• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAMBUTAN WALIKOTA DEPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAMBUTAN WALIKOTA DEPOK"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i Assal am u'a laik um Wr. Wb.

Segala puji dan rasa syukur sudah selayaknya dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan lindungan, berkah dan berbagai bentuk karunia-Nya kepada kita semua. Dengan segala sesuatu yang telah diberikanNya maka seyogyanya saya selaku Walikota dan segenap jajaran Pemerintah Daerah Kota Depok melaksanakan amanah tersebut dengan penuh tanggung jawab, khususnya dalam memberikan pelayanan yang terbaik pada seluruh penduduk Kota Depok.

Salah satu bentuk pelayanan itu adalah kepedulian Walikota dan jajaran Pemerintah Kota Depok terhadap keadaan sanitasi di Kota Depok yang semakin hari semakin memerlukan penanganan secepatnya, masih kurangnya sarana prasarana bidang sanitasi (air limbah, persampahan, drainase dan air bersih) yang memadai untuk masyarakat yang menimbulkan banyak permasalahan, diantaranya:

1. Masih menyatunya saluran pembuangan limbah masyarakat dengan air limpasan serta air limbah industri skala kecil mengakibatkan besarnya volume air limbah yang harus diolah IPAL sehingga pengolahan yang dilakukan menjadi kurang maksimal.

2. Munculnya TPS liar yang merupakan pencerminan dari perilaku buang sampah sembarangan oleh masyarakat.

3. Pemanfaatan saluran irigasi yang berubah fungsi menjadi saluran drainase menyebabkan kurang efektifnya saluran drainase Kota Depok yang berujung pada permasalahan genangan banjir.

4. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat khususnya Cuci Tangan Pakai Sabun dapat menjadi potensi penularan penyakit di masyarakat.

5. Rendahnya peran serta masyarakat dalam bidang sanitasi, berujung pada kurangnya perhatian terhadap sarana prasarana sanitasi yang telah ada di Kota Depok.

Selain itu masih juga terdapat masalah nonteknis yang juga penting dalam usaha mengurai secara tuntas permasalahan bidang sanitasi. Masalah tersebut seperti lemahnya komunikasi serta kampanye sanitasi di Kota Depok. Masalah lainya adalah belum ditemukannya struktur kelembagaan yang ideal untuk mengurai permasalahan sanitasi di kota depok yang mengakibatkan masih terjadinya tumpang tindih tupoksi antar OPD. Disamping itu juga kurangnya peraturan ditingkat kota yang berfungsi sebagai payung hukum dalam permasalahan sanitasi.

SAMBUTAN WALIKOTA DEPOK

SAMBUTAN WALIKOTA DEPOK

SAMBUTAN WALIKOTA DEPOK

SAMBUTAN WALIKOTA DEPOK

(3)

ii

Dari beberapa contoh diatas menggerakkan Pemerintah Kota Depok untuk ikut dalam Program Presiden tentang Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dan target pencapaian Milenium Developmnent Goal's (MDG's). Lahirnya program PPSP adalah bentuk keprihatinan Pemerintah Indonesia melihat keadaan sanitasi yang jauh masih dibawah standar internasional sehingga tahun 2010-2015 adalah tahunnya "SANITASI". Sikap Pemerintah pusat di sambut baik oleh Pemerintah Kota Depok maka Pemerintah Kota Depok Membentuk Pokja Sanitasi Kota Depok yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Walikota Depok Nomor 821.29/232/Kpts/Bapp/Huk/2011 tertanggal 26 april 2011.

Atas rahmat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, Pokja Sanitasi telah menyelesaikan penyusunan Strategi Sanitasi Kota Depok yang nantinya akan menjadi ujung tombak dalam pembenahan kondisi Sanitasi Kota Depok. Strategi Sanitasi Kota telah melalui tahapan panjang yang menumbuhkan komitmen segenap jajaran aparatur Pemerintah Daerah dan Stakeholder Kota yang lainnya. Sehingga diharapkan dokumen Strategi Sanitasi Kota Depok akan mampu laksana dan sesuai dengan target dan tahapan pencapaian yang ditentukan untuk mendorong percepatan penanganan Sanitasi Kota Depok.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan semoga Buku Putih Sanitasi Kota Depok tahun 2011 dapat bermanfaat. Dimana Pokja Sanitasi, Pemerintah Kota Depok dengan dukungan segenap stakeholder Kota Depok akan melakukan penyusunan Strategi Sanitasi Kota Depok agar dapat menghasilkan manfaat lebih besar untuk kesejahteraan masyarakat Kota Depok, Amin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Depok, 22 Desember 2011 WALIKOTA DEPOK

(4)

iii Assal am ual aikum Wr . Wb

Atas rahmat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, Pokja Sanitasi telah menyelesaikan penyusunan Strategi Sanitasi Kota Depok yang nantinya akan menjadi ujung tombak dalam pembenahan kondisi Sanitasi Kota Depok.

Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Depok tidak lepas dari kepedulian Pemerintah Kota Depok terhadap keadaan sanitasi yang semakin hari semakin memerlukan penanganan secepatnya, mendukung Program Presiden tentang Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang diresmikan di ISTANA WAKIL PRESIDEN dan target pencapaian Milenium Development Goal's (MDD's). Melihat fakta tersebut maka Kota Depok berkomitmen ikut serta dalam program PPSP dan tertuang dalam Keputusan Walikota Depok No 821.29/232/Kpts/Bapp/Huk/2011 tertanggal 26 april 2011, tentang pembentukan kelompok kerja (Pokja) sanitasi Kota Depok. Pokja dibentuk oleh berbagai elemen masyarakat, dimana terdapat beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) instansi pemerintah dan juga dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Kota Depok yang bersinergi dengan lembaga kemasyarakatan, unsur swasta dan masyarakat secara keseluruhan.

Pelaksanaan penyusunan Strategi Sanitasi Kota Depok (SSK). Ini adalah buah keseriusan dari segenap POKJA sanitasi untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang berkualitas, sehingga penanganan sanitasi dapat terprogram dengan jelas agar sumber - sumber pendanaan yang tidak bisa tercakup dalam APBD Kota Depok dapat terpecahkan.

Akhir kata, semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya kepada kita sekalian, sehingga SSK Depok yang akan dihasilkan dapat bermanfaat, khususnya bagi masyarakat Kota Depok.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Depok, 22 Desember 2011 Ketua Tim Pengarah Pokja Sanitasi

Kota Depok

Hj ETY SURYAHATI, SE, M.Si NIP. 19631217 198903 2 006

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

(5)

iv

SAMBUTAN WALIKOTA DEPOK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

RINGKASAN vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Maksud dan Tujuan 3

1.3 Landasan Hukum 4

1.4 Metode Penyusunan 5

1.5 Sistematika Penulisan 6

BAB II KERANGKA KERJA SEKTOR SANITASI KOTA DEPOK

2.1 Gambaran Umum Sanitasi Kota Depok 8

2.2 Visi dan Misi Sanitasi Kota Depok 39

2.3 Kebijakan Umum dan Strategi Sektor Sanitasi Kota Depok 2011 - 2016 39

2.4 Sasaran Umum dan arahan Tahapan Pencapaian 40

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN SEKTOR SANITASI KOTA DEPOK

3.1 Enabling and Susteinibility Aspect 45

3.2 Subsektor dan Aspek Utama 52

BAB IV STRATEGI SANITASI KOTA DEPOK

4.1 Sasaran dan Arahan Pentahapan Pencapaian 58

4.2 Strategi Sektor dan Aspek Utama 59

4.3 Enabling and Susteinibility Aspect Strategy 64

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN SANITASI KOTA DEPOK

5.1 Program dan Kegiatan Sektor & Aspek Utama 72

5.2 Enabling and Susteinibility Aspect Programe 87

DAFTAR

DAFTAR

DAFTAR

DAFTAR ISI

ISI

ISI

ISI

HALAMAN

HALAMAN

HALAMAN

HALAMAN

(6)

v

BAB VI STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

6.1 Gambaran Umum Struktur Monitoring dan Evaluasi Sanitasi 93 6.2 Pengembangan Indikator input, output dan outcome 95

6.3 Pengumpulan dan Penyajian Data 96

BAB VII PENUTUP 98

REFERENSI 99 LAMPIRAN 100

HALAMAN

HALAMAN

HALAMAN

HALAMAN

(7)

vi

Perumusan kebijakan dan strategi sector sanitasi kota pada dasarnya adalah untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan sanitasi yang diharapkan akan dapat terjadi pada masa yang akan datang. Perumusan visi tersebut didasarkan pada isu-isu utama yang dihadapi dalam pembangunan sanitasi pada saat ini. Isu-isu tersebut mencakup:

Enabling and Sustainability Aspect

Enabling and sustainability aspect (aspek kemungkinan dan keberlanjutan) merupakan aspek non teknis dalam pengembangan sanitasi, terdiri dari 6 aspek yaitu; aspek kebijakan dan kelembagaan daerah, keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis, partisipasi masyarakat, jender.

Kebijakan Daerah Dan Kelembagaan

Saat ini pemerintah Kota Depok memiliki perda dasar untuk mengarahkan pola tindak seluruh pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta terhadap pola pengelolaan sanitasi yang benar di kota Depok. Namun berdasarkan temuan pada buku putih sanitasi kota depok, payung hukum untuk masalah sanitasi ini dipandang belum memadai. Kurang memadainya payung hukum masalah sanitasi ini akan menyulitkan pemerintah kota Depok dalam mendorong partisipasi positif seluruh pihak dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi.

