• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN) PADA RUMAH TANGGA PETANI PADI MISKIN DI KABUPATEN MAGELANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN) PADA RUMAH TANGGA PETANI PADI MISKIN DI KABUPATEN MAGELANG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN) PADA RUMAH TANGGA

PETANI PADI MISKIN DI KABUPATEN MAGELANG Ditta Dwi Andina, Darsono, Widiyanto

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta JalanIr. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457

E-mail:dittaandina@gmail.com Telp. 085728348636

Abstract :This research aims to analyze the effectiveness of Raskin Program in terms of

targeted, quantity, price, and times, and also to analyze the perception of poor rice farmer households on the implementation of Raskin Program in Magelang Regency. The method of this research is descriptive analytical technique survey. The location of this research is in Grabag District, Magelang Regency because the highest number of recipents Raskin in this region. Samples were taken at 30 farmer respondents. Data were used include the primary and secondary data. Methods of data analysis using descriptive analysis, the percentage of effectiveness, and the average score. The result of this research shows the effectiveness of the program is on target (164,5%) is not satisfacroty and quantity (71,67%) is good category. While the exact terms of price and time is satisfactory (100%). Respondent’s perception of the implementation of the program viewed from precision targeting, pricing, and administration are include in both categories. While the respondent’s perception viewed from quantity, time, and the quality are enough category. Thus, the perception of rice farmer poor households to Raskin Program is enough category (3,37).

Keywords :Efectiveness, perception, Raskin, poor farmer, household

Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pelaksanaan Program

Raskin dari segi tepat sasaran, jumlah, harga, dan waktu dan menganalisis persepsi rumah tangga petani padi miskin terhadap pelaksanaan Program Raskin di Kabupaten Magelang. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan teknik survei. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang karena jumlah penerima Raskin tertinggi berada di wilayah ini. Sampel petani yang diambil yaitu 30 responden. Data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif, persentase efektivitas, dan rataan skor. Hasil penelitian menunjukkan tingkat efektivitas program ini dari tepat sasaran (164,5%) tidak memuaskan dan jumlah (71,67%) baik. Sedangkan dari segi tepat harga dan waktu, efektivitasnya memuaskan (100%). Persepsi responden terhadap pelaksanaan program ini dilihat dari ketepatan sasaran, harga, dan administrasi termasuk dalam kategori baik. Sedangkan persepsi responden dilihat dari jumlah, waktu, dan kualitas cukup. Dengan demikian, persepsi rumah tangga petani padi miskin terhadap pelaksanaan Program raskin adalah cukup (3,37).

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang

mampu menjaga pertumbuhan

ekonominya ditengah ancaman krisis global. Keadaan tersebut membuat Indonesia terus melakukan upaya

pembangunan nasional untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

Menurut Todaro dan Stephen (2006), inti permasalahan dalam pembangunan di negara berkembang selalu dilatarbelakangi oleh

kemiskinan dan ketimpangan

pendapatan. Saat ini Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan yang ditandai oleh masih banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan.

Data BPS (2013)

menunjukkan tingkat kemiskinan di Indonesia dari tahun 2008 hingga Maret 2013 mengalami penurunan (lihat Gambar 1). Namun, penurunan kemiskinan ini tidak signifikan.

Kekayaan sumber daya alam

Indonesia seharusnya mampu

dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak banyak masyarakat Indonesia

yang hidup dibawah garis

kemiskinan.

Data BPS Indonesia (2013) menjelaskan bahwa Provinsi Jawa Tengah menempati posisi kedua terkait dengan banyaknya jumlah penduduk miskin desa dan kota. Menurut data PPLS (2011), sekitar

3,3% penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah tinggal di Kabupaten

Magelang. BPS Kabupaten

Magelang (2013) juga menjelaskan bahwa 137.896 rumah tangga merupakan rumah tangga petani padi. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai program perlindungan bagi rumah tangga miskin, salah satunya adalah Program Raskin.

