• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan MDGs 2014 Final

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan MDGs 2014 Final"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN PENCAPAIAN

TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM

DI INDONESIA

2014

©2015 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

ISBN 978-602-1154-50-2

Diterbitkan oleh:

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Tim Penyusun:

Penanggung Jawab : Drs. Andrinof Achir Chaniago, M.Si. Sekretaris : Dra. Nina Sardjunani, MA

Anggota : Dr. Sudarti Surbakti; Dr. I Nyoman Kandun; Ir. Risyana Sukarma; Ir. Rudy Soeprihadi Prawiradinata, MCRP, Ph.D; Dr. Ir. Subandi, MSc;

Ir. Suharti, MA, Ph.D; Dr. Hadiat, MA; Dr. Drg. Theresia Ronny Andayani, MPH.; Ir. Wahyuningsih Darajati, MSc; Dra. Tuti Riyati, MA; Riza Hamzah, SE, AK, ME; Dr. Arum Atmawikarta, MPH; Mukhlis Hanif Nurdin, SKM.

(3)

LAPORAN PENCAPAIAN

TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM

DI INDONESIA

2014

Diterbitkan Oleh:

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

(4)
(5)

i

KATA PENGANTAR

K

eikutsertaan Indonesia dalam menyepakati Deklarasi Milenium bersama dengan 189 negara lain pada tahun 2000 bukan semata-mata untuk memenuhi tujuan dan sasaran Millenium Development Goals (MDGs), namun keikutsertaan itu ditetapkan dengan pertimbangan bahwa tujuan dan sasaran MDGs sejalan dengan tujuan dan sasaran pembangunan Indonesia. Konsisten dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dan 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen penganggarannya. Berdasarkan strategi growth, job, poor, dan pro-environment alokasi dana dalam anggaran pusat dan daerah untuk mendukung pencapaian berbagai sasaran MDGs terus meningkat setiap tahunnya. Kemitraan produktif dengan masyarakat madani dan sektor swasta berkontribusi terhadap percepatan pencapaian MDGs.

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2014 ini merupakan laporan ke sembilan yang bersifat nasional sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2004. Penerbitan laporan ini bertujuan untuk melaporkan berbagai keberhasilan yang telah kita capai sebagai perwujudan dari komitmen dan kerja keras Pemerintah dan segenap komponen masyarakat untuk menuju Indonesia yang lebih sejahtera. Disamping itu, laporan ini bertujuan untuk menunjukkan komitmen Indonesia sebagai bagian dari Masyarakat bangsa-bangsa dalam mewujudkan cita-cita Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000. Laporan ini secara ringkas menguraikan keadaan dan kecenderungan serta upaya penting untuk percepatan pencapaian MDGs sampai dengan posisi tahun 2014, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun kegiatan yang diperlukan agar sasaran MDGs tahun 2015 dapat dicapai.

Laporan ini disusun oleh Tim yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis/Kelompok Kerja yang bertanggungjawab kepada Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS. Kepada seluruh anggota Tim Penyusun disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih setinggi-tingginya atas kerja keras dan kontribusinya sehingga Laporan Pencapaian MDGs ini tersusun dengan baik.

Penghargaan dan ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada:

• Dra. Nina Sardjunani, MA, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Bappenas yang telah mengkoordinasikan penyusunan dan sekaligus melakukan quality assurance atas substansi Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2014.

• Dr. Sudarti Surbakti; Dr. I Nyoman Kandun; Ir. Risyana Sukarma; dan yang telah menyusun laporan dari setiap goal MDGs.

• Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Keuangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Luar Negeri, Bank Indonesia, Komisi Pemilihan Umum, dan Badan Pusat Statistik yang telah memberikan kontribusi dalam penyediaan data, informasi, dan penyiapan naskah.

• Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mitra pembangunan dari United Nations Development Programme (UNDP) yang telah membantu penyusunan Laporan Pencapaian MDGs ini, serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(6)

ii

Semoga laporan ini menjadi kontribusi berharga bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita pembangunan manusia yang lebih baik dan masyarakat yang lebih sejahtera di masa yang akan datang.

Drs. Andrinof Achir Chaniago, M.S

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/

(7)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR FOTO DAFTAR SINGKATAN PENDAHULUAN

RINGKASAN STATUS PENCAPAIAN MDGS DI INDONESIA TINJAUAN STATUS PENCAPAIAN MDGS DI INDONESIA

TUJUAN 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015

1

Target 1B: Menciptakan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

4

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya pro-porsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

6

TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

11

TUJUAN 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

15

TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK

Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015

23

TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU

Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga-perempat dalam kurun waktu 1990 - 2015

31 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 31 i iii iv ivv vii vii xi xvi xxi

(8)

iv

TUJUAN 6: MEMERANGI HIV DAN AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA

Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menu-runkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS hingga tahun 2015

41 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV dan AIDS bagi

semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010

41 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menu-runkan jumlah

kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015

46

TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang ber-kesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang

59

Target 7C: Menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum layak dan fasilitasi sanitasi dasar layak pada 2015

69

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020

76

TUJUAN 8: MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN

Target 8A: Mengembangkan sistem keuangan dan perda-gangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif

79

Target 8D: Menangani utang negara berkembang melalui upaya nasional maupun internasional untuk dapat mengelola utang dalam jangka panjang

83

Target 8F: Bekerjasama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi

85

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Persentase Penduduk yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan, 2001-2014

2

Gambar 1.2. Persentase Penduduk Di Bawah Garis Kemiskinan

2

Gambar 1.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan 2006-2014

2

Gambar 1.4. Indeks Kedalaman Kemiskinan menurut Provinsi, 2014

3

Gambar 1.5. Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk menurut Provinsi Tahun 2014

4

Gambar 1.6. Persentase Penduduk Bekerja yang Berusaha Sendiri, Pekerja Bebas dan

Pekerja Keluarga menurut Provinsi, Tahun 2014

5

(9)

v

Gambar 1.8. Proporsi Penduduk dengan Asupan di Bawah 1400 Kkal menurut Provinsi,

2014

7

Gambar 1.9. Proporsi Penduduk dengan Asupan di Bawah 2000 Kkal menurut Provinsi,

2014

7

Gambar 1.10 Prevalensi Balita dengan Berat Badan Rendah Tahun 1998 -2013

8

Gambar 1.11. Prevalensi Balita dengan Berat Badan Rendah menurut Provinsi, 2013

8

Gambar 2.1 Angka Partisipasi Murni (APM) SD dan Angka Melek Huruf (AMH) Penduduk

Berusia 15-24 Tahun, 2001-2014

12

Gambar 2.2 Angka Melek Huruf Laki-laki dan Perempuan Ber-usia 15-24 Tahun, 2001-

2014

12

Gambar 2.3 Angka Melek Huruf Pen-duduk Berusia 15-24 Tahun menurut Provinsi,

2014

13

Gambar 2.4. Angka Melek Huruf Laki-laki dan Perempuan Berusia 15-24 Tahun menurut

Provinsi, 2014

13

Gambar 3.1. sio APM Perempuan Terhadap Laki-laki di SD, SMP, SMA dan

Perguruan Tinggi, 2001- 2014

16

Gambar 3.2. Rasio AMH Perempuan Terhadap Laki-laki Penduduk Berusia 15-24

Ta-hun, 2001-2014

18

Gambar 3.3. Rasio AMH Perempuan Terhadap Laki-laki Penduduk Berusia 15-24 Tahun

menurut Provinsi, 2014

18

Gambar 3.4. Konntribusi Perempuan Dalam Pekerjaan Upahan Di Sektor Non- Pertanian

2001-2014

19

Gambar 3.5. Kontribusi Perempuan Dalam Pekerjaan Upahan di Sektor Non- Pertanian

menurut Provinsi, 2014

19

Gambar 3.6. Persentase Anggota DPR Perempuan pada Periode Pemilu 1950- 2014

20

Gambar 3.7. Jumlah Anggota DPR Perempuan Periode 2014-2019 menurut Provinsi

20

Gambar 3.8. Jumlah Anggota DPR menurut Partai Politik dan Jenis Kelamin, 2014

22

Gambar 4.1. Tren Angka Kematian Neonatal, Bayi, dan Anak Balita 5 Tahun. Sebelum

Survei, Tahun 1991-2012 (SDKI), 2013-2014

23

Gambar 4.2. Penyebab Kematian Bayi dan Kematian Balita (Riskesdas 2007)

26

Gambar 4.3. imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan, Indonesia tahun

2007, 2010, dan 2013 (Riskesdas, 2013)

26

Gambar 4.4. Mendapatkan Vaksinasi Campak, Berdasarkan Provinsi, Tahun 2014).

