• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Pengontrolan Suhu Pada Sleepingbag Sebagai Tindakan Pencegahan Pada Penderita Hipotermia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rancang Bangun Pengontrolan Suhu Pada Sleepingbag Sebagai Tindakan Pencegahan Pada Penderita Hipotermia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

3411

Rancang Bangun Pengontrolan Suhu Pada

Sleepingbag

Sebagai Tindakan

Pencegahan Pada Penderita Hipotermia

Fauzi Awal Ramadhan1, Rizal Maulana2, Wijaya Kurniawan3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1awalakhir3@gmail.com, 2rizal_lana@ub.ac.id, 3wjaykurnia@ub.ac.id

Abstrak

Maraknya pendakian di Indonesia tidak bisa dipungkiri dengan melonjaknya jumlah pendaki tiap tahunnya. Pendakian banyak dilakukan pada bulan September sampai bulan Desember dimana bulan tersebut menyajikan keindahan alamnya secara maksimal. Namun pada bulan tersebut, Pegunungan memiliki suhu sangat dingin dikarenakan curah hujan yang sangat tinggi. Dimana cura hujan yang sangat tinggi menyebabkan beberapa resiko, terutama yang berhubungan dengan kesehatan pendaki diantaranya Radang dingin, cedera dari tenaga (jantung, dan otot) dan Hipotermia. Kondisi ini kerap menyerang para pendaki yang tidak membawa perlengkapan pendakian yang lengkap, terkena guyuran hujan dan kurang mengkonsumsi kalori atau lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini merancangan tentang Rancang Bangun Pengontrolan Suhu Pada Sleepingbag Sebagai Tindakan Pertolongan pada Penderita Hipotermia. Pada penelitian ini penulis menggunakan dua komponen yaitu gelang dan sleepingbag. Gelang berfungsi sebagai transformasi untuk mendapatkan data dari tubuh yang merupakan objek lalu dikirim ke sleeepingbag yang berfungsi untuk menghangatkan tubuh penderita hipotermia berdasarkan input yang didapatkan dari gelang. Penelitian skripsi dimaksud untuk merancang dan mengimplementasikan cara pengontrolan suhu pada sleepingbag sebagai tindakan pencegahan penderita hipotermia yang sering terjadi di daerah pegunungan serta untuk perkembangan industry dalam negeri pada bidang alat kesehatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem gelang dan sistem sleepingbag bekerja sesuai kondisi tubuh manusia. Sistem gelang akan memberitahukan data yang didapat dari sensor lewat tampilan LCD, ketika sensor pulse mendapatkan data tubuh kurang dari 60 maka lcd akan menampilakn bahwa anda terdeteksi hipotermia. Maka user akan menekan button untuk mengrim data ke sleepingbag guna mengolah data dengan metode fuzzy. Dimana jika suhu tubuh kurang dari 35⁰C dan suhu sleepingbag kurang dari 28 maka sistem sleeping bag akan mengluarakan output pemanas berupa kawat nikelin full sesuai rule yang dibuat pada matlab.

Kata kunci: Pulse, Hypothermia, Fuzzy, Arduino

Abstract

(2)

fuzzy method. Where if the body temperature is less than 35⁰C and the sleep sleeping bag is less than 28 then the sleeping bag system will unveil the heating output in the form of full nickel wire according to the rule made in matlab.

Keywords: Pulse, Hypothermia, Fuzzy, Arduino

1. PENDAHULUAN

Maraknya pendakian di Indonesia tidak bisa dipungkiri dengan melonjaknya jumlah pendaki tiap tahunnya. Pendakian banyak dilakukan pada bulan September sampai bulan Desember dimana bulan tersebut menyajikan keindahan alamnya secara maksimal. Namun pada bulan tersebut, pegunungan memiliki suhu sangat dingin dikarenakan curah hujan yang sangat tinggi. Dimana cura hujan yang sangat tinggi menyebabkan beberapa resiko, terutama yang berhubungan dengan kesehatan pendaki diantaranya Radang dingin, cedera dari tenaga (jantung, dan otot) dan Hipotermia. Kondisi ini kerap menyerang para pendaki yang tidak membawa perlengkapan pendakian yang lengkap, terkena guyuran hujan dan kurang mengkonsumsi kalori atau lainnya (Beritajatim.com, 2016).

