TUGAS PERENCANAAN PERKERASAN JALAN RAYA 2
TUGAS PERENCANAAN PERKERASAN JALAN RAYA 2
Di ajukan sebagai salah satu syarat pemenuhan tugas Mata Kuliah Perencanaan Di ajukan sebagai salah satu syarat pemenuhan tugas Mata Kuliah Perencanaan
Perkerasan Jalan Raya Perkerasan Jalan Raya
Semester Genap Semester Genap Tahun Akademik 2017/ 2018 Tahun Akademik 2017/ 2018 Di susun oleh : Di susun oleh : Resi Alista 2411151181 Resi Alista 2411151181
JURUSAN TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDRAL AHMAD YANI UNIVERSITAS JENDRAL AHMAD YANI
CIMAHI CIMAHI
2017 2017 Jalan Terusan Jende
PERANCANGAN PERKUATAN JALAN LAMA (OVERLAY)
DAN PELEBARAN
Kasus:
Akan dilakukan perancangan perkuatan jalan lama (Overlay) dan pelebaran
pada jalan sepanjang 2Km di jalan arteri. Tebal perkerasan untuk jalan 4 lajur 2 arah akan ditingkatkan baik geometriknya menjadi 6 lajur 2 arah. Jalan direncanakan dengan umur rencana UR=10 tahun.
Susunan perkerasan jalan lama :
Asbuton (MS 744) = 12,29cm a1=0,35 60%
Lapen (Manual) = 20cm a2=0,19 80%
Sirtu Kelas A(CBR 70) = 10cm a3=0,13 100%
Jika jalan tersebut dibuka tahun 2021 (pertumbuhan lalu lintas (i) adalah 5% per tahun untuk kendaraan ringan dan 8% untuk kendaraan berat )
Data-data:
Kendaraan ringan 2 ton : 2100 kendaraan
Bus 8 ton : 600 kendaraan
Truck 2 as 13 ton : 100 kendaraan
Truck 3 as 20 ton : 50 kendaraan
Truck 5 as 30 ton : 30 kendaraan
Truck 2 as 10 ton : 70 kendaraan
Parameter yang digunakan dalam perhitungan perkerasan lentur jalan yaitu meliputi :
1.) Lalu Lintas
Jumlah lajur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruang jalan raya. Maka jumlah lajur ditentukan dari lebar perkerasan menurut tabel dibawah ini:
Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (n)
L < 5,50 m 5,50 m L < 8,25 8,25 m L < 11,25 11,25 m L < 15,00 15,00 m < 18,75 18,75 m L < 22,00 1 jalur 2 jalur 3 jalur
4 jalur ( jalan lama) 5 jalur
6 jalur (jalan pelebaran)
Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan ( C ) untuk menghitung lalu lintas ekuivalen.
Ditentukan pada tabel koefisien dengan 6 lajur 2 arah maka didapatkan lebar perkerasan ( L ) 20 m dan didapatkan koefisien ( C ) kendaraan ringan sebesar 0.20
2.) Angka ekuivalen masing-masing golongan beban sumbu untuk setian kendaraan
Kendaraan ringan 2 ton (1+1) : 0,0004
Bus 8 ton (3+5) : 0,1593
Truck 2 as 13 ton (5+8) : 1,0648
Truck 3 as 20 ton (6+7+7) : 1,3753
Truck 5 as 30 ton (6+14+5+5): 1,3195
Truck 2 as 10 ton (4+6) : 0,3500
3.) Lalu lintas harian rata-rata setiap jenis kendaraan pada awal umur rencana, yang dihitung untuk sebagai berikut :
No. Kendaraan LHR ( Kend/Hari) Angka Ekivalen (E) C
1 Kendaraan ringan 2 ton
2150 0,0004 0,2 2 Bus 8 ton 600 0,1593 0,4 3 Truck 2 as 13 ton 100 1,0648 0,4 4 Truck 3 as 20 ton 50 1,3753 0,4 5 Truck 5 as 30 ton 30 1,3195 0,4 6 Truck 2 as 10 ton 70 0,3500 0,4 TOTAL 3.000 PERHITUNGAN:
Perhitungan LHR A= LHR j(1+i )UR
Kendaraan ringan 2 ton : 3502,12 kendaraan