Sistem penegakan aturan yang terkait dengan pengelolaan sanitasi dan pengembangan PHBS yang berjalan selama ini masih kurang optimal. Kondisi ini kurang mendukung semangat dan upaya yang sedang dijalankan untuk meningkatkan kinerja pembangunan sanitasi dan PHBS di Kota Depok. Kondisi kebijakan daerah di Kota Depok berupa peraturan-peraturan yang terkait dengan sub sektor sanitasi dan higiene yaitu:

• Peraturan Daerah Kota Depok No 4 tahun 2011 tentang Izin Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah

• Peraturan Daerah Kota Depok No 9 tahun 2010 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

RINGKASAN

RINGKASAN

RINGKASAN

RINGKASAN

STRATEGI SANITASI

STRATEGI SANITASI

STRATEGI SANITASI

STRATEGI SANITASI

KOTA DEPOK

KOTA DEPOK

KOTA DEPOK

KOTA DEPOK

(8)

vii

• Peraturan Daerah Kota Depok No 8 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Depok No 6 tahun 2010

• Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 22 tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan

• Peraturan Daerah Kota Depok No 39 tahun 2000 tentang Retribusi Penyedotan Kakus sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Depok No 24 Tahun 2003

• Peraturan Daerah Nomor 44 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Persampahan di Kota Depok

• Peraturan Daerah Kota Depok tentang Garis Sempadan

• Peraturan Walikota Depok No 24 tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan

• Peraturan Walikota Depok No 36 tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup

• Peraturan Walikota Depok No 65 tahun 2008 tentang Unit Pelaksana Teknis Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan

• Peraturan Walikota No. 21 tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota No. 46 tahun 2010

• Peraturan Walikota No. 25 tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota No. 40 tahun 2010

Lembaga pengelola sanitasi

Lembaga atau instansi pengelola sanitasi merupakan motor penggerak seluruh kegiatan pembangunan sanitasi. Kapasitas dan kewenangan instansi pengelola sub sector sanitasi (limbah cair, persampahan, dan drainase) menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit sejalan dengan makin besarnya kota.

Pada dasarnya tupoksi yang sudah ada saat ini tidak terlalu menjadi permasalahan pada setiap OPD, hanya saja pada saat pelaksanaan di lapangan masih sering terjadi tumpang tindih baik antar OPD-OPD yang terkait maupun antar bidang di dalam OPD-OPD. Kendala ini terjadi karena kurangnya komunikasi dan koordinasi, sehingga tidak terjadi kerjasama yang baik antar instansi yang terkait dengan pengelolaan sanitasi. Sebagian besar OPD yang terkait meminta agar struktur dan tupoksi yang sudah ada diperbaiki dan diperjelas agar tidak terjadi tumpang tindih atau saling mengharapkan dalam pelaksanaan di lapangan.

(9)

viii Lembaga Pokja Sanitasi

Keberadaan organisasi kelompok kerja (Pokja) program pengembangan sector sanitasi Kota Depok dapat dijadikan sebagai motor penggerak untuk membantu dinas dan lembaga teknis struktural pemerintah kota dalam mendorong kinerja pengelolaan sanitasi, dan pengembangan PHBS yang optimal.

Mekanisme dan prosedur layanan sanitasi yang diterapkan oleh masing-masing organisasi penanggungjawab layanan sanitasi di Kota Depok saat ini belum berada dalam kondisi yang optimal untuk mendukung penyediaan layanan sanitasi yang efektif dan efisien.

SDM Pengelola Sanitasi

Ketimpangan tersebut masih belum didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang memadai terutama ditinjau dari kuantitas dan kualitas. Upaya-upaya peningkatan kualitas personil yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu berupa training bidang yang dilakukan oleh perbagai pihak baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah baik di dalam ataupun di luar negri, tidak ditindak lanjuti oleh Pemerintah Derah secara memadai. Para tenaga terdidik tersebut pada umumnya telah menempati tugas di luar sector sanitasi.

Dari hasil yang kami peroleh dari kajian kelembagaan, pada setiap OPD yang terkait didalam pengelolaan sanitasi Kota Depok terlihat bahwa faktor-faktor yang menjadi kendala pada setiap OPD terjadi karena masih kurangnya Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan dan latar belakang pendidikan pada setiap Sumber Daya Manusia yang ada banyak yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan tupoksi di lapangan. Setiap OPD masih mengeluhkan kurangnya tenaga Sumber Daya Manusia yang sudah ada saat ini untuk melaksanakan semua tupoksi yang ada.

Keuangan

Perhatian terhadap pembangunan sanitasi masih belum memadai baik dari pihak kepala daerah maupun DPRD. Secara umum alokasi pembiayaan sector sanitasi masih relative kecil dari total anggaran APBD, rendahnya biaya tersebut pada umumnya karena pembangunan sanitasi masih belum menjadi prioritas. Rendahnya biaya sanitasi pada umumnya karena masalah sanitasi belum mendapat perhatian yang cukup meskipun hal ini akan berdampak pada buruknya kualitas lingkungan.

