• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Materi Adab Shalat Dan Dzikir Melalui Metode Group Investigation Pada Siswa Kelas VII MTs Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Materi Adab Shalat Dan Dzikir Melalui Metode Group Investigation Pada Siswa Kelas VII MTs Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018 - Test Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MATERI ADAB SHALAT

DAN DZIKIR MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII

MTs MA`ARIF ROHMATULLAH COKRO GRABAG KABUPATEN MAGELANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Di Susun Oleh:

SITI ARMAWATI

NIM: 111-14-294

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

ii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MATERI ADAB SHALAT

DAN DZIKIR MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII

MTs MA`ARIF ROHMATULLAH COKRO GRABAG KABUPATEN MAGELANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Di Susun Oleh:

SITI ARMAWATI

NIM: 111-14-294

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

“Orang yang menuntut ilmu bearti menuntut rahmat ;

orang yang menuntut ilmu bearti menjalankan rukun

Islam dan Pahala yang diberikan kepada sama dengan

para Nabi”.

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis susun dan persembahkan kepada:

1. Ayahanda M. Mualim dan Ibunda Supriyanti yang terhormat dan cintai, yang senantiasa memberikan do’a restu serta dukungan baik secara moral maupun

material terhadap keberhasilan dan kesuksesan penulis.

2. Adik-Adikku Muhammad Ali Shodikin dan Diyan Tri Wulandari yang tersayang yang selalu berpartisipasi memberikan dukungan, support dan doanya untuk

penulis.

3. Kluarga besar Embah K. H Subari dan H. Sri yang selalu memberikan semangat

dan dorongan yang luar biasa.

4. Mas Suryadi sekeluarga yang selalu memberikan dukungan dan support untuk

kesuksesan penulis.

5. Sahabat-sahabat karibku yang selalu memberikan semangat serta teman-teman seperjuangan yang senantiasa menghibur dan memberikan semangat buat penulis

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat,taufik, hidayah serta inayah-Nya yang telah diberikan kepada

hambanya yang lemah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Materi Adab Shalat Dan Dzikir

Melalui Metode Group Investigation Pada Siswa Kelas VII MTs Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018”

Shalawat beserta salam senantiasa tersanjungkan kehadirat Nabiyullah Muhammad saw. sebagai nabi akhir zaman yang mampu memberikan syafa‟atnya

kepada seluruh umatnya. Besar harapan agar dapat menjadi salah satu golongan umat beliau yang memperoleh syafa‟at agung di hari kiamat nanti. Aamiin

Dalam penulisan skripsi ini, banyak sekali berbagai cobaan, godaan dan

rintangan yang penulis hadapi. Namun berkat dorongan, bimbingan dan bantuan

berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat tersusun. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi M.Pd, Ketua Dekan Tarbiyah IAIN Salatiga.

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati M.Ag selaku Dosen Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga dan dosen pembimbing skripsi.

4. Bapak H Taryono SW selaku Kepala Sekolah MTs Ma`arif Rahmatullah Cokro yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan

(10)

x

5. Bapak Masykur, S. Pd. I Guru Mapel Akidah Akhlak yang telah membantu penulis mengadakan penelitian.

6. Seluruh siswa kelas 7 yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.

7. Seluruh Dosen IAIN Salatiga yang telah mengantarkan ilmu dan pengetahuan

yang tak terhingga nilainya kepada penulis.

8. Seluruh teman-teman yang senantiasa memberikan semangat dan motivasinya.

9. Rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan pertolongan kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini tentu masih mengandung banyak kesalahan yang

disengaja maupun tidak disengaja. Kesalahan tersebut tentu bersumber dari peneliti

sendiri. Oleh karena itu, peneliti dengan kerendahan hati memohon kritik dan saran

dari pembaca dan seluruh pihak yang berkompeten dengan skripsi ini. Peneliti

berharap sumbangsih saran dan kritik tersebut mampu membuat skripsi ini menjadi

lebih baik dan lebih sempurna.

Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini bisa memberikan sumbangan

pemikiran dalam pendidikan dan memberi kontribusi bagi para pecinta ilmu. Dan

juga penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Salatiga, 30 Juli 2018

Penulis

SITI ARMAWATI

(11)

xi ABSTRAK

Armawati, Siti. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Materi Adab Shalat Dan Dzikir Melalui Metode Group Investigation Pada Siswa Kelas VII MTs Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Siti Rukhayati, M. Ag.

Kata Kunci: hasil belajar, metode group investigation.

Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan hasil belajar Akidah Akhlak materi adab shalat dan dzikir pada siswa MTs Rahmatuallah Cokro. Pertayaan yang ingin dijawab peneliti ini adalah Apakah metode Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak materi Adab Salat dan Dzikir pada siswa kelas VII MTs Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018?.

Adapun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan adalah dokumentasi, observasi dan tes. Kemudian melaksanakan 2 kali siklus, adapun masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, kemudian masing-masing siklus setelah diadakan pembahasan dan pelaksanaannya selama proses pembelajaran, kemudian diakhiri dengan tes tertulis, kemudian nilai hasil belajar tersebut dianalisa dan direfleksi untuk mengetahui keberhasilan tujuan penelitian sesuai yang telah dirumuskan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hasil belajar Akidah Akhlak materi adab shalat dan dzikir yang selalu mengalami kenaikan baik pada siklus pertama maupun siklus kedua jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kondisi awal yaitu dengan rata-rata 71.14 dan presentase ketuntasan kondisi awal 45.71%, sedang setelah dilaksanakan tindakan pada siklus pertama mencapai nilai hasil belajar rata-rata 76.48, dari 35 siswa yang memenuhi KKM hanya 7 siswa dan presentasi ketuntasan siklus pertama 80%. Sedangkan tindakan pada siklus kedua mencapai nilai hasil belajar rata-rata 94.28 dan presentasi ketuntasannya 97.14%, dari 35 siswa yang memenuhi KKM sebanyak 34 siswa.