27

Gambar 4.5. Persen Gizi Kurang dan Stunting pada Anak Balita, Tahun 2007 - 2012

28

Gambar 4.6. Proporsi Balita Gizi Kurang, Pendek, Kurus, Gemuk menurut Umur dan

Jenis Kelamin, Tahun 2013 (Kemenkes, Riskesdas 2013)

28

Gambar 5.1 Angka Kematian Ibu Indonesia tahun 1994-2014

32

Gambar 5.2. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Tahun 1995- 2014 (triwulan 1)

33

Gambar 5.3. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Berdasarkan Provinsi 2014

34

Gambar 5.4. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Berdasarkan berbagai Variabel, Tahun

2012

34

Gambar 5.5. Disparitas Persalinan di Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Berbagai

Karakteristik, SDKI 2012

35

(10)

vi

Gambar 5.7. Tren Angka Prevalensi Penggunaan KB (CPR) modern pada wanita kawin

usia 15-49 tahun di Indonesia.

36

Gambar 5.8. Kunjungan K1 dan K4 antara tahun 1994-2014 (SDKI 2012, Kemenkes

2014* )

37

Gambar 5.9. Tren Unmet need (persen) di Indonesia tahun 1991- 2012 (SDKI)

38

Gambar 5.10. Unmet need metode KB berdasarkan provinsi tahun 2012

38

Gambar 5.11. Unmet need terhadap KB berdasarkan alasan pada berbagai karakteristik

(SDKI, 2012)

39

Gambar 6.1 Jumlah kumulatif HIV sampai dengan Desember 2014

42

Gambar 6.2 Jumlah kumulatif AIDS sampai dengan Desember 2014.

42

Gambar 6.3 AIDS Case Rate Provinsi dan Nasional sampai dengan Desember 2014

42

Gambar 6.4 Penggunaan kondom pada populasi berisiko Tahun 2014

43

Gambar 6.5 Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan

komprehensif tentang HIV dan AIDS Tahun 2014

43

Gambar 6.6 Mewujudkan Akses Terhadap Pengobatan HIV dan AIDS bagi Semua yang

Membutuhkan

44

Gambar 6.7 Annual Parasite Incidende (API) Malaria di Indonesia Tahun 1990-2014

46

Gambar 6.8 Annual Parasite Incidende (API) Malaria Per Provinsi di Indonesia dan Peta

Endemisitas Tahun 2014

47

Gambar 6.9 Perkembangan endemisitas per Kabupaten/Kota pada tahun 2010-2014

47

Gambar 6.10 Persentase Pengobatan Sesuai Standar Program Malaria tahun 2010- 2014

47

Gambar 6.11 Proporsi Penggunaan Kelambu Per Provinsi

48

Gambar 6.12 Angka keberhasilan pengobatan / success rate (SR)

51

Gambar 6.13 Beban TB dalam rate (per 100.000 penduduk) tahun 1990-2013

52

Gambar 6.14 Kecenderungan Prevalensi Stroke per 1000*) menurut Provinsi 2007-2013

54

Gambar 6.15 Prevalensi hipertensi menurut provinsi tahun 2013

55

Gambar 6.16 Prevalensi penyakit jantung menurut provinsi tahun 2013

55

Gambar 6.17 Prevalensi penyakit sendi menurut provinsi tahun 2013

55

Gambar 6.18 Prevalensi asma menurut provinsi tahun 2013

56

Gambar 6.19 Prevalensi DM menurut provinsi tahun 2013

56

Gambar 6.20 Prevalensi tumor/ kanker menurut provinsi tahun 2013

57

Gambar 6.21 Prevalensi cedera menurut provinsi tahun 2013

57

Gambar 7.1 Persentase Peningkatan/ Penurunan Luas Penutupan Lahan Berhutan Tiap

Provinsi

61

Gambar 7.2 Peningkatan/Penurunan Luas Penutupan Lahan Berhutan Tiap Pulau

62

Gambar 7.3 Persentase Peningkatan/ Penurunan Luas Penutupan Lahan Berhutan Tiap

Pulau

62

Gambar 7.4 Persentase Peningkatan/ Penurunan Luas Penutupan Lahan Berhutan

pada Hutan Lindung tiap Provinsi

63

Gambar 7.5 Produksi Perikanan Dibandingkan Dengan Jumlah Tangkapan Yang

Diperbolehkan (JTB), 2012-2013

66

(11)

vii

Gambar 7.7 Luas Kawasan Konservasi, 2003 - 2014

67

Gambar 7.8 Kecenderungan akses air minum layak(perkotaan dan perdesaan)

70

Gambar 7.9 Analisis disparitas provinsi, 2011-2013

71

Gambar 7.10 Disparitas provinsi untuk akses air minum layak (perkotaan dan perdesaaan)

71

Gambar 7.11 Disparitas perkotaan dan perdesaan 2004- 2013

72

Gambar 7.12 Analisis disparitas provinsi, 2011-2013

73

Gambar 7.13 Kecenderungan sanitasi layak (perkotaan dan perdesaan)

73

Gambar 7.14 Disparitas perkotaan perdesaan 2006-2014

74

Gambar 7.15 Disparitas provinsi untuk akses sanitasi layak tahun 2013

74

Gambar 7.16 Disparitas Provinsi Kawasan Kumuh Perkotaan, 2014

77

Gambar 8.1. Perkembangan Impor, Ekspor, Pertumbuhan PDB dan Rasio Ekspor dan

Impor terhadap PDB

80

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kesetaran Gender Pendidikan pada Jejang SD, SMP, SMA dan PT di Daerah

17

Tabel 3.2. Jumlah Kabupaten/kota menurut Provinsi dan Jumlah Anggota Parlemen

Perempuan, 2014

21

DAFTAR FOTO

Foto 6.1. Kegiatan Pekan Kelambu Masal di Kawasan Timur Indonesia Tahun 2014

50

DAFTAR SINGKATAN

ABAT Aku Bangga Aku Tahu

AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome

AMH Angka Melek Huruf

AKB Angka Kematian Bayi

AKBa Angka Kematian Balita

AKI Angka Kematian Ibu

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APM Angka Partisipasi Murni

API Annual Parasite Incidence

AP3F Asia Pacific Project Preparation Fund ART Antiretroviral Therapy

(12)

viii

ASEAN Association of Southeast Asian Nations

BBM Bahan Bakar Minyak

BLT Bantuan Langsung Tunai

BNSP Badan Nasional Setifikasi Profesi BOE Barrel of Oil Equivalent

BPO Bahan Perusak Ozon

BPR Bank Perkreditan Rakyat BPS Badan Pusat Statistik CAR Capital Adequacy Ratio

CDR Case Detection Rate

CFC Chlorofluorocarbon

CO2 Carbon Dioxide

CPR Contraceptive Prevalence Rate

CTC Carbontetrachloride

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPT-HB Diphtheria, Tetanus, Acellular Pertussis, Hepatitis B, and Polio DRM Domestic Resources Mobilisation

DSR Debt Service Ratio

DWG Development Working Group GGGI Global Green Growth Institute GIF Global Infrastructure Fund

GPEDC Global Partnership for Effective Development Cooepration

GWM Giro Wajib Minimum

HCFC Hydrochorofluorocarbon HIV Human Immunodeficiency Virus

HPK Hari Pertama Kehidupan

ICE-SDF Intergovernmental Committee of Experts on Sustainable Development Financing

IMS Infeksi Menular Seksual IPG Indeks Paritas Gender

IUU Illegal, Unreported and Unregulated JTB Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan KIE Komunikasi Informasi Edukasi

