• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi merupakan sebuah isu yang kini sudah tidak asing lagi di pemberitaan, Globalisasi menjadi sebuah tren baru yang kini mendunia. Keadaan yang menghubungkan dan menghilangkan jarak yang ada pada Negara-negara di seluruh dunia, secara internasional menggabungkan diri dalam jaringan yang kuat. Persaingan menjadi ciri khas utama dari keberadaan globalisasi, dengan tanpa adanya batasan jarak membuat persaingan berkembang ke arah yang lebih luas, yaitu persaingan dengan individu dan bangsa dari Negara lain. Berbagai macam dampak mengiringi berkembangnya globalisasi, antara lain munculnya persaingan bebas, tumbuhnya berbagai macam gejolak pembelaan HAM dan maraknya perjuangan Demokrasi. Meski demikian justru beberapa pihak mendapati adanya penyalagunaan dari pembelaan HAM dan perjuangan Demokrasi, atau sering dikenal dengan pembelaan HAM dan Demokrasi yang berlebihan dan kebablasan. Permasalahan Demokrasi ini cenderung banyak terjadi golongan terpelajar, dimana tidak hanya dalam hal pemerintahan namun juga kini di Indonesia sudah merambah ke berbagai aspek politik lainnya, partai, pemerintah daerah, bahkan sampai pada perkumpulan dan organisasi ditingkat nasional.

Isu tentang HAM dan Demokrasi sangat mengancam kedaulatan bangsa Indonesia, hal tersebut tidak lain karena masyarakat bangsa Indonesia sanga beranekaragam atau lebih dikenal dengan masyarakat multikultural, yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan terpisah dalam wilayah kepulauan yang banyak dan luas, serta latar belakang agama dan adat yang tentunya sangat beraneka ragam. Peristiwa nasional yang kini sedang aktual, antara lain terjadinya dualisme partai, sengketa anggaran eksekutif dan legislatif, tindakan amoral, dan berbagai penyimpangan social kian merebak. Menjadi ironis ketika beberapa kejadian tersebut justru terjadi pada kalangan elit terpelajar maupun elit pemerintahan, yang notabene adalah golongan yang intelek atau terpelajar, yang paham tentang pendidikan, justru menunjukkan pelanggaran demokrasi, atau

(2)

commit to user

sering disebut demokrasi yang kebablasan, seperti dikutip dari media online tentang dualisme partai dan sengketa anggaran sebagai berikut:

JAKARTA, KOMPAS.com - Dualisme kepengurusan Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan berpotensi menimbulkan konflik di daerah, jika tidak diselesaikan sebelum tahapan pemilihan kepala daerah dimulai. Komisi Pemilihan Umum menjadwalkan pemilihan kepala daerah secara serentak pada Desember 2015. (Kompas, 2015)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berlarutnya persetetuan antara Gubernur DKI Jakarta dan DPRD DKI menjadi keprihatinan Ikatan Warga Djakarta (Iwarda) Peduli Indonesia. Ketua Irwada Peduli Indonesia, Efendy Yusuf mengatakan, konflik Ahok dengan DPRD harus segera diakhiri, demi kondusifnya Ibu kota Jakarta dan tidak mengganggu pembangunan kota Jakarta. "Kita berharap, agar mereka tidak egois seperti mau menang-menangan. Sehingga yang dirugikan adalah masyarakat," ungkapnya, Sabtu (14/3/2015) . (Tribunnews, 2015) Kutipan berita tersebut merupakan contoh kasus yang menunjukkan kurangnya kesadaran demokrasi yang baru-baru ini berkembang dalam masyarakat. Kondisi yang mengancam kepentingan rakyat banyak dan bangsa Indonesia pada umumnya. Berkurangnya kesadaran demokrasi dapat terjadi jika mental penerus bangsa tidak mampu bertahan dari pengaruh luar globalisasi. Pergaulan yang bebas telah membawa berbagai macam perubahan yang terjadi pada masyarakat secara meluas. Jati diri bangsa perlu mendapatkan perhatian yang lebih, mengingat hal tersebut merupakan satu identitas bangsa yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lain.

