• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Olahraga 2.1.1. Fisiologi Olahraga

Fisiologi olahraga merupakan satu disiplin yang secara tradisonal, memfokuskan terhadap studi mengenai bagaimana olahraga mengubah struktur dan fungsi tubuh manusia. Penggunaan olahraga sebagai kondisi untuk menginvestigasi fungsi tubuh bisa dilihat kembali melalui olimpik pertama dimana performans tubuh atlet diobservasi, dan program training yang spesifik dijalankan untuk menggalakkan peningkatan sama ada terhadap hipertrofi otot dan kekuatan atau endurans. Hari ini, olahraga digunakan sebagai terapi ketika rehabilitasi dari injuri dan penyakit serta sebagai strategi preventif untuk penyakit kardiovaskular arterosklerotik (Robergs, et al, 1997).

2.1.2. Definisi Olahraga

Olahraga ialah tindakan fisik untuk meningkatkan kesehatan atau memperbaiki deformitas fisik (Dorland’s, 2004). Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan olahraga dari pada siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti kegiatan olahraga (Renstrom dan Roux, 1988).

2.1.3. Klasifikasi Olahraga

Menurut McGUff (2000), olahraga diklasifikasikan kepada tiga yaitu olahraga kekuatan (strength training), olahraga ketahanan (endurance training) dan campuran antara olahraga kekuatan dan ketahanan. Antara contoh olahraga kekuatan atau turut dikenal sebagai olahraga anaerob adalah angkat besi, berlari

(2)

pecut (200 meter atau kurang), lompat tinggi, lompat jauh, push ups, pull ups

dan gimnastik. Manakala contoh olahraga endurans atau turut dikenali sebagai olahraga aerobik pula adalah bersepeda, berlari melebihi 400 m, pelari maraton,

cross country skiing, bersepeda selama 24 jam, joging, berjalan kaki, berenang, senam aerobik dan eco-challenge races. Walaubagaimanapun, terdapat olahraga yang merupakan gabungan ketahanan dan kekuatan. Contohnya ialah sepak bola, bola basket, futsal, rugbi dan tennis.

Latihan yang benar akan memberikan efek latihan yang positif berupa peningkatan kemampuan fisik, baik berbentuk kekuatan otot, ketahanan otot, ketahanan peredaran darah dan pernafasan, kelenturan, keseimbangan dan sebagainya, yang kesemua membentuk kemampuan fisik/physical fitness. Semakin tinggi kemampuan fisik seseorang akan semakin besar kemampuan kerja /produktivitasnya dan semakin tinggi derajat kesehatannya. Dalam konteks ini tersirat adanya ketahanan tubuh dapat ditingkatkan melalui latihan fisik ( Suharto , 2009).

Hampir semua individu bisa melakukan sejumlah kerja yang diberikan jika diberikan masa yang mencukupi. Walaubagaimanapun, tidak semua individu dapat melakukan kuantiti kerja yang sama dalam masa yang diberikan. Oleh itu, intensitas olahraga diukur dengan menggunakan unit kuasa (power), yang membolehkan perbandingan diantara individu dilakukan. Intensitas merujuk kepada tahap pencapaian stress ketika olahraga. Manakala intensitas olahraga pula

merupakan seberapa banyak kerja yang dilakukan ketika berolahraga. Sesi olahraga bisa dibagikan kepada intensitas ringan, sedang dan tinggi.

Intensitas lebih mudah dideterminasi dengan mengukur konsumsi oksigen, tetapi metode indirek adalah dengan mengukur denyut jantung, kadar pernafasan, atau

rating of perceived exertion. Untuk mendeterminasi batas (range) denyut jantung, denyut jantung maksimal perlulah dideterminasi terlebih dahulu. Denyut jantung maksimal seseorang bisa dideterminasi dari test olahraga submaksimal atau maksimal atau bisa juga dengan menggunakan pengiraan yaitu 220 – umur

(3)

Menurut Cooper (1994), intensitas olahraga kesehatan yang cukup yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65-80% DNM (Denyut nadi maximal:

220-umur dalam tahun. 2.2. Energi ( Kerja dan Panas )

