• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS DIPONEGORO MODEL TURBULEN PADA ALIRAN CAMPURAN UDARA DAN HOT EGR MESIN DIESEL DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI NUMERIK TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS DIPONEGORO MODEL TURBULEN PADA ALIRAN CAMPURAN UDARA DAN HOT EGR MESIN DIESEL DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI NUMERIK TUGAS AKHIR"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

MODEL TURBULEN PADA ALIRAN CAMPURAN UDARA DAN

HOT EGR MESIN DIESEL DENGAN MENGGUNAKAN

SIMULASI NUMERIK

TUGAS AKHIR

HENDRA RAHADIAN SAMANTHA

L2E 005 452

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

SEMARANG

MARET 2011

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk :

Alm. Ibu, Ayah , kakak dan adikku tercinta serta sahabat -sahabatku

yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan, bimbingan, dan

doa yang tulus dalam setiap langkahku. Terimakasihku sebagai tanda

bakti kepadamu.

(7)

vii

Motto :

“...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan pada diri mereka sendiri...” (Q.S Ar Ra’d ayat 11) “….Sebab sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan…” (Q.S AL Insyirah ayat 5-6 )

(8)

viii

ABSTRACT

Exhaust gas recirculation (EGR) is a method in which the exhaust gases of combustion inserted back into the engine cylinder. Numerical simulations are used to identify the characteristics of air and EGR mixtures the intake manifold EGR in diesel engines that can not be seen directly through the experiment without the use of sophisticated tools such as thermal cameras. Information obtained from numerical simulations are used to identify the temperature of the air mixture and EGR. In addition, the results of this simulation can be used as a reference for thermocouple placement is used as a means of monitoring temperature of the mixture. Working fluid used in this modeling is hot air and cold air. Velocity and temperature of incoming fluid at the entrance of the intake manifold and EGR pipe was varied in the range of openings, load and round. Turbulence modeling is used k-ε model, k-ω model and Reynolds Stress Model. The result showed that the RSM model in modeling turbulent air mixing with EGR gives the best accuracy results than the k-ε turbulence model and k-ω. Largest percentage error is shown at 100% load variation where the average error obtained from RSM turbulent model of about 0586%, followed by k-ε and then 0846% 0955% k-ω. While the smallest percentage of error is shown in load of 25% where the average error obtained from RSM turbulent model around 0291%, followed by k-ε 0:34% and then the k-ω 0389% but the RSM model has a higher time consuming compared with the model Another turbulent followed by k-ω and k-ε with time consuming an average of 559 iterations each for the RSM model, 418 iterations for k-ω model and 288 iterations for k-ε model. It can be concluded that the prediction of turbulence in the flow of air mixing with EGR by Reynolds Stress Model is closer to the experimental results than the k-ε model and k-ω model but the model of Reynolds Stress Model has a higher time consuming than the

k-ε model and k-ω.

Keywords: EGR, Model Turbulence, Reynolds Stress Model, the k-ε Model and k-ω Model.

(9)

ix

ABSTRAK

Resirkulasi gas buang (EGR) adalah suatu metode dimana gas buang hasil pembakaran dimasukan kembali ke silinder mesin. Simulasi numerik digunakan untuk mengetahui karakteristik percampuran udara dengan EGR didalam manifold intake EGR pada mesin diesel yang tidak bisa dilihat langsung melalui eksperimen tanpa menggunakan alat-alat yang canggih seperti kamera thermal. Informasi yang diperoleh dari simulasi numerik tersebut digunakan untuk mengidentifikasi temperatur campuran udara dan EGR. Selain itu hasil simulasi ini dapat digunakan sebagai acuan penempatan

thermocouple yang digunakan sebagai alat monitoring temperatur campuran. Fluida

kerja yang digunakan dalam pemodelan ini adalah udara panas dan udara dingin. Kecepatan dan temperatur fluida masuk pada sisi masuk pipa EGR dan manifold intake

divariasikan pada berbagai bukaan, beban dan putaran. Pemodelan turbulensi yang digunakan adalah k- model, k- model dan Reynolds Stress Model. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa model turbulen RSM pada pemodelan pencampuran udara dengan EGR memberikan hasil ketelitian yang terbaik dibandingkan model turbulen k-ε