Berdasarkan data yang diperoleh, besaran dana untuk bidang sanitasi di dalam APBD Kota Depok kurun waktu tahun 2007 sampai dengan 2010 prosentase anggarannya berkisar 6-8 %, dengan jumlah prosentase tertinggi sebesar 8,08 % terjadi pada tahun 2009, dan kemudian prosentase turun menjadi 6,85 % terjadi pada tahun 2010. Sedangkan perbandingan kegiatan dan realisasi dengan realisasi APBD Kota Depok pada kurun waktu 2007-2010 berkisar antara 6-7 % dengan prosentase

(10)

ix

terbesar terjadi pada tahun 2009 sebesar 7,40% dan prosentase terkecil terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah 6,12 %.

Penganggaran maupun realisasi kegiatan bidang sanitasi di dalam APBD Kota Depok bisa terbilang baik, hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah anggaran dan jumlah realisasi pada kurun waktu 2007-2009, namun demikian terjadi penurunan pada tahun 2010 menjadi sebesar 6,85% dari segi anggaran dan 6,31% dari segi realisasi anggaran. Dari segi realisasi anggaran kegiatan bidang sanitasi di dalam APBD Kota Depok berkisar antara 77 % sampai dengan 85 %, realisasi yang tidak mencapai 100 % setiap tahunnya dikarenakan selain adanya efisiensi kegiatan (hasil lelang) juga beberapa kendala lainnya seperti permasalahan kesiapan lahan.

Anggaran sanitasi dari APBD jarang sekali tidak terserap. Kendala penyerapan biasanya terkait dengan pengadaan lahan untuk pembangunan UPS, drainase, atau sarpras air limbah karena sulitnya mencari lokasi yang mendapat ijin dan/atau hibah dari masyarakat. Berikut adalah alokasi anggaran untuk sektor air limbah, drainase, persampahan, dan air minum pada tahun 2007-2010. Anggaran tersebut sudah termasuk dana DAK yang diterima Kota Depok. Dana DAK selama beberapa tahun diberikan di sektor air minum, dan baru tahun 2010 DAK diberikan untuk air minum dan air limbah (pembangunan MCK Plus Plus).

Retribusi yang terkumpul dari sektor sanitasi terutama ditujukan untuk pengelolaan sanitasi kota sehingga kondisi sanitasi Kota Depok menjadi lebih baik. Diharapkan baiknya kondisi sanitasi akan dapat menarik lebih banyak lagi investasi ke Kota Depok, yang pada akhirnya akan semakin meningkatkan perekonomian Kota. Beberapa permasalahan dalam aspek keuangan, antara lain: Belum tercapainya Cost Recovery dalam layanan sanitasi

Pengadaan layanan publik oleh Kota Depok sering kali terbentur dengan keterbatasan dana. Dengan pendanaan internal yang tersedia layanan seringkali belum dapat diselenggarakan secara maksimal, sehingga perlu ditetapkan cara lain agar layanan dapat terselenggara dengan baik. Salah satu jalan adalah dengan mengikutsertakan sector swasta ataupun masyarakat.

Belum tercapainya cost recovery dalam air limbah

Peningkatan efisiensi pengelolaan masih perlu dilakukan guna mengejar cost recovery layanan hingga dapat menutupi biaya investasi. Oleh karena itu penilaian besaran retribusi serta penetapan potensi dan coverage layanan mutlak dilakukan. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan dan keinginan masyarakat untuk membayar layanan air limbah tersebut.

(11)

x

Alokasi Anggaran Sektor Air Limbah (2007 – 2010)

Tahun Anggaran (Rp) % terhadap Belanja

Langsung APBD

2007 1.755.740.350,00 0.37 %

2008 1.596.563.280,00 0.30 %

2009 3.094.602.200,00 0.66 %

2010 2.057.316.900,00 0.35 %

Sumber : Bappeda Kota Depok, 2010

Alokasi anggaran untuk sektor air limbah terus mengalami kenaikan dari tahun 2008 hingga saat ini. Kondisi ini dilatarbelakangi jumlah penduduk yang semakin bertambah sehingga perlunya pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam hal penambahan sarana dan prasarana air limbah. Bila dikaitkan dengan jumlah KK yang memiliki pengelolaan air limbah sehat baru mencapai 37,41% maka masih sangat perlu peningkatan alokasi anggaran untuk sektor limbah ini karena faktor kontribusi retribusi dari penyedotan tinja masih sangat minim. Upaya lain dapat dilakukan dengan menggalakkan program CSR (Corporate Social Responsibility) dari pihak-pihak swasta (industri) di sekitar Depok.

Belum tercapainya cost recovery dalam persampahan

Pemerintah kota akan terus meningkatkan kinerja dengan cara meningkatkan efisiensi layanan. Selain itu pengelolaan persampahan juga akan ditingkatkan lagi guna mencapai tingkat mendapatkan pemasukan. Pengelolaan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis telah dilakukan, seperti proses composting di UPS, namun dari sisi pemasaran kompos masih belum mendapatkan hasil yang maksimal.

