1 1.1 Latar Belakang
Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Peningkatan UHH (Usia Harapan Hidup) tiap tahunnya dapat menimbulkan konsekuensi logis adanya masalah kesehatan yang berpotensial dihadapi lansia seiring terjadinya penuaan. Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia, proses yang dinamis dan kompleks yang dihasilkan oleh perubahan - perubahan sel, fisiologis, dan psikologis (Darmojo,R 2011). Keseimbangan adalah kompleks pertahanan posisi, Terhadap gangguan dari luar (Maryam 2009). Gangguan keseimbangan dan gaya berjalan serta lemahnya otot ekstremitas bawah menyebabkan jatuh pada lansia ( Menurut utomo,B 2010). Di Jawa timur usia harapan hidup rata-rata 71-72 tahun, kata Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf di sela peringatan Hari Lansia Nasional tingkat Jatim di Surabaya, Sabtu (19/8/2017). dari sini bisa dilihat indikator bahwa Angka Harapan Hidup (AHH) di Kota Surabaya semakin meningkat. Peningkatan usia harapan hidup sangat berpengaruh terhadap usia lanjut dari tahun ke tahun. Peningkatan usia lanjut berdampak pada populasi lanjut usia yang semakin banyak. Masalah yang sering terjadi akibat peningkatan jumlah populasi lansia, seperti kemunduran fisik, psikologis, dan pada sosial. Salah satu latihan fisik yang baik dan benar adalah latihan kesimbangan. Latihan keseimbangan ditujukan untuk membantu meningkatkan kekuatan otot pada
anggota bawah (kaki) dan untuk meningkatkan sistem vestibular / kesimbangan tubuh. Latihan keseimbangan sangat penting pada lansia karena latihan ini sangat membantu mempertahankan tubuhnya agar stabil sehingga mencegah terjatuh yang sering terjadi pada lansia (Ceranski, 2007, dalam Fefendi, 2008).
Latihan keseimbangan berguna untuk memandirikan para lansia agar mengoptimalkan kemampuannya sehingga menghindari dari dampak yang terjadi yang disebabkan karena ketidakmampuannya. Otak, otot dan tulang bekerja bersama-sama menjaga keseimbangan tubuh agar tetap seimbang dan mencegah terjatuh. Ketiga organ ini merupakan sasaran yang terpenting dan harus dioptimalkan pada latihan keseimbangan tubuh pada lansia (Atikah, 2010; Suarti, 2009). Hal ini dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot terutama otot ekstremitas bawah. Ketahanan dan koordinasi serta terbatasnya range of motion (ROM). Kelemahan otot ekstremitas bawah dapat menyebabkan gangguan keseimbangan tubuh sehingga mengakibatkan kelambatan gerak, langkah pendek-pendek, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan terlambat mengantisipasi bila terpeleset atau tersandung dan jatuh (Hermana 2007; Harsuki, 2010). Salah satu kemunduran atau perubahan fisik yang paling banyak terjadi adalah pada sistem musculoskeletal yaitu berkurangnya massa otot, kekakuan jaringan penghubung, dan osteoporosis (Kusnanto, 2007).
Berdasarkan data WHO populasi lansia dalam skala Dunia mencapai 606 juta jiwa dan pada tahun 2050 diperkirakan jumlah lansia mencapai 1,8 miliar jiwa (Depkes RI, 2008). Hasil sensus penduduk tahun 2010
menunjukan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa, Sedangkan pada daerah Jawa Timur mencatat jumlah penduduk lanjut usia bertambah 140.000 orang setiap tahun sehingga saat ini terdapat 4,4 juta lansia di wilayah setempat. Masyarakat yang dikategorikan lansia sesuai undang-undang adalah usia 60 ke atas. Sedangkan Data yang diterima oleh Dinkes Kota Surabaya, saat ini jumlah Lansia mencapai 46.577 jiwa, Lansia meningkat tajam dari tahun sebelumnya sebesar 42.000 jiwa. Berdasarkan Survey Tahun 2017 lansia di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya mencapai 118 jiwa.
Pada lansia terjadi penurunan fisiologis sistem muskuloskeletal, yaitu penurunan jumlah dan ukuran serabut otot (Pudjiastuti,S. 2012) sehingga terjadi penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah, ketahanan, koordinasi serta terbatasnya range of motion (ROM) (Miller, 2007). Perawat sebagai bagian dari pemberi pelayanan kesehatan pada lansia mempunyai tanggung jawab untuk melakukan pencegahan terhadap jatuh. Hal ini juga merupakan area praktik keperawatan komunitas, oleh karena itu, agar bantuan yang diberikan pada komunitas lansia tepat, maka perlu dikenal berbagai bentuk intervensi atau latihan fisik untuk mencegah resiko jatuh akibat keseimbangan tubuh yang tidak optimal (Setiati, 2007; Sherwood,2007; Depkes RI 2007).
