• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya Membangun Cadangan Mendukung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pentingnya Membangun Cadangan Mendukung"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Mendukung

Ketahanan

Pangan Melalui

Asuransi

Pertanian

p. 02

Pentingnya

Membangun

Cadangan

Strategis

Minyak untuk

Ketahanan

Energi

Indonesia

p. 06

Buletin APBN

Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI www.puskajianggaran.dpr.go.id ISSN 2502-8685

(2)

Update APBN

P

ada bulan Mei 2016 terjadi inflasi sebesar 0,24 persen dibanding April lalu yang mengalami deflasi sebesar 0,45 persen, sementara tingkat inflasi (yoy) terhadap periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,33 persen.

Untuk nilai tukar rupiah, nilai rata-rata kurs tengah selama bulan Mei 2016 sebesar Rp13.419/USD mengalami pelemahan dibanding bulan sebelumnya sebesar Rp13.179/USD.

Sementara untuk harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) pada bulan Mei naik sebesar US$ 7,48 per barel menjadi US$ 44,68 per barel dari US$ 37,20 per barel pada bulan April 2016.

Dewan Redaksi

Penanggung Jawab

Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si.

Pemimpin Redaksi

Slamet Widodo, S.E., M.E.

Redaktur

Robby Alexander Sirait, S.E., M.E. Dahiri, S.Si., M.Sc

Adhi Prasetyo S. W., S.M. Dwi Resti Pratiwi, S.T., MPM.

Editor

Marihot Nasution, S.E., M.Si. Ade Nurul Aida, S.E.

Daftar Isi

Update APBN...p.01 Mendukung Ketahanan Pangan Melalui Asuransi Pertanian...p.02 Pentingnya Membangun Cadangan Strategis Minyak untuk Ketahanan Energi Indonesiap.06 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id

(3)

Mendukung Ketahanan Pangan Melalui

Asuransi Pertanian

Slamet Widodo1)

K

etahanan pangan menjadi

salah satu isu strategis prioritas nasional dalam RPJMN 2015-2019. Produksi padi sebagai komoditi terbesar dalam mendukung ketahanan pangan diharapkan mampu berproduksi sebesar 82,0 juta ton di akhir tahun 2019, dengan tingkat rata-rata pertumbuhan sebesar 3,03 persen selama periode tahun 2015-2019.

Beberapa tantangan dalam mencapai ketahanan pangan, khususnya beras, sepenuhnya bergantung pada luas lahan yang tersedia, produksi beras, dan tingkat produktifitasnya dari tahun ke tahun. Indikator inilah yang kemudian menjadi salah satu pertimbangan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan impor beras guna

memenuhi kebutuhan dalam negeri. Berdasarkan data dari Statistik Indonesia tahun 2015, produksi

beras nasional dari tahun 2010– 2014 rata-rata mencapai 68,67 juta ton yang berproduksi di atas luas lahan yang hanya tumbuh sebesar 0,04 persen. Tingkat produktivitas pun tidak mengalami perubahan signifikan sepanjang tahun 2010–2014 yang hanya tumbuh sebesar 0,02 persen. Untuk mengatasi kebutuhan dalam negeri, Indonesia pun harus mengimpor beras yang jumlahnya berfluktuatif tergantung pada tingkat produksi nasional. Pada tahun 2010, impor beras Indonesia sebesar 687.581,5 ton, dan pada tahun 2014 jumlahnya meningkat menjadi 844.163,7 ton.

Di sisi lain, tingkat produksi beras sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan input (seperti benih, pupuk, irigasi, pola tanam). Di samping berbagai faktor yang dihadapi petani dalam meningkatkan produktivitasnya, petani juga dihadapkan pada faktor risiko

Gambar 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktifitas Tanaman Padi 2010-2014

Sumber: Statistik Indonesia 2015, BPS

(4)

yang besar sebagai dampak negatif perubahan iklim yang berpengaruh langsung terhadap produksinya. Dampak nyata dari perubahan iklim adalah musim kemarau yang berkepanjangan atau banjir yang keduanya menyebabkan gagal panen.

