• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi tentang Mutu Pelayanan Kesehatan terhadap Minat Kunjung Ulang Pasien Rawat Inap di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Persepsi tentang Mutu Pelayanan Kesehatan terhadap Minat Kunjung Ulang Pasien Rawat Inap di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP MINAT KUNJUNG ULANG PASIEN RAWAT INAP

DI RSUD DR. R.M. DJOELHAM BINJAI

TESIS

Oleh

SINTA VERONICA 107032045/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

PENGARUH PERSEPSI TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP MINAT KUNJUNG ULANG PASIEN RAWAT INAP

DI RSUD DR. R.M. DJOELHAM BINJAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

SINTA VERONICA 107032045/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERSEPSI TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP MINAT KUNJUNG ULANG PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. R.M. DJOELHAM BINJAI Nama Mahasiswa : Sinta Veronica

Nomor Induk Mahasiswa : 107032045/IKM

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Khaira Amalia Fachrudin, S.E, Ak, M.B.A, MAPPI Ketua

) (Drs. Amru Nasution, M.Kes Anggota

)

Dekan

(4)

Telah diuji

pada Tanggal : 27 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Khaira Amalia Fachrudin, S.E, Ak, M.B.A, MAPPI Anggota : 1. Drs. Amru Nasution, M.Kes

2. dr. Surya Darma, M.P.H

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERSEPSI TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP MINAT KUNJUNG ULANG PASIEN RAWAT INAP

DI RSUD DR. R.M. DJOELHAM BINJAI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

(6)

ABSTRAK

Persepsi konsumen yang baik terhadap layanan harus kembangkan terus menerus dan berkesinambungan dengan orientasi kepada pelanggan itu sendiri. RSUD DR R.M Djoelham Binjai berusaha memberikan nilai-nilai positif yaitu mutu pelayanan kepada pelanggan supaya pelanggan merasa citra rumah sakit tersebut apabila didengar sudah ada terbentuk persepsi bagaimana pelayanan kesehatannya dan mau berminat untuk berkunjung ulang kembali.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi pasien tentang mutu pelayanan kesehatan terhadap minat kunjung ulang pasien rawat inap di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai. J

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kehandalan, ketanggapan, jaminan, empati, dan bukti fisik terhadap minat kunjung ulang pasien rawat inap. Variabel empati dominan memengaruhi minat kunjung ulang pasien rawat inap di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2013.

enis penelitian adalah

explanatory research. Populasi adalah seluruh pasien rawat inap sebanyak 1.345 orang dan jumlah sampel 90 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner, dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat dan diuji menggunakan uji statistik regresi

logistic berganda pada taraf kemaknaan α = 0,05.

Implikasi penelitian ini adalah rumah sakit perlu melakukan upaya-upaya membuat peraturan dan penerapan kedisiplinan pada jadwal visite dokter spesialis, mengadakan pelatihan service excelence/pelayanan prima dan melakukan mekanisme

reward dan punishment serta menyelenggarakan kegiatan doktor in activty berupa study kasus pasien baru/ langka, audit medis kasus kematian, coffe morning secara rutin dan terjadwal dalam upaya untuk evaluasi pelayanan dan perbaikan yang berkelanjutan

(7)

ABSTRACT

Good perception of consumers of the service provided must be continuously developed with the orientation to the customers themselves. The management of dr. R.M Djoelham General Hospital Binjai has tried to provide positive values such as service quality to the customers in order to make the consumers are able to feel the image of this hospital when they hear that the perception of how the health service provided has been established and they are interested in coming for rehospitalization.

The purpose of this study was to find out and analyze the influence of patients’ perception of the quality of health service provided on the interest of the in-patient patients in coming for rehospitalization at dr. R.M Djoelham General Hospital Binjai. The population of this study was all of the 1,345 in-patient patients and 90 of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were statistically analyzed through univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate analysis

using multiple logistic regression tests at α = 0.05.

The result of this study showed that the perception of the quality of health service based on reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangibles had influence on the interest of the in-patient patients in coming for rehospitalization. Empathy was the dominant variable influencing the interest of the in-patient patients in coming for rehospitalization at dr. R.M Djoelham General Hospital Binjai in 2013. The implication of this research that the hospital must do the policy to make the rules and to discipline the visit schedule of specialist doctor, to provide training on excellent service, to conduct reward and punishment mechanism, to routinely organize scheduled doctor in activity in the forms of new patient/rare case study, medical audit of mortality case, and coffee morning activity as an attempt to do sustainable evaluation and improvement.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan limpahan rahmatNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Persepsi tentang Mutu Pelayanan Kesehatan terhadap Minat Kunjung Ulang Pasien Rawat Inap di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi

Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM).,Sp.A.,(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

(9)

Utara yang telah membimbing kami dan memberikan masukan serta saran dalam

penyelesaian tesis ini.

4. Dr. Khaira Amalia Fachrudin, S.E, Ak, M.B.A, MAPPI, selaku Ketua Komisi

Pembimbing dan Anggota Komisi Pembimbing Drs. Amru Nasution, M.Kes atas

segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan,

dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini

selesai.

5. dr. Surya Darma, M.P.H dan Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes selaku Tim

Penguji yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama

penulisan tesis.

6. Direktur RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai yang telah banyak membantu dan

memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas

Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada ayahanda Drs. H. Yulizar

Dachnial S, M.M, dan Ibunda Cut Marni (almh) serta Kakanda Willy Yofanda,

S.E dan istri Andi Ulfa Tendri Pada, M.Pd, Adinda Letda Inf. Muhammad

(10)

yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis

menjalani pendidikan.

9. Teristimewa buat suami tercinta dr. H. Andri Harahap yang telah menjadi

motivator untuk menyelesaikan studi ini dan kedua putri tersayang Nabila Gadis

Sindri Harahap dan Reysha Ariqah Tari Harahap dan putraku Muhammad Vito

Azka Harahap sebagai motivator penulis dalam menyelesaikan tesis

10.Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam

penyusunan tesis ini.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan

harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan

dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2013 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Sinta Veronica, lahir pada tanggal 14 Juli 1982 di Banda Aceh, beragama

Islam, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. H. Yulizar Dachnial S,

M.M, dan Ibunda Cut Marni (almh), bertempat tinggal di Jalan Setia Budi Kompleks

Griya Kenanga Asri Blok B Nomor 2 Medan.

Penulis mulai melaksanakan pendidikan SDN 4 Bireuen tamat pada tahun

1994, melanjutkan pendidikan SMPN 1 Bireuen tamat pada tahun 1997 dan

melanjutkan pendidikan SMU Swasta Harapan Medan tamat pada tahun 2000.

Penulis melanjutkan pendidikan S1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera

Utara Medan, tamat pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2010 penulis

melanjutkan pendidikan Pascasarjana Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Penulis menikah pada tanggal 3 Januari 2006 dengan dr. H. Andri Harahap.