(12)

Alokasi Anggaran Sektor Persampahan (2007 Tahun 2007 2008 2009 2010

Sumber : Bappeda Kota Depok, 2010

Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Persampahan (2007

Sumber : DPPKA Kota Depok, 2010

Pembiayaan sanitasi kota untuk sektor persampahan mulai dari tahun 2007 hingga 2010 cenderu mengalami peningkatan. Besarnya persentase anggaran yang dialokasikan dari APBD mencapai nilai 3,7% hingga 6,36%. Dengan anggaran biaya sanitasi sektor persampahan sebesar 6,36% hingga saat ini mampu melayani pengelolaan sampah hingga

retribusi persampahan yang kurang dari 10% dari biaya pengelolaan, maka masih di

peningkatan anggaran untuk mencapai pelayanan yang optimal. Adapun alokasi anggaran lebih diprioritaskan untuk penambahan fasilitas persampa

operasionalnya akan berakhir pada tahun 2011 serta sosialisasi pengelolaan sampah yang berbasiskan masyarakat. -500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 Ju ta R u p ia h xi

Anggaran Sektor Persampahan (2007 – 2010)

Anggaran (Rp) % terhadap Belanja Langsung APBD

23.187.420.520,00 3,70 %

43.738.983.520,00 8,30 %

37.975.970.700,00 6,34 %

39.924.787.730,00 6.36 %

Sumber : Bappeda Kota Depok, 2010

Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Persampahan (2007 – 2010)

Kota Depok, 2010

Pembiayaan sanitasi kota untuk sektor persampahan mulai dari tahun 2007 hingga 2010 cenderu mengalami peningkatan. Besarnya persentase anggaran yang dialokasikan dari APBD mencapai nilai 3,7% hingga 6,36%. Dengan anggaran biaya sanitasi sektor persampahan sebesar 6,36% hingga saat ini mampu melayani pengelolaan sampah hingga 38%. Jika dilihat dari kontribusi penerimaan retribusi persampahan yang kurang dari 10% dari biaya pengelolaan, maka masih di

peningkatan anggaran untuk mencapai pelayanan yang optimal. Adapun alokasi anggaran lebih diprioritaskan untuk penambahan fasilitas persampahan seperti UPS dan optimalisasi TPA yang operasionalnya akan berakhir pada tahun 2011 serta sosialisasi pengelolaan sampah yang

2007 2008 2009 2010 % terhadap Belanja Langsung APBD 3,70 % 8,30 % 6,34 % 6.36 % 2010)

Pembiayaan sanitasi kota untuk sektor persampahan mulai dari tahun 2007 hingga 2010 cenderung mengalami peningkatan. Besarnya persentase anggaran yang dialokasikan dari APBD mencapai nilai 3,7% hingga 6,36%. Dengan anggaran biaya sanitasi sektor persampahan sebesar 6,36% hingga saat kontribusi penerimaan retribusi persampahan yang kurang dari 10% dari biaya pengelolaan, maka masih diperlukan peningkatan anggaran untuk mencapai pelayanan yang optimal. Adapun alokasi anggaran lebih dan optimalisasi TPA yang operasionalnya akan berakhir pada tahun 2011 serta sosialisasi pengelolaan sampah yang

Target Realisasi

(13)

xii

Alokasi Anggaran Sektor Drainase (2007 – 2010)

Tahun Anggaran (Rp) % terhadap Belanja

Langsung APBD

2007 12.920.776.450,00 2,71 %

2008 20.715.174.950,00 3,93 %

2009 42.339.028.595,00 7,07 %

2010 46.786.746.700,00 7,46 %

Sumber : Bappeda Kota Depok, 2010

Alokasi anggaran untuk sektor drainase terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga 2010. Peningkatan cukup tinggi terjadi dari tahun 2008 ke 2009, yaitu hampir dua kali lipat dari 3,93% menjadi 7,07% (terhadap belanja langsung APBD). Sebagian besar permasalahan drainase membutuhkan solusi yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur (fisik) seperti perbaikan dan pembangunan saluran, pembangunan sumur resapan, dan pemeliharaan badan penerima air (sungai, situ) sehingga memerlukan alokasi yang cukup besar.

Kurangnya pedoman untuk mengakses sumber-sumber pendanaan internal dan eksternal serta pengadaan layanan public di Kota Depok seringkali terbentur dengan keterbatasan dana pembangunan. Berdasarkan peraturan perundangan telah disebutkan sumber-sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan guna menutupi kekurangan dana pembangunan. Masalah yang kemudian muncul adalah bahwa pedoman untuk mengakses terkadang belum terbit ataupun jika ada seringkali menyulitkan pemerintah daerah untuk dapat mengaksesnya. Selain itu masih ada informasi-informasi pendanaan terutama melalui proyek pusat yang sebetulnya dapat dimanfaatkan tapi tidak tersosialisasikan dengan baik.

Oleh karena itu dengan keikut sertaan Kota Depok ke dalam program PPSP diharapkan dapat lebih menjembatani akses Kota Depok kepada sumber-sumber pendanaan terutama sumber-sumber pendanaan yang ada di pusat. Terkait dengan itu juga Kota Depok akan mendukung sistem jejaring sanitasi guna semangkin meningkatkan kondisi sanitasi seperti yang tergambar dalam visi misi sanitasi kota Depok.