dan k-ω. Prosentase error terbesar ditunjukan pada variasi beban 100 % dimana rata-rata error yang diperoleh dari model turbulen RSM sekitar 0.586%, diikuti k-ε 0.846% dan kemudian k-ω 0.955%. Sedangkan prosentase error terkecil ditunjukan pada beban 25% dimana rata-rata error yang diperoleh dari model turbulen RSM sekitar 0.291%, diikuti

k-ε 0.34% dan kemudian k-ω 0.389% akan tetapi model RSM mempunyai time

consuming yang lebih tinggi dibandingkan dengan model turbulen yang lain disusul k-

kemudian k- dengan rata-rata time consuming masing-masing 559 iterasi untuk model RSM, 418 iterasi untuk model k-ω dan 288 iterasi untuk model k-ε. Dapat disimpulkan bahwa prediksi turbulensi aliran pada pencampuran udara dengan EGR oleh Reynolds

Stress Model lebih mendekati hasil eksperimen dibandingkan k- model dan k- model

akan tetapi model Reynolds Stress Model mempunyai time consuming yang lebih tinggi dibanding k-ε model dan k-ω.

Kata Kunci: EGR, Model Turbulensi, Reynolds Stress Model, k- model dan k-

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan judul

MODEL TURBULEN PADA ALIRAN CAMPURAN UDARA DAN HOT EGR MESIN

DIESEL DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI NUMERIK”. Tugas akhir ini

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi pada program strata satu (S1) di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan, bantuan, serta dukungan kepada :

1. Dr. Syaiful, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing.

2. Dr. MSK. Tony Suryo Utomo, ST, MT, selaku Koordinator Tugas Akhir.

3. Dr.Ir.Dipl.Ing. Berkah Fajar T K, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang. Seluruh dosen pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat selama penulis menjalani studi di Fakultas Jurusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro Semarang.

4. Seluruh staff karyawan Jurusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada mahasiswa.

5. Pak Broto, selaku teknisi Laboratorium Thermofluid Teknik Mesin Undip dan rekan-rekan Asisten Thermofluid Triyono A, Vincent F, dan Brian Tyastomo. 6. Mendiang ibuku Sri Hartati dan Ayahku Syamsidi Mahmud Yaman, kakakku

Donna Primasari Samantha dan adik-adikku M. Rudi Prasetya Samantha dan Sheilla Permatasari Samantha yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang tiada henti-hentinya.

7. Bundaku Ferry Wahyu Widayati atas motivasi, saran, doa, kesabaran, dan perhatian yang telah diberikan selama ini.

8. Sahabat-sahabat terbaikku Nanang Setiawan, Haji Ahmad Suswiyanto, Andika Bima Seto, Ahmad Maftukhin atas motivasi, dukungan, dan perhatiannya selama ini.

(11)

xi

9. Rekan-rekan kelompok Tugas Sarjana Exhaust Gas Recirculation Bpk. Eka, Bpk. Rentas, juntak, arif “gepenk”, danie, wijang, iska”atenk”, kang adi, dan handy yang banyak sekali membantu dalam tugas akhir ini baik tenaga, pikiran, materil maupun moril..

10.Teman-teman seperjuangan selama berada di Jurusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro khususnya angkatan 2005, yang telah bersama-sama selama ini.

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari banyak kekurangan. Oleh karena itu segala kritik yang bersifat membangun akan diterima dengan senang hati untuk kemajuan bersama. Akhir kata penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat kepada siapa saja yang membutuhkan data maupun referensi yang ada dalam laporan ini.

Terima kasih.

Semarang, Maret 2011

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN TUGAS SARJANA ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAKSI ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

NOMENKLATUR ... xxiii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Batasan Masalah ... 2 1.3 Tujuan Penelitian ... 2 1.4 Metode Penelitian ... 3 1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II DASAR TEORI ... 5