Penulis mulai bekerja sebagai dosen di Akademi Kebidanan Helvetia Medan sampai

(12)

DAFTAR ISI

2.1.1 Definisi Minat Kunjung Ulang... 10

2.1.2 Tahapan Loyalitas ... 11

2.1.3 Faktor-faktor Memengaruhi Minat Kunjung Ulang ... 13

2.2Persepsi ... 15

2.2.1 Pengertian Persepsi ... 15

2.2.2 Proses Pembentukan Persepsi ... 15

2.2.3 Faktor–faktor yang Memengaruhi Persepsi ... 18

2.3Mutu Pelayanan Kesehatan ... 19

2.3.1 Definisi Mutu Pelayanan Kesehatan ... 19

2.3.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit ... 24

2.4Penelitian Terdahulu ... 27

2.4.1 Penelitian Indra di RSUD dr. Kumpulan Pane Tahun 2009 ... 27

2.4.2 Through the Patient’s Eyes – (Melalui Sudut pandang Pasien) ... 27

2.4.3 Penelitian Benny Purwanto di RSU Kota Semarang Tahun 1997 ... 28

2.5Landasan Teori ... 28

(13)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 30

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

3.5Variabel dan Definisi Operasional ... 36

3.5.1 Variabel Bebas (X) ... 36

4.1.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Medis di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai ... 44

4.2Karakteristik Responden ... 45

4.3Analisis Univariat ... 47

4.3.1 Persepsi tentang Mutu Pelayanan ... 47

4.3.1.1 Persepsi tentang Kehandalan ... 48

4.3.1.2 Persepsi tentang Daya Tanggap ... 50

4.3.1.3 Persepsi tentang Jaminan ... 52

4.3.1.4 Persepsi tentang Empati ... 54

4.3.1.5 Persepsi tentang Bukti Fisik ... 57

4.3.2 Minat Kunjung Ulang ... 59

4.4Analisis Bivariat ... 60

4.5Analisis Multivariat ... 63

BAB 5. PEMBAHASAN ... 66

5.1Pengaruh Persepsi tentang Mutu Pelayanan terhadap Minat Kunjung Ulang Pasien Rawat Inap di RSUD DR. R.M Djoelham Binjai ... 66

5.1.1 Pengaruh Persepsi tentang Kehandalan terhadap Minat Kunjung Ulang Pasien Rawat Inap di RSUD DR. R.M Djoelham Binjai ... 68 5.1.2 Pengaruh Persepsi tentang Daya Tanggap terhadap

(14)

5.1.3 Pengaruh Persepsi tentang Jaminan terhadap Minat Beli Ulang Pasien Rawat Inap di RSUD DR. R.M Djoelham

Binjai ... 76

5.1.4 Pengaruh Persepsi tentang Empati terhadap Minat Kunjung Ulang Pasien Rawat Inap di RSUD DR. R.M Djoelham Binjai ... 79

5.1.5 Pengaruh Persepsi tentang Bukti Fisik terhadap Minat Kunjung Ulang Pasien Rawat Inap di RSUD DR. R.M Djoelham Binjai ... 81

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

6.1Kesimpulan ... 84

6.2Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kelas di RSUD DR. R.M. Djoelham

Binjai Tahun 2013 ... 32

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 34

3.3 Definisi Operasional... 37

3.4 Pengukuran Variabel Penelitian ... 38

4.1 Distribusi Frekuensi Demografi Responden Penelitian ... 45

4.2 Distribusi Persepsi Responden tentang Kehandalan ... 48

4.3 Distribusi Kategori Persepsi Responden tentang Kehandalan ... 50

4.4 Distribusi Persepsi Responden tentang Daya Tanggap ... 51

4.5 Distribusi Kategori Persepsi Responden tentang Daya Tanggap ... 52

4.6 Distribusi Persepsi Responden tentang Jaminan ... 53

4.7 Distribusi Kategori Persepsi Responden tentang Jaminan ... 54

4.8 Distribusi Persepsi Responden tentang Empati ... 55

4.9 Distribusi Kategori Persepsi tentang Empati ... 57

4.10 Distribusi Persepsi Responden tentang Bukti Fisik ... 57

4.11 Distribusi Kategori Persepsi Responden tentang Bukti Fisik ... 59

4.12 Distribusi Minat Kunjung Ulang ... 59

4.13 Distribusi Kategori Minat Kunjung Ulang ... 60

4.14 Hubungan Persepsi tentang Mutu Pelayanan Meliputi Kehandalan, Daya Tanggap, Jaminan, Empati, Bukti Fisik dengan Minat Kunjung Ulang Pasien Rawat Inap ... 61

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Proses Terbentuknya Persepsi (Mowen dan Minor, 2002) ... 17

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 91

2. Hasil Pengolahan Data ... 95

3. Master Data Penelitian ... 120

4. Surat Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 124

(18)

ABSTRAK

Persepsi konsumen yang baik terhadap layanan harus kembangkan terus menerus dan berkesinambungan dengan orientasi kepada pelanggan itu sendiri. RSUD DR R.M Djoelham Binjai berusaha memberikan nilai-nilai positif yaitu mutu pelayanan kepada pelanggan supaya pelanggan merasa citra rumah sakit tersebut apabila didengar sudah ada terbentuk persepsi bagaimana pelayanan kesehatannya dan mau berminat untuk berkunjung ulang kembali.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi pasien tentang mutu pelayanan kesehatan terhadap minat kunjung ulang pasien rawat inap di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai. J

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kehandalan, ketanggapan, jaminan, empati, dan bukti fisik terhadap minat kunjung ulang pasien rawat inap. Variabel empati dominan memengaruhi minat kunjung ulang pasien rawat inap di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2013.

enis penelitian adalah

explanatory research. Populasi adalah seluruh pasien rawat inap sebanyak 1.345 orang dan jumlah sampel 90 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner, dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat dan diuji menggunakan uji statistik regresi

logistic berganda pada taraf kemaknaan α = 0,05.

Implikasi penelitian ini adalah rumah sakit perlu melakukan upaya-upaya membuat peraturan dan penerapan kedisiplinan pada jadwal visite dokter spesialis, mengadakan pelatihan service excelence/pelayanan prima dan melakukan mekanisme

reward dan punishment serta menyelenggarakan kegiatan doktor in activty berupa study kasus pasien baru/ langka, audit medis kasus kematian, coffe morning secara rutin dan terjadwal dalam upaya untuk evaluasi pelayanan dan perbaikan yang berkelanjutan

(19)

ABSTRACT

Good perception of consumers of the service provided must be continuously developed with the orientation to the customers themselves. The management of dr. R.M Djoelham General Hospital Binjai has tried to provide positive values such as service quality to the customers in order to make the consumers are able to feel the image of this hospital when they hear that the perception of how the health service provided has been established and they are interested in coming for rehospitalization.

The purpose of this study was to find out and analyze the influence of patients’ perception of the quality of health service provided on the interest of the in-patient patients in coming for rehospitalization at dr. R.M Djoelham General Hospital Binjai. The population of this study was all of the 1,345 in-patient patients and 90 of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were statistically analyzed through univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate analysis

using multiple logistic regression tests at α = 0.05.

The result of this study showed that the perception of the quality of health service based on reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangibles had influence on the interest of the in-patient patients in coming for rehospitalization. Empathy was the dominant variable influencing the interest of the in-patient patients in coming for rehospitalization at dr. R.M Djoelham General Hospital Binjai in 2013. The implication of this research that the hospital must do the policy to make the rules and to discipline the visit schedule of specialist doctor, to provide training on excellent service, to conduct reward and punishment mechanism, to routinely organize scheduled doctor in activity in the forms of new patient/rare case study, medical audit of mortality case, and coffee morning activity as an attempt to do sustainable evaluation and improvement.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fenomena pasien migrasi ke negara luar negeri pada awal tahun 2000

ditanggapi oleh banyak pihak sebagai kelemahan mutu pelayanan rumah sakit di

dalam negeri Indonesia. Pihak Depkes RI melihat kasus perginya sejumlah anggota

masyarakat keluar negeri untuk berobat, ataupun sekedar memeriksakan kesehatan

sebagai suatu pemborosan devisa negara. Guna menghadapi persaingan globalisasi

ekonomi termasuk globalisasi pelayanan jasa kesehatan seluruh rumah sakit di

Indonesia mulai meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan perlindungan terhadap

pasien dengan mengikuti uji akreditasi. Tujuannya agar setiap rumah sakit di seluruh

nusantara mampu mencapai mutu pelayanan kesehatan tingkat minimal dari standar

nasional (Depkes RI, 2008). Hal ini sejalan dengan Undang–Undang Nomor 8 Tahun

2000. Perlindungan terhadap konsumen dan Undang–Undang Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran.

Lubis (2009) dalam pengantar bukunya “Ekonomi Kesehatan”, mengingatkan

bahwa ada persaingan di sektor kesehatan karena pembangunan ekonomi kesehatan

yang pesat dan meningkatnya penggunaan alat-alat kedokteran yang canggih akan

menimbulkan semacam persaingan mencapai efisiensi dan efektifitas kinerja.