Kondisi ini tentunya menjadi ancaman bagi petani dalam bentuk kerugian materiil dan bagi pemerintah berupa terhambatnya pencapaian prioritas ketahanan pangan

nasional. Untuk mengatasi kerugian petani tersebut, maka pemerintah membantu mengupayakan

perlindungan usaha tani dalam bentuk asuransi pertanian, sebagaimana tercantum pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, yang telah ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40 Tahun 2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan pemantapan ketahanan pangan melalui peningkatan kapasitas produksi padi dalam negeri, yaitu memberikan perlindungan kepada petani yang mengalami kegagalan panen melalui asuransi pertanian sehingga petani dapat kembali melanjutkan kegiatan produksi pertanian dalam rangka menuju tercapainya target produksi nasional.

Kebijakan Penerapan Asuransi Pertanian

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani antara lain bertujuan untuk memberikan kepastian usaha tani dan melindungi petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi, dan gagal panen. Di samping itu, UU ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas petani serta kelembagaan petani dalam menjalankan

usaha tani yang produktif, maju, modern dan berkelanjutan; dan menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan pertanian yang melayani kepentingan usaha tani2.

Pencapaian tujuan tersebut

menuntut peran aktif dari pemerintah pusat maupun daerah dalam

kerangka menyusun Perencanaan Perlindungan dan Pemberdayaan Petani secara sistematis, terpadu, terarah, menyeluruh, transparan, dan akuntabel. Asuransi pertanian menjadi salah satu strategi yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan kewenangannya.

Menurut pasal 12 ayat 2,

perlindungan petani diberikan kepada: petani penggarap tanaman pangan 1.

yang tidak memiliki lahan Usaha Tani dan menggarap paling luas 2 (dua) hektar;

petani yang memiliki lahan dan 2.

melakukan usaha budi daya

tanaman pangan pada lahan paling luas 2 (dua) hektar; dan/atau petani hortikultura, pekebun, atau 3.

peternak skala usaha kecil sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Asuransi pertanian ini dilakukan untuk melindungi petani dari kerugian gagal panen akibat:

bencana alam; •

serangan organisme pengganggu •

tumbuhan;

wabah penyakit hewan menular; •

dampak perubahan iklim; dan/atau •

jenis risiko-risiko lain yang diatur •

dengan Peraturan Menteri. Berdasarkan pada beberapa

ketentuan tersebut di atas, pemerintah dalam APBN Perubahan tahun 2015 telah mengalokasikan dana melalui Kementerian Pertanian sebesar Rp150 miliar. Penyelenggara asuransi pertanian adalah PT. Jasindo dengan target cakupan area/lahan yang di-cover seluas 1 juta hektar di tahun 2016.

Dalam premi APBN ini, pemerintah menanggung 80 persen pembayaran dan 20 persen ditanggung petani. Dalam Asuransi Usahatani Padi

(AUTP) disebutkan premi yang dibayar Rp180.000 per hektar (ha). Maka pemerintah menanggung Rp 144.000 dan petani Rp36.000 per ha. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40 Tahun 2015

(5)

tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian, pemerintah juga telah mengeluarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 02/Kpts/Sr.220/B/01/2016 tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usaha Tani Padi.

Pedoman ini mengatur lebih dalam tentang organisasi pelaksana, pelaksanaan kegiatan mencakup kriteria calon peserta, kriteria lokasi, risiko yang dijamin, ganti rugi, harga pertanggungan, premi, dan mekanisme pengajuan klaim.

Secara umum ganti rugi yang diberikan kepada peserta AUTP atas kegagalan panen yang disebabkan oleh kriteria/batasan yang disebabkan oleh banjir, kekeringan, dan organisme pengganggu tumbuhan, ditentukan dengan persyaratan:

Umur padi sudah melewati 10 hari 1.

(10 hari setelah tanam/HST). Umur padi sudah melewati 30 hari 2.

(teknologi tabela).

Intensitas kerusakan mencapai 3.

