• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V di MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V di MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DI MIS NURUL YAQIN BURHANIYAH

TANJUNG MORAWA T. A 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

OLEH: FITKHA NIANDA

NIM 0306162105

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DI MIS NURUL YAQIN BURHANIYAH

T. A 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

OLEH: FITKHA NIANDA

NIM 0306162105

PEMBIMBING SKRIPSI

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. Salminawati, S.S, MA Dr. Fatma Yulia, MA

NIP. 19711208 200710 2 001 NIP. 19760721 200501 2 003

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(3)

i ABSTRAK

Nama : Fitkha Nianda

NIM : 0306162105

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Pembimbing I : Dr. Salminawati, S.S., MA. Pembimbing II : Dr. Fatma Yulia, MA.

Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Discovery

Learning Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas V di MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa

Kata Kunci: Model Pembelajaran Discovery Learning dan Hasil Belajar

Matematika

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Hasil belajar Matematika siswa kelas V dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional di MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa (2) Hasil belajar

Matematika siswa kelas V dengan menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning di MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa (3) Pengaruh

penggunaan model pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar

Matematika siswa kelas V di MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif eksperimen. Penelitian ini dilakukan di MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Kecamatan Tanjung Morawa. Sampel dalam penelitian terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang berjumlah 53 siswa. Pengumpulan data

ini menggunakan hasil pre-test dan post-test soal pilihan ganda. Adapun teknik

analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas, dan uji-t. Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan (1) Hasil belajar Matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional memperoleh rata-rata 73,6. (2) Hasil belajar Matematika siswa dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning memperoleh rata-rata

80,17. (3) Terdapat pengaruh model pembelajaran Role Playing terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas V di MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji-t yang diperoleh thitung > ttabel = 2,494 > 1,675 dengan taraf signifikan = 0,05 sehingga dinyatakan

Ha diterima. Kesimpulan dalam penelitian menjelaskan bahwa hasil belajar

Matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional di kelas V MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa.

Mengetahui,

Pembimbing Skripsi I

Dr. Salminawati, S.S, MA. NIP. 19711208 200710 2 001

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita ke jalan kebenaran serta jalan yang diridhoi-Nya.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V di MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2019/2020” dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tiada kata yang dapat penulis torehkan lagi kecuali hanyalah ucapan terimakasih yang tiada terkira atas bimbingan, dorongan serta masukan-masukan positif untuk membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Dr. Amiruddin Siahaan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

(5)

iii

3. Ibu Dr. Salminawati, S.S, MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Pendidikan Ibtidaiyah (PGMI) UIN Sumatera Utara dan sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan banyak arahan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Fatma Yulia, MA sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan banyak arahan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Sugianto, S.Pd.I selaku Kepala sekolah MIS Nurul Yaqin Burhaniyah

Tanjung Morawa dan guru-guru MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa terutama guru kelas V, serta seluruh komponen sekolah lainnya yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.

6. Para staf perpustakaan, baik perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

maupun perpustakaan Utama UIN Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam memberi referensi untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teristimewa Ayahanda tersayang Khairul Muslim dan Ibunda tersayang Fitri

Yulia Tanjung yang telah memberikan semangat, kasih sayang, cinta yang tak terhingga dan membimbing dalam meraih ilmu serta cita-cita penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi guna sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana S-1 di UIN Sumatera Utara.

8. Abangdaku tersayang Mustia Pratama S.Pd.I yang telah memberikan cinta,

kasih sayang, nasehat dan semangat kepada penulis.

9. Keluarga PGMI-5 Stambuk 2016 yang selalu mengarahkan, serta menjadi

teman yang baik dalam berjuang menuntut ilmu, terkhusus sahabatku Nur Lathifah, Tri Adha, Savira, Saadah, Nur Asiah, Sajida, serta teman-teman

(6)

iv

KKN Cengkeh Turi yang telah menjadi sahabat berjuang bersama penulis dalam menuntut ilmu di UIN SU Medan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Akhir kata penulis mengucapkan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak apabila ada kesalahan dalam skripsi ini. Kebaikan yang ada di dalamnya merupakan karunia dari Allah SWT, namun apabila ada kekurangan, itu kekurangan penulis sebagai hamba yang lemah dan masih dalam proses belajar.

Medan, Maret 2020 Penulis

Fitkha Nianda NIM. 0306162105

(7)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ….. ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kerangka Teori... 9

1. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 9

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 9

b. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning... 10

c. Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning ... 13

d. Langkah-langkah Pembelajaran Discovery Learning ... 14

e. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Discovery Learning 16 2. Hasil Belajar ... 18

(8)

vi

b. Pengertian Hasil Belajar ... 20

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 23

3. Pembelajaran Matematika ... 25

a. Pengertian Matematika ... 25

b. Tujuan Pembelajaran Matematika... 27

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika ... 27

d. Materi Sifat Bangun Datar Kelas V SD/MI ... 28

B. Kerangka Berpikir ... 32

C. Penelitian yang Relevan ... 33

D. Pengajuan Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 39

C. Defenisi Operasional ... 39

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 40

1. Validitas Tes ... 42

2. Reliabilitas Tes ... 43

3. Tingkat Kesukaran Soal... 44

4. Daya Pembeda Soal ... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Observasi ... 47

(9)

vii

F. Analisis Data ... 48

1. Uji Normalitas ... 49

2. Uji Homogenitas ... 50

3. Pengajuan Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 53

B. Uji Persyaratan Analisis ... 63

C. Hasil Analisis Data/Pengujian Hipotesis ... 66

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

E. Keterbatasan Penelitian ... 72 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74 B. Implikasi Penelitian ... 75 C. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian... 38

Tabel 3.2 Populasi Penelitian ... 39

Tabel 3.3 Sampel Penelitian ... 39

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen ... 41

Tabel 3.5 Tingkat Reliabilitas Tes ... 44

Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 45

Tabel 3.7 Indeks Daya Pembeda Soal ... 46

Tabel 4.1 Jumlah Guru MIS Nurul Yaqin Burhaniyah ... 54

Tabel 4.2 Jumlah Siswa MIS Nurul Yaqin Burhaniyah ... 54

Tabel 4.3 Hasil Validitas Butir Soal ... 57

Tabel 4.4 Hasil Reabilitas ... 57

Tabel 4.5 Hasil Tingkat Kesukaran Soal... 58

Tabel 4.6 Hasil Daya Beda Soal ... 58

Tabel 4.7 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol... 59

Tabel 4.8 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 61

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 63

Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 64

Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas ... 65

Tabel 4.12 Rata-Rata Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 68

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram Nilai Pretest Siswa Kelas Kontrol ... 60