Masuknya rumah sakit ke sektor kesehatan regional dan internasional memicu

(21)

semakin kuat dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit yang diinvestasi oleh

pengusaha.

Masalah mutu di rumah sakit sesungguhnya tidak terlepas dari persepsi atau

pertimbangan pihak pasien tentang pelayanan rumah sakit. Pihak pelanggan

bagaimanapun memerlukan mutu pelayanan yang sesuai dengan apa yang mereka

harapkan. Pelanggan merasa wajar untuk dilayani secara aman, nyaman, biaya

terjangkau dan mudah memperolehnya. Semua parameter kinerja peningkatan mutu

pelayanan kesehatan diadaptasi berdasarkan pada kepuasan pasien (Jacobalis, 2000).

Telah ada kesepakatan bahwa mutu pelayanan kesehatan dititik beratkan pada

kebutuhan dan tuntutan pengguna jasa yang berkaitan dengan kepuasan pasien

sebagai Konsumen. Pelayanan yang bermutu selain berdasarkan kepuasan konsumen

juga harus sesuai dengan standar dan kode etik profesi (Ingerani, 2002).

Dampak persepsi konsumen terhadap pelayanan kesehatan yang kurang baik

akan merugikan rumah sakit dari aspek bisnis karena konsumen akan beralih ke

tempat lain atau tidak memanfaatkan kembali. Dampak yang timbul tidak saja kepada

konsumen yang bersangkutan tetapi kesan kurang baik ini akan diceritakan kepada

orang lain sehingga citra rumah sakit terkesan kurang baik, terutama para petugas

kesehatan. Oleh karena itu, persepsi konsumen yang baik terhadap layanan harus

ditumbuhkan terus menerus dan berkesinambungan dengan orientasi kepada

pelanggan itu sendiri.

(22)

menjalankan pelayanan kesehatan berupaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

dengan menerapkan prinsip pelayanan strategi ekonomis yaitu “tampil beda”

(differentiated) dalam pelayanan berkualitas. Tujuannya menciptakan kesan atau suatu citra kualitas pelayanan yang convenient (nyaman) dan lebih baik kepada masyarakat. RSUD DR R.M Djoelham Binjai berusaha memberikan nilai-nilai positif

kepada pelanggan supaya pelanggan merasa citra rumah sakit tersebut apabila

didengar sudah ada terbentuk persepsi bagaimana pelayanan kesehatannya. Gagasan

tersebut dapat membuktikan bahwa ada keterkaitan kaidah pelayanan kesehatan

rumah sakit yang berpihak kepada pasien sebagai pengguna jasa dengan kaidah

manajemen pemasaran strategis dari industri komersil (Kotler, 2000).

Menurut Effendi (2000) bahwa proses tindakan merupakan sesuatu kegiatan

yang dicetuskan berdasarkan dorongan motivasi yang disetujui oleh persepsi, maka

motivasi dapat diibaratkan sebagai tenaga pendorong untuk beraksi. Sementara

merupakan mekanisme pengendali yang mengatakan “ya” atau “tidak”. Walau

kadang-kadang sebenarnya ada tindakan reflek yang otomatis dapat terjadi tanpa

terkendali. Pada umumnya tindakan aksi selalu diawali dengan persepsi yang telah

ada dan mempertimbangkan baik buruknya suatu tindakan.

Persepsi akan dibentuk oleh proses berfikir setelah mendapat stimulus dari

paparan pesan (informasi). Persepsi dapat bertahan lama dalam bentuk yang sudah

ditetapkan sehingga pada saat, bila ada hal yang terkait muncul menjadi perhatian,

maka nilai persepsi tersebut sudah siap pakai dalam membuat pertimbangan. Contoh

(23)

RSUD DR R.M Djoelham Binjai, adalah nilai-nilai yang sudah tertanam dalam benak

individu bagaimana keberadaan mutu atau hal-hal lain tentang RSUD DR R.M

Djoelham Binjai. Jadi di dalam benak individu yang sudah pernah memformulasi

keberadaan RSUD DR R.M Djoelham Binjai sudah ada nilai-nilai referensi siap

pakai.

Pelanggan yang pernah memanfaatkan RSUD DR R.M Djoelham Binjai,

mungkin dalam benaknya memiliki persepsi untuk berkunjung ulang atau tidak sama

sekali. Jadi persepsi yang sudah pernah terbentuk berdasarkan pengalaman atau masa

lalu, apabila persepsi tersebut positif atau sangat kuat bahwa RSUD DR R.M

Djoelham Binjai itu baik, maka pelanggan cenderung memanfaatkan kembali

pelayanan kesehatan rumah sakit.

Kepentingan nilai jual RSUD DR R.M Djoelham Binjai, bahwa sebenarnya

rumah sakit perlu lebih mengoptimalkan informasi-informasi pada lapisan

masyarakat tentang citra pelayanan kesehatan RSUD DR R.M Djoelham Binjai

bahwa sudah bernilai Standar Nasional Indonesia serta difasilitasi dengan bangunan

dan peralatan modern. Promosi kesehatan yang mudah dilakukan salah satunya

melalui berita dari mulut ke mulut yang dibawa pasien tentang kualitas RSUD DR

R.M Djoelham Binjai.

(24)

apakah baik atau kurang baik. Dalam penelitian ini ke lima aspek tersebut dijadikan

sebagai indikator pengukuran kualitas pelayanan kesehatan.

Untuk mengidentifikasi adanya kesenjangan antara persepsi pelanggan dan

persepsi penyedia jasa pelayanan kesehatan yang mengakibatkan kegagalan

penyampaian jasa yang berkualitas. Upaya awal yang harus dilakukan untuk

mengatasi kesenjangan tersebut adalah mengidentifikasi atau mengenal kebutuhan

pasien dan faktor–faktor apa saja yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan yang

diterimanya. Dengan mengenal hal tersebut maka akan memberikan suatu

pemahaman yang lebih baik mengenai mutu pelayanan yang telah diterima oleh

pasien sehingga rumah sakit akhirnya dapat memahami bagaimana gambaran minat

pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan (Tjiptono, 2005).

Data rekam medis RSUD DR R.M Djoelham Binjai Tahun 2012 diperoleh

data jumlah tempat tidur yang digunakan (BOR) dan lamanya pasien dirawat

(AVLOS) mengalami fluktuasi setiap tahun. Data Bed Occupancy Rate (BOR) pada tahun 2009 yaitu 52,81 dan menurun menjadi 51,47 tahun 2010, kemudian meningkat

pada 2011 yaitu 53,37 dan menurun kembali pada tahun 2012 yaitu 43,82. Jumlah

tersebut belum mencapai standar rumah sakit (60%) dan standar nasional (60%-85%).

Demikian juga data Average Length of Stay (AVLOS) mengalami fluktuasi, pada tahun 2009 yaitu 3,69 meningkatkan menjadi 3,78 tahun 2010, kemudian terjadi

penurunan tahun 2011 menjadi 3,29 dan meningkat 3,76 tahun 2012. Data ini juga

menunjukkan belum mencapai target nasional (6-9 hari) (Profil RSUD DR R.M

(25)

Untuk mencapai tujuan rumah sakit dalam mengoptimalkan pelayanan

kesehatan, pimpinan perlu meningkatkan penjualan jasa, membenahi model-model

komunikasi, ketersediaan sarana dan prasarana. RSUD DR R.M Djoelham Binjai

sudah berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan secara optimal kepada pasien,

namun hal ini belum berjalan sepenuhnya. RSUD DR R.M Djoelham Binjai telah

menerapkan sistem pelayanan informasi kesehatan secara online (internet) dengan

para pasien selama 24 jam, menyediakan mesin ATM BRI untuk mempermudah

keluarga/ pasien memperoleh layanan keuangan. Untuk optimalkan mutu pelayanan

kesehatan rumah sakit telah melakukan renovasi bangunan/ruangan dimulai sejak

tahun 2007 sampai tahun 2012. RSUD DR R.M Djoelham Binjai juga menyediakan

lift khusus pasien. Tersedianya pengelolaan limbah medis di RSUD DR R.M

Djoelham Binjai dapat dimanfaatkan bagi sarana kesehatan lainnya di Kota Binjai.