2.1 Klasifikasi Aliran ... 5

2.1.1 Aliran Inviscid dan Viscos ... 6

2.1.2 Aliran Laminar dan Turbulen ... 7

2.1.3 Aliran Kompresibel Dan Inkompresibel ... 7

2.1.4 Aliran Internal dan Eksternal ... 8

2.2 Persamaan Dasar Aliran Fluida ... 9

(13)

xiii

2.2.2 Persamaan Kekekalan Momentum ... 12

2.2.3 Persamaan Energi ... 15

2.2.4 Persamaan Navier-Stokes untuk Sebuah Fluida Newtonian .... 21

2.2.5 Bentuk Turunan dan Integral Persamaan-persamaan umum Transport ... 23

2.3 Bilangan Reynolds ... 24

2.4 Aliran Developing dan Fully Develop ... 25

2.4.1 Profil Kecepatan Turbulen dalam Fully Developed Pipe Flow 27

2.5 Aliran Fluida melalui belokan/bend ... 28

2.6 Intensitas Turbulensi ... 30

2.7 Model Turbulen (Turbulence Modeling) ... 30

2.7.1 Model k-epsilon (k-ε) Standart ... 33

2.7.2 Model k-omega (k-ω) Standart ... 35

2.7.3 Model Reynolds Stress (RSM) ... 36

2.8 Teori Dasar Metode Volume Hingga ... 37

2.9 Skema Numerik ... 41

2.9.1 Metode Solusi Pressure Based ... 42

2.9.2 Metode Solusi Density Based ... 43

2.10Diskretisasi ... 44

2.10.1 First-order Upwind ... 46

2.10.2 Second-order Upwind ... 46

2.10.3 Power-law ... 47

2.10.4 Bentuk Linear Persamaan Diskret... 48

2.10.5 Under-relaxation Factor ... 49

2.11Diskretisasi Pressure Based ... 49

2.11.1 Diskretisasi Persamaan Momentum ... 50

2.11.2 Skema Interpolasi Tekanan ... 50

2.11.2.1 Standart ... 50

2.11.2.2 Linear ... 50

2.11.2.3 Second-order ... 50

(14)

xiv

2.11.3 Diskretisasi Persamaan Kontinuitas ... 51

2.11.4 Pressure-Velocity Coupling ... 52

2.11.2.1 SIMPLE ... 52

2.11.2.2 SIMPLEC ... 54

2.11.2.3 PISO ... 54

2.12Diskretisasi Waktu (Temporal Discretization) ... 57

2.12.1 Integrasi Waktu Implicit ... 58

2.12.2 Integrasi Waktu Explicit ... 59

2.13Adapsi Grid ... 59 2.13.1 Proses Adapsi ... 59 2.13.2 Adapsi Y+ dan Y* ... 61 2.14Jenis Grid ... 62 2.15Kualitas Mesh ... 62 2.15.1 Kerapatan Nodal ... 63 2.15.2 Kehalusan (smoothness) ... 63 2.15.3 Bentuk sel ... 64

2.16Exhaust Gas Recirculating (EGR) ... 64

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 66

3.1 Model Benda ... 66

3.2 Langkah Pengerjaan ... 67

3.3 Simulasi Numerik ... 68

3.3.1 Pembentukan Model dan Kondisi Batas ... 68

3.3.2 Penggenerasian Mesh ... 70

3.3.3 Solver dan Model Turbulen ... 71

3.3.4 Pendefinisian Material ... 71

3.3.5 Pendefinisian Kondisi Batas ... 71

3.3.6 Proses Iterasi ... 72

(15)

xv

BAB V ANALISA HASIL SIMULASI ... 69

4.1 Profil Kecepatan Aliran Turbulen pada Pemodelan Campuran Udara dengan EGR ... 73

4.2 Kountur Kecepatan pada Pemodelan Campuran Udara dengan EGR .. 76

4.3 Kountur Temperatur pada Pemodelan Campuran Udara dengan EGR 81

4.4 Model Turbulen pada Pemodelan Campuran Udara dengan EGR ... 86

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Respon terhadap gaya ... 5

Gambar 2.2 Klasifikasi aliran fluida ... 6

Gambar 2.3 Berbagai daerah aliran lapisan batas diatas plat rata ... 6

Gambar 2.4 Variasi kecepatan terhadap waktu... 7

Gambar 2.5 Aliran didalam Pipa ... 8

Gambar 2.6 Massa mengalir kedalam dan keluar elemen fluida ... 10

Gambar 2.7 Komponen tegangan pada tiga bidang elemen fluida ... 13

Gambar 2.8 Komponen tegangan dalam arah x ... 14

Gambar 2.9 Komponen vektor flux panas... 18

Gambar 2.10 Developing Flow ... 25

Gambar 2.11 Tipe Profil Kecepatan Aliran Laminar dan Aliran Turbulen ... 27

Gambar 2.12 Profil kecepatan turbulen untuk aliran berkembang penuh dalam smooth pipe ... 28