(12)

xii DAFTAR ISI

JUDUL... i

LOGO... ii

NOTA PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN KELULUSAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN... v A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Masalah... 7

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan... 7

E. Manfaat Penelitian... 8

F. Definisi Operasional... 9

G. Metodologi Penelitian... 12

(13)

xiii BAB II LANDASAN TEORI

A.Hasil Belajar... 17

B.Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs... 28

C.Adab Shalat dan Dzikir... 31

D.Metode Group Investigation... 35

E.Kajian Pustaka... 38

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A.Gambaran Umum MTs Ma`arif Rohmatullah Cokro... 41

1. Profil MTs Ma`arif Rohmatullah Cokro... 41

2. Visi, Misi dan Tujuan... 43

3. Data Guru dan Siswa... 45

4. Sarana Prasarana... 48

B.Subjek, Tempat, dan Waktu... 49

C.Desain Prosedur Penelitian... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian... 60

1. Pra Siklus... 60

2. Siklus I... 62

3. Siklus II... 69

B.Pembahasan Hasil Penelitian... 75

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... 77

B.Saran... 77

(14)

xiv

DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pencapaian Ketuntasan Belajar Siswa

Tabel 3.1. Data Guru dan Karyawan

Tabel 3.2. Data Siswa Kelas VII B MTs Rohmatullah Cokro Tahun 2017/2018

Tabel 3.3 Data Bangunan Gedung

Tabel 4.1. Nilai Pra Siklus

Tabel 4.2 Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa pada Siklus I

Tabel 4.3 Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa pada Siklus II

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Siklis PTK

Gambar 2. Tes Hasil Belajar Mudjijo

Gambar 3. Model Penelitian Tindakan Kelas oleh Kemmis dan Taggart

Gambar 1.1 Lembar Observasi Guru siklus I

Gambar 1.2. Lembar Observasi Siswa siklus I

Gambar 1.3. Lembar Observasi Guru siklus II

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 2. RPP Siklus I dan II

Lampiran 3. Soal Evaluasi Siklus I

Lampiran 4. Soal Evaluasi Siklus II

Lampiran 5. Nilai Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan II

Lampiran 6. Lembar Observasi Guru

Lampiran 7. Lembar Observasi Siswa

Lampiran 8. Foto Kegiatan Pembelajaran

Lampiran 9. Lembar Konsultasi

Lampiran 10. Pembimbing Skripsi

Lampiran 11. Lembar SKK

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat diartikan sebagai proses dengan metode-metode tertentu

sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku

yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, dalam UU No.20 Tahun 2003

sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah, disebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”(Muhibbin Syah, 2008: 9).

Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi penerus yang

berkualitas. Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan

mengumpulakn sejumlah pengetahuan. Sementara itu tradisi modern, belajar

adalah setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai hasil latihan

dan pengalaman.

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat

penting untuk menjamin kelangsungan hidup bernegara dan berbangsa, karena

dengan adanya pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas

sumber daya manusia (SDM). Maka pendidikan bukan sebagai sarana saja tetapi

sekaligus untuk menyiapkan generasi masa depan yang lebih kreatif. Melalui

upaya ini mutu pendidikan sangat diharapkan dapat berubah melalui proses belajar

mengajar. Belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara

(18)

2

Namun berdasarkan kenyataan yang ada khususnya kualitas siswa berupa

kemampuan akademik masih rendah, belum cukup memadai untuk mencapai

tujuan yang dimaksud. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang

masih kurang memuaskan. Hal ini juga terjadi pada mata pelajaran Akidah

Akhlak. Oleh karena itu, peningkatan hasil belajar Akidah Akhlak di MTs

Rahmatullah Cokro Grabak Kab Magelang pada siswa-siswa kls VII merupakan

salah satu persoalan penting yang harus menjadi fokus perhatian bagi guru untuk

segera diupayakan solusinya.

Keberhasilan belajar siswa tidak terlepas dari peran serta guru untuk

merangsang minat dan motivasi siswa agar senantiasa belajar dengan baik dan

bersemangat, sebab dengan suasana yang seperti ini akan berdampak positif dalam

pencapaian hasil belajar yang optimal. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai

kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan metode mengajar yang tepat

agar interaksi guru dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran terjalin dengan

baik. Dari hasil observasi awal di MTs Rahmatullah Cokro Grabak Kab Magelang

pada siswa-siswa kls VII dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak metode yang

digunakan adalah metode ceramah.

Dengan menggunakan metode ceramah, pembelajaran hanya terpusat pada

guru, sementara keterlibatan siswa kurang memadai. sementara dengan

menggunakan metode diskusi kelompok, sebagian besar siswa terlihat kurang

antusias, daya kreativitasnya rendah, dan siswa bersikap acuh tak acuh, hanya

sebagian saja siswa yang terlibat secara aktif dalam diskusi, sehingga suasana

proses pembelajaran di kelas tidak berjalan optimal.

Dengan menggunakan metode diskusi kelompok pada saat pembelajaran

(19)

3

sebagian siswa tidak terlibat aktif dalam pelajaran Aqidah Akhlak. Kebiasaan

bersikap pasif dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar

siswa merasa malu, atau takut untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang

kurang dipahami, atau pun juga menyampaikan pendapat berkaitan dengan materi

yang sedang dipelajari. Suasana belajar di kelas hanya didominasi oleh beberapa

orang siswa yang memiliki kemampuan intelektual yang lebih menonjol. Menurut

keterangan guru Aqidah Akhlak kelas VII, akibat dari sikap siswa tersebut, maka

hasil belajarnya pun kurang memuaskan, dalam arti tidak memenuhi kriteria

ketuntasan yang ditetapkan sekolah.

Untuk mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang dapat mendorong

pengembangan potensi siswa secara komprehensif pada mata pelajaran Aqidah

Akhlak yang kemudian dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka sesuai

dengan hasil diskusi saya sebagai penulis, Kepala Sekolah, dan Guru mata

pelajaran Aqidah Akhlak, sepakat untuk solusi permasalahan pembelajaran

Aqidah Akhlak kelas VII adalah dengan menerapkan metode pembelajaran

kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif dimaksudkan agar siswa benar-benar

menerima ilmu dari pengalaman belajar bersama teman-temannya, baik yang

sudah dikatakan cakap, maupun yang masih dikatakan lemah dalam memahami

konsep atau materi pelajaran. Salah satu ciri dalam pembelajaran kooperatif

adalah adanya pembagian kelompok belajar yang diarahkan untuk mencapai

keberhasilan dalam menguasai suatu konsep yang dipelajari. Selain itu, Laurel

Robertson, Dkk mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Shlomo Sharan,

bahwa pembelajaran kooperatif menawarkan kesempatan kepada semua anggota

(20)

4

Melalui metode pembelajaran kooperatif siswa diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan berpikir dan motivasi dalam belajar Aqidah Akhlak

materi Adab Salat dan dzikir. Pembelajaran kooperatif merupakan metode

pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang

tingkat kemampuannya berbeda dalam menyelasaikan tugas kelompoknya. Setiap

siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi. Saat ini sudah banyak tipe model pembelajaran kooperatif

yang telah diterapkan di kelas-kelas dalam upaya untuk meningkatkan hasil

belajar Akidah Akhlak, salah satu di antaranya adalah metode Group Investigation.

