PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN ISOPROPYLBENZENE DARI PROPYLENE DAN
BENZENE DENGAN KAPASITAS 2.500 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia
Oleh :
AHMAD SYAHRUN HASIBUAN
080405070
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Pra
Rancangan Pabrik Pembuatan Isopropylbenzene dari Propylene dan Benzene Dalam Fasa Gas Dengan Kapasitas 2.500 Ton/Tahun. Tugas Akhir ini dikerjakan
sebagai syarat untuk kelulusan dalam sidang sarjana.
Selama mengerjakan Tugas akhir ini penulis begitu banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak M.Hendra Ginting, ST, MT sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan arahan selama menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ibu Farida Hanum ST, MT sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
arahan selama menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Dr. Eng Ir. Irvan, MSi sebagai Ketua Departemen Teknik Kimia FT USU.
4. Ibu Ir. Renita Manurung, MT sebagai Koordinator Tugas Akhir Departemen
Teknik Kimia FT USU.
5. Seluruh Dosen Pengajar Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani
studi.
6. Para pegawai administrasi Departemen Teknik Kimia yang telah memberikan
bantuan kepada penulis selama mengenyam pendidikan di Deparetemen Teknik
Kimia.
7. Dan yang paling istimewa Orang tua penulis yang tidak pernah lupa memberikan
motivasi dan semangat kepada penulis.
8. Juga yang teristimewa C3N63N6 yang yang tidak pernah lupa memberikan
motivasi dan semangat kepada penulis.
9. Teman seperjuangan Alex dan Opung sebagai partner penulis dalam penyelesaian
Tugas Akhir ini.
10.Teman-teman ’08 dan Adik-adik junior stambuk ’09 dan ’10.
11.Seluruh Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya yang juga turut
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pada penulisan berikutnya.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 13 Juli 2011
Penulis,
Ahmad Syahrun Hasibuan
INTISARI
Isopropylbenzene diperoleh melalui reaksi fasa gas antara Benzene dan
Propylene dengan bantuan katalis Asam pospat Kieshelgur di dalam reaktor packed
bed pada temperatur dan tekanan yang tinggi.
Pabrik pembuatan Isopropylbenzene ini direncanakan berproduksi dengan
kapasitas 2.500 ton/tahun dengan masa kerja 330 hari dalam satu tahun. Lokasi
pabrik direncanakan berdekatan dengan UP II Pertamina Dumai, Propinsi Riau,
dengan luas areal 13.430 m2. Tenaga kerja yang dibutuhkan 142 orang dengan
bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang Direktur
dengan struktur organisasi sistem garis dan staf.
Hasil analisa ekonomi pabrik pembuatan Isopropylbenzene adalah sebagai
berikut:
Modal Investasi : Rp 189.082.738.131,-
Biaya Produksi : Rp179.014.898.663,-
Hasil Penjualan : Rp 277.271.676.000,-
Laba Bersih : Rp 68.460.845.415,-
Profit Margin : 35,26 %
Break Even Point : 31,72%
Return on Investment : 36,21 %
Return on Network : 60,34 %
Pay Out Time : 2,76 tahun
Internal Rate of Return : 60,44%
Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pabrik Pembuatan
Isopropylbenzene dari Benzene dan Propylene dalam Fasa Gas ini layak untuk
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
INTISARI ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... I-1
1.1 Latar Belakang ... I-1
1.2 Perumusan masalah ... I-2
1.3 Tujuan ... I-2
1.4 Manfaat Pra Rancangan Pabrik ... I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1
2.1 Benzena ... II-1
2.2 Propilena ... II-3
2.3 Propana ... II-4
2.4 Isopropilbenzena (Cumene) ... II-5
2.5 Diisopropilbenzene (DIPB) ... II-6
2.6 Proses Pembuatan Cumene ... II-7
2.7 Perbandingan Dan pemilihan Proses ... II-8
2.8 Deskripsi Proses ... II-9
BAB III NERACA MASSA ... III-1
3.1 Mixing Point I (M-101) ... III-1
3.2 Vaporizer (E-101) ... III-1
3.3 Mixing Point II (M-102) ... III-2
3.4 Reaktor (R-101) ... III-2
3.5 Flash Drum (F-101) ... III-2
3.6 Reboiler (E-101)... III-3
3.7 Akumulator (AC-101) ... III-3
3.8 Menara Destilasi I (MD-101)... III-3
3.9 Reboiler (E-110)... III-4
3.11 Akumulator (AC-102) ... III-4
BAB IV NERACA ENERGI ... IV-1
4.1 Heater (E-103)... IV-1
4.2 Compresor (JC-101) ... IV-2
4.3 Vaporizer (E-101) ... IV-2
4.4 Heater (E-102)... IV-2
4.5 Compresor (JC-102) ... IV-3
4.6 Reaktor (R-101) ... IV-3
4.7 Expander (EV-101) ... IV-3
4.8 Condensor Subcooler (E-104)... IV-4
4.9 Heater (E-105)... IV-4
4.10 Menara Destilasi I (MD-101) ... IV-5
4.10.1 Condensor Subcooler (HE-107) ... IV-5
4.10.2 Reboiler (HE-106) ... IV-5
4.11 Menara Destilasi II (MD-102) ... IV-5
4.11.1 Condensor Subcooler (HE-108) ... IV-5
4.11.2 Reboiler (HE-110) ... IV-6
4.12 Cooler (HE-109) ... IV-6
4.13 Cooler (HE-111) ... IV-6
BAB V SPESIFIKASI PERALATAN ... V-1
5.1 Tangki Penyimpanan Propylena Dan Propana (TT – 101)... V-1
5.2 Heater (E-103) ... V-1
5.3 Kompresor (JC-101) ... V-2
5.4 Tangki Penyimpanan Benzene (TT-102) ... V-2
5.5 Pompa Benzena (P-101) ... V-3
5.6 Vaporizer (E-101) ... V-3
5.7 Heater (E-102)... V-3
5.8 Kompresor (JC-102) ... V-4
5.9 Reaktor (R-101) ... V-4
5.10 Expander (EV-101) ... V-5
5.11 Condensor Subcooler (E-104) ... V-5
5.12 Flash Drum (F-101) ... V-5
5.14 Heater (E-105) ... V-6
5.15 Menara Destilasi I (MD-101) ... V-6
5.16 Condensor Subcooler (E-107) ... V-7
5.17 Akumulator (AC-101) ... V-7
5.18 Pompa Recicle Benzena Dan IPB (P-102) ... V-8
5.19 Reboiler (E–106) ... V-8
5.20 Pompa Umpan Destilasi II (P-05) ... V-9
5.21 Menara Destilasi II (MD-102) ... V-9
5.22 Condensor Subcooler (E-108) ... V-10
5.23 Akumulator (AC-102) ... V-10
5.24 Pompa Refluks Kondensor (P-06)... V-11
5.25 Cooler I (E-109) ... V-11
5.26 Pompa Produk IPB (P-07) ... V-11
5.27 Tangki Penyimpanan IPB (TT-103) ... V-11
5.28 Reboiler (E-110) ... V-12
5.29 Cooler (E-111) ... V-12
5.30 Pompa Produk Samping DIPB (P-08) ... V-13
5.31 Tangki Penyimpanan DIPB (TT-104) ... V-13
5.32 Kompresor (JC-103) ... V-14
BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ... VI-1
6.1 Instrumentasi ... VI-1
6.2 Keselamatan Kerja ... VI-4
BAB VII UTILITAS ... VII-1
7.1 Kebutuhan Uap (Steam) ... VII-1
7.2 Kebutuhan Air ... VII-2
7.2.1 Screening ... VII-6
7.2.2 Klarifikasi ... VII-6
7.2.3 Filtrasi ... VII-7
7.2.4 Demineralisai ... VII-8
7.2.5 Dearator ... VII-11
7.3 Kebutuhan Bahan Kimia ... VII-11
7.4 Kebutuhan Listrik ... VII-12
7.6 Unit Pengolahan Limbah Gas ... VII-13
7.7 Spesfikasi Peralatan Utilitas ... VII-14
7.7.1 Screening (SC) ... VII-14
7.7.2 Bak Sedimentasi (BS) ... VII-15
7.7.3 Tangki Pelarutan Alum (TP-101) ... VII-15
7.7.4 Tangki Pelarutan Soda Abu (TP-102) ... VII-15
7.7.5 Tangki Pelarutan Asam Sulfat (TP-103) ... VII-16
7.7.6 Tangki Pelarutan NaOH (TP-104) ... VII-16
7.7.7 Tangki Pelarutan Kaporot (TP-105) ... VII-17
