakan CPTu dan