Metode Group Investigation dipilih atas dasar pemikiran bahwa komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil

terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, di mana pertukaran informasi

dan pengetahuan di antara anggota kelompok dan teman sekelas dan sikap-sikap

kooperatif bisa terus dibangun (Robert E. Slavin, 2005: 215).

Dalam metode Group Investigation siswa dilibatkan dalam perencanaan, baik topik yang dipelajari, maupun bagaimana jalannya penyelidikan kelompok.

Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada

pembelajaran dengan pendekatan yang lebih terpusat pada guru.

The Network Scientific Inquiri Resourses And Connections dalam Aunurrahman melalui pembahasannya menekankan tentang eksistensi Group Investigation sebagai berikut:

“eksistensi investigasi kelompok sebagai wahana untuk mendorong dan membimbing keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran. Sebagaimana diketahui bahwa keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat esensial karena siswa adalah

(21)

5

Oleh sebab itu, kebermaknaan pembelajaran sesungguhnya akan sangat

tergantung pada bagaimana kebutuhan-kebutuhan siswa dalam memperoleh dan

mengembangkan pengetahuan, nilai-nilai, serta pengalaman mereka dapat

terpenuhi secara optimal melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Keaktivan siswa dalam Group Investigation ini diwujudkan dalam aktivitas saling bertukar pikiran melalui komunikasi yang terbuka dan bebas serta kebersamaan

mulai dari kegiatan merencanakan sampai pada pelaksanaan pemilihan topik-topik

investigasi. Kondisi ini akan memberikan dorongan yang besar bagi siswa untuk

belajar menghargai pemikiran-pemikiran dan kemampuan orang lain serta saling

melengkapi pengetahuan dan pengalaman-pengalaman masing-masing.

Berdasarkan pelaksanaan observasi awal yang telah dilaksanakan di MTs

Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang sebagai obyek penelitian

diperoleh identifikasi masalah yang meliputi kondisi peserta didik, kondisi guru

dan kondisi pembelajaran sebagai berikut:

a. Kondisi peserta didik

1) Rata-rata hasil belajar peserta didik secara klasikal masih dibawah

KKM yaitu 70.

2) Peserta didik cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran.

b. Kondisi guru

Kesulitan dalam mengkomunikasikan peserta didik sebagai bentuk

pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan.

c. Kondisi pembelajaran

1) Penggunaan metode pembelajaran yang kurang mengaktifkan peserta

(22)

6

2) Interaksi pembelajaran cenderung searah dan dominasi pembelajaran

dipegang oleh guru.

3) Perlunya pengembangan model pembelajaran yang mampu melibatkan

aktivitas dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Berdasarkan hal tersebut penulis menggunakan metode Grup Investigation untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan.

Dari identifikasi masalah pada pembelajaran Akidah Akhlak materi Adab

Salat dan dzikir penulis menganalisa serta merumuskan masalah yang ditemukan

dalam pembelajaran Akidah Akhlak ini adalah:

a. Dalam mengajar guru terlalu banyak melakukan metode ceramah, yang

berakibat siswa banyak yang mengantuk dan bercerita dengan

temannya.

b. Guru kurang maksimal dalam menggunakan media pembelajaran.

Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas dapat dianalisa

penyebabnya dan dicarikan pemecahnya sebagai berikut: pentingnya guru

memberikan variasi pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan Metode

Group Investigation Pada Siswa Kelas VII MTs Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018.

Berdasarkan penjelasan di atas, alasan dipilihnya metode Group Investigation dengan materi Adab Salat dan Dzikir adalah karena selama proses pembelajaran

berlangsung, siswa di bentuk kelompok untuk berpartisipasi dan aktivitas mencari

sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan

yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui

(23)

7

ia pelajari dalam kehidupan sehari-hari dengan selalu memperhatikan adab-adab

tersebut.

Berdasarkan hasil observasi di MTs Rahmatullah Cokro Grabak Kab Magelang maka penulis merencanakan penelitian dengan judul “Peningkatan

Hasil Belajar Aqidah Akhlak Materi Adab Shalat Dan Dzikir Melalui Metode

Group Investigation Pada Siswa Kelas VII MTs Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “apakah metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar

Aqidah Akhlak materi Adab Salat dan Dzikir pada siswa kelas VII MTs

Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018 ?”

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar Aqidah Akhlak materi Adab Shalat Dan

Dzikir melalui metode Group Investigation Pada Siswa Kelas VII MTs Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018. D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah tindakan yang diduga dapat memecahkan masalah

penelitian yang ingin diatasi. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

“Jika metode Group Investigation digunakan dengan baik pada mata pelajaran

Akidah Akhlak materi Adab Salat dan Dzikir dapat meningkatan hasil belajar

pada siswa kelas VII MTs Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang

(24)

8 2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah: “Adanya

peningkatan hasil belajar siswa kelas VII MTs Rohmatullah Cokro, setelah

diterapkannya metode Group Investigation pada pembelajaran Akidah Akhlak

materi Adab Salat dan Dzikir”. 85% siswa mencapai nilai KKM yaitu 70.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini tentunya akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis, manfaat tersebut antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Memperkuat teori-teori tentang hasil belajar peserta didik

menggunakan penerapan metode Group Investigation (GI). 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa:

1) Siswa lebih terampil dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan

dengan materi pelajaran Aqidah Akhlak sehingga hasil belajarnya

meningkat.

2) Siswa dapat memperoleh pengalaman baru dalam proses belajar

mengajar dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

3) Terbentuknya sikap kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan

suatu masalah.