Menurut Sudiarso (2012), Program Raskin adalah salah satu usaha pemerintah untuk memberikan jaminan sosial masyarakat yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan

pangan. Kemenko Kesra (2013) menjelaskan bahwa keberhasilan program ini berdasarkan pada pencapaian indikator 6T yakni tepat sasaran, jumlah, harga, waktu, adminstrasi, dan kualitas. Namun dalam pelaksanaannya, program ini juga tidak luput dari penyimpangan, diantaranya tidak tepat sasaran, harga, jumlah, maupun kualitas beras yang diterima.

Evaluasi terkait pelaksanaan program ini di Kabupaten Magelang perlu dilakukan mengingat wilayah titik distribusi padi daerah tersebut paling tinggi dan wilayah ini merupakan penyangga pangan di Jawa Tengah. Selain itu, petani padi

sebagai orang yang

membudidayakan tanaman padi justru menjadi rumah tangga sasaran yang paling banyak menerima bantuan ini.

(3)

Gambar 1. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Tahun 2008-2014 Tujuan dari penelitian ini

adalah 1) menganalisis efektivitas

pelaksanaan Program Raskin

terhadap rumah tangga miskin di Kabupaten Magelang dari segi tepat sasaran; jumlah; harga; dan waktu, 2) menganalisis persepsi rumah tangga miskin terhadap pelaksanaan Program Raskin di Kabupaten Magelang.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan teknik survey. Pemilihan lokasi penelitian dipilih dengan metode purposive (sengaja) dengan dasar pertimbangan bahwa

Kecamatan Grabag merupakan

daerah yang menerima bantuan Program Raskin paling tinggi. Sampel rumah tangga petani padi miskin dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang berasal dari Desa Citrosono dan Desa Seworan, Kecamatan Grabag.

Rumus perhitungan

efektivitas program ini adalah:

...(1) Dimana, IKS adalah indeks kinerja ketepatan sasaran (%); Sa adalah jumlah rumah tangga yang aktual menerima; Ss adalah jumlah rumah

tangga yang seharusnya menerima (terdaftar dalam DPM-I).

...(2) Dimana, IKJ adalah indeks kinerja ketepatan jumlah (%); Ja adalah

jumlah beras yang aktual diterima responden (kg/RTM/bulan); Js

adalah jumlah beras yang seharusnya

diterima responden (15

kg/RTM/bulan).

...(3) Dimana, IKH adalah indeks kinerja ketepatan harga (%); Ha adalah harga beras yang aktual dibayar responen (Rp/kg); Hs adalah harga beras yang seharusnya dibayar responden (Rp 1.600/kg).

...(4)

Dimana, IKW adalah ndeks

ketepatan waktu (%); Wa adalah jumlah waktu aktual yang diterima responden; Ws adalah jumlah waktu seharusnya menerima Raskin (15 kali dalam setahun).

Metode analisis yang

digunakan untuk mengetahui

persepsi rumah tangga responden terkait pelaksanaan program ini dengan menggunakan alat skala likert. Persepsi rumah tangga responden terdiri atas 5 kriteria yaitu sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk. Item pertanyaan pada

0 10000000 20000000 30000000 40000000 2008 2009 2010 2011 Sep-12 Maret 2013

Penduduk Miskin Kota Penduduk Miskin Desa Penduduk Miskin Desa+Kota

(4)

kuisioner diuji dengan menggunakan uji validitas dengan metode korelasi product moment dan uji reliabilitas dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha. Pengujian ini menggunakan aplikasi SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Responden

Karakteristik rumah tangga

responden merupakan suatu

gambaran yang menjelaskan kondisi dan latar belakang rumah tangga petani padi sampel. Berikut karakteristik-karakteristik responden dalam penelitian ini antara lain:

Umur

Berikut data rumah tangga responden berdasarkan pada umur (Tabel 1.)

Tabel 1. Menjelaskan bahwa rumah tangga responden yang menerima bantuan program ini sebagian besar pada kelompok usia 30-40 tahun dan 41-50 tahun. Dengan demikian, rumah tangga responden sebagian besar merupakan kelompok usia produktif pada kelompok usia 30-50 tahun, sehingga

mereka dapat bekerja dan

meningkatkan kesejahteraannya, khususnya dalam hal menjamin kebutuhan pangan.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Berikut data rumah tangga responden berdasarkan pada jumlah tanggungan keluarga (Tabel 2.)

