ANGGARAN DASAR WAMTI 2016 BAB I
NAMA DAN KEDUDUKAN ORGANISASI
Pasal 1
Nama – Status – Sekretariat – lama waktu – pengurus – lambang
1. Nama Organisasi adalah Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan Indonesia atau disingkat WAMTI.
2. WAMTI adalah sebuah perkumpulan (asosiasi) tanpa tujuan keuntungan dan bergerak dibidang sosial kemasyarakatan dengan dasar kesukarelaan.
3. Sekretariat Nasional WAMTI berada di Jakarta. 4. Lama waktu WAMTI tidak ditentukan.
5. WAMTI memiliki Pengurus yang berada di tingkat Nasional, tingkat Kabupaten, 6. Kecamatan dan Desa.
WAMTI mempunyai lambang yaitu wajah petani dengan memakai topi (caping) di dalam wadah setengah lingkaran lonjong yang dibawahnya bertuliskan kemanusiaan dan
BAB II
MISI, TUJUAN DAN PROGRAM Pasal 2
Misi, Tujuan dan Program 1. Misi WAMTI adalah :
Meningkatkan taraf kehidupan petani, nelayan dan masyarakat pedesaan Indonesia. 2. Tujuan WAMTI adalah :
Menjadikan WAMTI sebagai organisasi sentral bagi perjuangan Petani dan Nelayan dalam memperoleh hak-hak dasar petani dan nelayan Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
3. Program-program WAMTI adalah :
a) Mempersatukan Petani dan Nelayan, sehingga dapat ikut serta dalam proses pembuatan kebijakan di tingkat Daerah, Nasional, Regional, maupun Internasional dalam upaya meningkatkan kesajahteraan hidup mereka.
b) Melakukan pembelaan terhadap kebijakan dari pihak-pihak yang merugikan kehidupan Petani dan Nelayan Indonesia.
c) Melakukan pemberdayaan untuk :
Meningkatkan kemampuan Petani dan Nelayan sehingga dapat berpatisipasi dalam proses pembuatan kebijakan Pemerintah yang terkait kehidupan Petani dan Nelayan.
Meningkatkan kemampuan Petani dan Nelayan dalam mengembangkan Teknologi, Perluasan pasar, dan posisi tawar menawar.
Memperkuat Perekonomian Petani dan Nelayan melalui koperasi WAMTI.
d) Mewakili petani dan nelayan dalam forum-forum pemerintah atau non pemerintah baik yang berada di tingkat Daerah, Nasional, Regional maupun internasional.
e) Bekerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah, lembaga-lembaga kemasyarakatan, lembaga/organisasi international, dunia usaha dan lain sebagainya dalam upaya
memperbaiki mata pencaharian petani dan nelayan dibidang:
Inovasi teknologi budidaya, pengolahan hasil pertanian dan penangkapan ikan.
Pemasaran dan perdagangan.
Pengembangan koperasi dan usaha pedesaan.
Penelitan, kajian dan konsultasi.
Pelatihan-pelatihan.
Promosi.
f) Melaksanakan secara mandiri maupun bekerjasama dengan berbagai pihak
menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antar petani dan nelayan dalam bentuk dialog, seminar, workshop, kongres dan lain sebagainya sesuai dengan tujuan organisasi.
BAB III
KEPENGURUSAN WAMTI Pasal 3
Struktur Kepengurusan Struktur Kepengurusan WAMTI terdiri atas : 1. Pengurus Nasional (PengNas), merupakan kepengurusan WAMTI di tingkat nasional. 2. Pengurus Daerah (PengDa), merupakan kepengurusan WAMTI di tingkat kebupaten dan
Kota.
3. Komisariat kecamatan (KomCam), merupakan organ Pengda WAMTI di tingkatkecamatan.
4. Kelompok Pedesaan (PokDes), merupakan organ WAMTI di tingkat pedesaan. Pasal 4
Susunan Organisasi Susunan Organisasi WAMTI terdiri dari :
1. Penasehat Organisasi. 2. Pimpinan Organisasi.
3. Unsur Fungsionaris OrganisasiPasal Penasehat Organisasi :
1. Adalah orang-orang yang berfungsi sabagai penasehat organisasi.
2. Penasehat diangkat serta diberhentikan berdasakan keputusan rapat umum untuk masa 3. bhakti / jabatan selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali. Persyaratan untuk
diangkat menjadi penasehat adalah :
a. Tokoh yang berpengalaman dan aktif memperjuangkan dalam bidang pertanian dan nelayan, dan atau
b. Tokoh petani nelayan yang terbukti integritasnya baik yang berada di tingkat nasional maupun daerah.