4) Terbangun sikap saling membantu di antara sesama siswa untuk

memiliki pemahaman tentang materi yang dipelajari.

b. Bagi guru, memiliki keterampilan/metode baru untuk meningkatkan

(25)

9

c. Bagi sekolah, dengan berhasilnya penelitian ini menjadi motivasi bagi

guru-guru lain untuk memperbaiki model pembelajaran yang selama

ini mereka terapkan.

F. Definisi Operasional

Untuk menyamakan pemahaman serta dalam rangka menghindari kekeliruan

dan salah persepsi terhadap istilah-istilah yang digunakan sebagai variabel dari

penelitian ini, maka perlu dijelaskan maksud dari variabel-variabel tersebut, yaitu

sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan pembelajaran. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari

seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan

perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau

kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa

yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan

pembelajaran atau tujuan instruksional (Asep Jihad, 2008: 14)

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuankemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalamanpengalaman

belajarnya (Nana Sudjana, 2009: 22). Menurut Muhibin Syah hasil belajar

adalah Perubahan sebagai akibat pengalaman belajar dan proses belajar

siswa (Muhibin syah, 2009: 214).

Dari teori yang dikemukakan para ahli tentang hasil belajar tersebut di

atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang dapat dicapai oleh siswa setelah diadakan proses

(26)

10

tertentu pula sebagai akibat pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang

telah disusun dalam indikator pembelajaran.

2. Mapel Akidah Akhlak

Mapel akidah akhlak adalah Secara etimologi (bahasa) akidah berasal

dari kata “aqada-ya’qidu-aqdani”, berarti ikatan perjanjian., sangkutan

dan kokoh. Disebut demikian karena dia mengikat dan menjadi sangkutan

atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah

iman atau keyakinan. Menurut istilah (terminologi) akidah adalah

dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang

bersumber dari ajaran islam yang wajib dipegang sebagai sumber

keyakinan yang mengikat (Muhammad Daud Ali, 2000: 199).

Akidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan

Agama Islam yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah. Akidah akhlak

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah dan

merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan

sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan,

pengalaman, dan pembiasaan.

3. Adab Salat dan Dzikir

Shalat adalah ibadah wajib bagi setiap muslim yang sudah baligh dan berakal sehat. Shalat pada hakikatnya adalah bentuk komunikasi antara

seorang hamba dengan Allah Swt. Akan tetapi, banyak orang kurang bisa

menikmati ibadah shalat. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal, di

antaranya adalah karena ia menganggap shalat hanyalah rutinitas belaka,

(27)

11

Kurang afdhal apabila orang yang melaksanakan shalat, usai salam ia

langsung berdiri pulang tanpa berzikir. Sehingga ba'da shalatpun seseorang

dianjurkan berzikir. Zikir menurut bahasa berarti ingat. Dalam hal ini yang

dimaksud adalah mengingat Allah dengan cara memperbanyak

mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah sesuai dengan yang diajarkan

oleh rasulullah, para sahabat, dan orang-orang yang soleh sebelum kita

(Kementrian Agama, 2014: 49-50).

4. Metode Group investigation

Metode Group investigation adalah salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas

siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan

dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran

atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk

mempelajarinya melalui investigasi. strategi ini menuntut para siswa untuk

memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam

keterampilan proses kelompok.

Dalam metode pembelajaran Group Investigation, interaksi social menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang

baru. Dimana dalam pembelajaran ini memberi kebebasan kepada

pembelajar untuk berpikir secara analitis, kreatif, reflektif, dan produktif

(Hamzah B. Uno, 2009: 224).

Dalam penjelasan di atas bahwa metode Group Investigation adalah dalam investigasi kelompok siswa diberikan tanggung jawab terhadap

(28)

12

kelompok. Dimana dalam pembelajaran Group Investigation menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi

(informasi) pelajaran yang akan dipelajari.

G. Metodologi Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang peneliti laksanakan merupakan jenis penelitian

tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Penelitian tindakan kelas

adalah Sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku

tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari

tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, memperbaiki

kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan, serta dilakukan

secara kolaboratif.

Setelah penyebab masalah ditemukan, peneliti melakukan tindakan

yang dianggap mampu memecahkan masalah tersebut. Pada akhir tindakan

dilakukan refleksi tentang keberhasilan dan kegagalan tindakan terhadap

pemecahan masalah.

Model PTK yang peneliti pergunakan adalah model Kemmis & Mc

Taggart. Model tersebut merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin.

Pada model Kurt Lewin terdapat empat komponen yang terpisah yaitu:

perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi atau reflecting (Arikunto, 2010). Model Kemmis & McTaggart menganggap tahapan tindakan dan pengamatan merupakan satu kesatuan.

Pada saat tindakan dilakukan, pada saat itu pula kegiatan pengamatan dimulai

(29)

13 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas VII

MTs Rohmatullah Cokro Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran

2017/2018. Jumlah siswa adalah 35 orang dengan perincian 15 laki-laki dan

20 perempuan.

3. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan.

Satu siklus kegiatan terdiri dari: perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta

refleksi. Siklus pertama dimulai dengan melakukan perencanaan.

4. Tehnik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Dokumentasi berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku

daftar kelas, buku daftar nilai, buku daftar hadir siswa dan catatan

pembelajaran selama proses KBM.

b. Observasi

Observasi digunakan untuk melakukan pengamatan keaktifan siswa

pada kegiatan pembelajaran. Lembar observasi keaktifan siswa mengamati

5 aspek yang mencerminkan keaktifan, kepandaian mengungkapkan

pendapat, keseriusan dalam pembelajaran, tertib dalam pembelajaran, serta

kebenaran konsep dalam proses pembelajaran. Setiap item diberikan skor.

c. Soal

Instrumen soal yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Instrumen ini memiliki jumlah soal 10 soal dengan kriteria skor terdiri.

Siswa dinyatakan berprestasi apabila mencapai nilai kriteria ketuntasan

(30)

14 5. Instrumen Penelitian

Dalam pengumpulan data tentang materi Adab Salat dan Adab Dzikir,

peneliti menggunakan alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data

yakni :

a. Butir soal tes kognitif

b. Kamera

c. Buku induk siswa

d. Buku LKS

e. Buku paket.

f. Analisis Data

Arikunto (1998) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan

analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan

rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian

atau desain yang diambil. Terkait hal itu maka, data dianalisis menggunakan

teknik analisis kuantitatif. Teknik kuantitatif menggunakan statistik deskriptif

sederhana dalam perhitungan prestasi belajar siswa.