Kepimpinan rumah sakit pada lima tahun terakhir mengalami pergantian tiga

kali kepemimpinan, hal ini dapat menyebabkan perubahan program-program yang

sebelumnya belum selesai sudah harus dibuat kebijakan-kebijakan baru lainnya

sehingga dapat memengaruhi manajemen rumah sakit.

Dari hasil pra survey terhadap sepuluh orang pasien rawat inap di RSUD DR

R.M Djoelham Binjai terdapat berbagai macam persepsi yang pada umumnya mereka

kurang puas terhadap pelayanan kesehatan, seperti masalah kebisingan oleh suara

kendaraan umum dan mesin pengolahan air limbah di bagian samping belakang RS.

(26)

menanggapi keluhan pasien dengan cepat dan baik. Keterbatasan fasilitas penunjang

medik, serta kurangnya kebersihan lingkungan di beberapa bagian fasilitas umum.

Pasien rawat inap selama menjalani perawatan di RSUD DR R.M Djoelham

Binjai mempunyai berbagai keluhan terhadap kebutuhan layanan yang mereka

butuhkan berupa kebersihan ruangan rawat inap yang kurang terjaga kebersihannya,

kenyamanan yang mereka terima kurang maksimal dikarenakan jadwal besuk kurang

berjalan dengan baik dan dekorasi atau tata ruang khususnya rawat inap kurang baik.

Prosedur penerima pasien memerlukan waktu yang cukup lama dan jadwal pelayanan

yang tidak jelas.

Kemampuan petugas dalam menangani pasien perlu mendapatkan perhatian

khusus karena hal ini akan berpengaruh pada kesehatan dan kesembuhan pasien.

Keramahan dan kesopan santunan petugas dalam melayani dapat memberikan

kesembuhan awal bagi pasien di mana semua hal ini kurang diperhatikan oleh

petugas. Perhatian petugas kepada pasien sangat dibutuhkan selama menjalani

perawatan dan sangat diharapkan kepada petugas dalam merawat pasien hendaknya

seperti merawat dirinya sendiri tapi pada kenyataannya petugas melaksanakan

tugasnya hanya sebagai rutinitas kesehariannya saja.

Informasi lanjutan dari hasil pengamatan diperoleh bahwa ada petugas

kesehatan kurang memberikan respon atau kurang melayani pasien yang bertanya

atau meminta bantuan, perawat menggunakan sandal saat dinas, keterlambatan

(27)

dapat berdampak terhadap persepsi pasien kurang berminat berkunjung ulang dalam

memanfaatakan pelayanan kesehatan rumah sakit ini.

Berdasarkan fenomena di atas, permasalahan persepsi pasien sangat penting

untuk dikaji khususnya dalam kualitas pelayanan kesehatan RSUD DR R.M

Djoelham Binjai disebabkan persepsi pasien/keluarga dapat memengaruhi minat

kunjung ulang, sehingga penulis ingin meneliti tentang Pengaruh Persepsi Pasien

tentang Pelayanan Kesehatan terhadap Minat Kunjung Ulang Pasien di RSUD DR

R.M Djoelham Binjai.

1.2. Permasalahan

Pimpinan RSUD DR R.M Djoelham Binjai telah berupaya untuk

meningkatkan kinerja rumah sakit dengan menyediakan sarana/prasarana untuk

memberikan pelayanan kesehatan prima kepada pasien/masyarakat. Namun

peningkatkan Bed Occupancy Rate (BOR) mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2009 yaitu 52,81 dan menurun menjadi 51,47 tahun 2010, kemudian meningkat pada

2011 yaitu 53,37 dan menurun kembali pada tahun 2012 yaitu 43,82. Jumlah tersebut

belum mencapai standar pelayanan rumah sakit (60%) dan standar nasional

(60%-85%). Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dirumuskan permasalahan

sebagai berikut: bagaimana persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan berpengaruh

terhadap minat kunjung ulang pasien rawat inap di RSUD DR R.M Djoelham Binjai.

(28)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi tentang mutu

pelayanan kesehatan terhadap minat kunjung ulang pasien rawat inap di RSUD DR

R.M Djoelham Binjai.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan terhadap minat

kunjung ulang pasien rawat inap di RSUD DR R.M Djoelham Binjai.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen RSUD DR R.M Djoelham Binjai

dalam mengambil keputusan untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang

berkaitan dengan persepsi pasien terhadap minat kunjung ulang

2. Bahan masukan bagi akademisi untuk pengembangan ilmu pengetahuan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Magister Kesehatan terutama

manajemen administrasi rumah sakit tentang minat kunjung ulang pasien.

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minat Kunjung Ulang

2.1.1. Definisi Minat Kunjung Ulang

Kunjungan ulang merupakan prilaku yang muncul sebagai respon terhadap

objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang.

Niat kunjungan ulang dapat juga diartikan sebagai bagian dari tahapan loyalitas

konsumen seperti diungkapkan oleh Oliver dalam Setiawati (2006) bahwa loyalitas

merupakan komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan

kembali atau melakukan pembelian ulang produk jasa terpilih secara konsisten di

masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran

mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan prilaku.

Seseorang pelanggan dikatakan setia atau loyal apabila pelanggan tersebut

menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat suatu kondisi dimana

mewajibkan pelanggan membeli paling sedikit dua kali dalam selang waktu tertentu.

Upaya memberikan kepuasan pelanggan dilakukan untuk mempengaruhi sikap

pelanggan, sedangkan konsep loyalitas pelanggan lebih berkaitan dengan perilaku

pelanggan daripada sikap dari pelanggan (Griffin, 1995).

Kunjungan ulang seseorang pasien yang datang kembali ke rumah sakit yang

sama, sekalipun dengan permasalahan kesehatan yang lain adalah semacam tindakan

(30)

banyak disebabkan oleh kualitas pelayanan yang dialami sebelumnya dinalar

(dipersepsi) memuaskan. Secara ringkas menurut Tjiptono (2005) bahwa manfaat dari

kualitas yang superior dipersepsi oleh pelanggan, dapat menumbuhkan loyalitas

pelanggan yang lebih besar terhadap suatu produk dengan merek yang sama.

Loyalitas yang lebih besar (termasuk minat kunjung ulang) tentu menguntungkan

organisasi pelayanan, dan oleh karena itu masalah kualitas pelayanan jasa yang

dipersepsi oleh pasien, perlu menjadi perhatian dan dikendalikan oleh organisasi

pemberi jasa, supaya menjadi lebih unggul. Tujuan sebuah organisasi pelayanan

kesehatan mempertanyakan bagaimana pengaruh persepsi pasien terhadap mutu

pelayanan kesehatan yang berpengaruh pada minat kunjung ulang, adalah untuk

meneliti bagaimana cara bertindak, cara memperbaiki citra rumah sakit dimata

pelanggannya demi keunggulan bersaing.