Hampir semua reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh tergantung dari keseimbangan air dan elektrolit. Konsentrasi cairan di dalam sel (cairan intra sel) dan di luar sel (cairan ekstra sel) harus dipertahankan tetap seimbang. Keseimbangan cairan intra sel dan cairan ekstra sel tujuannya untuk transmisi impuls saraf dan kontraksi otot yang penting saat melakukan olahraga. Hal lain yang sangat penting selama melakukan olahraga adalah mempertahankan atau memelihara suhu tubuh. Ini karena, kontraksi otot menghasilkan energi. Energi yang terbentuk dari kontraksi otot sebagian besar berupa energi panas yaitu sebanyak 75% dan sisanya 25% berupa energi gerak. Kontraksi otot selama berolahraga menghasilkan peningkatan produksi energi panas (Noakes, 2006). Panas yang terbentuk dialirkan secara cepat dari otot melalui darah ke permukaan tubuh. Panas tubuh kemudian dibebaskan ke atmosfer lewat keringat yang keluar dari tubuh. Panas tubuh yang terjadi pada saat berolahraga akan sangat berbahaya apabila tidak ada upaya proses pendinginan tubuh. Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik seperti kerja fisik atau juga berolahraga, sumber- sumber energi yang tedapat di dalam tubuh seperti lemak atau karbohidrat akan terkonversi menjadi air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan energi. Dengan semakin meningkatnya energi dan panas yang dihasilkan melalui proses metabolisme dan kontraksi otot saat tubuh sedang berolahraga, cairan yang berada di dalam tubuh kemudian akan menjalankan fungsinya sebagai pengatur panas atau sebagai thermoregulator (Noakes, 2000).

Fungsi ini dijalankan dengan tujuan agar temperatur internal tubuh (core temperature) dapat tetap terjaga pada rentang temperatur normal yaitu 36.5-37.5 °C. Energi yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi tubuh ini kemudian dapat terbagi menjadi dua bentuk yaitu dalam bentuk kerja (work) dan panas (heat). 80% dari total energi yang dihasilkan melalui proses metabolisme energi

(4)

merupakan energi dalam bentuk panas (heat) dan sisanya merupakan energi dalam bentuk kerja. Energi dalam bentuk kerja dapat terlihat melalui berbagai gerakan tubuh saat berolahraga seperti berlari , menendang , meloncat , mengoper bola dan lain -lain. Sedangkan energi panas hanya dapat dirasakan dan tidak dapat dilihat karena terjadi di dalam sel-sel otot dan di dalam sistem kardiovaskular. Selama berolahraga , panas yang dihasilkan oleh proses metabolisme energi ini akan meningkat 10 kali lipat untuk individu yang sehat dan meningkat sebesar 20 kali untuk atlet yang terlatih.

Laju keluarnya keringat tiap individu akan memiliki nilai yang berbeda-beda. Selain dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti intensitas olahraga (rendah, sedang atau tinggi ), lama berolahraga, temperatur dan kondisi lingkungan saat berolahraga, jumlah keringat yang keluar juga akan dipengaruhi oleh karakteristik internal individu seperti faktor genetis, berat badan dan tingkat kebugaran tubuh (Irawan, 2007).

2.3. Komposisi cairan Tubuh

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Persentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, presentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Cairan tubuh menempati kompartemen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua

(5)

kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil , yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dan lain - lain. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma(Sawka, et al, 2007).

Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya. Perpindahan substansi melalui membran

ada yang secara aktif atau pasif.

2.4. Kebutuhan Air

Air tidak mengandung energi, tetapi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan tubuh manusia akan air dalam sehari sesuai dengan banyaknya air yang keluar atau yang hilang dari tubuh. Pada keadaan normal dan ideal yaitu diet rendah cairan, aktifitas fisik minimal serta tidak ada keringat yang keluar, orang dewasa membutuhkan air sebanyak 1500 –2000 ml sehari. Sumber air untuk kebutuhan tubuh biasanya didapat dari hasil oksidasi zat gizi, makanan dan minuman.