Untuk menilai hasil tes digunakan rumus:

Skor = B × 100

N

Keterangan:

B = Banyaknya butir yang dijawab benar

(31)

15

Gambar 1. Siklus PTK

(32)

16 H. Sistematika Penulisana

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini maka secara keseluruhan

sistematika penulisan skripsi disususun menjadi tiga bagian yaitu:

a. Bagian awal

Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan, halaman

pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar

lampiran, abstrak.

b. Bagian inti

Bagian ini terdiri dari lima bab yaitu:

Bab I, pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotensis tindakan dan indikator keberhasilan,

manfaat penelitian, kajian pustaka, definisi operasional, metode penelitian

dan sistematika penulisan.

Bab II, kajian pustaka, berisi tentang hasil belajar, mata pelajaran

Akidah Akhlak, Adab Shalat dan dzikir, metode Group investigation. Bab III, pelaksanaan penelitian berisi deskripsi pelaksanaan siklus I,

deskripsi pelaksanaan siklus II.

Bab IV, hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang deskripsi setiap

siklus, dan pembahasan

Bab V, penutup berisi tentang kesimpulan mengenai hasil penelitian

dan saran

c. Bagian Akhir

(33)

17 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja,

yang kemudian dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan,

yang keadaannya berbeda dari peubahan yang ditimbulkan oleh lainnya (Abd.

Rachman Abror, 1993: 66).

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotor (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 13).

Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses yang berlangsung

secara progresif dalam mengadaptasi atau menyesuaikan tingkah laku dengan

tuntutan lingkungan (Wahab Jufri, 2013: 38).

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata

yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.

Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut kunandar yakni “kemampuan siswa dalam

memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu

kompetensi dasar, hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan,

(34)

18

Winkel menyatakan “bahwa, hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”

(Purwanto, 2007: 102).

Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan hanya ditentukan oleh

sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar

ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.

Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif,

menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar

para siswa berada pada tingkat optimal (Oemar Hamalik, 2002: 36).

Dengan demikian dalam diri setiap individu yang belajar akan terjadi

perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kognitif, afektif, dan

psikomotorik yang merupakan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat

Bloom mengatakan bahwa:

Hasil Belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

a. Domain kognitif mencangkup:

1) Knowledge (pengetahuan, ingatan);

2) Comprehension(pemahaman, menjelaskan, meringkas,contoh); 3) Application (menerapkan);

4) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan);

5) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru);

6) Evaluating (menilai). b. Domain Afektif mencakup:

(35)

19

2) Responding (memberikan respons); 3) Valuing (nilai);

4) Keterampilan produktif, teknik fisik, sosial, manajerial, dan

intelektual (Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, 2011:

23-24).

Namun dalam lapangan proses belajar mengajar, umumnya yang

digunakan oleh guru adalah ranah kognitif, karena ranah kognitif berkaitan

dengan kemampuan siswa dalam menguasai bahan pelajaran.

Apabila setelah proses belajar mengajar dikatakan ada hasilnya setelah

belajar, maka dalam diri siswa merasakan paham mengenai materi yang telah

diajarkan dan membuat siswa percaya diri serta adanya kepuasan.

Jadi siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila didalam diri siswa

tersebut telah terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik dari sebelum ia

mengalami proses belajar. Sehingga siswa lebih mampu menghadapi dan

mengatasi masalahnya serta dapat menyesuaikan diri dengan keadaan

lingkungan.

3. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar tingkat kelas adalah penilaian yang di lakukan

(36)

20

hakikatnya merupakan suatu kegiatan hasil belajar akan memberikan pengaruh

dalam dua bentuk: (1) peserta didik akan mempunyai persepektif terhadap

kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang di inginkan; (2) mereka

mendapat bahwa perilaku yang di inginkan itu telah meningkat setahap atau

dua tahap sehingga timbul lagi kesengajaan antara penampilan perilaku

sekarang dengan perilaku yang di inginkan. Kesinambungan tersebut

merupakan perubahan dinamika proses belajar sepanjang hayat dan

pendidikan yang berkesinambungan (E. Mulyasa, 2009: 208).

Keberhasilan pembelajaran banyak dipengaruhi beberapa faktor. Salah

satunya adalah faktor guru dapat melaksanakan pembelajaran. Untuk itu,

dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus berpijak pada prinsip-prinsip

tertentu. Dimyati dan Mudjino ada tujuan prinsip belajar, yaitu: “perhatian dan

motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan,

tantangan dan penguatan, dan perbedaan individual (Zainul Arifin, 2010: 249).

E. Mulyasa mengungkapkan evaluasi belajar secara teratur bukan

hanya ditunjukkan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan

peserta didik, tetapi yang terpenting adalah memanfaatkan hasilnya untuk

memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran. Sistem evaluasi

harus memberikan umpan balik kepada guru untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik. Oleh karena itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam

rangka meningkatkan mutu peserta didik dan mutu sekolah secara keseluruhan

(E. Mulyasa: 102).

Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan hanya ditentukan oleh

sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar

(37)

21

Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif,

menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar

para siswa berada pada tingkatan optimal (Oemar Hamalik: 36).

4. Penilaian Kognitif

Pengertian penialain kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan

mental (otak) menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak

adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan

kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mesintesis, dan kemampuan

mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang yang

paling tinggi.

5. Teknik Penilaian Kognitif

Teknik penilaian kognitif ada enam jenjang yaitu :

a. Remember (mengingat), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain

sebagainya.

b. Understand (memahami/mengerti), pada tahap ini kategori pamahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan,

informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri, pada tahap ini

peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang

telah didengar dengan kata-kata sendiri.

(38)

22

situasi yang baru, serta memecahkan berbagai maslah yang timbul dalam

kehidupan sehari-hari.

d. Analyze (menganalisis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponenkomponen atau elemen suatu

fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotensa atau kesimpulan, dan memeriksa

setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi,

dalam tingkatan ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan

diantara berbagai gagasan tersebut dengan cara membandingkan gagasan

tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.

e. Evaluate (evaluasi), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu

gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.

f. Create (menciptakan), menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya.