≥75 persen dan luas kerusakan mencapai ≥75 persen pada setiap luas petak alami.

Adapun harga pertanggungan ditetapkan sebesar ditetapkan sebesar Rp6 juta per hektar per musim

tanam. Harga pertanggungan menjadi dasar perhitungan premi dan batas maksimum ganti rugi. Jangka waktu pertanggungan ditetapkan untuk satu musim tanam dengan jangka waktu pertanggungan dimulai pada tanggal perkiraan tanam dan berakhir pada tanggal perkiraan panen

Asuransi Pertanian di Beberapa Negara

Asuransi pertanian yang

diterapkan di beberapa negara dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu3:

Asuransi tanaman berbasis ganti 1.

rugi (Indemnity-based crop insurance)

Asuransi dengan risiko •

bernama (named peril

insurance).

Asuransi ini meng-cover

satu jenis risiko, misalnya asuransi hujan es, kebakaran,

badai atau es mencair. Dimana uang pertanggungan dihitung berdasarkan atas nilai input pertanian seperti benih dan pupuk.

Asuransi tanaman dengan •

beberapa risiko (multi peril crop insurance/MPCL)

Asuransi ini meng-cover

peristiwa/kejadian yang disebabkan oleh beberapa sebab misalnya kekeringan, kebanjiran, dan beberapa penyakit. Uang pertanggungan dihitung berdasarkan nilai tanaman yang diasuransikan sebesar kekurangan hasil panen dibandingkan nilai yang disepakati dikalikan dengan harga yang disepakati. Petani akan memperoleh ganti rugi ketika hasil panen di bawah harga yang diasuransikan yang disebabkan oleh berkurangnya hasil panen dan/atau

rendahnya harga saat panen. Asuransi tanaman berbasis indeks 2.

(Index-based crop insurance) Asuransi berdasarkan hasil •

dalam suatu wilayah (area-yield insurance).

Asuransi akan membayar uang pertanggungan ketika hasil panen suatu daerah nilainya di bawah indeks. Yang dimaksud daerah disini adalah kelompok desa atau kabupaten yang memiliki produksi dan hasil pertanian secara homogen. Besaran indeks ditentukan berdasarkan hasil rata-rata historis daerah tersebut dan secara normal berada di kisaran 50% sampai 90% dari hasil yang diharapkan.

Asuransi berdasarkan iklim •

(weather insurance)

Asuransi berdasarkan iklim sering menggunakan indeks parameter seperti curah hujan atau temperatur. Dalam menyusun indeks membutuhkan data cuaca/ klim pada masa lalu yang berasal dari stasiun cuaca dan

(6)

statistik produksi pertanian. Nilai pertanggungan akan dibayar ketika terpenuhi kondisi cuaca/iklim yang tidak diharapkan (indeks iklim) tanpa perlu bukti kegagalan panen. Asuransi berdasarkan indeks iklim mengasuransikan indeks iklim/cuaca, bukan tanamannya (misal: indeks curah hujan).

Rekomendasi

Di samping manfaat finansial sebagai akibat gagal panen,

keikutsertaan petani dalam asuransi ini juga membantu mengedukasi petani tentang tata cara bercocok tanam yang baik sebagai prasyarat mengikuti asuransi pertanian, sehingga mampu meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian secara umum. Di sisi pemerintah, penerapan asuransi pertanian ini akan melindungi APBN dari kerugian gagal panen di sektor pertanian dan dalam jangka panjang mampu mengurangi tingkat kemiskinan di sektor pertanian, sekaligus meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan mengurangi beban impor.

Namun demikian dalam penerapannya masih dijumpai beberapa kendala antara lain besarnya premi yang masih harus ditanggung oleh petani, keengganan untuk ikut serta dari petani yang berasal dari wilayah yang relatif aman dari bencana, dan kecilnya harga pertanggungan yang diterima petani. Kondisi ini tentunya akan mempersulit target cakupan yang telah ditetapkan sebesar 1 juta hektar di tahun 2016 ini. Hingga Mei 2016, asuransi usaha tani padi baru melindungi sekitar 40 persen dari target luas lahan4.