Saat berolahraga, kebutuhan air tentu akan lebih banyak dibanding dalam keadaan istirahat. Ini karena, saat berolahraga, suhu tubuh meningkat dan tubuh menjadi panas. Tubuh yang panas berusaha untuk menjadi dingin dengan cara berkeringat. Pemberian cairan pada atlet bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Selain itu, pemberian cairan yang adekwat ditujukan untuk mencegah cedera akibat panas tubuh yang berlebihan, misalnya heat exhaustion dan heat stroke.

(6)

cairan adalah minum air sebelum, selama dan setelah berolahraga. Minum air jangan menunggu sampai rasa haus timbul. Oleh karena, rasa haus tidak cukup baik sebagai indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan lebih sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa

haus baru timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi) (Primana, 2000 ).

Walaupun air putih masih merupakan larutan yang terbaik, namun konsumsi air putih dalam kaitannya dengan latihan/pertandingan olahraga perlu juga untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan karena konsumsi air putih secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi plasma natrium dan osmolalitas plasma secara cepat. Penurunan konsentrasi ini kemudian dapat mengurangi peredaran kandungan vasopressin dan aldosteron di dalam darah sehingga mengurangi penyerapan air di dalam ginjal dan meningkatkan pengeluaran urin.

Malahan, penurunan konsentrasi ini juga akan menyebabkan berkurangnya rasa haus sehingga mengurangi volume konsumsi cairan yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu, maka air putih dianggap bukan merupakan larutan yang ideal untuk mengoptimasi proses rehidrasi tubuh. Air yang merupakan penghantar panas yang baik, akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh melalui keluarnya air keringat yang juga akan membawa elektrolit makro tubuh terutama natrium (Na), kalium (K ) dan klorida (Cl ).

Air keringat yang kemudian akan menguap pada permukaan kulit juga akan berfungsi untuk mendinginkan tubuh karena proses penguapannya yang bersifat endotermik. Namun, saat berolahraga perlu juga untuk diingat bahwa air yang keluar melalui keringat tidak hanya merupakan air yang dihasilkan melalui proses metabolisme namun juga air yang diperoleh melalui konsumsi cairan dan makanan dalam sehari-hari. Sehingga apabila proses berkurangnya cairan dari dalam tubuh pada saat berolahraga ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama dan tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Secara rata-rata disebutkan bahwa laju keluarnya keringat pada saat berolahraga pada level kompetitif adalah sekitar 0.4-1.4 L per jamnya

(7)

atau pada kondisi ekstrim dapat mencapai 0.4-2.6 L per jam.

Secara ideal pada saat latihan atau juga dalam pertandingan atlet disarankan untuk minum air secara rutin agar level hidrasi di dalam tubuh dapat terjaga. Penting bagi atlet untuk dapat menjaga level hidrasi di dalam tubuh melalui pola konsumsi cairan secara rutin baik pada saat sebelum dan sedang berolahraga dan setelah berolahraga agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan

dengan baik terutama fungsi pengaturan panas (Irawan, 2007). 2.5. Kebutuhan Mineral dan Elektrolit

Cairan tubuh selain mengandung air juga mengandung bahan lain yang diperlukan oleh tubuh seperti elektrolit. Elektrolit dalam cairan tubuh terdiri dari kation dan anion. Kation utama dalam cairan tubuh adalah sodium (Na+) dan potasium (K+), sedangkan anion utama adalah klorida (Cl-). Sodium merupakan kation yang terbanyak di dalam cairan ekstra sel dan bertanggung jawab untuk mempertahankan osmolalitas cairan ekstra sel. Asupan sodium berkisar antara 3 – 8 gram (130-250 meq) per hari. Makanan sumber utama sodium adalah garam dapur. Selain itu, sodium banyak didapat pada keju dan makanan olahan lainnya. Potasium merupakan kation terpenting di dalam cairan intra sel. Asupan potasium berkisar antara 2 – 6 gram (50-150 meq) per hari.

