• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Walimah (2013) menyatakan bahwa terjadi kesalahan pengucapan bunyi konsonan interdental (س dan ط) dan faringal (ع dan ح) dalam pasangan minimal oleh mahasiswa sastra Arab FIB USU stambuk 2011. Contoh konsonan yang mengalami kesalahan pengucapan seperti konsonan glotal ح[ħ] frikatif faringal tidak bersuara yang diucapkan menjadi bunyi konsonan ٖ[h] frikatif glotal tidak bersuara yang berdistribusi di akhir kata dalam kata

خجؿ

/sabbiħi/ →

ٗجؿ

/sabbihi/. Kemudian konsonan ط [ð] frikatif interdental bersuara yang di ucapkan menjadi bunyi konsonan ػ [z] frikatif alveolar bersuara yang berdistribusi di awal kata dalam kata

غوط

/ðakara/ →

غوػ

/zakara/. Selanjutnya konsonan س [θ] frikatif interdental tak bersuara yang di ucapkan menjadi bunyi konsonan ؽ [s] frikatif alveolar tidak bersuara yang berdistribusi di tengah kata dalam kata

ءبضغ

/ɤuθa:Ɂan/ →

ءبـغ

/ɤusa:Ɂan/ serta konsonan yang mengalami kesalahan adalah bunyi konsonan ع[ʕ] frikatif faringal bersuara yang diucapkan menjadi bunyi konsonan ء [ʔ] stop glotal tidak bersuara yang berdistribusi di akhir dalam kata

ًؼج

/jaʕala/ →

ًئج

/jaɁala/.

Sriani (2006) menyatakan bahwa terjadi kesalahan pengucapan bunyi konsonan ط[ð] , ؽ [s] , ص [ȿ] , ع [ɖ] , ص [d] , ٖ [h] , ح [ħ] di Asrama Bahasa Arab Hubbul Wathan Medan. Kesalahan pengucapan konsonan tersebut dilihat pada kelas dasar dan kelas lanjutan. Konsonan yang paling banyak mengalami kesalahan adalah konsonan ص [ȿ] →konsonan ؽ [s] yang berada di awal, di tengah dan di akhir kata, contohnya dalam kata صبط /ȿa:da / → صبؿ /sa:da/ . Sedangkan pada kelas lanjutan konsonan ع [ɖ]→ ص [d] yang berada di awal, di tengah dan di akhir kata, contohnya dalam kata عبث /ba:ɖa/ → صبث/ ba:da/.

Utami (2015) menyatakan bahwa terjadi kesalahan berbahasa Arab siswi MTS Multilingual kelas VIII Madrasah Mu‟allimaat Muhammadiyah tahun ajaran

(2)

2014/2015dengan sampel 32 siswi ditemukan adanya kesalahan pada tataran fonologi sebanyak 27 % atau 9 dari 35 kesalahan. Kata yang paling banyak mengalami kesalahan adalah

اغىش

/ʃukron/ →

اغىؿ

/sukron/ , kata

غِ

/maʕ/→

أِ

/maɁ/ , kata

ْاٛفػ

/ʕafwān/ → /Ɂaffan/ , kata

بَفا

ضؼث

/baʕda/→

صأث

/baɁda/, kata

ُؼٔ

/naʕam/→

َأٔ

/naɁam/, kata

ؽأثلا

/lā baɁsa/→

ؽأجٌ

/labaɁsa/, kata

غ١طزؿا

/Ɂastaʈi:ʕu/

→ غ١ززؿا

/`astati:ʕu/, kata

بفٔآ

/Ɂa:nifan/→

بفٔا

/Ɂanifa:n/ dan yang terakhir kata

َٞٛؿ

/suwaʝʝa/→

َٞأؿ

/suɁaʝʝa/.

2.2 Analisis Kesalahan

Menurut Ellis dalam Guntur (1988 : 68) analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.

Menurut Guntur (1988 : 142) ada keuntungan yang diperoleh apabila mengetahui kesalahan para siswa diantaranya adalah :

a) Untuk mengetahui penyebab dan apa yang menjadi latar belakang dari kesalahan tersebut.

b) Untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan oleh para siswa. c) Untuk meminimalisir kesalahan yang sama dimasa yang akan datang

dan nantinya para siswa akan menggunakan secara baik dan benar. Menurut Guntur (1988 : 143-166) terdapat pula pengklasifiksian atau taksonomi bagi kesalahan berbahasa yang perlu kita ketahui diantaranya adalah :

(3)

a) Taksonomi kategori linguistik

Taksonomi kategori linguistik yakni mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau hal lain dari linguistik yang dipengaruhi oleh kesalahan atau bisa jadi berdasarkan keduanya.

b) Taksonomi siasat permukaan

Taksonomi siasat permukaan adalah yang menyoroti bagaiman cara struktur-struktur permukaan berubah seperti menghilangkan butir penting, menambah hal yang tidak perlu, salah menginformasikan ataupun salah dalam menyusunnya.

c) Taksonomi komparatif

Taksonomi komparatif didasarkan pada perbandingan – perbandingan struktur kesalahan dan tipe- tipe kontruksi lainnya.

d) Taksonomi efek komunikatif

Taksonomi efek komunikatif memandang dan menghadapi kesalahan – kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak dan pembaca.