Perlu adanya koordinasi yang lebih optimal dari pemerintah baik di pusat maupun di daerah saling berkoordinasi dalam memfasilitasi para petani agar menjadi peserta asuransi. Dalam pasal 39 disebutkan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai

dengan kewenangannya memfasilitasi setiap petani melalui a) kemudahan pendaftaran untuk menjadi peserta; b) kemudahan akses terhadap perusahaan asuransi; c) sosialisasi program asuransi terhadap Petani dan perusahaan asuransi; dan/atau d) bantuan pembayaran premi. Oleh karena itu bantuan pemerintah daerah untuk meng-cover 20 persen sisa premi yang harus ditanggung oleh petani dapat meringankan beban petani. Pemerintah daerah merupakan faktor kunci kesuksesan program ini karena pemerintah daerah di kabupaten/ kota mempunyai data yang lebih detail atau lengkap mengenai jumlah petani dan luas lahan garapan yang dimiliki petani. Jadi aparat di Pemda tersebut diharapkan dapat menyediakan data yang dibutuhkan untuk pembayaran premi asuransi pertanian.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik, 2015. Statistik Indonesia 2015.

Insyafiah dan Indria Wardhani. 2014.

Kajian Persiapan Implementasi Asuransi Pertanian Secara Nasional. Kementerian Keuangan. Badan Kebijakan Fiskal. Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Kementerian Keuangan RI Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 02/Kpts/Sr.220/ B/01/2016 Tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40 Tahun 2015 Tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian.

Nota Keuangan APBN Tahun 2016. Kementerian Keuangan RI

Solopos. Target 1 Juta Hektare Usaha

Tani Sulit Terelisasi dalam http://www. solopos.com/2016/05/03/asuransi- pertanian-target-1-juta-hektare-usaha-tani-sulit-terelisasi-716351 diakses tanggal 30 Mei 2016.

(7)

Abstrak

Gangguan pasokan minyak mentah dan bahan bakar minyak berakibat parah kepada perekonomian negara yang terkena, bahkan juga kepada situasi yang dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial politik. Sehingga diperlukan Cadangan Strategis Minyak (CSM) untuk menjaga pasokan energi jangka panjang untuk menjaga kestabilan ekonomi sosial dan politik. Namun, Indonesia yang merupakan negara importir minyak dan memiliki jumlah penduduk yang banyak belum memiliki CSM. Hal ini menunjukkan belum baiknya infrastruktur penunjang kegiatan minyak dalam negeri. Bila dibandingkan negara-negara net importir minyak, seperti Jepang dan Korea sudah memiliki CSM dengan kapasitas masing-masing untuk 140 hari dan 40 hari. Oleh karena itu, Pemerintah perlu mulai membangun secara bertahap Cadangan Strategis Minyak untuk menjaga ketahanan energi Indonesia.

Pentingnya Membangun Cadangan Strategis

Minyak untuk Ketahanan Energi Indonesia

Dwi Resti Pratiwi1)

Urgensi dan Dasar Hukum

Pembangunan Cadangan Strategis Minyak (CSM)

P

erekonomian suatu negara sangat rentan terhadap gangguan pasokan minyak mentah dan bahan bakar minyak. Gangguan pasokan minyak mentah dan bahan bakar minyak berakibat parah kepada perekonomian negara yang terkena dampak, bahkan juga kepada situasi yang dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial politik. Oleh karenanya diperlukan cadangan strategis energi untuk ketahanan energi suatu negara.

Strategic petroleum reserves atau

Cadangan Strategis Minyak (CSM) pertama kali dikembangkan oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun 1975 akibat pengalaman di embargo oleh negara-negara Arab tahun 1973-1974 (Indirasardjana, 2014). Di banyak negara, terutama negara pengimpor minyak, pemerintah terkait mewajibkan keberadaan Strategic Petroleum Reserve, yang dipergunakan dalam keadaan kelangkaan ataupun gangguan pasokan minyak mentah maupun bahan bakar minyak (Rahman, 2011).