7.7.8 Clarifier (CL) ... VII-17
7.7.9 Sand Filter (SF)... VII-18
7.7.10 Cation Exchanger (CE) ... VII-18
7.7.11 Anon Exchanger (AE) ... VII-18
7.7.12 Refrigerator I (RF-01) ... VII-19
7.7.13 Refrigerator II (RF-02) ... VII-19
7.7.14 Tangki Utiltas (TU-01) ... VII-19
7.7.15 Tangk Utilitas II (TU-02) ... VII-20
7.7.16 Dearator (DE) ... VII-20
7.7.17 Ketel Uap (KU) ... VII-21
7.7.18 Tangki Bahan Bakar (TB) ... VII-21
7.7.19 Pompa Screening (PU-01) ... VII-21
7.7.20 Pompa Sedimentasi (PU-02) ... VII-22
7.7.21 Pompa Alum (PU-03) ... VII-22
7.7.22 Pompa Soda Abu (PU-04) ... VII-22
7.7.23 Pompa Umpan Filtrasi (PU-05) ... VII-22
7.7.24 Pompa I Utiliti (PU-06) ... VII-23
7.7.25 Pompa kation Exchanger (PU-07) ... VII-23
7.7.26 Pompa Refrigerator (PU-08) ... VII-23
7.7.27 Pompa II Utiliti (PU-09)... VII-23
7.7.28 Pompa Asam Sulfat (PU-10) ... VII-24
7.7.29 Pompa Anion Exchanger (PU-11) ... VII-24
7.7.30 Pompa NaOH (PU-12) ... VII-24
7.7.32 Pompa II Domestik (PU-14) ... VII-25
7.7.33 Pompa Umpan Dearator (PU-15) ... VII-25
7.7.34 Pompa Cooler (PU-16) ... VII-25
7.7.35 Pompa Umpan Ketel Uap (PU-17) ... VII-25
7.7.36 Pompa Bahan bakar Ketel uap (PU-18) ... VII-26
7.7.37 Pompa Bahan bakar Generator (PU-19)... VII-26
7.7.38 Pompa Dowtherm A (PU-20) ... VII-26
BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ... VIII-1
8.1 Lokasi Pabrik ... VIII-1
8.1.1 Faktor Primer/Utama... VIII-1
8.1.2 Faktor Skunder... VIII-2
8.2 Tata Letak Pabrik ... VIII-6
8.3 Perincian Luas Tanah ... VIII-7
BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN ... IX-1
9.1 Organisasi Perusahaan ... IX-1
9.1.1 Bentuk Organisasi Garis ... IX-2
9.1.2 Bentuk Organisasi Fungsonal ... IX-2
9.1.3 Bentuk Organisasi Garis Dan Staf ... IX-3
9.1.4 Bentuk Organisasi Fungsional Dan Staf ... IX-3
9.2 Manajemen Perusahaan ... IX-3
9.3 Bentuk Hukum Badan Usaha ... IX-4
9.4 Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... IX-6
9.4.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ... IX-6
9.4.2 Direktur ... IX-6
9.4.3 Sekretaris ... IX-6
9.4.4 Manager Umum Dan Keuangan ... IX-6
9.4.5 Manager Teknik Dan Produksi ... IX-7
9.4.6 Kepala Bagian Keuangan Dan Admnstrasi ... IX-7
9.4.7 Kepala Bagan Pemasaran Dan Pembelanjaan ... IX-7
9.4.8 Kepala Bagian Umum Dan Personalia ... IX-7
9.4.9 Kepala Bagian Teknk ... IX-7
9.4.10 Kepala Bagian Produksi ... IX-8
9.4.10 Kepala Bagian Utilitas ... IX-8
9.5 Sistem Kerja ... IX-8
9.6 Jumlah Karyawan dan tingkat Pendidikan ... IX-10
9.7 Sistem Penggajian ... IX-11
9.8 Kesejahteraan Karyawan ... IX-12
BAB X ANALISA EKONOMI ... X-1
10.1 Modal Investasi ... X-1
10.1.1 Modal Investasi Tetap ... X-1
10.1.2 Modal Kerja ... X-3
10.2 Biaya Produksi Total (BPT)/ Total Cost (TC) ... X-4
10.2.1 Biaya Tetap ... X-4
10.2.2 Biaya Variabel ... X-4
10.3 Total Penjualan (Total Sales) ... X-5
10.4 Bonus Perusahaan ... X-5
10.5 Perkiraan Rugi/Laba Usaha ... X-5
10.6 Analisa Aspek Ekonomi ... X-5
10.6.1 Profit Margin (PM) ... X-5
10.6.2 Break Even Poin (BEP) ... X-6
10.6.3 Return on Investman (ROI) ... X-6
10.6.4 Pay Out Time (POT) ... X-7
10.6.5 Return on Network (RON) ... X-7
10.6.6 Internal rate of Return (IRR) ... X-7
BAB XI KESIMPULAN ... XI-1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Molekul Benzena ... II-1
Gambar 2.2 Struktur Molekul Propilena ... II-3
Gambar 6.1 Instrumentasi pada Pra-rancangan Pabrik Pembuatan
Isopropilbenzena ... VI-5
Gambar 8.1 Tata letak Pra-rancangan Pabrik Pembuatan Isopropilbenzena .... VIII-9
Gambar LE-1 Harga Peralatan untuk Tangki Penyimpanan (Storage) dan Tangki
Pelarutan ... LE-5
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Impor Cumene Indonesia ... I-2
Tabel 3.1 Neraca Massa Mixing Point I (M-101) ... III-1
Tabel 3.2 Neraca Massa Vaporizer (E-101) ... III-1
Tabel 3.3 Neraca Massa Mixing Point II (M-102) ... III-2
Tabel 3.4 Neraca Massa Reaktor (R-101) ... III-2
Tabel 3.5 Neraca Massa Flash Drum (F-101) ... III-2
Tabel 3.6 Neraca Massa Reboiler (E-101) ... III-3
Tabel 3.7 Neraca Massa Akumulator (AC-101) ... III-3
Tabel 3.8 Neraca Massa Menara Destilasi I (MD-101) ... III-3
Tabel 3.9 Neraca Massa Reboiler (E-110) ... III-4
Tabel 3.10 Neraca Massa Menara Destilasi II (MD-102) ... III-4
Tabel 3.11 Neraca Massa Akumulator (AC-102) ... III-4
Tabel 4.1 Neraca Panas Heater (E-103) ... IV-1
Tabel 4.2 Neraca Panas Compresor (JC-101) ... IV-1
Tabel 4.3 Neraca Panas Vaporizer (E-101) ... IV-2
Tabel 4.4 Neraca Panas Heater (E-102) ... IV-2
Tabel 4.5 Neraca Panas Compresor (JC-102) ... IV-3
Tabel 4.6 Neraca Panas Reaktor (R-101) ... IV-3
Tabel 4.7 Neraca Panas Expander (EV-101) ... IV-3
Tabel 4.8 Neraca Panas Condensor Subcooler (E-104) ... IV-4
Tabel 4.9 Neraca Panas Heater (E-105) ... IV-4
Tabel 4.10 Neraca Panas Condensor Subcooler (E-107) ... IV-4
Tabel 4.11 Neraca Panas Reboiler (E-106) ... IV-5
Tabel 4.12 Neraca Panas Condensor Subcooler (E-108) ... IV-5
Tabel 4.13 Neraca Panas Reboiler (E-110) ... IV-6
Tabel 4.14 Neraca Panas Cooler (E-109) ... IV-6
Tabel 4.15 Neraca Panas Cooler (E-111) ... IV-6
Tabel 6.1 Instrumentasi pada ... VI-4
Tabel 7.1 Kebutuhan Uap (Steam) Pabrik Pembuatan Isopropilbenzena ... VII-1
Tabel 7.2 Kebutuhan Air Pendingin pada Alat... VII-2
Tabel 7.4 Kualitas Air Sungai Siak Dumai ... VII-4
Tabel 7.5 Perincian Kebutuhan Listrik ... VII-12
Tabel 8.1 Perincian Luas Tanah ... VIII-7
Tabel 9.1 Jadwal Kerja Karyawan Shift... IX-9
Tabel 9.2 Jumlah Karyawan dan Kualifikasinya ... IX-10
Tabel 9.3 Perincian Gaji Karyawan ... IX-11
Tabel LA.1 Neraca Massa Akumulator (AC-102) ... LA-3
Tabel LA.2 Neraca Massa Menara Destilasi (MD-102) ... LA-5
Tabel LA.3 Neraca Massa Reboiler (E-110) ... LA-6
Tabel LA.4 Neraca Massa Menara Destilasi (MD-101) ... LA-8
Tabel LA.5 Neraca Massa Akumulator (AC-101) ... LA-10
Tabel LA.6 Neraca Massa Reboiler (E-106) ... LA-11
Tabel LA.7 Neraca Massa Flash Drum (F-101) ... LA-13
Tabel LA.8 Neraca Massa Reaktor (R-101)... LA-16
Tabel LA.9 Neraca Massa Mixing Point II (M-102) ... LA-17
Tabel LA.10 Neraca Massa Vaporizer (E-101)... LA-19
Tabel LA.11 Neraca Massa Mixing Point I (M-101) ... LA-20
Tabel LB.1 Kapasitas Panas Cair ... LB-1
Tabel LB.2 Panas Laten ... LB-1
Tabel LB.3 Kapasitas Panas Gas ... LB-1
Tabel LB.4 Panas Reaksi Pembentukan Fasa Gas ... LB-2
Tabel LB.5 Tekanan Uap Antoine... LB-2
Tabel LB.6 Panas masuk Heater (E-103) ... LB-3
Tabel LB.7 Panas keluar Heater (E-103) ... LB-4
Tabel LB.8 Panas masuk Compressor (JC-101) ... LB-6
Tabel LB.9 Panas keluar Compressor (JC-101)... LB-6
Tabel LB.10 Data Perhitungan Suhu Operasi Vaporizer (E-101) ... LB-7
Tabel LB.11 Panas masuk Vaporizer (E-101) ... LB-7