Sebab – sebab terjadinya perubahan bunyi menurut De Saussure (1988 : 255- 260 ) adalah sebagai berikut :

a. Ras memberi pengaruh bagi arah perubahan bunyi.

b. Perubahan fonetis sebagai penyesuaian pada kondisi tanah dan iklim. c. Menukarkan dua pelafalan menjadi satu, atau lafal yang sulit diganti

dengan yang mudah.

d. Perubahan lafal sebagai sebab akibat pendidikan fonetis di masa kanak – kanak.

e. Keadaan bangsa secara umum pada saat tertentu. f. Populasi pribumi yang berbaur dengan pendatang baru. g. Menyamakan perubahan bunyi dengan perubahan metode.

(4)

Faktor penyebab kesalahan berbahasa menurut Fisiak dalam Guntur (1988 : 79) adalah sebagai berikut :

a. Strategi belajar b. Teknik pengajaran c. Folklore bahasa kedua d. Usia kedwibahasaan e. Situasi sosiolinguistik.

Menurut Richard (dalam Pateda, 1989 : 67) faktor penyebab kesalahan adalah sebagai berikut :

a. Strategi belajar b. Teknik mengajar

c. Sistem bahasa yang di pelajari d. Umur si terdidik

e. Situasi sosiolinguistik

2.3 Fonologi

Fonologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang bunyi dan fungsinya (Verhaar 2008 : 10). Bloomfield dalam Muskar (2013 : 8) mengatakan bahwa : “Phonology is the study of significant speech sound, and the phoneme is

the minimum unit of distinctive sound feature” (fonologi adalah suatu studi

tentang lambang bunyi ucapan dan fonem adalah satuan terkecil dari ciri bunyi yang membedakan arti).

Badri (1988 : 5) mengatakan fonologi dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

ٍُػ داٛطلأا

/‟ilmu l-aȿwat/ „ilmu tentang bunyi- bunyi bahasa Arab‟ atau

(5)

2.4 Fonetik

Fonetik adalah studi tentang bunyi – bunyi ujar yang berusaha menemukan kebenaran – kebenaran umum dan memformulasikan hukum tentang bunyi –bunyi dan pengucapannya (Samsuri : 1994). Sedangkan menurut Kridalaksana (1982 : 44) fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, penerimaan bunyi bahasa.

Sebagaimana yang dikatakan oleh ( Badri 1988 :12), istilah fonetik dalam bahasa Arab diserap dari bahasa Inggris menjadi

هربٔٛفٌا

/al-fūnatik/ atau dalam bahasa Arab ح

صغجٌّا داٛطلأا ٍُػ

/‟ilmu l-„aṣwāti l-mujarradati/.

Batasan fonetik dalam bahasa Arab seperti yang dikemukakan oleh Al- Khuli (1982 :212) sebagai berikut

بٙواعصاٚ بٌٙبمزٔاٚ بٙمطٔ ش١د ِٓ داٛطلأا ؽعض٠ خغٌٍا ٍُػ ِٓ عغف دب١راٛظٌا

/aṣ-ṣawtiyya:tu far‟un min „ilmi al-lugati yadrusu al-aṣwa:ta min ḥayșu nuʈqiha:

wantiqa:liha wa idra:kiha/ Fonetik adalah cabang dari ilmu bahasa yang

mempelajari bunyi-bunyi bahasa dari sudut pengucapannya, dan perpindahan dari satu bunyi ke bunyi yang lain, serta mengenali bunyi-bunyi tersebut dari sudut pengucapannya.

Menurut Badri (1988 : 5-6) fonetik dalam bahasa Arab diklasifikasikan sebagai berikut :

a)

ٝمطٌٕا داٛطلأا ٍُػ

/ „ilmu l-aȿwa:ti n-nuʈiyyi/ „fonetik artikulator‟.

b)

ٟىزؿٛولأا ٍُػ ٚا ٟزؿٛولاا داٛطلأا ٍُػ

/ „ilmu l-aȿwa:ti l-akustiyyi/ „fonetik akustik‟.

c)

ٟؼّـٌا داٛطلأا ٍُػ

/ „ilmu l-aȿwa:ti s-sam‟iyyi/ „fonetik auditoris‟

Dari ketiga jenis fonetik diatas, yang menjadi bahan kajian adalah fonetik artikulatoris, sebagaimana disampaikan oleh Badri (1988 : 5-6) sebagai berikut :

(6)

ٟ٘ تٔاٛج خصلاضث كطٌٕا داٛطلأا ٍُػ ضزش٠

:

ا)

طاغشٌّا ش١د ِٓ بٕٙ١ث ك٠غفزٌاٚ خلٛطٌّٕا داٛطلأا خؿاعص

(

خ٠ٛضٌ

,

ٚ خ١ٙفش

...