KKNI Kompetensi Kerja Nasional Indonesia KKP Kementerian Kelautan dan Perikanan KKPN Kawasan Konservasi Perairan Nasional KSST Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular

K1 Kunjungan Antenatal 1

K4 Kunjungan Antenatal 4

LDCM The Landsat Data Continuity Mission LDR Loan to Deposit Ratio

(13)

ix

LTV Loan to Value

LPA Line Prob Assay

MBr Methyl Bromide

MDGs Millennium Development Goals MDR-TB Multi Drug Resistant-Tuberculosis

MEA Masyarakat Ekonomi Asean

MTBS Manajemen Terpadu Balita Sakit

NPL Non Performing Loan

NTRL National Tuberculosis Referral Laboratory ODHA Orang dengan HIV AIDS

OWG Open Working Group

PBB Perserikatan Bangsa Bangsa PDAM Perusahaan Daerah Air Minum PDB Product Domestic Bruto

PDP Perawatan dan Dukungan Pengobatan

PEMDA Pemerintah Daerah

Perda Peraturan Daerah

PLKB Petugas Lapangan Keluarga Berencana PPIA Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak

PT Perguruan Tinggi

PONED Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

PONEK Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif Posbindu PTM Pos Pembinaan Terpadu PTM

PTM Penyakit Tidak Menular

P4K Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi RASKIN Beras Miskin

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar Risti Risiko Tinggi

RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RSU Rumah Sakit Umum

SDM Sumber Daya Manusia

SDKI Survey Demografi Kesehatan Indonesia SIM Subscriber Identity Module

SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional

SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia SKN Sistem Kesehatan Nasional

SMA Sekolah Menengah Atas

SR Success Rate

STBP Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku

SPM Standar Pelayanan Minimum

Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional TAC Total Allowable Catch

(14)

x

TB Tuberculosis

TCA Methyl Chloroform

TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi

TOMA Tokoh Masyarakat

TOGA Tokoh Agama

TWP Taman Wisata Perairan UKS Unit Kesehatan Sekolah USO Universal Service Obligation WHO World Health Organization WPI Wilayah Penanganan Intensif

(15)

xi

PENDAHULUAN

Komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan MDGs mencerminkan komitmen negara untuk menyejahterakan rakyatnya sekaligus menyumbang pada kesejahteraan masyarakat dunia. Berkenaan dengan itu maka MDGs merupakan acuan penting dalam penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 dan 2010-2014, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahunan, dan dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam memenuhi komitmen tersebut Indonesia menghadapi tantangan global yang tidak ringan. Perdagangan bebas, harga minyak yang masih meningkat yang diikuti oleh subsidi BBM yang semakin membengkak, perubahan iklim dan pemanasan global dan dampaknya pada harga pangan yang semakin mahal, mewarnai dinamika sosial dan ekonomi pembangunan nasional.

Capaian Tujuan MDGs 2014

Capaian tujuan MDGs dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, tujuan yang telah berhasil dicapai. Kedua, tujuan yang menunjukkan kemajuan bermakna dan diharapkan dapat dicapai pada atau sebelum tahun 2015. Ketiga, tujuan yang masih memerlukan upaya keras untuk mencapainya.

Tujuan-tujuan MDGs yang telah tercapai adalah:

MDG 1, proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per kapita per hari.

MDG 3, Rasio perempuan terhadap laki-laki di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi; dan rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki umur 15-24 tahun.

MDG 6, angka kejadian, prevalensi dan tingkat kematian, serta proporsi jumlah kasus tuberkulosis yang ditemukan, diobati dan disembuhkan dalam program Directly Observed Treatment Short Course (DOTS). • MDG 7, Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei

foto udara terhadap luas daratan, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak di perkotaan.

MDG 8, Proporsi penduduk yang memiliki telepon seluler

Tujuan-tujuan MDGs yang telah menunjukkan kemajuan signifikan dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015 (on-track) adalah:

MDG 1, indeks kedalaman kemiskinan, proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja, dan prevalensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi.

MDG 2, APM SD, proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar, serta angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun (perempuan dan laki-laki).

MDG 3, kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian dan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPR.

MDG 4, Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak dan Angka Kematian Neonatal per 1000 kelahiran hidup

(16)

xii

MDG 5, Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih, angka pemakaian kontrasepsi /CPR bagi perempuan menikah usia 15-49 semua cara, cakupan pelayanan antenatal baik 1 maupun 4 kali kunjungan, persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak dan unmet need.

MDG 6, Angka kejadian Malaria (per 1.000 penduduk), proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan Antiretroviral (ARV), proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu berinsektisida, angka kejadian, prevalensi, dan tingkat kematian akibat Tuberkulosis, Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dan diobati dalam program DOTS.

MDG 7, Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan, Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO) dalam metrik ton, proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman, rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak, perkotaan, dan perdesaan.

MDG 8, Rasio pinjaman terhadap simpanan di bank umum, dan rasio pinjaman terhadap simpanan di BPR, rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB dan rasio pembayaran pokok utang dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan hasil ekspor (DSR), proporsi penduduk yang memiliki jaringan telepon tetap, proporsi penduduk yang memiliki telepon seluler.

Tujuan-tujuan MDGs yang telah menunjukkan kemajuan namun masih diperlukan kerja keras untuk mencapainya adalah:

MDG 1, (i) Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional; (ii) Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum.

MDG 4, (iii) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup; (iv) Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup.

MDG 5, (v) Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup.

MDG 6, (vi) Prevalensi HIV dan AIDS (persen) dari total populasi; (vii) Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS.

MDG 7, (ix) Jumlah emisi karbon dioksida (CO2); (x) Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak di perdesaan; (xi) Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak di perdesaan; (xi) Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

MDG 8, (xii) Rasio Ekspor dan Impor terhadap PDB; (xiii) Proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi; dan (xiv) Proporsi rumah tangga dengan akses internet.

Prestasi pembangunan kesejahteraan yang dicapai oleh Indonesia telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan global. Indonesia diundang oleh negara-negara maju yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) untuk masuk dalam kelompok negara-negara yang makin ditingkatkan keterlibatannya (enhanced engagement countries) dengan negara-negara maju. Bersama-sama dengan keterlibatan internasional dengan negara-negara maju, Indonesia telah masuk pada forum G-20, yaitu kelompok 20 negara yang menguasai 85 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) dunia, peran serta Indonesia dalam penetapan kebijakan global menjadi sangat penting.

(17)

xiii

Upaya-Upaya Penting dalam Percepatan Pencapaian MDGs di

Indonesia

Untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs, presiden telah menetapkan Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang berkeadilan. Salah satu amanat yang tercantum dalam Inpres tersebut adalah agar setiap kementerian/lembaga, gubernur, dan para bupati/walikota mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan, antara lain meliputi program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs).

Implementasi dari Inpres No. 3 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

1. Pengintegrasian tujuan, target, dan indikator MDGs ke dalam sistem perencanaan dan penganggaran Pemerintah baik di tingkat Pusat, Provinsi, maupun kabupaten/kota baik jangka menengah (5 tahunan) maupun jangka pendek (tahunan).

2. Penyusunan Peta Jalan Percepatan Pencapaian MDGs di Indonesia 2010 – 2015 yang digunakan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi berbagai program dan kegiatan dalam rangka percepatan pencapaian MDGs.