Gambar 4.2 Histogram Nilai Post Test Siswa Kelas Kontrol ... 60

Gambar 4.3 Histogram Nilai Pre Test Siswa Kelas Eksperimen ... 62

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Kontrol Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen Lampiran 3 Materi Pembelajaran

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Pembelajaran Lampiran 5 Soal Validitas

Lampiran 6 Uji Validitas Butir Soal Lampiran 7 Uji Reabilitas

Lampiran 8 Indeks Kesukaran Tes Lampiran 9 Hasil Daya Pembeda Soal Lampiran 10 Soal Pretest dan Posttest

Lampiran 11 Nilai Pretest dan Posttest Siswa Lampiran 12 Uji Normalitas Kelas Kontrol Lampiran 13 Uji Normalitas Kelas Eksperimen Lampiran 14 Uji Hipotesis Tes Hasil Belajar Siswa. Lampiran 15 Dokumentasi

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan interaksi antara guru dengan siswa dalam upaya membantu siswa mencapai tujuan-tujuan dalam pendidikan. Interaksi dalam pendidikan dapat berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, sebab penyelenggaraan pendidikan yang baik dan bermutu akan menghasilkan manusia-manusia tangguh bagi

pembangunan nasional.1 Hal ini sejalan dengan visi dari pendidikan nasional yaitu

terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah-ubah.

Pendidikan antara lain dalam bentuk penerapan model atau metode pembelajaran, penyediaan alat peraga, pelatihan profesionalitas guru, kualitas pendidikan guru, dan penelitian tentang kesulitan dan kesalahan siswa dalam belajar. Dalam proses pendidikan sangat erat kaitannya dengan kegiatan belajar dan mengajar yang terjadi di dalamnya. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi pembelajaran antara guru dan siswa.

Salah satu ilmu yang penting dalam dunia pendidikan yaitu matematika. Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang memang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia ini. Matematika merupakan bidang studi yang

1

(14)

dipelajari oleh semua siswa dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas bahkan juga di Perguruan Tinggi.

Akan tetapi, pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup sulit oleh para siswa di sekolah, selain itu mereka juga merasa belajar matematika itu membosankan karena berhubungan dengan angka-angka yang mana itu membingungkan siswa dan menyebabkan hasil belajar menjadi rendah. Rendahnya hasil belajar matematika ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain proses pembelajaran, siswa, guru, lingkungan kelas, maupun materinya sendiri.

Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan di MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa bahwa hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran matematika belum seperti yang diharapkan terutama pada pemahaman konsep matematika, hal itu menunjukkan masih rendahnya tingkat penguasaan konsep matematika yang diajarkan. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan observasi selama pembelajaran matematika di kelas V A dengan siswa yang berjumlah 25 siswa, dengan perincian 10 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan, maka diperoleh informasi bahwa KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran matematika yaitu 75. Ketika saya melihat hasil belajar harian mereka, siswa kelas V MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa terdapat 10 siswa yang masuk kategori tuntas nilainya ≥75 , dan 20 siswa tidak tuntas nilainya ≤75.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah, antara lain, yaitu: pada proses pembelajaran yang berlangsung di MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa ini guru kurang kreatif menggali metode, guru cenderung menggunakan pembelajaran konvensional yang masih menggunakan

(15)

metode sederhana, yaitu guru menjelaskan materi dengan penjelasannya saja dan dalam menjelaskannya guru tidak didukung dengan media atau alat peraga, kemudian guru melakukan tanya jawab, dan pemberian tugas dalam proses pembelajaran karena menganggap metode tersebut paling efektif digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. Keaktifan peserta didik juga kurang tampak dalam pembelajaran tersebut.

Rendahnya hasil belajar siswa juga dikarenakan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran masih kurang. Hal itu dapat dilihat dari keaktifan peserta didik cenderung pasif dan hanya mendengarkan apa yang diajarkan guru

yang masih dominan dalam proses belajar mengajar di kelas (teacher centered)

sehingga pembelajaran di kelas lebih banyak berjalan pada satu arah saja kemudian siswa ribut disaat guru sedang menjelaskan materi. Fasilitas sekolah yang menunjang pembelajaran juga belum tersedia secara maksimal seperti belum tersedianya media-media pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran pun tidak tercapai dengan baik.

Keadaan ini sungguh sangat memprihatinkan. Salah satu yang dianggap mendorong hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika materi Sifat Bangun Datar ini adalah mengupayakan agar siswa mampu ikut serta berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya untuk bisa memahami, mengerti, mengamati, melaksanakan, mengkomunikasikan hasil dan lain sebagainya. Hal itu perlu adanya strategi guru dalam kegiatan belajar mengajarnya melalui metode atau model yang digunakan dalam proses pembelajarannya yang sejalan dengan materi yang akan diajarkan.

(16)

Untuk menghadapi permasalahan tersebut, dalam penelitian ini peneliti menawarkan model pembelajaran untuk pembelajaran matematika kelas V materi

sifat bangun datar dengan model pembelajaran discovery learning. Model

discovery learning adalah suatu metode untuk mengembangkan cara belajar siswa

dengan menemukan sendiri maka hasilnya tidak akan mudah dilupakan siswa. Strategi discovery learning ini dilakukan dengan langkah-langkah : Stimulasi, Identifikasi masalah, Pengumpulan data, Pengolahan data, Verifikasi, dan Generalisasi

Dengan melakukan inovasi pada model pembelajaran diharapkan kualitas proses maupun hasil belajar dapat ditingkatkan. Melalui model pembelajaran

discovery learning ini siswa diharapkan dapat menemukan sifat-sifat bangun datar

dengan cara mengidentifikasi melalui penemuannya sendiri secara langsung. Jadi, dalam pembelajaran yang terlibat aktif adalah siswa, guru hanya sebagai fasilitator.

