• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN KULIAH BIOKIMIA I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN KULIAH BIOKIMIA I"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAHAN KULIAH BIOKIMIA I

Disusun oleh :

Tjokorda Gede Belawa Yadnya

Ni Made Suci Sukmawati

Anak Agung Putu Putra Wibawa

Putu Ari Astawa

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis aturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahnat-Nya ,sehingga bahan ajar yang berjudul “BAHAN KULIAH BIOKIMIA I yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mempelajari bikimia umum yang mempelajari tentang biokimia elementer yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, bioenergitika, koensim dan vitamin, pencernaan Pemanfaatan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) untubiokimia elementerk pakan ternak” dapat tersusun sesuai dengan rencana yang telah direncanakan. Bahan ajar ini merupakan kumpulan dari hasil penelitian dan hasil seminar yang telah diseminarkan tingkat nasional dan internasional dan juga ada makalah yang telah dipublis secara Internasioanl melalui Jurnal Internasioanal. Dalam bahan ajar ini yang menitik beratkan pada pemanfaatan ubi jalar ungu (Ipomoe batatas L) untuk pakan ternak, baik dari umbi, kulit umbi dan daun ubi jalar ungu.

Peningkatan produktivitas ternak sangat diperlukan bahan pakan yang berkualitas serta berkelanjutan. Salah satu upaya untuk memenuhi bahan pakan dengan jumlah yang selalu tersedia perlu pemanfaatan semua bahan pakan yang bisa diberikan pada ternak dengan syarat tersedia cukup, bergizi serta tidak beracun, diantaranya dengan memanfaatkan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L), Keistimewaan daripada ubi jalar ungu adalah adanya zat

antosianin yang terdapat dalam ubi jalar ungu yang mempunyai senyawa yang bersifat

antioksidan. Ubi Jalar ungu dapat dimanfaatakan dari umbi, kulit dan daun ubi jalar ungu.

Bahan ajar ini terdiri atas tiga bagian yang terpenting adalah :

1. Pemanfaatan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) terfermentasi dalam ransum terhadap penampilan, karkas, profil lipida, termasuk terhadap asam urat dan gula dalam serum darah;

2. Pemanfatan daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) dalam ransum yang dikombinasikan dengan daun mengkudu (Mironda citrifolia L) dan daun sirih (Piper beetle L), yang disuplementasi dengan Starbio dan Pignox (Starpig), atau dikombinasikan dengan sekam padi terfermentasi dengan Aspergillus niger terhadap penampilan dan profil kimia darah pada itik bali;

3. Pemanfaatan kulit ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) terfermentasi dalam ransum terhadap nilai nutrisi ransum, penampilan, kualitas daging, profil antioksidan, dan profil lipida pada darah serta dalam daging itik bali.

(3)

3

Dari tulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk mengadakan penelitian tidak hanya pada itik, namun bisa dilakukan pada ternak unggas yang laintermasuk pada ternak non ruminansia dan ternak ruminansia, disamping bisa dipakai sebagai gambaran pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai sumber antioksidan yang sangat berguna untuk kesetana manusia.

Denpasar, 2 Maret 2016 Penulis,

DAFTAR ISI

COVER... 1

SAMBUATAN DEKAN FAPET UNUD...2

PENGANTAR... 4

DAFTAR ISI...5

BAGIAN I. UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L) Tjokorda Gede BelawYadnya... 6

BAGIAN II. Pemanfaatan umbi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) terfermentasi dalam ransum terhadap penampilan, karkas, profil antioksidan dan profil lipida darah itik bali. T.G.Belawa Yadnya ...12

Efforts the meat quality of bali ducks through offering purple sweet potato (Ipomoea batatas L.) fermented Apergillus niger in diets. T.G.BelawaYadnya, IB.Sudana, Igede Mahardika and IM.Mastika...37

Pengaruh pemberian ransum ubi jalar ungu (Ipomoea batatasL.) terfermentasi dalam ransum terhadap kecernaan ransum, retensi protein dan pertambahan bobot badan pada itik bali T.G.BelawaYadnya, I B. G. Partama dan A.A.A.S. Trisnadewi. ...51

(4)

4

BAGIAN I

(5)

5

UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L)

Abstrak

Ubi jalar ungu merupakan salah satu bagian daripada ubi jalar yang sudah diusahakan secara luas di Indonesia, pertumbuhan ubi jalar dapat hidup optimal didukung oleh lingkungan yang memadai, dengan produksi berkisar 25 – 28 ton.Ha. Varietas ubi jalar yang umum ditanam petani di Bali, diantaranya varietas injin, malam dan gentong. Varietas injin dikenal sebagai ubi jalar ungu, varietas malam memiliki warna kuning dan varietas gentong dengan warna agak merah. Diantara ketiga varietas tersebut memiliki komposisi kimia yang tidak sama yang akan berpengaruh terhadap sifat fisik dan rasa dari ubi tersebut (Dalam 100 g ubi jalar ungu mengandung Energi 123 kkal, Protein 1,8 g, Lemak 0,7 g, Karbohidrat 27,9 g, Kalsium 30 mg, Fosfor 49 mg, Besi 0,7 mg, Vitamin A 7.700 SI, Vitamin C 22 mg, dan Vitamin B1 0,09 mg serta mengandung zat antosianin yang bervariasi tergantung pada species dan faktor lingkungan. Adanya zat antosianin yang bersifat sebagai antioksidan yang mampu untuk menetralkan radikal bebas serta mampu menjaga ketahanan tubuh

Kata kunci : ubi jalar ungu, variaetas, antosianin, antioksidan, dan ketahan tubuh.

Pendahuluan

(6)

6

Ubi jalar ungu termasuk tanaman ubi jalar dengan sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana,1997)

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophytae Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Convolvulales Famili : Convovulaceae Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas L

Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan lembab , dengan suhu optimum 270C dan lama penyinaran 11 – 12 jam per hari. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 meter dari permukaan lautdan tidak membutuhkan tanah subur untuk media tumbuhnya. Beberapa varietas yang diusahakan tersebar secara luas di Indonesia, diantaranya varietas ibaraki, beniazuma, dan naruto (Jusuf et al., 2008) Lebih lanjut dilaporkan bahwa agar pertumbuhan ubi jalar menjadi optimal diperlukan curah hujan dengan syarat hidup ubi jalar antara 750 – 1500 mm/tahun dan pH tanah sekitar 5,5 – 7,5, dengan produksi 25 – 28 ton/per hetar.Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan, tergantung varietasnya.

Varietas dan Produktivitas

Varietas ubi jalar yang umum ditanam petani di Bali, diantaranya varietas injin, malam dan gentong. Varietas injin dikenal sebagai ubi jalar ungu, varietas malam memiliki warna kuning dan varietas gentong dengan warna agak merah. Diantara ketiga varietas tersebut memiliki komposisi kimia yang tidak sama yang akan berpengaruh terhadap sifat fisik dan rasa dari ubi tersebut (Trisnawati et al., 2005). Produktivitas ubi jalar selain ditentukan oleh faktor lingkungan tumbuh juga dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi terhadap lingkungan. Dua varietas ubi jalar ungu asal Jepang adalah Ayamurasaki dan Yamagawamurasaki telah diusahakan secara komersial di Jawa Timur dengan potensi hasil 15 – 20 ton/ha. Beberapa varietas lokal juga memiliki daging umbi berwarna ungu, hanya intensitas keunguannya masih di bawah kedua varietas introduksi tersebut(Jusuf et al.,2008). Daging ubi berwarna putih, kuning, atau jingga sedikit ungu (Rukmana, 1997).Umbi ubi jalar ungu sebagai sumber

(7)

7

energi mengandung karbohidrat 83,81% (Susilawati dan Medikasari,2008), sebagai sumber energi dalam pakan.

Kandungan Nutrisi Ubi Jalar

Kandungan nutrisi ubi jalar terdiri atas karbohidrat sebesar 27,g yang dapat menghasilkan kalori sebesar 123 kalori per 100 gram bahan, sumber serat pangan, vitamin (Vitamin A, B1, B2, B6, niacin, asam pentatonat, dan vitamin c), mineral (Ca, P, Fe, Na, K, Zn, dan Cu) dan polifenol (Ishida et al., 2000)

Di Indonesia, 89% produksi ubi jalar digunakan sebagai bahan pangan dengan tingkat konsumsi 7,8 kg/kapita/tahun, sedangkan sisanya dimanfaatakan untuk bahan baku industri , terutama saus, dan pakan ternak(Jusuf et al.,2008) Produltivitas ubi jalar dari tahun 2000 sampai 2009 ada peningkatan dari 94,0 kwintal/ha sampai 107,8 kwintal/ha (Saleh et al

.,2011).

Beberapa varietas lokal sesungguhnya juga ada yang daging umbinya berwarna ungu, hanya intensitas kadar antosianinnya masih jauh dibanding kedua varietras Ayamurasaki dan

Yamagawa-murasaki yang berasal dari Jepang. Saat ini Balitkabi Malang memiliki tiga klon harapan yang berpotensi dilepas sebagai varietas ubijalar kaya antosianin, yakni MSU 01022-12, MSU 03028-10 dan RIS 03063-05 dengan produksi hasil 20 – 25 ton/ha dan kadar bahan kering tinggi(> 30%). Klon harapan MSU 01022-12 dengan produksinya cukup tinggi ( 25,8 ton/ha), mengandung zat antosianin sedang (33,9 mg/100 g) dan distribusi warna ungunya sangat menarik, sedangkan klon harapan MSU 03028-10 dan RIS 03063-05 memilki rataan hasil 27,5 ton/ha, bahan kering umbi 32,50% dengan kandungan antosianin > 500 mg/100g berat basah (Hasim dan Yusuf, 2008). Suprapta et al. (2003), melaporkan ketela rambat ungu kulit putih besar di Desa Kayu Amba,Bangli, dengan kandungan zat antosianin 155,62 mg/100g. Ketela rambat ungu kecil kulit putih di Desa Sidan, Gianyar, Ketela ungu kulit putih di Desa Sidemen, Karangasem dengan kandungan Antosianin adalah 110 mg/100g dan 209,9 mg/100g. Perbedaan kandungan antosianin pada ubijalar ungu sangat dipengaruhi oleh kesuburan lahan, dan mikroklimat. Damanhuri(2005) melaporkan semakin tinggi tempat dari permukaan laut , maka tanaman ubi jalar ungu akan stress akibatnya akan terbentuk kadar antosianinnya relatif lebih tinggi daripada yang ditanam di datraran rendah.