Tabel LB.12 Panas keluar Vaporizer (E-101) ... LB-8
Tabel LB.13 Panas Masuk Heater (E-102) ... LB-9
Tabel LB.14 Panas Keluat Heater (E-102) ... LB-9
Tabel LB.15 Panas Masuk Compressor (JC-102) ... LB-12
Tabel LB.17 Panas Masuk Reaktor (R-101) ... LB-13
Tabel LB.18 Panas Keluar Reaktor (R-101) ... LB-14
Tabel LB.19 Panas Masuk Expander (EV-101) ... LB-16
Tabel LB.20 Panas Keluar Expander (EV-101) ... LB-17
Tabel LB.21 Penentuan Suhu Operasi pada Condensor subcooler (E-104) ... LB-18
Tabel LB.22 Panas Masuk Condensor subcooler (E-104) ... LB-19
Tabel LB.23 Panas Keluar Condensor subcooler (E-104) ... LB-19
Tabel LB.24 Panas Masuk Heater (E-105) ... LB-21
Tabel LB.25 Panas Keluar Heater (E-105)... LB-21
Tabel LB.26 Penentuan Suhu Buble Point Umpan Masuk Menara Destilasi (MD-
101) ... LB-22
Tabel LB.27 Penentuan Suhu Operasi Condensor Subcooler (E-107) ... LB-23
Tabel LB.28 Panas Masuk Condensor Subcooler (E-107) ... LB-24
Tabel LB.29 Panas Keluar Condensor Subcooler (E-107) ... LB-24
Tabel LB.30 Data Perhitungan Suhu Operasi Reboiler (E-106) ... LB-26
Tabel LB.31 Panas Masuk Reboiler (E-106) ... LB-26
Tabel LB.32 Panas Keluar Reboiler (E-106) ... LB-26
Tabel LB.33 Panas Keluar Reboiler (E-106) ... LB-26
Tabel LB.34 Penentuan Buble Point Umpan Masuk Menara Destilasi II (MD-102)
... LB-27
Tabel LB.35 Penentuan Suhu Operasi Condensor Subcooler (E-108) ... LB-28
Tabel LB.36 Panas Masuk Condensor Subcooler (E-108) ... LB-29
Tabel LB.37 Panas Keluar Condensor Subcooler (E-108) ... LB-29
Tabel LB.38 Data perhitungan suhu operasi Reboiler (E-110) ... LB-30
Tabel LB.39 Panas Masuk Reboiler (E-110) ... LB-31
Tabel LB.40 Panas Keluar Reboiler (E-110) ... LB-31
Tabel LB.41 Panas Keluar Reboiler (E-110) ... LB-33
Tabel LB.42 Panas Masuk Cooler (E-109) ... LB-33
Tabel LB.43 Panas Keluar Cooler (E-109)... LB-34
Tabel LB.44 Panas Masuk Cooler (E-111) ... LB-34
Tabel LB.45 Panas Keluar Cooler (E-111)... .LB-35
Tabel LB.46 Panas Masuk Compresor (JC-103) ... .LB-35
Tabel LC.1 Data pada Alur 1 ... .LC-1
Tabel LC.2 Data pada Alur 3 ... .LC-11
Tabel LC.3 Data pada Alur 2 ... .LC-12
Tabel LC.4 Data pada Alur 2 ...LC-15
Tabel LC.5 Data pada Alur 8 ...LC-27
Tabel LC.6 Komposisi Gas Pada Flash Drum (F-101) ...LC-39
Tabel LC.7 Komposisi Cairan Pada Flash Drum (F-101) ...LC-39
Tabel LC.8 Data pada Alur 2 ...LC-41
Tabel LC.9 Komposisi Bahan pada Alur Vd Kolom Destilasi I (MD-101) ...LC-52
Tabel LC.10 Komposisi Bahan pada Alur Lb Kolom Destilasi I (MD-101) ...LC-53
Tabel LC.11 Data Pada Akumulator (AC-101) ...LC-63
Tabel LC.12 Data pada alur 2...LC-66
Tabel LC.13 Data pada alur 20 ...LC-75
Tabel LC.14 Komposisi Bahan Pada Alur Vd Kolom Destilasi II (MD-102) ....LC-79
Tabel LC.15 Komposisi Bahan Pada Alur Lb Kolom Destilasi II (MD-102) ....LC-80
Tabel LC.16 Data Pada Akumulator (AC-102) ...LC-90
Tabel LC.17 Data Pada Keluaran Akumulator (AC-102) ...LC-93
Tabel LC.18 Data Pada Keluaran Cooler (E-109) ... LC-102
Tabel LC.19 Data Pada Alur 28 ... LC-105
Tabel LC.20 Data Pada Alur 32 ... LC-120
Tabel LC.21 Data Pada Alur 32 ... LC-123
Tabel LE.1 Perincian Harga Bangunan, dan Sarana Lainnya ... LE-2
Tabel LE.2 Harga Indeks Marshall dan Swift ... LE-3
Tabel LE.3 Estimasi Harga Peralatan Proses ... LE-7
Tabel LE.4 Estimasi Harga Peralatan Utilitas ... LE-8
Tabel LE.5 Biaya Sarana Transportasi ... LE-11
Tabel LE.6 Perincian Gaji Pegawai ... LE-15
Tabel LE.7 Perincian Biaya Kas ... LE-16
Tabel LE.8 Perincian Modal Kerja... LE-17
Tabel LE.9 Aturan Depresiasi Sesuai UU Republik Indonesia
No.17 Tahun 2000 ... LE-19
Tabel LE.10 Perhitungan Biaya Depresiasi Sesuai UU RI
Tabel LE.11 Data Perhitungan BEP ... LE-28
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A ... LA-1
A.1 Akumulator (AC-102) ... LA-2
A.2 Menara Destilasi (MD-102) ... LA-3
A.3 Reboiler (E-110) ... LA-5
A.4 Menara Destilasi (MD-101) ... LA-7
A.5 Akumulator (AC-101) ... LA-8
A.6 Reboiler (E-106) ... LA-10
A.7 Flash Drum (F-101) ... LA-12
A.8 Reaktor (R-101) ... LA-14
A.9 Mixing Point II (M-102) ... LA-16
A.10 Vaporizer (E-101) ... LA-18
A.11 Mixing Point I (M-101) ... LA-19
LAMPIRAN B ... LB-1
B.1 Heater (E-103) ... LB-3
B.2 Compresor (JC-101) ... LB-5
B.3 Vaporizer (E-101)... LB-7
B.4 Heater (E-102) ... LB-9
B.5 Compresor (JC-102) ... LB-11
B.6 Reaktor (R-101)... LB-13
B.7 Expander (EV-101) ... LB-16
B.8 Condensor Subcooler (E-104) ... LB-18
B.9 Heater (E-105) ... LB-20
B.10 Menara Destilasi I (MD-101) ... LB-22
B.11 Condensor Subcooler (HE-107) ... LB-23
B.12 Reboiler (HE-106) ... LB-25
B.13 Menara Destilasi II (MD-102) ... LB-27
B.14 Condensor Subcooler (HE-108) ... LB-28
B.15 Reboiler (HE-110) ... LB-30
B.16 Cooler (HE-109) ... LB-32
B.17 Cooler (HE-111) ... LB-34
C.1 Tangki Penyimpanan Propylena Dan Propana (TT – 101) ... LC-1
C.2 Heater (E-103) ... LC-4
C.3 Kompresor (JC-101) ... LC-11
C.4 Tangki Penyimpanan Benzene (TT-102)... LC-12
C.5 Pompa Benzena (P-101) ... LC-15
C.6 Vaporizer (E-101)... LC-17
C.7 Heater (E-102) ... LC-21
C.8 Kompresor (JC-102) ... LC-27
C.9 Reaktor (R-101)………. LC-29
C.10 Expander (EV-101) ... LC-32
C.11 Condensor Subcooler (E-104) ... LC-33
C.12 Flash Drum (F-101) ... LC-38
C.13 Pompa Umpan Destilasi (P-03) ... LC-41
C.14 Heater (E-105) ... LC-44
C.15 Menara Destilasi I (MD-101) ... LC-50
C.16 Condensor Subcooler (E-107) ... LC-57
C.17 Akumulator (AC-101) ... LC-63
C.18 Pompa Recicle Benzena Dan IPB (P-102) ... LC-65
C.19 Reboiler (E–106) ... LC-68
C.20 Pompa Umpan Destilasi II (P-05) ... LC-75
C.21 Menara Destilasi II (MD-102) ... LC-77
C.22 Condensor Subcooler (E-108) ... LC-84
C.23 Akumulator (AC-102) ... LC-90
C.24 Pompa Refluks Kondensor (P-06) ... LC-93
C.25 Cooler I (E-109) ... LC-95
C.26 Pompa Produk IPB (P-07) ...LC-102
C.27 Tangki Penyimpanan IPB (TT-103) ... LC-104
C.28 Reboiler (E-110) ...LC-107
C.29 Cooler (E-111)... LC-114
C.30 Pompa Produk Samping DIPB (P-08) ... LC-120
C.31 Tangki Penyimpanan DIPB (TT-104) ... LC-122
LAMPIRAN D ... LD-1
D.2 Bak Sedimentasi (BS) ... LD-2
D.3 Tangki Pelarutan Alum (TP-101) ... LD-4
D.4 Tangki Pelarutan Soda Abu (TP-102) ... LD-6
D.5 Tangki Pelarutan Asam Sulfat (TP-103) ... LD-9
D.6 Tangki Pelarutan NaOH (TP-104) ... LD-11
D.7 Tangki Pelarutan Kaporot (TP-105) ... LD-14
D.8 Clarifier (CL) ... LD-16
D.9 Sand Filter (SF) ... LD-19
D.10 Cation Exchanger (CE) ... LD-20
D.11 Anon Exchanger (AE) ... LD-22
D.12 Refrigerator I (RF-01) ... LD-23
D.13 Refrigerator II (RF-02) ... LD-24
D.14 Tangki Utiltas (TU-01) ... LD-25
D.15 Tangk Utilitas II (TU-02) ... LD-26
D.16 Dearator (DE) ... LD-28
D.17 Ketel Uap (KU) ... LD-30
D.18 Tangki Bahan Bakar (TB) ... LD-31
D.19 Pompa Screening (PU-01) ... LD-33
D.20 Pompa Sedimentasi (PU-02) ... LD-35