Banyak pendaki yang tidak menyadari bahwa mereka terkena gejala hipotermia, karena hal tersebut mereka tetap melanjutkan perjalanan sampai ke puncak tanpa menyadari resiko yang akan mereka hadapi. Pada hal kondisi dari tubuh merekan sudah menunjukan gejala gejala hipotermia, seperti kulitnya sudah membiru atau detak jantungnya melemah. Hal inilah yang harus diperhatikan para pendaki untuk menghindari resiko yang tidak diinginkan, oleh karena itu pendaki harus mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan yang mendukung keselamatan. Salah satunya yaitu Alat kesehatan yang merupakan salah satu komponen penting bagi kesehatan selain obat-obatan agar tidak

terkena hipotermia

(belantaraindonesia.in,2010).

Hipotermia merupakan suatu kondisi dimana mekanisme tubuh mengalami penurunan suhu tubuh dan sulit mengatasi tekanan suhu dingin. Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu pada suhu antara 36,5o -37,5oC. Seseorang dapat dikatakan

terkena hipotermia apabila suhu bagian dalam tubuh di bawah 35oC. Pada suhu ini kondisi

tubuh manusia lemah dan selalu ingin berbaring mekanisme. Dalam kondisi ini tubuh manusia gagal untuk menjaga panas, sehingga denyut

jantungnya menurun secara drastis (belantaraindonesia.in,2010). Manusia normal pada umumnya memiliki denyut jantung antara 60-100 kali denyutan permenit. Di kutip dari website alodokter “detak jantung seeorang tergantung pada berbagai factor seprti, udara dingin, ketinggian, tingkat kebugaran dan hidrasi seseorang. Tapi posisi tubuh seperti duduk, berdiri atau berbaring juga mempengaruhi seberapa detak jantung berdetak tiap menitnya (alodokter.com,2015)”. Gejala penderita hipotermia dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, gejala hipotermia ringan, gejala hipotermia moderat, dan gejala hipotermia parah.

Pada penderita gejala hipotermia ringan, seseorang berbicara ngelantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas. Untuk penderita gejala hipotermia moderat, seseorang mengalami detak jantung dan respirasi melemah hingga mengakibatkan hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit. Pada penderita hipotermia parah, pasien tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi dan pernapasan sangat lambat hingga tidak kentara (kelihatan) (belantaraindonesia.in,2010).

Jika perawatan medis tidak segera tersedia, langkah yang harus dilakukan untuk mencegah penurunan suhu badan pada korban adalah yang pertama harus memastikan bahwa pakaian yang dikenakan penderita harus dalam keadaan kering agar penderita lebih cepat mendapatkan suhu tubuh normal. Langkah selanjutnya segera memberikan penderita minuman yang hangat. Jika memungkinkan kondisi penderita tersebut, sebaiknya diminta untuk melakukan gerakan ringan pada tubuh untuk kembali menghangatkan tubuh seperti menggerakan jari-jari tangan dan jari-jari-jari-jari kaki. Untuk menaikkan suhu tubuh penderita hipotermia bisa dilakukang dengan menggunakan sleepingbag. Sleepingbag yang ada saat ini memiliki kemampuan menghangatkan tubuh hanya 2oC dari suhu luar.

(3)

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini merancangan tentang Rancang Bangun Pengontrolan Suhu Pada Sleepingbag Sebagai Tindakan Pertolongan pada Penderita Hipotermia. Pada penelitian ini penulis menggunakan dua komponen yaitu gelang dan sleepingbag. Gelang berfungsi sebagai transformasi untuk mendapatkan data dari tubuh yang merupakan objek lalu dikirim ke sleeepingbag yang berfungsi untuk menghangatkan tubuh penderita hipotermia berdasarkan input yang didapatkan dari gelang.