Tipe hasil belajar kognitif yang terakhir adalah evaluasi. Dengan

kemampuan evaluasi, testee di minta untuk membuat suatu penilaian tentang

suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya. Berdasarkan suatu kinerja

tertentu. Kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasannya, cara

bekerjanya, cara pemecahannya, metodenya, materinya, atau lainnya

(Ngalimin Purwanto, 2000: 47).

a. Definisi Tes

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam

bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan

logamlogam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah

(39)

23 1) Tes

(Sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam

bahasa Indonesia ditulis dengan test), adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan

aturan-aturan yang telah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini

tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya:

melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban,

menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan

tugas menjawab secara lisan dan sebagainya.

2) Testing

Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilakukan.

Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes.

3) Testee

(Dalam istilah Indonesia tercoba), adalah responden

yang sedang mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang

akan dimulai atau diukur, baik mengenai kemampuan,

minat, bakat, pencapaian, dan sebagainya.

4) Tester

(Dalam istilah Indonesia: pencoba), adalah orang yang

diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para

responden. Dengan kata lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh objek

evaluasi untuk melaksanakan tugasnya) (Suharsimi

(40)

24

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran,

yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek.

Dalam proses penilain hasil belajar, pengukuran mempunyai

peranan yang sangat penting, yakni untuk mendapatkan data dan

informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian yang bersangkutan.

Dengan demikian, pengukuran dengan sifatnya yang lebih objektif,

dapat mendukung objektivitas suatu proses penilaian hasil belajar.

Secara lengkap di gambarkan bagan penilaian sebagai berikut:

Gambar 2. Tes Hasil Belajar (Mudjijo, 1995: 27).

b. Bentuk-bentuk Tes

1) Tes Subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian)

2) Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang

memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian

katakata. Ciri-ciri pertanyaan didahului dengan kata-kata

seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan,

simpulkan, dan sebagainya.

3) Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya

dapat dilakukan secara objektif. Hal ini di maksud untuk

(41)

25 c. Macam-macam Tes Objektif

1) Tes Benar-salah (true false)

Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statment). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang

yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing

pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu

betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika

pernyataan huruf itu salah.

2) Tes pilihan ganda (multi choice test)

Multi choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap.

Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa

kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau multipe choice test terdiri atas bagian keterangan (caption section) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (options) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor). 3) Menjodohkan (matching test)

Matching test dapat diganti dengan istilah memperbandingkan, mencocokkaan, memasangkan, atau

menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai

jawaban yang tercantum dalam seri jawaban.tugas murid ialah

mencari dan menempatkan jawaban, sehingga sesuai atau

(42)

26

4) Tes isian (completion test)

Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes penyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagianya yang

dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus di isi

oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta

dari murid.

6. Cara pengelolahan nilai kognitif

Penilaian merupakan sebuah proses. Dalam sebuah penilaian

pembelajaran harus dilakukan beberapa tahap menuju penilaian. Tahap sebuah

penilaian meliputi tahap berikut:

a. Perencanaan, yang berisi kegiatan-kegiatan perumusan tujuan penilaian,

penetapan aspek-aspek yang akan dinilai, penentuan metode penilaian yang

akan digunakan, dan menentukan frekuensi pelaksanaan penilaian.

b. Pengumpulan data yang berupa kegiatan-kegiatan pelaksanaan penelitiian,

pemeriksaan, hasil penelitian atau lembar tugas dan pemeriksaan skor.

c. Pengelolahan data hasil pengolahan yang mungkin dilakukan dengan teknik

statistik atau nonstatistik tergantung jenis data yang di peroleh kuantitatif

atau kualitatif.

d. Penafsiran terhadap hasil kegiatan pengelolahan data dengan mendasarkan

diri pada norma tertentu.

e. Penggunaan hasil penilaian yang telah selesai diolah dan di tafsirkan sesuai

(43)

27

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan

menjadi tiga macam, yaitu :

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan kondisi

jasmani dan rohani. Faktor internal dibagi menjadi tiga, yakni:

1) Aspek fisiologis, terdiri dari tonus (tegangan otot) yang menandaitingkat

kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

2) Aspek psikologis, terdiri dari tingkat kecerdasan, sikap, minat, bakat,

dan motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan

disekitar siswa, aspek ini meliputi:

1) Lingkungan sosial, terdiri dari keluarga, guru, masyarakat, dan teman.

2) Lingkungan non sosial, terdiri dari rumah, sekolah, peralatan dan alam.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learnig), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi startegi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran. Aspek ini dibedakan menjadi:

1) Pendekatan tingkat tinggi, terdiri dari speculative dan achieving. 2) Pendekatan tingkat menengah, terdiri dari analytical dan deef.

3) Pendekatan tingkat rendah, terdiri dari reproductive dan surface (Muhibbin Syah, 2014: 141).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi bagaimana seorang pelajar untuk belajar. Faktor pertama yang

mempengaruhi hasil belajar seseorang adalah keadaan didalam diri pelajar.

(44)

28

fisiologis. Faktor ini biasanya berasal dari keadaan jasmani dan fungsi jasmani

seseorang. Misal ketika seseorang sedang sakit, maka belajarnya pun akan

kurang maksimal. Keadaan kedua adalah factor psikologis atau bisa kita sebut

faktor rohani seseorang. Ketika seseorang sedang banyak masalah

dikeluarganya dan banyak pikiran, hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap

kegiatan belajarnya.

Faktor kedua yaitu berasal dari keadaan luar diri pelajar. Keadaan dari

luar dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor pertama adalahnon social yang

berasal dari faktor non manusia misal lokasi belajar, keadaan cuaca, udara,

waktu, dan bisa juga alat-alat yang digunakan untuk belajar. Faktor kedua

adalah faktor sosial atau bisa disebut juga faktor manusia dilingkungannya.

Bisa dicontohkan dengan ketika seorang pelajar sedang belajar dikelas,

teman-teman yang lain sedang asik membuat kegaduhan dan keributan, ini sangat

mengganggu dia.

B. Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs. 1. PengertianPembelajaran Aqidah Akhlak

Pembelajaran Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan

mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia

dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Dalam kehidupan

masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pembelajaran itu juga

diarahkan pada peneguhan aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta

saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan

(45)

29

Pembelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian

integral dari pembelajaran Agama, memang bukan satu-satunya faktor yang

menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Tetapi

secara substansial mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq memiliki kontribusi

dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan

nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan Akhlaqul Karimah dalam kehidupan seharihari.

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.

a. Fungsi Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.

Mata pelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah berfungsi untuk :

1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.

2) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta

akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan

lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

3) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial

melalui Aqidah Akhlak.

4) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik

dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan

sehari-hari.

5) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau

dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari.

6) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak,

(46)

30

7) Penyaluran peserta didik untuk mendalami Aqidah Akhlak pada

jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Wahid Ahmadi, 2004: 13).

Berdasarkan beberapa fungsi pembelajaran aqidah akhlak di atas maka

penulis berpendapat bahwa pembelajaran/belajar aqidah akhlak berfungsi

untuk memberikan kemampuan dan keterampilan dasar kepada peserta

didikuntuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman khususnya

dibidang etika keagamaan secara Islami dan nilai-nilai keteladanan dalam

kehidupan seharihari dalam membentuk tingkah laku mengarahkan

individu kearah yang lebih baik supaya individu tersebut berusaha

menjauhkan diri dari pengaruh sifat negatif.

b. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.

Pembelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya

yang terpuji melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang aqidah

dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus

berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannnya kepada

Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi (H. A Wahid, 2008: 3).

Berdasarkan hal di atas penulis berpendapat bahwa dalam tujuan

pendidikan akhlak, segala sesuatu yang dilakukan seseorang dengan

sengaja pasti mengandung tujuan tertentu demikian pula dengan

pendidikan Akhlak. Pembelajaran Aqidah dan Akhlak memiliki tujuan

(47)

31

pada umumnya, sebab apa yang ingin dicapai dalam pendidikan akhlak

tidak beda dengan tujuan pendidikan Islam. Maka tujuan dari

pembelajaran akhlak dalam Islam adalah untuk membimbing dan

menuntun anak agar hidup dan bergaul di sekolah, keluarga dan di

masyarakat dengan baik, sesuai dengan norma norma yang berlaku,

berakhlak mulia dalam rangka mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan

akhirat yakni menjadi seorang muslim yang bertaqwa serta berakhlak

mulia dalam mengamalkan ajaran agama.

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs.

Cakupan kurikulum Pembelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah

Tsanawiyah meliputi:

a. Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat Wajib, Mustahil dan

Jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan

Mu’jizat- Nya dan Hari Akhir.

b. Aspek akhlaq terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf,

ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan

bermusyawarah.

c. Aspek akhlaq tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah dan

ghibah (Departemen Agama RI, 2004: 222).

Dengan demikian dapat diketahui bahwa pemerintah telah

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

yang bertujuan untuk menjadikan peserta didik menjadi manusia yang

(48)

32 C. Adab Shalat Dan Dzikir

1. Adab Shalat

Shalat adalah ibadah wajib bagi setiap muslim yang sudah baligh dan berakal sehat. Shalat pada hakikatnya adalah bentuk komunikasi antara

seorang hamba dengan Allah Swt. Akan tetapi, banyak orang kurang bisa

menikmati ibadah shalat. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal, di antaranya

adalah karena ia menganggap shalat hanyalah rutinitas belaka, sehingga

shalatnya tidak berdampak apa-apa dalam kehidupannya. Padahal Allah

berfirman bahwa dengan shalat yang khusyu’ maka seseorang akan bisa terhindar dari berbuat kekejian dan kemunkaran. Sehingga di antara masalah

bangsa ini adalah banyak orang yang shalat, tapi sebagian mereka ada yang

melakukan korupsi. Naudzu Billahi. Lalu kita perlu bertanya; Ada apa dengan shalatnya? Bagaimanakah shalatnya?

Marilah kita agungkan ibadah shalat ini dengan cara memperhatikan

adab-adabnya, yaitu:

a. Menjaga waktu dan batas-batasnya.

Ketika waktu shalat masuk, bersegera menunaikannya dengan

penuh semangat saat kewajiban itu tiba. Nabi bersabda pada Bilal:

“Wahai Bilal, hiburlah kami dengan shalat!“ (Maksudnya: beradzanlah lalu kita melaksanakan shalat dan menikmati shalat).

Allah berfirman yang artinya: "Maka celaka bagi orang-orang yang shalat. Yaitu orang yang shalat mereka lupa diri". Para ulama mengatakan lupa dalam ayat ini terutama adalah masalah

(49)

33

b. Demikian pula tempat shalat dan sujud, kita rapikan dan bersihkan

dari najis-najis yang ada, singkirkan gambar, tulisan atau apa saja

yang mengganggu kekhusyu’an shalat.

c. Memakai pakaian kita yang terbaik, saat panggilan shalat telah

tiba, rapi, santun, baik, harum semerbak (bagi laki-laki) dan

menutup aurat secara sempurna. Allah amat senang kalau

perintahnya kita amalkan dengan suka cita. Allah memerintahkan

dalam Al-Quran:

ُكَتَنيِز اوُذُخ َمَدآ يِنَب اَي دِجْسَم ِّلُك َدْنِع ْم

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)

masjid, …”.{QS. al-A’raf 7: 31}.

Memakai pakaian terbaik saat shalat merupakan tanda dan

wujud syukur seseorang akan nikmat Allah Swt. yang dikaruniakan

padanya.

d. Menyesal serta bersedih, jika tidak dapat menunaikan dan

menikmati shalat dengan baik dan sempurna. Di antara inti shalat

adalah berzikir di dalam shalat. Allah berfirman pada Nabi Dawud:

“Dan dengan berzikir padaKu, hendaklah mereka merasa ni’mat”.

Allah berfirman: “dan sungguh, zikir pada Allah-lah yang

terbesar”. Maksudnya adalah kita diharapkan menikmati zikir atau

bacaan-bacaan shalat kita, sehingga berpengaruh pada hati nurani

dan amal perbuatan sehari-hari.

(50)

34

shalatlah seakan-akan ini adalah shalat kalian yang terakhir di

dunia.