D.21 Pompa Alum (PU-03) ... LD-37
D.22 Pompa Soda Abu (PU-04) ... LD-39
D.23 Pompa Umpan Filtrasi (PU-05) ... LD-41
D.24 Pompa I Utiliti (PU-06) ... LD-43
D.25 Pompa kation Exchanger (PU-07) ... LD-46
D.26 Pompa Refrigerator (PU-08) ... LD-48
D.27 Pompa II Utiliti (PU-09) ... LD-50
D.28 Pompa Asam Sulfat (PU-10) ... LD-52
D.29 Pompa Anion Exchanger (PU-11) ... LD-54
D.30 Pompa NaOH (PU-12) ... LD-56
D.31 Pompa Kaporit (PU-13) ... LD-58
D.32 Pompa II Domestik (PU-14) ... LD-60
D.33 Pompa Umpan Dearator (PU-15) ... LD-63
D.35 Pompa Umpan Ketel Uap (PU-17) ... LD-67
D.36 Pompa Bahan bakar Ketel uap (PU-18) ... LD-69
D.37 Pompa Bahan bakar Generator (PU-19) ... LD-71
D.38 Pompa Dowtherm A (PU-20) ... LD-73
LAMPIRAN E ... LE-1
E.1 Modal Investasi ... LE-1
E.2 Modal Kerja ... LE-12
E.3 Biaya Produksi Total (BPT) ... LE-18
E.4 Perkiraan Rugi/Laba Usaha ... LE-24
INTISARI
Isopropylbenzene diperoleh melalui reaksi fasa gas antara Benzene dan
Propylene dengan bantuan katalis Asam pospat Kieshelgur di dalam reaktor packed
bed pada temperatur dan tekanan yang tinggi.
Pabrik pembuatan Isopropylbenzene ini direncanakan berproduksi dengan
kapasitas 2.500 ton/tahun dengan masa kerja 330 hari dalam satu tahun. Lokasi
pabrik direncanakan berdekatan dengan UP II Pertamina Dumai, Propinsi Riau,
dengan luas areal 13.430 m2. Tenaga kerja yang dibutuhkan 142 orang dengan
bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang Direktur
dengan struktur organisasi sistem garis dan staf.
Hasil analisa ekonomi pabrik pembuatan Isopropylbenzene adalah sebagai
berikut:
Modal Investasi : Rp 189.082.738.131,-
Biaya Produksi : Rp179.014.898.663,-
Hasil Penjualan : Rp 277.271.676.000,-
Laba Bersih : Rp 68.460.845.415,-
Profit Margin : 35,26 %
Break Even Point : 31,72%
Return on Investment : 36,21 %
Return on Network : 60,34 %
Pay Out Time : 2,76 tahun
Internal Rate of Return : 60,44%
Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pabrik Pembuatan
Isopropylbenzene dari Benzene dan Propylene dalam Fasa Gas ini layak untuk
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia terus mengalami
peningkatan. Dengan meningkatnya industri kimia, maka kebutuhan unsur-unsur
penunjang industri juga meningkat, termasuk bahan-bahan pembantu dan penunjang.
Kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang industri di Indonesia masih
banyak didatangkan dari luar negeri. Jika bahan baku dan penunjang ini bisa
dihasilkan sendiri di dalam negeri, tentunya dapat menghemat pengeluaran devisa,
meningkatkan ekspor, dan juga dapat meningkatkan penguasaan teknologi.
Cumene adalah nama umum untuk isopropylbenzene, merupakan senyawa
organik yang merupakan hidrokarbon aromatic. Cumene adalah cairan tidak
berwarna, mudah terbakar, dan memiliki titik didih 152°C. Hampir semua cumene
yang dihasilkan sebagai senyawa murni pada skala industri dikonversi menjadi
cumene hidroperoksida, yang merupakan intermediate dalam sintesis bahan kimia
industri penting lainnya seperti fenol dan aseton. (Anonim, 2010)
Disamping itu cumen merupakan bahan utama pembuatan fenol dan aseton.
Cumene juga merupakan produk menengah yang mempunyai peranan penting dalam
menghasilkan produk industri lain seperti : nylon, polycarbonate, epoxy, dan
lain-lain. (Vivek, 2010)
Cumene merupakan salah satu bahan kimia yang pengadaannya masih
didatangkan dari luar negeri, karena Indonesia belum mempunyai industri yang
memproduksi Cumene.(Digital Information Service, 2010)
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Indonesia
mengimpor Cumene sebesar 2.851.382 kg seharga USD 2.469.071 untuk kebutuhan
dalam negeri, dengan melihat data tabel impor Cumene Indonesia di bawah terlihat
bahwa, kebutuhan Cumene di Indonesia cenderung tetap pada kisaran 2.600 ton
pertahun dengan harga yang terus meningkat pada tahun ke tahun, walaupun
pengadaannya masih tergantung dari harga, contohnya pada tahun 2007 dengan
harga USD 155 per kilogram Cumene, impor Indonesia hanya 1 kg, apabila di
Indonesia telah berdiri sebuah Pabrik Cumene, mungkin kejadian ini tidak akan
produksinya tanpa harus menghiraukan harga dan ongkos Impor Cumene dari luar
negeri.
Hal diatas dapat menjadi pertimbangan yang cukup untuk mengkaji lebih
dalam gagasan pendirian suatu pabrik Cumene di Indonesia sebagai investasi untuk
masa depan.
Tabel 1.1 Impor Cumene Indonesia
Tahun Impor Berat (kg)
1999 3.046.752
2000 2.642.373
2001 998.046
2002 2.991.441
2003 2.932.169
2004 2.979.601
2005 2.969.535
2006 1.982.926
2007 1
2008 2.785.305
2009 2.851.382
(Badan Pusat Statistik, 2010)
1.2 Perumusan Masalah
Kebutuhan Cumene di Indonesia belum dapat terpenuhi, sehingga untuk
menanggulangi kebutuhan cumene dalam negeri serta untuk meningkatkan nilai
ekonomis dari cumene dengan biaya cukup rendah dibandingkan dengan proses lain,
maka dirasa perlu untuk membuat suatu Pra Rancangan Pabrik pembuatan cumene
dari propylen dan benzena.
1.3 Tujuan
Tujuan dari Pra Rancangan Pabrik Cumene dari Propylen dan benzena adalah
untuk mengaplikasikan Ilmu Teknik Kimia, khususnya di bidang perancangan,
analisis proses, dan operasi teknik kimia, sehingga akan memberikan gambaran
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat di ambil dari pra rancangan ini adalah tersedianya
informasi mengenai pabrik Cumene dari Propylen dan benzena sebagai intermediet
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BenzenaBenzena adalah produk minyak bumi, awalnya dibuat dari ter batubara yang
digunakan sebagai komponen dalam berbagai produk konsumen dan industri.
Benzena menjadi bahan yang sangat penting pada dunia industri di Amerika.
Benzena ditemukan oleh Faraday kemudian rumus molekulnya ditetapkan oleh
Mitscherlich sebagai C6H6. Menurut Kekule (1866) rumus bangun benzena berupa
segi enam datar dengan ikatan rangkap selang-seling, dimana jarak antar atom C
sama besar yaitu 1,39 Ao dan dengan sudut ikatan 120 o.
Gambar 2.1 Struktur Molekul Benzena
Produksi benzena secara komersial yang paling awal adalah proses
polimerisasi asetilena. Kemudian proses berkembang menjadi beberapa cara yaitu:
1. Distilasi bertingkat batubara. Pada proses ini selain benzena diperoleh pula
zat-zat lain yaitu toluena dan xilena.
2. Distilasi bertingkat residu crude oil. Pada proses ini selain benzena diperoleh
pula zat-zat lain yaitu toluena dan xilena.
3. Hidrodealkilasi toluena. Pada proses ini reaksi yang terjadi adalah :
C7H8 + H2 C6H6 + CH4 ( reaksi utama)
2 C6H6 C12H10 + H2 ( reaksi samping)
Proses ini sekarang banyak digunakan untuk pembuatan benzena karena
efisiensi proses lebih baik dan diperoleh benzena yang lebih banyak dibanding
dengan proses yang lain.