زٌا

)

بٙث كطٕر ٟزٌا خ١ف١واٚ

(

خ٠عبجفٔا

,

خ١وبىزدا

)

,

بٙزفطٚ

(

حعٛٙجِ

,

خؿِّٛٙ

)

,

بٙػٛٔٚ

(

خ١فٔأ

,

خ٠ّٛف

)

دبفٕظزٌا ِٓ هٌط غ١غ ٌٝا

ة

)

ٓ٠ٛىزٌا اظ٘ ٟف خِضشزـٌّا ءبؼػلأاٚ ْٛىر بٙث ٟزٌلا خم٠غطٌا

ط

)

قٛطٌّٕا دٛظٌا خف١ظٚ

/yakhtaṣṣu `ilmu al-`aṣwāti n-nuṭqiyyibiṡalāṡatijawānibihiya/:

/ dirāsatu l-`aṣwāti l-manṭūqatiwa t-tafrīqibaynahā min hayṡu l-makhraji

(liṣawiyyati-syafahiyyati-wailāākhir), wa l-kayfiyyati l-latitanṭiqubihā (infijāriyyati-`iḥtikākiyyati), waṣifātihā (majhūratun-mahmūsatun), wan aw`ihā (`anfiyyatun-famuwiyyatun), ilgayriẕālika min at-taṣnīfāt/

/aṭ-ṭarīqatu l-latībihātukawwinuwa al-`a'ḍā`u l-mustakhdimatufīhaẕā

t-takwīni/

/waẓīfatu ṣ-ṣawti al manṭūqi/.

Ada 3 (tiga) hal yang khusus dikaji dalam fonetik artikulatoris sebagaimana berikut ini :

 Menyelidiki system bunyi-bunyi bahasa berdasarkan alat-alat ucap dalam artikulasi, yang dibeda-bedakan menurut titik artikusalinya (pangkal gigi atas, bibir), dan sebagainya, dan cara pengucapannya (hambatan udara-frikatif), dan menurut pita-pita suara (bersuara, tak bersuara), dan menurut penggolongan bunyi (nasal, oral), dan sebagainya

 Dengan cara kerja alat-alat ucap itu tercipta bunyi-bunyi bahasa

 Cara kerja bunyi-bunyi itu diujarkan

2.4.1 Alat – alat ucap

Menurut Badri (1988 ) alat – alat ucap bahasa Arab seperti berikut ini :

1) ْبزئغٌا/„ar-ra‟atāni/(paru – paru).

2) خ١ئاٌٛٙاخجظمٌا/„al-qaṣbatu l-haw.ā‟iyyati/ )batang tenggorokan).

3) حغجٕذٌا/„al-ḥanjaratu/(pangkal tenggorok).

4) ْب١رٛظٌا ْاغرٌٛا/„al-witrāni ṣ-ṣawtiyyāni/(pita – pita suara).

5) كٍذٌا/„al-ḥalqu/(rongga kerongkongan).

(7)

7) ْبـٌٍا َضمِ/muqaddamu l-lisān/(pangkal lidah).

8) ْبـٌٍا ؾؿٚ/wasaṭu l-lisān/(tengah lidah). 9) ْبـٌٍا فغؽ/arfu l-lisān/(daun lidah). 10)ْبـٌٍا كٌط/ẕuluqu l-lisān /(ujung lidah).

11)عبِغٌّا ْبـٌ/lisānu l-mizmār/(anak tekak).

12)ٓ١ٌٍا هٕذٌا/„al-ḥanaku l-layyinu/(langit – langit lunak) . 13)تٍظٌا كجطٌا/aṭ-ṭabaqu ṣ-ṣulbu/(langit – langit keras).

14)ْبٕؿلأا يٛطا/uṣūla l-asnānu/(lengkung kaki gigi). 15) ٍٟفـٌا ْبٕؿلأا/al-asnānu s-suflā/(gigi bawah). 16)ب١ٍؼٌا ْبٕؿلأا/al-asnānu l‟ulyā/(gigi atas).

17)ٍٟفـٌا خفشٌا/„asy-syafatu s-suflā/(bibir bawah). 18) ب١ٍؼٌا خفشٌا/„asy-syafatu l‟ulyā/(bibir atas). 19)خ٠ّٛف/famūwiyah/(mulut).

20) ّٞٛفٌا ف٠ٛجزٌا/at-tajwīfu l-famuwiyyu)(rongga mulut). 21)خ١فٔا/ „anfiyyah/(hidung ).