3. Pembentukan Tim Koordinasi MDGs Nasional di bawah koordinasi Kementerian Perencanaan Pem-bangunan Nasional/Bappenas dengan beranggotakan seluruh Kementerian/Lembaga yang terkait dalam upaya percepatan pencapaian MDGs. Tugas pokok dari tim tersebut adalah bertanggung jawab dalam koordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring-evaluasi pencapaian sasaran MDGs. 4. Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) percepatan pencapaian MDGs di 33 Provinsi dengan rangkaian

kegiatan sebagai berikut:

a. Penyusunan pedoman teknis Rencana Aksi Daerah (RAD) Provinsi tentang percepatan pencapaian tujuan MDGs untuk memberikan panduan bagi daerah, khususnya provinsi dalam menyusun dokumen rencana aksi percepatan pencapaian target MDGs di daerah, sehingga dapat dihasilkan dokumen rencana aksi yang jelas, operasional dan selaras dengan kebijakan nasional.

b. Pelaksanaan fasilitasi penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Provinsi oleh Tim Koordinasi MDGs Nasional kepada Tim Koordinasi MDGs Provinsi untuk menyamakan persepsi dalam penyusunan target dan indikator MDGs di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, menyusun langkah-langkah penyusunan RAD MDGs Provinsi, dan melakukan exercise penyusunan draft RAD Percepatan Pencapaian Target MDGs di Provinsi termasuk penyusunan target, sasaran dan indikator.

c. Penyusunan pedoman teknis Definisi Operasional Indikator MDGs yang berisikan tentang daftar tujuan, target, dan indikator MDGs, konsep definisi, manfaat, metode perhitungan, dan sumber data yang digunakan untuk menyamakan persepsi sehingga data dan informasi MDGs dapat dibandingkan antarprovinsi.

d. Penyusunan pedoman teknis Review RAD MDGs Provinsi sebagai acuan dalam mereview RAD MDGs Provinsi yang sejalan dengan kebijakan program, dan sasaran MDGs Nasional.

e. Penyusunan pedoman laporan pencapaian MDGs provinsi untuk memberikan panduan bagi provinsi untuk dapat melaporkan berbagai keberhasilan yang telah dicapai sebagai perwujudan dari komitmen dan kerja keras Pemerintah Daerah dan segenap komponen masyarakat untuk menuju Indonesia yang lebih sejahtera. Disamping itu, laporan ini bertujuan untuk memperkuat ketersediaan data dan informasi mengenai data capaian target MDGs di setiap provinsi sehingga

(18)

xiv

dapat dijadikan dasar dalam penyusunan kebijakan/program/kegiatan untuk mempercepat pencapaian MDGs di daerahnya masing-masing.

f. Penyusunan pedoman penyusunan matrik RAD MDGs kabupaten dan kota sebagai panduanbagi kabupaten dan kota untuk menyusun rencana aksi percepatan pencapaiantarget MDGs di daerah, sehingga dapat dihasilkan suatu produk dokumen rencanaaksi yang jelas, operasional dan selaras dengan kebijakan nasional.

g. Penyusunan pedoman teknis Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan RAD MDGs Provinsi untuk memastikan pelaksanaan program dan kegiatan MDGs yang tertuang didalam RAD MDGs Provinsi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, mengidentifikasi dan mengantisipasi permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program percepatan pencapaian MDGs sehingga dapat diatasi, dan merumuskan langkah tindak lanjut percepatan pencapaian target MDGs;

5. Penetapan Surat Edaran Kementerian PPN dan Kemendagri Nomor: 0068/M.PPN/02/2012 dan Nomor: 050/583/SJ tentang Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) Tahun 2011-2015 antara lain untuk mendorong agar daerah menyusun program dan kegiatan serta pengalokasian anggaran dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah agar mengacu pada RAD MDGs di masing-masing provinsi untuk percepatan pencapaian tujuan target dan indikator MDGs.

6. Peningkatan dukungan pembiayaan untuk percepatan pencapaian MDGs, yaitu :

a. Penyusunan kerangka kebijakan pendanaan percepatan sasaran MDGs melalui Public Private Partnership (PPP) untuk mendorong pihak swasta bermitra dengan Pemerintah dalam upaya percepatan pencapaian MDGs.

b. Penyusunan pedoman harmonisasi Pelaksanaan Corporate Social Responsibilities (CSR) untuk mensinergikan pelaksanaan kegiatan CSR dengan program dan kegiatan dalam rangka pencapaian MDG yang mencakup upaya (i) pencapaian keselarasan antara tujuan pelaksanaan CSR dengan MDG, (ii) keselarasan targeting atau sasaran kelompok masyarakat, (iii) keselarasan lokasi pelaksanaan CSR dengan lokasi target pencapaian MDG; dan, (iv) keselarasan indikator kinerja yang dipakai dalam pencapaian MDG dengan kegiatan CSR.

7. Penyusunan pedoman pemberian insentif bagi daerah untuk mendukung percepatan pencapaian MDGs sebagai panduan dalam penetapan, pelaksanaan dan pemantauan pemberian insentif daerah yang memiliki kinerja baik dalam upaya pencapaian tujuan MDGs.

8. Pelaksanaan diseminasi dan advokasi percepatan pencapaian MDGs kepada seluruh stakeholders meliputi DPR, organisasi profesi, perguruan tinggi, media masa, lembaga swadaya masyarakat, kementerian/lembaga di tingkat Pusat, dan SKPD.

9. Pemberian MDGs Award dengan tujuan memberikan apresiasi kepada para pemangku kepentingan dan pelaku pembangunan yang telah menghasilkan prestasi terbaik dalam upaya mendorong percepatan pencapaian MDGs di Indonesia dan membangun sistem insentif dan disinsentif berkesinambungan yang dapat menjadi katalis bagi upaya percepatan pencapaian MDGs di Indonesia. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Kantor Utusan Khusus Presiden (KUKP) RI untuk Millennium Development Goals. 10. Penguatan ketersediaan data dan informasi mengenai indikator-indikator MDGs untuk memperkuat

sistem perencanaan, monitoring, dan evaluasi kinerja pencapaian MDGs. Kegiatannya merupakan kerjasama antara Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Kemen PPN/Bappenas.

(19)

xv

11. Pelaksanaan MDGs Acceleration Framework (MAF) untuk peningkatan kesehatan ibu di Provinsi Jawa

Tengah, Jawa Timur, dan Banten, penurunan prevalensi HIV dan AIDS di Provinsi Kepulauan Riau, peningkatan akses air minum layak di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan peningkatan akses sanitasi layak di Provinsi Bengkulu.

12. Penyusunan dokumen High Level Panel of Eminent Person (HLPEP) yang merupakan gagasan agenda post MDGs 2015 dan Pak Susilo Bambang Yudhoyono menjadi salah satu co chair bersama Perdana Menteri Inggris dan Presiden Liberia.

13. Persiapan pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs), diantaranya mengintegrasikan sebanyak mungkin indikator SDGs ke dalam RPJMN 2015-2019, menyusun mapping ketersediaan data dan sumber data untuk draft indikator SDGs, melakukan piloting untuk goal governance dalam SDGs, dan melakukan piloting untuk indikator disaster and risk reduction.

(20)

xvi

RINGKASAN PENCAPAIAN STATUS MDGs

DI INDONESIA

TUJUAN 1:

MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN

Dalam beberapa tahun belakangan ini, upaya menanggulangi kemiskinan di Indonesia belum menampakkan hasil yang menggembirakan. Walaupun persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional berhasil diturunkan dari sebesar 15,10 persen di tahun 1990 menjadi sebesar 11,25 persen di tahun 2014, namun penurunan ini masih jauh dari target MDGs sebesar 7,55 persen di tahun 2015. Walaupun demikian indeks kedalaman kemiskinan turun dari sebesar 2,70 di tahun 1990 menjadi sebesar 1,75 persen di tahun 2014.

Laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja meningkat dari 3,52 persen di tahun 1990 menjadi 5,66 persen di tahun 2013. Namun terjadi penurunan terhadap rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas dari 65,00 persen di tahun 1990 menjadi 62,64 persen di tahun 2014. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri, pekerja bebas dan pekerja keluarga terhadap total pekerja juga menurun dari 71 persen di tahun 1990 menjadi 42.57 persen di tahun 2014.

Walaupun perubahannya tidak signifikan, terjadi pertambahan proporsi penduduk yang menderita kelaparan dari tahun 1990 ke tahun 2014. Kondisi ini ditunjukkan dengan naiknya proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi 1400 kkal/kapita/hari dari 17,00 persen di tahun 1990 menjadi 17,39 persen di tahun 2014.