Pemilihan model discovery learning dalam penelitian eksperimen ini

berdasarkan penelitian eksperimen yang telah dilakukan oleh Dyah Handayani, dkk Dari hasil penelitiannya diperoleh rata-rata hasil belajar siswa terjadi

peningkatan. Artinya model discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa pada pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 11 Pontianak.2 Penelitian

selanjutnya yang dilakukan oleh Dwi Rahayu, dkk. Hasil penelitian menunjukkan

2

Dyah Handayani, dkk (2015) , Pengaruh Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 11 Pontianak, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 4 (12), hal. 45

(17)

bahwa terdapat pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap hasil

belajar IPS kelas 4 SD.3

Berdasarkan dari uraian diatas, maka perlu diterapkan model pembelajaran

discovery learning. Melalui model pembelajaran discovery learning ini guru lebih

berperan sebagai fasilitator dan pengarah bukan sebagai pemberi materi bagi siswa. Dalam pembelajaran ini menggambarkan suatu proses dalam membawa seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan mengangkat judul penelitian Pengaruh Model Pembelajaran

Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Kecamatan Tanjung Morawa

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Siswa beranggapan bahwasannya matematika adalah pelajaran yang sulit.

2. Siswa terlalu mengandalkan informasi dari guru tanpa ada upaya untuk

belajar sendiri.

3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

4. Guru tidak menggunakan media pembelajaran dan alat pelaraga untuk

mengajar matematika

5. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam mata pelajaran matematika

masih menggunakan metode ceramah dan penugasan.

3

Dwi Rahayu, dkk, (2016), Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SD, E-Journal: Program Sarjana Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Vol.6, No. 1

(18)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas V tanpa menggunakan

model pembelajaran discovery learning pada siswa kelas V MIS Nurul

Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa ?

2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas V dengan menggunakan

model discovery learning pada siswa kelas V MIS Nurul Yaqin Burhaniyah

Tanjung Morawa?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model

discovery learning terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V

MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hasil belajar matematika siswa kelas V tanpa menggunakan model

pembelajaran discovery learning pada siswa kelas V MIS Nurul Yaqin

Burhaniyah Tanjung Morawa.

2. Hasil belajar matematika siswa kelas V dengan menggunakan model

discovery learning pada siswa kelas V MIS Nurul Yaqin Burhaniyah

(19)

3. Pengaruh yang signifikan pada penggunaan model discovery learning terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah wawasan dan dapat memberikan kontribusi pemikiran

terhadap keilmuan khususnya tentang model pembelajaran discovery

learning.

b. Bagi pembaca dan penulis selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan

bahan referensi bagi penelitian yang relevan dengan pokok bahasan sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti, dapat memberi informasi tentang adanya pengaruh

model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar mata

pelajaran matematika pada siswa kelas V MIS Nurul Yaqin Burhaniyah Tanjung Morawa.

b. Bagi Guru, sebagai modal dalam mendesain kegiatan belajar mengajar

dalam memberikan latihan secara langsung kepada siswa untuk dapat meningkatkan keefektifan dan motivasi pada siswa.

c. Bagi Siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Dengan adanya tindakan yang baru dari guru akan memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar,

(20)

mampu berpikir kreatif sehingga siswa termotivasi untuk megikuti proses pembelajaran.

d. Bagi Sekolah, sebagai sumber masukan bagi sekolah dan dapat

memperbaiki kualitas pembelajaran matematika.

e. Bagi Agama, Penelitian ini dapat memberikan konstribusi berupa

terbentuknya peserta didik yang berkualitas sesuai dengan nilai dan norma agama.

(21)

9 BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Kerangka Teori

1. Model Pembelajaran Discovery Learning

a. Pengertian Model Pembelajaran

(

ِميِلعَّتلا لا َون ِم

)

Dalam bahasa Arab model pembelajaran dikenal dengan istilah نيِلعَّتلا لا َونِه

(minawalul ta’liim). Secara bahasa model pembelajaran terdiri dari dua suku kata,

yaitu model dan pembelajaran. Model diartikan sebagai pola atau contoh dari sesuatu yang akan dibuat. Sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan

orang untuk belajar.4

Secara terminologi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang tertata secara sistematis. 5

Model pembelajaran menurut Joice dan Weil adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar

dikelas.6 Menurut Slavin, model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu

pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem

pengelolaannya.7 Hal ini diperjelas lagi oleh Trianto, model pembelajaran merupakan

4 Sutan Rajasa, (2009), Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Karya Utama, hal. 398

5 M.Hosnan, (2014), Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 337.

6

Ibid, hal.338 7

Rora Rizki Wandini,(2019), Pembelajaran Matematika Untuk Calon Guru MI/SD, Medan: CV. Widya Puspita, hal. 58

(22)

pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat diklasifikasikan berdasarkan

tujuan pembelajarannya, sintaks, dan sifat lingkungan belajarnya.8

Model pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh oleh guru secara sistematis dalam mempersiapkan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar yang memuasknan. Untuk mencapai hal-hal tersebut maka guru harus dapat memilih dan mengembangkan model pembelajaran yang tepat, efesien dan efektif sesuai kebutuhan siswa serta materi yang diajarkan. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi belajar siswa agar benar-benar memahami materi yang diajarkan.

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah bentuk rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh seorang guru di dalam kelas.

b. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning (ملعتلا فاشتكا)

Discovery Learning berasal dari bahasa Inggris yaitu discovery dan learning

yang artinya pembelajaran penemuan atau dalam bahasa Arab نلعتلا فاشتكا

(iktisyaaful ta’lim).9 Model discovery learning, termasuk salah satu bentuk

pembelajaran yang berbasis pada teori kontruktivisme yaitu sebuah cara pengajaran

dan belajar yang lahir dari ide para tokoh pembaharuan pendidikan.10

8 Cahyo, (2013), Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, Yogyakarta: Diva Press, hal.98

9

A. Thoha , (2013), Kamus Akbar Bahasa Arab Indonesia, Jakarta : Gema Insani, hal. 941 10

Rora Rizki Wandini,(2019), Pembelajaran Matematika Untuk Calon Guru MI/SD, Medan: CV. Widya Puspita, hal. 60

(23)

Menurut Asmani, model discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah untuk dilupakan

siswa.11 Menurut Sudjana model discovery learning adalah model mengajar yang

mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang

sebelumnya belum diketahuinya itu ditemukannya sendiri.12

Sadirman dalam mengaplikasin model ini bahwa guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara

aktif, dan mengarahkan kegiatan siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.13

Budiningsih berpendapat bahwa model discovery learning adalah memahami

konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada

suatu kesimpulan.14 Bruner berpendapat bahwa penemuan adalah suatu proses, suatu

jalan atau cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau sistem

pengetahuan tertentu.15

Jika diamati dan dipelajari, maka dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang memberikan rangsangan untuk melakukan suatu penyelidikan dalam menemukan suatu penemuan. Seperti pada Al-qur‟an Surat Al-„Alaq ayat 1 :

َقَيَخ يِ

لَّٱ َمِّبَر ًِۡسٱِة

ذ

ۡ

أَرۡكٱ

١

)

قيعىا

:

١

(

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhanmu yang menciptakan.