22)خ١فٔلأا ف٠ٛجزٌا/ „attajwifu l-anfiyyatu/(rongga hidung ).

2.4.2 Bunyi Vokal Bahasa Arab

Menurut Badri (1988:4) bunyi vokal dalam bahasa Arab disebut juga dengan ًىش/syaklun/ atau خوغد/ḥarakatun/ atau ذئبط دٛط/ṣawtu ṣā`itin/. Menurut al Khuli (1982:302) mengatakan vokal dengan دٛظٌبث خللاػٚط/ zū`alāqatin biṢ - ṣawti/, maksudnya ialah sebuah tanda atau lambang bunyi yang diletakkan di atas atau di bawah huruf Hija`iyah yang melambangkan bunyi-bunyi konsonan.

Bunyi vokal dalam bahasa Arab diklasifikasikan atas bunyi vokal pendek, bunyi vokal panjang dan bunyi vocal tanwin. Menurut Muskar (2013:10-11)bunyi vokal pendek [a] dilambangkan dengan sebuah garis diagonal yang dibubuhkan di atas lambang-lambang bunyi konsonan.Bunyi vokal pendek adalah bunyi bersuara ketika mengucapkannya dengan suara agak cepat. Bunyi vokal panjang terdiri dari bunyi-bunyi vokal [a,i,u] yang panjangyaitu [a:,i:,u:].

(8)

a. Bunyi Vokal pendek

Menurut Basyar (1980:83) bunyi vokal pendek ada 3 (tiga ) sebagaimana berikut :

سلاص ٟٙف دبوغذٌا بـِا

:

حغ١ـظـل ْٛـىر ضـلٚ خّـؼـٌا ٚ حغـــىٌا ٚ خذـزـفـٌا

,

ٌٝا عبشـ٠ ٚ

خفٚغـؼـّـٌا خ٠ض١ـٍـمزـٌا دبِلاؼـٌبث خثبزـىـٌا ٟف حغ١ـظـمـٌا دبوغذـٌا

.

/`amma al –ḥarakātu fahiya șalāșun : al – fatḥatu wa al – kasratu wa ḍ– ḍammatu wa qad takūnu qaṣīratun , wa yusyāru `ila al – ḥarakāti al – qaṣīrati

fi al – kitābati bi al - `alāmati t – taqlīdiyyati al – ma`rūfati / .` Bunyi vokal

pendek bahasa Arab ada 3 (tiga ) yaitu : bunyi vokal [a] , [i] , dan [u] sebagaimana dikenal dengan lambang tulisan ( _ , ﹻ , _ ) .

Bunyi vokal pendek [a] dilambangkan dengan sebuah garis diagonal yang dibubuhkan di atas lambang - lambang bunyi konsonan. Sedangkan bunyi vokal pendek [i] dilambangkan dengan sebuah garis diagonal yang diletakkkan di bawah lambang – lambang bunyi konsonan. Bunyi vokal pendek [u] dilambangkan dengan sebuah tanda yang hampir mirip dengan koma yang diletakkan di atas lambang - lambang bunyi konsonan .

Bunyi vokal pendek adalah bunyi bersuara yang ketika mengucapkannya dengan suara agak cepat .

Contoh : تـزـو /kataba/ `menulis ` أ غـل /qaraɁ/ `dibaca ` ًـل /qul/ `katakanlah `

b. Bunyi vokal panjang .

Bunyi ini terdiri dari bunyi - bunyi vokal [a, i , u] yang panjang yaitu [a: , i: , u:] . Vokal panjang ini dilambangkan dengan bunyi - bunyi vokal pendek

(9)

dan diikuti dengan huruf - huruf hija`iyah alif, ya` , dan waw atau disebut juga dengan istilah huruf mad.

Bunyi vokal panjang [a:] dilambangkan dengan bunyi vokal pendek [a] diikuti dengan huruf Hija`iyah “ alif “ ( أ ) , seperti : أـــ [a:] .

Bunyi vokal panjang [i:] dilambangkan dengan bunyi vokal pendek [i] diikuti dengan huruf Hija`iyah “ ya` “ ( ٞ ) , seperti : ٞ_ [i :] .

Bunyi vokal panjang [u:] dilambangkan dengan bunyi vokal pendek [u] diikuti dengan huruf Hija`iyah “ waw “ ( ٚ ) , seperti : ٚ_ [u:] .

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Basyar (1980 : 83) seperti berikut :

ضـّـٌا فٚغذــث ُ٘ضٕـػ خفٚغـؼـّـٌا ٟ٘ٚ خٍ٠ٛـطٌا بِأ

.