2.1.2. Tahapan Loyalitas

Menurut Dharmmesta (2008), loyalitas berkembang mengikuti tiga tahap,

yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Biasanya pelanggan menjadi setia lebih dulu pada

aspek afektif, dan akhirnya pada aspek konatif. Ketiga aspek tersebut biasanya

sejalan, meskipun tidak semua kasus mengalami hal yang sama.

a. Tahap Pertama: Loyalitas Kognitif

Pelanggan yang mempunyai loyalitas tahap pertama ini menggunakan

informasi keunggulan suatu produk atas produk lainnya. Loyalitas kognitif lebih

didasarkan pada karakteristik fungsional, terutama biaya, manfaat dan kualitas. Jika

(31)

Pelanggan yang hanya mengaktifkan tahap kognitifnya dapat dihipotesiskan sebagai

pelanggan yang paling rentan terhadap perpindahan karena adanya rangsangan

pemasaran

b. Tahap Kedua: Loyalitas Afektif

Sikap merupakan fungsi dari kognitif pada periode awal pembelian (masa

sebelum konsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya ditambah dengan

kepuasan diperiode berikutnya masa setelah konsumsi). Munculnya loyalitas afektif

ini didorong oleh faktor kepuasan yang menimbulkan kesukaan dan menjadikan

objek sebagai preferensi. Kepuasan pelangan berkorelasi tinggi dengan niat

pembelian ulang di waktu mendatang. Pada loyalitas afektif, kerentanan pelanggan

lebih banyak terfokus pada tiga faktor, yaitu ketidakpuasan dengan merek yang ada,

persuasi dari pemasar maupun pelanggan merek lain

c. .Tahap Ketiga: Loyalitas Konatif

Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu. Niat

merupakan fungsi dari niat sebelumnya (pada masa sebelum konsumsi) dan sikap

pada masa setelah konsumsi. Maka loyalitas konatif merupakan suatu loyalitas yang

mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. Keinginan untuk

membeli ulang atau menjadi loyal itu hanya merupakan tindakan yang terantisipasi

(32)

2.1.3. Faktor-faktor Memengaruhi Minat Kunjung Ulang

Ada beberapa faktor yang memengaruhi loyalitas pasien yaitu kepuasan

pelanggan, kualitas jasa, citra, dan rintangan untuk berpindah. Berikut ini akan

dijelaskan faktor-faktor tersebut secara lebih detail.

1. Kepuasan Pelanggan

Engel dalam Destiana (2006) menyatakan bahwa kepuasan pasien merupakan

evaluasi setelah pembelian dimana produk yang dipilih sekurang-kurangnya sama

atau melebihi harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil

(outcome) tidak memenuhi harapan. Ketidakpuasan pekerja dapat berpengaruh negatif terhadap mutu palayanan dan menimbulkan efek berlawanan pada loyalitas

pasien.

2. Kualitas Jasa

Salah satu faktor penting yang dapat membuat pelanggan puas adalah kualitas

jasa. Kualitas jasa mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pelanggan (Anderson

dalam Guntur & Setiaji, 2005). Keterlibatan karyawan sangat penting dalam

membentuk layanan pelanggan yang berkualitas, dalam hal ini organisasi karyawan

dapat ditingkatkan melalui peningkatan orientasi pasar yang juga akan berpengaruh

terhadap kinerja melalui tingkat kepuasan pelanggan (Nguyen & Leblanc, 2002).

3. Citra

Kotler (2007) mendefinisikan citra sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan

kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Selanjutnya sikap dan tindakan

(33)

memberi arti bahwa kepercayaan, ide serta impresi seseorang sangat berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku serta respon yang mungkin akan dilakukan. Citra yang

positif akan memberikan arti yang baik terhadap produk perusahaan tersebut dan

seterusnya dapat meningkatkan jumlah konsumen. Sebaliknya penjualan produk

suatu perusahaan akan jatuh atau mengalami kerugian jika citranya dipandang negatif

oleh masyarakat (Yusoff dalam Guntur dan Setiaji, 2001).

4. Rintangan untuk Berpindah

Faktor lain yang memengaruhi loyalitas yaitu besar kecilnya rintangan

berpindah (switching barrier) (Fornell dalam Guntur dan Setiaji, 2001). Rintangan untuk berpindah terdiri dari: biaya keuangan (financial cost), biaya urus niaga

(transaction cost), diskon bagi pelanggan loyal (loyal customer discount), biaya sosial (social cost), dan biaya emosional (emotional cost). Semakin besar rintangan untuk berpindah maka akan membuat pelanggan menjadi loyal, tetapi loyalitas

mereka mengandung unsur keterpaksaan

Pelayanan berkaitan erat dengan loyalitas pelanggan dan secara umum dapat

diwujudkan dengan tiga cara pokok, yaitu:

1. Memperlakukan pelanggan yang tidak puas sedemikian rupa sehingga dapat

mempertahankan loyalitas mereka.

2. Perusahaan memberikan jaminan yang luas dan tidak terbatas pada ganti rugi yang

dijanjikan saja.

(34)

2.2. Persepsi

2.2.1. Pengertian Persepsi

Menurut Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa persepsi masyarakat

tentang sehat/sakit adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan

baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional, ini menyangkut respons

terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya,

yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan

obat-obatan.

Persepsi merupakan perlakuan yang melibatkan penafsiran melalui proses

pemikiran tentang apa yang dilihat, dengar, alami atau dibaca, sehingga persepsi

sering mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasan seseorang. Persepsi

yang positif akan memenuhi rasa puas seseorang dalam bentuk sikap dan prilakunya

terhadap pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya persepsi negatif akan

ditunjukkan melalui kinerjanya (Tjiptono, 2002). Rakhmat (2005) menambahkan

persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

2.2.2. Proses Pembentukan Persepsi

Menurut Feigl yang dikutip Kusumarini (2002), menekankan bahwa ada tiga

mekanisme pembentukan persepsi yaitu: 1) Selectivity (penyeleksian), 2) Closure

(kesimpulan), dan 3) Interpretation (penafsiran). Proses Selectivity terjadi apabila seseorang menerima pesan maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan yang

(35)

berhubungan yang diperoleh dengan cara menyimpulkan dan menafsirkan pesan.

Proses Closure akan menyeleksi hasil kesimpulan, kemudian disusun suatu kesatuan kumpulan pesan atau stimuli. Interpretation terjadi apabila pesan tersebut diinterprestasikan atau penafsiran pola stimulus secara menyeluruh ke dalam

lingkungan.

Menurut Kalangie (2004), reaksi dari persepsi terhadap suatu stimulus/

rangsangan dapat terjadi dalam bentuk antara lain:

1. Receiving attending yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima

stimulus, kontrol dan seleksi gejala/rangsangan.

2. Responding jawaban yaitu reaksi yang diberikan terhadap seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar, hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,

kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya.

3. Valuing/penilaian yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima pengalaman untuk

menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.

4. Organisasi yaitu perkembangan dari nilai ke dalam suatu system organisasi

termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan, prioritas nilai yang

dimiliki termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.

5. Karakteristik nilai/internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang

(36)

Persepsi yang positif terhadap mutu pelayanan kesehatan mengembangkan

suatu kesadaran mutu sebagai elemen penting yang selalu meningkat dalam daya

saing, pemahaman keperluan keunggulan mutu dan pembagian strategi mutu yang

berhasil dari strategi tersebut akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Tahapan persepsi merupakan suatu rangkaian proses yang dapat dilihat pada

Gambar 2.1 bahwa pada tahap pemaparan stimulus, konsumen menerima informasi

melalui panca inderanya dan pada tahap perhatian konsumen akan mengalokasikan

kapasitas pemrosesan menjadi rangsangan. Akhirnya, konsumen akan menyusun dan

menerjemahkan informasi untuk memberikan arti terhadap informasi tersebut yang

disebut sebagai tahap pemahaman yang melibatkan panca indera.