Gambar 2.13 Profil kecepatan aliran melalui belokan/bend ... 29

Gambar 2.14 Efek swirl yang dihasilkan karena aliran melalui elbow dengan bidang yang berbeda ... 30

Gambar 2.15 Lukisan Leonardo Da Vinci yang menggambarkan aliran turbulen .... 31

Gambar 2.16 (a) Pembagian control volume 1 dimensi ... 38

(b) Panjang control volume ... 38

Gambar 2.17 Grid 2 Dimensi ... 40

Gambar 2.18 Grid 3 Dimensi ... 41

Gambar 2.19 Skema metode solusi Pressure Based ... 43

Gambar 2.20 Skema metode solusi Density Based ... 44

Gambar 2.21 Volume kendali yang digunakan untuk mengilustrasikan diskretisasi persamaan transpor skalar ... 45

Gambar 2.22 Variasi variabel Φ antara x = 0 and x = L ... 48

Gambar 2.23 Contoh Hanging Node ... 60

(18)

xviii

Gambar 2.25 Conformal Coarsening Dengan Menghilangkan Titik Dan

Menyegitigakan Kembali ... 61

Gambar 2.26 Hasil Meshing Menggunakan Adapsi y+ ... 61

Gambar 2.29 Tipe Sel 2D ... 62

Gambar 2.30 Tipe Sel 3D ... 62

Gambar 3.1 Gambar Spesifikasi Manifold Intake EGR... 66

Gambar 3.2 Diagram alir pemodelan CFD ... 67

Gambar 3.3 Manifold Intake EGR ... 68

Gambar 3.4 Gambar Geometri 3D Manifold Inteke EGR... 68

Gambar 3.5 Daerah asal (domain) untuk model intake manifold ... 69

Gambar 3.6 Grid terstruktur pada domain ... 70

Gambar 4.1 Contoh profil kecepatan (m/s) pemodelan campuran udara dengan EGR pada posisi panjang entrance sisi masuk pipa EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 1300 rpm 74

Gambar 4.2 Contoh profil kecepatan (m/s) pemodelan campuran udara dengan EGR pada posisi panjang entrance sisi masuk intake manifold pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 1300 rpm 75

Gambar 4.3 Contoh profil kecepatan (m/s) pemodelan campuran udara dengan EGR pada sisi keluar intake manifold EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 1300 rpm ... 75

Gambar 4.4 Contoh kontur kecepatan (m/s) pemodelan pencampuran udara dengan EGR pada bukaan katub beban 50% bukaan katub EGR 75% putaran 2100 rpm ... 76

Gambar 4.5 Contoh gambar kontur kecepatan pemodelan pencampuran udara dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen RSM pada posisi perpotongan bidang z=0 ... 77

Gambar 4.6 Contoh gambar kontur kecepatan pemodelan pencampuran udara dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen k-ε pada posisi perpotongan bidang z=0 ... 77

(19)

xix

Gambar 4.7 Contoh gambar kontur kecepatan pemodelan pencampuran udara dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen k-ω pada posisi perpotongan bidang z=0 ... 78 Gambar 4.8 Contoh gambar kontur kecepatan pemodelan pencampuran udara

dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen RSM pada posisi perpotongan bidang z=19,85. ... 78 Gambar 4.9 Contoh gambar kontur kecepatan pemodelan pencampuran udara

dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen k-ε pada posisi perpotongan bidang z=19,85. ... 79 Gambar 4.10 Contoh gambar kontur kecepatan pemodelan pencampuran udara

dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen k-ω pada posisi perpotongan bidang z=19,85. ... 79 Gambar 4.11 Contoh kontur temperatur (K) pemodelan pencampuran udara

dengan EGR pada bukaan katub beban 50% bukaan katub EGR 75% putaran 2100 rpm.. ... 81 Gambar 4.12 Contoh gambar kontur temperatur pemodelan pencampuran udara

dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen RSM pada posisi perpotongan bidang z=0 ... 82 Gambar 4.13 Contoh gambar kontur temperatur pemodelan pencampuran udara

dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen k-ε pada posisi perpotongan bidang z=0 ... 82 Gambar 4.14 Contoh gambar kontur temperatur pemodelan pencampuran udara

dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen k-ω pada posisi perpotongan bidang z=0 ... 83