فٚغـد ٚأ ٓ١ٍـٌا ٚ ضـّـٌا فٚغـد ٚأ

بـٙزـِ لاـؼـف ٓ١ٍـٌا

:

ٛـذـٔ ٟل فـٌلاأ

:

يبـل

(

خٍـ٠ٛـؽ خذزـف

)

,

ٛذٕ١ف ءب١ـٌاٚ

:

ٟػ بـمـٌا

(

خـٍ٠ٛـؽ حغـو

)

,

ٛـذٔ ٟف ٚاٛـٌاٚ

:

ٛـػضـ٠

(

خـٍـ٠ٛـؽ خـّػ

)

/`Amma ṭ–ṭawīlatu wa hiya l – ma‟rūfatu „indahum biḥurūfi l –maddi . `Aw ḥurūfimaddi wa l –layyini `aw ḥurūfi l–layyini fa‟alāmatuhā : `al-`alifu fī naḥwin : qāla ( fatḥatun ṭawīlatun ) , wa l–yā`u fī nahwin : al–qāḍī (kasratun țawīlatun ) , wa l – wāwu fi naḥwin : yad`ū ( dammatun ṭawīlatun

) . ` Adapun bunyi vokal panjang itu dapat dikenal dengan adanya

lambang bunyi vokal pendek [a] yang dirangkaikan dengan huruf mad alif ( ا ) seperti pada kata يبـل / qa: la / , dan bunyi vokal pendek [i] yang dirangkaikan dengan huruf mad ya` ( ٞ ) , seperti pada kata ٟـػ بمـٌا /al-qa:di /, dan bunyi vokal pendek yang dirangkaikan dengan huruf mad waw ( ٚ ), seperti pada kata ٛـػضـ٠/ yad`u: / `.

Jadi bunyi vokal panjang adalah bunyi yang ketika mengucapkannya suara lebih lama atau lebih panjang dari vokal pendek .

(10)

ً١ـل [ qi : la ] `dikatakan `

ٌٛ بـل [ qa : lu : ] `berkata ( mereka laki-laki )

2.4.3 Peta Bunyi Vokal

Tabel 1 Vokal Bahasa Arab

Vokal Depan Tengah Belakang

Bulat T.Bulat Bulat T.Bulat Bulat T.Bulat

Tinggi i: u:

i U

Sedang

A

(11)

(Sumber ; Nasr. 1967)

2.4.4 Bunyi Konsonan Bahasa Arab

Menurut Badri (1988 :4 ) bunyi konsonan dalam bahasa Arab disebut dengan خزِبظٌا داٛط٢ا/ ‟al-aṣwātu ṣ-ṣāmitatu / dan oleh Khuli (1982 : 54 ) disebut dengan ذِبظٌا دٛظٌا ٌٝا ؼِغ٠ ٞظٌا فغذٌا/ al-ḥārfu al - laẕī yarmizu ila ṣawti

ṣ-ṣāmiti / „sebuah harf yang melambangkan bunyi konsonan.

Menurut Muskar (2013 :42-43) untuk menghasilkan sebuah bunyi konsonan dalam bahasa Arab, maka bunyi konsonan bahasa Arab dapat dibedakan berdasarkan titik artikulasi sebagai berikut :

1. Bunyi konsonan bilabialٟٔبزفش , yaitu bunyi yang dihasilkan oleh kedua belah bibir yang bersama – sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan adalah : ٚ ، َ ، ة [ b, m ,w].

2. Bunyi konsonsn dentalٟٔبٕؿا , yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan pangkal gigi atas. Bunyi yang dihasilkan adalah :ص ، د [ t, d]. 3. Bunyi konsonan labio – dental ٟٔبٕؿا ٞٛفش , yaitu bunyi yang dihasilkan

oleh bibir bawah dan gigi atas. Bunyi yang dihasilkan adalah ف : [f]. 4. Bunyi konsonan interdental ٟٔبٕؿا ٓ١ث , yaitu bunyi yang dihasilkan

oleh ujung lidah , gigi atas dan bawah , seperti ط ، س: [θ , ð ].

5. Bunyi konsonan alveolar خضٌ , yakni bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah , seperti ْ ، ي ،ؽ ،ػ ،ع : [ r , z , s , l , n].

6. Bunyi konsonan velarized ُشفِ yakni bunyi yang diperoleh dari pangkal gigi dan langit – langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun lidah. Bunyi yang dihasilkan adalah ظ ، ؽ ، ع ، ص : [ȿ , ɖ , ʈ , ʑ]. 7. Bunyi konsonan velarكجؽ yaitu bunyi yang dihasilkan oleh langit –

langit lunak dan belakang lidah. Bunyi yang dihasilkan adalah ، ؽ ، ر ن [ɤ,x , k].

8. Bunyi konsonan alveo palatal خ٠عبغ خضٌ , yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pangkal gigi dan langit – langit keras dan daun lidah belakang seperti : ف، ط[ ʝ , ʃ ].

9. Bunyi konsonan palatalخ٠عبغ yaitu bunyi yang diperoleh dari langit – langit keras dan lidah bagian tengah. Bunyi yang dihasilkan adalah ٞ :[y ].