Sodium hilang terutama melalui keringat yang berlebihan. Oleh karena itu atlet yang mengalami pengeluaran keringat yang sangat banyak harus diperhatikan penggantian sodium. Hiponatremi yang terjadi pada atlet dapat mengakibatkan penurunan efisiensi kerja otot sehingga berpengaruh terhadap prestasi olahraga. Potasium yang hilang melalui keringat jumlahnya sangat sedikit. Potasium yang disimpan di dalam sel tubuh jumlahnya sangat banyak dan tidak terpengaruh oleh hilangnya potasium melalui keringat.

Beberapa ahli percaya bahwa kehilangan potasium dalam keringat akan mempengaruhi prestasi olahraga. Konsentrasi sodium dan potasium pada keringat dipengaruhi oleh jumlah keringat yang keluar. Berdasarkan hasil penelitian para ahli , jumlah keringat sebanyak 200 ml per jam menyebabkan kehilangan cairan yang mengandung 12 mmol sodium dan 4 sampai dengan 5 mmol potasium.

(8)

Sedangkan keringat sebanyak 1000 ml per jam mengakibatkan kehilangan cairan yang mengandung 40 mmol sodium dan 4 sampai dengan 5 mmol potasium (Primana, 2000 ).

Nilai elektrolit Normal : ekstrasellular (mmol/L) -+- keringat (mmol/L) -+- Intrasellular (mmol/L) Natrium : 137-144 -+- 20-80 -+- 10 Kalium : 3.5-4.9 -+- 4.0-8.0 -+- 148 Kalsium: 4.4-5.2 -+- 3.0-4.0 -+- 0-2.0 Magnesium: 1.5-2.1 -+- 1.0-4.0 -+- 30-40 Chloride: 100-108 -+- 30-70 -+- 2

( Maughan and Shirreffs, 1998)

Mineral merupakan substans inorganik yang muncul atau terdapat secara semulajadi. Ia penting untuk pertumbuhan dan perbaikan tulang dan gigi, aktifitas metabolik dan fungsi serta sekresi cairan tubuh. Mineral mengekalkan dan mengawal proses fisiologi seperti kontraksi otot, ritma jantung yang normal, dan konduksi impuls saraf. Seperti vitamin, pengambilan mineral juga bisa memudaratkan. Individu yang aktif dan selalu berkeringat untuk jangka masa yang lama, perlu menambahkan garam dan potasium ke dalam diet (Robergs, et al, 1997).

Tabel 1 : Konsentrasi elektrolit dalam plasma, keringat, dan elektrolit yang hilang ketika olahraga.

Elektrolit Plasma(mEq/L) Keringat (mEq/L) Elektrolit yang

hilang (mEq) Sodium (Na+) 140 40 – 60 155 Potassium (K+) 4 4 – 5 16 Kloride ( Cl-) 101 30 – 50 137 Magnesium ( Mg++ ) 1.5 1.5 – 5 13 Osmolariti 302 80 – 185 - ( Costill, 1977)

(9)

2.6. Pemberian Cairan dan Elektrolit pada Olahraga

Kedua – dua diet garam dan potasium bisa digantikan secara mudah dengan mengambil atau mengosumsi minuman isotonik (sports drink) yang terdapat secara komersial atau dengan menambahkan sedikit garam ke dalam makanan. Walaubagaimanapun, bahkan diet yang seimbang menyediakan jumlah mineral yang tinggi dan berlebihan dari jumlah mineral yang hilang ketika olahraga (Robergs, et al , 1997).

Penggantian cairan pada atlet endurance apabila hanya minum air tawar dapat menyebabkan hiponatremi. Oleh karena dalam tubuh jumlah air dan sodium tidak seimbang. Untuk itu, pemberian cairan harus mengandung karbohidrat dan elektrolit. Hal ini dimaksudkan selain untuk mencegah terjadinya hiponatremi, juga untuk mencegah hipoglikemik. Beberapa penelitian melaporkan bahwa cairan yang mengandung karbohidrat 5-10% tidak mengganggu atlet. Sedangkan pemberian karbohidrat melebihi 10 % dapat menimbulkan peningkatan gula darah yang akan merangsang produksi hormon insulin. Peningkatan hormon insulin dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia. Sedangkan sports drinks yang mengandungi suplemen sodium dan potasium yang berlebihan akan mengganggu kontraksi otot yaitu akan terjadi “cramp” otot. Selain itu, intake sodium yang berlebihan mempunyai risiko tinggi terjadinya hipertensi pada atlet. Sports drinks

umumnya mengandung karbohidrat 5-7%. Konsentrasi karbohidrat dalam cairan ini secara ilmiah tidak mengganggu proses pengosongan lambung. Sedangkan, sodium biasanya 10-20 mmol/L dan dapat membantu keseimbangan elektrolit dalam tubuh (Primana, 2000).