Sifat-sifat Fisika Benzena
Berat molekul ( BM ) : 78,11
Titik didih : 80,1 0C
Densitas : 0,905 gr /cm3 ( -47 0C )
Kelarutan : 1 - 5 mg / ml air
: ≥ 100 mg /ml aceton Flash point : -11 0C (12 0F )
Autoignition temperatur : 562 0C
Critical temperatur : 289,1 0C
Critical pressure : 48,9 atm
Fase : cair ( 30 0C, 1 atm )
(Wikipedia, 2010)
Sifat-sifat Kimia Benzena
a. Halogenasi
Halogenasi ini dicirikan oleh brominasi benzena dengan katalis FeBr3. Peranan
katalis ini adalah membelah ikatan Br – Br. Perhatikan reaksi halogenasi pada
benzena berikut.
b. Nitrasi
Reaksi nitrasi terjadi jika benzena diolah dengan HNO3 dengan katalis H2SO4.
Reaksi yang terjadi adalah seperti berikut.
c. Alkilasi
Alkilasi sering disebut juga dengan Friedel – Crafts. Reaksi ini menggunakan
katalis AlCl3. Reaksi ini dikembangkan oleh ahli kimia Perancis Charles
Friedel dan James Crafts. Perhatikan reaksi alkilasi 2 kloro propana dengan
d. Sulfunasi
Reaksi sulfunasi suatu benzena dengan asam sulfat berasap menghasilkan asam
benzena sulfonat. Perhatikan reaksi sulfunasi berikut.
(Anonim, 2011)
2.2 Propilena
Propilena diproduksi dari produk sampingan pemurnian minyak bumi dan
produksi etilen oleh uap retak feedstocks hidrokarbon. Turunan propilena yang
paling penting adalah polimer propilena, akrilonitril, propilena oksida, isopropanol,
dan cumene.Propilena juga terbentuk dari proses vegetasi alami, dan juga merupakan
hasil pembakaran bahan organik (asap kendaraan bermotor dan asap tembakau).
Gambar 2.2 Struktur Molekul Propylene
Sifat-sifat Fisika Propilena
Berat molekul ( BM ) : 42,08
Titik didih : - 47,7 0C
Titik lebur : -185,2 0C
Densitas : 0,609 gr /cm3 ( -47 0C )
: 500 ml /100 ml aceton
Flash point : -108 0C ( -162 0F )
Autoignition temperatur : 455 0C
Critical temperatur : 91,8 0C
Critical pressure : 45,6 atm
Fase : gas ( 30 0C, 1 atm )
(Wikipedia, 2010)
Sifat-sifat kimia Propilen
a. Alkilasi
Reaksi alkilasi terhadap benzene oleh propilen dengan adanya katalis AlCl3akan
menghasilkan suatu alkil benzene
Reaksi :
C6H6 + C3H6 C6H6CH(CH3)2
b. Khlorinasi
Alkil klorida dapat dibuat dengan cara khlorinasi dan non katalitik terhadap
propilen fase gas pada suhu 5000C dalam reaktor adiabatic. Prinsip reaksi ini
terdiri dari substitusi sebuah atom khlorinasi terhadap atom hydrogen pada
propilen.
Reaksi :
Cl2 + CH2CHCH3 CH2CHCH2Cl + HCl
2.3 Propana
Propana adalah
dalam keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi
dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan dari produk
petroleum lain pada pemrosesan
digunakan sebagai
rumah. Dijual sebagai bahan bakar, propana dikenal juga sebagai
petroleum gas - gas petroleum cair) yang dapat berupa campuran dengan sejumlah
kec
pemberi bau agar dapat digunakan sebagai deteksi jika terjadi kebocoran.
Sifat-sifat Propana
Berat molekul ( BM ) : 44,09
Titik didih : -42,2 0C
Densitas : 0,585 gr /cm3
Critical temperatur : 96,8 0C
Critical pressure : 42,5 atm
Fase : gas ( 30 0C, 1 atm )
(Wikipedia, 2010)
Sifat-sifat kimia Propana
a. Reaksi monoklorinasi propana (pengantian satu atom H oleh satu atom Cl)
Reaksi :
C3H8 + Cl2 C3H7Cl + HCl
b. Reaksi dibrominasi propana (penggantian dua atom H oleh dua atom Br)
Reaksi :
C3H8 + 2Br2 C3H6Br2 + 2HBr
(Anonim, 2011)
2.4 Isopropilbenzena (Cumene)
Cumen adalah bahan kimia murni yang dibuat dari propilen dan benzena.
Nama lain dari cumen adalah isopropylbenzena, cumol, isopropylbenzol dan
2-phenylpropane.
Cumen adalah nama umum untuk isopropylbenzene, merupakan senyawa
organik yang merupakan hidrokarbon aromatik. Ini adalah konstituen dari minyak
mentah dan bahan bakar halus. Ini adalah cairan tak berwarna yang mudah terbakar
yang memiliki titik didih 152 ° C. Hampir semua cumene yang dihasilkan sebagai
senyawa murni pada skala industri dikonversi menjadi cumene hidroperoksida, yang
merupakan intermediate dalam sintesis bahan kimia industri penting lainnya seperti
fenol dan aseton.
Sifat-sifat fisika Cumen
Berat molekul ( BM ) : 120,19
Titik didih : 152,4 0C
Titik lebur : -96,0 0C
Kelarutan : insoluble in water
Flash point : 39 0C
Critical temperatur : 358,1 0C
Critical pressure : 32,1 atm
Fase : cair ( 30 0C, 1 atm )
(Wikipedia, 2010)
Sifat-sifat kimia Cumen
Cumen dapat dioksidasi menjadi Cumen Hidroperoksida dengan udara
atmosfer atau udara yang kaya oksigen dalam satu atau beberapa oksidasinya.
Temperatur yang digunakan adalah antara 80 0C – 130 0C dengan tekanan 6
atm, serta dengan penambahan Na2CO3.
Reaksi :
C6H5CH(CH3)2→ C6H5(CH3)2→ C6H5OH + C3H6O
(Anonim, 2011)
2.5 Diisopropilbenzena (DIPB)
Diisopropilbenzena adalah cairan yang mudah menguap sehingga sangat
mungkin terhirup ataupun kontak dengan kulit manusia. diisopropilbenzena
diproduksi sebagai produk samping dari sintesis cumene.
Sifat-sifat fisika DIPB
Berat molekul ( BM ) : 162
Titik didih : 194 0C
Densitas : 0,859 gr /cm3
Critical temperatur : 4850C
Critical pressure : 21,3 atm
Fase : cair ( 30 0C, 1 atm )
(Wikipedia, 2010)
Sifat-sifat kimia DIPB
Dalam pembuatan resorcinol dengan teknologi hidroperoksida adalah dengan
mengoksidasi Diisopropilbenzen yang menghasilkan dihidroperoksida.
Reaksi :
C12H18 + O2 C18H34O5
(Anonim, 2011)
2.6 Proses Pembuatan Cumene
Proses dasar pembuatan cumen adalah propylalkylation dari benzena pada fase
cair dengan menggunakan katalis asam sulfat. Karena kompleksnya reaksi penetralan
dan banyaknya langkah recycle, maka proses ini jarang digunakan. Selanjutnya
seiring dengan perkembangan jaman, proses pembuatan cumen berkembang menjadi
beberapa proses diantaranya :
Proses Alumunium khloride
Pada proses ini reaksi pembentukan cumen berlangsung pada fase cair dengan
menggunakan katalis alumunium khloride. Proses ini sudah jarang digunakan karena
memiliki biaya produksi yg relative tinggi dan memiliki masalah dalam pembuangan
dan pengolahan limbah katalis AlCl3.
(Anonim, 2011, UOP LLC, a
Proses Catskill
Proses Catskill mengkombinasikan reaksi katalitik dan distilasi dengan
menggunakan katalis zeolit. Dari segi pengadaan katalis dan biaya prosess relative
rendah. Tapi pada proses ini sudah jarang digunakan, dikarenakan proses pada
produksi yang rumit.
(Anonim, 2011)
Proses Mobil / Badger
Proses ini merupakan reaksi katalitik fase cair dengan menggunakan katalis zeolit
serta menghasilkan produk dengan kemurnian yang tinggi, yield tinggi dengan biaya
operasi yang rendah. Dalam proses ini memiliki kendala dalam mendapatkan kataliis
zeolit (MCM-22).
(Anonim, 2011).
Proses Phosporic Acid Catalitic
Proses ini dikembangkan oleh Universal Oils Products ( UOP ), merupakan reaksi
katalitik yang berlangsung pada fase gas dengan menggunakan katalis asam phospat
kiselguhr. Untuk metode ini sangat effisien dikarenakan biaya proses yg relative
murah dan katalis mudah didapat. Prosess ini juga berlangsung dalam fasa gas,
(Setiawan, 2002)
2.7 Perbandingan dan Pemilihan Proses
Dari beberapa proses pembuatan cumen diatas, proses Phosporic Acid
Catalitic merupakan proses yang paling banyak digunakan dalam industry.
(Setiawan, 2002)
Reaksi pembentukan cumen dari benzena dan propilen dengan proses
phosporic acid catalitic adalah sebagai berikut :
C3H6 (g) + C6H6(g) C9H12(g) ….( 1 )
( Cumen )
C9H12(g) + C3H6(g) C12H18(g) ….( 2 )
( Diisopropilbenzena )
Supaya reaksi berlangsung dengan baik , maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Temperatur.