Penelitian skripsi dimaksud untuk merancang dan mengimplementasikan cara pengontrolan suhu pada sleepingbag sebagai tindakan untuk penderita hipotermia yang sering terjadi di daerah pegunungan serta untuk perkembangan industry dalam negeri pada bidang alat kesehatan.

2. PERANCANGAN DAN

IMPLEMENTASI

Perancangan sistem ini akan dilakukan

langkah-langkah dalam perancangan yang

meliputi. Perancangan phisical, perancangan

physical

kontroler,

perancangan

komunikasi, dan juga perancangan sistem

control.

2.1 Gambaran umum

Dalam perancangan perangkat keras meliputi dua perangkat yaitu perangkat gelang dan perangkat sleepingbag dengan Masing masing perangkat meliputi rangkaian mikrokontroler. Perangkat gelang memiliki rangkaian mikrokontroler yang didalamnya terdapat modul NRF, sensor DHT11, sensor pulse, LCD oled 128x64. Sedangkan perangkat gelang memiliki rangkaian mikrokontroler yang didalmnya terdapat modul NRF, sensor MLX90614esf, driver mos. Untuk lebih jelasnya seperti pada gambar 4.

Gambar 4 sistem

Dari gambar 4 dapat dijelaskan sesuai keterangan dibawah ini:

1. Sumber daya (power supply / batray) dengan keluaran 5V.

2. Sensor pulse.

3. Mikrokontroler gelang. 4. Mikrokontroler sleepingbag. 5. Sensor MLX9061esf. 6. Sensor ds18b20. 7. Driver mos.

8. Power supply dengan kluaran 12V. 9. Sleepiing bag dengan balutan kawat

nikelin.

Keterangan pada Gambar 5.2 menjelaskan tentang diagram blok perancangan sistem yang dilakukan pada dua perangkat yaitu perangkat sistem gelang dan perangkat sistem sleepingbag. Dalam dua perangkat tersebut terdapat perancangan mulai dari mikrokontroler, perancangan komunikasi, dan pemanas. Perancangan komunikasi dilakukan agar perangkat gelang dapat mengirimkan data ke prangkat sleepingbag.

2.2 Perancangan physical (frame)

Dalam perancangan physical frame terdapat dua perancangan yaitu :

Perancangan Frame Gelang

Perancangan frame gelang melalaui proses dalam bentuk flowchar pada gambar 5 :

(4)

Perancangan desain mekanik pada sistem gelang dapat dilihat pada gambar 5 :

Gambar 6 Desain Frame sistem gelang Perancangan desain mekanik pada gelang yang akan digunakan menggunakan aplikasi sketchMake, didesain ini tecantum smua tempat bagian seperti mikrokontroler, peletakan module, sensor dan juga gambar akhir dari gelang yang akan gunakan.

Perancangan Frame Sleepingbag

Perancangan desain mekanik pada sleepingbag menggunakan aplikasi SketchUpmake, di desain tercantum semua tepat bagian seperti mikrokontroler, senso dan kawat nikelin. Lebih jelasnya dilihat pada gambar 6 :

Gambar 6 Desain Frame Sleeping bag Perancangan desain mekanik pada sleepingbag yang akan digunakan menggunakan aplikasi sketchMake, didesain ini tecantum semua tempat bagian seperti mikrokontroler, peletakan module, sensor, kawat nikelin (pemanas) dan juga gambar akhir dari sleepingbag yang akan gunakan.

Perancangan Kontrol Logika Fuzzy

perancangan kontrong lugika fuzzi sesuai alur flowchart yaitu dengan proses dimana memulai setelai memulai akan di analisasikan sonser setelah itu baca sensor dan diproses fuzzy untuk diloppongkan. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar 7:

Gambar 7 Flow Chart Sistem Sleepingbag Dari gambar 7 flow chart sistem sleepingbag menjelaskan alur proses kerja sistem. Pertama sleepingbag harus mendapat kondisi pada alat gelang. Ketika telah mendapat kondisi on pada alat gelang maka sensor suhu tubuh dan sensor suhu ruangan akan menentukan panasnya sleepingbag. Panas tidaknya sleepingbag tergantung pada panas dinginnya suhu tubuh dan suhu ruangan. Proses ini diatur dengan metode fuzzyfikasi. Setelah user ingin mematikan panas pada sleepingbag maka ada buttom untuk mematikan panas tersebut.