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Persepsi (Mowen dan Minor, 2002)

Pengolahan informasi memiliki lima tahap yang terdiri atas tahap pemaparan

stimulus, perhatian, pemahaman, penerimaan dan retesi. Menurut Mowen dan Minor

(1998), ketiga tahap awal pengolahan informasi yaitu pemaparan stimulus, perhatian

dan pemahaman disebut sebagai persepsi yang kemudian akan berinteraksi dengan

ingatan yang dimiliki konsumen sehingga akan memengaruhi pengolahan informasi

(Sumarwan, 2003). Persepsi tidak akan terjadi jika tidak didahului dengan perhatian

konsumen terhadap produk. Tanpa adanya perhatian terhadap barang atau situasi

maka tidak akan ada kesadaran dan oleh karena itu tidak akan ada persepsi. Perhatian

terhadap suatu objek berfungsi sebagai sarana seleksi dan pemilihan berbagai

(37)

stimulus menjadi suatu informasi yang dapat diterima yang kemudian dapat dirasakan

oleh konsumen.

2.2.3. Faktor–faktor yang Memengaruhi Persepsi

Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur

pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Sebaliknya, petugas kesehatan

berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan

symptom yang tampak guna mendiagnosa kondisi fisik seseorang (Sarwono, 2004).

Faktor pihak pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti

sikap, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan pengharapan.Variabel lain

yang ikut menentukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial

ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman hidup

individu (Umar, 2000).

Faktor–faktor yang memengaruhi persepsi adalah:

1. Dapat berada pada pihak pelaku persepsi (perceiver) Seseorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya,

penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh karakteristik–karakteristik pribadi dari

pelaku persepsi individual itu

2. Dalam objeknya atau target yang dipersepsikan Karakteristik–karakteristik dalam

target yang akan diamati dapat memengaruhi apa yang dipersepsikan, misalnya

orang yang keras suaranya lebih mungkin untuk diperhatikan dalam suatu

(38)

3. Dalam konteks dari situasi dalam mana persepsi itu dilakukan Selain kedua hal

tersebut situasi berpengaruh pula terhadap persepsi individu. Situasi ini mencakup

waktu, keadaan/tempat kerja dan keadaan sosial (Umar, 2000).

Kotler (2007) mengemukakan bahwa persepsi dihasilkan atau dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu faktor eksternal (stimulus) dan faktor internal (individu). Faktor

eksternal merupakan karakteristik fisik dari produk seperti ukuran, tekstur dan atribut

yang terdapat dalam produk. Setiadi (2003), informasi yang didominasi pemasar

secara umum melaksanakan memberitahu sedangkan sumber pribadi melaksanakan

fungsi legitimasi dan atau evaluasi. Keluarga yang merupakan sumber pribadi

merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat

dan merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh dalam keputusan

pembelian.

2.3. Mutu Pelayanan Kesehatan

2.3.1. Definisi Mutu Pelayanan Kesehatan

Batasan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang

dapat memuaskan setiap pemakai jasa sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata

penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar yang telah

ditetapkan. Kualitas pelayanan kesehatan merupakan suatu fenomena unik, sebab

dimensi dan indikatornya dapat berbeda diantara orang-orang yang terlibat dalam

(39)

hakikat dasar dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yaitu memenuhi kebutuhan

dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan (Azwar, 1996)

Mutu pelayanan merupakan suatu pelayanan yang diharapkan untuk

memaksimalkan suatu ukuran yang inklusif dari kesejahteraan pasien, sesudah itu

dihitung keseimbangan antara keuntungan yang diraih dan kerugian, yang semuanya

itu merupakan penyelesaian proses atau hasil dari pelayanan di seluruh bagian-bagian

(Donabedian, 2000).

Mutu pelayanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah melakukan

penilaian dan hal ini tidaklah mudah mengingat mutu pelayanan bersifat

multidimensional, sehingga setiap orang dapat melakukan penilaian dari dimensi

yang berbeda-beda tergantung latar belakang kepemimpinan masing-masing. Rumah

sakit memiliki kewajibandan tanggung jawab moral dan hukum untuk memberikan

mutupelayanan sesuai standar yang ada untuk kebutuhan pasien yang dirawatnya.

Pelayanan kesehatan yang bermutu berarti memberikan pelayanan kesehatan sesuai

kebutuhan individu dan masyarakat (Aditama, 2004).

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dapat diupayakan dari berbagai

aspek pelayanan seperti peningkatan kualitas fasilitas kesehatan, peningkatan kualitas

profesionalisme sumber daya manusia dan peningkatan kualitas manajemen rumah

sakit. Pelayanan yang berkualitas harus dijaga dengan melakukan pengukuran sejauh

mana kualitas pelayanan kesehatan yang telah diberikan secara terus menerus dan

(40)

dan dibuat tindak lanjut sesuai prioritas permasalahan yang ada di lapangan.

(Supranto, 2006).

Menurut Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1988) yang dikutip Tjiptono

(2005) mengemukakan bahwa ada 5 (lima) dimensi yang digunakan untuk mengukur

kualitas pelayanan, yaitu:

1. Kehandalan (Reliability) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akuerat dan terpercaya. Kinerja yang

diinginkan pelanggan seperti ketepatan waktu, tidak membedakan pelayanan

pelanggan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi. Kepuasan

pelanggan terhadap pelayanan juga ditentukan oleh dimensi reliability yaitu dimensi yang mengukur kehandalan perusahaan dalam memberikan pelayanan

kepada pelanggannya.

2. Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan. Penyampaian informasi yang

jelas, tidak membiarkan konsumen menunggu tanpa alasan yang jelas

menyebabkab persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. Kepuasan terhadap

dimensi responsifness adalah berdasarkan persepsi dan bukan aktualnya. Karena persepsi mengandung aspek psikologis, faktor komunikasi dan situasi fisik di

sekeliling pelanggan yang menerima pelayanan merupakan hal yang penting

dalam memengaruhi penilaiaan pelanggan.

3. Jaminan (Assurance), berkaitan dengan kemampuan, pengetahuan,

(41)

diberikan sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman pada

pelanggan. Assurance adalah dimensi kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku front-line staf dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para pelanggannya. Pelanggan sulit percaya bahwa

kualitas pelayanan akan dapat tercipta dari front-line staf yang tidak kompeten atau terlihat kurang mampu. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk terus

memberikan training kepada pegawai gugus depan mengenai produk dan hal-hal

yang sering menjadi pertanyaan pelanggan.

4. Empati (Emphathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya memahami

keinginan pelanggan. Perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan

pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik,

serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

5. Bukti Fisik (Tangible), berkenaan dengan bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan

dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan

sekitarnya adalah bukti nyata bagi pelanggan atas pelayanan yang diberikan oleh

pemberi jasa meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang dan lain sebagainya),

perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan

(42)

Metode SERVQUAL menggambarkan bahwa pada awalnya pasien (individu)

memiliki nilai pengharapan tentang kepatutan atau harapan yang pantas ia harapkan

atas pelayanan kesehtan di rumah sakit. Ketika ia mengalami pengalaman dilayani

selama periode tertentu, individu mengalami suatu pengalaman realistis. Dalam

perhitungan nilai kepuasan dapat diperhitungkan nilai apa yang dialami dengan nilai

apa yang diharapkan dikali 100%. Jadi gap (kesenjangan) yang dipertanyakan terkait

pada masing-masing lima aspek/ faktor penentu mutu pelayanan jasa di atas dapat

diperhitungkan menurut hasil perhitungan rasio dari masing-masing aspek-aspek

penentu mutu tersebut (Tjiptono, 2004).

Salah satu cara untuk mengukur sikap pelanggan ialah dengan menggunakan

kuesioner. Organisasi/perusahaan harus mendesain kuesioner yang secara akurat

dapat memperkirakan persepsi pelanggan tentang mutu atau jasa. Pengukuran tingkat

kepuasan erat hubungannya dengan mutu produk (barang/jasa). Pengukuran aspek

mutu bermanfaat bagi pimpinan bisnis antara lain mengetahuai dengan baik

bagaimana jalannya atau bekerjanya proses bisnis dan melakukan perubahan dan

perbaikan terus-menerus untuk memuaskan pelanggan (Supranto, 2006).