Komunikasi

Dalam aspek komunikasi, beberapa isu strategis yang terkait dengan pembangunan sanitasi di Kota Depok berhasil diidentifikasi, yaitu:

(14)

xiii

• Flow dari sistim informasi yang ada belum diterapkan secara optimal.

• Data masalah sanitasi masih tersimpan di masing – masing Dinas.

• Belum ditemukan pola kampanye sanitasi yang terintegrasi untuk skala kota.

• Kurang optimalnya kerjasama yang terjalin dengan media

• Hasil kajian komunikasi menyatakan bahwa informasi sanitasi banya didapatkan melalui pertemuan pertemuan kelompok.

Keterlibatan Pelaku Bisnis

Sektor sanitasi masih belum dapat menarik minat pihak swasta seperti beberapa kasus yang ada di lapangan. Keraguan pihak swasta untuk bermitra dengan pemerintah Kota dalam pembangunan sanitasi karena tidak adanya iklim yang kondusif serta cenderung menimbulkan biaya tinggi serta merugikan infestasi swasta yang telah ditanamkan. Upaya untuk menarik pihak swasta kedalam komponen kegiatan pembangunan sanitasi belum dilakukan secara memadai termasuk memberikan insentif baik berupa pengurangan pajak bea masuk bahan atau instalasi yang berkaitan dengan proses pembangunan dan lain lain.

Dala aspek keterlibatan swasta dan pelaku bisnis, isu strategis yang menjadi dasar pertimbangan adalah:

• Masih terbatasnya pihak swasta yang ingin berpartisipasi dalam pengelolaan sanitasi.

• Kurangnya pendampingan dari pemerintah terhadap Usaha Kecil (lapak) yang bergerak di bidang sanitasi.

Partisipasi Masyarakat dan Jender

Sudah sejak lama masyarakat (individu ataupun kelompok) sebenarnya telah mampu melakukan sebagian sitem pembangunan sanitasi baik untuk skala individual maupun skala lingkungan terutama dilingkungan pemukiman. Potensi ini perlu dikembangkan secara sistematis dengan pendekatan berbasis masyarakat (community based development)

Dalam aspek pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan, isu strategis yang menjadi dasar pertimbangan adalah:

• Belum ada partisipasi masyarakat dalam pembanngunan dan pemeliharaan sector sanitasi.

• Belum diberdayakan secara maksimal seluruh elemen masyarakat dalam pembangunan sanitasi.

(15)

xiv

Subsektor dan Aspek Utama

Aspek ini merupakan aspek teknis dalam pengembangan sanitasi, di 4 sub sector sanitasi, sub sector air limbah, persampahan, drainase dan PHBS. Beberapa isu strategis dan tantangan dalam pelayanan pembangunan sanitasi ditinjau dari aspek teknis antara lain:

Sub Sektor Air Limbah

Berdasarkan telaah buku putih sanitasi kota depok, dengan mempertimbangkan zona dan layanan sector air limbah maka dirumuskanlah isu strategis untuk sub sector air limbah adalah sebagai berikut:

• Kurangnya sarana dan prasarana pengolahan air limbah di Kota Depok. Masih banyaknya penggunaan cubluk dan pembuangan air limbah rumah tangga tanpa saluran, terutama pada permukiman padat.

• Pemisahan limbah rumah tangga dan industri rumah tangga belum dilakukan. Bercampurnya air limbah domestik dan limpasan permukaan pada satu saluran menyebabkan besarnya volume air limbah yang masuk ke drainase primer.

• Masih rendahnya pemahaman dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan air limbah rumah tangga.

(16)

xv

Sub Sektor Persampahan

Berdasarkan telaah buku putih sanitasi kota depok, dengan mempertimbangkan zona dan layanan sector persampahan maka dirumuskanlah isu strategis untuk sub sector persampahan adalah sebagai berikut:

• Perilaku yang kurang tertib dalam membuang sampah disembarang tempat sehingga menimbulkan tumpukan sampah (TPS liar) yang berjumlah 65 titik di seluruh Kota Depok. • Belum terlaksana dengan baik gerakan 3R di masyarakat.

• Sarana prasarana persampahan yang minim untuk menangani timbulan sampah yang ada di Kota Depok

(17)

xvi

Sub Sektor Drainase

Berdasarkan telaah buku putih sanitasi kota depok, dengan mempertimbangkan zona dan layanan sector drainase maka dirumuskanlah isu strategis untuk sub sector drainase adalah sebagai berikut:

• Banyak saluran yang sekarang berfungsi sebagai drainase awalnya merupakan saluran irigasi. • Banyaknya sampah yang berada di saluran drainase.

• Lemahnya koordinasi dalam menangani kegiatan drainase.

• Tidak adanya lubang street inlet pada beberapa trotoar tepi jalan sehingga cenderung terjadi genangan air pada saat hujan.

• Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan drainase.