Kontrol logika fuzzy yang dikembangkan penulis dalam penelitian ini memiliki dua intput error yaitu sensor mlx90614esf (suhu tubuh) dan sensor ds18b20 (suhu ruangan) di karenakan sensor suhu tubuh dan sensor suhu ruangan memiliki perubahan pada setiap input atau pembacan sensor. Sistem ini juga memiliki output yaitu sinyal PWM untuk mengatur suhu panas ruangan sleepingbag.

Untuk mencari nilai error dengan persamaan : 1.Error = SP – PV(t)

2.SP = Setpoint

(5)

Fungsi output berupa pemanas nikelin dengan keluaran nilai PWM. Ada 3 anggota kondisi yaitu Low (L), Normal (N), full (F) :

1. Low (L) = Kecil

2. Normal (N) = Sedang

3. Full (F) = Tinggi Error suhu tubuh dan suhu ruangan di nyatakan dalam tabel 1 yang didapatkan dari matlab :

Tabel 1 Tabel Rule Aturan Fuzzyfikasi

Rule Error suhu tubuh

Z NB NS

E

rr

o

r

Su

h

u

ru

an

g

an

Z1 L L L

NB

1 N N F

NS

1 N F F

Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan error suhu ruangan dan error suhu sebagai berikut:

 Jika suhu tubuh panas (Z) dan suhu ruangan panas (Z1) maka output yang dikeluarkan oleh kawat nikelin adalah kecil (L).

 Jika suhu tubuh panas (Z) dan suhu ruangan normal (NB1) maka output yang dikeluarkan oleh kawat nikelin adalah normal (N.)

 Jika suhu tubuh panas (Z) dan suhu ruangan kurang panas (NS1) maka output yang dikeluarkan oleh kawat nikelin adalah normal (N).

 Jika suhu tubuh normal (NB) dan suhu ruangan panas (Z1) maka output yang dikeluarkan oleh kawat nikelin adalah kecil (L).

 Jika suhu tubuh normal (NB) dan suhu ruangan normal (NB1) maka output yang dikeluarkan oleh kawat nikelin adalah normal (N).

 Jika sahu tubuh normal (NB) dan suhu ruangan dingin (NS1) maka output yang dikeluarkan oleh kawat nikelin adalah tinggi (F).

 Jika suhu tubuh kurang panas (NS) dan suhu ruangan panas (Z1) maka output yang dikeluarkan oleh kawat nikelin adalah kecil (L).

 Jika suhu tubuh kuran panas (NS) dan suhu ruangan normal (NB1) maka output yang dikeluarkan oleh kawat nikelin adalah tinggi (F).

 Jika suhu tubuh kurang panas (NS) dan suhu ruangan kurang panas (NS1) maka

output yang dikeluarkan oleh kawat nikelin adalah tinggi (F).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian dan analisis dilakukan untuk menganalisis apakah sistem telah bekerja sesuai perancangan. Pungijian dilakukan persistem kemudian secara keseluuhan. Pengujian persestem untuk mempermudah analisa kedua sistem tersebut pengujian perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tabel pengujian detak jantung (sensor pulse).

2. Tabel pengujian suhu tubuh (sensor MLX90614esf).

3. Pengujian Sistem gelang.

4. Pengujian pengiriman (NRF24l01) . 5. Pengujian fuzzy pada sistem

sleepingbag.

3.1 Pengujian Sensor Denyut Jantung (PULSE)

Tabel pengujian sensor detak jantung (pulse) dilakukan untuk mengetahui tingkat keakurasian dalam melakukan tes pada objek dengan poin detak jantung lemah, normal dan cepat.