Untuk dapat menjaga kualitas pelayanan kesehatan banyak upaya yang dapat

dilakukan diantaranya dengan Administrasi Kesehatan yang terarah dan terencana

dan ini dapat disebut dengan Program Menjaga Mutu (Quality Assurance Program). Batasan tentang program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambungan,

(43)

dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah

yang ditemukan untuk memperbaiki mutu pelayanan (Muninjaya, 2004).

Program pengukuran kualitas pelayanan bermanfaat untuk menyediakan

umpan balik yang segera, berarti dan objektif. Dengan hasil pengukuran tersebut,

seorang/pimpinan dapat mengetahui atau melihat bagaimana pekerjaannya,

membandingkan dengan standar kerja, dan memutuskan apa yang harus dilakukan

untuk melakukan perbaikan di masa mendatang (Gerson, 2004).

2.3.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Promosi tentang fasilitas rumah sakit yang ada dan telah dijanjikan perlu

dilakukan dengan konsep marketing yang ada, hal ini dapat terlaksana jika rumah

sakit memiliki manajemen yang baik dengan kemitraan yang baik dengan pihak

terkait dan berkompeten. Rumah sakit harus mampu memahami pasar akan

kebutuhan pelayanan kesehatan pada masyarakat sekarang ini dan juga kebutuhan

yang akan datang karena kebutuhan pelayanan kesehatan terus berkembang mengarah

kepada untuk mendapatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terbaik. Kebutuhan

kesehatan oleh masyarakat sangat penting dan berdampak pada kesejahteraannya dan

kemakmuran negara.

Konsep dasar pemasaran oleh Irawan (2001) dalam memanfaatkan rumah

sakit perlu diperhatikan beberapa hal diantaranya:

1. Kebutuhan

Kebutuhan manusia adalah sesuatu yang dirasakan kurang. Kebutuhan ini tidak

dapat diciptakan oleh masyarakat atau oleh pemasar, oleh karena itu kebutuhan

(44)

2. Keinginan

Keinginan adalah sesuatu yang dirasakan kurang karena lingkungan. Keinginan

manusia sangat beraneka ragam bahkan tidak terbatas, tetapi alat pemuasnya

terbatas sehingga muncul masalah tersebut sehingga menjadikan tugas untuk

dapat memecahkan masalah konsumen agar keinginan menjadi kenyataan, dengan

kata lain mampu menciptakan keinginan pasien.

3. Permintaaan

Permintaaan adalah keinginan disertai daya beli atau keinginan akan berubah

menjadi permintaan bilamana didukung daya beli, jadi permintaan ini harus

diukur bukan saja berapa banyak orang yang menginginkan pelayanan tersebut

tetapi yang lebih penting lagi berapa banyak yang secara nyata pasien bersedia

dan mampu membeli.

4. Produk (layanan)

Layanan adalah sesuatu yang dapat ditawarkan guna memuaskan kebutuhan dan

keinginan manusia (pasien). Menurut Kotler inti produk adalah merupakan

pelayanan dan manfaat yang dihasilkan sejauh mana layanan dapat memuaskan

kebutuhan dari keinginan yang diharapkan oleh pasien.

5. Nilai

Nilai adalah kemampuan layanan untuk memberikan kepuasan. Konsumen hanya

mau membeli layanan yang bernilai dan berkualitas karena mereka memandang

bahwa layanan tersebut mempunyai nilai dan bermanfaat bagi kebutuhan mereka.

(45)

lainnya sehingga kemampuan layanan yang harus disediakan oleh pihak rumah

sakit harus lebih diperhatikan.

6. Pertukaran

Pertukaran adalah tindakan seseorang untuk memperoleh layanan yang diinginkan

dengan menawarkan sesuatu sebagai ganti (membayar). Pertukaran yang terjadi

pada rumah sakit adalah pertukaran antara jasa dan biaya (uang).

7. Transaksi

Transaksi adalah tolak ukur inti pemasaran dimana kedua belah pihak dikatakan

terlibat dalam pertukaran sehinga mereka melakukan negosiasi dan menghasilkan

suatu kesepakatan dengan kata lain bahwa kesepakatan yang diperoleh

menyebabkan terjadinya transaksi. Perlu difahami transaksi yang baik adalah

dengan terpuaskannya kedua belah pihak akan pertukaran yang mereka lakukan

misalkan pada rumah sakit, pasien akan membayar pelayanan jasa kesehatan yang

mereka terima sesuai dengan fasilitas telah dijanjikan dan diberikan oleh pihak

rumah sakit.

8. Pasar

Pasar dalam hal ini rumah sakit adalah tempat bertemunya pelayan jasa dan

pembeli potensial (pasien) untuk mengadakan transaksi sejauh mana layanan yang

(46)

2.4. Penelitian Terdahulu

2.4.1. Penelitian Indra di RSUD dr. Kumpulan Pane Tahun 2009

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis persepsi tentang mutu pelayanan

kesehatan terhadap kepuasan pasien partikuler dan menganalisis hubungan kepuasan

dengan loyalitas di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing. Penelitian dianggap

penting untuk mengetahui batasan-batasan dari ukuran persepsi pasien tentang

kualitas pelayanan kesehatan yang ditawarkan, dan mengerti lebih dalam apa yang

mengendalikan persepsi-persepsi mereka. Persepsi pasien tentang pelayanan

memegang peranan yang sangat penting. Kualitas pelayanan akan terpenuhi apabila

proses penyampaian jasa dan pemberi jasa kepada pasien sesuai dengan apa yang

dipersepsikan oleh pasien. Hasil penelitian multivariat menjelaskan variabel

reliabilitas, daya tanggap, jaminan dan empati memengaruhi tingkat kepuasan pasien,

namun variabel bukti fisik tidak berpengaruh. Sedangkan analisis bivariat terdapat

hubungan kepuasan pasien dengan loyalitas pasien partikulir.

2.4.2. Through the Patient’s Eyes – (Melalui Sudut pandang Pasien)

Tujuan penelitian, Sofaer dan Firminger (2005) adalah mencari solusi untuk

menambah jumlah pasien mengutilisasi unit pelayanan rumah sakit. Penelitian

dianggap penting untuk mengetahui batasan-batasan dari ukuran persepsi pasien

tentang kualitas pelayanan kesehatan yang ditawarkan, dan mengerti lebih dalam apa

yang mengendalikan persepsi-persepsi mereka.

Hasil penelitian menunjukkan kepuasan merupakan jalan satu-satunya bagi

(47)

tentang kualitas, sekalipun demikian, hal tersebut bukanlah cara yang istimewa untuk

dipakai tanpa pengembangan. Kedua penulis tersebut percaya diperlukan suatu

rentang penambahan variabel alternatif, untuk mengindentifikasi lebih banyak lagi

karakteristik dari variabel-variabel lain, yang terkait dengan faktor-faktor persepsi

pasien.

2.4.3. Penelitian Benny Purwanto di RSU Kota SemarangTahun 1997

Penelitian Benny (1997), berjudul Analisis faktor–faktor yang berhubungan

dengan keputusan memilih rawat inap di RSU Kota Semarang. Penelitian ini adalah

penelitian analitik kuantitatif secara cross sectional yang meneliti perilaku konsumen dalam proses keputusan memilih rawat inap di Rumah Sakit Umum Kodya

Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor–faktor dalam perilaku

konsumen yang mempengaruhi penggunaan rawat inap adalah 1) frekuensi rawat

inap, 2) lokasi, 3) keragaman pelayanan, 4) harga, 5) informasi, 6) personel, 7) atribut

fisik rumah sakit, 8) pelayanan yang diberikan dan 9) kesamaan karakteristik pasien.