Luas panen ubi jalar di Bali hanya 9.208 ha atau 3,06%dari luas tanaman pangan, dan hasil varietas lokal yang dibudidayakan petani masih tergolong rendah sekitar 11,2 ton/ha (Widodo et al., 1993). Trisnawati et al (2005) melaporkan bahwa produksi ubi jalar varietas Gentong, Malam dan Injin di Dusun Songlanduk, Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli berturut-turut adalah 3,645 ton, 3,408 ton, dan 3,010 ton per ha. Terlihat

(8)

8

produksi ubi jalar yang dibudidayakan masih rendah maka perlu dilakukan perbaikan terutama terhadap pemupukan. Jedeng (2011) melaporkan bahwa dengan pemberian pupuk organik dengan dosis 15 ton/ha dapat menghasilkan umbi 25,95 ton/Ha dibandingkan pada ubi jalar ungu yang tanpa dipupuk organik menghasilkan hanya 18,78 ton/Ha.

Dalam 100 g ubi jalar ungu mengandung Energi 123 kkal, Protein 1,8 g, Lemak 0,7 g, Karbohidrat 27,9 g, Kalsium 30 mg, Fosfor 49 mg, Besi 0,7 mg, Vitamin A 7.700 SI, Vitamin C 22 mg, dan Vitamin B1 0,09 mg ( Ratih, 2010 ), sedangkan Magnesium 25 mg, Seng 0,30 mg, Selenium 0,337 mg, disamping itu juga mengandung Vitamin A, E, B-6 dan Vitamin K.

Wibowo dan Zabri ( 2008 ) melaporkan bahwa selenium yang terdapat pada ubi jalar ungu bermanfaat sebagai antioksidan, dan dapat dalam bentuk senyawa anorganik atau organik , berfungsi mencegah stres oksidatif , mendukung fungsi tiroid (yang menghasilkan hormon tiroksin untuk pertumbuhan dan perkembangan) berperan sebagai

immunocompetence (kekebalan tubuh) , meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ayam broiler.

Kesimpulan

Ubi jalar ungu (Ipmoea batatas L) mengandung zat nutrisi cukup lengkap dan mengandung zat antosianin yang bersifat sebagai antioksidan untuk menjaga ketahanan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Hasim, A dan Yusuf.2008. Ubi Jalar Kaya Antosianin, Pilihan Pangan Sehat. Sinar Tani, Edisi 20 – 26 Agustus 2008

Ichida,U., Hiroko Suzunno, Satoshi Innamu, Tadahiro Tadokoro, Akio Maekawa. 2000. Nutrive Evaluation on Chemical Components of Leaves, Stalks and Stems of sweet Potatoes (Ipomoea batatas L). J.Food Chemistry, 68 : 359 – 367

Jedeng,IWayan. 2011. Rjana, Universir,Bali. tas Udayana, Denapas dan Dosis Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) Lamb) Varietas Lokal Ungu. Tesis.Magister. PSP: Lahan Kering. Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Bali.

Jusuf,M., St.A. Rahayuningsih dan E.Ginting. 2008. Ubi Jalar Ungu Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol.30, No.4 , 2008.

Ratih.2010. Manfaat dibalik Ubi Jalar Ungu. Blog. Konsultasi Gizi. Com/info/manfaat-di-balik-ubi-jalar-ungu.html.

(9)

9

Rukmana,H. 1997. Ubi Budi Daya dan Pascapanen , Penerbit Kanisius

Saleh,M., St.A. Rahayuningsih dan M.M.Adie. 2011. Peningkatan Produksi dan Kualitas Umbi-umbian . Balikabi. POBOX 66. Malang 650101.

Suprapta, D.N., M.Antara., M.Sudana, AS,Duaji., dan M.Sudarma. 2004. Kajian Aspek nPembibitan, Budidaya dan Pemanfaat Umbi-umbin sebagai sumber Pangan Alternai

Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama BAPEDA Bali Provinsi Bali dengan Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali.

Trisnawati,W., W.R.Yasa, dan M.Adijaya. 2005. Adaptasi dan tiga varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L), Krakteristik, Komposisi Kimia, dan Reparasi Panelis, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Bali.

Wibowo, C dan Zabri,P.S. 2008. Kekerdilan dan Selenium. Kosultasi. Kesehatan Kekerdilan-Selenium.hltm.

BAGIAN II

UMBI UBI JALAR UNGU (

Ipomoea batatas

L) UNTUK

(10)

10

PEMANFAATAN UMBI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L) TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN, KARKAS, PROFIL

ANTIOKSIDAN DAN PROFIL LIPIDA SERUM DARAH ITIK BALI

ABSTRAK

Pemanfaatan umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) terfermentasi dalam ransum untuk meningkatkan penampilan, kualitas karkas dan memperbaiki kolesterol itik Bali. Menggunakan rancangan acak lengkap dengan tujuh perlakuan yaitu ransum tanpa ubi jalar ungu(perlakuan A), ransum mengandung 10%, 20%, dan 30% ubi jalar ungu tanpa fermentasi (perlakuan B, C, dan D), ransum mengandung 10%, 20% dan 30% ubi jalar ungu terfermentasi (perlakuan E, F dan G). Variabel yang diamati penampilan, kualitas karkas, dan frofil lipida darah dan daging serta profil antioksidan (kapasitas antioksidan, malondialdehida, dan superoksida dismutase). Hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan ubi jalar terfermentasi dalam ransum dapat meningkatkan kecernaan, bobot akhir, pertambahan bobot badan dan efisiensi pengunaan ransum (P<0,05) daripada pemberian perlakuan A. Pemanfaatan ubi jalar ungu terfermentasi dapat memperbaiki kualitas karkas meliputi bobot karkas, daging dan produksi dagiug dan menurunkan produkso lemak termasuk kulit (P<0,05), dan meningkatkan kualitas daging baik warna daging, daya ikat air, susut masak, tekstur, bau, rasa serta nilai nutrsi kimia daging (P<0,05) daripada perlakuan A. Pemanfaatan ubi jalar ungu terfermentasi dapat memperbaiki profil lipida darah, total kolesterol dan LDL menurun secara nyata (P<0,05), kadar HDL dan trigliserida tidak berpengaruh (P>0,05) , sedangkan pada daging terjadi penurunan kadar total kolesterol, HDL, LDL (P<0,05), sedangkan pada kadar trigliserida tidak berpengaruh (P>0,05) Disamping itu juga dapat

(11)

11

meningkatkan kapasitas antioksidan, SOD dan menurunkan kadar MDA daging (P<0,05) daripada pemberian perlakuan A.

Kesimpulan pemanfaatan ubi jalar ungu (Ipomoea batats L) terfermentasi dalam ransum dapat meningkatkan penampilan, memperbaiki kualitas karkas dan kolesterol daging itik Bali.

Kata kunci. Ubi jalar ungu terfermentasi, penampilan, kualitas karkas, kolesterol dan itik Bali.

PENDAHULUAN

Ubi jalar ungu sebagai sumber energi nomor tiga setelah jagung (Zea maiz) dan ubi kayu atau ketela pohon (Manihot utilizima), dengan kandungan protein yang relatif rendah dengan serat kasar yang relatif tinggi. Untuk itulah ubi jalar ungu perlu difermentasi dengan

Aspergillus niger (Guntoro, 2008), sehingga terjadi peningkatkan kadar protein, antosianin dan menurunkan kadar selulosa dan lemak (Yadnya dan Trisnadewi, 2011). Antosianin bersifat sebagai antioksidan (Ishida et al., 2000), yang dapat menetralkan radikal bebas sehingga mampu meningkatkan kapasitas antioksidan, superoksisa dismutase,(SOD) dan menurunkan malondialdehida (MDA) pada tikus (Prangdimurti et al., 2006^)

Yadnya dan Trisnadewi (2011) telah mencoba fermentasi pada umbi ubi jalar ungu (Ipomoeabatatas L) dengan Aspergilus niger dapat meningkatkan kandungan nutrisi dan meningkatkan kandungan antosianin dan natioksidan ubi jalar ungu secara nyata. Lebih lanjut dilaporkan bahwa pemberian ubi jalar terfermentasi Aspergilus niger pada taraf pemberian 10% dapat kecernaan dan pertambahan bobot badan secara nyata (Yadnya et al., 2012). Suci et al., (2013)melaporkan pemberian ubi jalar ungu dengan inokulan yang berbeda dapat memperbaiki profil lipida darah itik Bali pada fase pertumbuhan.

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian dengan judul “Kajian pengaruh pemanfaatan ubi jalar ungu(Ipomoea batatas L) terfermentasi dalam ransum terhadap penampilan pada itik Bali”

MATERI DAN METODE

Itik

Itik yang digunakan adalah itik Bali yang berasal dari pengepul ternak itik ( I Wayan Pegik) yang berasal dari Guwang, Sukawati, Gianyar. Itik berumur 16 minggu sebanyak 120 ekor dengan berat badan yang homogen.

(12)

12

Penelitian ini menggunakan kandang sistem battery colony berlantai dua sebanyak 28 petak. Setiap petak kandang mempunyai ukuran panjang 70 cm, lebar 70 cm, dan tinggi 70 cm.. Kandang dilengkapi dengan tempat makanan, tempat air minum yang terbuat dari bambu yang letaknya di sebelah luar, dan juga dilengkapai dengan tempat penampung kotroran serta penampung sisa makanan, dan juga dilengkapi dengan lampu untuk penerangan di waktu malam.

