• Tidak ada hasil yang ditemukan

Baku rujukan pertumbuhan merupakan alat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Baku rujukan pertumbuhan merupakan alat"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Perbandingan Baku Rujukan

World Health

Organization

Child Growth Standards

(WCGS)

dan

National Center For Health Statistics

(NCHS)/WHO: Implikasinya pada Diagnosis

Tuberkulosis Anak Balita

Harry Iskandar, Heda Melinda D. Nataprawira, Julistio TB. Djais, Herry Garna

Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS Dr. Hasan Sadikin Bandung

Latar belakang. Latar belakang. Latar belakang. Latar belakang.

Latar belakang. Badan kesehatan dunia WHO mengeluarkan baku rujukan yang disebut WHO Child Growth Standards ( ( ( ( (WCGS) menggantikan NCHS/WHO untuk menilai pertumbuhan anak usia 0-5 tahun. Status gizi merupakan salah satu kriteria dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis (TB) anak di Indonesia sehingga pemilihan baku rujukan status gizi mungkin berpengaruh terhadap diagnosis TB anak balita. Tujuan.

Tujuan. Tujuan. Tujuan.

Tujuan. Mengetahui implikasi penilaian status gizi menggunakan baku rujukan WCGS dibandingkan NCHS/WHO untuk diagnosis TB anak balita.

Metode. Metode. Metode. Metode.

Metode. Penelitian potong-lintang dengan membandingkan dua baku rujukan untuk menilai status gizi dan menegakkan diagnosis TB anak balita. Penelitian berdasarkan data sekunder penelitian prevalens TB anak balita yang dilakukan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Bandung selama periode Februari-Juli 2006. Uji McNemar digunakan untuk membandingkan status gizi dan diagnosis TB antara kedua kelompok baku rujukan.

Hasil. Hasil. Hasil. Hasil.

Hasil. Berdasarkan uji McNemar didapatkan perbedaan status gizi yang bermakna secara statistik antara kelompok WCGS dan NCHS/WHO (p=0,002), meskipun demikian tidak didapatkan perbedaan diagnosis TB antara kedua kelompok tersebut.

Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan.

Kesimpulan. Baku rujukan WCGS dapat digunakan untuk menentukan status gizi dan diagnosis TB pada populasi penelitian ini. (Sari Pediatri 2008; 9(5):323-7).

Kata kunci: WHO Child Growth Standards, NCHS/WHO, status gizi, TB anak

Alamat korespondensi

Dr. Harry Iskandar, Sp.A, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RS Dr. Hasan Sadikin,

Jl. Pasteur No. 38, Bandung, Telepon/Fax. (022) 2034426, 2035957

B

aku rujukan pertumbuhan merupakan alat yang paling sering digunakan dan sangat bermanfaat untuk menilai pertumbuhan seorang anak, baik dalam skala individu,

(2)

kelompok, maupun komunitas. Berdasarkan data dari United States Health Examination Surveys dan Ohio Fels Research Institute, National Center for Health Statistics (NCHS) dan Center for Disease Control (CDC) membuat distribusi persentil yang diperhalus untuk berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala anak mulai lahir sampai usia 18 tahun.1,2 Pada tahun 1975, sebuah kelompok kerja yang terdiri dari para ahli merekomendasikan WHO untuk menggunakan data NCHS tersebut (selanjutnya disebut NCHS/WHO) menjadi baku rujukan untuk menilai pertumbuhan serta status gizi, dan berlaku sebagai standar internasional walaupun masih banyak terdapat keterbatasan.3

Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan ter-sebut, pada tahun 1993 WHO mengevaluasi baku rujukan NCHS/WHO dengan membuat proyek WHO Multicentre Growth Reference Study (MGRS),4,5 kemudian menetapkan baku rujukan baru yang dikeluarkan pada tahun 2006 dan disebut dengan WHO Child Growth Standard (WCGS).6-8

De Onis dkk,9 melakukan penelitian potong-lintang untuk membandingkan baku rujukan WCGS dan NCHS/WHO. Subjek penelitian tersebut adalah anak usia 0-5 tahun yang mewakili berbagai ras dan negara di dunia. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan bahwa jumlah anak kurang gizi menjadi lebih banyak dengan menggunakan baku rujukan WCGS dibandingkan dengan NCHS/WHO pada anak usia 0-6 bulan. Sebaliknya, pada anak usia >6 bulan jumlah anak kurang gizi menjadi lebih sedikit dengan menggunakan baku rujukan WCGS di-bandingkan dengan NCHS/WHO.