2.5. Landasan Teori

Banyak cara orang membentuk/memproses persepsi diri sendiri tentang segala

sesuatu yang memaparinya dengan stimulus/pesan yang menerpa. Pada umumnya

bila mempersepsi hal-hal yang terkait dengan kualitas pelayanan jasa, Parasuraman,

Zeithaml dan Berry (1988) yang dikutip Tjiptono (2004), konsisten menjelaskan

dalam hal itu mengenai 5 aspek utama yaitu: 1) reliability, 2) responsiveness, 3)

(48)

Minat Kunjung Ulang pada diri pasien: - Berminat - Tidak berminat

Penilaian dibuat berdasarkan tolok ukur pada perbandingan antara apa yang

diharapkan pasien dengan apa yang kemudian pasien rasakan. Pada kedua nilai

mungkin saja terjadi kesenjangan, akan tetapi apabila kesenjangan dapat

ditoleransikan sekalipun nilai yang dirasakan/dialami kurang sesuai dengan harapan

pasien. Lebih banjut, bila tidak terjadi kesenjangan, maka dapat diartikan bahwa apa

yang diharapkan pasien yaitu kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh rumah sakit. Dengan tercapainya kepuasan yang dirasakan pasien, maka

kemungkinan, pasien memiliki persepsi terhadap minat kunjungan ulang kembali

berdasarkan pengalamannya. Namun demikian pada kondisi pelayanan yang

dirasakan pasien/keluarga ternyata masin jauh dari harapan yang diinginkannya,

maka pasien tersebut akan kecewa dan kurang bertoleransi tentang mutu pelayanan

rumah sakit yang dinilai berdasarkan aspek kualitas pelayanan memungkinkan pasien

kurang berminat untuk memanfaatkan kembali pelayanan kesehatan.

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun

kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Bebas (Independen) Variabel Terikat (Dependen)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Persepsi tentang Mutu

Pelayanan Kesehatan: 1. Kehandalan (Reliability)

2.Daya Tanggap (Responsivenees) 3. Jaminan (Assurance)

(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei. Menurut Singarimbun (1995),

survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data

yang dipelajari adalah data dari sampel, yang sifatnya explanatory untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi pasien tentang pelayanan rumah sakit terhadap

minat kunjung ulang ke RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai pada bulan

Mei-Agustus tahun 2013. Pemilihan rumah sakit tersebut menjadi objek penelitian

adalah pelayanan mengalami fluktuasi terhadap minat kunjung ulang pasien rawat

inap dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Kondisi ini didukung dengan laporan

data rekam medik RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2012, dijelaskan angka

BOR dan AVLOS pada tahun 2009 sampai dengan 2012 belum mencapai standar

rumah sakit/nasional.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di data RSUD

(50)

mengalami penyakit berat (gangguan jiwa) pada Kelas VIP, Kelas 1 dan Kelas II

sebanyak 881 orang. Kemudian jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin.

Keterangan :

n = Total sampel yang akan dijadikan responden N = Total populasi unit rawat inap dihitung tahun 2012. e = Indeks ditentukan senilai 0,1

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dari 881, diperoleh jumlah sampel

sebanyak 90 orang. Untuk mencari jumlah sampel dari masing-masing kelas di

RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai menurut Prasetyo (2005) digunakan rumus:

Populasi

Sampel = x Total sampel Total populasi

Maka sampel pada masing-masing kelas di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai dapat

(51)

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kelas di RSUD DR. R.M. Djoelham BinjaiTahun 2013

No. Kelas Perhitungan Jumlah Sampel

1. Kelas VIP 90/881 x 90 10

2. Kelas I

Mengkudu 113/881 x 90 12

Selasih 184/881 x 90 19

3. Kelas II

Gingseng 276/881 x 90 28

Pala 210/881 x 90 21

90

Kemudian dari masing-masing kelas diambil sampel penelitian secara

probability sampling dengan teknik systematic sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor unit atau anggota sampel

diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang dengan urutan yang seragam.

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengacak hari sesuai dengan tanggal ganjil

dihitung mulai pada saat penelitian yaitu 1, 3, 5, 7,……dst.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh menggunakan daftar pertanyaan (questionnaire) yang diberikan kepada pasien rawat inap yang telah dipersiapkan berupa pertanyaan

persepsi tentang pelayanan kesehatan dan minat kunjung ulang di RSUD DR. R.M.

(52)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi yang diperoleh dari bagian

administrasi rumah sakit berupa data cetak yang berupa dokumentasi/laporan

kegiatan dan data yang relevan dengan penelitian ini.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrument penelitian berupa kuesioner untuk pengumpulan data primer,

sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas terhadap 30 orang pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura

Langkat.

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur (instrumen) dalam mengukur suatu data

(Ghozali, 2005). Untuk mengetahui validitas suau instrument (dalam kuesioner)

dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor r-hitung masing-masing

pertanyaan dalam suatu variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment Correlation, dengan kriteria;

a. Bila r-hitung > r-tabel maka pertanyaan valid

b. Bila r-hitung < r-tabel maka pertanyaan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan Alpha Cronbach untuk mengetahui konsistensi internal antar variabel dalam instrumen. Dengan kata lain, uji

(53)

dalam penelitian ini layak dan berkaitan atau tidak berkaitan. Dalam metode Alpha Cronbach telah ditentukan bahwa jika nilai Alpha Cronbach mendekati 1, maka hal ini menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan sudah sangat baik (reliable) atau

jawaban responden akan cenderung sama walaupun diberikan kepada responden

tersebut dalam bentuk pertanyaan yang berbeda (konsisten), sedangkan jika berada di

atas 0.8 adalah baik, tetapi bila berada di bawah nilai 0.6 tidak baik atau tidak reliabel

(Riduwan, 2008).

Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian didapat hasil pada Tabel 3.1

berikut.

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

No Variabel Butir

Kehandalan 0,879 Reliabel

1 0,613 Valid

Daya tanggap 0,857 Reliabel

(54)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Jaminan 0,889 Reliabel

1 0,697 Valid

Empati 0,855 Reliabel

1 0,562 Valid

Bukti Fisik 0,894 Reliabel

1 0,534 Valid

Hasil uji validitas dan reliabilitas diperoleh nilai r>rtabel, (0,361) sehingga

seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Demikian dengan uji reliabilitas diperoleh

(55)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Bebas (X)

Variabel persepsi pasien tentang kualitas pelayanan merupakan variabel bebas

(independent variable) dalam penelitian ini meliputi: kehandalan (reliability), Daya Tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy) dan bukti fisik (tangiblity),

3.5.2. Variabel Terikat (Y)

Variabel minat kunjung ulang dalam penelitian ini merupakan variabel terikat

(dependent variable). Minat kunjung ulang merupakan bagian dari apresiasi pasien terhadap pelayanan kesehatan yang telah diberikan selama pasien menggunakan

pelayanan jasa dari rumah sakit yang memengaruhi loyalitas pasien terhadap rumah

sakit tersebut. Untuk memudahkan pemahaman variabel penelitian maka variabel

Gambar

Gambar 2.1  Proses Terbentuknya Persepsi (Mowen dan Minor, 2002)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1  Jumlah Sampel Berdasarkan Kelas di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2013
Tabel 3.1  Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

kualitatif dengan studi kasus sebagai salah satu metode dalam penelitian kualitatif.. Secara substansial, studi kasus telah lama dipraktekkan oleh para

This LS3D surface matching is an advanced co- registration point clouds methodology (Gruen and Akca, 2005; Akca, 2010). The aspects of LS3D surface matching method can evaluate

[r]

[r]

Panitia Pengadaan Barang Dan Jasa pada BP2IP Malahayati Aceh Kementerian Perhubungan akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran yang Berbeda.. xi +

Pertayaan yang ingin dijawab peneliti ini adalah Apakah metode Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak materi Adab Salat dan Dzikir pada siswa kelas

eksponensial untuk central death rates memberikan error yang lebih kecil. dibandingkan dengan