(Q.S. Al-„Alaq: 1).16

11

Rora Rizki Wandini,(2019), Pembelajaran Matematika Untuk Calon Guru MI/SD, Medan: CV. Widya Puspita, hal. 61

12Ibid, hal. 62 13

M.Hosnan, (2014), Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 280.

14

Cahyo, (2013), Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, Yogyakarta: Diva Press, hal.100

15

Markaban, (2009), Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbimbing, Jakarta: Team PPPG Matematika, hal.9.

(24)

Berdasarkan surat Al-„Alaq tersebut, Allah memerintahkan untuk membaca. Dimana dengan membaca manusia dapat memahami kondisi yang ada pada lingkungan yang bertujuan untuk menjadikan manusia melakukan penyelidikan dalam menemukan dan memahami sesuatu yang belum dipahami.

Dalam pembelajaran discovery, siswa dapat menemukan konsep-konsep

melalui proses mentalnya sendiri melalui berbagai kegiatan, seperti melalukan observasi, mengelompokkkan, membuat asumsi awal, dan menarik kesimpulan.

Model discovery merupakan model pembelajaran yang mementingkan pengajaran

perindividu, dalam hal ini siswa harus sangat berperan aktif dalam proses belajar.

Model pembelajaran discovery learning mempunyai prinsip yang sama

dengan inkuiri dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang principal pada ketiga

istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep

atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedannya dengan discovery ialah

bahwa pada discovery masalah yang dihadapkan kepada siswa semacam masalah

yang direkaya oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa,

sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.

Sedangkan problem solving sendiri pada tahap ini berposisi sebagai pemberi tekanan

pada kemampuan menyelesaikan masalah.17

Pada intinya perbedaan antara discovery dengan inkuiri hanya terletak pada

permasalahan yang akan dipecahkan, sedangkan problem solving hanya penekanan

pada penyelesaian masalah yang sebelumnya telah diberikan untuk diidentifikasi.

17

Cahyo, (2013), Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar, Yogyakarta: DIVA Press, hal.102

(25)

Berdasarkan pemaparan yang ada di atas, maka dapat disimpulkan

bahwasannya model discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan

cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.

c. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Bell ada beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan

penemuan (discovery), yakni sebagai berikut:

1) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif

dalam pembelajaran. Kenyataan lebih mudah dipahami siswa.

2) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola

dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan

(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.

3) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan

menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.

4) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja

yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.

5) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa

(26)

6) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus lebih mudah ditransfer untuk aktivitas dan diaplikasikan

dalam situasi belajar yang baru.18

d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

Penggunaan model discovery learning ini ada beberapa langkah yang harus

diperhatikan oleh guru yang akan menggunakannya agar memudahkan guru dalam

melaksanakan model discovery ini.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan guru adalah sebagai berikut seperti yang dinyatakan Syah :

1) Stimulation (stimulasi/pemberi rangsangan)

Pada kegiatan ini guru memberikan stimulant, dapat berupa bacaan, gambar, dan cerita sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar melalui kegitan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.

2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Pada tahap ini peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran, mereka diberi pengalaman untuk mengamati, mencari informasi, dan mencoba merumuskan masalah.

3) Data collection (pengumpulan data)

Guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang dapat digunakan untuk menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.

4) Data processing (pengolahan data)

18

Cahyo, (2013), Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, Yogyakarta: Diva Press, hal.104

(27)

Guru memberikan kegiatan kepada siswa berupa pengolahan data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan, sehingga mendapat pembuktian yang logis.

5) Verification (pembuktian)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.

6) Generalization (menarik kesimpulan)

Penarikan kesimpulan yang dilakukan anak didik dengan kata-kata atau

tulisan tentang prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.19

Hal ini diperkuat oleh Sani, ia mengemukakan tahapan pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning secara umum sebagai berikut:

1) Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, serta memotivasi

siswa dan memberi penjelasan singkat terkait topic yang dikaji.

2) Guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan topic yang dikaji

3) Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan yang

dipaparkan oleh guru kemudian guru membimbing dalam perumusan hipotesis dan merencanakan percobaan.

4) Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan, kemudian

kelompok mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk pengujian hipotesis.

5) Kelompok mengorganisasikan dan menganalisa data serta membuat

laporan hasil percobaan kemudian, mempersentasikan dan mengemukakan

19

Cahyo, (2013), Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, Yogyakarta: Diva Press, hal.100

(28)

konsep yang ditemukan, kemudian guru membimbing siswa mengkonstruk

konsep yang ditemukan berdasarkan hasil investigasi.20

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning

Di dalam penerapan model pembelajaran Discovery Learning memiliki kelebihan yaitu :

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

2) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh

karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki

dan berhasil.

4) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan

melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

5) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

6) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan

gagasan-gagasan.

7) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik,

8) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber

belajar

9) Membantu siswa menghilangkan keraguan karena mengarah pada

kebenaran yang pasti.21

20

Rora Rizki Wandini,(2019), Pembelajaran Matematika Untuk Calon Guru MI/SD, Medan: CV. Widya Puspita, hal. 63

21 Mulyasa, (2014), Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal.144.

(29)

Kelemahan Penerapan Discovery Learning yaitu model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi, tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian, Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan

oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.22

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

(

ِميلْعّتلا ُجِئاَتَن

)

Sebelum membahas hasil belajar, terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang belajar. Istilah yang digunakan dalam bahasa Arab tentang kata belajar

adalah ميلعتلا dan

َس

رَد (at-ta’lim dan darasa).23 Al-Qur‟an menggunakan kata darasa

yang diartikan dengan mempelajari.24 Hal ini mengisyaratkan bahwa Al-Qur‟an

merupakan sumber segala pengetahuan bagi umat Islam, dan dijadikan sebagai pedoman hidup. Salah satunya terdapat dalam surat Al-An‟am ayat 105:

َجۡسَرَد ْأُلُٔلَ ِلَِو ِجَٰ َيلۡأٓٱ ُفِّ َصُُ َمِلَٰ

َذَكَو

َنٍَُٔيۡعَي ٖمَۡٔلِى ۥَُِِّّيَبُ ِلَِو

١٠٥

ماعنلأا(

:

١٠١

)

Artinya: Dan demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat Kami agar orang-orang musyrik mengatakan engkau telah mempelajari ayat-ayat itu (dari ahli kitab) dan agar Kami menjelaskan al-Qur‟an itu kepada orang-orang yang mengetahui (Q.S. Al-An‟am: 105)

22 Rora Rizki Wandini,(2019), Pembelajaran Matematika Untuk Calon Guru MI/SD, Medan: CV. Widya Puspita, hal. 62

23

A. Thoha , (2013), Kamus Akbar Bahasa Arab Indonesia, Jakarta : Gema Insani, hal. 942 24 Lailan Rahman, (2016), Konsep Belajar Menurut Islam, Jurnal AL MURABBI Volume 2, Nomer 2

(30)

Kata darasta yang berarti “engkau telah mempelajari”, menurut Quraish

Shihab yaitu membaca dengan seksama untuk dihafal atau dimengerti.25 Belajar

dalam Islam juga diistilahkan dengan menuntut ilmu (Thalab A-‘Ilm). Karena dengan

menuntut ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya.

Belajar merupakan proses perubahan dari seorang individu yang didapatkan dari pengalaman untuk mencapai tujuan belajar yang biasa kita sebut sebagai hasil belajar. Belajar merupakan suatu kebutuhan hidup manusia yang penting dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan. Tanpa belajar seorang manusia akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan tuntutan hidup yang berubah-ubah. Belajar juga merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang

dan berlangsung seumur hidup sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat.26

Belajar juga sangat diwajibkan dalam Islam, karena belajar adalah dasar segalanya dan belajar merupakan jihad di jalan Allah. Seperti hadist berikut ini:

َلَاك ِمِلاٌَ َِْةا ِس

َنَأ ََْع

:

ِعى

ْا ِبَيَط ِفِ َجَرَخ ٌََْ ًَذيَسَو ِّْيَيَع ُ هللّا َّلََص ِ ّللّا ُل ُْٔسَر َلاَك

ًِ

ْ

ي

ُعِجْرَي ذتََّخ ِ ّللّا ِوْيِبَس ْ ِفِ َن

َكَ

(

يذٌترىا هاور

)

Artinya: Dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasulullah saw : barangsiapa keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga kembali (HR. Tirmidzi).

Sesungguhnya menuntut ilmu lebih utama daripada jihad di jalan Allah dengan pedang.Karena menjaga syari‟at adalah dengan ilmu. Jihad dengan senjata pun harus berbekal ilmu. Tidaklah bisa seseorang berjihad, mengangkat senjata, mengatur strategi, membagi ghonimah (harta rampasan perang), menawan tahanan

25

M. Quraish Shihab, (2008) Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol.4, Jakarta: Lentera Hati, hal. 224.

26

(31)

melainkan harus dengan ilmu. Ilmu itulah dasar segalanya”. (Syarh Riyadhus

Shalihin, 1: 108)27

Menurut Miskawaih yang merupakan salah satu tokoh dalam Islam,ia mengatakan bahwa belajar adalah peningkatan perilaku baik kepada orang lain serta

proses menerpa jasmani dan rohani menjadi lebih sehat dan baik.28 Menurut M. Andi

belajar yaitu suatu proses aktivitas mental yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan menetap relatif lama melalui pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian baik secara fisik

maupun psikis.29

Eveline dan Nara mengatakan, belajar adalah proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek tersebut meliputi: a) Bertambahnya jumlah pengetahuan, b) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, c) adanya penerapan pengetahuan, d) menyimpulkan makna, e) menafsirkan dan mengaitkan

dengan realitas.30

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah suatu perubahan yang terjadi kepada seseorang individu setelah melakukan suatu kegiatan tertentu.

Hasil belajar dalam bahasa Arab disebut dengan ميلْعّتلا ُجِئاَتَن (nataa’ijul

ta’liim). 31 Secara bahasa hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar

yang mempunyai arti yang berbeda pula. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, bahwa hasil adalah suatu yang ada (terjadi) oleh suatu kerja, berhasil. Sedangkan belajar

27

Abu Zakaria An-Nawawi, (2003), Riyadhus Shalihin, bab 1 hal.108

28 Abuddin Nata, (2009), Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 74

29 M. Andi, (2017), Belajar dan Pembelajaran, Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, hal.5 30

Ibid, hal. 7

(32)

adalah proses usaha yang dilakukan individu guna memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.32

Menurut Purwanto hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi

setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.33 Hasil

belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki peserta didik sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K.Brahim yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Winkel berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Perubahan mencakup aspek tingkah laku secara menyeluruh baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, hal ini sejalan dengan teori Bloom bahwa hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu, kognitif (hasil belajar yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi), afektif (hasil belajar terdiri dari kemampuan menerima, menjawab, dan menilai) dan psikomotorik

(hasil belajar terdiri dari motorik dan manipulasi). 34

32

Sutan Rajasa, (2009), Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Karya Utama, hal. 398 33

Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar, hal.54 34 Nurmawati. (2016), Evaluasi Pendidikan Islami, Medan: Cita Pustaka Media, hal.53

(33)

Pada hakikatnya siswa yang telah belajar diharapkan akan mendapatkan hasil, baik itu dari segi perubahan tingkah laku ataupun pola pikir. Hasil belajar juga berkaitan dengan sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melalui proses dalam menimba ilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah swt. dalam Al-Qur‟an surat al-Mujadilah ayat 11:

ًُۡۖۡلَى ُ ذللّٱ ِحَسۡفَي ْأُدَسۡفٱَف ِسِيَٰ َجٍَۡلٱ ِفِ ْأُدذسَفَت ًُۡلَى َويِق اَذِإ ْآٌَُِٔاَء ََيِ ذلَّٱ آَهيَأَٰٓ َي