Gambar 9 perbandingan sistem dan aplikasi perthitungan manual

Hasil analisis pengujian

Hasil analisi pengujian dilakukan tiga tahap dengan masing-masing 5 percobaan.

a. Percobaan sensor pulse dengan denyut

dibawah nilai normal (rendah)

(6)

Tabel 2 Hasil Percobaan tahap Pertama

Dari tabel diatas dapat dijelaskan pada percobaan pertama nilai sensor pulse berhasil mendeteksi detak jantung dengan lima kali percobaan yaitu bawa satandarisasi normal 60 bpm. indikator nilai tersebut dapat dikatakan detak jantung yang rendah dikarenakan sebelum melakukan percobaan, kelima objek dengan masing masing orang yang berbeda menaruh bola diketiak. Perhitungan Perbandingan keakurasian dilakukan antara sensor pulse dan perhitungan manual/aplikasi kepada 5 percobaan dengan rata-rata presentasi nilai selisih yaitu 0.8, nilai error adalah 1.38 dan nilai erornya adalah 98.6%. (Younge JO,2015)

b. Percobaan sensor pulse dengan denyut normal

Percobaan kedua dilakukan dengan indikator denyut jantung normal. Hasil dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3 Hasil Percobaan tahap Kedua

Percoba

Rata rata presentasI keakurassian 1.2 1.6 98%

Dari tabel Percobaan kedua dapat dijelaskan nilai sensor berhasil mendeteksi detak jantung dengan nilai standarisasi 60-100 bpm. indikator nilai tersebut dapat dikatakan detak jantung normal dikarenakan kelima objek sebelum percobaan tidak melakukan kegiatan kurang lebih selama 2 jam. Perhitungan

Perbandingan keakurasian dilakukan antara sensor pulse dan perhitungan manual/aplikasi kepada 5 percobaan dengan rata-rata presentasi keakurasiannya adalah 98 %, rata rata selisi antara sensor pulse dan perhitungan denyut nadi memiliki nilai yaitu 1.2 dan rata rata nilai erornya adalah 1.6

c. Percobaan sensor pulse dengan denyut diatas normal

Percobaan tahap ketiga dilakukan dengan indikator denyut jantung cepat. Hasil dapat dilihat .

Tabel 4 Percobaan tahap Ketiga

Percobaa

Rata rata presentasI keakurassian 1.2 0.92 99.08 % Dari tabel Percobaan ketiga dapat dijelaskan nilai sensor pulse berhasil mendeteksi detak jantung dengan nilai dibawa standar yaitu 100-150 bpm. indikator niali tersebut dapat dikatakan detak jantung yang cepat dikarenakan sebelum melakukan percobaan objek melakukan kegiatan olahraga selama beberapa menit. Tingkat rata rata presentasi keakurasian antara hasil sensor dan perhitungan denytu nadi mempunyai selisih 1.2, hasil rata rata nilai errornya adalah 0.92 dan memiliki rata rata keakurasian adalah 99.08%.

3.2 Tabel Pengujian Sensor Suhu (mlx90614esf)

Tabel pengujian sensor suhu dilakukan untuk mengetahui tingkat keakurasian dalam melakukan tes pada objek dengan poin suhu tubuh dingin, normal dan panas.

4. Langkah pengujian

Pengujian sensor MLX90614esf dilakukan dengan objek akan memakai langsung sistem sleeping bag. Untuk mengetahui suhu objek yang dilakukan dengan tiga tahap sesuai kondisi tubuh objek.