Penanggulangan kemunduran kesadaran demokrasi mendorong pendidikan karakter menjadi focus yang sangat penting. Pendidikan karakter mengenai mewujudkan bangsa Indonesia yang demokratis sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 perlu digalakkan kembali demi melindungi keutuhan bangsa dan Negara Republk Indonesia serta menmgembalikan jati diri bangsa Indonesia yang berkarakter. Tujuan tersebut sesuai dengan jiwa dari Kurikulum 2013 dalam pendidikan Nasional yang menekankan pada perkembangan siswa, tidak hanya dari segi pengetahuan saja melainkan dari sikap maupun segi spiritualnya.

(3)

Kesadaran Demokrasi menjadi salah satu bagian dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karaker adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter menurut Martiyono dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character

development” (2012: 188).

Pendidikan karakter menurut Bennet, dalam Agus Wibowo (2012), menyatakan:

Sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan karakter anak didik. Apalagi, bagi anak didik yang tidak mendapatkan pendidikan karakter sama sekali di lingkungan dan keluarga mereka. lebih lanjut, bahwa apa yang terekam dalam memori anak didik di sekolah, ternyata memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kepribadian mereka ketika dewasa kelak, sehingga sekolah merupakan salah satu wahana efektif dalam proses internalisasi pendidikan karakter terhadap anak didik (hlm. 54).

Pendapat tersebut jelas menyatakan pentingnya peranan sekolah dan pendidikan formal guna menanamkan karakter yang baik bagi anak, mengingat di era sekarang yang penuh dengan individualisme dan kurangnya perhatian orang tua dan lingkungan terhadap anak. Strategi pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, Martiyono menyatakan, terdapat beberapa strategi dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu melalui program pengembangan diri, pengkondisian, pengintegrasian dalam mata pelajaran dan melalui budaya sekolah (2012). Penjelasan tersebut mengandung arti bahwa terdapat beberapa cara yang dapat dgunakan untuk mengembangkan pendidikan karakter, salah satunya yaitu melalui pengintegrasian dengan mata pelajaran.

(4)

commit to user

satunya adalah mata pelajaran sejarah. Menutur pendapat Kuntowijoyo menyatakan:

Sejarah dapat digunakan sebagai liberal education untuk mempersiapkan mahasiswa supaya mereka siap secara filosofis, tidak saja untuk yang akan belajar di Jurusan Sejarah. Secara umum sejarah mempunyai fungsi pendidikan, yaitu sebagai pendidikan: moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, keindahan, ilmu bantu, selain sebagai pendidikan, sejarah juga berfungsi sebagai latar belakang, rujukan, dan bukti (2013: 19-20).

Pendidikan moral merupakan perwujudan dari pendidikan karakter dalam kurikulum 2013. Pembelajaran pada hakikatnya bukan hanya untuk mendapatkan anak didik yang pandai dalam menghitung dan berbicara, namun lebih dari sekedar dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, karena pada hakikatnya belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto. 1995). Pernyataan di atas menyebutkan, tentang perubahan yang diinginkan dalam sebuah proses belajar adalah mengenai keseluruhan dari seorang anak, tidak hanya pandai secara kognitif, namun juga secara afektif dan psikomotorik, serta mampu bergaul dengan baik dengan lingkungan.

Anak yang ingin mencapai keberhasilan dalam proses belajarnya, tentunya harus dapat memenuhi beberapa persyaratan. Sagala dalam bukunya menyebutkan, persyaratan bagi peserta didik agar dapat berhasil belajar, antara lain memiliki: (1) kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scholastic Aptitude

Test), (2) menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest Inventory), (3) bakat dan minat yang tinggi para siswa dapat dikembangkan sesuai

potensinya (Defferential Aptitude Test), (4) menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutannya (Achievement Test), (5) menguasai salah satu Bahasa asing, terutama Bahasa Inggris (English Comprehension Test) bagi siswa yang memenuhi syarat untuk itu, (6) stabilitas Psikis (tidak mengalamai masalah penyesuaian diri dan seksual),

(5)

(7) kesehatan jasmani, (8) lingkungan yang tenang, (9) kehidupan ekonomi yang memadai, (10) menguasai teknik belajar di Sekolah dan di luar sekolah ( 2011).