Pasal 6
Pimpinan Organisasi
1. Pimpinan organisasi di tingkat Nasional di sebut Pengurus Nasional (PengNas) adalah pimpinan tertinggi Organisasi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan organisasi secara Nasional selama periode Masa Bhakti 5 (lima) tahun.
2. Pengurus Nasional dipimpin oleh seorang Presiden yang dipilih dan di tetapkan melalui mekanisme pemilihan dalam Rapat Umum Nasional setiap 5 (lima) tahun sekali.Susunan 3. Pengurus Nasional terdiri dari :
a. Seorang Presiden. b. Wakil-wakil Presiden. c. Sekretaris.
d. Bendahara.
e. Unsur fungsionaris yang terdiri dari Petani dan Nelayan dan ahli-ahli yang Berpengalaman di Bidangnya seperti antara lain :
• Wakil Petani Padi, Jagung, Kedelai, Sayur mayur, Cabai, Kacang tanah, Bawang, Rempah-rempah dll.
• Wakil Petani Kebun Sawit, Karet, Tebu, Kopi, Coklat, Pala, Cengkeh, Buah- buahan dll.
• Petani Desa Hutan.
• Pemulia Bibit Tanaman, Ternak, Tambak dan Budidaya Kelautan. • Peternak.
• Nelayan. • Petambak.
• Dan ahli-ahli di bidang lainya yang di perlukan WAMTI.
4. Pengurus Nasional Berasal dari Kader-kader Pengurus WAMTI di tingkat Nasional, Daerah maupun Wakil-wakil Petani dan Nelayan yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia (Propinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa).
Pasal 7
Pimpinan Daerah, Kecamatan Dan Desa
1. Pimpinan organisasi di tingkat Kabupaten atau Kota di namakan Pengurus Daerah (PengDa) yang di pimpin oleh seorang Ketua yang di pilih dan di tetapkan oleh Rapat Umum Daerah di Kabupaten ataupun Kota.
2. Susunan Pengurus di tingkat Daerah (PengDa) di sahkan oleh PengNas dan Strukturnya disesuaikan dengan Situasi dan Kondisi Daerah.
3. Pimpinan organisasi ditingkat Kecamatan dinamakan Komisariat Kecamatan (KomCam), di pimpin oleh seorang Komisaris yang di angkat dan di berhentikan oleh Pengda.
4. Pimpinan organisasi ditingkat Desa dinamakan Kelompok Pedesaan (PokDes), yang di pimpin oleh seorang Ketua Kelompok yang dipilih oleh anggota-anggota dalam
kelompok
5. Ketua-Ketua Pengurus Daerah, Komisaris Kecamatan dan Ketua Kelompok Pedesaan tidak merangkap jabatan dan atau keanggotaan dari Organisasi Tani dan Nelayan lain yang berskala Nasional maupun Dearah yang ditetapkan setiap 5 (lima) tahun sekali.
Pasal 8 Anggota
1. Anggota WAMTI adalah setiap Petani dan Nelayan Indonesia atau orang-orang yang berdedikasi dalam memperbaiki bidang Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Rakyat, atas usulan Komisaris Kecamatan kepada Pengurus Daerah (PengDa) untuk di ajukan kepada Pengurus Nasional (PengNas).
2. Disetujui dan diterima keanggotaanya oleh Pengurus Nasional (PengNas). 3. Pengurus Nasional memberi nomor keanggotaan.
4. Pengangkatan dan pemberhentian anggota merupakan kewenangan dari Pengurus Nasional (PengNas), menurut tata cara dan mekanisme yang ditetapkan lebih lanjut.
BAB IV KEUANGAN
Pasal 9 Keuangan
1. Sumber keuangan organisasi berasal dari iuran anggota, sumbangan atau pendapatan lainya yang sesuai dengan misi, tujuan dan program organisasi
2. Laporan Keuangan dibuat oleh Bendahara dan diperiksa serta disahkan, baik oleh Internal Audit maupun Eksternal Audit.
BAB V
LAPORAN TAHUNAN Pasal 10
Laporan Tahunan
1. Pengurus wajib menyusun secara tertulis laporan tahunan paling lambat 5 (lima) bulan setelah berakhirnya tahun buku WAMTI.
2. Laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya :
a. Laporan keadaan dan kegiatan WAMTI selama 1 tahun buku yang lalu, serta hasil yang telah dicapai.
b. Laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan laporan keuangan.
3. Laporan tahunan wajib ditanda tangani oleh Pengurus.
BAB VI RAPAT-RAPAT
Pasal 11 Rapat-Rapat
1. Rapat kerja disingkat Raker, dihadiri oleh seluruh Pengurus dilaksanakan sekurang- kurangnya Dua tahun sekali atau sewaktu-waktu yang dianggap perlu sesuai kebutuhan dan perkembangan WAMTI.
2. Raker dapat dihadiri oleh undangan dan peninjau.
3. Rapat Pimpinan disingkat Rapim di Tingkat Nasional, dihadiri oleh unsur pimpinan Pengurus di tingkat Nasional dan Daerah, dilaksanakan sekurangnya Dua tahun sekali.
4. Rapim ditingkat Daerah, dihadiri oleh unsur Pimpinan Pengurus ditingkat Kecamatan dan Desa, dilaksanakan sekurangnya setahun sekali.
BAB VII RAPAT UMUM
Pasal 12 Rapat Umum
1. Rapat Umum merupakan forum tertinggi dan merupakan pemegang kekuasan yang memberikan keputusan tertinggi dalam WAMTI.
2. Rapat Umum diselenggarakan antara lain untuk pergantian Pimpinan Organisasi dan meminta pertanggung jawaban Pengurus selama masa bhaktinya.
3. Menyaring, menjaring, memilih dan menetapkan presiden atau ketua pengurus yang baru. 4. Rapat Umum (Nasional, Dearah) wajib diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
5. Rapat Umum harus memiliki tata tertib yang disahkan.
6. Rapat Umum Luar Biasa diadakan dalam keadaan luar biasa untuk mengganti Pimpinan karena keadaan yang luar biasa dalam kaitan Organisasi dengan syarat di usulkan oleh Pengurus-pengurus (Daerah, Kecamatan) Sekurang-kurangnya Separuh plus satu dari KePengurus-pengurusan yang sah.
Pasal 13
Rapat Umum Nasional dan Daerah
1. Para peserta Rapat Umum Nasional yang berhak hadir, dan memiliki hak suara yang di hitung dalam pengambilan keputusan, adalah : a. Pengurus Nasional adalah Presiden dan wakil-wakilnya. b. Pengurus Daerah (PengDa) adalah Ketua atau yang mewakili secara resmi (yang dibuktikan surat resmi yang ditanda tangani oleh Ketua dan Sekretaris).
2. Para Peserta rapat Umum Daerah yang berhak hadir dan memberikan suara-suara yang dihitung dalam pengambilan keputusan, adalah :
a. Pengurus Daerah adalah Ketua dan Sekretaris.
b. Komisariat Kecamatan adalah Komisaris atau yang mewakili secara resmi (yang dibuktikan surat resmi yang ditanda tangani oleh Ketua dan Sekretaris).
BAB VIII PERUBAHAN
Pasal 14 Perubahan
1. Setiap perubahan dari Anggaran Dasar dapat ditetapkan di Rapat Umum Nasional. 2. Anggaran Dasar hanya dapat diubah oleh mayoritas suara sah (separuh plus satu dari pemilik suara sah) dalam Rapat Umum Nasional.
BAB IX
ATURAN TAMBAHAN Pasal 15
Aturan Tambahan
Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran dasar akan dicantumkan dalam ketentuan anggaran rumah tangga dan aturan tambahan yang disahkan oleh pengurus nasional.
BAB X PEMBUBARAN
Pasal 16 Pembubaran
WAMTI dapat dibubarkan setiap saat dengan resolusi yang diusulkan, dibahas dan disetujui dengan cara yang sama sesuai dengan pasal 14, yang termaktub dalam perubahan anggaran
dasar.
BAB XI PENUTUP Pasal 17 Pemberlakuan
Anggaran Dasar ini Berlaku sejak Rapat Umum WAMTI dan ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 April 2016.
Ditetapkan di Jakarta Dalam Rapat Umum Nasional II