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga responden yang menerima bantuan ini paling tinggi yakni 50% merupakan keluarga dengan jumlah tanggungan keluarga lebih dari atau sama dengan

5. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya jumlah tanggungan keluarga maka kebutuhan terhadap beras akan semakin tinggi.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan kepala rumah tangga merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk mengetahui karakteristik kemiskinan. Berikut data mengenai rumah tangga responden berdasarkan pada tingkat pendidikan (Tabel 3.)

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar kepala keluarga rumah tangga responden merupakan tamatan SD dengan persentase 80%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah ini akan menyulitkan seseorang untuk memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi. Menurut kriteria kemiskinan BPS dalam Bappenas (2010), maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar rumah tangga responden layak untuk mendapatkan bantuan ini.

Tingkat Penerimaan

Berikut data mengenai rumah tangga responden berdasarkan pada tingkat penerimaan (Tabel 4.)

Tabel 4 menjelaskan bahwa tingkat penerimaan rumah tangga responden sebanyak 40% berada pada kisaran Rp 300.000,00-Rp 450.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat penerimaan rumah tangga maka semakin besar kesempatannya untuk memperoleh bantuan ini. Dengan demikian, sebagian besar responden memenuhi kriteria kemiskinan BPS dalam hal penerimaan dalam sebulan ≤ Rp 600.000,00 (Bappenas, 2010).

(5)

Tabel 1. Karakteristik Responden menurut Umur

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 30-40 tahun 11 36,67

2. 41-50 tahun 11 36,67

3. 51-60 tahun 5 16,67

4. ≥ 61 tahun 3 10,00

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 2. Karakteristik Responden menurut Jumlah Tanggungan Keluarga

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. ≤ 2 6 20,00

2. 3 - 4 9 30,00

3. ≥ 5 15 50,00

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 3. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Tidak Sekolah 1 3,33

2. Tamat SD 24 80,00

3. Tamat SMP 3 10,00

4. Tamat SMA 1 3,33

5. Tamat Perguruan Tinggi 1 3,33

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 4. Karakteristik Responden menurut Tingkat Penerimaan

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Rp 300.000,00 – Rp 450.000,00 12 40,00 2. Rp 450.001,00 – Rp 600.000,00 9 30,00 3. Rp 600.001,00 – Rp 750.000,00 2 6,67 4. Rp 750.001,00 – Rp 900.000,00 5 16,67 5. ≥ Rp 900.001,00 2 6,67 Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Luas Kepemilikan Lahan

Berikut data mengenai rumah tangga responden berdasarkan pada luas kepemilikan lahan (Tabel 5.)

Tabel 5 menjelaskan bahwa sebagian besar rumah tangga responden tidak memiliki lahan, baik sawah maupun tegal. Menurut hasil Musyawarah Desa (Mudes), rumah

(6)

tangga yang menerima bantuan program ini adalah rumah tangga yang luas kepemilikan lahannya kurang dari 0,5 Ha atau tidak memiliki lahan. Dengan demikian, rumah tangga responden memenuhi syarat tersebut dan layak mendapat bantuan Raskin.

Luas Lantai Bangunan

Menurut BPS dalam

Bappenas (2010), rumah tangga yang menerima bantuan dari pemerintah yakni yang mempunyai luas lantai bangunan 8 m2 per orang. Berikut data mengenai rumah tangga responden berdasarkan luas lantai bangunan (Tabel 6.)

Tabel 6 menjelaskan bahwa sebanyak 56,67% rumah tangga responden memiliki luas bangunan 51-80 m2. Rata-rata rumah tangga responden memiliki luas lantai bangunan 14 m2 per orang, sehingga dalam hal ini sebagian besar rumah tangga responden dikategorikan tidak miskin.

Jenis Lantai Bangunan

Berikut data responden berdasarkan jenis lantai bangunan (Tabel 7.)