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menyebutkan bahwa perlunya penyediaan Cadangan Strategis Minyak Bumi untuk mendukung

penyediaan Bahan Bakar Minyak dalam negeri. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Migas juga menjelaskan bahwa pengaturan tentang cadangan strategis minyak bumi dan cadangan bahan bakar minyak nasional. Lebih lanjut, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2004 tentang Kebijakan Energi Nasional menyebutkan bahwa cadangan energi nasional terdiri dari:

Cadangan strategis adalah 1.

cadangan energi untuk masa depan yang diatur dan dialokasikan oleh Pemerintah untuk menjamin ketahanan energi jangka panjang dan dapat diusahakan sesuai waktu yang ditetapkan untuk kepentingan nasional,

Cadangan penyangga energi ialah 2.

cadangan yang disediakan untuk menjamin ketahanan energi nasional sejalan dengan kebijakan efisiensi energi nasional, terutama melalui kebijakan subsidi bahan

(8)

membutuhkan anggaran sebesar Rp23,2 triliun3. Wacana ini akan

diajukan ke dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran 2016.

Faktor Kerawanan Pasokan Minyak di Indonesia

Mengingat kondisi global yang ada khususnya terkait cadangan minyak dunia, saat ini cadangan tersebut mulai mengalami penyusutan seiring dengan semakin tingginya kebutuhan akan minyak. Banyak negara mengalami kekhawatiran akan kemampuan produksi dunia untuk memenuhi permintaan di beberapa tahun ke depan. Pasokan minyak yang semakin diperketat di kemudian hari dapat menjadi faktor kelangkaan pasokan minyak. Negara-negara Timur Tengah merupakan negara penghasil minyak terbesar dan memasok sekitar 35 persen dari kebutuhan minyak di dunia (lihat gambar 1). Oleh karenanya banyak negara-negara pengimpor minyak berlomba mendekati negara-negara penghasil minyak untuk

mengamankan pasokan jangka panjang kebutuhan minyak.

Ketergantungan yang besar terhadap suatu wilayah menjadi sumber yang rawan secara politik. bakar minyak dan listrik yang tepat

sasaran. Cadangan ini digunakan untuk mengatasi kondisi krisis dan darurat energi dan disediakan secara bertahap sesuai kondisi keekonomian dan kemampuan keuangan negara,

Cadangan operasional adalah 3.

cadangan yang wajib disediakan oleh badan usaha dan industri penyedia energi untuk menjamin kontinuitas pasokan energi. Kunci dari pentingnya untuk penyediaan cadangan energi nasional sesuai landasan hukum tersebut ialah menjaga ketahanan energi. Ketahanan energi itu sendiri adalah konsep tentang kemampuan suatu bangsa memenuhi kebutuhan energinya dari berbagai gejolak pasokan dari luar dalam waktu yang lama. Namun saat ini Indonesia hanya memiliki tempat penampung cadangan minyak untuk konsumsi (cadangan operasional) bukan cadangan minyak strategis yang bisa dimanfaatkan sewaktu-waktu2.

Saat ini penyediaan cadangan minyak strategis hanya sebatas wacana, dimana Pemerintah merencanakan membangun cadangan strategis BBM untuk jangka waktu 15 hari dalam kurun waktu 3 tahun yang

2) CNN Indonesia. 29 Januari 2015. Tambah Kapasitas Tangki Timbun, Pertamina Siapkan US$ 1,5 M. Diakses Melalui http:// www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150129105946-85-28223/tambah-kapasitas-tangki-timbun-pertamina-siapkan-us--15-m/. Diakses pada 20 Mei 2016

3) Kementerian ESDM. “Bangun Cadangan Strategis BBM 15 Hari, Butuh Dana Rp23,2 triliun. Diakses dari http://www. migas.esdm.go.id/post/read/bangun-cadangan-strategis--bbm-15-hari,-butuh-dana-rp-23,3-triliun. Diakses pada 27 Mei 2016

(9)

Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pasokan minyak (Rahman, 2016);

Ketegangan geopolitik dan •

ancaman teroris masih tinggi di beberapa negara, khususnya negara-negara penghasil minyak.