Apabila seseorang melakukan olahraga pada persekitaran yang panas atau lembap, tubuh seseorang akan kehilangan cairan pada kadar maksimal 2 hingga 3 L/jam melalui keringat; kebanyakan cairan yang keluar melalui sel dan ruang interstisial ini akan menyebabkan dehidrasi berlaku. Walaubagaimanapun, penurunan cairan terbanyak adalah dari kompartement vaskular (berkurangnya volume plasma). Jelas sekali, tanpa “fluid replacement”, kadar cairan yang hilang ini tidak bisa dipertahankan (Coleman, 1988).

(10)

performans atlet dan recovery dari olahraga akan meningkat dengan nutrisi yang optimal. Para atlet perlu hidrasi dengan baik sebelum bermulanya olahraga; mereka harus mengosumsi cairan yang cukup semasa dan selepas olahraga untuk menyeimbangkan cairan yang hilang. Konsumsi sport drink yang mengandungi karbohidrat dan elektrolit ketika olahraga akan menyediakan tenaga yang cukup untuk otot, membantu mengekalkan glukosa darah, mekanisma haus dan menurunkan risiko dehidrasi atau hiponatremi.

Twerenbold et al telah melakukan penelitian mengenai efek konsentrasi sodium yang berbeda didalam cairan yang dikonsumsi ketika olahraga berkepanjangan pada wanita. Berdasarkan temuan, beliau merekomendasikan pengambilan sodium sekurang-kurangnya 680mg/jam bagi olahraga ketahanan selama 4 jam atau lebih pada wanita dengan kondisi “fluid overload” untuk meminimumkan risiko hiponatremi. Tambahan lagi, beliau merekomendasikan pengambilan cairan kurang dari 1L/jam bagi wanita ketika melakukan olahraga berkepanjangan karena pengambilan 1L/jam ketika berolahraga selama 4 jam mengakibatkan “fluid overload” pada kebanyakan subyek dalam penelitian beliau.

Minuman isotonik mengandung senyawa monosakarida, disakarida atau maltodekstrin sebanyak 6 – 9 % serta sedikit mineral (Maughan dan Ronald, 2001). Minuman isotonik, yang mengandungi 6 - 9 % karbohidrat, sebaiknya diminum sebanyak 6 oz hingga 12 oz setiap 15 atau 20 menit setelah berolahraga lebih dari 1 jam (Applegate, et al, 1997).

Menurut Damayanti (2000), panduan cairan penganti dapat dimanipulasi dengan merubah komposisi dan konsentrasi elektrolit. Selain karbohidrat, beberapa minuman olahraga mengandung mineral seperti natrium, kalium, klorida dan magnesium. Perlunya penggantian elektrolit setelah latihan berkaitan dengan hilangnya elektrolit dalam keringat. Dengan mengonsumsi air putih biasa, atlet yang berolahraga pada intensitas rendah selama 90-110 menit, akan menginduksi terjadinya dehidrasi dengan hilangnya cairan 2,3% berat badan dan volume plasma tidak kembali pada nilai semula setelah 60 menit. Namun, sebaliknya pada penambahan elektrolit yaitu larutan natrium 0,45%, volume plasma akan membaik setelah 20 menit.

(11)

Menurut Maughan dan Ronald (2001) pula, formulasi minuman isotonik yang baik memiliki keunggulan sebagai berikut :·

#Mendorong atlit untuk mengonsumsi cairan #Merangsang penyerapan cairan secara cepat

#Memasok karbohidrat untuk meningkatkan performans atlit #Menambah respon fisiologis

#Mengembalikan cairan (rehidrasi) secara cepat

#Aroma dan rasa minuman yang enak dapat mendorong atlit untuk mengkonsumsi cairan.