Reaksi pembentukan cumen berlangsung pada suhu > 200 0C. Suhu operasi yang
dipilih adalah 275 0C, karena pada suhu ini diperoleh konversi propylene yang
optimum yaitu 88-92 %.
Suhu reaksi dibatasi hanya sampai suhu 300 0C, karena pada suhu 300 0C katalis
asam phosphat kieselguhr akan rusak (Mimin & Sutoyo, 2002).
2. Tekanan.
Tekanan operasi berlangsung dari 13 atm – 34 atm. Untuk skala komersial dipilih
tekanan 18 atm, karena untuk selektivitas yang sama, jika dipilih tekanan yang
lebih besar, akan didapatkan keuntungan yang sedikit. Dan selektivitas yang
diperoleh tetap sama dengan tekanan operasi 18 atm. (Mimin & Sutoyo, 2002).
3. Perbandingan mol reaktan
Besarnya perbandingan mol pereaksi akan berpengaruh pada konversi propilen
dan pembentukan reaksi samping diisopropil benzena. Perbandingan mol
pereaksi benzena dengan propilen ( 5 : 1 ) akan menghasilkan konversi hingga
92 %. Perbandingan mol pereaksi yang lebih rendah ( 4 : 1 ) hanya menghasilkan
konversi sebesar 70 %, sedangkan perbandingan pereaksi diatas 5 : 1 tidak
Karena itu dalam proses ini digunakan perbandingan pereaksi benzena dengan
propilen berkisar ( 5 : 1 ).
Disamping itu, kecepatan pembentukan diisopropilbenzena ( C12H18 ) sebagai hasil
samping dibatasi + 7 % dari reaksi utama ( 1 ) agar reaksi lebih mudah berlangsung
dan dikendalikan ( Y. Mita and Kametaka, 1968 )
2.8 Deskripsi Proses
Gas propylen dari tangki (TT-101) yang mengandung sedikit propane
dipanaskan di HE (E-103) dari suhu 30 0C menjadi 265,86 0C. Setelah itu tekanan
gas dinaikkan di kompresor (JC-101) dari 7,5 atm menjadi 18 atm (sesuai dengan
tekanan operasi yg dibutuhkan). Bersamaan dengan kenaikan tekanan, suhu gas
propylene juga naik menjadi 272,04 0C.
Benzena segar ( cair ) dari tangki ( TT-102 ) dialirkan untuk dicampur dengan
benzena recycle yang mengandung sedikit cumene yang berasal dari hasil atas
menara distilasi ( MD-101. Kemudian benzena cair yang mengandung sedikit
cumene tersebut diuapkan sebagian didalam vaporizer (E-101). Benzena yang
teruapkan ( fase gas ) dinaikkan suhunya di HE (E-102) dari suhu 92,314 0C menjadi
269,473 0C. Dari HE (E-102), campuran gas tersebut dinaikkan tekanannya didalam
kompresor (JC-102) dari tekanan 1 atm menjadi 18 atm sekaligus menaikkan
suhunya dari 269,473 0C menjadi 278,77 0C.
Campuran gas benzene, cumene, propilen, propane yang kondisinya suhu
278,23 0C dan tekanan 18 atm di umpankan kedalam reaktor. Reaktor yang
digunakan adalah reakor fixed bed multitube yang bekerja secara non isothermal -
non adiabatis. Reaksi terjadi secara eksothermis didalam pipa – pipa yang berisi
katalisator asam phospat kieselguhr. Untuk menjaga agar suhu operasi tetap berada
pada kisaran 278,23 0C, maka didalam shell dialirkan pendingin Dowterm A.
Gas yang keluar reaktor berupa campuran gas hasil reaksi dan gas sisa reaktan
mempunyai kondisi suhu 278,23 0 C dan tekanan 18 atm. Selanjutnya campuran gas
tersebut diturunkan tekanannya di expansion valve ( EV-101 ) dari 18 atm menjadi 1
atm. Setelah diturunkan tekanannya, campuran gas tersebut diumpankan ke
condenser subcooler (E-104) untuk diturunkan suhunya dari 274,83 0C menjadi
60,265 0C dan sekalian merubah fasa benzene, cumene dan diisipropylbenzene dari
Setelah diembunkan, maka campuran gas dan cairan tersebut dipisahkan antara
fase cair dan fase gasnya di dalam flash drum (F-101). Propilen dan propana dalam
fase gas yang keluar dari flash drum kemudian dialirkan oleh kompresor (JC-103) ke
udara, yang kemudian dibakar . Sedangkan fase cairnya dipompa ke heater (HE-105)
untuk di naikkan suhunya hingga suhu operasi destilasi pada suhu menara distilasi
(MD-101) pada suhu 113,58 0C dan tekanan 1 atm dan kemudian dipompakan ke
menara destilasi (MD-101)
Didalam menara destilasi (MD-101) terjadi proses pemisahan menjadi hasil
atas dan hasil bawah. Hasil atas yang telah didinginkan dan dikondensasikan di
condenser subcooler (HE-107) pada suhu 81,87 0C dan tekanan 1 atm yang berupa
benzene yang mengandung sedikit cumene direcyle untuk diumpankan kembali
kedalam reactor. Sedangkan hasil bawah pada suhu 159,28 0C dan tekanan 1 atm
yang sebagian besar terdiri dari cumen di umpankan kedalam menara distilasi
(MD-102).
Didalam menara distilasi (MD-102) terjadi proses pemisahan. Hasil atas pada
suhu 156,779 0C dan tekanan 1 atm diambil sebagai produk,yang mengandung
cumen dengan kemurnian 99,20 %. Sedangkan hasil bawah pada suhu 165,102 0C
dan tekanan 1 atm yang mengandung diisopropilbenzena diambil sebagai hasil
samping.
Hasil atas menara distilasi (MD-102) selanjutnya di umpankan ke HE (E-109)
untuk diturunkan suhunya dari 156,77 0C menjadi 30 0C, kemudian dipompa untuk
disimpan di tangki penyimpan ( TT-103 ). Sedangkan hasil bawahnya diturunkan
suhunya di HE (E-111) dari 165,10 0C menjadi 30 0C, Selanjutnya hasil samping
tersebut dipompa untuk disimpan didalam tangki penyimpan (TT-104).
Hasil perhitungan neraca massa pada proses pembuatan Isopropilbenzena dari
propilen dan benzena dengan kapasitas 2.500 ton/tahun
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Waktu kerja pertahun : 330 hari
Satuan operasi : kg/jam
Kapasitas per jam : 315,6565 kg/jam
[image:36.595.69.566.148.768.2]3.1 Mixing Point I (M-101)
Tabel 3.1 Neraca Massa Mixing Point I (M-101)
Komponen
Keluar
(kg/jam) Masuk (kg/jam)
Alur 6 Alur 5 Alur 23
Benzen 1541,2196 219,7177 1321,5019
Propilen - - -
Propana - - -
Isopropilbenzen 99,0992 - 99,0992
Diisopropilbenzen - - -
Total 1640,3188 219,7177 1420,6011
1640,3188 1640,3188
3.2 Vaporizer (E-101)
Tabel 3.2 Neraca Massa Vaporizer (E-101)
Komponen
Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam) Reflux (kg/jam)
Alur 6 Alur 7 Alur 7R
Benzen 1541,2196 1541,2196 308,2439
Propilen - - -
Propana - - -
Isopropilbenzen 99,0992 99,0992 19,8198
Diisopropilbenzen - - -
3.3 Mixing Point II (M-102)
Tabel 3.3 Neraca Massa Mixing Point I (M-102)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 9 Alur 4 Alur 10
Benzen 1541,2196 - 1541,2196
Propilen - 138,5722 138,5645
Propana - 8,5799 8,5798
Isopropilbenzen 99,0992 - 99,0992
Diisopropilbenzen - - -
Total 1640,3188 147,1521 1787,4631
1787,4631 1787,4631
3.4 Reaktor (R-101)
Tabel 3.4 Neraca Massa Reaktor (R-201)
Komponen
Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam) Alur 10 Alur 11
Benzen 1541,2196 1323,7115
Propylen 138,5645 13,9422
Propana 8,5798 8,5798
Isopropilbenzen 99,0992 412,4486
Diisopropilbenzen - 28,7810
Total 1787,4631 1787,4631
3.5 Flash Drum (V-101)
Komponen
Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 13 Alur 14 Alur 16
Benzen 1323,7115 1323,7115 -
Propilen 13,9422 - 13,9422
Propana 8,5798 - 8,5798
Isopropilbenzen 412,4486 412,4486 -
Diisopropilbenzen 28,7810 28,7810 -
Total 1787,4631 1764,9411 22,522
1787,4631 1787,4631
[image:38.595.72.564.84.756.2]3.6 Reboiler (E-106)
Tabel 3.6 Neraca Massa Reboiler (E-106)
Komponen
Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 20 Alur 21 Alur 22
Benzen 12,6595 10,4557 2,2096
Propilen - - -
Propana - - -
Isopropilbenzen 1800,0084 1486,659 313,3494
Diisopropilbenzen 165,3534 136,5766 28,7810
Total 1978,0313 1633,6913 344,34
1978,0313 1978,0313
3.7 Akumulator (AC-101)
Tabel 3.7 Neraca Massa Akumulator (AC-101)
Komponen
Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 18 Alur 19 Alur 23
Benzen 1519,7185 198,2166 1321,5019
Propilen - - -
Isopropilbenzen 113,9728 14,8736 99,0992
Diisopropilbenzen - - -
Total 1633,6913 213,0902 1420,6011
1633,6913 1633,6913
[image:39.595.70.566.77.729.2]3.8 Menara Destilasi I (MD-101)
Tabel 3.8 Neraca Massa Menara Destilasi I (MD-101)
Komponen
Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 15 Alur 22 Alur 23
Benzen 1323,7115 2,2096 1321,5019
Propilen - - -
Propana - - -
Isopropilbenzen 412,4486 313,3494 99,0992
Diisopropilbenzen 28,7810 28,7810 -
Total 1764,9411 344,34 1420,6011
1764,9411 1764,9411
3.9 Reboiler (E-110)
Tabel 3.9 Neraca Massa Reboiler (E-110)
Komponen
Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 29 Alur 30 Alur 31
Benzen - - -
Propilen - - -
Propana - - -
Isopropilbenzen 3,1335 2,9040 0,2182
Diisopropilbenzen 388,5550 360,1010 28,4653
Total 391,6885 363,0050 28,6835
391,6885 391,6885
3.10 Menara Distilasi II (MD-102)
Komponen
Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 22 Alur 27 Alur 31
Benzen 2,2096 2,2096 -
Propilen - - -
Propana - - -
Isopropilbenzen 313,3494 313,1312 0,2182
Diisopropilbenzen 28,7810 0,3157 28,4653
Total 344,34 315,6565 28,6835
344,34 344,34
[image:40.595.70.572.80.690.2]3.11 Akumulator (AC-102)
Tabel 3.11 Neraca Massa pada Akumulator (AC-102)
Komponen
Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 25 Alur 26 Alur 27
Benzen 2,5411 0,3315 2,2096
Propilen - - -
Propana - - -
Isopropilbenzen 360,1008 46,9696 313,1312
Diisopropilbenzen 0,3631 0,0474 0,3157
Total 363,0050 47,3485 315,6565
363,0050 363,0050
NERACA PANAS
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Satuan operasi : kJ/jam
Temperatur referensi : 25oC = 298,15 K
Perhitungan Panas Bahan Masuk (Qin) dan keluar (Qout)
∫
= m Cp dT
Q i. i.