10.Bunyi konsonan uvularخ١مٍد adalah bunyi yang diperoleh dari langit – langit lunak dan anak tekak, serta akar lidah. Bunyi yang dihasilkan adalah ق: [ q ].

11.Bunyi konsonan faringal خ١مٍد yaitu bunyi yang dihasilkan oleh dinding belakang tenggorokan dan akar lidah, seperti ع، ح: [ ħ , ʢ].

(12)

12.Bunyi konsonan glottal خ٠غجٕدyaitu bunyi yang diperoleh dari pita – pita suara, seperti ء ، ٖ : [ h , ʔ].

Berdasarkan jenis hambatan udara yang terjadi pada waktu udara keluar dari rongga ujaran, menurut Muskar (2013: 44) bunyi konsonan dapat pula dibedakan atas :

1. Konsonan hambat atau stop خ١ــفــلٚ /waqfiyyah /, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menghambat udara yang keluar dari paru - paru pada daerah artikulasi. Bunyi yang dihasilkan adalah : ,ق ,ع, ؽ , ص , د , ة

ن ,

ء [ b , t ,d ,ʈ , ɖ , q , k , Ɂ ]. 2. Konsonan frikatif atau geseran ٟـوبىـزـدا /iḥtikākiy/, yaitu bunyi konsonan

yang terjadi bila udara yang keluar dari paru - paru mengalami pergesereran pada daerah artikulasi sehingga udara keluar melalui celah - celah daerah artikulasi tersebut. Bunyi yang dihasilkan adalah : , ط , س

ح , ر , ط , ػ , ؽ , ف , ص , ظ , ع , ؽ , ف , ٘ [ θ , x , ð , z , s , ʃ ,ʂ , ʑ ,ʕ ,ɤ, f,h]. 3. Konsonan nasal atau sengau خـ١ـفــٔأ /`anfiyyah/ , yaitu bunyi konsonan

yang terjadi ketika udara yang keluar dari paru - paru mendapat halangan pada daerah artikulasi sehingga udara keluar melalui hidung . Bunyi yang dihasilkan adalah : ْ [m ,n] . , َ

4. Konsonan lateral atau sampingan خ١ـجـٔبـج /jānibiyyah/, yakni bunyi konsonan yang terjadi ketika udara yang keluar dari paru - paru mengalamihambatan pada daerah artikulasi sehingga udara keluar melalui sisi lidah . Bunyi yang dihasilkan adalah : ي [l].

5. Konsonan Getar atau Vibran خ٠عاغـىـر /tikrāriyyah/ , yaitu udara yang keluar dari paru -paru mengalami getaran pada daerah artikulasi . Bunyi getar tersebut adalah : ع [r] .

6. Konsonan Semi - vokal خـزـئبـط ٗـجـش /syibhu ṣā`itah/ , yakni bunyi di antara konsonan dan vokal. Bunyi tersebut adalah : ٞ , ٚ [w,y ] .

(13)

2.4.5 Peta Bunyi Konsonan

Bahasa Arab memiliki 28 bunyi konsonan seperti terlihat dalam bagan berikut ini:

Tabel 2 Konsonan Bahasa Arab

Daerah Artikulasi Cara Artikulasi B il ab ia l D en ta l L ab io d en ta l In te r d en ta l A lv eo la r v el ar is as i P al at o a lv el ar P al at a l V el ar U v u la r P h ar y n g ea l G lo tt al Hentian Suara ة b ص d ع ɖ Tak suara د t ؽʈ ن k ق q عʕ Geseran Suara طð ػz ظʑ ؽɤ ءʔ Tak suara ف f سθ ؽ s صȿ فʃ رx حħ ٖ h Afrikat طʝ Nasal َ m ْ n Lateral ي l Getaran ع r

(14)

(Sumber : Nasr. 1967) Cara pengucapan bunyi konsonan hambat atau stop (خ١فلٚ(/waqfiyyah/

yang mau dipasangkan berdasarkan artikulasinya sebagai berikut :

a) Bunyi konsonan hambat د [ t ], waqfiy „asnāniy mahmūs atau stop dental bersuara.

ءبزٌا : ض٠ضش ؽِّٛٙ ٛ٘ ٚ ب١ٍؼٌا ب٠بٕضٌا يٛطا ٚ ْبـٌٍا فغؽ ِٓ ٗجغشِ

(Amin et al ,1976 : 80)

/‟At-tā`u : makhrajuhu min ʈarfi l-lisāni wa „uṣuli ș-șanāyā l-„ulyā wa huwa

mahmūsun syadīdun/. „Bunyi konsonan د [ t ] diucapkan melalui ujung lidah dan

lengkung kaki gigi atas, bunyi ini tergolong dalam bunyi tak bersuara‟. Bunyi konsonan ini diucapkan dengan cara menaikkan ujung lidah ke lengkung kaki gigi depan atas, udara terdesak pada titik artikulasi tersebut lalu ujung lidah dilepaskan dari titik sentuhnya tersebut sehingga udara keluar dari mulut dengan membuat bunyi letupan. Sedangkan pita-pita suara ketika itu terbuka lebar dan tidak bergetar.