Ransum dan air minum

Ransum dalam penelitian ini disusun berdasarkan perhitungan menurut Scott et al.(1982). Kandungan nutrisi ubi jalar ungu, baik yang terfermentasi atau tidak terfermentasi dikerjakan di Laboratorium Analitik, Universitas Udayana. Bahan-bahan penyusun ransum terdiri atas jagung kuning, tepung ikan, bungkil kelapa, dedak padi, kacang kedelai, tepung ubi jalar ungu yang tanpa difermentasi dan tepung ubi jalar ungu terfermentasi dengan Aspergillus niger dan mineral B 12.

Di dalam pencampuran ransum disusun sedemikian rupa dari komposisi ransum terbesar kemudian diikuti dengan jumlah kopomsisi ransum yang lebih rendah dan seterusnya sampai jumlah bahan ranasum yang terendah, Kemudian bahan ransum dibagi dua , dan masing – masing bagian dicampur aduk sampai homogen, setelah itu dibagi empat, masing – masing bagian dicampur berseberangan dan akhirnya tercampur secara sempurna. Masing – masing perlakuan ditimbang dalam ukuran plastik 0,50 kg , kemudian disimpan dan siap digunakan diberikan kepada itik. Pemberian ransum dan air minum dengan ad libitum.

Ubi jalar ungu ( Ipomoea batatas L)

Umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) diperoleh di Desa Licin, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwagi. Umbi ubi jalar ungu diparut kemudian dikeringkan , setelah kering selanjutnya ditumbuk dan diayak sehingga menjadi tepung ubi jalar ungu . sebelum digunakan untuk penelitian terlebih dahulu difermentasi dengan Aspergillus niger.

Ubi jalar ungu dalam bentuk tepung akan difermentasi dengan Aspergillus niger, yang sebelumnya diadakan perbanyakan Aspergillus niger dengan perhitungan 100 ml Aspergillus niger dilarut dalam 10 l air yang sebelumnya telah dipanaskan , dan setelah dingin caru digunakan dalam proses perbanyakkan Aspergillus niger. Bahan yang perlu dilengkapi 100 g KCl dan 100 g Urea. Setelah ubi jalar dalam bentuk tepung siap dituangkan larutan

Aspergillus niger ditaruh dalam karung goni selama 6 hari (Guntoro, 2008). Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) yang telah difermentasi kemudian dikeringkan dan siap untuk digunakan untuk mencampur ransum.

(13)

13

Komposisi Bahan Penyusun Ransum Itik Bali,umur 16 – 32 minggu

Bahan Ransum (%) Perlakuan A B C D E F G 1) Jagung kuning 55,36 49,98 42,32 35,5 49,98 42,32 37,20 Kacang kedelai 9,37 12,45 13,88 15,05 12,45 13,88 15,40 Bungkil kelapa 11,31 9,82 7,28 3,06 9,82 8,28 3,06 Tepung ikan 10,13 8,10 10,29 11,14 8,10 8,29 8,14 Dedak padi 12,18 9,00 5,08 3,25 9,00 5,58 4,55

Ubi jalar ungu - 10,00 20,00 30,00 - - -

Ubi jalar ungu terfermentasi - - - - 10,00 20,00 30,00 Mineral B12 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,80 Garam dapur 0,15 0,15 0,15 0,50 0,15 0,15 0,15 Minyak kelapa 1,00 - 0,50 1,00 - 1,00 1,00 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 2

Kandungan Nutrisi dalam Ransum itik Bali, Umur 16 – 32 minggu

Nutrien Perlakuan 1) ______________________________________________________________________________ A B C D E F G Standar Scott et al (1982) Energi Metabolisme (Kkal//kg) 2907,07 2878,2 2904,93 2887,28 2886,1 2882,18 2905,2 2800 – 2900 Protein kasar (%) 17,03 16,68 17,18 16,87 16,67 17,01 16,99 15 - 17 Lemak kasar (%) 5,75 5,92 5,61 5,38 5,85 5,84 5,17 4 – 7 Serat kasar (%) 4,56 4,42 4,20 4,00 4,36 4,23 4,0 4 – 7 Kalsium (%) 1,00 0,94 0,97 0,96 0,94 0,92 0,91 0,80 Forfor tersedia (%) 0,60 0,50 0,50 0,50 0,51 0,50 0,50 0,70 Cystin (%) 0,30 030 028 0,29 0,27 028 028 027 Lysin (%) 1,37 1,35 1,41 1,43 1,34 1,28 1,34 0,80 Metionin (%) 0,52 0,56 0,59 0,65 0,57 0,61 0,65 0,51 :

!) A = ransum tanpa mengandung ubi jalar ungu , B = ransum mengandung 10% ubi jalar ungu , C = ransum mengandung 20% ubi jalar ungu, D = ransum mengandung 30% ubi jalar ungu, E

(14)

14

= Ransum mengandung 10% ubi jalar ungu terfermentasi, F = ransum mengandung 20% ubi jalar ungu terfermentasi dan

G = ransum mengandung 30% ubi jalar ungu terfermentasi

Aktivasi Aspergillus niger

Aspergillus niger yang digunakan di dalam penelitian ini diperoleh dari Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) ,Denpasar . Sebelum Aspergillus niger dimanfaatkan untuk fermentasi harus diaktifkan dan direproduksi agar volumenya menjadi lebih besar. Dalam proses reproduksi , untuk satu liter bibit fermentor bisa diproduksi hingga 100-200 liter. Terlebih dahulu air dipanaskan mencapai suhu 100oC, kemudian didinginkan. Proses aktivasi diperlukan alat-alat antara lain bak plastik yang bersih, aerator, sedangkan bahan-bahan yang dipergunakan adalah gula pasir, urea, dan NPK masing –masing 100 gram setiap 10 liter air. Air yang digunakan air sumur yang tidak mengandung kaporit. Untuk menjaga sterilitasnya air dimasak terlebih dahulu mencapai suhu 100oC, kemudian didinginkan. terakhir , dimasukkan 100 ml Aspergillus niger (Guntoro, 2008).

Fermentasi tepung ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) dengan Aspergillus niger

Ubi jalar ungu yang sudah dalam bentuk tepung ditaruh di atas hamparan karung kampil yang diletakkan diatas dari bilah-bilah bambu , kemudian disemprot dengan larutan

Aspergillus niger yang telah diaktifkan, sampai larutan airnya 50% ( bila dikepal tidak pecah) . Selanjutnya ditutup dengan karung kampil dan dibiarkan selama 6 hari. Setelah dilakukan fermentasi selama enam hari lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, sehingga sudah siap untuk dipergunakan sebagai bahan penyusun ransum.

Prosedur Penelitian Perendoman itik

Seratus lima puluh ekor itik jantan berumur 16 minggu ditimbang satu-persatu dengan timbangan dengan merek lion Star 2Kg dengan kepekaan 2 gr. Setelah semua itik ditimbang, dicari nilai rerata, dan standar deviasi, sehingga diperoleh rentang berat awal (umur 16 minggu) adalah berat berata + SD. Maka diperoleh itik yang dipergunakan untuk penelitian adalah 7 x 4 x 4 ekor = 112 ekor. perlakuan dan ulangannya.

(15)

15

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas tujuh perlakuan dan empat ulangan, setiap ulangan menggunakan empat ekor itik jantan dengan kisaran bobot badan awal 1192,95 + 0,98 g, maka secara keseluruhan digunakan seratus dua

belas ekor itik bali jantan yang telah berumur 16 minggu. Ketujuh perlakuan ransum tersebut adalah sebagai berikut : yaitu ransum tanpa ubi jalar uvgu (Ipomoea batatas L) (perlakuan A), ransum mengandung 10% , 20%, dan 30% ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) tanpa terfermentasi (perlakuan B,C,dan D), ransum mengandung 10%, 20%, 30% ubi jalar ungu

(Ipomoeabatatas L) terfermentasi (perlakuan E,F,dan G)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilaksanakan di kandang milik petani- peternak di desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Sedangkan analisis laboratorium dilaksanakan di laboratorium Nutrisi Makanan Ternak, Lab. Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Lab. Kimia dan Mikrobiologi, Fakultas Teknologi Pertanian, Lab. Analitik, Universitas Udayana, Lab. Bina Medika Denpasar. Penelitian berlangsung selama tujuh bulan, yaitu mulai dari persiapan sampai dengan pengolahan data (April 2012 – Oktober 2012).

Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang diamati dalam penelitian ini meliputi : penampilan, karakteristik karkas, kualitas daging , profil lipida daging, profil lipida darah dan profil antioksidan daging.

Variabel penampilan

Variabel penampilan terdiri atas konsumsi bahan kering ransum, kapasitas antioksidan, dan pertambahan bobot badan

Konsumsi bahan kering ransum diperoleh dengan mengurangi bahan kering ransum yang diberikan dengan bahan kering sisa. Konsumsi antioksidan adalah konsumsi ransum dikalikan dengan kandungan antioksidan setiap ransum.

Pertambahan bobot badan (Bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal)

(16)

16

Variabel karakteristik karkas meliputi bobot potong, bobot karkas, persentase karkas, dan komposisi fisik karkas.

1) Bobot potong adalah hasil penimbangan itik pada akhir penelitian pada saat itik berumur 32 minggu.

2) Bobot karkas : bobot potong dikurangi dengan bobot bukan karkas (bobot darah, kepala, bulu, kaki, dan organ dalam (USDA, 1977).

3). Persentase karkas adalah bobot karkas dibagi dengan bobot potong dikalikan dengan 100%

4) Komposisi fisik karkas adalah bobot masing – masing karkas ( Daging, tulang, lemak termasuk kulit) dibagi dengan bobot karkas dikalikan dengan 100%.