Tabel 7 menjelaskan bahwa sebanyak 83,33% rumah tangga responden telah menggunakan ubin sebagai jenis lantai bangunan. Meskipun demikian, ada juga responden yang menggunakan ubin dan tanah sebagai lantai bangunan tempat tinggal mereka. Biasanya tanah digunakan sebagai lantai bangunan di dapur.

Jenis Dinding Bangunan

Berikut data mengenai responden berdasarkan jenis dinding bangunan (Tabel 8.)

Tabel 8 menjelaskan bahwa sebanyak 93,33% rumah tangga

responden telah menggunakan tembok sebagai jenis dinding bangunan mereka. Sedangkan yang menggunakan bambu hanya 6,67%.

Hal ini menunjukkan bahwa

berdasarkan jenis dinding bangunan menurut kriteria BPS, sebagian besar rumah tangga responden masuk dalam kategori tidak miskin.

Aset Harta Bergerak

Berikut data mengenai responden berdasarkan aset harta bergerak (Tabel 9.)

Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 9 menjelaskan bahwa sebanyak 63,33% rumah tangga responden memiliki kendaraan bermotor berupa sepeda motor. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dari semua responden, ada juga yang memiliki sepeda dan motor. Menurut BPS dalam Bappenas (2010), seharusnya yang menerima bantuan ini rumah tangga yang kepemilikan asset harta bergeraknya ≤ Rp 600.000,00, sehingga dalam hal ini rumah tangga responden termasuk dalam kategori tidak miskin.

Sumber Penerangan Rumah

Berikut data mengenai rumah tangga responden berdasarkan sumber penerangan rumah (Tabel 10.)

Tabel 10 menjelaskan bahwa

seluruh responden telah

menggunakan listrik sebagai sumber penerangan rumah. Menurut BPS dalam Bappenas (2010), seharusnya yang menerima bantuan ini rumah tangga yang tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan rumah, sehingga dalam hal ini rumah tangga responden termasuk dalam kategori tidak miskin.

(7)

Tabel 5. Karakteristik Responden menurut Luas Kepemilikan Lahan

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Tidak memiliki lahan 21 70,00

2. 0,01 – 0,10 Ha 6 20,00

3. 0,11 – 0, 20 Ha 2 6,67

4. 0,21 – 0,30 Ha 1 3,33

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 6. Karakteristik Responden menurut Luas Lantai Bangunan

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. < 20 m2 2 6,67

2. 20 – 50 m2 6 20,00

3. 51 – 80 m2 17 56,67

4. 81 – 110 m2 5 16,67

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 7. Karakteristik Responden menurut Jenis Lantai Bangunan

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase

(%)

1. Ubin 25 83,33

2. Kayu 0 0,00

3. Tanah 5 16,67

Jumlah 30 100,00

Tabel 8. Karakteristik Responden menurut Jenis Dinding Bangunan

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Kayu 0 0,00

2. Bambu 2 6,67

3. Tembok 28 93,33

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 9. Karakteristik Responden menurut Aset Harta Bergerak

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Sepeda 10 33,33

2. Sepeda motor 19 63,33

3. Mobil 0 0,00

4. Tidak punya 1 3,33

Jumlah 30 100,00

(8)

Tabel 10. Karakteristik Responden menurut Sumber Penerangan Rumah

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Listrik 30 100,00

2. Bukan Listrik 0 0,00

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Sumber Bahan Bakar Memasak

Berikut rumah tangga

responden berdasarkan pada

karakteristik sumber bahan bakar memasak (Tabel 11).

Tabel 11 menjelaskan bahwa

sebanyak 80% rumah tangga

responden telah menggunakan gas sebagai bahan bakar memasak. Hal ini dikarenakan harga minyak tanah yang saat ini sangat mahal. Menurut kriteria BPS dalam Bappenas (2010), rumah tangga yang seharusnya mendapatkan bantuan ini adalah rumah tangga yang menggunakan minyak tanah/kayu bakar untuk bahan bakar memasak. Rumah tangga responden dalam kategori ini termasuk dalam tidak miskin.

Sumber Air Minum

Berikut data mengenai responden berdasarkan sumber air minum (Tabel 12.)