Status gizi merupakan salah satu kriteria dalam sistem skoring diagnosis tuberkulosis (TB) anak menurut Pedoman Nasional TB (PNTB) Anak yang dibuat oleh Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK Pulmonologi PP IDAI) tahun 2005.10 Baku rujukan yang digunakan untuk menentukan status gizi pada kriteria diagnostik menurut PNTB Anak tidak disebutkan secara eksplisit. Berdasarkan kenyataan adanya perbedaan penilaian status gizi dengan menggunakan baku rujukan WCGS dibandingkan dengan NCHS/WHO, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implikasi penilaian status gizi dengan menggunakan baku rujukan WCGS dibandingkan dengan NCHS/WHO terhadap penentuan diagnosis TB anak berdasarkan krtieria PNTB Anak.

Metode

Penelitian potong-lintang dengan menggunakan data sekunder penelitian kami terdahulu yang dilakukan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Bandung selama periode Februari-Juli 2006 mengenai prevalens TB anak balita. Penelitian telah mendapatkan persetujuan etik dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Diagnosis TB menggunakan kriteria diagnostik dengan sistem skoring menurut PNTB Anak UKK Pulmonologi PP IDAI tahun 2005. Kriteria diagnostik tersebut meliputi adanya kontak dengan kasus TB paru dewasa, uji tuberkulin, status gizi (keadaan gizi), demam tanpa sebab jelas, batuk, pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, atau inguinal, pembengkakan tulang/ sendi panggul, lutut, atau falangs, serta foto rontgen toraks (Tabel 1).10 Diagnosis TB dibedakan menjadi penyakit TB dan infeksi TB. Penyakit TB ditegakkan bila memenuhi kriteria TB menurut PNTB Anak UKK Pulmonologi PP IDAI tahun 2005, sedangkan bila tidak memenuhi kriteria tersebut tetapi didapatkan hasil indurasi uji kulit tuberkulin positif (>10 mm atau untuk anak yang dianggap imunosupresi >5 mm) maka disebut dengan infeksi TB. Pada sistem skoring diagnostik TB anak tersebut terdapat status gizi sebagai salah satu kriteria dengan menggunakan berat badan terhadap usia (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Nilai skor 1 diberikan untuk BB/TB <90% atau BB/U <80%, sedangkan untuk BB/TB <70% atau BB/U <60% atau bila dijumpai keadaan klinis gizi buruk diberi skor 2. Baku rujukan yang digunakan untuk menentukan status gizi tidak disebutkan.10

Kami melakukan modifikasi kriteria status gizi untuk memudahkan pelaksanaan ini di lapangan dengan menetapkan skor 1 untuk BB/TB 70 <90% (disebut kurang gizi ringan-sedang), skor 2 untuk BB/ TB <70% atau bila dijumpai keadaan klinis gizi buruk (disebut gizi buruk), serta skor 0 utuk BB/TB >90% (disebut gizi baik/lebih). Baku rujukan yang digunakan pada penelitian kami yang terdahulu tersebut adalah baku rujukan NCHS/WHO. Pada penelitian tersebut didapatkan 20 orang anak dengan kurang gizi ringan-sedang, 41 orang anak dengan gizi baik atau lebih, dan tidak didapatkan anak dengan gizi buruk. Diagnosis TB pada penelitian terdahulu dibedakan menjadi infeksi TB dan penyakit TB Infeksi TB adalah

(3)

didapatkannya uji tuberkulin positif tetapi jumlah skor <6, sedangkan penyakit TB ditegakkan bila jumlah skor >6 berdasarkan kriteria diagnosis TB menurut UKK Pulmonologi PP IDAI (2005).11 Infeksi TB terdapat pada 6 (9,8%; IK 95% 2,3-17,3) orang anak, dan penyakit TB ditemukan pada 10 (16,4%; IK 95% 7,1-24,7) orang anak.