2.150 x (1+0,05)^10 = 3502,12 kendaraan
Bus 8 ton : 1295,35 kendaraan
Truck 2 as 13 ton : 215,892 kendaraan
Truck 3 as 20 ton : 107,946 kendaraan
Truck 5 as 30 ton : 64,768 kendaraan
Rumus perhitungan LEP :
LEP = LHR P x C x E
Kendaraan ringan 2 ton (1+1) : 2.150 x 0,20 x 0,0004
= 0,172 Rumus perhitungan LEA :
LEA = LHR A x C x E
Kendaraan ringan 2 ton (1+1) :3502,12,8 x 0,20 x 0,0004
= 1,888 Rumus perhitungan LET :
LET = ∑+ ∑
2
LET = ∑34,3+ ∑29,49
2 = 212
Rumus perhitungan LER :
LER = LET
LER = 212
= 212
LHR A LEP LEA LET LER
3502.12 0.172 0.280 212 212 1295.35 38.232 82.540 215.892 42.592 91.953 107.946 27.506 59.383 64.768 15.834 34.184 151.125 9.800 21.157 TOTAL 134.136 289.498
4.) Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan California Bearing Ratio
Data CBR yang digunakan adalah harga-harga CBR dari pemeriksaan lapangan dan uji laboratorium dari data CBR ditentukan harga CBR yang mewakili atau CBR segmen yang di olah sebagai berikut :
Data CBR dari jalan lama yang didapat : 2 – 2 – 2,5 – 2,5 – 3 – 3,5 – 3 – 3 – 2,5 – 3 – 2 – 2,5 – 2 – 2,5 – 3 – 5 – 5 – 4 – 4 – 4,5 – 3,5 – 3,5 – 3,5 – 3 – 4 – 4 – 4 – 4,5 – 5 – 5 – 5 – 2 – 5 – 5 – 4,5 – 5 – 5 – 2 – 2,5 – 2 – 2 – 2,5 – 4 – 4 – 4,5 – 4,5 – 3,5 – 4,5 – 4 – 5 CBR Jumlah yang Sama atau Lebih Besar
Persentase (%) yang Sama atau Lebih Besar
2 50 (50/50) x 100 100 % 2,5 42 (42/50) x 100 84 % 3 35 (35/50) x 100 70 % 3,5 29 (29/50) x 100 58 % 4 24 (24/50) x 100 48 % 4,5 16 (16/50) x 100 32 % 5 10 (10/50) x 100 20 %
Persentase CBR yang didapat di plotkan ke grafik CBR
Dari hasil grafik CBR maka di dapatkan nilai CBR segmen setelah di tarik garis pada 90% dan menghasilkan nilai sebesar 2,4
Data CBR dari pelebaran yang didapat : 2 – 2 – 2 – 2 – 2 – 2 – 2,5 – 2,5 – 2,5 – 2,5 – 2,5 – 2,5 – 2,5 – 2,5 – 2,5 – 2,5 – 3 – 3 – 3,5 – 3,5 – 3,5 – 3,5 – 3,5 – 4 – 4 – 4 – 4 – 4 – 4,5 – 4,5 – 4,5 – 4,5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 – 5 CBR Jumlah yang Sama atau Lebih Besar
Persentase (%) yang Sama atau Lebih Besar 2 50 (50/50) x 100 100 % 2,5 44 (44/50) x 100 88 % 3 34 (34/50) x 100 68 % 3,5 32 (32/50) x 100 64 % 4 27 (27/50) x 100 54 % 4,5 22 (22/50) x 100 44 % 5 18 (18/50) x 100 36 %
Persentase CBR yang didapat di plotkan ke grafik CBR
Dari hasil grafik CBR maka di dapatkan nilai CBR segmen setelah di tarik garis pada 90% dan menghasilkan nilai sebesar 2,5
Dari nilai CBR segmen yang telah didapatkan maka dapat diperoleh nilai DDT dari grafik korelasi DDT dan CBR, dimana grafik DDT dalam skala linier, dan grafik CBR dalam skala logaritma. Hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut:
Maka dari hasil plotan di atas dapat diketahui perbandingan hasil DDT jalan lama sebesar 3,4 sedangkan untuk jalan pelebaran didapatkan hasil 3,6
5.) Faktor regional
Faktor regional adalah keadaan lapangan yang mencakup permeabilitas tanah, perlengkapan drainase, bentuk alinyemen, presentase kendaraan berat dengan MST
>= 13 ton dan kendaraan yang berhenti.