#Sifat organoleptik minuman olahraga harus disesuaikan dengan respon sensori dari orang yang sedang melakukan aktifitas fisik.

Osmolalitas minuman berpengaruh terhadap laju penyerapan air di dalam usus. Osmolalitas minuman isotonik yang dianjurkan adalah kurang dari 400 mosm/l H2O. Minuman yang mengandung lebih dari 1,8 % karbohidrat dapat mengurangi respon dari hormon stress (hormon adrenocorticotropik, cortisol, catecholamines dan glukagon). Selain itu, karbohidrat berperan di dalam fungsi dan produksi neurotransmitter dalam otak. Hal ini akan berpengaruh terhadap psikis dan mental atlit (Burgess, Robertson, Davis dan Norris, 1991).

Konsumsi cairan pada saat olahraga mempunyai dua manfaat yaitu menyediakan sumber cairan karbohidrat untuk supplement simpanan tubuh, dan menyediakan cairan untuk mengganti cairan yang hilang melalui keringat. (Daries, Noakes dan Dennis, 2000 dalam Khanna dan Manna, 2005). Manakala menurut Khanna dan Manna (2005), minuman karbohidrat – elektrolit memberi efek terhadap durasi olahraga dan respons kardiovaskular ketika olahraga dan

recovery. Durasi olahraga adalah meningkat secara signifikan setelah mengonsumsi 5g % suplemen minuman karbohidrat – elektrolit.

(12)

Grafik 1 – Efek jenis minuman terhadap durasi olahraga dan respons kardiovaskular

WOCS = tanpa suplemen karbohidrat – elektrolit WCS = dengan suplemen karbohidrat – elektrolit

Grafik diatas menunjukkan durasi olahraga adalah meningkat secara signifikan seteleh mengonsumsi minuman karbohidrat – elektrolit berbanding tanpa mengonsumsi minuman tersebut. Malah, respons kardiovaskular turut meningkat dengan pengambilan minuman karbohidrat – elektrolit ( Khanna dan Manna , 2005). Terdapat bukti bahwa konsumsi minuman isotonik ketika olahraga dapat meningkatkan pencapaian ( performance ) ketika olahraga sub – maksimal, intermiten dan intensitas tinggi (Nicholas, 1995 dalam Khanna dan

Manna, 2005).

Pemberian minuman karbohidrat berelektrolit dapat membantu penghematan glikogen otot, agar glikogen otot tetap satbil sehingga kelelahan dapat diperlambat. Dengan perkataan lain, tentunya dapat meningkatkan performa seseorang. Intensitas pengambilan V02 adalah sama bagi ketiga-tiga jenis minuman yaitu minuman karbohidrat berelektrolit 12%, 6% dan placebo. Peningkatan yang jelas dibandingkan sebelum, dan semasa latihan. Suhu tubuh merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan. Dalam

(13)

penelitian ini, terjadi peningkatan suhu tubuh dan pengeluaran keringat yang berlebihan sehingga kelelahan dapat dipengaruhinya dan dengan pemberian minuman karbohidrat berelektrolit tentunya akan diperlambat masa kelelahannya dan tampaknye berbeda dengan naracoba yang diberi minuman plasebo.( Rusip, 2006)

2.7. Pengetahuan , Sikap dan Perilaku 2.7.1 Pengetahuan

Pengetahuan bisa dibagi kepada tiga jenis. Pengetahun akuitansi, deskripsi dan partispasi.Perbedaan antara ketiga – tiga jenis pengetahuan ini ialah, pengetahuan akuitansi adalah sensasi, persepsi , direk – cepat, tidak diekspresikan secara intrinsik dalam bentuk simbol atau bahasa, tetapi terikat dengan obyek yang diketahui dan terhadap fisiologi organisma. Contohnya, seseorang dapat melukis suatu pemandangan, meluahkan mood/perasaan melalui musik dan melakonkan suatu peristiwa. Manakala pengetahuan melalui deskripsi pula diekspresikan melalui simbol seperti bahasa, secara tepat, bersifat bebas dan bisa dibedakan. Pengetahuan melalui partisipasi pula lebih direk dari pengetahuan akuitansi. Secara empirik, persepsi adalah perlu untuk mendapatkan pengetahuan. Yaitu, kita akan mendapat pengetahuan dengan cara partisipasi. Partisipasi adalah meliputi adaptasi evolusi sejak lahir dan yang didapat dengan berjalan waktu (Mitra, 2004).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan suatu hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut beliau juga, pengetahuan tercakup dalam kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan masyarakat dalam mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