ٖٖۚجَٰ َجَرَد ًَ

ۡيِعۡىٱ ْأُحوُأ ََيِ ذلَّٱَو ًُۡلٌِِ ْأٌَُِاَء ََيِ ذلَّٱ ُ ذللّٱ ِعَفۡرَي ْاوُ ُشُنٱَف ْاوُ ُشُنٱ َويِق اَذوَإِ

ُ ذللّٱَو

ريِتَخ َنُٔيٍَۡعَت اٍَِة

١١

)

ثىداجٍىا

:

١١

(

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majelis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S.Al-Mujadilah : 11)

Ibnu „Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para ahli ilmu dan orang mukmin yang belajar sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh

perjalanan 500 tahun.35

Bukan hanya di dalam Al-Quran, dalam hadis juga terdapat perintah menuntut ilmu yaitu :

َءاَدْرذلدا ِبِ

َ

أ ََْع

اًلْيِر َط م

َيَس ٌََْ ُلُْٔلَي ًَذيَسَو ِّْيَيَع هللّا ذلَ َص ِ ّللّا َل ُْٔسَر ُجْعٍَِس َلاَك

آََخَدِِْج

َ

أ ُع َضَ َلَ َثَكَلإٍَلْا ذنوَإِ ِثذَِلج

ْا َلَِإ اًليِرَط َُلَ هللّا َوذَٓس اًٍْيِع ِّْيِف ُسٍَِخْيَي

35

(34)

ْا َبِىا َط ذنوَإِ ًِ

ْ

يِعى

ْا ِبِىاَطِىاًضِر

ِفِ ِناَخْيِلحْا ذتََّخ ِضْرَلأْاَو ِءاٍَذسلا ِفِ ٌََْ َُلَُرِفْغَخْسَي ًِْيِعى

َذَرَو ًُْْ َءاٍََيُعىْا ذنِإ ِبِنأَ

َهلْا ِرِءاَس َ َعَلِرٍََلىْا ِوْضَفَن ِدةِاَعىْا َ َعَل ًِْيِعىْا َوْضَف ذنوَإِ ِءاٍَلْا

ُث

ِّرَُٔي ًْ

َل َءاَيِبَُْلأْا ذنِإ ِءاَيِبَُْلأْا

أُْذِّرَو اٍَذنِإ اًٍَْْرِد

لََو اًراَِْيِد أُذ

َ

ٍّّظَ ِبِ َذَخ

َ

أ ُهَذَخ

َ

أ ٍَََْف ًَ

ْ

يِعى

ْا

ٍّرِفاَو

)

ّجاٌ َةاودوادٔلأو يذٌترىا و دحما هاور

(

Artinya : Dari Abu Darda‟ R.A, beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW., bersabda: barang siapa yang menempuh pejalanan untuk mencari ilmu maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya bagi penuntut ilmu yang ridho terhadap apa yang ia kerjakan, dan sesungguhnya orang yang alim dimintakan ampunan oleh orang-orang yang ada di langit dan orang-orang yang ada di bumi hingga ikan-ikan yang ada di air, dan keutamaan yang alim atas oang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluuh bintang, dan sesungguhnya ukama‟ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambilnya maka hendaklah ia mengambil dengan yang sempurna. (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi). Dalam hadis di atas terdapat lima keutamaan orang yang menuntut ilmu, yaitu: (1) mendapat kemudahan untuk menuju surga, (2) disenangi oleh para malaikat, (3) dimohonkan ampun oleh makhluk Allah yang lain, (4) lebih utama dari pada ahli ibadah, (5) menjadi pewaris nabi, Menurut ilmu yang dimaksud disini, menurut pengarang Tuhfah Al-Ahwaji adalah mencari ilmu, baik sedikit maupun

banyak dan menempuh jarak yang dekat atau jauh.36

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu tingkatan pencapaian keberhasilan dalam mengikuti suatu proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar dilakukan terhadap proses belajar mengajar untuk mengetahui

36Abdul Majis Khon, (2014), Hadis Tarbawi Hadis-Hadis Pendidikan. Jakarta: Kencana. Hal.56

(35)

tercapai tidaknya suatu tujuan pengajaran dalam hal penguasaan bahan pelajaran oleh siswa.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

1. Faktor eksternal, yaitu faktor yang menyangkut masalah dari luar individu.

Ada dua faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang meliputi:

a) Faktor lingkungan, kondisi lingkungan dapat mempengaruhi proses

hasil belajar

b) Faktor instrumental, faktor yang keberadaan dan penggunaannya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan dapat berfungsi

sebagai sarana tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah

direncanakan, seperti gedung perlengkapan belajar, kurikulum, bahan atau pedoman belajar dan sebagainya.

2. Faktor internal, yaitu menyangkut seluruh pribadi termasuk fisik, maupun

mental, dan psikologisnya yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Ada dua macam faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang meliputi:

a. Faktor fisiologis, maksudnya kondisi jasmani siswa dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya: faktor kesehatan yang terganggu, kesehatan fisik, atau cacat fisik.

b. Faktor psikologis, belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis,

(36)

belajar sorang anak, diantaranya: intelegensi siswa atau kecakapan siswa. Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis itu, yaitu : Motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman,

ulangan.37

3. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Matematika ( ُتاَي ِضاَي ِّرلا)

Matematika dalam bahasa Arab disebut dengan تاَي ِضاَي ِ رلا (arriyaadhiiyaat),

matematika berasal dari bahasa yunani kuno “mathema”, yang berarti pengkajian,

pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi

“pengkajian matematika”.38

Kata sifatnya adalah “mathematikos” yang artinya

berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih jauhnya berarti matematis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan

dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (Depdiknas).39

Matematika adalah bahasa symbol, ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefenisikan, ke unsur yang didefenisikan ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.40

Matematika merupakan pelajaran yang selalu disertai dengan latihan atau soal-soal yang diartikan sebagai tugas-tugas atau kegiatan dimana siswa belum memiliki aturan atau metode penyelesaian. Penyelesaian soal merupakan bagian

37

Muhibin Syah, (2012), Psikologi Belajar , Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.317 38 Sutan Rajasa, (2009), Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Karya Utama, hal. 330 39

Heruman, (2014), Model Pembelajaran Matematika: Di Sekolah Dasar, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, hal.1.