………...………..……….……...(4-1)
+ ∆ +
= BP
∫
∫
TBP i g vl
i l
i Cp dT H Cp dT
N Q
298
………...……...(4-2)
4.1 Kompresor (JC-101)
[image:41.595.72.567.109.754.2]Fungsi : Menaikkan tekanan Propylene dan Propana.
Tabel 4.1 Neraca Panas di Compresor (JC-101)
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 71329,7499
Q 2223,2193
Panas produk 73552,9692
Σ 73552,9692 73552,9692
4.2 Heater (E-103)
Fungsi : Menaikkan temperatur umpan Propylene dan propana sebelum
masuk ke reaktor (R–101).
Tabel 4.2 Neraca Panas di Heater (E-103)
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 1158,2143
Q 70982,2329
Panas produk 72140,4473
Σ 72140,4473 72140,4473
Fungsi : Menaikkan tekanan umpan Benzen dan IPB sebelum bercampur
[image:42.595.68.568.137.686.2]dengan umpan Propilen yang akan diumpakan ke reaktor
Tabel 4.3 Neraca Panas di Compresor (JC-102)
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 1034082,6442
Q 29671,2966
Panas produk 1063753,9408
Σ 1063753,9408 1063753,9408
4.4 Vaporizer (E-101)
Fungsi : Menguapkan umpan benzene dan isopropylbenzene
Tabel 4.4 Neraca Panas di Vaporizer (E-101)
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 146075,8157
Panas Steam 461201,1106
Panas produk 607276,9263
Σ 607276,9263 607276,9263
4.5 Heater (E-102)
Fungsi : Menaikkan temperature benzene dan IPB sebelum dicampur dengan
umpan propylene
Tabel 4.5 Neraca Panas di Heater (E-102)
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 553360,3097
Panas Steam 436492,2993
Panas produk 989852,6090
Σ 989852,6090 989852,6090
4.6 Kompresor (JC-103)
Fungsi : Menaikkan tekanan benzene dan IPB sebelum bercampur dengan
umpaan propylene
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 1448,7563
Q 151,4752
Panas produk 1297,2811
Σ 1297,2811 1297,2811
4.7 Reaktor (R-101)
[image:43.595.69.566.73.683.2]Fungsi : Tempat terjadinya reaksi pembentukan Isoprophylbenzene.
Tabel 4.7 Neraca Panas di Reaktor (R-101)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 1399334,602
Produk 1436455,026
∆HR 8,2827
Dowtherm A 37128,7075
Total 1436463,31 1436463,31
4.8 Expander (EV-101)
Fungsi : Menurunkan tekanan hasil keluaran reactor sebelum didingunkan
dan di kondensasi.
Tabel 4.8 Neraca Panas di Expander (EV-101)
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 1232158,4852
Q -11904,5855
Panas produk 1220253,8997
Σ 1220253,8997 1220253,8997
4.9 Condensor Subcooler (E-104)
Fungsi : Menurunkan temperature keluaran destilasi dan mengkondensasikan
benzene, IPB dan DIPB
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 1220253,8997
Dowtherm A -1065408,9248
Panas produk 154844,9749
Σ 154844,9749 154844,9749
4.10 Heater (E-105)
Fungsi : Menaikkan temperatur umpan destilasi hingga suhu umpan destilasi pada
[image:44.595.71.566.80.681.2]kondisi cair jenuh sebelum masuk ke Menara Destilasi (MD-101).
Tabel 4.10 Neraca Panas di Heeter (E-105)
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 153547,6938
Q 423052,3843
Panas produk 576600,0782
Σ 576600,0782 576600,0782
4.11 Menara Destilasi I (MD-101)
Fungsi : Untuk memisahkan Benzen dari campuran Isopropilbenzen dan
Diisopropilbenzen
4.11.1 Condensor Subcooler (E-107)
Tabel 4.11 Neraca Panas di Condensor Subcooler (E-107)
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 596143,0901
Air Pendingin -434923,4218
Panas produk 161219,6683
Σ 161219,6683 161219,6683
4.11.2 Reboiler (E-106)
Fungsi : Memanaskan kembali hasil bawah destilasi.
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 334397,7795
Q 760420,9008
Panas re-produk 904233,0504
Panas produk 190585,6299
Σ 1094818,68 1094818,68
4.12 Menara Destilasi II (MD-102)
Fungsi : Untuk memekatkan Isopropilbenzen.
[image:45.595.70.567.77.682.2]4.12.1 Condensor Subcooler (E-108)
Tabel 4.13 Neraca Panas di Condensor Subcooler (E-108)
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 211212,5528
Air Pendingin -115399,8068
Panas produk 95812,7459
Σ 95812,7459 95812,7459
4.12.2 Reboiler (E-110)
Fungsi : Memanaskan kembali hasil bawah destilasi.