Gambar 1. Terjadinya bunyi konsonan د [ t ]

b) Bunyi Konsonan hambat ص [d] waqfiy „asnāniy majhūr atau stop dental bersuara.

(15)

ياضٌا : طػض٠ضش عٛٙجِ ٛ٘ٚ ب١ٍؼٌا ب٠بضٌا يٛطا ٚ ٓـٌٍا فغؽ ِٓ ٗجغشِ

( Amin et al , 1972 : 267)

/ `ad-dālu : makhrajuhu min ṭarfi l-lisāni wa `usūli ȿ-ȿanāya l-„ulyā wa huwa

majhūrun syadīdun / „Bunyi konsonan ص [d] dihasilkan dari ujung lidah dan

lengkung kaki gigi atas, bunyi ini adalah bersuara‟. Bunyi konsonan ini dihasilkan dengan cara menaikkan ujung lidah ke lengkung kaki atas, udara terdesak dari paru – paru padaa titik artikulasi tersebut, tenaga mengeluarkan udara agak lemah dan pita – pita suara bergetar karena terjadi alur sempit.

Gambar 2. Terjadinya bunyi konsonan ص [d]

c) Bunyi konsonan hambat ؽ [ʈ ] waqfi „asnani mufakhkham mahmūs atau stop dental velarisasi tak bersuara.

ءبطٌا : ٗٔأث ءبِ كٌا ٗفطٚ ٚ كجطِ ض٠ضش دٛط ٛ٘ٚ ، ب١ٍؼٌا ب٠بٕضٌا يٛطا ٚ ْبـٌٍا فغؽ ِٓ ٗجغشِ

ؽِّٛٙ ةغؼٌا صلاجٌا ُظؼِ ٟف ْلاا ٗؼّـٔٚ ، عٛٙجِ دٛط ( Amin et al, 1972 : 267 )

/aʈ-ʈā`u : makhrajuhu min ʈarfi l-lisāni wa `uṣuli ș-șanāyā l-„ulyā , wa huwa ṣawtun syadīdun maʈbaqun wa waṣfuhu al-qudamā`u bi`annahū ṣawtun majhūrun

, wa nasma‟uhu l-`ana fi ma‟ẓami l-bilādi l-„arabiyyati mahmūsun /. „Bunyi

(16)

gigi atas , dan merupakan bunyi yang maʈbaq , dan sifat bunyi /ʈ / ini pada masa lalu tergolong ke dalam bunyi yang bersuara , dan sekarang kita dengat bahwa kebanyakan negara Arab menggolongkan ke dalam bunyi yang tidak bersuara‟. Bunyi konsonan [ʈ ] diucapkan dengan cara menghambat udara pada ujung lidah yang bersentuhan dengan lengkung kaki gigi depan atas dan secar serentak belakang lidah menyentuh langit-langit lunak sehingga udara terdesak dari paru-paru melalui pita-pita suara yang terbuka lebar dan tidak bergetar. Ketika ujung lidah dilepas dari titik sentuhnya sehingga udara keluar dengan menghasilkan bunyi letupan.

Gambar 3. Terjadinya bunyi konsonan ؽ [ʈ ]

d) Bunyi konsonan hambat ع [ɖ] waqfiy „asnāniy mufakham majhūr atau stop dental velarized bersuara.

صبؼٌا : ٚصؼِعٛٙجِ ٛ٘ ٚ ، ؽاغػلأا ِٓ ٗ١ٍ٠بِٚ ْبـٌٍا خفبد يٚا ٓ١ث ِٓ ٗجغشِ

( Amin et al, 1972 : 532)

/ `aḍ-ḍādu : makhrajuhu min bayni `awwalin ḥāfati l-lisāni wa mā yalīhi min al –

`aḍ-rāsi, wa huwa majhūrun mazdūjun / „Bunyi konsonan [ɖ] , diucapkan di ujung

lidah dan diikuti oleh daun lidaah yang menyentuh gigi geraham atas, bunyi ini adalah bunyi bersuara‟. Pelaksanaan bunyi ini dihasilkan oleh ujung lidah yang

(17)

dinaikkan hampir menyentuh langit – langit lunak. Udara mengalir dari paru – paru dan terdesak pada titik artikulasi sehingga pita suara mengalami alur sempit dan bergetar ketika ujung lidah diturunkan maka udara mengalir keluar dari mulut.