2. Adab Berzikir

Kurang afdhal apabila orang yang melaksanakan shalat, usai salam ia langsung berdiri pulang tanpa berzikir. Sehingga ba'da shalatpun seseorang dianjurkan berzikir. Zikir menurut bahasa berarti ingat. Dalam hal ini yang

dimaksud adalah mengingat Allah dengan cara memperbanyak mengucapkan

kalimat-kalimat thayyibah sesuai dengan yang diajarkan oleh rasulullah, para sahabat, dan orang-orang yang soleh sebelum kita.

Allah Swt. berfirman dalam surah al-A’raf ayat 205:

ِم ْنُكَت َلََو ِلاَص ْلْاَو ِّوُدُغْلاِب ِلْوَقْلا َنِم ِرْهَجْلا َنوُدَو ًةَفيِخَو اًعُّرَضَت َكِسْفَن يِف َكَّبَر ْرُكْذاَو ْلا َن

َنيِلِفاَغ

“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” (Q.S. al-A’raf [7]:205).

Ayat di atas, maka kita akan paham bahwa zikir adalah suatu yang

diperintahkan oleh Allah sesering mungkin. Kita sebagai seorang Muslim

tentunya tidak asing lagi dengan zikir. Hanya saja,terkadang kita tidak

memperhatikan adab/cara berzikir. Sehingga tidak jarang zikir yang kita

lakukan tidak berbekas sama sekali terhadap kehidupan kita. Padahal minimal,

zikir bisa menentramkan hati pelakunya, sebagaimana firman Allah yang

(51)

35

Ikhlas dalam berzikir mengharap ridha Allah, membersihkan amal dari

campuran dengan sesuatu. Menghadirkan makna zikir dalam hati, sesuai

dengan tingkatannya dalam musyahadah.

1) Berzikir dengan zikir dan wirid yang telah dicontohkan Rasulullah, karena

zikir adalah ibadah. Membaca Al-Quran dengan niat berzikir juga

dianjurkan.

2) Mencoba memahami maknanya dan khusu’ dalam melakukannya.

3) Duduk disuatu tempat atau ruangan yang suci seperti duduk dalam shalat

juga dianjurkan.

4) Mewangikan pakaian dan tempat dengan minyak wangi, pakaian yang

bersih dan halal.

5) Memilih tempat yang agak sunyi, boleh memejamkan dua mata, karena

dengan mata terpejam itu, tertutup jalan-jalan panca indra lahir, sehingga

mengakibatkan terbukanya panca indra pada hati (Kementerian Agama,

2014: 49-50).

D. Metode Group Investigation

1. Pengertian Metode Pembelajaran Group Investigation

Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk

mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui

bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat

mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

strategi ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

(52)

36

Dalam metode pembelajaran Group Investigation, interaksi social menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang

baru. Dimana dalam pembelajaran ini memberi kebebasan kepada pembelajar

untuk berpikir secara analitis, kreatif, reflektif, dan produktif (Hamzah B.

Uno, 2009: 224).

Menurut Sharan metode Group Investigation lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa dari pada menerapkan tehnik-tehnik pengajaran di

ruang kelas. Dalam metode Group Investigation siswa diberi kontrol dan pilihan penuh dan merencanakan apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi.

Menurut Rusman, Mafun menjelaskan bahwa metode Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa, baik secara

perorangan maupun kelompok (Dr. Rusman M. Pd, 2010: 222).

Dalam penjelasan di atas bahwa metode Group Investigation adalah dalam investigasi kelompok siswa diberikan tanggung jawab terhadap

pekerjaan mereka, baik secara individu, berpasangan maupun dalam

kelompok. Dimana dalam pembelajaran Group Investigation menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)

pelajaran yang akan dipelajari.

2. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Group Investigation a. Mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok

1) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik,

dan mengategorikan saran-saran.

2) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik

(53)

37

3) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi

pengaturan.

b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari

Para siswa merencanakan bersama mengenai:

1) Apa yang akan kita pelajari?

2) Bagaimana kita mempelajarinya?

3) Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)

4) Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?

c. Melaksanakan investigasi

1) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat

kesimpulan

2) Setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang

dilakukan kelompoknya

3) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan

mensintensis semua gagasan.

d. Menyiapkan laporan akhir

1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari pembahasan

mereka

2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka

3) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk

mengkoordinasi rencana-rencana presentasi

e. Mempresentasikan laporan akhir

(54)

38

2) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengara secara

aktif

3) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan

presentasi berdasarkan kriteria yang telah di tentukan seluruhnya oleh

anggota kelas.

f. Evaluasi

1) Para siswa saling memberi umpan balik mengenai topik tersebut

2) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa

3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling

tinggi (Robert E. Slavin, 2005: 218).

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Group Investigation

Penulis menambahkan kekurangan dan kelebihan strategi pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation adalah sebagai berikut: a. Kelebihan :

1) Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir

mandiri, analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif

2) Dapat melatih siswa untuk mengembangkan sikap saling

memahami dan menghormati (demokrasi)

3) Dapat melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik

dalam berkomunikasi

4) Dapat menumbuhkan sikap saling bekerjasama antar siswa

b. Kelemahan:

1) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga

dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang

(55)

39

2) Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa

yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai

3) Dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang relatif lama.

4) Sulit diterapkan apabila siswa tidak memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik.

E. Kajian Pustaka

Beberapa pendapat tentang hasil penelitian dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, dari penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai literatur dalam menyusun penelitian ini, diantaranya;

Pertama, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigation Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V SD. Semarang: IKIP PGRI Aribowo, N.(2013:64) : “terdapat pengaruh pada

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap

terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V SD. Hal ini

terlihat dari hasil belajar yang dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen setelah mendapat perlakuan, didapatkan hasil rata-rata nilai posttest

pada kelompok kontrol sebesar 73,5 dan kelompok eksperimen sebesar 83,5.

diketahui bahwa ada perbedaan antara hasil belajar kelompok kontrol dengan

kelompok eksperimen, hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada

kelompok kontrol”.

Gambar

Gambar 1. Siklus PTK
Gambar 2. Tes Hasil Belajar (Mudjijo, 1995: 27).
Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan
Tabel 3.2 Data Siswa Kelas VII B MTs Rohmatullah Cokro Tahun 2017/2018
+7

Referensi

Dokumen terkait