Pengambilan sampel untuk penentuan kolesterol serum darah

Pengambilan sampel darah dilaksanakan dua minggu sebelum penelitian berakhir. Masing – masing perlakuan diambil tiga ekor itik secara acak, setiap ekor diambil 5 ml, dengan cara memasukkan spait ukuran 3 ml kepembuluh darah pada bagian sayap daripada itik, setelah pengambilan darah , bagian tubuh bebas suntikan dibersihkan dengan alkohol. Semua sampel yang diambil langsung ke termos es dibawa ke Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak, Fakultas Peternakan , Universitas Udayana.

Pengambilan sampel daging untuk analisis profil lipida daging

Pengambilan sampel daging untuk analisis profil lipida daging bersamaan dengan penentuan kualitas karkas daging pada akhir penelitian. Untuk pengambilan sampel untuk analisis profil lipida daging diambil pada bagian dada (Soeparno, 2005).

Penentuan profil antioksidan

Penentuan profil antioksidan yang terdiri atas kapasitas antioksidan, malondialdehide

(MDA), dan superoksida dismutase (SOD0 (Prangdimurti et al., 2006). Bagian daging dada yang diambil untuk profil antioksidan, yang masing – masing perlakuan diambil tiga sampel. Analisis kapasitas antioksidan dilaksanakan di Lab. Kimia dan Mikrobiologi, FTP, Unud, sedangkan analisis MDA dan SOD dilaksanakan di Lab. Analitik, Universitas Udayana Penentuan Kolesterol Daging

Analisis profil lipida daging dan darah dilaksanakan di Labotarium Nutrisi Makanan ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.

(17)

17

Penentuan total kolesterol dikerjakan dengan metode Liebermann-Burchard yang telah dimodifikasi (Saransi et al., 1996).

Cara penentuan total kolesterol daging sebagai berikut.

1) Timbang satu g sampel dan tambahkan 10 ml larutan aseton-etanol 1 : 1, kemudian didihkan dalam shaking water bath sambil digoyang selama lima menit, lalu dinginan dalam suhu kamar. Selanjutnya, saring dan tampung filtrat

dalam tabung pemusing dan pusingkan selama lima belas menit pada kecepatan 2500 rpm, sehinggaq terbentuk supernatan. Supernatan yang terbentuk keringkan dalam shaking water bath 100 oC, lalu dinginkan. Residu yang tertinggal , larutkan dengan tiga mililiter kloroform dan sampel siap dianalisis.

2) Penetapan standar dan reagensia

Timbang dan masukkan lima miligram kolesterol dalam labu ukur 50 ml, kemudian larutkan dengan kloroform sampai batas miniskus, sehingga diperoleh kolesterol 0,1 mg/ml. Buat standar deret dengan konsentrasi 0,0167, 0,0330, 0,0500, 0,0667, 0,0833 dan 0,1000mg/dl. Lebih lanjut, encerkan larutan FeCL3 10% dengan asam sulfat pada hari yang sama . Untuk menghindari hal –hal yang tidak diinginkan atau hasil reaksinya bisa berubah.

3) Analisis

Tiga mililiter larutan standar dalam cuvet masing-masingditambahkan asam asetat glasial (FeCl3 10%) dua mililiter dan FeCl 0,01% tiga mililiter, biarkan dingin dalam ruang gelap selama 15 menit. Baca pada spectrofotometer dengan

λ = 570 nm, lakukan dengan cara yang sama pada sampel. bila tidak dapat dibaca encerkan dengan menambahkan dengan asam asetat glasial.

Pengukuran kandungan kolesterol daging dikerjakan sebagai berikut : contoh daging yang sudah digiling ditimbang sebanyak 0,2 g, dimasukkan ke dalam gelas piala ukuran 50 ml kemudian ditambahkan alkohol : ether ( 3 : 1 ) sebanyak 12 ml. Larutan tersebut diaduk sampai hancur selama 15 menit, kemudian dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Hasilnya disaring dengan kertas saring yang ditempatkan dalam corong kecil. Pembilasan diulang lagi dengan alkohol 1ml alkohol ether.

Filtrat yang diperoleh dari pemusingan ditaruh dalam gelas piala 100 ml kemudian diuapkan pada penanggas air sampai kering, lalu ditambahkan 1 ml khloroform ke dalam

(18)

18

filtrat dan diamkan selama 10 menit. Larutan ini disaring kembali dengan kertas saring dan corong kecil. Filtranya ditampung dalam tabung skala 10 ml. Penyaringan dilalkukan tiga kali dengan cara membilas kertas saring dan tabung dengan khloroform sedikit demi sedikit sampai filtrat yang ditampung mendekati skala 5 ml. Kemudian ditambahkan larutan asetat anhidrid sebanyak 2 ml asam sulfat pekat sebanyak 0,1 ml. Campuran ini diaduk dengan cara memindahkan isi tabung yang satu ke tabung yang lain beberapa kali. Larutan ini didiamkan selama 15 menit agar perubahan warna yang terbentuk menjadi stabil selanjutnya larutan ini siap dibaca dengan spektrofotometer.

Larutan standar yang digunakan adalah larutan standar kolesterol 0,4 mg/5 ml (40 mg kolesterol dalam 500 ml khloroform), larutan ini masukkan ke dalam tabung 10 ml sebanyak 5 ml, kemudian ditambah dengan 2 ml asam asetat anhidrid dan 0,1 ml asam sulfat. Tabung blanko diisi dengan larutan asam asetat anhidrid 2 ml asam sulfat pekat 0,1 ml kemudian ditambah khloroform 5 ml. Larutan didiamkan selama 15 menit dalam ruangan gelap.

Pembacaan intensitas warna dilakukan dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 578 nm. Kadar kolesterol dihitung dengan memasukkan angka dalam rumus sebagai berikut :

Abs p 100

Kolesterol daging (mg/100gr) = --- X 0,4 X --- Abs s gr bahan (daging)

-Keterangan :

0,4 : konstanta

Abp : nilai absorben dari larutan uji Abs : nilai absorben dari larutan standar

Penentuan HDL menggunakan metode phosphotungstic acid magnesium chlorid . Prinsip presipitasi terhadap low density lipoprotein lipoprotein (LDLdan VLDL) dengan polianion dan magnesium chlorida. setelah pemusingan HDL tetap berada dalam larutan supernatan. Kadar HDL kolesterol dapat ditentukan dengan reaksi enzimatik menggunakan metode CHOD PAP.

Reagensia yang digunakan adalah phosphotungstic acid 0,55 mmol/l dan Magnesium Chloride 25 mmol/l, larutan NaCl 0,95 (154 mml/l), spektrofotometer dengan panjang gelombang 500 nm, filter fotometer Hg 546 nm, Liht path cuvette 1 cm. Untuk presipitasi diperlukan plasma 200 µl. Campuran ini dibiarkan selama 10 menit pada temperatur 20 – 25oC, kemudian dipusing selama 10 menit pada kecepatan 4000 rpm. Supernatan diambil

(19)

19

kemudian dicampur dengan reagen, untuk blanko 10 µl aquabidest ditambahkan . Kemudian campuran ini diinkubasikan selama 10 menit pada suhu 25oC, lalu dibaca A (Absorbance) T (Test) terhadap B (blanko). Jika sampel atau supernatannya berwarna, blanko tes disiapkan dengan larutan 0,9% NaCl dan absorbance ini kemudian kurangkan dari absorbance samplel yang berwarna.

Konsentrasi HDL dihitung dengan rumus : HDL = A (T) X faktor

untuk panjang gelombang 500 nm faktor dalam (nmol/l) adalah 5,92, sedangkan dalam (mg/100 ml) adalah 229.

Pengukuran Trigliserida

Pengukuran trigliserida menggunakan metode test kalorimetri enzimatik (Boehringnger, 1993) dengan glyserol phosphateoxidase dan POD sebagai katalisa indikator reaksi

lipase

Prinsip : Trigliserida =========== Gliserol + asam-asam lemak GK

Gliserol + ATP ============ Gliserol – 3 – P + ADP GPO

Gliserol -3- P + O =========== dihidroksiaseton phosphat + H2O

Dengan adanya peroksidase , hidrogen peroksidae akan mengoksidasikan klorofenol dan aminoantipirin sehingga membentuk warna merah dan derivat kuinonamine . Warna yang terbentuk sesuai dengan konsentrasi trigliserida.

Reagen yang digunakan tiap satu liter mengandung PIPES buffer pH 7,42 mmol, adenosin triphosphat (ATP) 1 mmol, 4 – aminoantipirin (PAP 0,5 mmol, Lipoprotein lipase (LPL) > 50 µkat, gliserol kinase > 13 µkat , gliserol phosphat oksidase (GK) > 25 µkat, Peroksidase (POD) 5 µkat dan 4 klorofenol 6 mmol.

Sampel sebanyak 10 µl ditambah 1000 µl reagen, kemudian dicampur dan diinkubasikan selama 20 menit pada suhu 25oC. untuk blanko dikerjakan dengan cara yang sama tanpa sampel. Kemudian dibaca A(T) terhadap blanko pada panjang gelombang 500 nm (Hg 546 nm)

Kadar trigliserida = A (T) x F

A(T) adalah absorbance sampel yang dites, F adalah faktor yang nilainya 737 untuk satuan mg/100 ml. 8,4 untuk satuan mmol/l pada panjang gelombang 500 nm.

(20)

20

Total kolesterol = HDL + LDL + VLDL, sedangkan VLDL = Trigliserida : 5, maka LDL = Total kolesterol – HDL – Trigliserida/5 LDL dihitung dengan rumus = Kolesterol – (Trigilserida /5) – HDL

Penentuan profil lipida darah

Pengambilan sampel darah untuk profil lipida darah diambil pada pembuluh darah arteri pada bagian sayap masing –masing sebanyak 5 ml persampel. Jumlah sampel semua ada 21 buah sampel , yang setiap perlakuan diambil tiga sampel. karena ada tujuh perlakuan, maka sampel semuanya = 7 x 3 sampel = 21 buah sampel.