(20)

xx

Gambar 4.15 Contoh gambar kontur temperatur pemodelan pencampuran udara dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen RSM pada posisi perpotongan bidang z=19,85.. ... 83 Gambar 4.16 Contoh gambar kontur temperatur pemodelan pencampuran udara

dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen k-ε pada posisi perpotongan bidang z=19,85 ... 84 Gambar 4.17 Contoh gambar kontur temperatur pemodelan pencampuran udara

dengan EGR pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% putaran 2100 rpm menggunakan model turbulen k-ω pada posisi perpotongan bidang z=19,85 ... 84 Gambar 4.18 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 25 % bukaan katub EGR 25% ... 86 Gambar 4.19 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 0% bukaan katub EGR 25% ... 87 Gambar 4.20 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 0% bukaan katub EGR 50% ... 87 Gambar 4.21 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 0 % bukaan katub EGR 75% ... 88 Gambar 4.22 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

(21)

xxi

campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 0% bukaan katub EGR 100% ... 88 Gambar 4.23 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 25% ... 89 Gambar 4.24 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 50%. ... 89 Gambar 4.25 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 75%. ... 90 Gambar 4.26 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 25% bukaan katub EGR 100% ... 90 Gambar 4.27 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 100% bukaan katub EGR 25% ... 91 Gambar 4.28 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 100% bukaan katub EGR 50% ... 91 Gambar 4.29 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω,

dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 100% bukaan katub EGR 75%. ... 92

(22)

xxii

Gambar 4.30 Grafik perbandingan simulasi mengunakan model turbulen k-ε, k-ω, dan RSM dengan eksperimen terhadap hubungan temperatur campuran udara EGR (K) dengan putaran mesin (rpm) pada bukaan katub beban 100% bukaan katub EGR 100% ... 92 Gambar 4.31 Diagram prosentase error rata-rata hasil simulasi mengunakan model

turbulen pada pemodelan pencampuran udara dengan EGR pada berbagai variasi pembeban ... 93 Gambar 4.32 Diagram Time Consuming Simulasi pemodelan pencampuran udara

dengan EGR mengunakan model turbulen pada pada berbagai variasi pembeban ... 94

(23)

xxiii

NOMENKLATUR

Luasan aliran

Diameter pipa

Diameter Hidrolik pipa

Diameter Oriface

Energi dalam per satuan massa

Total gaya yang diberikan oleh fluida untuk melawan gesekan

Percepatan yang disebabkan grativitas

Panjang pipa

Indeks Blassius

Laju volumetrik aliran

Temperatur

Kecepatan

Kecepatan rata – rata untuk aliran homogen

Kecepatan Fluktuasi

Laju aliran aliran massa udara

Laju aliran aliran massa EGR

(24)

xxiv viskositas

Viskositas kinematis

Densitas

Tegangan geser dinding

Fungsi disipasi

Re Bilangan Reynolds -

u Vektor kecepatan arah sumbu x

v Vektor kecepatan arah sumbu y

w Vektor kecepatan arah sumbu z

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis hidrologi yang digunakan yaitu menghitung hidograf satuan terukur ( observed ) dengan metode Collins dalam proses pengalihragaman hujan menjadi

Ez alapján megkülönböztethetünk közvetett (indirekt) és közvetlen vagy egyenes (direkt) adókat. A közvetlen vagy egyenes adó k esetében az adó alanya és az

Oleh karena itu semakin besar berat molekul PEG 10000, semakin panjang rantai pada PEG 10000 menyebabkan semakin banyak partikel ZnO yang terjebak di dalam rantai

1) Menerbitkan Peraturan Dirjen tentang penertiban dosen yang merangkap sebagai pegawai pada lembaga dan instansi lain dan memberi sanksi tegas pada Perguruan Tinggi

Dapat mengakibatkan efek pada sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala, pusing, dispnea, dan tidak sadarkan diri.. Dapat berefek pada tindakan yang dikontrol oleh

Melalui kajian ini kami akan dapat mengenal pasti perbezaan diantara dua orang murid yang berbeza dari segi jantina, fizikal, status ibubapa,

Dimana 18 diantaranya adalah anak dengan usia prasekolah (3-6 tahun). Wawancara yang dilakukan dengan salah seorang perawat pelaksana ruangan menyatakan tindakan invasif

 Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan. Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen. Produk-produk yang dikemas biasanya lebih