% kendaraan berat = ℎ
ℎ 100
=5
27 100
Maka setelah didapatkan % kendaraan berat < 30% dapat ditentukan iklim I < 900mm/ tahun dengan kelandaian II (6-10%)
Dari tabel diatas maka dapat ditetapkan nilai faktor regional sebesar 1,0
6.) Indeks permukaan (IP)
Nilai indeks permukaan awal (IPo) ditentukan dari jenislapis permukaan dan nilai indeks permukaan akhir (IPt) ditentukan dari nilai LER.
Nilai IPo ditentukan pada tabel di bawah ini :
Maka dari tabel diatas dapat ditentukan nilai IPo sebesar 3,9-3,5 yang di ambil nilai sebesar 3,6
Nilai IPt ditentukan pada tabel dibawah ini :
Maka dari tabel diatas dapat ditentukan nilai IPt sebesar 2,5
7.) Indeks Tebal Perkerasan
Nilai indeks tebal perkerasan diperoleh dari nomogram dengan mem- pergunakan nilai-nilai yang telah diketahui sebelumnya, yaitu : LER selama umur rencana, nilai DDT, dan FR yang diperoleh. Berikut ini adalah hasil dari pengeplotan di nomogram yang menggunakan nomogram 4 .
8.) Koefisien Kekuatan Relatif Bahan (a)
Koefisien kekuatan relatif bahan-bahan yang digunakan sebagai lapis permukaan, lapis pondasi, dan lapis pondasi bawah disajikan dalam tabel berikut.
Dari data tabel diatas maka dapat ditetapkan bahan-bahan perkerasan sebagai berikut:
Asbuton (MS 744) a1 = 0,35
Lapen (Manual) a2 = 0.19
Sirtu Kelas A(CBR 70) a3 = 0.13
9.) Tebal Minimum Lapis Perkerasan
Tebal minimum lapis perkerasan ditentukan dengan tabel batas minimum lapis permukaan dan lapis pondasi dibawah ini:
Dari tabel diatas maka dapat ditentukan bahwa:
Batas tebal minimum lapis perkerasan = 7,5 cm
Batas minimum tebal lapis pondasi = 20 cm
Setelah parameter-parameter tersebut diperoleh dari nilai ITP dan nilai koefisien kekuatan relative untuk masing-masing lapis permukaan. Maka untuk merancang perkuatan jalan lama (Overlay) dan pelebaran dihitung sebagai berikut:
Kekuatan Jalan Lama:
Asbuton (MS 744) = 12,29cm a1=0,35 60% = 2,581
Lapen (Manual) = 20cm a2=0,19 80% = 3,04
Sirtu Kelas A(CBR 70) = 10cm a3=0,13 100% = 1,3
ITP ada = 6,921
Dengan Umur rencana selama 10 tahun maka overlay dihitung ∆ITP = ITP10 – ITP adal
= 9,3 – 6,921
=2,379 = 0,35 x D1 D1 = 2,379
,35 = 6,80 Asbuton (MS 744)
Maka untuk menentukan tebal perkerasan pelebaran dihitung :
ITP = (a1 x D1) + (a2 x D2) + (a3 x D3)
Dimana :
A1,a2,a3 = koefisien kekuatan relative bahan untuk
masing-masing lapisan perkerasan.
D1,D2,D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan
Telah di tetapkan nilai D2 sebesar 20cm dan D3 sebesar 10cm maka D1 dapat dihitung sebagai berikut:
9 = (0,35 x D1) + (0,19 x 20) + (0,13 x 10)
Maka susunan tebal perkerasan jalan adalah sebagai berikut :
Asbuton (MS 744) = 11,142 cm
Lapen (Manual) = 20
Sirtu Kelas A(CBR 70) = 10