TUJUAN 2:

MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA

Pendidikan dasar untuk semua yang merupakan Tujuan 2 MDGs, sudah diupayakan di Indonesia sejak dicanangkannya Wajib Belajar Sembilan Tahun pada tahun 1994. Pencapaian Tujuan 2 tersebut belum sepenuhnya dapat terwujud. Pada tahun 2013/2014 angka partisipasi murni SD/sederajat baru mencapai 96.0 persen. Capaian ini masih jauh dari target MDGs sebesar 100 persen. Kemudian, capaian proporsi murid kelas I yang berhasil mencapai Kelas VI sudah lebih baik, yaitu 96,57 persen (pada tahun 2013/2014). Dari 3 indikator untuk menilai capaian Tujuan 2, capaian yang paling baik ditunjukkan oleh angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun yang pada tahun 2014 sudah mencapai 98,88 persen dengan kelompok laki-laki dan perempuan yang hampir tidak ada bedanya.

(21)

xvii

TUJUAN 3:

MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Upaya mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, sesuai dengan target MDGs tahun 2015 hampir seluruhnya sudah dicapai pada tahun 2014. Capaian indikator yang pertama, yaitu berkaitan dengan pendidikan terdiri dari a) Rasio APM perempuan terhadap laki-laki, baik pada jenjang SD, SMP maupun SMA sudah diposisi sekitar target MDGs 100 persen, dan b) Rasio AMH penduduk berusia 15-24 tahun juga sudah mendekati 100 persen yang berarti bahwa kesetaraan gender bidang pendidikan telah terwujud. Walaupun begitu rasio APM perempuan terhadap laki-laki di perguruan tinggi yang sebesar 112,01 persen di tahun 2014 memberi indikasi menurunnya minat kelompok laki-laki di perguruan tinggi dan ini perlu diseimbangkan. Di bidang ketenagakerjaan, terjadi peningkatan sedikit pada kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non-pertanian. Kontribusi perempuan dalam kelompok pekerjaan tersebut sudah lebih tinggi (35,53 persen) dibandingkan tahun 1990 yang hanya 29,24 persen. Hal ini berarti bahwa jenis pekerjaan tersebut masih didominasi laki-laki. Di bidang politik, di tahun 2014 proporsi kursi yang duduki perempuan mengalami penurunan dibandingkan hasil Pemilu yang lalu dari 18,4 persen menjadi 17,3 persen, sudah lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 1990 yang hanya sebesar 12,5 persen. Walaupun sudah ada peningkatan peran perempuan di DPR, namun hal ini belum memenuhi quota 30 persen seperti yang diharapkan.

TUJUAN 4:

MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK

Upaya untuk menurunkan angka kematian anak masih memerlukan kerja keras untuk mencapaianya di tahun 2015. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan angka kematian balita dari 97 (tahun 1991) menjadi 40 per seribu kelahiran hidup (tahun 2012); penurunan angka kematian bayi dari 68 menjadi 32 per seribu kelahiran; dan neonatal dari 32 menjadi 19 per seribu kelahiran. Sedangkan proporsi anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak meningkat dari 44,50 persen (tahun 1991) menjadi 89,42 persen (tahun 2014).

(22)

xviii

TUJUAN 5:

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU

Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih telah berhasil ditingkatkan dari 40,70 persen (tahun 1992) menjadi 83,10 persen (tahun 2012), namun di sisi lain angka kematian ibu baru dapat ditekan dari 390 (tahun 1991) menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2012). Sementara itu angka pemakaian kontrasepsi bagi perempuan menikah usia 15-49 tahun dengan cara modern meningkat dari 47,10 persen (tahun 1991) menjadi 57,90 persen (tahun 2012).

TUJUAN 6:

MEMERANGI HIV DAN AIDS, MALARIA DAN

PENYAKIT MENULAR LAINNYA

Upaya mengendalikan penyebaran, menurunkan jumlah kasus baru dan mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV dan AIDS masih memerlukan upaya keras, inovatif, dan kreatif untuk mencapainya. Prevalensi HIV dan AIDS masih cukup tinggi yaitu 0,46 persen pada tahun 2014. Selain itu, akses terhadap ARV sudah mencapai 96,01 persen (tahun 2014) dari penduduk terinfeksi HIV dan AIDs lanjut. Angka kejadian malaria menurun pesat dari 4,68 (tahun 1990) menjadi 0,99 per 1.000 penduduk pada tahun 2014. Sementara itu, angka kejadian Tuberkulosis sudah berhasil mencapai target MDGs 2015 yaitu dari 343 (1990) menjadi 183 kasus per 100.000 penduduk/tahun (2013).

(23)

xix

TUJUAN 7:

MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Sebagian besar sasaran untuk memastikan kelestarian lingkungan hidup masih memerlukan upaya keras untuk mencapainya. Rasio luas kawasan tertutup pepohonan terhadap luas daratan meningkat dari 59,97 persen pada tahun 1990 menjadi 66,00 persen pada 2013, sedangkan jumlah emisi CO2 meningkat dari 247.522 Gg CO2e (2000) menjadi 356.823 GgCO2e (2008). Lebih lanjut, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak meningkat dari 37,73 persen (1993) menjadi 68,87 persen (2014), sedangkan untuk fasilitasi sanitasi dasar layak dari 24,81 persen (1993) menjadi 61,04 persen (2014).

TUJUAN 8:

MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK

PEMBANGUNAN

Sistem keuangan dan perdagangan Indonesia kini semakin terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif. Hal ini diukur dari indikator keterbukaan ekonomi yang ditunjukkan dengan peningkatan rasio ekspor dan impor terhadap PDB dari 41,60 persen tahun 1990 menjadi 39,96 persen tahun 2014. Sedangkan rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB menurun dari 24,59 persen pada tahun 1996 menjadi 6,4 persen pada tahun 2014.

Proporsi penduduk yang memiliki telepon seluler meningkat dari 14,79 persen pada tahun 2004 menjadi 87,07 persen pada tahun 2013. Namun pada tahun 2014 proporsi rumah tangga dengan akses internet baru mencapai 36,45 persen dan proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi baru mencapai 17,75 persen pada tahun 2013.

(24)
(25)

xxi

TINJAUAN STATUS PENCAPAIAN MDGs

DI INDONESIA

Status : ●Sudah Tercapai ►Akan Tercapai ▼Perlu Perhatian Khusus

Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target MDGs

2015 Status Sumber

TUJUAN 1. MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015

1.1

Proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per kapita per hari

20,60%

(1990) 5,90% (2008) 10,30% ●

Bank Dunia dan BPS

1.1a Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional

15,10% (1990)

11,25% (2014)

7,55% ▼ BPS, Susenas

1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan 2,70% (1990)

1,75% (2014)

Berkurang ► BPS, Susenas Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

1.4 Laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja 3,52% (1990) 5,66% (2013) -BPS,PDB Nasional dan Sakernas 1.5 Rasio kesempatan kerja terhadap

penduduk usia 15 tahun ke atas 65% (1990)

62,64% (2014)

-BPS, Sakernas 1.7

Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja

71% (1990)

42,57% (2014)

Menurun ►

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

1.8 Prevalensi balita dengan berat badan rendah / kekurangan gizi

31,00%

(1989)* 19,60% (2013) ** 15,50% ►

*BPS, Susenas **Kemenkes Riskesdas 1.8a Prevalensi balita gizi buruk 7,20%

(1989)*

5,70% (2013) **

3,60% ►

1.8b Prevalensi balita gizi kurang 23,80%

(1989)* 13,90% (2013) ** 11,90% ► 1.9 Proporsi penduduk dengan asupan kalori

di bawah tingkat konsumsi minimum: q

BPS, Susenas - 1400 Kkal/kapita/hari 17,00% (1990) 17,39% (2014) 8,50% - 2000 Kkal/kapita/hari 64,21% (1990) 66,96% (2014) 35,32%

(26)

xxii

Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target MDGs

2015 Status Sumber

TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan di manapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

2.1 Angka Partisipasi Murni (APM) sekolah dasar 88,70% (1992)* 96,00% (2013/2014)** 100,00% ► *BPS, Susenas **Kemdikbud 2.2. Proporsi murid kelas 1 yang berhasil

menamatkan sekolah dasar

62,00% (1990)

96,57%

(2013/2014) 100,00% ► Kemdikbud

2.3 Angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan laki-laki

96,60%

(1990) 98,88% (2014) 100,00% ► BPS, Susenas

TUJUAN 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

3.1

Rasio perempuan terhadap laki-laki di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi

- Rasio APM perempuan/laki-laki di SD 100,27%

(1993) 99,28% (2014) 100,00 ●

BPS, Susenas - Rasio APM perempuan/laki-laki di SMP 99,86%

(1993) 104,10%(2014) 100,00 ●

- Rasio APM perempuan/laki-laki di SMA

93,67%

(1993) 103,28%(2014) 100,00 ●

- Rasio APM perempuan/laki-laki di Perguruan Tinggi

74,06%

(1993) 112,01%(2014) 100,00 ●

3.1a Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun

98,44%

(1993) 100,34%(2014)

100,00

3.2 Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian

29,24%

(1990) 35,53%(2014) Meningkat ► BPS, Sakernas 3.3 Proporsi kursi yang diduduki perempuan

di DPR

12,50%

(1990) 17,32%(2014) Meningkat ► KPU

TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK

Target 4A: Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015

4.1 Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran

hidup 97 (1991) 40 (2012) 32 ▼

BPS, SDKI *BPS, Susenas 4.2 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000

kelahiran hidup 68 (1991) 32 (2012) 23 ▼

4.2a Angka Kematian Neonatal per 1000

kelahiran hidup 32 (1991) 19 (2012) Menurun ►

4.3 Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak

44,50%

(1991) 89,42 % (2014)* Meningkat ► TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU

Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015 5.1 Angka Kematian Ibu per 100,000 kelahiran

(27)

xxiii

Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target MDGs

2015 Status Sumber

5.2 Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih

40,70% (1992)

86,89%

(2014)* Meningkat ► BPS, Susenas

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

5.3

Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) bagi perempuan menikah usia 15-49, semua cara 49,70% (1991) 61,17 % (2014)* Meningkat ► BPS, SDKI 1991, 2012 5.3a

Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) pada perempuan menikah usia 15-49 tahun, cara modern 47,10% (1991) 60,18 % (2014)* Meningkat ► 5.4

Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15-19 tahun) per 1000 perempuan usia 15-19 tahun

67 (1991) 48 (2012) Menurun ►

5.5

Cakupan pelayanan Antenatal (sedikitnya satu kali kunjungan dan empat kali kunjungan) - 1 kunjungan: 75,00% 93,76 % (2014) ** Meningkat ► - 4 kunjungan: 56,00% (1991) 85,72 % (2014) ** ►

5.6 Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana/KB yang tidak terpenuhi)

12,70% (1991)

11,4%

(2012) Menurun ►

TUJUAN 6: MEMERANGI HIV dan AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA

Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS hingga tahun 2015

6.1 Prevalensi HIV dan AIDS (persen) dari

total populasi - 0,46% (2014) Menurun ▼ Kemenkes

6.2 Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi terakhir

12,80% (2002/03)* 43,52% (2013)** Meningkat ► *BPS, SKRRI 2002/2003 **STBP, Kemenkes 6.3

Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS

- 21,3% (2014) Meningkat ▼ Kemenkes,

Riskesdas

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV dan AIDs bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun

2010 6.5

Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan antiretroviral

- 86.93% (2014) Meningkat ► Kemenkes

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya

hingga tahun 2015

6.6 Angka kejadian dan tingkat kematian akibat Malaria

4,68

(1990) 0,99 (2014) Menurun ●

Kemenkes, Riskesdas 6.7 Proporsi anak balita yang tidur dengan

kelambu berinsektisida - 34,80% (2013) Meningkat ▼

Kemenkes, Riskesdas

(28)

xxiv

Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target MDGs

2015 Status Sumber

6.8

Proporsi anak balita dengan demam yang diobati dengan obat anti malaria yang tepat

- 34,70% (2010) Meningkat ▼ Kemenkes,

Riskesdas

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya

hingga tahun 2015

6.9 Angka kejadian, prevalensi dan tingkat kematian akibat Tuberkulosis

6.9a Angka kejadian Tuberkulosis (semua

kasus/100.000 penduduk/tahun) 343 (1990) 183 (2013) Dih en-tikan, mulai berkurang ● Laporan TB Global WHO 6.9b Tingkat prevalensi Tuberkulosis (per

100.000 penduduk) 443 (1990)

272

(2013) ●

6.9c Tingkat kematian karena Tuberkulosis

(per 100.000 penduduk) 92 (1990)

25

(2013) ●

6.10

Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dan diobati dalam program DOTS

6.10a Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS

20,00% (2000)* 70 % ( 2014) 70,0% ● *Laporan TB Global WHO **Laporan Kemenkes 6.10b Proporsi kasus Tuberkulosis yang diobati

dan sembuh dalam program DOTS

87,00% (2000)*

89,7%*

(2014) 85,0% ●

TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang

7.1

Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan

59,97%

(1990) 66 % (2014) Meningkat ►

Kementerian Kehutanan

7.2 Jumlah emisi karbon dioksida (CO2)

247.522 Gg CO2e (2000) 1,791,372 Gg CO 2e (2005)* 339.426 Gg CO 2e (2005)** 356.823Gg CO 2e (2008)** Berkurang 26% pada tahun 2015 ▼ Kementerian L i n g k u n g a n Hidup

7.2a. Jumlah konsumsi energi primer (per kapita) 2,64 BOE (1991) 3,46 (2012) Berkurang dari kondisi BAU 6,99 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 7.2b. Intensitas Energi 5,28 SBM/ USD 1,000 (1990) 1,00 BOE/USD 1.000 (2012) Menurun

7.2c. Elastisitas Energi 0,98 (1991) 1.6 (2010) Menurun

7.2d. Bauran energi untuk energi terbarukan 3,50%

(29)

-xxv

Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target MDGs

2015 Status Sumber

7.3 Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO) dalam metrik ton

8.332,7 metric tons (1992) 0 CFC, Halon, CTC, TCA, metil bromida 6,689.21 metrik ton HCFC (2010) 0 CFCs s e m e n -tara HCFCs menurun ► Kementerian Lingkungan Hidup

7.4 Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman

66,08% (1998) 93,54% (2013) Tidak ter-lampaui ► Kementerian Kelautan & Perikanan 7.5

Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan

26,40%

(1990) 42% (2014) Meningkat ►

Kementerian Kehutanan

7.6 Rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan teritorial

0,14% (1990)* 5,1% (2012) Meningkat ► *Kementerian Kehutanan ** Kementerian Kelautan & Perikanan

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air layak dan fasilitasi sanitasi dasar layak hingga tahun 2015

7.8

Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan

37,73% (1993) 68.36 (2014) 68.87% ► BPS, Susenas 7.8a Perkotaan 50,58% (1993) 80.72 (2014) 75.29% ● 7.8b Perdesaan 31,61% (1993) 56.09 (2014) 65.81% ▼ 7.9

Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak, perkotaan dan perdesaan

24,81% (1993) 61,04% (2014) 62.41% ► 7.9a Perkotaan 53,64% (1993) 76,75% (2014) 76.82% ► 7.9b Perdesaan 11,10% (1993) 45,45% (2014) 55.55% ▼

Target 7D:Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020

7.10 Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan 20,75%

(30)

xxvi

Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target MDGs

2015 Status Sumber

TUJUAN 8: MENGEMBANGKAN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN

Target 8A: Mengembangan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif

8.6a Rasio Ekspor + Impor terhadap PDB (indikator keterbukaan ekonomi)

41,60% (1990)* 39,96%** (2014) Meningkat ▼ *BPS dan Bank Dunia **BPS 8.6b Rasio pinjaman terhadap simpanan di

bank umum 45,80% (2000)* 88,7% (2014) Meningkat ► Bank Indonesia 8.6c Rasio pinjaman terhadap simpanan di

BPR 101,30% (2003)* 124,45% (2014) Meningkat ►

Target 8D: Menangani utang negara berkembang melalui upaya nasional maupun internasional untuk dapat mengelola utang dalam jangka panjang

8.12 Rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB 24,59%

(1996) 6,4% (2014) Berkurang ►

Kementerian Keuangan

8.12a

Rasio pembayaran pokok utang dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan hasil ekspor (DSR)

51,00% (1996)* 3,8% (2014) Berkurang ► Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia

Target 8F: Bekerja sama dengan swasta dalam memanfaatkan teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi

8.14

Proporsi penduduk yang memiliki jaringan PSTN (kepadatan fasilitas telepon per jumlah penduduk)

4,02% (2004) 5,57% (2014) Meningkat ► Kementerian Komunikasi dan Informatika 8.15 Proporsi penduduk yang memiliki

telepon seluler

14,79%

(2004) 87,07% (2014) 100,00% ►

8.16 Proporsi rumah tangga dengan akses

internet - 36,45% (2014) 50,00% ▼

BPS, Susenas 8.16a Proporsi rumah tangga yang memiliki

(31)

TUJUAN 1

MENANGGULANGI KEMISKINAN

DAN KELAPARAN

(32)
(33)

1

TUJUAN 1

MENANGGULANGI KEMISKINAN

DAN KELAPARAN

TARGET 1A MENURUNKAN HINGGA SETENGAHNYA PROPORSI PENDUDUK DENGAN TINGKAT PENDAPATAN KURANG DARI USD 1,00 (PPP) PER HARI DALAM KURUN WAKTU 1990-2015

Indikator Acuan dasar Saat ini MDGs 2015Target Status Sumber 1.1 Proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per kapita per

hari

20,60%

(1990) (2008)5,90% 10,30% ● Bank Dunia dan BPS 1.1a Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional 15,10% (1990) 11,25%(2014) 7,55% ▼ BPS, Susenas 1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (1990)2,70% (2014)1,75% Berkurang ► BPS, Susenas Status : ● Sudah Tercapai ►Akan Tercapai ▼Perlu Perhatian Khusus

KEADAAN DAN KECENDERUNGAN

Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar yang

di Indonesia diukur dengan pendekatan pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Pada tahun 2014 penduduk yang hidup dalam kelompok tersebut adalah sebesar 11,25 persen.Dalam kurun waktu 25 tahun persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional hanya turun 3,85 persen dari 15,10 persen di tahun 1990. Ini menunjukkan bahwa untuk mencapai target MDGs 7,55 persen di tahun 2015 bukan hal yang mudah, masih perlu upaya yang keras. Meskipun demikian, indeks kedalaman kemiskinan berhasil diturunkan dari 2,70 persen di tahun 1990 menjadi 1,75 persen di tahun 2014.Target MDGs tahun 2015 agar indeks kedalaman kemiskinan berkurang telah tercapai.

Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan mengalami kecenderungan menurun. Penurunan persentase penduduk miskin terus terjadi sampai dengan tahun 2005. Kenaikan harga-harga yang dipicu oleh kenaikan harga BBM di tahun 2005 dari Rp. 1810 menjadi Rp. 2400 pada bulan Maret 2005 dan naik lagi menjadi Rp. 4500 pada bulan Oktober 2005 berdampak pada bertambahnya penduduk miskin di tahun 2006. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase penduduk menjadi 17,75 persen di tahun

2006. Berkat upaya-upaya seperti bantuan langsung tunai (BLT) dan beras untuk keluarga miskin (Raskin),

kemiskinan dapat dikurangi dan berkurangnya penduduk miskin berlanjut higga tahun 2014 menjadi 11,25 persen (lihat Gambar 1.1).

Di tingkat provinsi persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan bervariasi. Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah yang persentase penduduk miskinnya paling rendah yakni 3,92 persen. Selain provinsi ini, terdapat beberapa provinsi lain yang sudah dapat memenuhi target MGDs yaitu 7,55 persen di tahun 2015.Provinsi tersebut adalah Bali, Kalimantan Selatan, Banten, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan

(34)

2

Sumber: Badan Pusat Statistik, Series Kemiskinan Provinsi, 2009-2014, Kemiskinan Indonesia 1970-2014

Sumber: Badan Pusat Statistik, Seri Data Kemiskinan Provinsi, 2009-2014,

Bila dilihat dari indikator kedalaman kemiskinan, kesejahteraan penduduk mengalami perbaikan. Hal ini

ditunjukkan dengan turunnya indeks kedalaman kemiskinan, tingkat kesejahteraan sempat memburuk di

tahun 2006 dan tahun 2007 yang dipicuoleh kenaikan harga BBM dua kali di tahun 2005. Tampak pada Gambar 1.3 bahwa terjadi kenaikan indeks kedalaman kemiskinan menjadi 2,90 di tahun 2006 dan menjadi 3,43 di tahun 2007, namun mulai turun di tahun 2008 hingga tahun 2014 (1,75).

Sumber:Badan Pusat Statistik, Series Kemiskinan Provinsi 2004-2013, Series Kemiskinan Provinsi 2009-2014.

Gambar1.1

Persentase Penduduk yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan, 2001-2014

Gambar 1.2

Persentase Penduduk Di Bawah Garis Kemiskinan menurut Provinsi, 2014

Gambar1.3

Indeks Kedalaman Kemiskinan 2006-2014

(35)

3

Sumber: Badan Pusat Statistik, Series Kemiskinan Indonesia 2009-2014

Kesejahteraan penduduk untuk masing-masing provinsi bervariasi. Penduduk DKI Jakarta merupakan

penduduk yang kesejahteraan terbaik dan Papua terrendah (karena dipengaruhi oleh kemiskinan di daerah pedesaan). Tampak pada Gambar 1.4 bahwa indeks kedalaman kemiskianan DKI Jakarta terrendah (0.39) dan

Papua tertinggi (6.84).

UPAYA PENTING UNTUK MEMPERCEPAT PENCAPAIAN MDGs

Agar upaya menurunkan angka kemiskinan, pada tahun 2015 sebesar 9 – 10 persen dapat diwujudkan, arah kebijakan dan strategi keberhasilan upaya penanggulangan kemiskinan harus didukung dengan kebijakan

ekonomi, kebijakan afirmatif program penanggulangan kemiskinan, dan diperkuat dengan regulasi, sistem

dan prosedur, serta data yang menunjang. Dengan demikian kebijakan penanggulangan kemiskinan akan diarahkan pada:

1. Penyempurnaan dan pengembangan sistem perlindungan sosial yang komprehensif melalui: (i)

Peningkatan pelaksanaan program-program bantuan sosial reguler ; (ii) Peningkatan dan perbaikan

pelaksanaan bantuan sosial temporer meliputi, antara lain, transformasi bantuan beras untuk rumah

tangga miskin (Raskin).

2. Peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan melalui: (i) peningkatan akses dan kualitas pelayanan dasar termasuk pelayanan administrasi kependudukan, pelayanan kesehatan dasar,

pendidikan dan infrastruktur dasar terutama di wilayah kantong- kantong kemiskinan, (ii) penguatan

kelembagaan dan sistem pelayanan publik yang berdasarkan akuntabilitas dan berpihak pada masyarakat miskin dan rentan, (iii) pemberdayaan penduduk miskin dalam pendataan sasaran, perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kualitas pelayanan dasar, (iv) pengembangan model dan sistem koordinasi dan pengelolaan antar-program sektoral di tingkat masyarakat terutama di wilayah kantong-kantong kemiskinan, (v) pengembangan sistem insentif bagi penyedia layanan untuk melayani penduduk

miskin dan rentan.

3. Kebutuhan untuk meningkatkan sinergi dan manfaat dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemberdayaan

UMK dan koperasi yang semula menjadi bagian dari Klaster 3 Program Penanggulangan Kemiskinan akan

dilanjutkan, namun ditransformasikan menjadi bagian dari kebijakan afirmatif yang dilaksanakan melalui

strategi pengembangan penghidupan. Strategi ini mencakup berbagai dukungan untuk meningkatkan

aset finansial UMK dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi produktif skala mikro dan kecil bagi

masyarakat miskin dan rentan. Kegiatan - kegiatan utamanya diarahkan untuk meningkatkan akses ke pembiayaan usaha, peningkatan kapasitas SDM, dukungan akses dan integrasi ke pasar, serta penguatan kelembagaan.

4. Pembenahan aspek kelembagaan penanggulangan kemiskinan melalui harmonisasi regulasi dan program penanggulangan kemiskinan, baik secara horizontal (antar kementerian/lembaga) maupun

vertikal (antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah).