Tabel 4.14 Neraca Panas di Reeboiler (E-110)
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 81118,8174
Steem 3888,6785
Panas re-produk 78787,3248
Panas produk 6220,1712
Σ 85007,495 85007,495
4.13 Cooler (E-109)
Fungsi : Menurunkan temperatur hasil keluaran atas destilasi MD-102
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 84292,3556
Air pendingin -81510,5875
Panas produk 2781,7682
Σ 2781,7682 2781,7682
4.14 Cooler (E-111)
Fungsi : Menurunkan temperatur hasil keluaran bawah destilasi MD-102
Tabel 4.16 Neraca Panas di Cooler (E-111)
Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Panas umpan 6220,1712
Air pendingin -6027,3611
Panas produk 192,8100
Σ 192,8100 192,8100
BAB V
5.1 Tangki Penyimpanan Propilen dan Propana (TT – 101)
Fungsi : Menyimpan gas Propilen untuk kebutuhan 10 hari
Bahan konstruksi : Low alloy steel SA-353
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas dan tutup elipsoidal
Jenis sambungan : Single welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 80,9056 m3
Kondisi operasi :
- Temperatur : 30 °C
- Tekanan : 7,5 atm
Kondisi fisik :
Silinder
- Diameter : 4,0958 m
- Tinggi : 5,4610 m
- Tebal : 1 in
Tutup
- Diameter : 4,0958 m
- Tinggi : 1,0239 m
- Tebal : 1½ in
5.2 Heater (E-103
Fungsi : Menaikkan suhu umpan propilen sebelum dicampur
dengan umpan benzen
Jenis : Double Pipe Exchanger
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 147,1443 kg/jam
Jumlah hairpin : 20 hairpin
Diameter Inner pipe : 1,38 in
Diameter Anulus : 2,067 in
5.3 Compressor (JC-101)
Jenis : Multistage reciprocating compressor
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : Carbon Steel
Tekanan masuk : 7,5 atm
Tekanan keluar : 18 atm
Kapasitas : 0,2811 m3/jam
Daya yang dihasilkan : 0,08 hp
5.4 Tangki Penyimpanan Benzene (TT-102)
Fungsi : Menyimpan Benzene murni untuk kebutuhan 10 hari
Bahan konstruksi : Low alloy steel SA-285
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup elipsoidal
Jenis sambungan : Single welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 72,4178 m3
Kondisi operasi :
- Temperatur : 30 °C
- Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik :
Silinder
- Diameter : 3,9472 m
- Tinggi : 5,2630 m
- Tebal : 0,5 in
Tutup
- Diameter : 3,9472 m
- Tinggi : 0,9868 m
- Tebal : 1½ in
5.5 Pompa Benzene (P-01)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 unit
Bahan Konstruksi : commercial steel
Kapasitas : 0,00246 ft3/s
Daya motor : 1/4 hp
5.6 Vaporizer (E-101)
Fungsi : Menguapkan umpan Benzene yang mengandung sedikit IPB
Jenis : 3 – 6 shell and tube exchanger
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1640,3188 kg/jam
Diameter tube : 1 in
Jenis tube : 12 BWG
Panjang tube : 16 ft
Pitch (PT) : 1 1/4 in square pitch
Jumlah tube : 48
Diameter shell : 13,25 in
5.7 Heater (E-102)
Fungsi : Menaikkan temperatur benzene dan IPB sebelum
diumpankan ke reaktor (R-101)
Jenis : 3 – 6 shell and tube exchanger
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1640,3188 kg/jam
Diameter tube : 1 in
Jenis tube : 8 BWG
Panjang tube : 16 ft
Pitch (PT) : 1 1/4 in square pitch
Jumlah tube : 48
Diameter shell : 13,25 in
Fungsi : Menaikkan tekanan umpan benzene sebelum bercampur
dengan umpan propilen
Jenis : Multistage reciprocating compressor
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : Carbon Steel
Tekanan masuk : 1 atm
Tekanan keluar : 18 atm
Kapasitas : 382,1 m3/jam
Daya yang dihasilkan : 81,61 hp
5.9 Reaktor (R-101)
Fungsi : Tempat berlangsungnya reaksi pembentukan
Isopropylbenzene
Jenis : Reaktor fixed bed multitubular
Type Reaktor : Reaktor Packed Bed
Bentuk : silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal
Bahan konstruksi : cabon steel SA-285 grade A
Jumlah : 1 unit
Volume reaktor : 0,3622 m3
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi:
- Temperatur masuk : 278,23 °C
- Temperatur keluar : 278,23 °C
- Tekanan operasi : 18 atm
Kondisi fisik :
- Silinder
- Diameter : 0,33 m
- Panjang : 7,2 m
- Tebal : 0,4 in
- Tutup
- Diameter : 0,33 m
- Tinggi : 0,08 m
- Tube:
- Diameter : 0,0423 m
- Panjang : 7,2 m
- Pitch : 0,0529 triangular pitch
- Jumlah : 36 tube
5.10 Ekspander (EV-101)
Fungsi : Menurunkan tekanan produk keluaran reaktor (R-101)
Jenis : sentrifugal Expander
Bahan konstruksi : carbon steel
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 52,9883 m3/jam
Daya motor : 20,6826 hp
5.11 Kondensor Sub Cooler (E-104)
Fungsi : Mengembunkan sebagian produk keluaran reaktor (R-101)
Jenis : Double Pipe Exchanger
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1787,46 kg/jam
Jumlah hairpin : 20 hairpin
Diameter Inner pipe : 2,05 in
Diameter Anulus : 3,23 in
5.12 Flash Drum (F-101)
Fungsi : Memisahkan campuran fase gas dengan fase cair
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1787,46 kg/jam
Diameter Tangki : 3,9569
Panjang kolom : 48,7156 ft
Fungsi : Mengalirkan hasil bawah flash drum untuk diumpankan ke
menara destilasi (MD-101)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 unit
Bahan Konstruksi : commercial steel
Kapasitas : 0,019 ft3/s
Daya motor : 1/4 hp
5.14 Heater (E-105)
Fungsi : Menaikkan suhu umpan destilasi sampai suhu operasi
destilasi
Jenis : 1 – 2 shell and tube exchanger
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1764,9411 kg/jam
Diameter tube : 1,25 in
Jenis tube : 18 BWG
Panjang tube : 16 ft
Pitch (PT) : 11/4 in square pitch
Jumlah tube : 40
Diameter shell : 15,25 in
5.15 Menara Destilasi I (MD-101)
Fungsi : Menghilangkan benzene dari campuran IPB dan DIPB
Bentuk : silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal
Bahan konstruksi : carbon steel SA-285 grade A
Jenis : Sieve – tray
Jumlah : 1 unit
Jumlah piring : 31 piring
Kondisi operasi :
- Temperatur : 113,58 °C
- Tekanan : 1 atm
Silinder
- Diameter : 2,6284 m
- Tinggi : 20,5142 m
- Tebal : 3,75 in
Tutup
- Diameter : 2,6284 m
- Tinggi : 0,6571 m
- Tebal : 3,75 in
5.16 Kondensor Sub Cooler (E-107)
Fungsi : Mengkondensasikan uap dari kolom destilasi (MD–101).
Jenis : 1-2 shell and tube exchanger
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1633,6913 kg/jam
Diameter tube : 1 in
Jenis tube : 10 BWG
Panjang tube : 16 ft
Pitch (PT) : 1 1/4 in square pitch
Jumlah tube : 56
Diameter shell : 13,25 in
5.17 Akumulator (AC-101)
Fungsi : Mengumpulkan destilat yang keluar dari kondensor E-107
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA –285 Grade C
Bentuk : Silinder horizontal dengan tutup ellipsoidal
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 2,0148 m3
Kondisi operasi :
- Temperatur : 81,87 °C
- Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik :
Silinder
- Tinggi : 1,5441 m
- Tebal : 1/4 in
Tutup
- Diameter : 1,1305 m
- Tinggi : 0,2826 m
- Tebal : 1/4 in
5.18 Pompa Recycle Benzene
Fungsi : Mengalirkan Benzene recycle dari menara destilasi I
(MD-101) untuk diumpankan kembali ke reaktor (R-(MD-101)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 unit
Bahan Konstruksi : commercial steel
Kapasitas : 0,00045 m3/s
Daya motor : 1/4 hp
5.19 Reboiler (E-106)
Fungsi : Menguapkan cairan dari menara destilasi I (MD-101)
Jenis : 1 – 2 shell and tube exchanger
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1978,0313 kg/jam
Diameter tube : 1 in
Jenis tube : 8 BWG
Panjang tube : 16 ft
Pitch (PT) : 1 9/16 in square pitch
Jumlah tube : 56
5.20 Pompa Umpan Destilasi II (P-05)
Fungsi : Mengalirkan hasil bawah menara destilasi I (MD-101) untuk
diumpankan ke menara destilasi II (MD-102)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 unit
Bahan Konstruksi : commercial steel
Kapasitas : 0,0039 ft3/s
Daya motor : 1/4 hp
5.21 Menara Destilasi II (MD-102)
Fungsi : Memekatkan produk utama IPB dari DIPB dan benzene
Bentuk : silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal
Bahan konstruksi : carbon steel SA-285 grade A
Jenis : Sieve – tray
Jumlah : 1 unit
Jumlah piring : 22 piring
Kondisi operasi :
- Temperatur : 159,288 °C
- Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik :
Silinder
- Diameter : 2,6284 m
- Tinggi : 13,2 m
- Tebal : 3,75 in
Tutup
- Diameter : 2,6284 m
- Tinggi : 0,6571 m
5.22 Kondensor Sub Cooler (E-108)
Fungsi : Mengkondensasikan uap dari kolom destilasi (MD–102).
Jenis : 1-2 shell and tube exchanger
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 363,0050 kg/jam
Diameter tube : 1 in
Jenis tube : 10 BWG
Panjang tube : 16 ft
Pitch (PT) : 1 1/4 in square pitch
Jumlah tube : 26
Diameter shell : 8 in
5.23 Akumulator (AC-102)
Fungsi : Mengumpulkan destilat yang keluar dari kondensor E-108
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA –285 Grade C
Bentuk : Silinder horizontal dengan tutup ellipsoidal
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 0,5052 m3
Kondisi operasi :
- Temperatur : 156,779 °C
- Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik :
Silinder
- Diameter : 0,7466 m
- Tinggi : 0,806 m
- Tebal : 1/4 in
Tutup
- Diameter : 0,7466 m
- Tinggi : 0,806 m
5.24 Pompa Refluks Kondensor (P-06)
Fungsi : Mengalirkan kondensat hasil atas menara destilasi II
(MD-102) untuk diumpankan kembali ke menara destilasi II
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 unit
Bahan Konstruksi : commercial steel
Kapasitas : 0,0041 ft3/s
Daya motor : 1/4 hp
5.25 Cooler I (E-109)
Fungsi : Mendinginkan produk IPB untuk disimpan dalam tangki
produk (TT-103)
Jenis : Double Pipe Exchanger
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 315,6565 kg/jam
Jumlah hairpin : 60 hairpin
Diameter Inner pipe : 1,38 in
Diameter Anulus : 2,067 in
5.26 Pompa Produk IPB (P-07)
Fungsi : Mengalirkan produk IPB ke tangki penyimpanan (TT-103)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 unit
Bahan Konstruksi : commercial steel
Kapasitas : 0,0035 ft3/s
Daya motor : ¼ hp
5.27 Tangki Penyimpanan IPB (TT-103)
Fungsi