Tabel 12 menjelaskan bahwa sebanyak 56,67% rumah tangga responden menggunakan PAM untuk sumber air minum. Menurut BPS dalam Bappenas (2010), rumah tangga yang menerima bantuan dari pemerintah yakni yang sumber air minumnya berasal dari sumur, sumber mata air terlindungi/tidak terlindungi. Dengan demikian, sebagian besar rumah tangga responden tidak dapat dikategorikan miskin dari variabel ini.

Fasilitas Tempat Buang Air Besar

Berikut data mengenai responden berdasarkan ketersediaan fasilitas tempat buang air besar (Tabel 13.)

Tabel 13 menjelaskan bahwa seluruh responden telah memiliki fasilitas tempat buang air besar. Menurut BPS dalam Bappenas

(2010), rumah tangga yang

mendapatkan bantuan dari

pemerintah adalah rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar atau menumpang di tempat orang lain. Dengan demikian, rumah tangga responden tidak masuk dalam kategori miskin apabila dilihat dari variabel ini.

Kemampuan untuk Membayar Berobat Ke Puskesmas Atau Dokter

Berikut rumah tangga

responden berdasarkan pada kriteria

kemampuan untuk membayar

berobat ke puskesmas atau dokter (Tabel 14.)

Tabel 14 menjelaskan bahwa 50% responden menyatakan mampu

untuk membayar berobat ke

puskesmas atau dokter. Sementara sebagian rumah tangga responden lebih memilih menggunakan jasa tukang pijat atau membeli obat di warung apabila jatuh sakit. Menurut BPS dalam Bappenas (2010), rumah tangga yang mendapat bantuan dari pemerintah adalah rumah tangga yang tidak mempunyai kemampuan

(9)

puskesmas atau dokter. Dengan demikian, rumah tangga responden dapat dikategorikan rumah tangga miskin pada variabel ini.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji ini menggunakan 10 sampel sehingga diperoleh nilai r tabel 0,632. Adapun hasil uji validitas adalah sebagai berikut (Tabel 15). Sedangkan uji reliabiltas menunjukkan nilai Conbach’s Alpha sebesar 0,936, artinya reliable sempurna.

Efektivitas Program Raskin Tepat Sasaran

Penetapan sasaran atau rumah tangga penerima manfaat program ini berdasarkan pada Basis Data Terpadu yang dikelola oleh TNP2K (Kemenko Kesra, 2013).Berdasarkan

pada hasil survey lapang

menunjukkan tingkat ketepatan sasaran di lokasi penelitian sebagai berikut (Tabel 16).

Tabel 16 menunjukkan

bahwa tingkat efektivitas program ini dilihat dari tingkat ketepatan sasaran mencapai 164,5% atau masuk dalam kategori tidak memuaskan. Data tersebut menjelaskan bahwa di salah satu wilayah, yakni Desa Seworan jumlah rumah tangga yang menerima bantuan ini rumah tangga yang terdaftar dalam DPM 1 dan rumah tangga lainnya yang tidak terdaftar. Hal tersebut disebabkan oleh pemerataan yang dilakukan petugas desa setempat dan disepakati oleh seluruh warga. Menurut Walujo

(2009), keberhasilan dalam

efektivitas ketepatan sasaran program ini dipengaruhi kualitas

sumberdaya manusia aparat

kelurahan.

Tepat Jumlah

Jumlah yang seharusnya diterima oleh masing-masing rumah tangga yakni 15 kg/KK/bulan (Kemenko Kesra, 2013). Namun, hasil survey lapang menunjukkan bahwa salah satu wilayah sampel menerima jumlah beras kurang dari ketetapan (tabel 17.).

Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata tingkat ketepatan jumlah di wilayah sampel sebesar 71,67% atau efektivitas program ini baik. salah satu lokasi penelitian yakni Desa Seworan membagikan Raskin dengan jumlah yang lebih rendah dari ketetapan. Prinsip pemerataan yang dilakukan di wilayah sampel ini mengakibatkan rumah tangga responden hanya mendapat kurang dari setengahnya. Menurut PPKBK LPM UNS (2013), salah satu alasan pembagian merata Raskin dikarenakan adanya semangat

kegotongroyongan dan rasa

kedekatan antar sesama warga, khususnya warga miskin. Selain itu,

pemerataan dilakukan untuk

menghindari konflik dan

kecemburuan sosial ditengah-tengah masyarakat.