Faktor persyaratan bagi keberhasilan peserta didik tidak hanya berasal dari peserta didik itu sendiri, melainkan juga terdapat faktor lain yang ikut mempengaruhi, dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa (Slameto, 1995).

Pemanfaatan sumber belajar yang menjadi bahan materi guru menurut Dirjen Dikti dalam Iskandar menyatakan:

Guru harus mampu menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, mengenalkan dan menyajikan sumber belajar, menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran, menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku, mencari sendiri bahan dari berbagai sumber, memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar, menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannnya, merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif (2009: 196-197).

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu (Fathurohman, 2007). Pemilihan sumber belajar tentunya membutuhkan strategi yang benar, agar peserta didik mampu menerima dengan baik. Berdasarkan pada prinsip sejarah bahwa dalam sebuah penelitian yang paling penting adalah pemilihan topik, topik sebaiknya dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Dua syarat itu, subjektif dan objektif, sangat penting, karena orang hanya akan bekerja dengan baik kalau dia senang dan mampu

(6)

commit to user

(Kuntowijoyo, 2013). Prinsip inilah yang juga harus diapakai oleh guru dalam menentukan sumber belajar yang baik bagi peserta didik.

Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika baik peserta didik maupun guru mempunyai fokus. Fokus yang baik harus menimbulkan suatu pertanyaan yang perlu dijawab, suatu soal yang harus dipecahkan. Dengan demikian kan timbul organisasi belajar yang tepat, yang memungkinkan terjadinya proses penangkapan pengertian, melihat eksplorasi dan penemuan. Seorang guru yang baik akan selalu berusaha mengajak siswa belajar melalui penemuan dan pemecahan soal (Slameto. 1995).

Penelitian ini menitikberatkan pada penggunaan sumber belajar yang mampu memancing daya pikir dan penalaran kritis peserta didik. Sumber tersebut adalah media massa, yang sekarang ini merupakan salah satu hal yang paling mempengaruhi dunia. Media massa memberikan informasi bagi orang-orang untuk memuat keputusan, dengan perkembangan inilah, peneliti memasukkan media massa sebagai sumber belajar. Salah satu diantaranya adalah surat kabar, surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca (Effendy, 1993). Dengan pemberitaan yang ditampilkan dalam media massa peserta didik akan mendapatkan permasalahan untuk kemudian didiskusikan dalam kelompok, ini sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran demokrasi peserta didik.

Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia, dimana di dalamnya terjadi proses membudayakan dan memberadabkan manusia, agar terbentuk manusia yang berbudaya dan beradab. Maka diperlukan transformasi kebudayaan dan peradaban (Dimyati, 2009). Meskipun salah satu cara untuk menanamkan kesadaran demokrasi dengan diskusi, hal ini perlu mendapat perhatian khusus, berkaitan dengan kenyamanan peserta didik dalam belajar, sehingga dibutuhkan pengamatan dan penelitian yang mendalam guna mewujudkan transformasi yang baik dan tepat sasaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Arikunto dalam Paizaluddin dan Ermalinda menyatakan,

(7)

penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu dan pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik (2013).

Permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah didasarkan pada penekanan pendidikan karakter sesuai dengan kurikulum 2013. Pendidikan yang berorientasi untuk meningkatkan kesadaran demokrasi siswa dan guna meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa melalui pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dengan sumber permasalahan dari isu-isu kontroversial di media massa sebagai sumber pembelajaran sejarah.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian tindakan yang dilakukan bersama guru di kelas, atau disebut sebagai penelitian tindakan kelas. Penelitian yang menitikberatkan pada pemanfaatan isu-isu kontroversial di media massa sebagai sumber belajar yang aktual dan dekat dengan peserta didik, yang diharapkan untuk mudah diterima peserta didik. Dan mampu memancing peserta didik untuk aktif sehingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan, baik dalam prestasi maupun perilaku, yang berupa kesadaran demokrasi yang tinggi dicerminkan dalam kegiatan diskusi dalam pembelajaran yang baik. Peneliti memberikan judul penelitian tindakan kelas ini, “PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS ISU-ISU KONTROVERSIAL DI MEDIA MASSA UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN DEMOKRASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IIS 3 SMA NEGERI 1 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2015/2016”.

(8)

commit to user B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi pembelajaran Sejarah berbasis isu-isu kontroversial di media massa pada siswa kelas XI IIS 3 SMA Negeri 1 Tawangsari tahun ajaran 2015/2016?

2. Bagaimanakah implementasi pembelajaran Sejarah berbasis isu-isu kontroversial di media massa dapat meningkatkan kesadaran demokrasi siswa kelas XI IIS 3 SMA Negeri 1 Tawangsari tahun ajaran 2015/2016?

3. Bagaimanakah implementasi pembelajaran Sejarah berbasis isu-isu kontroversial di media massa dapat meningkatkan prestasi belajar Sejarah siswa kelas XI IIS 3 SMA Negeri 1 Tawangsari tahun ajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendiskripsikan implementasi pembelajaran Sejarah berbasis isu-isu kontroversial di media massa pada siswa kelas XI IIS 3 SMA Negeri 1 Tawangsari tahun ajaran 2015/2016.

2. Mengetahui efektifitas implemenasi pembelajaran Sejarah berbasis isu-isu kontroversial di media massa dalam meningkatkan kesadaran demokrasi siswa kelas XI IIS 3 SMA Negeri 1 Tawangsari tahun ajaran 2015/2016.

3. Mengetahui efektifitas implementasi pembelajaran Sejarah berbasis isu-isu kontroversial di media massa dalam meningkatkan prestasi belajar Sejarah siswa kelas XI IIS 3 SMA Negeri 1 Tawangsari tahun ajaran 2015/2016.

(9)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran pada pendidikan khususnya tentang pemanfaatan media massa surat kabar dalam pembelajaran Sejarah.

b. Bahan informasi bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang pemanfaatan media massa surat kabar dalam pembelajaran sejarah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan agar siswa dapat meningkatkan kesadaran demokrasi dan prestasi belajar Sejarah.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk menggunakan model dan sumber pembelajaran yang tepat agar siswa memiliki kesadaran demokrasi yang tinggi sesuai dengan indikator kesadaran demokrasi dan prestasi belajar Sejarah yang baik.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan strategi pembelajaran dan pendidikan karakter terutama dalam mata pelajaran sejarah dan kesadaran demokrasi waga sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar 7 ditunjukkan bahwa laju korosi baja karbon dalam sistem air pendingin mengalami kenaikan dengan bertambahnya waktu proses korosi sampai hari ke -10 dan hari

Pada Jalan Tol Jakarta Cikampek Tahun 2017, bersama ini kami sampaikan Hasil Evaluasi Kualifikasi, sebagaimana terlampir.. Selanjutnya Peserta yang dapat mengikuti

[r]

Hasil perhitungan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa rekrutmen dan seleksi memberikan pengaruh sebesar 27%, sedangkan sisanya sebesar 73% dipengaruhi oleh

Permenkes No 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit..

limpahan rahmat ‐ Nya, sehingga akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Penelitian Reguler Kompetitif yang diperuntukkan untuk memenuhi persyaratan Tridharma Perguruan.. Tinggi

HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN KOMITMEN KERJA DENGAN KINERJA BIDAN DESA DALAM PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUHIT KABUPATEN.. SAMOSIR

Sehubungan dengan angket atau kuesioner dijelaskan oleh Arikunto (2002, hlm 124) bahwa: “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh