i
ENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK
MATERI
HUSNUZHAN, TAWADHU’, TASAMUH
DAN
TA’AWUN
MELALUI MODEL
LEARNING CYCLE
PADA
SISWA KELAS VIII C
MTs NEGERI 1 WINDUSARI KABUPATEN MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nurul Uma
NIM: 111-14-072
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK
MATERI
HUSNUZHAN, TAWADHU’, TASAMUH
DAN
TA’AWUN
MELALUI MODEL
LEARNING CYCLE
PADA
SISWA KELAS VIII C
MTs NEGERI 1 WINDUSARI KABUPATEN MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nurul Uma
NIM: 111-14-072
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Nurul Uma
NIM : 111-14-072
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk dipublikasikan oleh perpustakaan
vii
MOTTO
اَّنلِل ْمُهُعَفْنَأ ِساَّنِلا َرْيَخَو ، ُفِّلؤُي َلََو ، ُفِلْأَي َلَ ْنَمْيِف َرْيَخ َلََو ، ُفَلَؤُيَو ُفَّلَأُي ُنِمؤُمْلَا
ِس
“Orang beriman itu bersikap ramah, dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang
tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,
karya skripsi ini penulis susun dan persembahkan kepada:
1. Keluargaku ayah dan ibu tercinta, bapak Amar dan Ibu Istiqomah yang selalu
memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku 2. Kakakku Mas Khanif, Mas Furqon, Mas Budi dan Mbak Aniroh yang
tersayang dan selalu berpartisipasi memberikan dukungan, support dan
doanya untukku
3. Sahabatku Edy Winasis yang selalu memberikan dukungan, semangat,
motivasi, dan doanya dalam menempuh gelar sarjana ini
4. Dosen Pembimbing Skripsiku, Bp. Dr. Fatchurrahman, S.Ag., M.Pd. yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran
selama proses skripsi ini
5. Keluarga Rumah Tahfidz Darul „Ilmi Salatiga, Mbak Maryam, Dek Dyah,
Mbak Yuli, Mbak Alif, Mbk Vina, Mbak rina, Dek Kholis, Dek Zizah, Dek Lala yang selalu memberikan dukungan dan semangat
6. Tim KKN posko Ngeles 2018 Mbak Erna, Mbak cilvi, Mbak Iin, Adekku
Dea dan Rifai yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan doanya dalam menempuh gelar sarjana ini
7. Tim PPL MTs Tarqiyyatul Himmah Pabelan 2017 Mb Amin, Mba Dyan, Mba Ina, Rista, Suryanti, Arif, Budi dan Ulin.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayahNya yang telah diberikan
kepada hambanya yang lemah ini, sehingga penulis dapa menyelsaikan skripsi yang berjudul “PENINGKATAH HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK
MATERI HUSNUZHAN, TAWADHU’, TASAMUH DAN TA’AWUN MELALUI
MODEL LEARNING CYCLE PADA SISWA KELAS VIII C MTs NEGERI 1
WINDUSARI KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018”
Shalawat serta salam senantiasa tersanjungkan kehadirat nabiyullah Muhammad SAW, sebagai nabi akhir zaman yang mampu memberikan syafaatnya kepda seluruh umatnya. Besar harapan agar menjadi salah satu golongan umat beliau yang memperoleh syafa‟at agung dihari kiamat nanti. Aamiin.
Dalam penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan
motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khusunya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, S.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati M.Ag., selaku dosen ketua jurusan PAI IAIN Salatiga 4. Bapak Dr. Fatchurrahman, S.Ag., M.Pd selaku pembimbing skripsi yang
x
5. Ibu Khusniati Marzuqoh, S.Ag selaku guru Aqidah Akhlak Mts Negeri 1 Windusari
6. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang telah mengantarkan ilmu dan pengetahuan yang tak terhingga kepada penulis
7. Seluruh teman-teman yang senantiasa memberikan semangat dan motivasinya 8. Rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang telah memberikan pertolongan kepada penulis
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tentu masih mengandung banyak kesalahan yang tidak disengaja. Kesalahan tersebut tentu bersumber dari penulis
sendiri. Oleh karena itu, peneliti dengan kerendahan hati memohon kritik dan saran dari pembaca dan seluruh pihak yang berkompeten dalam skripsi ini. Peneliti berharap sumbangsi saran dan kritik tersebut mampu membuat skrpsi ini
menjadi lebih baik. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 10 Maret 2018 Penulis
xi
ABSTRAK
Uma, Nurul. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Husnuzhan, Tawadhu’, Tasamuh dan Ta’awun Melalui Model Learning Cycle pada Siswa Kelas VIII C MTs Negeri 1 Windusari Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembiming: Dr. Fatchurrahman, S.Ag., M.Pd.
Kata Kunci:, Aqidah Akhlak, Hasil Belajar, Model Learning Cycle
Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Windusari Kabupaten Magelang menunjukan adanya kendala, salah satunya adalah rendahnya hasil belajar peserta didik. skripsi ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Materi Husnuzhan, Tawadhu’, Tasamuh dan Ta’awun di kelas VIII C Semester 2 MTs Negeri 1 Windusari Tahun pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII C Semester 2 MTs Negeri 1 windusari yang berjumlah 30 siswa. Penelitian dilakukan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi, observasi dan tes tertulis. Analisis data menggunakan teknik analisis kuantitatif.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO...vii
PERSEMBAHAN ...viii
KATA PENGANTAR ...ix
ABSTRAK ...xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...xvii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ...6
C. Tujuan Penelitian ...6
D. Manfaat Penelitian...6
E. Hipotesis...8
xiii
G. Definisi Operasional...9
H. Metode Penelitian...13
1. Rancangan Penelitian ...13
2. Subyek Penelitian ...15
3. Lokasi Penelitian...16
4. Waktu Penelitian...16
5. Langkah-langkah Penelitian ...16
6. Instrumen Penelitian ...17
5. Teknik Pengumpulan Data ...18
6. Analisis Data ...19
I. Sistematika Penulisan ...20
BAB II Landasan Teori ...22
A.Kajian Teori...22
1. Definisi Peningkatan Hasil Belajar ...22
a. Definisi Belajar...22
b. Ciri-ciri Belajar...23
c. Hasil Belajar...24
d. Bentuk-bentuk Hasil Belajar...24
e. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Hasil...27
2. Aqidah Akhlak ...29
a. Pengertian Aqidah Akhlak...29
b. Fungsi MAPEL Aqidah Akhlak...31
xiv
d. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak MTs...32
B. Materi Husnuzhan, Tawadhu’, Tasamuh dan Ta’awun...33
1. Husnuzhan ...33
a. Pengertian Husnuzhan... ...33
b.Hukum dan Bentuk Husnuzhan...34
c. Dampak Sifat Husnuzhan...35
2. Tawadhu’ ...36
a. PengertianTawadhu’…...36
b.Hukum dan BentukTawadhu’…...36
c. Dampak Sifat Tawadhu’...37
3. Tasamuh ...37
a. Pengertian Tasamuh... ...37
b.Hukum dan Bentuk Tasamuh...38
c. Dampak Sifat Tasamuh...38
4.Ta’awun ...38
a. PengertianTa’awun...38
b.Hukum dan BentukTa’awun...39
c. Dampak SifatTa’awun...39
C. Model Learning Cycle...39
1. Pengertian Model Learning Cycle ...39
2. Fase Pembelajaran Model Learning Cycle ... 42
3. Penerapan Model Learning Cycle di Kelas ...44
xv
D. Kajian Pustaka...49
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ...53
A. Deskripsi Awal ...53
1. Gambaran Umum MTs N 1 Windusari...53
2. Visi dan Misi Madrasah ...53
3. Tenaga Pendidik ...54
4. Peserta Didik...56
5. Pelaksanaan Penelitian...57
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ...58
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ...63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...67
A. Hasil Observasi Awal ...67
B. Hasil Pelaksanaan Setiap Siklus ...69
1. Siklus I ...69
2. Siklus II ...79
C. Pembahasan Hasil Penelitian ...88
BAB V PENUTUP ...92
A. Kesimpulan ...92
B. Saran-Saran ...93
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Sintak Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle... 44
Tabel 1.2 Daftar Guru dan Staf MTs Negeri 1 Windusari...54
Tabel 1.3 Daftar Peserta Didik Kelas VIII C...56
Tabel 2.1 Daftar Nilai Peserta Didik Kelas VIII C Pra Siklus... 68
Tabel 2.2 Daftar Nilai Peserta Didik Siklus I...70
Tabel 2.3 Aktifitas peserta didik selama proses KBM...72
Tabel 3.1 Aktivitas Guru Selama Proses KBM Siklus I...74
Tabel 3.2 Daftar nilai peserta didik Siklus II... 79
Tabel3.3 Daftar Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II...81
Tabel4.1 Aktivitas Peserta Didik Siklus II...82
Tabel 4.2 Aktivitas pembelajaran Guru Siklus II...84
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitia...15
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I dan Siklus II Lampiran 2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Lampiran 3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Lampiran 4. Lembar Pengamatan Guru Siklus I
Lampiran 5 Lembar Pengamatan Guru Siklus II
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 8 Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 11 Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 12. Nilai SKK Mahasiswa
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diberikan kepada dirinya, masyarakat, dan bangsa.
Sistem pendidikan di Indonesia merupakan salah satu wahana
pembentukan kepribadian dan pengembangan potensi siswa menuju arah yang lebih baik. Dengan adanya pendidikan diharapkan mampu membantu
siswa dalam mengembangkan 3 aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap) dan aspek psikomotorik (keterampilan). Aspek- aspek ini dikembangkan kemudian dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari dengan berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Kaitannya dengan pendidikan, pemerintah telah mentapkan tujuan
pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang Undang RI tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional
2
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Undang-undang RI No.2 Tahun 2003 SISDIKNAS 2006 :5)
Zuhairini (1993:10) berpendapat bahwa pendidikan sangatlah
menetukan masa depan suatu bangsa karena ditangan merekalah masa depan bangsa dipercayakan. Salah satunya yaiu dengan melaui pendidikan
agama yang mana pendidikan agama adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis membantu peserta didik agar mereka hidup sesuai dengan
ajaran agama Islam.
Pendidikan umum yang ada di Indonesia sejajar dengan pendidikan agama, namun dengan tujuan yang berbeda. Pendidikan Islam bertujuan
untuk membentuk pribadi muslim denagn membangun ketaqawaan dan meningkatkan keimanan serta mendidik anak menjadi muslim yang
beramal sholeh, berpengetahuan, terampil yang berlandaskan pada ajaran agama Islam serta demi keselamatan dunia dan akhirat.
Tujuan pembelajaran yang utama adalah membekali peserta didik
dengan kemampuan. Atas dasar inilah diperlukan model pembelajaran yang dapat menciptakan kegiatan pembelajaran menjadi lebih aktif dan
menarik.
Namun realitanya saat ini, masih banyak dijumpai guru belum dapat menerapkan pembelajaran yang dengan efektif. Guru masih lebih
3
apa adanya yang disampaikan oleh guru. Kegiatan duduk, mendengarkan, mencatat dan menghafal masih banyak dijumpai dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.
Dalam kegiatan pembelajaran harusnya ada interaksi dan
komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik. Seiring dengan perkembangan zaman, proses pembelajaran saat ini memerlukan sebuah strategi atau model belajar mengajar baru yang lebih menekankan pada
partisipasi siswa.
Menurut Istarani (2012:22) Model pembelajaran adalah seluruh
rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung dalam proses belajar
mengajar
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam membina
peserta didik. Tidak hanya pandai dalam mentransfer ilmu pengetahuan, namun juga harus mampu menghubungkan antara ilmu pengetahuan yang disampaikan dengan keadaan lingkungan yang aktual atau keadaan psikis
peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, guru akan menjumpai berbagai permasalahn. Baik permasalahan siswa, metode
pembelajaran, permasalahan akademis atau permasalahan non akademis lainnya. Semua permasalahan tersebut tentunya akan berdampak langsung
4
dalam menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut. Permasalahan permasalah tersebut salah satunya dijumpai pada mata pelajaran aqidah
akhlak Madrasah Tsanawiyah.
Pembelajaran aqidah akhlak di jenjang Madrasah Tsanawiyah
memiliki arti yang sangat penting yaitu untuk memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada peserta didik akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah laku.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 14 Februari 2018 di MTs Negeri 1 Windusari terhadap mata pelajaran aqidah
akhlak, ternyata masih banyak siswa yang kurang paham akan materi tersebut. Hal ini dibuktikan dari nilai hasil belajar siswa kelas VIII C, sebanyak 30 anak dalam 1 kelas, hanya 10 anak yang mencapai KKM dan
20 anak masih dibawah KKM atau 33,3% telah lulus KKM sedangkan 66,7% belum mencapai KKM. Selain itu, dari pengamatan peneliti sendiri
tentang perilaku keseharian mereka dalam berinteraksi sehari hari, di lingkungan sekolah mereka bersama teman lainnya masih menunjukan perilaku yang belum sesuai dengan syariat Islam. Secara umum, faktor
yang menyebabkan masih rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran aqidah akhlak adalah masih banyak guru yang menggunakan pendekatan
tradisional dalam pembelajaran aqidah akhlak, sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep aqidah akhlak yang sedang
5
Salah satu solusi untuk mengatasi faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model learning cycle sebagai
upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran aqidah akhlak materi aqidah Islam. Learning cycle merupakan salah satu
model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivitasme. Model learning cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science
Curriculum Improvement Study/SCIS. Merupakan salah satu model
pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1. Eksplorasi (exploration); 2. Pengenalan konsep
(concept intrduction); dan 3. Penerapan konsep (concept application).Pada proses selanjutnya, tiga tahap tersebut mengalami pengembangan.
Menurut Wena (2011: 170), tiga siklus tersebut saat ini
dikembangkan menjadi lima tahap, yang terdiri dari : 1. Pembangkitan Minat (Engagement); 2. Eksplorasi (Exploration); 3. Penjelasan
(Explanation); 4. Elaborasi (Elaboration); dan 5. Evaluasi (Evaluation). Pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa khususnya pada penerapan model ini diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi
dapat berperan aktif untuk menggali, menganilisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari sehingga hasil belajar
siswa pun dapat meningkat.
Untuk memahami persoalan di atas, maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan Hasil
6
Tasamuh dan Ta’awun melaui Model Learning Cycle pada siswa kelas
VIII C di MTs Negeri 1 Windusari Kabupaten Magelang Tahun Pelajaram 2017/2018”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah melalui Model
Learning Cycle dapat Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Husnuzhan, Tawadhu’, Tasamuh danTa’awun Model pada siswa kelas VIII C di MTs Negeri 1 Windusari Kabupaten Magelang
Tahun pelajaran 2017/2018?” C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah melalui model learning cycle dapat meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak Materi Husnuzhan, Tawadhu’, Tasamuh dan Ta’awun pada siswa kelas VIII C di MTs Negeri 1 Windusari Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2017/2018”
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dari segi teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan teori
pembelajaran khususnya dalam penggunaan model learning cycle yang dilakukan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas
7
pelajaran 2017/2018 dan juga dapat digunakan pada mata pelajaran yang lain.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Guru
Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi oleh guru dan menambah wawasan serta keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. b. Manfaat bagi Siswa
1) Siswa memperoleh pelajaran aqidah akhlak yang lebih menarik, menyenangkan, dan memungkinkan dirinya untuk
memahami materi aqidah akhlak sehingga dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas
mandiri dan kelompok yang terstruktur dan yang tidak terstruktur.
3) Meningkatkan keberanian siswa mengungkapkan pendapat,
ide, pertanyaan, dan saran. c. Manfaat bagi Sekolah
1) Menciptakan rasa saling membantu dan kerjasama dengan lembaga lain sehingga suasana intensif tersebut menjadi
8
2) Dapat mengangkat nama baik sekolah tersebut karena dapat mengembangkan metode pembelajaran yang tepat dan
meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan.
3) Membantu sekolah tersebut berkembang dikarenakan adanya guru-guru yang profesional dan mempunyai kompetensi yang memadai.
d. Manfaat bagi Pendidikan
1) Dapat menemukan kekurangan dan kelebihan dalam
pembelajaran sehingga dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan pada akhirnya hasil belajar siswa akan meningkat.
2) Dunia pendidikan akan semakin maju karena guru semakin profesional dan kreatif dalam meningkatkan pembelajaran.
E. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah model learning cycle dapat meningkatkan hasil belajar aqidah akhlak materi husnuzhan, tawadhu’, tasamuh dan ta’awun melaui model learning cycle pada kelas
VIII C di MTs Negeri 1 Windusari Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2017/2018”
F. Indikator Keberhasilan
9
dan dapat mecapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 secara individu dan mencapai ketuntasan Klasikal Nasional minimal 85% secara
setelah diterapkannya model pembelajaran Learning Cycle pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Husnuzhan, Tawadhu’, Tasamuh dan Ta’awun.
G. Definisi Operasional 1. Hasil Belajar
Hasil adalah suatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha (KBBI, 2007: 39). Menurut Nawawi dalam susanto (2013: 5),
bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dimyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran
tertentu. Hasil belajar diukur melalui bagaimana proses itu dilakukan apakah sesuai dengan prosedur atau kaidah yang benar, bukan pada
produk saat itu. 2. Aqidah Akhlak
Peraturan Menteri Agama No 912 tahun 2013 tentang standar isi
pendidikan agama Islam dan bahasa arab di Madrasah Tsanawiyah mendefinisikan bahwasannya aqidah akhlak merupakan salah satu
mata pelajaran pendidikan agama Islam yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan
10
Jadi pelajaran aqidah akhlak Madrasah Tsanawiyah adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang pokok pokok keimanan dan juga
pengenalan dan pembiasaan akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
3. Materi Husnuzhan, Tawadhu’, Tasamuh dan Ta’awun
Husnudzan menurut bahasa adalah berbaik sangka. Sedangkan menurut istilah adalah berbaik sangka terhadap apa yang terjadi atau
dilakukan orang lain. Orang yang mempunyai sifat husnudzan selalu memandang orang lain dengan kacamata kebaikan. Maka orang yang
selalu ber-husnudzan akan lebih tenang dalam menjalani hidup. Jika seseorang berbuat baik kepadanya, maka ia akan sangat berterimakasih atas kebaikannya dan berusaha membalas kebaikan itu. Namun, jika ada
orang yang berbuat tidak baik maka ia tidak akan membalas dengan hal-hal yang tidak baik pula. Akan tetapi dia akan mencari sisi baiknya dan
selalu mengintropeksi dirinya sendiri.
Sedangkan tawadhu’ adalah rendah hati atau tidak sombong. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang
didapatnya bersumber dari Allah Swt. Dengan keyakinannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikit pun dalam hatinya kesombongan dan
merasa lebih baik dari orang lain. Tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah hati dan selalu
11
Adapun tasamuh menurut istilah adalah ”sama-sama berlaku baik, lemah lembut dan pemaaf. Dalam pengertian istilahnya, tasamuh adalah ”sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana terdapat rasa saling
menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang digariskan
oleh ajaran Islam”. Sikap tasamuh perlu dibangun dalan diri setiap individu agar tidak terjadi benturan antara keinginan dan kepentingan antar sesama manusia. Dengan tasamuh dapat menjauhkan diri dari sifat
kesombongan dan keangkuhan.
Adapun ta`aawun adalah tolong-menolong antar sesama umat
manusia dalam hal kebaikan, supaya saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan bersama
(Kementrian Agama, 2015:103-104).
4. Model Pembelajaran Learning Cycle
Karplus dan Their dalam Renner dalam Agus Suprijono (2016:
219) mengemukakan bahwa model pembelajaran learning cycle atau siklus belajar adalah model pembelajaran berpusat pada peserta didik. model pembelajaran ini pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus.
Model pembelajaran siklus berorientasi pada teori Piaget, teori pembelajaran kognitif dan aplikasi model pembelajaran konstruktivis.
Pendekatan kontruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses
12
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Trianto (2007:28)
mengemukakan bahwa guru dapat memberikan kemudahan dalam proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan secara sadar menggunkan model mereka sendiri untuk belajar. Pembelajaran model bersiklus ini terdiri atas 5 fase, yaitu enggagment, exploration, explanation,
elaboration/extention dan evaluation.
Menurut Trianto (2007:62) kelebihan model pembelajaran learning
cycle adalah sebagai berikut
a. Meningkatkan motivasi belajar karena pembelajaran dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
b. Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti oleh orang lain
c. Siswa mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil dan berguna, kreatif, tanggumg jawab, mengaktualisasikan dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi
d. Pembelajaran menjadi lebih bermakna
Sedangkan kelemahan model pembelajaran ini adalah sebagai
berikut:
a. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
13
b. Menurut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
c. Memerlukan pengelolaan kelas yang terencana dan terorganisasi d. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam
menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran H. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang istilah dalam bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action
Research (CAR) dan di Indonesia dikenal dengan sebutan PTK.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tetapi selama PTK ini terjadi kesalahpahaman tentang PTK khususnya pada istilah “kelas” dan
“tindakan”.
Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik belajar mengajar, memperbaiki
pemahaman dari praktik mengajar, serta memperbaiki situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilakukan.
Kemmis dan MC Taggart (1998) dikutip dalam buku Ridwan Abdullah Sani dan Sudiran (2016: 22) membagi PTK menjadi 4 tahap:
14
Merupakan rancangan tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap
sebagai usulan solusi permasalahan. Rencana dibuat setelah melakukan analisis permasalahan dan menemukan penyebab atau
akar permasalahan. b. Tindakan
Merupakan apa yang dilakukan oleh guru sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan merupakan implementasi dari rencana yang telah
disusun c. Observasi
Merupakan kegiatan pengamatan atas tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Pada umumnya observasi dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar sedang
berlangsung. d. Refleksi
Merupakan kegiatan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
proses yang dilakukan dalam kaitannya dengan hasil atau dampak dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dapat melakukan
perbaikan terhadap rencana awal.
Penerapan PTK dalam penelitian ini didasarkan pada temuan
15
rendah dan adanya keinginan guru untuk memperbaiki tingkat keberhasilan belajar siswa dengan kegiatan penelitian. Penelitian
tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus menerus. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara
berkesinambungan dimana setiap siklus mencerminkan peningkatan atau perbaikan dari siklus sebelumnya yang menjadi patokan untuk siklus selanjutnya. Sehingga diperoleh model pembelajaran yang
baik. Apabila digambarkan alur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Adapun skema berdasarkan penjelasan di atas adalah sebagai berikut
2. Subjek Penelitian
Perencanaan
Pelaksanaan SIKLUS I
Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
16
Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII C MTs Negeri 1 Windusari yang berjumlah 30 siswa yang semuanya adalah perempuan.
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian di MTs Negeri 1 Windusari, Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang di kelas VIII C
4. Waktu Penelitian
a. Pada tanggal 14 februari 2018 pelaksanaan observasi pra siklus b. Pada tanggal 21 februari 2018 pelaksanaan siklus I
c. Pada tanggal 28 februari 2018 pelaksanaan siklus II 5. Langkah-langkah Penelitian
Menurut Arikunto dalam Suyadi (2010: 50) mengemukakan bahwa
dalam penelitian tindakan kelas(PTK) terdiri dari empat tahapan, meliputi: perencanaan (Planning), Pelaksanaan Tindakan (Action),
Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflection). Adapun langkah-langkah penelitian sbagai berikut a. Perencanaan Tindakan
1) Merencanakan pembelajaran berdasarkan waktu yang tersedia 2) Menetapkan kelas penelitian yaitu kelas VIII C
3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
4) Menetapkan model pembelajaran yaitu model pembelajaran
yaitu learning cycle
17 6) Membuat lembar observasi b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (penerapan model learning Cycle) dan
kegiatan penutup. c. Observasi
Observasi tindakan kelas merupakan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti untuk menggali data yang dilakukan dengan cara mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Peneliti bertindak sebagai pengamat dengan mengacu pada lembar observasi yang telah disiapkan.
d. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi
atas pelaksanaan tindakan. Analisis dan refleksi dilakukan untuk memaknai hasil temuan pada pelaksanaan tindakan dan menentukan tingkat keberhasilan tindakan dalam menyelesaikan masalah
penelitian 6. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah :
18
b. Soal tes tertulis, digunakan untuk memperolehkan data kuantitatif berupa nilai yang menggambarkan pencapaian target kompetensi
dalam mata pelajaran Aqidah akhlak materi aqidah Islam
c. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dapat membantu
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang akan peneliti kumpulkan dalam teknik dokumentasi adalah RPP, nilai siswa sebelum penerapan model learning cycle, dan foto atau
gambar selama proses belajar mengajar berlangsung sebagai tanda bukti konkret dalam pelaksanaan penelitian.
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitiantindakan kelas ini adalah :
a. Observasi, peneliti melakukan pengamatan selama proses penelitian tindakan kelas dilakukan.
b. Tes tertulis, tes ini dilakukan terhadap siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak dan untuk memperolehkan data kuantitatif dari siswa dalam materi Aqidah
Islam
c. Dokumentasi, dilakukan untuk merekam kegiatan siswa dan guru
dalam proses pembelajaran berupa foto dan gambar hidup (Hartiny, 2010: 93). Instrumen yang dapat peneliti kumpulkan dalam teknik
19
berlangsung sebagai tanda bukti konkret dalam pelaksanaan penelitian.
8. Analisis Data
Analisis data adalah menganalisa seluruh data yang sudah terkumpul
untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah semua data yang diperoleh melalui hasil tes,
observasi, dan wawancara.
a. Menghitung ketuntasan belajar klasikal
Keterangan:
% : Persentase
F: Jumlah siswa yang tuntas belajar
N: Jumlah semua siswa (Djamaroh, 2005:264-265)
b. Menghitung nilai rata-rata kelas
X= ∑
∑
Keterangan
Σx : Jumlah nilai keseluruhan siswa
ΣN : Jumlah siswa
X = Nilai rata-rata (Djamaroh, 2005:302) c. Aktivitas Guru
Penilaian pada aktivitas guru diperoleh dari hasil observasi
selama guru mengajar. Data hasil observasi menggunakan skala % = 𝐹
20
penilaian dengan rentang nilai dalam bentuk angka (4, 3, 2, 1). Untuk aktivitas guru yang berarti angka 1= kurang, 2= Cukup, 3=
baik, 4= sangat baik dengan cara memberikan tanda (˅) pada kolom skala nilai. Setelah itu diperolehlah nilai total.
9. Sistematika Penulisan
a. Bagian awal terdiri dari : sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan,
motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
b. Bagian inti terdiri dari :
BAB I, Pendahuluan, terdiri dari : latar belakang, rumusan masalah, rumusan tujuan, hipotesis, indikator keberhasilan, manfaat
penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II, Landasan Teori, terdiri dari uraian yang mengenai : hasil belajar, aqidah akhlak materi husnuzhan, tawadhu’, tasamuh dan ta’awun,model learning cycle. Kajian Pustaka yang terdiri dari
penelitian-penelitian terdahulu.
BAB III, Pelaksanaan Penelitian, terdiri dari uraian yang mengenai: gambaran umum MTs Negeri 1 Windusari, subjek penelitian, waktu
21
Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari uraian yang mengenai analisis per siklus dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V, Penutup. Pada bagian penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
22 BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Definisi Peningkatan Hasil Belajar a. Belajar
Menurut Hamdayama (2016: 28) Belajar adalah usaha yang
dilakukan secara sadar supaya mengetahui atau dapat melakukan sesuatu. Menurut Throndike dalam Hamdayama (2016: 36) belajar
adalah proses interaksi antara stimulus yang mungkin berupa pikiran perasaan atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berbentuk pikiran, perasaan, atau gerakan). Belajar juga dapat dilakukan
dengan mencoba coba coba (trial and error). Hinzman dalam Rohman (2015: 174) belajar ialah suatu perubahan yang terjadi pada
diri organism disebabkan pengalaman tersebut yang bisa mempengaruhi tingkah laku organism itu. Dengan demikian perubahan yang disebabkan pengalaman tersebut baru bisa dikatakan
kalau belajar baru mempengaruhi organism.
Islam menggambarkan belajar dengan bertolak dari firman
Allah dalam Q.S An-Nahl: 78
23
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S An-Nahl: 78)
Makna dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa pada mulanya
manusia tidak memiliki pengetahuan atau tidak mengetahui sesuatu pun, maka belajar adalah perubahan tingkah laku lebih merupakan
proses internal siswa dalam rangka menuju tingkat kematangan. Dari uarian diatas penulis menyimpilkan bahwa belajar adalah
semua aktifitas mental atau psikis yang menimbulkan perubahan tingkah laku terhadap diri seseorang.
b. Ciri-ciri Belajar
Menurut Baharuddin dan Esa N.W (2007) dalam Lilik Sriyanti, Suwardi dkk (2014: 15)
1) Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku
2) Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relatif permanen
3) Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat
berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itubisa jadi bersifat potensial
4) Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan c. Hasil belajar
Hasil adalah suatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh
usaha (KKBI, 2007: 39). Menurut Nawawi dalam susanto (2013: 5), bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
24
dimyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar diukur melalui
bagaimana proses itu dilakukan apakah sesuai dengan prosedur atau kaidah yang benar, bukan pada produk saat itu.
Menurut Djamarot dan Zain (2014: 106) yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah sebagai berikut
1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.
d. Bentuk-bentuk Hasil Belajar
Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan
dapat dicapai setelah seseorang belajar. Menurut Benyamin S. Bloom dalam Sudjana (1995: 24) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan Psikomotorik.
1) Ranah Kognitif, terdiri dari 6 aspek, yaitu:
a) Pengetahuan hafalan (Knowledge) ialah tingkat kemampuan
untuk mengenal atau mengetahui adanya respon, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai dan
25
b) Pemahaman, adalah kemampuan memahami arti konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Pemahaman dibagi
menjadi tiga, yaitu pemahaman terjemah, pemahaman penafsiran dan pemahaman eksplorasi
c) Aplikasi atau penerapan adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkrit yang dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis
d) Analisis, adalah kemampuan menguraikan suatu integrasi atau situasi tertentu kedalam
komponen-komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya
e) Sintesis, yaitu penyatuan unsur-unsur bagian-bagian kedalam suatu bentuk menyeluruh
f) Evaluasi adalah membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan lain sebagainya.
2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai sebagai hasil belajar, ranah afektif terdiri dari
a) Menerima, merupkan tingkat terendah tujuan ranah afektifberupa perhatian terhadap stimulus secara pasif yang
meningkat secara lebih afektif
b) Merespon, merupakan kesempatan untuk menanggapi
26
c) Menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut
untuk mencapai jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas yang terjadi
d) Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya
e) Karakterisasi, merupakan kemampuan untuk
mengkonseptualisasikan masing-masing nilai pada waktu
merespon, dengan jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan.
3) Ranah Psikomotor
Ranah ini berhubungan dengan keterampilan motorik, memanipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi
saraf dan koordinasi badan antara lain:
a) Gerakan tubuh, merupakan gerakan kemampuan tubuh yang mencolok
b) Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, merupakan keterampilan yang berhubungan dengan urutan atau pola
dari gerakan yang dikoordinasikan biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga dan badan
27
d) Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan
berkomunikasi secara lisan.
2. Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Secara umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Faktor lingkungan
1) Lingkungan alam (tempat tinggal anak didik hidup dan berusaha
didalamnya, tidak boleh ada pencemaran lingkungan).
2) Lingkungan sosial budaya (hubungan manusia sebagai makhluk
sosial
b. Faktor Instrumental
Setiap sekolah memiliki tujuan yang hendak dicapai, program
sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan dan hasil belajar mengajar. Faktor instrumental adalah seperangkat kelengkapan
dalam berbagai bentuk untuk mencapai tujuan, yang meliputi
1) Kurikulum, merupakan komponen pokok yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar. Setiap guru harus menjabarkan isi
kurikulum kedalamprogram yang lebih rinci dan jelas sasarannya
2) Program, keberhasilan pendidikan bergantung pada baik tidaknya program pendidikan yang dirancang
28
dan lain sebagainya. Semua bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik
4) Guru, merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan, kehadiran guru mutlak diperlukan didalamnya.
c. Kondisi fisiologis
1) Kesehatan jasmani, kondisi ini sanagt berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang
2) Gizi cukup (gizi kurang, maka lekas lelah, mudah ngantuk, sukar menerima pembelajaran)
3) Kondisi panca indra. d. Kondisi Psikologis
Belajar hakikatnya adalah proses psikologis oleh karena itu
semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor-faktor tersebut ialah:
1) Minat
Rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adanya hubungan antara
diri sendiri dan dengan dari luar, makin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat.
2) Kecerdasan
Kecerdasan dan umur mempunyai hubungan yang sangat
29
abstrak tidak bisa di pisahkan dari perkembangan
intelegensinya.
3) Bakat
Bakat adalah faktor yang besar pengaruhnya terhadap
proses dan hasil belajar seseorang. 4) Motivasi
Motivasi merupakan motor penggerak dalam perbuatan
atau kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Banyak bakat yang tidak berkembang
karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. 5) Kemampuan kognitif
Kemampuan ini yang selalu dituntut pada peserta didik
untuk dikuasai karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.
3. Aqidah Akhlak
a. Pengertian Aqidah Akhlak
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari lafadz „aqada-yu’qidu
dari wazan fa’ala-yaf’ilu yang berarti menyimpulkan atau mengadakan perjanjian. Kemudian kata itu dirubah kedalam wazan ifta’ala yafta’ilu menjadi i’taqoda-ya’taqidu- iqtitaad yang memiliki
arti meyakini atau mempercayai (Ahmad Warson Munawwir,
30
Menurut istilah, aqidah berarti keimanan seorang hamba kepada Allah. Terdapat 3 aspek dalam agama islam yaitu Aqidah, Syariat
dan Akhlak. Diantara ketiganya, Aqidah adalah aspek yang paling penting dah harus lebih dahulu dimiliki oleh seorang hamba. Aqidah
harus mantap dan tanpa keraguan karena merupakan pondasi dari syariat dan akhlak. Aqidah yang benar adalah aqidah yang terdapat dalam Al Quran dan Al Hadist (Azyumardi azra, 2005: 133).
Akhlak secara bahasa jamak dari kata khuluk yang berarti tabiat, budi pekerti atau kebiasaan. Menurut pendapat Ibn miskawaih yakni
pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu mengatakan, bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
perimbangan (Abuddin Nata, 1996: 3).
Jadi, aqidah akhlak di Madrasah Tsnawiyah adalah mata
pelajaran yang mempelajari tentang pokok-pokok keimanan dan juga pengenalan dan pembiasaan akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab islami
melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Peraturan Menteri Agama No 912 Tahun 2013 tentang standar isi pendidikan agama islam dan bahasa arab di madrasah
31
rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al asma al husna, serta penciptaan suasana keteladanan
b. Fungsi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Mengenai fungsi pembelajaran aqidah akhlak dalam standar
kompetensi MTs aqidah akhlak 2014 telah dijelaskan:
1) Penanaman nilai ajaran agama islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat
2) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin yang telah
ditanamkan leboh dahulu dalam lingkungan keluarga.
3) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui aqidah akhlak
4) Perbaikan kesalahan kesalahan, kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama islam dalam kehidupan
sehari hari
5) Pencegahan peserta didik dari hal hal negatif dari lingkungan atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari hari.
6) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak serta sistem dan fungsionalnya.
32
c. Tujuan Mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs
Pembelajaran aqidah akhlak MTs bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang aqidah dan akhlak islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat
kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang kehidupan yang lebih tinggi.
d. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak MTs
Ruang lingkup pendidikan Aqidah Akhlak di Madraah Tsanawiyah adalah sebagai berikut:
1) Aspek aqidah, terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, rasul allah, sifat-sifat dan mukjizatNya dan hari kiamat.
2) Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadhu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekat yang kuat, ta’aruf, ta’awun, tasamuh, tafahum, jujur, adil, amanah,
menepati janji dan musyawarah.
33
B. Materi Husnuzhan, Tawadhu’, Tasamuh dan Ta’awun
1. Husnuzhan
a. Pengertian
Secara bahasa, husnuzhan berasal dari bahasa arab yaitu husnun yang brarti baik dan adzanun yang berarti prasangka. Secara istilah, husnuzhan adalah sikap mental dan cara pandang yang menyebabkan
seseorang melihat sesuatu secara positif atau melihat dari sisi positif (Kementrian Agama, 2015: )
Islam selalu mendidik kita agar selalu berhati-hati terhadap sikap zan. Allah memperingatkan manusia seperti yang tertulis pada Al Quran Surat Al Hujarat Ayat 12. Allah SWT berfirman
34
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa husnuzhan adalah cara pandang seseorang yang membuatnya melihat segala sesuatu
secara positif. Seseorang yang memiliki sikap husnuzhan akan mempertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran
dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenarannya. Lawan kata husnuzhan yaitu suuzon, yakni berperasangka buruk terhadap seseorang.
b. Hukum dan Bentuk Husnuzhan
Hukum dari husnuzhan kepada Allah dan Rasulnya adalah
wajib. Setiap muslim harus berperasangka baik dengan Allah dan rasulnya dengan cara meyakini sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasulnya (perintah agama) adalah untuk kebaikan
manusia. Dan semua larangan agama akan berakibat buruk untuk manusia (jika dilanggar).
Bentuk atau macam-macam husnuzhan
1) Huznuzhan kepada Allah
Husnuzhan kepada Allah yaitu selalu berperasangka baik kepada Allah. Harus meyakini bahwa Allah maha pengasih lagi maha penyayang. Allah juga maha memelihara semua
makhlukNya, terutama manusia. Maka apapun yang Allah berikan dalam kehidupan kita patut disyukur dan diambil
hikmahnya dengan berhusnuzhan kepada Allah.
35
Husnuzhan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu berfikir dan berperasangka baik kepada sesama manusia.
Sikap ini ditunjukan dengan rasa senang, berfkir positif dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki,
dan perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas.
Berperasangka baik terhadap manusia hukumnya
mubah/jaiz/boleh.
3) Huszuzhan terhadap diri sendiri
Husnuzhan terhadap diri sendiri berarti berperasangka baik
kepada diri sendiri. Menerima apa adanya serta berbaik sangka kepada Allah SWT tidak menyesali keadaan dan keberadaanya. Adanya bebagai cobaan seperti miskin, cacat, sakit dan
sebagainya tetap harus bersyukur kepada Allah SWT yang telah meciptakan sebaik baiknya makhluk.
c. Dampak Positif dari Sifat Husnuzhan
1) Semakin dekat hubungan batin antara pelaku dan pihak lain yang diduga berbuat kebaikan
2) Memperoleh kepercayaan dari orang yang menduga dirinya telah berbuat kebaikan
3) Memperkuat hubungan persaudaraan antar keduanya (orang yang menduga dan orang yang diduga).
36 2. Tawadhu’
a. Pengertian Tawadhu’
Pengertian tawadhu‟ adalah rendah hati dan tidak sombong.
Orang yang tawadu adalah orang yang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Dengan keyakinannya tersebut maka kita tidak pernah terbesit sedikitpun
dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah
dicapainya. Tawadhu’ merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia. (Kementrian Agama, 2015:102)
Allah berfirman dalam Q.S. al-Isra‟ : 37)
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
b. Bentuk sikaptawadhu’
1) Menghargai orang yang lebih tua atau lebih pandai darinya
2) Menghargai pendapat dan pembicaraan orang lain 3) Bersedia mengalah demi kepentingan umum 4) Santun dalam berbicara kepada siapapun
37 c. Dampak positif tawadhu’
1) Menimbulkan rasa simpati pihak lain sehinga suka bergaul
dengannya
2) Akan dihormati secara tulus oleh pihak lain sesuai naluri setiap
manusia ingin dihormati dan menghormati
3) Mempererat hubungan persaudaraan antar dirinya dan orang lain 4) Mengangkat derajat dirinya sendiri dalam pandangan Allah
maupun manusia
3. Tasamuh
a. Pengertian
Tasamuh berarti sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai. Secara istilah, yakni suatu sikap yang senantiasa
saling menghormati sesama makhluk manusia. Bersikap tasamuh berarti memberikan kesempatan kepada oranglain untuk mengambil
haknya sebagaimana mestinya.
Perintah untuk bersikap tasamuh terdapat dalam Q.S. Al- An‟am : 108)
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki
Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah
Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.
38
memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”. (Q.S. Al- An‟am : 108)
b. Bentuk Tasamuh
1) Tidak mengganggu ketenangan tetangga
2) Menyukai sesuatu untuk tetangganya sebagaimana dia suka untuk dirinya sendiri
3) Lapang dada dalam menerima setiap perbedaan
4) Tidak mengganggu pelaksanaan ibadah pemeluk agama lain
5) Tidak mencela atau memakai sesembahan pemeluk agama lain c. Dampak positif tasamuh
1) Dapat memperluas kesempatanuntuk memperoleh rezeki karena
banyak relasi
2) Kepuasan batin yang tercermin dalam raut wajahnya menjadi
semakin eratnya hubungan persaudaraan
3) Memperlancar terwujudnya kerjasama yang baik dalam kehidupan masyarakat
(Kementria Agama, 2015: 103) 4. Ta’awun
a. Pengertian
Kata ta’awun berasal dari bahasa arab yaitu ta’aawana, yata’aawanu, ta’aawunan yang berarti tolong menolong, gotong royong,
39
Ta’awun adalah tolong menolong antar sesama umat manusia
dalam hal kebaikan, supaya saling melengkapi dalam memenuhi
kebutuhan pribadi maupun bersama.
Dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2 Allah menyerukan
....
“..dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”(Q.S Al-Maidah:2)
b. Bentuk ta‟awun
1) Meringankan beban hidup, menutupi aib dan memberi bantuan kepada orang lain
2) Mengunjungi pada saat sakit atau sedang menerima musibah c. Dampak positif Ta‟awun
1) Terpenuhinya kebutuhan hidup berkat kebersamaan
2) Memperingan tugas berat karena dilakukan secara bersama-sama 3) Terwujudnya persatuan dan kesatuan sesama anggota masyarakat
4) Menimbulkan rasa simpati kelompok masyarakat lain karena melihat kekompakan dalam menghadapi suatu urusan bersama
C. Model Pembelajaran Learning Cycle 1. Pengertian
40
learning cycle atau siklus belajar adalah model pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Model pembelajaran ini pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus. Model pembelajaran siklus berorientasi pada teori pieget, teori
pembelajaran kognitif dan aplikasi model pembelajaran konstruktivis Karplus dan Their mengembangkan model pembelajaran sesuai dengan ide Piaget. Peserta didik diberikan kesempatan mengasimilasi
informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasika
informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan
menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Implementasi teori pieget oleh karplus
dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Unsur unsur teori belajar piaget (asimilasi, akomodasi, dan
equilibirasi) memiliki korespondensi dengan fase-fase model
pembelajaran siklus belajar.
Model pembelajaran siklus atau learning cycle merupakan salah
satu model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma kontruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme utamanya menekankan pentingnya peserta
41
Menurut Renner dan Marek (Martin, 1994) dalam Agus Suprijono (2016: 221) berdasarkan riset yang dilakukan, model pembelajaran siklus
dapat meningkatkan prestasi peserta didik dan dapat mengembangkan keterampilan proses. Model pembelajaran siklus mampu meningkatkan
intelektual peserta didik.
Model pembelajaran siklus adalah cara alami untuk belajar dan memenuhi tujuan pendidikan yang utama yaitu peserta didik belajar
bagaimana cara berpikir. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik mengkonstruksi pengetahuan dan
pengalaman mereka sendiri dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir baik secara individu maupun kelompok.
Menurut lawson dalam Bybee (1996) yang dikutip Agus Suprijono (2016: 216) model siklus belajar adalah belajar berfikir dan bertindak
yang cocok untuk peserta didik. penggunaan siklus belajar memberikan kesempatan kepada peserta didik mengungkapkan pengetahuan sebelumnya dan kesempatan menyanggah, mendebat gagasan gagasan
mereka. Proses ini menghasilkan ketidakseimbangan kognitif sehingga dapat meningkatkan tingkat penalaran yang lebih tinggi.
Lawson (1995) mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu: a. Deskriptif, para peserta didik menemukan pola empiris dalam
42
b. Empiris-induksi; para peserta didik menemukan pola empiris dalam
konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya
mengemukakan sebab sebab yang mungkin tentang terjadinya suatu pola.
c. Hipotesis deduktif, dimulai dengan pernyataan sebab. Para peserta didik diminta merumuskan jawaban hipotesis terhadap pernyataan itu.
Menurut Soebagio, dkk (2001: 55) learning cycle merupakan model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menemukan
konsep sendiri atau memantapkan konsep yang dipelajari, mencegah terjadinya konsep dan memberikan peluang kepada peserta didik menerapkna konsep-konsep yang telah dipelajari pada situasi baru.
Di awal pengembangannya sintaks model pembelajaran siklus belajar menurut Thomas E. Lauer (2003) terdiri dari tiga tahap yaitu
exploration, concept introdution, dan konsep aplication (E-I-A). Anthony W Lorsbach (2002) mengembangkannya menjadi 5 E (
engagment, exploration, explanation, elaboration/extention dan
evaluation).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
learning cycle adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengoptimalkan cara belajar yang
mengembangkan daya nalar peserta didik.
43
a. Engagement
Pada tahap ini guru berusaha mengembangkan dan
membangkitkan dan mengembangkan minat dengan keingintahuan peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang sesuai dengan topik yang dibahas.
b. Eksploration
Pada tahap ini peserta didik diberi kegiatan yang dapat melibatkan keaktifannya untuk menguji prediksi dan hipotesis
melalui alternatif yang diambil, mencatat hasil pengamatan dan mendiskusikan dengan peserta didik yang lain. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator
c. Eksplanation
Tahap ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan dan
mengembangkan konsep yang diperoleh peserta didik. peserta didik dituntut menjelaskan konsep yang sedang dipelajari dalam kalimat mereka sendiri. Pada tahap ini, peserta didik menemukan
istilah-istilah dari konsep yang dipelajari
d. Elaboration
44
menerapkan pada situasi yang baru melalui kegiatan praktikum lanjutan yang dapat memperkuat dan mempererat konsep yang telah
dipelajari.
e. Evaluation
Pada tahap terakhir ini, peserta didk diberi pertanyaan untuk mendiagnosis pelaksanaan kegiatan belajar dan mengetahui pemahaman peserta didik mengenai konsep yang diperoleh.
3. Penerapan Model learning Cycle di Kelas
Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses
pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penerapan Model Learning Cycle Di Kelas (Wena, 2011: 173-175)
No Tahap Tugas guru Tugas Siswa
1 Engegment 1. Guru membangkitkan
minat
2. Guru membangkitkan
rasa ingin tahu
3. Mengajukan pertanyaan 4. Mendatangkan jawaban
sehingga membuka apa yang diketahui oleh siswa mengenai topik
1. Menyiapkan diri mengikuti
kegiatan pembelajaran
2. Mengembangkan minat atau rasa ingin tahu terhadap topik
bahasan yang akan dipelajari 3. Memberikan respons terhadap
pertanyaan guru
45
3. Mengajukan pertanyaan
problematik untuk
mengarahkan penelitian siswa
4. Memberikan waktu
untuk meneliti
5. Menyediakan waktu
agar siswa dapat
memecahkan masalah
6. Bertindak sebagai
konsultan bagi siswa
2. Memanfaatkan panca indera mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan melaui
kegiatan telaah literatur
3. Bekerjasama dalam
kelompok kelompok kecil, menguji hipotesis, melakukan hasil pengamatan dan ide-ide
3 Explanation 1. Mendorong siswa
menjelaskan konsep dan definisi dengan kata kata
sendiri
2. Secara formal
menyediakan definisi,
1. Memberikan penjelasan
terhadap konsep yang
ditemukan dengan
kalimatnya sendiri
2. Menggunakan pengamatan
46
3. Memberikan pembuktian
terhadap konsep yang
diajukan
4 Elaboration 1. Meminta siswa
menggunakan definisi,
identifikasi yang
diberikan sebelumnya
2. Mendorong siswa
menerapkan atau
yang ada serta bertanya
1. Menerapkan konsep dan
keterampilan yang telah
dimiliki terhadap situasi lain dengan mengerjakan soal soal
47
Berdasarkan uraian pada tabel 1.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa guru dan peserta dididk memiliki kegiatan masing-masing yang harus dilaksanakan sesuai tahapan yang ada di model learning cycle. Tahapan
model pembelajaran learning cycle, peserta dididk diharapkan tidak hanya mendengarkan keterangan guru, tetapi dapat berperan aktif untuk
menggali, menganalisis, mengevaluasi, pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari.
5 Evaluation 1. Guru mengamati siswa
saat menerapkan konsep dan keremapilan baru
2. Mencari adanya
perubahan cara berfikir
atau sikap siswa
3. Memberikan
kesempatan kepada
siswa menilai
pembelajaran mereka
sendiri dan keterampilan proses kelompok
48
Lingkungan belajar harus dikembangkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar siklus belajar
berlangsung konstruktivistik menurut Hudojo (2008: 8) adalah
a. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki peserta didik
b. Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan
c. Terjadi transmisi sosial, yaitu interaksi dan kerjasama individu dengan lingkungan
d. Tersedianya media pembelajaran
e. Kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sdemikian rupa, sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menadikan
pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan 4. Kelebihan dan Kelemahan model Pembelajaran Learning Cycle
Menurut Trianto (2007:62) kelebihan model pembelajaran learning cycle adalah sebagai berikut
e. Meningkatkan motivasi belajar karena pembelajaran dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran
f. Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti oleh orang lain
g. Siswa mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil dan berguna, kreatif, tanggumg jawab, mengaktualisasikan dan