Perbandingan terhadap sistem sleeping bag dan alat menggunakan sistem manual dengan Percoba

(7)

menggunakan termometer. Lebih jelasnya dilihat pada gambar 10

Gambar 10 perbandingan termometer dan sistem sleepingbag

Dari gambar 10 dijlaskan data yang didapat termometer dan suhu tubuh mlx90614esf akan dibandingngkan. dalam perbandingan tahap tersebut akan dicari nilai keakurasiannya. 4. Hasil dan Analisis

Hasil dari percobaan adalah sebagai berikut :

a. Percobaan Tahap Pertama

Percobaan tahap pertama dilakukan dengan indikator suhu tubuh dingin. Hasil dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Percobaan tahap pertama

Percoba

Rata rata presentasI keakurassian 1.1 4.46 95.5%

Dari tabel diatas dapat dijelaskan pada percobaan pertama nilai sensor mlx90614esf berhasil mendeteksi suhu tubuh dengan nilai standarisasi dibawah normal yaitu 36⁰C. Indikator nilai tersebut dapat dikatakan suhu tubuh yang dingin dikarenakan disaat melakukan percobaan objek memegang es. Rata-rata perentasi keakurasian kelima percobaan adalah 95.5% dengan rata rata selisih antara sensor mlx90614esf dan temometer adalah 1.1 dan mendapatkan rata-rata nilai errornya adalah 4.46.

b. Percobaan Tahap Kedua

Percobaan tahap kedua dilakukan dengan indikator suhu tubuh Normal. Hasil dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Percobaan tahap kedua

Percoba

Rata rata presentasI keakurassian 0.2

6 0.56 99.4%

Dari tabel Percobaan kedua dijelaskan nilai sensor mlx90614esf berhasil mendeteksi suhu tubuh dengan dengan standarisasi suhu normal yaiti 36⁰C - 37⁰C. Indikator nilai tersebut dapat dikatakan suhu tubuh yang normal dikarenakan objek dalam kondisi yang sehat. Rata-rata perentasi keakurasian kelima percobaan adalah 99.4% dengan rata rata selisih antara sensor mlx90614esf dan temometer adalah 0.26 dan mendapatkan rata-rata nilai errornya adalah 0.56.

c. Percobaan Tahap Ketiga

Percobaan tahap kedua dilakukan dengan indikator suhu tubuh panas. Hasil dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Percobaan tahap ketiga

Percoba

Rata rata presentasI keakurassian 1.1 5

2.86 97.1%

(8)

rata-rata nilai errornya adalah 2.86.

3.3 Pengujian Sistem Gelang

Pengujian sistem gelang dilakukan agar membandingkan data yang didapatkan aplikasi smart phone iCare Monitor Kesehatan dan sistem gelang tersebut. Perbandingan data dilakukan kepada 5 manusia dengan membandingkan data denyut nadi untuk mencari tingkat akurasi alat tersebut.

pada gambar 11 :

Gambar 11 Pengujian Orang Pertama Dari gamabr 11 dapat dijelaskan objek 1 dengan data denyut nadi yang didapat aplikasi smart phone yaitu 71 bpm dan sistem gelang yaitu 72 bpm yang dapat diukur dengan persamaan :

𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝐴𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑚𝑎𝑟𝑡𝑝ℎ𝑜𝑛𝑒𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 %

Tabel 8 Perhitungan Tingkat akurasi Percobaan Aplikasi

Smartphone

Sistem

Gelang Akurasi Percobaan 71 72 98.61

Dari tabel 6.1 dapat dijelaskan perentasi akurasi perbandingan antara aplikasi dan sitem adalah 98.61.

3.4 Pengujian NRF (Pengiriman Data) Pengujian modul NRF pada sistem ini yaitu untuk mengetahui berapa jarak antara modul yang ada disistem gelang dan disistem sleepingbag terhubung. Hasil pengujian ini untuk mengetahui bisa tidaknya masing-masing objek yang menggunakan sistem gelang tersebut terhubung kesistem sleepingbag terhubung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 0.1 Gambar tampilan Proses Pengiriman NRF

Dari gambar 5.4 dapat dijelaskan bahwa digambar kirim belum terjadi proses pengiriman, sedangkan digambar sebelah kanan sudah terjadi proses pengiriman data. Dalam proses pengiriman data dari sistem gelang ke sleepingbag objek tidak boleh memisahkan sistem gelang dan sistem sleeping bag bekisaran jarak 3 meter dikarenakan modul NRF hanya dapat menangkap sinyal beberapa meter saja.