Gambar 4. Terjadinya bunyi konsonan ع [ɖ]

e) Bunyi konsonan hambat ق [q] waqfi halqi mahmus atau stop uvular tak bersuara. فبمٌا : ُظؼِ ٝف ؾ١ّٙزٌا ٗثبطا عٛٙجِ ًطلأا ٝف ٛ٘ ٚ ، ٍٝػلأا هٕذٌا ٝظلا غِ حبٌٍٙا ِٓ ٗجغشِ ْلاا خٕـٌلأا (Amin et al, 1972 : 709 )

/`Al-qāfu : makhrajuhu min lihāti ma‟a „aqṣa l-ḥanaki l-`a‟lā , wa huwa fi

al-`aṣali majhūrin `aṣābihi t-tamhīsi fi l-`alsinati l-`ana/. Bunyi konsonan [q]

dikeluarkan dari anak tekak dan langit-langit lunak, bunyi ini pada dasarnya tergolong ke dalam bunyi bersuara, sekarang bunyi ini digolongkan ke dalam bunyi tak bersuara bagi kebanyakan penutur Arab. Bunyi ini dihasilkan oleh akar lidah yang bersentuhan dengan langit-langit lunak dan anak tekak, ketika itu udara yang keluar dari paru-paru terhambat pada titik artikulasinya. Kemudian akar lidah dilepas dari titik sentuhnya maka udara keluar lalu diikuti oleh pita suara yang terbuka dan tidak bergetar.

(18)

Gambar 5. Terjadinya bunyi konsonan ق [q]

f) Bunyi konsonan hambat ن [k] waqfiy tabaqiy mahmūs atau stop velar tak bersuara.

فبىٌا : ُفٌا ضلا ٟف حبٌٍٙا ٓ١ث ٚ ْبـٌٍا حضىػ ٓ١ث ٗجغشِ ،ؽِّٛٙ ض٠ضش دٛط ٛ٘

( Amin et al, 1972 : 771)

/Al-kāfu : huwa ṣawtun syadīdun mahmūsun , makhrajuhu bayna „akadati l-lisāni

wa bayna l-lihātu fi aqṣa l-fami/. „Bunyi konsonan [k] tergolong dalam bunyi

yang tidak bersuara, bunyi ini diucapkan melalui pangkal lidah dan langit-langit lunak yang berada paling jauh di rongga mulut‟. Adapun pelaksanaan bunyi ini dilakukan dengan menaikkan daun lidah belakang ke langit-langit lunak, ketika alat ucap itu bersentuhan udara mengalir dari paru-paru dan terhambat, kemudian alat ucap dilepaskan dari titik artikulasi sehingga udara mengalir keluar bersamaan dengan itu pita suara terbuka lebar dan tak bergetar.

(19)

Gambar 6. Terjadinya bunyi konsonan ن [k]

2.5 Fonemik

Fonemik adalah sistem fonem suatu bahasa, prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa dan penyelidikan mengenai sistem fonem suatu bahasa (Kridalaksana, 1982 :44)

Istilah fonemik oleh Badri (1988 : 97) disebut dengan ه١ّ١ٔٛفٌا /al-funimik/, dan دبّ١ٔٛفٌا ٍُػ /‟ilmu al-funimat/ oleh Al – Khuli (1982 : 210).

Samsuri (1987 :124) mengatakan bahwa fonem adalah bunyi – bunyi yang membedakan arti atau pengertian sedangkan (Verhaar, 1978:36) mengatakan bahwa fonem adalah sesuatu bunyi yang mempunyai fungsi untuk membedakan kata dari kata yang lain.

Gambar

Tabel 1 Vokal Bahasa Arab
Tabel 2 Konsonan Bahasa Arab
Gambar 1. Terjadinya bunyi konsonan د [ t ]
Gambar 2. Terjadinya bunyi konsonan ص [d]
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada paper ini akan dikaji beberapa lemma, proposisi dan teorema dalam [2] terkait sifat-sifat tersebut dan dalama paper ini penulis menyertakan pembuktian dari teorema

Penjelasan: Pada Konsep D memiliki sistem adjustable, jenis busa pada alas meja menggunakan busa rebonded, jenis material tempat meletakkan setrika menggunakan

Nilai Adjusted R Square sebesar 0,618 artinya bahwa 61,8% dari insentif materiil (X1) dan insentif non materiil (X2) serta motivasi kerja (Z) mempengaruhi

Populasi dalam penelitin ini adalah seluruh pengurus yang ada di Kantor Urusan Agama (KUA) Kalirejo Lampung Tengah yang berjumlah 8 pegawai KUA. Sampel adalah

(6) Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan huruf c dapat bekerja sama

Pada lingkungan tercekam kekeringan Tabel 5, terdapat lima karakter yang memberikan pengaruh langsung genetik lebih tinggi daripada koefisien korelasi genetiknya, yaitu

Next, untuk menampilkannya di browser, kita akan membuat view baru yang disimpan di resources\views\, silahkan buat folder baru dengan nama blog dalam folder