• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.KONSEP DASAR MEDIK 1.1Pengertian Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A.KONSEP DASAR MEDIK 1.1Pengertian Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

A.KONSEP DASAR MEDIK 1.1Pengertian

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa.

Pada stadium dini pembentukan katarak, protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi. Lebih lanjut protein tadi berkoagul;asi membentuk daerah keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal seharusnya transparan.

Bila suatu katarak telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga sangat mengganggu penglihatan, maka keadaan itu perlu diperbaiki dengan cara mengangkat lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, maka mata kehilangan sebagaian besar daya biasnya, dan harus digantikan dengan lensa konveks berdaya penuh didepan mata, atau sebuah lensa buatan ditanam didalam mata pada tempat lensa dikeluarkan.

1.2Etiologi

Sebagian besar katarak yang disebut katarak senilis, terjadi akibat perubahan-perubahan degeneratif yang berhubungan dengan pertambahan usia. Pajanan terhadap sinar matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi herediter berperan dalam munculnya katarak senilis. Katarak dapat timbul pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi mata, atau akibat pajanan radiasi atau obat tertentu. Janin yang tepajan virus rubella dapat mengalami katarak. Para pengidap diabetes melitus kronik sering mengalami katarak, yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan aliran darah ke mata dan perubahan penanganan dan metabolisme glukosa.

1.3Patofisiologi dan Dampak Pada penyimpangan KDM

Lensa yang normal adalah struktur yang posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju

(2)

pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjng dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnta protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes melitus, namun merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak

berkembang secara kronik dan matang ketika seseorang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosis dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.

1.4Manifestasi Klinis

Penurunan ketajaman penglihatan, silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu.

pengembunan seperti mutiara keabuanpada pupil sehingga retina tidak akan tampak dengan oftalmoskop.

Pandangan kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.

Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. 1.5Diagnostik Tes Yang Lasim

Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat

diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan di lakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan

fakoemulsifikasi dan implantasi IOL. 1.6Penatalaksanaan Medis

(3)

Pengobatan berupa eksisi seluruh lensa untuk diganti oleh lensa buatan, atau fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser, diikuti oleh aspirasi fragmen dan penggantian lensa. Pembedahan diindikasikasikan bagi yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja atau keamanan.

ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK PENGKAJIAN

Data-data yang perlu dikaji pada asuha keperawatan dengan katarak adalah : 1. Riwayat perjalanan penyakit

a. Pola aktivitas/istirahat

Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hoby sehubungan dengan gangguan penglihatan. b. Pola nutrisi

Gejala : Mual/muntah (glaukoma akut) c. Pola neurosensori

Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap.

d. Pola penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler, riwayat stress, alergi, ketikseimbangan endokrin, terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin. DIAGNOSA KEPERWATAN

1.Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pascaoperatif, pemberian obat.

2.Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan atau kurang pengetahuan.

3.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak)

4.Nyeri yang berhubungan dengan trauma peningkatan TIO,inflamasi intervensi bedah, atau pemberian tetes mata dilator.

5.Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.

(4)

INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pascaoperatif, pemberian obat.

Kriteria evaluasi: menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi, penerimaan pembedahan dan pemahaman instruksi.

Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan, perasaan dan tingkat pemahaman.

R/:Informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui. Orientasika pasien pada lingkungan yang baru.

R/: pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan ansietas.

Jelaskan rutinitas operatif

R/: pasien yang telah mendapat mendapat informasi lebih mudah menerima penanganan dan mematuhi instruksi.

Jelaskan intervensi sedetil-detilnya

R/: pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera lai untuk mendapatkan informasi.

Dorong untuk menjalankan kebiasaa hidup seharihari bila mampu. R/: perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat

Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.

R/: pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dan perawatan diri.

Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan.

R/:isolasi sosial dan waktu luang yang terlau lama dan menimbulkan perasaan negatif.

2.Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan atau kurang pengetahuan.

Kriteria evaluasi: dapat menurunkan resiko terjadinya cedera.

Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan sampai mencapai penglihatan dan ketrampilan koping yang memadai.

R/: menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai ketrampilan koping untuk kerusakan penglhatan.

(5)

Bantu pasien manata lingkungan

R/: memfasilitasi kemendirian dan menurunkan resiko cedera Orientasikan pasien pada ruangan

R/: meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.

Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kacamata bila diperlukan. R/: temeng logam atau kaca mata melindungi mata terhadap cedera. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma

R/:tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut. Gunakan prosedur yanga memadai ketika memberikan obat mata. R/: cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak)

Kriteria evaluasi : menunjukan peningkatan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam.

Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata. R/:menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi. Gunakan teknik yang tepat untuk embersihkan mata dari dalam keluar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan masukan lensa kontak bila menggunakan.

R/:tehnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang. Tekankan untuk tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi.

R/: mancegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi Observasi tanda terjadinya infeksi.

R/:Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi. Berikan obat sesuai indikasi.

R/:Sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih diperlukan bila terjadi infeksi.

4.Nyeri yang berhubungan dengan trauma peningkatan TIO,inflamas intervensi bedah, atau pemberian tetes mata dilator.