. Penentuan profil antioksidan daging

Profil antioksidan daging terdiri atas kapasitas antioksidan , malondialdehida (MDA) dan

Superoksida dismutase (SOD). Penentuan kapasitas antioksidan dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Mikrobologi, Fakultas Teknologi Pertanian, sedangkan kadar

Malondialdehide (MDA) dan Superoksida dismutse (SOD dilaksanakan di Laboratorium Analitik, Universitas Udayana.

Kapasitas antioksidan

Penentuan kapasitas antioksidan dilakukan dengan metode Spektrofotometer (Okawa et al., 2001), dengan cara kerjanya sebagai berikut : a) Pembuatan kurva standar asam askorbat dengan konsentrasi 0, 1,4, 6, 8, 10 ppm atau kurva standar trolox dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 ppm. .

b) Pembuatan preparasi sampel

25 mg sampel kering (bubuk) Diencerkan 10 ml dengan metanol 100%

Divortex

Sentrifuge 3000 pppm selama 15 menit disaring Filtrat dipipet 0,5 ml + 3,5 ml DPPH

Divortex Diamkan 30 menit Baca absorbansi pada 517 nm

Tahapan yang dilakukan di dalam pembuatan sampel untuk penentuan kapasitas antioksidab sebagai berikut :

(21)

21

2. Sampel yang telah ditimbang diencerkan dengan 10 ml Metanol 100%, kemudian diaduk sampai homogen.

3. Sampel tang telah divortex kemudian dimasukkan kedalam tabung kemudian di sentripuge selama 15 menit disaring.

4. Filtratnya dipipet sebanyak 0,5 ml dan ditambahkan dengan 3,5 ml DPPH,kemudian divortex dan didiamkan selama 10 menit.

5. Baca absorbansi pada Spekto dengan panjang gelombang 517 nm.

c) Kapasitas Antioksidan

=

ppm X x Total volume Berat sampel (kg ) x FP Catatan :

1. Kalau standarnya asam askorbat satuannya pmm AAEAC (Ascorbit Acid Equivalent Antioxidant Capacity)

2. Kalau standarnya Trodox satuannya ppm TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant Capacity)

3. Kalau satuannya % berat sampel dalam (mg) dan dikalikan 100%.

4. Untuk mencari nilai IC (Inhibition Concentration) 50% (% aktivitas antioksidan)

IC = Absorbansi kontrol −absorbansi sampel

Absorbansi kontrol x 100%

IC = Inhibitor Cocentration ( suatu kemapuan antioksidan untuk menghambat aktivitas

radikal bebas )

Kadar malondialdehide (MDA)

Kadar malondialdehide (MDA) di dalam daging untuk mengetahui tingkat kerusakan oksidatif sel/jaringan tubuh akibat radikal bebas Pemeriksaan kadar MDA daging dilakukan dengan metode Thiobarbituric acid reactive substances (TBARS) (Wuryastuti, 1996).

Prosedur kerja

Sebanyak 0,75 ml asam fosfat dimasukkan ke dalam tabung polypropylene yang telah berisi 0,25 ml larutan Thiobarbituric acid (TBA ). Selanjutannya 0,05 ml sampel plasma darah ditambahkan ke dalam water bath selama 60 menit dengan suhu 100 oC , campuran selanjutnya didinginkan selama 1-2 jam sehingga suhunya mencapai 30 oC. Kemudian dimasukkan ke dalam Sep-Park C 18 dan dicuci dengan 5 ml methanol dan air. Ke dalam

(22)

22

campuran kemudian ditambahkan 4 ml methanol dan ditampung dalam cuvet. Kepekaan warna dibaca dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm.

Superoksida Dismutase (SOD)

Pemeriksaan SOD dilakukan menggunakan methode Oxiselect superoxide dismutase activity assay Kit (Cell Biolab, 2004). Kecepatan reduksi sitokrom c oleh radikal superoksidase dimonitor pada 550 nm sesuai sistem xanthine-xanthine oksidase sebagai sumber SOD. SOD menyebabkan penurunan kecepatan reduksi sitokrom c. Satu unit SOD didefinisikan sebagai jumlah enzim yang mengakibatkan 50 % inhibisi kecepatanreduksi sitokrom c. Aktivitas SOD dinyatakan dalam satuan unit per gram hemoglobin (U/g Hb).

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan apabila diantara perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (P< 0,05), maka dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf 5%. Hubungan antara tingkat pemberian ubi jalar ungu tanpa atau terfermentasi dalam ransum dengan kadar kolesterol daging, dan hubungan kapasitas antioksidan,

malondialdehide (MDA), dan Superokdida dismutase (SOD) dengan kadar kolesterol daging dianalisis dengan persamaan regresi atau eksponen menurut Steel dan Torrie (1986).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum, Kapasitas Antioksidan Ransum dan Bobot Badan

Konsumsi bahan kering ransum, kapasitas antioksidan ransum dan pertambahan bobot badan ditunjukkan pada Tabel 2.9.6. Konsumsi ransum selama penelitian ( 16 minggu) pada itik yang mendapatkan ransum A adalah 1,040 kg/ ekor. Pemberian perlakuan B, C, D, E, F, dan G dapat mengkonsumsi ransum yang lebih rendah dan berbeda secara nyata (P<0,05) daripada pemberian ransum A

Pemberian ransum yang mengandung ubijalar ungu (Ipomoea batatas L) terfermentasi cendrung mengkonsumsi ransum lebih rendah daripada ransum ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) tanpa fermentasi. Adanya enzim-enzim dalam ubi jalar ungu terfermentasi

(23)

23

sehingga dapat meningkatkan kecernaan ransum, sehingga zat-zat yang dapat diserap akan lebih banyak dan kebutuhannya bisa terpenuhi dengan menkonsumsi ransum lebih sedikit.

Konsumsi ransum sangat dipengaruhi oleh kecukupan kebutuhan energinya telah terkecukupi. Hal ini terbukti bahwa pemberian ransum tanpa ubi jalar ungu atau ubi jalar ungu terfermentasi menkonsumsi lebih banyak, karena kecernaan ransum , kecernaan energi dan kecernaan yang lebih rendah, sehingga harus menkonsumsi ransum yang lebih banyak. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Yadnya et al., (2012), yang melaporkan pemberian ransum ubi jalar ungu terfermentasi menkonsumsi ransum lebih efisien daripada pemberian ransum tanpa ubi jalar ungu tanpa fermentasi atau tanpa ubi jalar ungu.

Rataan bobot badan akhir paling tinggi dijumpai pada itik yang mendapatkan ransum G yaitu 1,575 kg/ekor dan 8,62% lebih tinggi daripada itik yang mendapatkan ransum A. Karena pada pemberian ransum G memiliki kecernaan energi, kecernaan bahan organik, kecernaan protein yang lebih tinggi daripada pemberian perlakuan yang lainnya. Kecukupan energi dan protein akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Kelebihan energi di atas kebutuhan hidup pokok akan digunakan untuk produksi , dalam hal ini berupa kenaikan bobot badan. Pemberian ransum yang mengandung ubi jalar ungu mengandung antosianin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antibakteri (Hasim dan Yusuf , 2008), sehingga bakeri yang bersifat patogen akan berkurang dan zat nutrisi yang dapat diserap akan lebih banyak dan akan berpengaruh terhadap produksi atau pertambahan bobot badan.

Kapasitas antioksidan ransum pada itik diberikan ransum A adalah 868,66 mg/kg GAEAC. Pemberian ransum B, C, D, E, F, dan G dapat meningkatkan kapasitas antioksidan ransum secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan pemberian ransum A.

Kapasitas antioksidan ransum pada pemberian ransum ubi jalar ungu terfermentasi atau tanpa fermentasi , karena di dalam ubi jalar mengandung antosianin, vitamin A, vitamin C, vitamin E dan unsur logam transisi , seperti Fe, Cu, Zn dan Se ( Ratih, 2010) , yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menetralkan atau menangkap radikal bebas, sehingga dapat meningkatkan kapasitas antioksidan dalam ransum.

Tabel 3

Konsumsi Ransum, Kapasitas antioksidan Ransum, dan Bobot Badan pada Itik yang Diberikan Ransum Ubi Jaalar Ungu (Ipomoea batatas L) Terfermentasi

Perlakuan Peubah Bobot awal (gr) Bobot akhir (gr) Konsumsi Ransum (gr) KA.Ransum Mg/kg GAEAC PBBH (gr)

(24)

24 A 1192,5 1550,00 d 10348,26a 868,66 d 355,5 d B 1196,6 1600,00 c 10066,36 b 969,45 c 410,27 c C 1193,75 1627,50 bc 10061,52 b 1072,98 b 433,75 bc D 1194,5 1636,25 ab 9937,2 bc 1113,53 a 441,75 abc E 1192,75 1646,25 ab 9948,37 bc 1116,16 a 453,5 ab F 1194,25 1653,75 ab 9910,84 c 1117,35 a 459,25 ab G 1193,00 1668,75 a 9888,68 c 1151,58 a 474,52 a SEM 10,62 46,84 13,75 10,76

Keterangan : Nilai dengan huruf berbeda pada lajur yang sama , berbeda nyata (P<0,05) .

Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) terfermentasi dalam ransum terhadap Karakteristik Karkas Itik Bali

Karakteristik Karkas

Karakteristik karkas terdiri atas bobot karkas , persentase bobot , komposisi fisik karkas (daging, tulang dan lemak termasuk kulit). Bobot karkas pada itik yang mendapatkan ransum tanpa ubi jalar ungu (Perlakuan A) adalah 955,43 gr/ekor (Tabel 4). Pemberian ransum B, C, D, E, F, dan G dapat meningkatkan bobot karkas sebesar 3,79 ; 9,21 ; 12,36 ; 13,77 ; 14,68 dan 19,58 % secara nyata (P< 0,05) dibandingkan dengan pemberian ransum A.