Jenis olahraga atau latihan yang direkomendasikan untuk meningkatkan keseimbangan postural manula, diantaranya adalah: balance exercise, resistance / strength training, tai chi chuan, aerobics yaitu latihan yang dapat memberikan efek kebugaran dan kekuatan otot-otot tubuh sehingga dapat meningkatkan keseimbangan, yang termasuk di dalamnya adalah olahraga kebugaran jasmani (Widianti & Proverawati, 2010). Salah satu jenis olahraga yang bisa dilakukan pada Lansia adalah senam lansia. Gerakan senam lansia terdiri dari pemanasan, gerakan inti yang didalamnya terdapat gerakan peregangan, persendian, pernafasan pokok dan pernafasan lanjutan, juga terdapat gerakan pendinginan. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, melatih keseimbangan, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas di dalam tubuh. Menurut Depkes (1995, dalam Indonesian Nursing, 2008, hlm.3) Senam keseimbangan disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur .Menurut (Reuben, et al). (2007, dalam Darmojo 2008) mengatakan bahwa penelitian di panti - panti rawat werdha terkait latihan ketahanan yang intensif akan meningkatkan kecepatan langkah sekitar 12 % dan kekuatan untuk menaiki tangga sebesar 23-38 %. Menurut Stanley (2007), akibat jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti adalah patah tulang panggul. Dan dampak psikologis diantaranya : rasa takut akan jatuh lagi, ansietas, hilangnya rasa percaya diri, pembatasan dalam aktivitas sehari –
hari, falabobia atau fobia jatuh. Pencegahan terjadinya jatuh pada lansia yang perlu dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh, pasti akan menyebabkan komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan kondisi lansia (Darmojo & Martono 2007). Perawat sebagai bagian dari pemberi pelayanan kesehatan, mempunyai kewajiban untuk melakukan tindakan / pencegahan jatuh pada lansia di antaranya memberikan Senam Keseimbangan.
Menurut Tobing (2011) berpendapat latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur (BBTT) serta latihan yang sesuai dengan tingkat kesehatan, tingkat aktivitas fisik, dan tingkat kebugaran masing - masing individu dapat mengurangi risiko kelainan tulang yang menyebabkan risiko jatuh pada lansia dan menurut Madureira et al (2007) menyatakan bahwa latihan keseimbangan efektif dalam menurunkan frekuensi terjatuh pada wanita lansia dengan osteoporosis. Balance Exercise 3 kali seminggu selama 3 minggu secara signifikan dapat meningkatkan stabilitas postural (Kusnanto dkk, 2007). Di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya untuk resiko jatuh para lansia belum di berikan latihan Senam Keseimbangan, akan tetapi para lansia dalam aktivitas sehari – hari memakai alat berupa Tongkat dan Walker Maka penulis tertarik mengambil penelitian mengenai Hubungan Senam Keseimbangan Tubuh Lansia Terhadap Resiko Jatuh Pada Lansia di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada Hubungan Senam Keseimbangan Tubuh Lansia Terhadap Resiko Jatuh Pada Lansia Di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya ???
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Senam Keseimbangan Tubuh Lansia Terhadap Resiko Jatuh Pada Lansia Di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Memberikan latihan senam keseimbangan kepada Lansia di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya
b. Memberikan Tes keseimbangan pada lansia di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya
c. Menilai resiko jatuh pada lansia di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya
d. Menganalisa hubungan senam keseimbangan tubuh lansia terhadap resiko jatuh pada lansia di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan khususnya gerontik dan keperwatan komunitas dan sebagai bahan masukan bagi tenaga kerja kesehatan khususnya ilmu keperawatan, dalam meningkatkan profesionalisme peleyanan ternadap lanjut usia.
1.4.1 Praktis
1. Bagi Dinas Kesehatan
Diharapkan dari hasil penelitian ini bisa memberikan acuan kepada dinas kesehatan membuat program untuk lansia yang meningkatkan kesegaran jasmani terpenuhi
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk peneliti yang akan datang lebih baik jika dilakukan responden lebih banyak dan waktu penelitian yang lebih panjang, penggunaan alat ukur yang baik sehingga didapatkan hasil yang akurat.
3. Bagi UPTD Griya Wredha
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam menghadapi masalah hubungan senam keseimbangan tubuh lansia terhadap resiko jatuh pada lansia, agar melakukan senam keseimbangan kerena dengan bertambahnya usia akan terjadinya penurunan keseimbangan yang bisa menyebabkan jatuh.