(14)

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mempraktekan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

2.7.2. Sikap

Definisi sikap bisa diklasifikasikan kepada tiga, yaitu berorientasi kepada respon, kesiapan respon dan skema triadik. Sikap berorientasi kepada respon adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavourable) pada suatu objek. Manakala sikap yang berorientasi kepada kesiapan respon pula ialah kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Orientasi ini merupakan suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan. Sikap yang berorientasi kepada skema triadik ialah konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya. Secara sederhana, sikap didefinisikan sebagai ekspresi sederhana dari bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap beberapa hal. Contohnya, sikap dalam kehidupan sehari-hari pada terhadap iklan, parpol dan opini ( Rahayuningsih, 2008).

(15)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap derajat sosial. Necomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan presdeposisi tindakan suatau perilaku, sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu obyek.

Selain itu, sikap terdiri dari berbagai tindakan yaitu:

1. Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.

2. Merespon, diartikan memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indiksi dari sikap.

3. Menghargai, diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi ( Notoatmodjo, 2003).

2.7.3. Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung. Menurut ensiklopedi Amerika bahwa perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi perilaku tertentu (Notoatmodjo, 1997).

(16)

Kwick (1994), dalam Notoatmodjo (1997), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Ciri-ciri perilaku:

1. Perilaku itu kasat mata tapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati secara langsung.

2. Perilaku mengenal berbagai tingkatan, ada perilaku sederhana (perilaku binatang atau sel) dan juga perilaku yang kompleks (perilaku sosial manusia). Ada perilaku yang sederhana seperti refleks tetapi ada juga yang melibatkan proses-proses mental fisiologis yang lebih tinggi.

3. Perilaku bervariasi menurut jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan. Salah satu klasifikasi yang dikenal adalah kognitif, afektif dan psikomotorik masing-masing merujuk pada sifat rasional, emosional dan gerakan fisik dalam berfikir.

4. Perilaku bisa disadari dan tidak disadari, walau sebagian besar perilaku sehari-hari disadari tetapi terkadang kita bertanya pada diri sendiri kenapa berperilaku seperti itu.

Gambar

Tabel 1 : Konsentrasi elektrolit dalam plasma, keringat, dan elektrolit yang  hilang ketika olahraga
Grafik 1 –  Efek  jenis  minuman  terhadap  durasi  olahraga  dan  respons                  kardiovaskular

Referensi

Dokumen terkait

Dari pembahasan berdasarkan rujukan dan data ionosfer, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut: (i) dinamika lapisan ionosfer memberikan dampak terhadap propagasi

Berdasarkan persamaan koefisisen determinasi (R 2 ) diatas diketahui bahwa panjang ikan batak (sebagai variabel X) yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi

Dengan melihat Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dari tempat observasi, dijabarkan satu demi satu POS-POS Akuntansi dan Anggaran. Dengan cara ini, maka

1) Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan responden seluruh pasien Rumah Sakit Bhayangkara Nganjuk tidak hanya rawat jalannya saja,akan tetapi bisa juga di unit

Sementara komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat antara lain

Interpretasi yang dilakukan menggunakan kedua citra tersebut mempunyai hasil yang baik dalam pemetaan informasi geologi yaitu struktur geologi, lithologi, dan bentuklahan

- Nilai kualitas transformator dianalisis dengan metode Markov berdasarkan data hasil tes DGA, pengujian tegangan tembus, dan tahanan isolasi..c. Pembangkit Tenaga

Hal ini menunjukkan varietas PAC 105, BS 0214, dan BS 0314 yang mempunyai kriteria ketahanan tahan, dengan nilai kandungan klorofil yang tinggi; dibanding- kan dengan varietas