Tepat Harga

Salah satu indikator yang menentukan tingkat efektivitas pelaksanaan program ini adalah tepat harga. Menurut Kemenko Kesra (2013), harga tebus Raskin sebesar Rp 1.600,00/kg. Berikut data mengenai efektivitas pelaksanaan program ini dilihat dari tepat harga (Tabel 18.).

(10)

Tabel tersebut menjelaskan bahwa tingkat ketepatan tebus Raskin mencapai 100%, artinya efektivitas program ini dilihat dari segi ketepatan harga adalah

memuaskan. Hasil wawancara

dengan seluruh responden

menjelaskan bahwa mereka

membayar beras Rp 1.600/kg dan dibayarkan kepada petugas saat pengambilan beras. Menurut Hastuti, dkk (2012) ketepatan harga Raskin ditentukan oleh jarak titik distribusi dari penerima manfaat dan fungsi titik distribusi. Berdasarkan hasil survey lapang, titik distribusi dikedua desa ini sangat mudah dijangkau tidak perlu membayar biaya tambahan.

Tepat Waktu

Rumah tangga penerima manfaat menerima bantuan program ini sebanyak 15 kali di tahun 2013.Menurut keterangan dari Satker Raskin, pada bulan Juli hingga September beras yang dibagikan 2 kali lipat karena adanya kenaikan harga BBM dan hari raya Idul Fitri. Berikut tingkat efektivitas pelaksanaan program ini dilihat dari ketepatan waktu (Tabel 19.).

Tabel 19 menjelaskan bahwa rata-rata tingkat ketepatan waktu distribusi bantuan beras ini mencapai 100%, artinya efektivitas dari program ini memuaskan. Hal tersebut menunjukkan pihak terkait mampu melaksanakan tugas distribusi dengan baik dan lancar. Selain itu, ketepatan waktu dalam pembayaran juga mempengaruhi distribusi Raskin.

Persepsi Rumah Tangga Petani Padi Miskin terhadap Pelaksanaan Program Raskin

Persepsi rumah tangga responden terhadap pelaksanaan program ini dibedakan menjadi 5 kriteria yakni sangat buruk, buruk, cukup, baik, dan sangat baik. Adapun persepsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 menjelaskan bahwa persepsi rumah tangga responden terhadap pelaksanaan program ini termasuk dalam kategori cukup. Meskipun demikian, persepsi responden terhadap ketepatan

sasaran, harga beras, dan

administrasi dalam program ini adalah baik.

Sebagian besar responden menilai bahwa jumlah beras sebesar 15 kg/kk/bulan masih dinilai kurang. Begitu pula pada frekuensi waktu pemberian dan kualitas bantuan ini dinilai cukup. Responden menilai sebaiknya jumlah Raskin yang diberikan kepada rumah tangga mengalami penambahan menjadi 30-35 kg/KK/bulan.Responden juga menilai bahwa kualitas beras yang mereka terima belum terlalu baik meskipun layak untuk dimakan. Dengan demikian, pemerintah perlu memperlakukan perbaikan program ini agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rumah tangga sasaran penerima manfaat.

(11)

Tabel 11. Karakteristik Responden menurut Sumber Bahan Bakar Memasak

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Kayu 6 20,00

2. Minyak Tanah 0 0,00

3. Gas 24 80,00

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 12. Karakteristik Responden menurut Sumber Air Minum

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Sumur 5 16,67

2. Sungai 0 0,00

3. Air Hujan 0 0,00

4. PAM 17 56,67

5. Sumber mata air 8 26,67

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 13. Karakteristik Responden menurut Fasilitas Buang Air Besar

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Ada 30 100,00

2. Tidak ada 0 0,00

Jumlah 30 100,00

Tabel 14. Karakteristik Responden menurut Kemampuan untuk Membayar Berobat Ke Puskesmas atau Dokter

No. Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Mampu 15 50,00

2. Tidak mampu 15 50,00

Jumlah 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 15. Hasil Uji Validitas Kuisioner