Dihitung ulang BB/TB subjek penelitian dengan menggunakan baku rujukan WCGS. Data BB/TB yang didapat dengan baku rujukan WCGS diklasifikasikan sama dengan klasifikasi NCHS/ WHO yaitu gizi baik/lebih, kurang gizi ringan-sedang, dan gizi buruk. Untuk membandingkan status gizi antara kelompok WCGS dan NCHS/ WHO digunakan uji komparatif kategorik ber-pasangan tabel 2x(>2) yaitu dengan uji marginal homogeinity.11

Terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok baku rujukan status gizi selanjutnya ditindaklanjuti dengan membandingkan diagnosis TB yang dibedakan menjadi normal, infeksi TB, dan penyakit TB, juga dengan menggunakan uji komparatif kategorik berpasangan tabel 2x(>2) dengan uji marginal homogeinity.11

Hasil

Setelah diklasifikasikan ternyata dengan menggunakan baku rujukan WCGS didapatkan 10 orang anak kurang gizi ringan-sedang, 51 orang anak gizi baik atau lebih, dan tidak didapatkan anak dengan gizi buruk dibandingkan dengan 20 orang anak dengan kurang gizi ringan-sedang, 41 orang anak dengan gizi baik

Tabel 1. Kriteria diagnosis tuberkulosis anak UKK Pulmonologi PP IDAI (2005)

Parameter Skor

0 1 2 3

Kontak TB Tidak jelas Laporan keluarga, Kavitas (+), BTA (+) BTA (-), atau tidak tahu BTA tidak jelas

Uji tuberkulin Negatif Positif (>10 mm,

atau >5 mm pada imunosupresi) Berat badan

(BB)/keadaan gizi BB/TB <90% atau Klinis gizi buruk BB/U <80% atau BB/TB <70%

atau BB/U <60%

Demam tanpa > 2 minggu

sebab jelas

Batuk > 3 minggu

Pembesaran kelenjar Ukuran >1 cm, limfe leher, aksila, jumlah >1,

inguinal tidak nyeri

Pembengkakan Ada pembengkakan

tulang/sendi panggul, lutut, falang

Foto rontgen toraks Normal/ - Infiltrat - Kalsifikasi + infiltrat tidak jelas - Pembesaran kelenjar - Pembesaran kelenjar

- Konsolidasi segmental/lobar + infiltrat - Atelektasis

Keterangan

Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis Berat badan dinilai saat datang

Penyakit TB: jumlah skor >6

(4)

atau lebih, dan tidak didapatkan anak dengan gizi buruk dengan menggunakan baku rujukan NCHS/ WHO (Tabel 2).

Pada Tabel 2 tertera tidak didapatkan gizi buruk pada kedua baku rujukan, sehingga digunakan uji komparatif kategori berpasangan tabel 2x2 dengan uji McNemar. Berdasarkan uji McNemar, didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok WCGS dan NCHS/WHO (p=0,002).

Perbedaan status gizi menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah skor untuk tiap subjek penelitian. Namun demikian, pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan diagnosis TB pada kelompok WCGS dibandingkan dengan NCHS/WHO yaitu infeksi TB terdapat pada enam (9,8%; IK 95% 2,3-17,3) orang anak, sedangkan penyakit TB terdapat pada 10 (16,4%; IK 95% 7,1-24,7) orang anak (Tabel 3).

Pada Tabel 3 tampak tidak terdapat perbedaan diagnosis TB menggunakan status gizi berdasarkan baku rujukan WCGS dan NCHS/WHO, sehingga tidak diperlukan uji marginal homogeinity untuk melihat adanya perbedaan secara statistik.

Diskusi

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan secara bermakna antara penilaian status gizi dengan

menggunakan baku rujukan WCGS dan NCHS/ WHO. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan kriteria inklusi populasi penelitian NCHS/WHO dan WCGS (WHO MGRS). Pada data WHO MGRS hanya melibatkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sedangkan data NCHS/WHO didominasi oleh bayi yang menggunakan susu formula. Perbedaan lain adalah interval pengukuran pada data WHO MGRS dilakukan setiap dua minggu selama satu bulan pertama yang dilanjutkan dengan pengukuran tiap bulan dibandingkan dengan pengukuran tiap tiga bulan pada data NCHS/WHO. Selain itu WCGS telah menggunakan metode analitik yang lebih baik dengan bentuk kurva pertumbuhan yang lebih disempurnakan.6-8

Setelah diimplementasikan pada diagnosis TB anak berdasarkan sistem skoring menurut kriteria Pedoman Nasional TB Anak UKK Pulmonologi PP IDAI tahun 2005, ternyata penggunaan kedua baku rujukan tidak berbeda. Hal ini mungkin disebabkan karena diagnosis penyakit TB memerlukan jumlah skor minimal adalah 6, sedangkan perubahan status gizi hanya mengubah satu skor saja sehingga pengaruhnya tidak terlalu besar.

Kesimpulan

Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan diagnosis TB anak balita menggunakan status gizi berdasarkan baku rujukan WCGS dan NCHS/WHO. Status gizi dengan menggunakan baku rujukan WCGS dapat digunakan sebagai salah satu kriteria diagnostik TB anak balita pada populasi subjek penelitian ini.