Pemberian ransum ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) terfermentasi (perlakuan E, F, G) menghasilkan bobot karkas yang lebih tinggi daripada pemberian ransum tanpa ubi jalar ungu (perlakuan A) atau ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) tanpa fermentasi (perlakuan B dan C ). Hal ini disebabkan kecernaan ransum ( Bahan Kering) lebih tinggi , sehingga zat nutrisi yang diserap lebih tinggi (Tabel 4). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Yadnya et al.,(2012), pemberian ubi jalar ungu pada taraf 10% , baik yang tidak atau terfermentasi dapat meningkatkan bobot karkas pada itik yang dipelihara dari umur 3 sampai 15 minggu. Lebih lanjut dilaporkan bahwa adanya hubungan yang sinergis antara bobot potong dengan bobot karkas, semakin tinggi bobot potong semakin tinggi pula bobot karkasnya. Bidura (2012) melaporkan bahwa pemberian ransum yang terfermentasi dapat meningkatkan bobot karkas itik..

Tabel 4. Karakteristik Karkas Itik Bali Jantan yang diberi ransum Ubi Jalar Ungu

(Ipomoea batatas L) Terfermentasi Aspergillus niger

Peubah

Perlakuan

SEM

(25)

25 Bobot karkas(gr/ekor) 955,43 e 991,7c 1043,51c 1073,56 b 1087,07 b 1095,73 b 1142,56a 9,04 Persentase karkas (%) 61,19 d 63,21 c 64,84 bc 65,76b 66,14b 66,26 b 68,46 a 0,54 Komposisi fisik karkas (gr/100 gr) Daging 40,84c 43,73b 43,75b 43,81b 44,45b 45,21b 48,24a 0,75

Tulang 28,43bc 28,05c 30,12abc 30,26ab 30,78a 29,71abc 28,63abc 0,66

Lemak termasuk kulit 30,72a 28,21b 26,09c 25,92c 25,38c 25,07c 23,11d 0,47

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata (P<0,05)

Persentase karkas pada itik yang mendapatkan perlakuan A adalah 61,19% (Tabel 4). Pemberian perlakuan B, C, D, D, E, F, dan G dapat meningkatkan persentase karkas secara nyata (P<0,05), Pemberian perlakuan C, D, E, F dan G dapat meningkatkan persentase karkas secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan pemberian perlakuan A. Peningkatan persentase karkas sangat dipengharuhi bobot potong dan bobot karkas (Cakra, 1986). Lebih lanjut dijelaskan bahwa bobot karkas sangat ditentukan oleh bobot potong dan bobot bukan karkas seperti kepala, kaki, bulu, organ dalam dan darah. Daryanti et al.,(1987) menyatakan persentase bobot karkas sangat dipengaruhi oleh bobot potong dan bagian tubuh yang terbuang yaitu bobot bukan karkas, dan ada kecendrungan persentase bobot karkas meningkat dan akan berpengaruh terhadap bobot bukan karkas yang lebih rendah. Wahidayatun (1983) menyatakan bahwa perbedaan persentase karkas disebabkan oleh perbedaan bobot bukan karkas, sehingga persentase karkas akan meningkat dengan menurunnya bobot bukan karkas. Komposisi fisik karkas terdiri atas produksi daging, tulang, dan lemak karkas termasuk kulit. Produksi daging, tulang dan lemak termasuk kulit pada itik yang mendapatkan perlakuan A adalah 40,84 gr/100gr, 28,43 gr/100gr, dan 30,72gr/100gr. Pemberian ransum ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) pada aras 10%, 20% dan 30% (perlakuan B, C,D) dan pemberian ransum ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) terfermentasi pada aras 10%,20%, dan 30% (perlakuan E,F, dan G) dapat meningkatkan produksi daging karkas secara nyata (P<0,05), pada produksi lemak termasuk karkas terjadi penurunan secara nyata(P<0,05), sedangkan pada produksi tulang tidak berpengaruh (P>0,05) , kecuali pada pada pemberian perlakuan E terjadi peningkatkan persentase tulang secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan pemberian perlakuan A.

Peningkatan produksi daging pada itik yang diberikan ubi jalar ungu, baik yang terfermentasi atau tanpa fermentasi. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan kecernaan protein, ubi jalar ungu bersifat antioksidan yang dapat memelihara keseimbangan mikroflora yang terdapat dalam usus dan bersifat prebiotik yaitu merangsang pertumbuhan bakteri yang baik, sehingga penyerapan zat-zat nutrisi akan lebih banyak ( Anon, 2012). Protein

(26)

26

merupakan prekusor pembentukan jaringan pada daging (Soeparno, 2005). Semakin tinggi kecernaan protein akan dapat meningkatkan produksi daging .

Pemberian ubijalar ungu (Ipomoea batatas L) tanpa fermentasi (perlakuan B,C, dan D) dan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) terfermentasi (perlakuan E,F, dan G) dapat menurunkan produksi lemak karkas masing-masing 8,17, 15,07, 15,63, 17,78, 18,39, dan 24,77% (P<0,05) dibandingkan dengan pemberian ransum tanpa ubi jalar ungu (perlakuan A). Penurunan produksi lemak karkas pada ransum yang mengandung ubi jalar ungu yang mengandung zat antioksidan yang mampu mengikat lemak, sehingga menyerapan lemak berkurang dan berdampak terhadap penurunan lemak karkas. Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Yadnya et al.,(2012), yang mendapatkan pemberian ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) terferntasi atau tanpa fermentasi pada itik umur 15 minggu diperoleh retensi lemak tubuh dan lemak karkas yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian ransum tanpa ubi jalar ungu.

Parakkasi (1983) menyatakan bahwa apabila salah satu bagian dari komposisi fisik karkas yang meningkat akan berpengaruh terhadap penurunan komposisi fisik karkas yang lain. Cakra (1986) melaporkan bahwa peningkatan bagian komposisi fisik karkas yang satu akan berpengaruh terhadap komposisi karkas yang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) terfermentasi dapat meningkatkan produksi daging karkas dan menurunkan produksi lemak karkas termasuk kulit.

Profil lipida darah

Peubah yang diamati di dalam profil lipida darah meliputi total kolesterol, trigliserida, LDL dan HDL. Kadar kolesterol darah pada itik yang diberikan ransum A adalah 194,0 mg/100ml (Tabel 5). Pemberian ransum B, C, D. E, F, dan G dapat menurunkan kadar kolesterol masing – masing 8,15; 11,68; 12,54; 12,66; 17,35; dan 22,59% (P<0,05) dibandingkan pemberian ransum A.

Penurunan total kolesterol darah pada itik yang diberikan ubi jalar ungu (Ipomoea batas L) terfermentai, karena di dalam fermentasi dapat mengaha -silkan statin yang dapat menghambat kerja enzim 3 Hidroksi, 3 Metil Gluteril-Ko.A reduktase untuk mengahsilkan menghasilkan HMG-Ko.A sebagai prekusor untuk pembentukan asam mevalonat yang sangat diperlukan dalam pembentukan kolesterol (Cuchel, 1997). Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas

L) terfermentasi maupun tanpa fermentasi mengandung zat antioksidan yang dapat meningkatkan kapasitas antioksidan, di samping dapat menangkap radikal bebas dan

(27)

27

menghambat kerja enzim 3 Hidroksi, 3 Metil Glutaril-Ko.A reduktase untuk membentuk HMG-Ko.A yang sangat bermanfaat untuk pembentukan kolesterol (Kohlemeier et al., 1997). Hal inilah yang menyebabkan total kolesterol darah menurun secara nyata.

Unsur – unsur lemak dalam darah terdiri atas kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas. Tiga unsur lemak yang pertama berikatan dengan protein tertentu membentuk lipoprotein, sedangkan yang terakhir berikatan dengan albumin. Sebagai komponen dari lipoprotein, kadar trigliserida dalam darah sangat tergantung pada komponen yang lain. Ketiga membentuk persekutuan yang memungkinkan unsur-unsur lemak tersebut larut dalam darah dan diserap dari lumen usus dan dikirim keseluruh jaringan tubuh. trigliserrida dibentuk di hati dari lipid atau karbohidrat makanan dan disimpan sebagai lemak dibawah kulit dan organ lainnya.

Kadar trigliserida darah pada itik yang m yang beremperoleh ransum A adalah 182,66 mg pad ml. Pemberian ramsum B, C, D, E, F, dan G ada kecendrungan lebih rendah, namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05) dibandingkan dengan pemberian ransum A. Penurunan kandungan trigliserida mungkin disebabkan oleh adanya lemak atau kolesterol yang diikat oleh zat antioksidan yang sangat terkait dengan konsumsi antioksidan ransum, sehingga trigliserida yang dibentuk di dalam hati menurun.

Tabel.5 Profil Lipida Darah pada itik yang diberikan ransum ubi jalar ungu (Ipomoea

batatas L) terfermentasi Peubah Perlakuan SEM ) A B C D E F G a. Total Kolesterol (mg/100ml)

194,0a 1178,67ab 171,3b 169,67b 164,00a 160,33bc 150,33c 40,64

b. HDL (mg/100ml) ns

75,67 79,00 80,00 81,33 81,67 82,00 85,00 3,10

c. LDL (mg/100ml)

78,67a 73,67a 72,67a 70,00ab 67,67ab 67,33 ab 42,50b 8,61

d. Trigliserida (mg/100ml) ns

182,66 141,67 112,67 168,33 117,00 109,00 106,00 27,96

Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda secara nyata (P <0,05)

Pada itik yang mendapatkan ransum Akadar LDLnya adalah 78,67 mg/100ml. Pemberian ransum B, C, dan D dapat menurunkan kadar LDL, namun tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan pemberian ransum E, F, dan G dapat menurunkan kadar LDL masing –

(28)

28

masing 13,28; 14,41; dan 45,97%(P <0,05) daripada pemberian ransum A. Penurunan kadar LDL darah pada itik yang diberikan ransum ubi jalar terfermentasi atau tanpa terfermentasi karena adanya satatin dan antioksidan yang dapat menghambat pembentukan pembentukan kolesterol, sehingga kolesterol LDL darah menurun secara nyata.