• Terdapat beberapa saluran drainase yang memiliki kapasitas lebih kecil dibandingkan debit atau limpasan yang mengalir sehingga saluran tidak dapat berfungsi secara optimal, begitu pula dengan gorong-gorong.

(18)

xvii

• Perubahan sistem tataguna lahan yang tidak disertai dengan antispasi terhadap peningkatan akan sarana drainase

• Tidak terintegrasinya sistem drainase antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

Sub Sektor Higiene (PHBS)

Untuk aspek PHBS masih banyak yang tidak melakukan cuci tangan pakai sabun pada lima waktu penting, yaitu sebesar 80,28 %. Juga masyarakat yang masih melakukan BABS maupun BABS terselubung menjadi isu strategis utama. Dari studi EHRA (2011) terungkap bahwa 52,32 % masyarakat Kota Depok masih melakukan praktik BABS dan BABS terselubung. Mengacu pada kebijakan nasional maka seharusnya pada tahun 2013 praktik BABS dan BABS terselubung harus sudah dapat dihilangkan.

Atas dasar Isu tersebut dilakukanlah analisis SWOT untuk merumuskan strategi yang akan dipakai dalam mengatasi permasalahan sanitasi di Kota Depok. Berikut adalah SWOT sanitasi Kota Depok:

(19)

xviii

Kekuatan Kelemahan

• Adanya Perda Yang Mengatur Masalah

Tupoksi

• Perhatian Pimpinan Daerah Terhadap

Masalah Sanitasi

• Kesadaran OPD Akan Masalah Sanitasi yang

dihadapi

• Kurangnya Koordinasi

• Kurangnya Produk Hukum dan Lemahnya

Penegakan Hukum

• Perda Terkait Retribusi Belum Diperbaharui

• Sarana Prasarana OPD Belum Mendukung

• Lemahnya Database

• Kuantitas dan Kualitas SDM

• Komunikasi Searah Dengan Masyarakat

• Kurangnya Dana APBD

• Infrastruktur Kota yang Tidak Terpelihara

dengan Baik

Peluang Ancaman

• Program PPSP

• Letak Geografis Di Jabodetabek

• Fungsi dan peran kota sebagai bagian dari

PKN Bodebek dan Kawasan Andalan

Bodebekpunjur

• Merupakan Salah Satu Pusat Ekonomi

Provinsi

• Target Nasional dari Kementrian Terkait

• Pertumbuhan Permukiman Baru

• Tingkat Pendidikan Masyarakat yang Cukup

• Pertambahan Jumlah Penduduk

• Mahalnya Lahan

• Keperdulian Masyarakat yang Kurang

Strategi yang dipilih adalah W-O yaitu strategi yang memperbaiki kelemahan dan memaksimalkan peluang, atau yang biasa disebut strategi putar balik. Maka dengan keadaan ini Pemda Depok akan mengunakan secara maksimal sumber daya dan peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan – kelemahan yang ada selama ini.

(20)

xix

Strategi Sektor dan Aspek Utama

Pengembangan strategi (identifikasi dari awal program dan kegiatan) untuk sub-sektor air limbah, persampahan, dan drainase lingkungan, dilakukan dengan:

• Kaji ulang/bahas rencana pengembangan Kota Depok (RTRW), renstra OPD, dan studi-studi lain.

• Bahas kondisi sanitasi saat ini dalam suatu zona sanitasi dan gambaran jangka panjang dalam kurun waktu 5-25 tahun (penetapan zona, system, dan pilihan teknologi sanitasi).

• Tetapkan program jangka pendek dan jangka menengah (ditinjau dari seluruh aspek).

• Tetapkan area layanan dan tingkat layanan dalam sebuah zona sanitasi.

• Susun kegiatan-kegiatan untuk mendukung program.

• Lakukan untuk zona sanitasi lainnya, hingga mencakup seluruh kota.

Strategi Sub Sektor Air Limbah

Kekuatan

• Sudah ada kajian DED untuk rehabilitasi IPLT

• Sudah tersusun masterplan.

• Sudah ada perda retribusi IPLT

• Sudah mulai terbangun kerjasama dengan sektor swasta Kelemahan

• Lembaga pengelola hanya bersifat teknis

• Sarana prasarana kurang diperhatikan

• Terbebani oleh target retribusi

• Belum tersedia produk Hukum yang memadai Peluang

• Masih terbukanya kesempatan untuk berkerjasama dengan sector swasta

• Pertumbuhan kompleks-kompleks permukiman baru yang bisa dibenahi sarana air limbahnya sejak awal.

Ancaman

• Pertumbuhan penduduk yang pesat

Melihat tantangan yang cukub besar pada sector Air Limbah maka strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sector Air Limbah adalah:

(21)

xx

• Meninjau kembali Perda terkait Air Limbah.

• Revitalisasi dan Pengembangan sarana IPLT.

• Pemantauan sarana pengolahan Air Limbah pada pembangunan perumahan baru.

• Melakukan pengelolaan limbah cair rumah tangga secara terpadu pada skala kota.