Gambar 1.4

Indeks Kedalaman Kemiskinan menurut Provinsi, 2014

(36)

4

Indikator Acuan dasar Saat ini MDGs 2015Target Status Sumber 1.4 Laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja 3,52%

(1990)

5,66%

(2013)

-PDB Nasional dan Sakernas 1.5 Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas 65,00% (1990) 62,64%(2014)

-BPS, Sakernas 1.7 Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total

kesempatan kerja

71,00%

(1990) 42,57%(2014) Menurun ► Status : ● Sudah Tercapai ►Akan Tercapai ▼Perlu Perhatian Khusus

KEADAAN DAN KECENDERUNGAN

Dalam memantau perkembangan ketenagakerjaan digunakan indikator laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja, rasio kesempatan kerja terhadap penduduk berusia 15 tahun ke atas, dan proprosi tenaga kerja yang

berusaha sendiri, pekerja bebas dan keluarga terhadap total pekerja. Laju pertumbuhan PDB per tenaga

kerja mengalami perbaikan. Tampak pada Tabel 1.2 bahwa indikator laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja meningkat dari 3,52 pada tahun 1990 menjadi 5,66 di tahun 2013. Walaupun demikian rasio kesempatan kerja turun dari 65,00 persen di tahun 1990 menjadi 62,64 di tahun 2014. Sedangkan proprosi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja juga mengalami penurunan, yakni dari 71,00 persen di tahun 1990 menjadi 42,57 persen di tahun 2014.

Sumber: BPS, Sakernas 2014, diolah

Di tingkat provinsi rasio kesempatan kerja bervariasi. Tampak pada Gambar 1.5 bahwa rasio kesempatan kerja di Provinsi Maluku adalah sebesar 54,52 persen (terrendah) dan di Provinsi Papua adalah sebesar 75,76 persen (tertinggi). Hal ini perlu diimbangi dengan informasi tentang indikator yang terkait erat dengan kegiatan di sektor informal, yaitu proporsi yang berusaha sendiri, pekerja bebas dan pekerja keluarga. Proporsi yang terendah terdapat di DKI Jakarta (22,79 persen) dan tertinggi di Papua dengan proporsi sebesar 55,58 persen

(lihat Gambar 1.6)

TARGET 1B MENCIPTAKAN KESEMPATAN KERJA PENUH DAN PRODUKTIF DAN PEKERJAAN YANG LAYAK UNTUK SEMUA, TERMASUK PEREMPUAN DAN KAUM MUDA

Gambar 1.5

Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk menurut Provinsi Tahun 2014

(37)

5

Sumber: BPS, Sakernas 2014, diolah.

UPAYA PENTING PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs

Arah kebijakan dan strategi untuk meningkatnya daya saing tenaga kerja dapat dilakukan, antara lain, dengan : 1. Mengembangkan program kemitraan antara pemerintah dengan dunia usaha/industri, antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, untuk peningkatkan kualitas tenaga kerja yang mencakup empat aspek, yaitu: (a) pengembangan standard kompetensi oleh pihak pengguna terutama asosiasi

industri dan asosiasi profesi dan bersifat dinamis sesuai perkembangan iptek dan kebutuhan industri; (b) pengembangan program pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi melalui kurikulum dan modul pelatihan yang mengacu kepada standar yang dikembangkan industri, merekrut instruktur yang memiliki sertifikat kompetensi sebagai tanda penguasaan materi, (c) pengembangan sertifikasi kompetensi melalui uji kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang dilisensi oleh BNSP, dan sertifikat kompetensi memiliki masa berlaku (validitas) sesuai ketentuan bidang profesi masing-masing, dan pengembangan

kesempatan kerja.

2. Harmonisasi standardisasi dan sertifikasi kompetensi melalui kerjasama lintas-sektor, lintas-daerah dan

lintas-negara mitra bisnis, dalam kerangka keterbukaan pasar. Dalam rangka menunjang pemenuhan

tenaga kerja kompeten di sektor/sub-sektor pembangunan, khususnya yang telah disepakati dalam

MEA 2015 dan 22 kegiatan ekonomi utama dalam 6 koridor ekonomi, strategi yang dilakukan adalah: a) Penyusunan pedoman teknis registrasi standar kompetensi internasional dan standar khusus, agar standar yang telah setara dengan SKKNI dapat diproses, untuk memperoleh rekognisi antar negara dan antar

sistem untuk memastikan kesetaraan, dan b) Pemetaan area kompetensi 8 bidang yang telah mencapai

MRA dengan SKKNI yang telah ditetapkan, dengan menyusun standar yang perlu dikembangkan.

3. Identifikasi bidang-bidang keahlian baru sesuai kecenderungan global, yang perlu diantisipasi menjadi

bidang baru yang akan ditetapkan dalam MEA.

4. Pengembangan program pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi melalui KKNI, okupasi, dan

pemaketan klaster dan unit kompetensi.

5. Penguatan kelembagaan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi melalui standardisasi sistem kelembagaan dan standardisasi sarana dan prasarana kelembagaan pendidikan dan pelatihan kerja. 6. Pengelolaan manajemen lembaga pelatihan dan program pelatihan yang komprehensif di tingkat pusat,

provinsi, dan kabupaten/kota.

7. Fasilitasi pembentukan lembaga sertifikasi profesi (LSP) kepada asosiasi industri dan LSP terlisensi dalam rangka pelaksanaan uji kompetensi untuk percepatan sertifikasi.

8. Penerapan kerjasama saling pengakuan dalam sistem logistik nasional, sistem latihan kerja nasional, dan

sistem pendidikan nasional.

9. Pengembangan sistem pengendalian mutu sistem sertifikasi dan sistem pengendalian pelaksanaan sertifikasi.

10. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi.

Gambar 1.6

Persentase Penduduk Bekerja yang Berusaha Sendiri, Pekerja Bebas dan Pekerja Keluarga menurut Provinsi, Tahun 2014

Gambar

Gambar 1.4 Indeks Kedalaman  Kemiskinan menurut  Provinsi, 2014
Gambar 1.7 Proporsi Penduduk  dengan Asupan < 1400  kkal dan < 2000 kkal,  2011-2014 Gambar1.8 Proporsi Penduduk  dengan Asupan di  Bawah 1400 Kkal  menurut Provinsi, 2014 Gambar 1.9 Proporsi Penduduk  dengan Asupan di  Bawah 2000 Kkal  menurut Provi
Gambar 3.4 Kontribusi  Perempuan Dalam  Pekerjaan Upahan  Di Sektor  Non-Pertanian 2001-2014 Gambar 3.5 Kontribusi  Perempuan Dalam  Pekerjaan Upahan  di Sektor  Non-Pertanian menurut  Provinsi, 2014
Gambar 4.2  Penyebab Kematian  Bayi dan Kematian  Balita (Riskesdas  2007)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya penyusunan skripsi saya yang berjudul

Etika bisnis perlu ada untuk memastikan hubungan para pihak terjadi dengan fair, tidak saling merugikan, dan bahkan saling menguntungkan serta tidak merugikan masyarakat,

Survei kondisi terumbu buatan (artificial reef) berbahan beton telah dilakukan di beberapa perairan di Indonesia, yaitu Sabang (Nanggroe Aceh Darussalam), Kepulauan Seribu

Pendapat tertinggi terjadi pada item kerjasama antara perusahaan kami dan pemasok dapat meningkatkan hubungan berkelanjutan dengan jumlah mean sebesar 3,97 dalam

Langkah awal analisis data yaitu membuat kuesioner yang akan diproses dengan analisa regresi untuk mengetahui faktor bauran pemasaran mana yang paling berpengaruh dan

Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan bahan ajar materi unsur nitrogen dan fosfor berbasis kontekstual untuk mata kuliah Kimia Dasar pada Program

Valbury Asia Securities hanya sebagai informasi dan bukan ditujukan untuk memberikan rekomendasi kepada siapa pun untuk membeli atau. menjual suatu

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi-terbagi (RPTT), dengan 3 faktor perlakuan, yaitu: Aplikasi penimbunan bahan tanah mineral sebagai petak utama