Tabel 9 proses pengiriman data

Percobaan

JARAK SISTEM GELANG

TO SISTEM

SLEEPINGBAG Percobaan

pertama

1 m

Berhasil

Percobaan kedua 1,5 m Berhasil

Percobaan ketiga 2 m Berhasil

Percobaan keempat

2,5 m Berhasil

Percobaan kelima 3 m Berhasil

Percobaan keempat

3,5 m

Tidak berhasil

Dari tabel diatas dapat dijelaskan modul NRF24l01 tersebut dinyatakan berhasil ketika jarak sistem gelang dengan sistem sleepingbag bekisar maksimal 3m dan dinyatak tidak berhasil saat jarak sistem gelang berada 3,5 meter dari sistem sleepingbag.

3.5 Pengujian Sleepingbag dengan metode fuzzy

1. Tujuan

Pengujian metode fuzzy untuk mengetahui keberhasilan metode fuzzi yang dierapakan pada sistem sleeping bag sesuai rule yang sudah ditentukan dengan aplikasi matlab atau blum. Sehingga sistem tersebut bekerja menstabilkan sesuai rule input dan ouput pada nilai PWM.

2. Hasil pengujian

Hsil pengujian berupa hasil data kondisi rule yang sudah ditentukan dan mencatat nilai yang didapat dan ditampilkan sistem. Lebih jelasnya liat pada tabel 10

Tabel 10 Pengujian metode fuzzy

(9)

N ditampilkan melalui LCD 16x2 mendapat perbandingan antara sensor suhu tubuh, sensor suhu ruangan dan nilai PWM sesuai dengan rule yang telah dibuat melalui aplikasi dimatlab. Sebagai contoh jika nilai suhu tubuh 36.01°C dengan infusi MIN-MAX yang sudah ditentukan yang dimana sistem mendapatkan nilai untuk menghasilkan setabilisasi.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan paparan hasil perancangan sistem dan penjelasan dalam bab – bab sebelumnya maka ditarik kesimpulan sebagai beriukut.

Pada sistem ini penggunaan sensor pulse bertujuan untuk mendeteksi detak jantung pada seorang pendaki. Sensor ini diracang pada sarung tangan yang diletakan dibagian ujung sarung tangan, sesnor ini terhubung dengan mikrokontroler arduino nano. Sensor mlx90614esf bertujuan untuk mendeteksi suhu tubuh sseorang pendaki. Sensor ini dirancang pada sleeping bag yang diletakan pada tempat kotak penyimpanan modul mikrokontroler, sensor ini terhubung dengan mikrokontroler arduino nano. Kedua sensor tersebut akan diproses pada arduino nano dan mendapatkan otuput berupa monitoring di lcd.

Cara menghubungkan sistem gelang dan

sistem sleepingbag yaitu dengan memonitoring sistem gelang dimana ketika output sistem mengluarkan data bahwa pengguna terdeteksi hipotermiah maka tombol akan ditekan untuk mengrimkan data kesleepingbag. Setelah mengirimkan data kesleepingbag maka sistem sleepingbag akan aktif dan bekerja sesasuai metode yang digunakan.

sistem sleepingbag dapat menguji dengan metode fuzzy yang disimpulkan nilai sensor suhu tubuh, sensor suhu ruangan dan PWM pada sistem sleepingbag yang ditampilkan melalui LCD 16x2 mendapat perbandingan antara sensor suhu tubuh, sensor suhu ruangan dan nilai PWM sesuai dengan rule yang telah dibuat melalui aplikasi dimatlab. Sebagai contoh jika nilai suhu tubuh 36.01°C (normal) dan suhu ruangan 28,94°C (normal) maka keluaran pwm adalah 122 yang berarti sesuai dengan hasil nilai PWM pada rule yang telah ditentukan. Dari hasil diatas seluruh data yang ada pada pengujian keseluruhan sesuai dengan kondisi rule metode fuzzy mamdani dengan infusi MIN-MAX yang sudah ditentukan yang dimana sistem mendapatkan nilai untuk menghasilkan setabilisasi.

5. DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Menkes: Kembangkan Industri Alkes Dalam Negeri, Kurangi Ketergantungan Impor, Tersedia :<http://www.depkes.go.id/article/print/16 083000003/menkes-kembangkan-industri-

alkes-dalam-negeri-kurangi-ketergantungan-impor.html> [diakses 15Februari 2017].

Beritajatim, 2016, pendakian gunung , tersedia: http://beritajatim.com/tag-berita/pendaki-gunung. > [diakses 15 februari2017] Belantaraindonesia, 2010, mengenal

hipotermiah, tersedia:

http://www.belantaraindonesia.in/2010/11 /mengenal-hipotermia.html.> [diakses 15 februari2017].

Aldodokter, 2015, denyut nadi normal. Tersedia > http://www.alodokter.com/ayo-berapa-denyut-nadi-normal-anda [diakses 15 february 2017]

wikipedia, 2010, Hipotermia, Tersedia :< https://id.wikipedia.org/wiki/Hipotermia> [diakses 15Februari 2017].

Jaya Giri, 2016, Mencegah Hipotermia dan Cara

Mencegahnya, Tersedia

(10)

4/03/mencegah-hipotermia-dan-cara.html> [diakses 15Februari 2017]. Mengenal dunia arduino dan sensor tersedia:

http://saptaji.com/2016/11/29/sensor-tegangan-dc-untuk-arduino [diakses 22 Januari 2017].

Hsu Myat Thwe & Hla Myo Tun, 2015 Patient Health Monitoring Using Wireless Body Area Network, tersedia :

http://www.ijstr.org/final-

print/june2015/Patient-Health- Monitoring-Using-Wireless-Body-Area-Network.pdf>[diakses 9 Februari 2017]. Yohita L.Kumbhare, Pankaj. Rangaree Patient

Health Monitoring Using Wireless Body Area Sensor Network, tersedia :https://pdfs.semanticscholar.org/921a/e1f 7f5c8a919975f7018b06bf24446cf8693.p df> [diakses 9 Februari 2017].

Binus University, 2012 pemodelan dasar sistem

fuzzy, tersedia

:http://socs.binus.ac.id/2012/03/02/pemod elan-dasar-sistem-fuzzy> [diakses 10 january 2017].

Kusuma dewi, Sri 2003. “Aplikasi Logika Fuzzy” Jakarta: Graha Ilmu

[Diakses 9 maret 2017]

Lee, C. 1990. Fuzzy Logic in Control Sistem : Fuzzy Logic Controller Part I. IEEE. [Diakses 9 maret 2017]

Rosenberry,B. 1997. World Shrimp Farming. Annual Report. Shrimp News International, San Diego, California, USA, 164 hal.

[Diakses 9 maret 2017]

Gambar

gambar 4.
Gambar 7 Flow Chart Sistem Sleepingbag
Tabel pengujian sensor detak jantung (pulse) dilakukan untuk mengetahui tingkat keakurasian dalam melakukan tes pada objek dengan poin detak jantung lemah, normal dan cepat
Tabel 4 Percobaan tahap Ketiga
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian kepada perawat instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit di jakarta tentang sikap perawat dalam penanganan gangguan jalan nafas

 Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan melalui membangun sistem manajemen mutu,

Perlu penguatan komitmen bersama baik itu dari atasan dan pegawai dalam menciptakan budaya organisasi yang kuat dengan cara : pimpinan RSUD Mukomuko perlu

2) Peserta didik mengamati rumus/cara perhitungan bunga tunggal serta contoh soal dan alternatif penyelesaian persoalan yang terkait dengan sistem diskonto dalam buku   Kreatif

Seulawah Raya Puri Sentra Niaga Blok A No.. Stasiun

Untuk melaksanakan rencana penyelesaian masalah, mahasiswa calon guru matematika memindai informasi dari hasil kegiatan atau aktivitas merencanakan dan pengetahuan yang telah

Risiko timbulnya transmisi kuman dari kuman orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum positif, terdapat infiltrat yang luas pada