Low Density Lipoprotein (LDL)

LDL tampaknya tidak disekresi dalam bentuk LDL baik oleh hati maupun usus. Agaknya

LDL dibentuk dari VLDL dan mungkin dari kilomikron. Hati dianggap sebagai tempat utama

pembuangan LDL untuk menghilang dari sirkulasi. Akan tetapi telah ditunjukkan bahwa

hepatektomi sebenarnya memperpendek waktu paruh LDL dalam sirkulasi.

Penyelidikan terhadap kultur fibroblast , limfosit, dan sel otot polos arteri telah

memperlihatkan adanya tempat – tempat pengikat spesifik untuk LDL, yang rusak pada

hiperkoleslemia familiar (Goldstein, 1977). Dalam sel normal, LDL tidak dapat keluar,

apoprotein dipecah dalam lisosum, kolesterol diesterkan, dan aktivitas HMG-Ko.A reduktase

ditekan, dengan demikian menghambat sintesiskolesterol di dalam sel. Ternyata temat

pengikatan LDL diatur oleh kebutuhan sel akan kolesterol untuk sintesis membran dan

hormon steroid.

LDL bersifat sangat aterogenik, artinya mampu menyebabkan proses pengapuran

dinding pembuluh koroner. Hal tersebut sesuai dengan tugas LDL yaitu mengirim kolesterol

dari hati menuju kejaringan tubuh yang sebelumnya melalui pembuluh koroner dan

menimbunnya disana, Dari segi kesehatan penurunan LDL sangat diperlukan untuk

mengurangi resiko aterosklerosis (Wirahadikusumah, 1985 dan Linder, 1985).

HDL darah pada itik yang mendapatkan ransum A adalah 75,67 mg/100ml. Pemberian ransum ubi jalar ungu tertfermentasi atau tanpa fermentasi cendrung meningkatkan HDL, namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dicoba oleh Sumardika dan Jawi (2011), pemberian ekstrak daun ubi jalar ungu dapat menurunkan kadar kolesterol, dan LDL darah, serta dapat meningkatkan HDL dan Superoksida Dimustase (SOD) darah tikus.

(29)

29

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian ubi jalar ungu (Ipomoea batatas

L) terfermentasi dapat menurunkan total kolesterol, dan LDL darah, namun tidak berpengaruh terhadap HDL dan trigliserida darah itik

Profil Antioksidan dan Kolesterol Daging

Profil antioksidan meliputi kapasitas antioksidan, malon dialdehida (MDA),dan superoksidadismutase (SOD) (Prangdimurti et al., 2006).

Kapasitas oksidan daging pada itik yang mendapatkan ransum A adalah 7807,69 mg/kg GAEAC (Tabel 6).Pemberian ransum B, C, D, E, F, dan G dapat meningkatkan kapasitas antioksidan daging secara nyata (P<0,05). Peningkatan kapasitas antioksidan pada daging disebakan konsumsi dan kecernaaan antioksidan ransum lebih tinggi secara nyata (P<0,05) (Tabel 6) . Kelebihan dari ransum yang mengandung ubi jalr ungu terfermentasi atau tanpa fermentasi, adanya zat antosianin, vitamin A, vitamin C, vitamin E , unsur Zn, dan Se sebagai zat antioksidan (Ratih, 2010), sehingga kemampuan untuk menagkal atau menetralkan radikal bebas lebih besar dan dapat menghambat terjadinya oksidasi radikal bebas terhadap lemak atau kolesterol berkurang.

Untuk mengetahui tingkat kerusakan oksidatif sel/jaringan tubuh yang diakibtkan oleh reactive oxygen species (ROS) atau radikal bebas dapat ditentukan dengan mengukur kadar

malondialdehide (MDA) , yang merupakan indikator dari pengoksidasi lipid (Clarkson, 2000).

Malon Dialdehida (MDA) daging pada itik yang diberikan ransum A adalah 1,97 mg/kg. Pemberian ransum B, C, D, E, F, dan G dapat menurunkan kadar MDA daging secara nyata (P<0,05). Keterkaitan antara MDA daging dengan kadar kolesterol daging dengan pemberian ransum ubi jalar ungu tanpa fermentasi dapat terpola dalam persamaan regresi, Y = 65,61 + 21,31X, dengan R 2 = 0,5796. Persamaan regresi ini mempunyai makna yaitu setiap pemberian ransum ubi jalar ungu tanpa fermentasi sejumlah x%, akan terjadi peningkatan kolesterol daging sebanyak 21,31 kali dari nilai 65,61 mg/100 gr. Sedangkan pemberian ransum ubi jalar ungu terfermentasi memberikan pola persamaan regresi linier antara kadar MDA dengan kadar kolesterol daging dengan rumus, Y = 35,72 + 36,57 X, dengan R 2 = 0,8341. Persamaan tersebut bermakna bahwa jika taraf pemberian ubi jalar ungu terfermentasi ditambahkan sejumlah x% , maka akan terjadi peningkatan kadar kolesterol sebesar 36,57 kali dari nilai 35,72 mg/100 gr. Dari kedua persamaan regresi linier ini memberikan gambaran apabila terjadi peningkatan MDA akan diikuti oleh peningkatan

(30)

30

kadar kolesterol, ini berarti tidak terjadinya keseimbangan antara zat antioksidan dengan yang dibutuhkan dengan ketersediaanya di dalam tubuh, maka perlu ditambahkan zat antioksidan melalui makanan, seperti ubi jalar ungu yang terfermentasi atau vitamin A, vitamin C, vitamin E dan mineral Zn atau Se.

Superoksida dismutase (SOD) daging pada itik yang mendapatkan ransum A adalah 0,47 µ/kg daging. Pemberian ransum B, C, D, E, F, dan G dapatkan meningkatakan kadar SOD daging secara nyata (P<0,05). Dibandingkan dengan itik yang mendapatkan perlakuan A. Superoksida dismutase (SOD) merupakan antioksidan enzimatik yangmengkatalisir pemutusan radikal bebas dalam sel, aktivitas kerjanya sangat dibutuhkan vitamin C dan ion logam transisi (Hillbom, 1999), dengan peningkatan kapar kapasitas daging dapat meningkatkan superoksida dismutase (SOD) daging.

Dilihat dari keterkaitan antara pemberian ubi jalar ungu tanpa fermentasi terhadap

superoksida dismutase (SOD) dalam menurunkan kolesterol daging mengikuti persamaan regresi linier yaitu Y = 108,55 – 3,1375 X, dengan R 2 = 0,5506. Persamaan tersebut mengandung makna bahwa jika dalam ransum ditambahkan sejumlah SOD X%, maka akan terjadi penurunan kolesterol daging sebanyak 3,1375 kali dari nilai 108,55 mg/100gr.

Tabel 6 . Profil Antioksidan Daging pada Itik Jantan yang diberikan ransum ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) Terfermentasi

Peubah Perlakuan SEM

A B C D E F G

K. Antioksidan (mg/kgGAEAC)

7807,69cd 8170,94 c 8196,3c 8233,37c 8302,56c 8294,8b 10691,9a 110,74

SOD (µ/kg) 0,47 f 0,58 e 0,64 d 1,03 d 1,24 c 1,33 d 1,46 a 0,0263

MDA(mg/ kg) 1,97a 0,77b 0,76b 0,73bc O,66c 0,56d 0,47e 0,0264

(31)

31 Gambar 1

Kurva Persamaan Regresi Linier , keterkaitan SOD dengan Kadar Kolesterol daging pada pemberian ransum ubi jalar ungu(Ipomoea batatas L) tanpafermentasi

Keterkaiatan antara kadar SOD dengan kadar kolesterol daging pada pemberian ransum ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) terfermentasi tercermin dalam persamaan regresi linier , Y = 106,3 – 5,7 X, dengan R 2 = 0,6387., yang berarti jika dalam pemberian ubi jalar ungu

(Ipomoea batatas L) terfermentasi yang berarti setiap penambahan sejumlah X%, maka akan terjadi penurunan kolesterol daging sebanyak 5,7 kali X dari nilai 106,3 mg/100 ml. Melihat dari nilai R2 ternyata keterkaitan kandungan kolesterol dengan kadar SOD dalam daging yang mendapatkan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) terfermentasi lebih kuat, serta kemampuannya untuk menurunkan kolesterol lebih

besar, hal ini terlihat dari nilai slop pada pemberian ubi jalar ungu terfermentasi lebih besar daripada pemberian ubi jalar ungu tanpa fermentasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang diperoleh oleh Sumardika dan Jawi (2011), yang mendapatkan bahwa pemberian ekstrak daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) pada tikus dapat menurunkan kolesterol, menurunkan LDL dan meningkatkan kadar SOD

y = -3,137x + 108,5 R² = 0,530 0 20 40 60 80 100 120 0 5 10 15 Ka d ar ko le st ero l D agi n g (m g/1 00 gr )

Kadar Superoksida dismutase(SOD) Daging (mg/kg)

SOD TK

Linear (SOD) Linear (TK) Linear (TK)

(32)

32 Gambar 2.

Persamaan regresi linier , keterkaiatan antara SOD dengan Total kolesterol daging itik pada pemberian ransum ubi jalar ungu terfermentasi

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum ubi jalar ungu

(Ipomoea batatas L) terfermentasi Aspergillus niger dapat meningkatkan kapasitas antioksidan dan superoksida dismutase (SOD) yarg disertai dengan penurunan total kolesterol daging, dan dapat menurunkan kadar malondialdehida (MDA) daging.

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal,S dan Rao,A.V. 2000. Role of Antioxidant Lycopene in Cancer and Heart Disease

J.Coll. Nutr.: 19 (5) : 563 -9.

Alan,C.T., J.Elias., J.J.Kelley.,R.S.C. Lin and I.R.K. Robson. 1976. Influence of certain dietary fibers on serum and tissue cholesterol levels in rats. 1976.J.Nutr. 106: 118 -123.