Bencana alam yang berdampak •

pada rusaknya akses jalur pasokan masih mungkin terjadi. Sumber minyak terlokasi •

hanya di beberapa negara dan investor tidak dapat masuk karena batasan dari undang-undang dari negara terkait. Dapat terjadi tidak selarasnya peningkatan kapasitas dengan peningkatan permintaan minyak dunia yang berarti gangguan kelancaran pasokan.

Di dalam negeri, status Indonesia sebagai net importir minyak dan minimnya infrastrukur pendukung minyak bumi dan BBM juga menambah kerawanan pasokan minyak. Antara tahun 1973 dan 1980 Indonesia mengalami era booming minyak. Namun ledakan minyak saat itu kurang dimanfaatkan dengan baik oleh bangsa ini. Pemerintah saat itu bukannya menginvestasikan sebagian dana dari minyak tersebut melainkan justru mengalirkan ke sektor-sektor yang tidak berhubungan dengan industri migas. Sebagai

contoh, Divisi Teknologi Pertamina menjelma menjadi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), lalu Industri Pesawat Terbang Nusantara yang kini menjadi PT Dirgantara Indonesia. Sayangnya proyek tersebut tidak menghasilkan produk yang menguntungkan. Justru Pemerintah saat itu meningkatkan pinjaman melalui pembentukan Consultative

Group on Indonesia (CGI) dengan menjaminkan penerimaan dari minyak bumi4.

Selama itu infrastruktur migas produksi minyak dan bahan bakar kurang dikembangkan dengan baik bahkan terabaikan. Hingga saat ini infrastruktur migas Indonesia telah jauh tertinggal dibanding peningkatan konsumsi migas. Seperti yang terjadi pada kondisi kilang minyak Indonesia saat ini yang sangat tua dan

sub-standar serta jauh di bawah kebutuhan masa depan. Saat ini kapasitas kilang minyak Indonesia diperkirakan sebesar 1.167 juta bph namun hanya 719 ribu bph yang dapat diolah. Dengan kebutuhan konsumsi BBM sebesar 1.359 juta bph, maka Indonesia masih harus melakukan impor BBM sebesar 640 ribu bph5. Dengan kondisi

Indonesia yang masih tergantung dengan impor, seharusnya Indonesia memiliki cadangan strategis BBM dan minyak mentah untuk menjaga ketahanan energi nasional. Namun kenyataannya, saat ini Indonesia hanya memiliki cadangan operasional BBM milik PT Pertamina (Persero), yang bisa mencukupi kebutuhan BBM selama 22 hari. Sementara itu, penyimpanan tangki yang tersedia untuk menyimpan cadangan minyak strategis hanya berkapasitas penyimpanan selama 3,58

hari6. Artinya dengan kondisi Indonesia

yang masih bergantung pada impor minyak, maka Pemerintah perlu secara bertahap untuk menyediakan cadangan minyak strategis dan memulai

membangun tangki penyimpanannya.

Cadangan Strategis Minyak di Beberapa Negara

Saat ini diperkirakan cadangan strategis minyak global sebesar 4,2 miliar barel, dimana 34 persen diantaranya dikuasai oleh pemerintah negara produsen, dan sisanya

dikendalikan oleh perusahaan minyak dunia. Gambar 2 menunjukkan bahwa setiap negara membutuhkan pasokan energi tidak peduli dari mana asalnya dan apakah negara tersebut memiliki sumber minyak atau tidak,

4) Indirasardjana, Pria. (2014). “2020 Indonesia Dalam Kirisis Minyak Nasional”. PT Gramedia Jakarta. Hlm 157 5)http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/14/09/29/ncnfca24-kilang-minyak-dan-efisiensi-energi

6) Kata Data. 1 September 2015. Bangun Cadangan Penyangga, Indonesia harus Siapkan Perpres. Diakses dari http:// katadata.co.id/berita/2015/09/01/bangun-cadangan-penyangga-bbm-pemerintah-siapkan-perpres. Diakses tanggal 20 Mei 2016