No. Variabel Banyaknya

Item

Corrected item total correlation

Ket. 1. Ketepatan sasaran program Raskin 2 0,667/0,882 Valid

2. Jumlah Beras Program Raskin 1 0,917 Valid

3. Harga Beras Program Raskin 1 0,741 Valid

4. Waktu Pembagian Beras Program Raskin

1 0,767 Valid

5. Administrasi Program Raskin 2 0,756/0,826 Valid

6. Kualitas beras Program Raskin 1 0,791 Valid

(12)

Tabel 16. Efektivitas Ketepatan Sasaran Program Raskin No. Wilayah Sampel Penerima Aktual Penerima Terdaftar (DPM 1) Tingkat Ketepatan Sasaran (%) 1. Desa Citrosono 685 685 100,00 2. Desa Seworan 271 118 229,00 Rata-rata 164,50

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 17. Efektivitas Ketepatan Jumlah Program Raskin

No. Wilayah Sampel Rataan Jumlah Aktual (kg) Tingkat Ketepatan Jumlah (%) 1. Desa Citrosono 15,00 100,00 2. Desa Seworan 6,50 43,33 Rata- rata 71,67

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 18. Efektivitas Ketepatan Harga Tebus Program Raskin

No. Wilayah Sampel Rataan Harga Aktual (Rp) Tingkat Ketepatan Harga (%) 1. Desa Citrosono 1.600 100,00 2. Desa Seworan 1.600 100,00 Rata- rata 100,00

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 19. Efektivitas Ketepatan Waktu Program Raskin

No . Wilayah Sampel Waktu Aktual Penerimaan (kali/tahun) Tingkat Ketepatan Waktu (%) 1. Desa Citrosono 15 100,00 2. Desa Seworan 15 100,00 Rata- rata 100,00

(13)

Tabel 20. Persepsi Rumah Tangga Petani Padi Miskin terhadap Pelaksanaan Program Raskin di Kabupaten Magelang

No. Variabel Skor Total (a) Pertanyaan (b) Skor

(a/b) Kategori Ket.

1. Persepsi terhadap ketepatan sasaran Program Raskin

7,86 2 3,93 Baik Kriteria dan penentuan RTS sesuai

2. Persepsi terhadap jumlah beras Raskin

2,74 1 2,74 Cukup 15 kg/bulan dinilai kurang

3. Persepsi terhadap harga beras Program Raskin

3,54 1 3,54 Baik Harga Rp 1.600/kg sangat murah 4. Persepsi terhadap waktu

pembagian Program Raskin

2,77 1 2,77 Cukup Frekuensi sebulan sekali dinilai kurang

5. Persepsi terhadap adminstrasi Program Raskin

7,13 2 3,56 Baik Sistem cash on carry dan pembagian kupon Raskin dinilai baik 6. Persepsi terhadap

kualitas beras program Raskin

2,94 1 2,94 Cukup Warna beras kuning dan berbau apek

Jumlah 26,98 8 3,37 Cukup

Ket.: 1,00-1,80 (Sangat Buruk) 2,61-3,40 (Cukup) 4,21-5,00 (Sangat Baik) 1,81-2,60 (Buruk) 3,41-4,20 (Baik)

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Rumah tangga responden termasuk dalam kategori miskin hanya dilihat dari 4 variabel kemiskinan menurut BPS yakni lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga, luas kepemilikan lahan, kemampuan berobat ke puskesmas atau dokter, dan tingkat pendidikan terakhir kepala keluarga, oleh karena itu perlu adanya peninjauan kembali. Efektivitas pelaksanaan Program Raskin dari segi tepat sasaran adalah tidak memuaskan (164,5%) dan dari tepat jumlah adalah baik (71,67%),hal ini dikarenakan adanya pemerataan. Sementara efektivitas program ini

dari tepat harga dan waktu adalah

memuaskan (100%). Tingkat

persepsi responden terhadap pelaksanaan program ini adalah cukup (3,37) karena jumlah, waktu pembagian, dan kualitas beras yang diterima tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.