40

Rora Rizki Wandini,(2019), Pembelajaran Matematika Untuk Calon Guru MI/SD, Medan: CV. Widya Puspita, hal. 71

(37)

yang tak terpisahkan dari semua proses belajar matematika. Sehingga seharusnya tidak dijadikan sebagai yang terpisah di program pengajaran matematika.

Marpaung mengatakan bahwa belajar matematika berkaitan dengan belajar konsep-konsep abstrak, dan siswa merupakan makhluk psikologis, maka pembelajaran matematika harus didasarkan karakteristik matematika dan siswa itu sendiri. Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang bermakna. Siswa dapat mengetahui makna yang terkandung dalam matematika itu sendiri tanpa harus menghafal karena pada dasarnya matematika buka suatu pelajaran yang harus dihafal. .41

Di dalam Islam juga diperintahkan kepada kita untuk mempelajari matematika. Seperti yang terdapat dalam Al-Qur‟an Surah Al-Kahfi ayat 25 :

اٗع ۡسِت

ْاوُداَدۡزٱَو َينِنِس ٖثَئْاٌِ َدََٰلَذ ًِِۡٓفَۡٓن ِفِ ْأُرِ َلََو

٢٥

)

فيلخا

:

٥

٢

(

Artinya : Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah

Sembilan tahun (lagi). (Q.s. Al- Kahfi: 25)42

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk mempelajari tentang penjumlahan, dan penjumlahan itu sendiri merupakan bagian dari matematika. Jadi, islam pun mengajarkan kepada kita bahwa belajar matematika dianjurkan dan penting bagi kita.

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwasannya pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh tujuan yang dipelajari.

41 Heruman, (2014), Model Pembelajaran Matematika: Di Sekolah Dasar, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, hal.2.

42 Departemen Agama RI, (2016), Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bogor: Sabiq, hal.420

(38)

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Kurikulum 2006 ditingkat SD menyatakan bahwa pembelajaran matematika bertujuan untuk:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.43

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

Ruang lingkup pembelajaran matematika didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran yang hendak dicapai yaitu :

1) Bilangan, cakupannya antara lain : bilangan dan angka, perhitungan dan

pemikiran

2) Geometri, cakupannya antara lain: bangun datar, bangun ruang,

transformasi, dan simetri

3) Pengolahan data, cakupannya penggunaan satuan ukuran dan pengukuran

43

Heruman, (2014), Model Pembelajaran Matematika: Di Sekolah Dasar, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, hal.2

(39)

4) Kompetensi dasar mata pelajaran matematika berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh matematika di MI. Kompetensi dasar yang harus dicapai kelas V MI didalam pelajaran matematika salah satunya adalah mengidentifikasi

berbagai jenis bangun datar menurut sifatnya.44

4. Materi Sifat Bangun Datar Kelas V SD/MI

Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung. Jenis bangun datar bermacam-macam, antara lain, segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang, layang-layang, belah ketupat, trapesium dan lingkaran. Materi bangun datar merupakan materi yang diajarkan pada kelas V semester II. Dibawah ini, merupakan jenis-jenis beserta sifat dari bangun datar.

a. Segitiga

Segitiga adalah bangun datar yang terjadi dari tiga ruas garis yang dua-dua bertemu ujungnya. Tiap ruas garis yang membentuk segitiga disebut sisi. Pertemuan

ujung-ujung ruas garis disebut titik sudut.45

Ada banyak jenis segitiga, yaitu segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, segitiga sembarang.

Sifat segitiga adalah mempunyai tiga sisi dan tiga titik sudut yang jumlah

ketiga sudutnya 1800.

44 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, (2018), Buku Guru Senang Belajar MATEMATIKA untuk SD/MI Kelas V, Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hal. 7.

45 Suharjana, (2008), Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-Sifatnya di SD, Team P4TK Matematika, hal. 37.

(40)

b. Persegi

Persegi adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku, atau persegi adalah persegipanjang yang dua sisinya yang berdekatan sama panjang.

Sifat persegi adalah memiliki empat sisi serta empat titik sudut, memiliki dua pasang sisi yang sejajar serta sama panjang, keempat sisinya sama panjang, keempat

sudutnya sama besar yaitu 900, memiliki empat buah simetri lipat dan memiliki

simetri putar empat tingkat.

c. Persegipanjang

Persegipanjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku atau jajargenjang yang salah satu sudutnya siku-siku.

Sifat persegipanjang adalah memiliki empat sisi serta empat titik sudut, memiliki dua pasang sisi sejajar yang berhadapan sama panjang, memiliki empat

buah sudut yang besarnya 900, memiliki dua diagonal yang sama panjang, memiliki

dua buah simetri lipat, dan memiliki simetri putar tingkat dua.46

46

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, (2018), Buku Guru Senang Belajar MATEMATIKA untuk SD/MI Kelas V, Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hal. 9

(41)

d. Jajargenjang

Jajargenjang adalah bangun segiempat yang sisi-sisinya sepasang-sepasang sejajar, atau segiempat yang memiliki tepat dua pasang sisi yang sejajar.

Sifat jajargenjang adalah memiliki empat titik sudut, memiliki dua pasang sisi yang sejajar sama panjang, memiliki dua buah sudut tumpul dan dua buah sudut lancip, memiliki sudut yang berhadapan sama besar, diagonal yang dimiliki tidak sama panjang, tidak memiliki simetri lipat dan memiliki simetri putar tingkat dua.

e. Layang-layang

Layang-layang adalah segiempat yang dua sisinya yang berdekatan sama panjang, sedangkan kedua sisi lain juga sama panjang.

Sifat layang-layang adalah memiliki empat sisi dan empat titik sudut, memiliki dua pasang sisi yang sama panjang, memiliki dua sudut yang sama besarnya, diagonalnya berpotongan tegak lurus, salah satu diagonalnya membagi diagonal yang lain sama panjang, dan memiliki satu simetri putar.

(42)

f. Belah Ketupat

Belah ketupat adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang atau belah ketupat adalah jajargenjang yang dua sisinya yang berdekatan sama panjang, atau belah ketupat adalah laying-layang yang keempat sisinya sama panjang.

Sifat belah ketupat adalah memiliki empat buah sisi dan empat buat titik sudut, keempat sisinya sama panjang, dua pasang sudut yang berhadapan sama besar, diagonalnya berpotongan tegak lurus, memiliki dua buah simetri lipat, memiliki dua buah simetri putar.

g. Trapesium

Trapesium adalah segiempat yang dua sisinya sejajar dan dua sisi lainnya tidak sejajar.

Sifat trapesium adalah memiliki empat sisi dan empat titik sudut, memiliki sepasang sisi yang sejajar tetapi tidak sama panjang, dan susut-sudut diantara sisi

sejajar besarnya 1800.

h. Lingkaran

Lingkaran adalah bangun datar yang sisinya selalu berjarak sama dengan titik pusatnya, atau lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang terletak pada suatu bidang, dan berjarak sama terhadap titik tertentu.

(43)

Sifat lingkaran adalah hanya memiliki satu sisi dan mempunyai simetri putar dan simetri lipat yang tak terhingga. Lingkaran memiliki diameter, serta besar sudut

dari lingkaran ialah 3600.47

B. Kerangka Berfikir

Uma Sekaran mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting.48 Dilihat dari defenisi kerangka berfikir

maka untuk mengajukan hipotesis terdiri dari variabel bebas (X) yaitu model pembelajaran Discovery Learning, variable terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa.

Pembelajaran matematika perlu dilakukan pretest untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar anak. Setelah mengetahui sejauh mana hasil belajar anak maka dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model yang dianggap dapat membantu anak untuk meningkatkan hasil belajar anak tersebut.

Model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk melakasanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada model

pembelajaran discovery learning guru akan menjelaskan terlebih dahulu pengertian

bangun datar dan jenis-jenis bangun datar, siswa diminta untuk mencari contoh bangun datar yang ada di kelas, kemudian guru membagikan gulungan kertas kepada

47 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, (2018), Buku Guru Senang

Belajar MATEMATIKA untuk SD/MI Kelas V, Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hal. 11

48 Sugiyono, (2015), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, hal.60

(44)

setiap siswa yang isinya nama satu jenis bangun datar dan kemudian siswa menganalisis sifat-sifat bangun datar dari melihat gambar tersebut. Hal ini akan lebih menyenangkan sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena apabila siswa yang dalam proses pembelajaran berusaha mencari dan menemukan masalah yang dihadapinya, siswa akan terbiasa selalu mencari informasi baru yang tentunya akan menambah wawasan siswa.

C. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh model pembelajaran:

1. Sheifa Sabilli Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar dari Universitas Bandar

Lampung, dengan judul skripsi “Pengaruh Model Discovery Learning

Terhadap Hasil Belajar Tematik Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 2 Kedamaian Bandar Lampung”, dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar peserta didik yang menggunakan model Discovery Learning

memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika peserta didik dengan

kriteria effect size berada pada kategori sedang.49

2. Dwi Rahayu, dkk. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery

Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SD”. E-Journal

program Sarjana Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Vol.6, No. 1 (2016). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: terdapat perbedaan

pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap hasil belajar IPS

kelas 4 SD. Hal ini ditunjukkan dengan hasil thitung menggunakan signifikan

49

Sheifa Sabilli, (2016) Skripsi: Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Tematik Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 2 Kedamaian Bandar Lampung,

(45)

tailed pada independent sample test yang telah dilakukan setelah treatmen diperoleh signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05). Karena signifikan

2-tailed pada independent sample test lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak

dan Hi diterima. Uji hipotesis dilakukan dengan uji-t pada masing-masing kelompok data, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hasil uji

hipotesis dikatakan signifikan apabila thitung > ttabel dengan db= (n-1) pada taraf

signifikan (a)=0,05. Diperoleh uji normalitas menunjukkan bahwa sig. pada kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing adalah 0,488 dan 0,749 nilai signifikan kedua kelas tersebut lebih dari 0,05 maka menunjukkan data hasil belajar yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol

berdistribusi normal. 50

3. Dyah Handayani, dkk “Pengaruh Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 11 Pontianak” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 4 No. 12 (2015). Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata

hasil belajar siswa sebelum menggunakan model discovery learning sebesar

43,36 dan rata-rata hasil belajar siswa setelah menggunakan model discovery

learning sebesar 69,52, terjadi peningkatan sebesar 26,16. Dari hasil uji

hipotesis (uji-t) diperoleh thitung sebesar 9,89 dengan taraf signifikan= 5%

diperoleh ttabel sebesar 1,701 karena thitung 9,89 > ttabel 1,701, dapat disimpulkan

bahwa Ha diterima. Artinya model discovery learning berpengaruh terhadap

50 Dwi Rahayu, dkk., (2016), Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery

Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SD, E-Journal : Program Sarjana Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Vol.6, No. 1, hal 43-44

Gambar

Tabel 3.1. Desain Penelitian   Model Pembelajaran                                Hasil  Belajar  Model Pembelajaran  Discovery Learning (A1 )  Pembelajaran Langsung/  Konvensional (A2)  Hasil Belajar  A 1 B  A 2 B
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar  No  Kompetensi  Dasar  Indikator Materi  Indikator  Penelitian
Tabel 4.3 : Hasil Uji Validitas Butir Soal
Tabel 4.5 : Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila di wakilkan diharuskan membawa Surat Kuasa dan diminta kepada Saudara hadir tepat waktu serta membawa berkas kelengkapan yang terdiri dari :..  Print Out dokumen lelang

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memenuhi persyaratan Surat Ijin Usaha Jasa

Dengan dukungan kuat dan aliansi strategis antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan PT Tunas Ridean Tbk serta hadirnya brand baru &#34;Mandiri Tunas

Ascomycota adalah kelompok jamur yang dalam berkembang biak dengan membentuk spora di dalam selnya yang disebut askus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi sukrosa berpengaruh terhadap pH, stabilitas, skor kesukaan rasa, aroma, dan warna; konsentrasi susu

Data ini adalah data yang akan digunakan sebagai nilai posisi tubuh dominan kemudian dicocokkan dengan dataset ilmu kesehatan sehingga mendapatkan hasil kualitas

List of goods and all related services

A simplified Persistent Scatterer Interferometry (PSI) approach is used to monitor the displacements of the Nanjing Dashengguan Yangtze River High-speed Railway