(10)

serta kapasitas CSM disesuaikan dengan kebutuhan negaranya. Sebagai contoh, Jepang, Jerman dan Korea bukan merupakan negara penghasil minyak, namun memiliki aksesibilitas sangat tinggi terhadap minyak untuk kebutuhan industrinya yang maju. Amerika Serikat merupakan negara dengan konsumsi minyak terbesar yaitu 19 juta barel per hari perlu CSM dengan mega kapasitas. Sementara Israel juga bukan negara penghasil minyak dan konsumsi hariannya pun tidak tinggi, namun memiliki cadangan strategis yang tinggi untuk keperluan perangnya.

Negara-negara Uni Eropa diharuskan untuk melakukan penimbunan stok minyak setara dengan 90 hari impor bersih minyak atau setara 61 hari konsumsi. Sementara, International Energy Agency (IEA) mengharuskan negara-negara anggotanya membentuk cadangan minyak strategis atau

disebut juga sebagai cadangan minyak darurat yang setara dengan 90 hari impor7. Dalam rangka menjamin

fleksibilitas kilang-kilang tersebut ketika terjadi gangguan pasokan minyak mentah, negara-negara anggota IEA yang memiliki industri kilang minyak besar lebih banyak

menimbun minyak mentah daripada BBM.

Rekomendasi

Indonesia yang kini menjadi negara net importir minyak, sudah saatnya untuk memperhatikan pengembangan infrastruktur minyak untuk menjaga ketahanan energi dalam negeri. Terkait hal tersebut, maka rencana Pemerintah untuk mengajukan anggaran penyediaan cadangan strategi minyak mentah dan BBM dalam APBN Perubahan 2016 perlu dilaksanakan sesuai dengan kondisi fiskal saat ini. Hal ini penting dilaksanakan karena selain untuk menjaga pasokan minyak jangka panjang, penyediaan cadangan strategi minyak merupakan amanat konstitusi. Adapun beberapa catatan yang perlu diperhatikan, antara lain: pertama, pembangunan kilang-kilang baru akan dapat meningkatkan kapasitas cadangan minyak mentah dan bahan bakar minyak. Namun, dengan biaya pembangunan kilang minyak baru yang cukup mahal, maka Pemerintah dapat melakukan pembaharuan kilang yang ada terlebih dahulu. Mckinsey (2014) menganalisis bahwa pembaharuan kilang yang ada lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan alternatif

7) IEA (2014) dalam Kurniawan. “Cadangan Penyangga Energi Nasional”. Diakses dari http://www.alekkurniawan. com/2015/03/cadangan-penyangga-energi-nasional.html . Diakses pada 26 Mei 2016

Gambar 2. Cadangan Strategis Minyak (CSM), Produksi dan Konsumsi Minyak di Beberapa Negara Tahun 2014

(11)

untuk membangun kilang baru. Hal ini berpotensi meningkatkan produksi bensin dan solar dua hingga tiga kali lebih besar untuk investasi yang sama. Selain itu, terdapat pula potensi untuk menggandakan pasokan bahan bakar minyak (BBM) domestik.

Kedua, sebaiknya dibentuk badan atau unit khusus yang mengelola cadangan minyak nasional. Oleh karenanya perlu ada revisi UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi tentang pengelolaan cadangan minyak nasional.

Ketiga, kapasitas Cadangan Strategis Minyak Bumi dan BBM setidaknya 30 Hari. Saat ini Pemerintah berencana untuk membangun cadangan strategis minyak untuk 15 hari. Namun kedepannya diharapkan dapat terus ditingkatkan. Hal ini berkaca pada negara-negara importir minyak, seperti Korea dan Jepang yang memiliki cadangan strategis minyak masing-masing 40 dan 140 Hari. Tentunya Indonesia dengan jumlah penduduknya yang tinggi memerlukan cadangan yang lebih besar.

Keempat, kontrak bagi hasil eksplorasi dan produksi sebaiknya mulai memperhitungkan alokasi produksi minyak untuk mengatasi keadaan darurat kelangkaan minyak mentah dalam negeri.