Daftar Pustaka

1. United States Vital and Health Statistics. National Center for Health Statistics: growth curves for children birth-18 years. Ser. 11, No. 165, DHEW publ 78-1650. Wash-ington: Government Printing Office, 1977.

2. Hamill PVV, Drizd TA, Johnson CL, Reed RB, Rouche AF, Moore WM. Physical growth: national center for health statistics percentiles. Am J Clin Nutr. 1979; 32:607-29.

3. World Health Organization. A growth chart for inter-national use in maternal and child health care - guide-lines for primary health care personnel. Geneva: WHO; 1978.

Tabel 2. Perbandingan status gizi dengan menggunakan baku rujukan WCGS dan NCHS/WHO

Baku rujukan Status gizi

Gizi Kurang gizi Gizi Jumlah baik/lebih ringan-sedang buruk

WCGS 51 10 0 61

NCHS/WHO 41 20 0 61

Jumlah 92 30 0 122

Tabel 3. Perbandingan diagnosis tuberkulosis dengan menggunakan status gizi berdasarkan baku rujukan WCGS dan NCHS/WHO

Baku rujukan Diagnosis TB Jumlah Normal Infeksi TB Penyakit TB

WCGS 45 6 10 61

NCHS/WHO 45 6 10 61

(5)

4. World Health Organization. Physical status: the use and interpretation of anthropometry. Report of a WHO Expert Committee. Technical Report Series No. 854. Geneva: World Health Organization; 1995.

5. de Onis M, Garza G, Victora CG, Onyango AW, Frongillo EA, Martines J. The WHO Multicentre Growth Reference Study: planning, study design, and methodology. Food and Nutr Bull. 2004; 25[suppl.1] : S15-26.

6. WHO Multicentre Growth Reference Study Group. WHO child growth standards: length/height-for-age, weight-for-age, weight-for length, weight-for-height, and body mass index-for-age: methods and development. Geneva: WHO; 2006.

7. WHO Multicentre Growth Reference Study Group. WHO child growth standards based on length/

height, weight, and age. Acta Paediatr Suppl. 2006; 450:76-85.

8. de Onis M, Garza C, Onyango AW, Mantorell R. WHO child growth standards. Acta Paediatr Suppl. 2006; 450: 1-101.

9. de Onis M, Onyango AW, Borghi E, Garza C, Yang H. Comparison of the World Health Organozation (WHO) Child Grooth Standards and the National Center for Health Statistics/WHO international growth reference: implications for the child health programmes. Publ Health Nutr. 2006; 9:942-7.

10. UKK Pulmonologi PP IDAI. Pedoman nasional tuberkulosis anak. Jakarta: IDAI; 2005.

11. Dahlan MS. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan – seri 1 uji hipotesis dengan menggunakan SPSS. Jakarta: Arkans; 2004.

Gambar

Foto rontgen toraks Normal/ - Infiltrat - Kalsifikasi + infiltrat tidak jelas - Pembesaran kelenjar - Pembesaran kelenjar
Tabel 2. Perbandingan status gizi dengan menggunakan baku rujukan WCGS dan NCHS/WHO

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak

(engan membuat garis lurus, siswa dapat berlatih keseimbangan dengan disiplin. 2ola dari kertas atau bahan lain yang lunak... an'as, kuas, palet, cat air, dan cat minyak

Gambar tari di atas ditampilkan di ruang terbuka (outdoor) beralaskan tanah dengan posisi pemain melingkar dalam tata pentas arena. Gambar tari di atas adalah.... Tari serimpi

Dalam melakukan edukasi maka farmasis dapat dibantu oleh media berupa audio,visual dan media gabungan yaitu audiovisual, Media yang paling sering digunakan dalam

Permasalahan yang dihadapi para guru di Sekolah Dasar Negeri Dharma Caraka sebagai peserta kegiatan pengabdian dalam bentuk pelatihan membuat tulisan ilmiah

4 Saya bersedia datang kembali ke Draco Waterpark karena harga yang ditawarkan sesuai dengan fasilitas yang tersedia.. Listwise deletion based on all variables in

Galur Shr.W.60/IAC.100-39-5-48-19 teridentifikasi sebagai galur yang stabil (beradaptasi luas), berdaya hasil lebih tinggi daripada varietas pembanding Anjasmoro, dan

Penelitian mengenai penentuan umur pembentukan formasi ini menjadi menarik dikarenakan terdapatnya perbedaan pendapat mengenai umur pembentukan formasi ini oleh