Kriteria evaluasi:

Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep

(6)

nyaman.

Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul

R/: mengurangi edema akan mengurangi nyeri. Kurangi tingkat pencahayaan, cahaya diredupkan, diberi tirai/kain.

R/: tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah pembedahan. Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat.

R/: cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator. 5.Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan

penglihatan.

Kriteria evaluasi; Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri

Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala koplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter

R/:penemuan dan penenganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusaka lebih lanjut.

Beri instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai tehnik yang benar memberikan obat.

R/:pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata. Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan

R/:sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendamping dan teman dirumah. Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan.

(7)

A. DEFINISI

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan

visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun.

Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini

merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan

presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu

pembiasan cahaya.Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada

umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa

walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.

B. ETIOLOGI

1. Ketuaan ( Katarak Senilis )

2. Trauma

3. Penyakit mata lain ( Uveitis )

4. Penyakit sistemik (DM)

5. Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal,

seperti German Measles )

C. PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti

kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen

anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi

keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami

perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di

anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang

paling bermakna seperti kristal salju.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya traansparansi. Perubahan dalam

serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar

lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga

mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini

mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan

bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim

akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita

katarak.

(8)

Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes)

tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering

berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan

asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

D. MANIFESTASI KLINIK

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan

ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang

diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann

seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak aakan tampak dengan oftalmoskop.

Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan

tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau

redup, emnyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam

hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,

akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.

2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.

3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)

4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma

6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,

perdarahan.

7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

8. EKG, kolesterol serum, lipid

9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

F. PENATALAKSANAAN

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana

pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja

ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang

dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi

(9)

keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk

mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan

glaukoma.

Ada 2 macam teknik pembedahan ;

1. Ekstraksi katarak intrakapsuler

Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.

2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler

Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak.

Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.

G. PENGKAJIAN.KEPERAWATAN

1. Aktifitas Istirahat

Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

2. Neurosensori

Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan

bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap.

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan

kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ).

Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan

merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.

3. Nyeri / Kenyamanan

Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau

sekitar mata, sakit kepala

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler,

peningkatan TIO ditandai dengan :

Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan

pandangan kabur, dll

(10)

Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.

Kriteria hasil :

Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk

melindungi diri dari cedera.

Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Intervensi :

1. Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas,

penampilan, balutan mata.

2. Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai

keinginan

3. Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.

4. Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.

5. Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru.

6. Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress.

7. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.

8. Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki

kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema dengan senter sesuai

indikasi

9. Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.

10. Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik.

2. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :

menurunnyaketajaman penglihatan

perubahan respon biasanya terhadap rangsang.

Tujuan :

Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori

dan berkompensasi terhadap perubahan.

Kriteria Hasil :

- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Intervensi :

(11)

2. Orientasikan klien tehadap lingkungan

3. Observasi tanda-tanda disorientasi.

4. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.

5. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi

bila menggunakan tetes mata.

6. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang

lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.

7. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang

tidak dioperasi.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak

mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai

dengan :

pertanyaan/pernyataan salah konsepsi

tak akurat mengikuti instruksi

terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

Tujuan :

Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.

Kriteria Hasil :

Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi :

1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.

2. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan – penglihatan

berawan.

3. Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.Diskusikan

kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.

4. Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat

defekasi, membongkok pada panggul, dll.

5. Dorong aktifitas pengalihan perhatian

6. Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur

menggunakan kacamata pelindung.

7. Anjurkan klien tidur terlentang.

8. Dorong pemasukkan cairan adekuat.

9. Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba.

DAFTAR PUSTAKA

(12)

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.

Jakarta . EGC

Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni

Pendidikan Keperawatan Pajajaran

Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta.

EGC

Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih

bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Ekstrak Etanol Tali Putri (Cassytha filiformis L.) terhadap Fungsi Hati Mencit Putih Jantan.. Padang : Fakultas Farmasi

Secara umum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan saintifik pada siklus I telah terlaksana cukup baik. Meskipun

Pengobatan secara tradisional masih tetap berlangsung di desa ini yaitu terdapat dukun kampung yang biasa membantu dalam kegiatan melahirkan dan melakukan

Berkenaan dengan Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, maka terdapat beberapa teori di Negara lain yang dapat menjelaskan perbedaan yang mencolok terhadap ideologi

a Sebelum proses penarikan konduktor dan ground wire dilaksanakan, harus di cek terlebih dahulu seluruh jalur yang akan dilalui pekerjaan stringing apakah telah aman, terutama

Negara berkembang, seperti Indonesia, menyadari bahwa korporasi multinasional dengan berbagai cara mempergunakan rekayasa transfer pricing untuk mengalihkan

2 data spasial dan atribut jalan, sungai, lokasi bangunan, landuse Kota Bogor dapat diperoleh dari data peta format vektor pada penelitian sebelumnya yakni Sistem

Pasien Kebidanan yang memerlukan tindakan lanjut/konsul ke dokter spesialis pada jam kerja, perawat akan menghubungai dokter konsulen dan bila kondisi pasien memungkinkan untuk