Kelima, pada tahap awal pembangunan cadangan strategis minyak, dapat memanfaatkan kapasitas tak terpakai (idle) tangki-tangki simpan yang sudah ada di berbagai perusahaan minyak hulu dan hilir. Dimana saat ini tersedia tangki timbun untuk penyimpanan sebesar 3,58 hari.

Daftar Pustaka

BP Statistical Review of World Energy 2015

CNN Indonesia. 29 Januari 2015.

Tambah Kapasitas Tangki Timbun, Pertamina Siapkan US$ 1,5 M. Diakses Melalui http://www.cnnindonesia.com/ ekonomi/20150129105946-85-28223/ tambah-kapasitas-tangki-timbun-pertamina-siapkan-us--15-m/. Diakses pada 20 Mei 2016

IEA (2014) dalam Kurniawan.

Cadangan Penyangga Energi Nasional”. Diakses dari http:// www.alekkurniawan.com/2015/03/ cadangan-penyangga-energi-nasional. html . Diakses pada 26 Mei 2016 Indirasardjana, Pria. (2014). “2020 Indonesia Dalam Kirisis Minyak Nasional”. PT Gramedia Jakarta Kementerian ESDM. “Bangun

Cadangan Strategis BBM 15 Hari, Butuh Dana Rp23,2 triliun”. Diakses dari http://www.migas.esdm.go.id/ post/read/bangun-cadangan-strategis- -bbm-15-hari,-butuh-dana-rp-23,3-triliun. Diakses pada 27 Mei 2016 Kata Data. 1 September 2015. Bangun

Cadangan Penyangga, Indonesia harus Siapkan Perpres”. Diakses dari http:// katadata.co.id/berita/2015/09/01/ bangun-cadangan-penyangga-bbm-pemerintah-siapkan-perpres. Diakses tanggal 20 Mei 2016

McKinsey. 2014. Sepuluh Gagasan Untuk Menguatkan Kembali Sektor Energi Indonesia

Rahman, Maizar (2011). “Cadangan

Strategis Minyak untuk Kemanan Energi Indonesia”. Publikasi Lemigas Vol. 44 No.1 April 2010: 47-53

(12)

Buletin APBN Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI www.puskajianggaran.dpr.go.id Telp. 021-5715635/5715528, Fax. 021-5715528

Gambar

Gambar 1. Distribusi Pasokan Minyak Berdasarkan Wilayah
Gambar 2. Cadangan Strategis Minyak (CSM), Produksi dan Konsumsi Minyak di  Beberapa Negara Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan, sarana

Berdasarkan hasil penelitian dan data yang ada maka dapat disimpulkan bahwa Usaha Topeng Malangan memiliki kekuatan serta peluang yang dapat digunakan dan dikembangkan untuk

Untuk tahun 2016 dan selanjutnya, dengan memperhatikan kondisi serapan Dana Dekonsentrasi di daerah yang tidak optimal, maka Kebijakan Pusat Krisis Kesehatan

(Proses dari perencanaan, pelaksanaan, dan pegendalian yang efisien terhadap penggunaan biaya, aliran penyimpanan bahan baku, barang setengah jadi, produk jadi serta

Pantai ini juga kaya akan jenis ikan laut sehingga banyak nelayan yang menangkap ikan, tidak heran jika di pantai ini terdapat tempat pelelangan ikan yang

meningkatkan kreativitas peserta didik sesuai dengan strategi pembelajaran yang dipilihnya, dan (2) kurangnya kemampuan guru dalam mengukur kemampuan kreativitas

Sama seperti halnya pada ordered list, digunakan 2 buah tag yaitu <ul> untuk memulai sebuah list berupa bullet, dan tag <li> untuk menuliskan isi dari list HTML yang

Berdasarkan teori penyakit ini biasanya bersifat self limiting desease (sembuh sendiri) dan disebabkan oleh virus (paramyxovirus) oleh karena itu maka terapi yang diberikan hanya