Saran

Sebagai upaya untuk

mencapai tingkat efektivitas pelaksanaan Program Raskin dari segi tepat sasaran dan tepat jumlah maka perlu adanya peninjauan kembali terkait kriteria kemiskinan yang digunakan oleh BPS , terutama terkait dengan sumber bahan bakar

memasak, sumber penerangan

rumah, dan jenis dinding serta lantai

bangunan. Sebaiknya untuk

(14)

sasaran mengenai Program Raskin, maka Pemerintah melalui Bulog perlu meningkatkan kualitas beras

yang layak konsumsi dan

mempertimbangkan jumlah beras yang diterima sesuai dengan jumlah

tanggungan keluarga

(10kg/orang/bulan). Sebaiknya dilakukan peninjauan kembali terkait data penerima manfaat program pemerintah sehingga lebih tepat sasaran.

DAFTAR PUSTAKA.

Bappenas. 2010. Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi

Masyarakat Miskin

(Keluarga Prasejahtera/KPS dan keluarga Sejahtera-I/

KS-I. Direktorat

Kependudukan,

Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak. BPS (Badan Pusat Statistik). 2013.

Kemiskinan.

http://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 20 September 2013.

BPS Provinsi Jawa Tengah. 2011.

Rumah Tangga Hasil

Pendataan Program

Perlindungan Sosial 2011 (PPLS 2011) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011.

BPS Kabupaten Magelang. 2013. Hasil Sensus Pertanian 2013. Berita Resmi Statistik. Magelang.

Hastuti, Bambang Sulaksono, Sulton Mawardi. 2012. Tinjauan Efektivitas Pelaksanaan RASKIN Dalam Mencapai Enam Tepat. SMERU. Jakarta.

Kemenko Kesra (Kementerian

Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat). 2013. Pedoman Umum Subsidi Beras Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah 2013

(PEDUM RASKIN).

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia.

Todaro Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. Erlangga. Jakarta

PPKBK LPM UNS. 2013. Analisis Indikator Keberhasilan Program Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) di

Jawa Tengah. UNS.

Surakarta.

Sudiarso. 2012. Kajian Efektivitas Program Raskin di Jawa

Timur. Pangan Media

Komunikasi dan Informasi 1 (21) : 59-69.

Walujo Hari Sedjati. 2009.

Pelaksanaan Program

Penjualan Raskin di

Kabupaten Purbalingga

Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Paradigma 1 (13): 1-14.

Gambar

Gambar 1. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Tahun 2008-2014  Tujuan  dari  penelitian  ini
Tabel 2. Karakteristik Responden menurut Jumlah Tanggungan Keluarga  No.  Kriteria  Jumlah (orang)  Persentase (%)
Tabel 6. Karakteristik Responden menurut Luas Lantai Bangunan
Tabel 10. Karakteristik Responden menurut Sumber Penerangan Rumah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang dikemukakan merupakan refleksi dari pengalaman nyata yang terjadi dalam pembelajaran mata kuliah yang diampu yang antara lain dapat ditandai dengan

Hasil yang penulis dapat dilapangan sudah menunjukkan bahwa dengan ada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

Sementara itu, Thomas (2009) mengungkapkan bahwa seseorang akan engaged dengan pekerjaannya apabila seseorang berkomitmen pada suatu tujuan, menggunakan kecerdasannya

Data Hasil Tes Ketepatan Service Kelompok Sampel Yang Mempunyai Koordinasi Mata Lengan Rendah Dilatih Dengan Menggunakan Metode

 Analisis Kekuatan Kolom Beton Bertulang Dengan Diagram Interaksi . ANALISIS KEKUATAN KOLOM

Pengalaman negara dalam menangani pandemi Covid 19 merupakan contoh nyata kegagapan negara dalam menghadapi bahaya yang disebabkan oleh pandemi Covid 19 Peraturan Pemerintah

Berdasarkan latar belakang tersebut, patut untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan metode Salafi Pondok Pesantren (metode Sorogan dan metode

Dapat dipahami bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa di MTs Negeri 1 Bongkudai tergolong baik, ini bisa dilihat dari siswa yang semangat dalam mengerjakan