Bidura, I Gst.N.G.2007. Aplikasi produk bioteknologi pakan ternak. Penyunting D.K. Harya Putra. Penerbit Universitas Udayana. ISBN 079 – 8286 – 30. 8

Cakra, I Gst. L.O., D.P.M. A. Candrawati., dan Ni Luh Pt. Sriyani, 2006. Pengaruh Pemberian Rumput Laut dalam Ransum Disuplementasi dengan Probiotik terhadap Efisiensi Penggunaan Ransum dan Kualitas Kaskas pada Itik Petelur. Laporan Penelitian, Fakultas peternakan, universitas Udayana. .

Clarkson PM,Thomson HS.2000 Antioxidants: What role do they play in physical activity and health ? , Am. J. Clin.Nutr.729(Suppl): 637 – 346.

y = -5,7x + 106,3 R² = 0,638 0 20 40 60 80 100 120 0 5 10 15 Ka d ar ko le st ero l d agi n g (m g/1 00 gr )

Kadar Superoksisa dismutase daging (mg/kg)

SOD TK

Linear (SOD) Linear (TK) Linear (TK)

(33)

33

Cuchel,M. 1997. Lovastatin Decreases De Novo Cholesterol Synthesis and LDL Apo B-100 Production Rates in Combined-Hyperlipidemic Males. Journal of Arterioslerosis, and Vascular Biology, American Heart Association. 1910-1917.

.Guntoro,S.2008. Membuat Pakan Ternak dari Limbah Perkebunan. Agromedia ,Jakarta.

Harper H,A. ,V.W.Rodwell, dan P.A. Mayes.1979. Biokimia( Review ofPhysiological Chemistry) diterjemahkan oleh Martin Muliawan, Deisi 17 , Penerbit Buku Kedokteran,E,G,C,Jakartap. 360 – 384..

Hasim,A dan M.Yusuf. 2008. Ubi Jalar Kaya Antosianin, Plihan Pangan Sehat. Sinar Tani Edisi 20 – 26 Agustus 2008.

Jusuf,M.,St.A.Rahayuningsih,dan Erliana Ginting. 2008. Ubi jalar ungu. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.30,No.4 2008.

Jawi I M., D. N Suprapta, dan A.A,Ngh. Subawa. 2008. Ubi jalar ungu menurunkan kadar MDA dalam darah dan hati mencit setelah aktivitas fisik maksimal. Jurnal Veteriner, Juni 2008, ISSN:1411-8327,Vol.9 No.2 : 65 – 72.

Kumalaningsih,S. 2008. Antioksidan superoksida dismutase (SOD). Antioxidant. centre.Com. Http : // antioxidant centre,com (10 januari 2008).

Mazur,A and B.Harrow. 1971. Textbook of Biochemistry. 10th edition. WB Saunders Company, Philadelphia London,Toronto, Toppan Company.Limited, Tokyo,Japan.p. 335 – 373.

Murray,R.K., D.I. Granner., V.W.Rodwell. 2009 .Biokimia Haper. Cetakan 1, Pnerbit Buku Kedokteran , EGC, Jakarta. p. 226 – 238. p. 164 – 178.

Okawa,M.,J.Kinjo,T.Nohara,and M.Ono.2001. DPPH(1,1 – Diphenyl-2- Picrylhydrozyl0 Radical Seavensing Activity of Flavonoid Obtained from Some Medicinal Plants, Biok. Pharm.Bull.24(10): 1202 -1205.

Prangdimurti, Endang., Muchtadi., Deddy., Astawan, Made., Zakarin, Fransiska R. 2006. Kapasitas Antioksidan dan Hipokolesterolemik Ekstrak Daun Suji http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/42306.

Purba,M1,E.B.Laconi2,P.P.Keteren1,C.H.Wijaya2danP.S.Hardjosworo2Balai Penelitian Ternak,POBox 221, Bogor 16002,2 Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Jl.Rasamale Darmaga Bogor3 Fakultas Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor

Qualiyah ,A.2006. Mekanisme Kerja Antioksidan. http ; //astaqauliyah.com/tag/flavonoid/. Diakses: 17/01/2009, 11: 34. .

Ratih. 2012. Manfaat dibalik ubi Jalar Ungu. Blog. Konsultasi Gizi com/info/manfaat-di-balik-ubi-jalar-ungu.html.

Rukmana,H. 1997. Ubi Kayu. Budi Daya dan Pascapanen . Penerbit

Kanisius.

Rukmiasih1, P.S. Hardjosworo1,P.P. Keteren2 dan P.R. Matitaputty3. 2011.Penggunaan beluntas, vitamin C dan E sebagai Antioksidan untuk Menurunkan off-odor Daging

(34)

34

Itik Alabio dan Cihateup. 1 Departemen Ilmu dan Teknologi Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2 Balai Penelitian Ternak ,POBox,21, Bogor, 16002. 3 Balai Pengkajian Teknologi Peternakan Maluku, Ambon.

Scott,M.L.,M.C.Neisheim and R.J.Young.1982. Nutrition of The Chicken. 2 nd Ed. Publishing by:M.L,Scott and Assoc. Ithaca,New York.

Steel,R.G.D dan J.H.Torrie.1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. suatu pendekatan biometrik. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Soeparno. Ilmu dan Teknologi Daging. .2005. Cetakan ke-4., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Suprapta,D.Ngh., A.A.Ngh.Subawa dan Jawi,IM..2008. Ubi Jalar ungu Menurunkan Kadar MDA dalam darah dan hati mencit setelah aktivitas fisik maksimal .Jurnal Veteriner

juni 2008. ISSN : 1411 -8327. Vol.9 No.2 : 65 -72.

Sumardika ,IW. dan I M. Jawi.2010. Pengaruh pemberian ekstrak daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) terhadap profil lipida dan Superoxide dismutasepada (SOD) serum darah mencit.Laporan Penelitian Laboratorium Parmakology Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.

Suprapta DN.,M,Antara.,M,Sudana., AS ,Duaji, dan M.Sudarma.2004. Kajian aspek pembibitan, budidaya dan pemanfaatan umbi-umbian sebagai sumber pangan alternatif .Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama BAPEDA Provinsi Bali dengan Fakultas Pertanian UNUD.

Suwiti, Ni K. 2008. Identifikasi Daging Sapi Bali dengan Metode Histologis. Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar.

Thannical VJ, BL Fanburg.2000. Reactive oxygen species in cell signaling. Am J.Physiol Lung Cell Mol Physiol,279: 1005 – 1028.

Tillman,A.D.,H.Hartadi,R, Soedomo,P.Soeharto dan L.Soekanto.1998.Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-6. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

USDA, 1977. Poultry Grading Mannal. US.Goverment Publising Office, washington,DC.

.

Wainwright.M. 1992. An Introduction to Fungal Biotechnology. Department of Molecular Biology and Biotechnology University of Sheffield,UK. John Wiley & Sons, Chichester-New York, Brisbane, Toronto, Singapore..

Wirahadikusumah, M. 1985.Biokimia : Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan lipid.Pnerbit itb bandung.p.119 – 178.

Yadnya,T.G.B. and A.A.A. Sri Trisnadewi. 2011. Improving The Nutrition of Purple Sweet Potato (Ipomoea batas L) Through Biofermentation of aspergillus niger as Feed Substance Containing Antioxidants. Proceedings 3rd International Conference on Biosciences and Biotechnology , Maintaining World Prosperity Through Biosciences, Biotechnology and Revegetation. Bali, september 21st – 22nd,2011.

(35)

35

Yadnya,T.G.B., I.B.G. Partama dan A.A.A.S. Trisnadewi, 2012.Pengaruh Pemberian ransum Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L) Terfermentasi aspergillus niger terhadap Kecernaan Ransum, Retensi Protein dan Pertambahan Bobot Badan pada Itik Bali.

Prosiding seminar FAI 2012 ISBN : 978 – 18810 – 0 – 2, universitas Mercu Buana, Yogyakarta.

Gambar

Tabel  4.  Karakteristik Karkas Itik Bali Jantan yang diberi ransum Ubi Jalar Ungu  (Ipomoea batatas L) Terfermentasi Aspergillus niger
Tabel 6 . Profil Antioksidan Daging  pada Itik Jantan yang diberikan ransum ubi jalar  ungu (Ipomoea batatas L) Terfermentasi
Table 3. Meat quality of Bali Ducks implemented Purple Sweet Potato Diets (Ipomea batatas  L) with fermented Aspergillus niger
Figure 1.3   Histology C                              Figure 1.4   Histology D
+3

Referensi

Dokumen terkait

Cara pengumpulan data yang dapat berupa bukti tertulis dari objek penelitian untuk memperkuat data yang diperoleh khususnya yang berkaitan dengan analisis peran

Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi (2011: 115) menjelaskan kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari anggota

Kajian akan memberi penumpuan kepada beberapa aspek yang berkaitan dengan usaha merangsang kekuatan niat keusahawanan (entrepreneurs intention) ini di kalangan pelatih

Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh dari sikap guru berdiskusi melalui supervise akademik adalah 79,38 kategori “cukup”,sedangkan pada siklus II nilai

Devi Afrianti 2015, judul skripsi: ORGANISASI PEREMPUAN (Studi Kasus Aisyiyah Di Kota Medan). Skripsi ini mendeskripsikan: “Organisasi Perempuan Aisyiyah di Kota Medan. Kajian

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan reversibilitas siswa kelas VII-1 di MTs Negeri Pagedangan Tangerang dalam membuat persamaan liniear satu

Dalam praktik, diskon kuantitas sering tidak terbentuk potongan tunai, melainkan tambahan unit yang diterima untuk jumlah pembayaran yang sama (bonus atau free

a) Pelanggaran: Pelaku perdagangan orang, dengan merekrut sembilan TKI yang diduga ilegal. Benediktus Bliti, warga Lewomada merekrut dua orang wanita untuk bekerja di Papua