• Mendorong pengelolaan limbah medis kepada pelaku usaha kesehatan.

Strategi Sub Sektor Persampahan

Kekuatan

• Sudah ada raperda pengelolaan sampah

• Lembaga pengelola baik

• Sudah ada masterplan

(22)

xxi

• Penanganan sampah menjadi Program Andalan dalam RPJMD Kelemahan

• Kurang koordinasi dengan lembaga lain

• Kualitas SDM belum memadai sesuai dengan bidang keahliannya

• Sarana prasarana kurang memadai Peluang

• Adanya kebijakan baru di tingkat nasional mengenai persampahan

• Sektor swasta pengelola sampah yang banyak terdapat di Kota Depok

• Terbukanya sumber dana baru diluar APBD Kota

• Terbukanya kesempatan untuk berkerjasama dengan sector swasta Ancaman

• Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah

• Pesatnya pertumbuhan penduduk

(23)

xxii

Melihat tantangan yang cukub besar pada sektor Persampahan maka strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sector

Persampahan adalah:

• Pengembangan cakupan layanan persampahan.

• Mengurangi timbulan sampah dari sumber sampah.

• Mendorong peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah.

• Mendorong kreatifitas pemanfaatan sampah pada lingkungan pendidikan.

• Membantu dalam pengumpulan limbah padat B3 untuk usaha skala Rumah Tangga.

Strategi Sub Sektor Drainase

Kekuatan

• Lembaga pengelola cukup baik

• Sudah ada masterplan

• Sudah ada DED

• Kuantitas dan kualitas SDM cukup baik

• Hubungan yang baik dengan kementrian pusat

• Penanganan banjir menjadi program prioritas dalam RPJMD Kelemahan

• Kurangnya dana untuk melakukan pembenahan

• Belum adanya prioritas wilayah penanganan banjir yang baik

• Belum tersedianya produk hukum yang memadai

• Belum tersedianya SOP pengelolaan drainase Peluang

• Adanya kebijakan nasional yang mendorong perbaikan drainase

• Terbukanya peluang pendanaan selain APBD Kota

• Undang-undang Lingkungan hidup yang baru memperketat prasyarat dokumen lingkungan yang akan meminimalisir dampak negative pembangunan

• Banyak sungai dan situ yang dapat dimanfaatkan sebagai pengendali banjir Ancaman

• Kurangnya partisipasi masyarakat dalam perawatan sarana prasarana

(24)

xxiii

Melihat tantangan yang cukub besar pada sector Drainase maka strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sector Drainase adalah:

• Melakukan penanganan banjir pada titik-titik genangan di kota depok.

• Meningkatkan kondisi infrastruktur dan konservasi sumber daya air.

Melakukan pembenahan dari segi dimensi dan sistem tata air pada saluran drainase tresier yang ada di Kota Depok.

• Melakukan pemantauan kualitas air pada saluran drainase primer.

Dilakukannya pementauan secara teratur untuk mengetahui kondisi terkini dari drainase primer dan badan air.

• Mendorong peranan dokumen lingkungan dalam pencegahan bencana banjir dan kontaminasi badan air.

Memperketat pemeriksaan dokumen lingkungan (KLHS, ANDAL, RKL, RPL) dari segi dampak terhadap tata air agar meminimalisir pembangunan yang menyebabkan terjadinya banjir.

Strategi Sub Sektor Higiene (PHBS)

Kekuatan

• Kuantitas dan kualitas SDM yang memadai

• Mempunyai data base yang baik dan akurat

• Koordinasi yang kuat dengan lembaga lain dan kementrian pusat Kelemahan

• Belum melakukan pendekatan keruangan dalam perencanaan kesehatan Peluang

• Mempunyai kader sanitarian yang aktif di masyarakat

• Jaringan PKK yang aktif Ancaman

• Perubahan iklim global yang mempengaruhi perubahan perilaku vector pembawa penyakit

• Pertumbuhan pertumbuhan penduduk yang pesat.

• Kurangnya kesadaran masyarakat

Melihat tantangan yang cukub besar pada sector Higiene maka strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sector Higiene adalah:

• Peningkatan dalam kesehatan mandiri dan kesehatan permukiman.

(25)

xxiv

• Penyadaran pentingnya unit pengolahan limbah pada sarana kesehatan skala kecil yang bertempat di ruko ataupun permukiman.

• Advokasi kesehatan untuk pekerja sektor sanitasi.

Strategi Enabling and Sustainability Aspect

Pengembangan strategi untuk keberlanjutan pengelolaan sector sanitasi dilakukan dengan mengkaji kembali permasalahan yang timbul dan terekam dalam Buku Putih Sanitasi dan melakukan elaborasi untuk merumuskan pemecahannya.

Strategi Kebijakan Daerah dan Kelembagaan

Kekuatan

• Sudah berjalannya sistim pengawasan kualitas SDM

• Sudah berjalannya system evaluasi jabatan dan kelembagaan Kelemahan

• Tindak lanjut dari hasil evaluasi masih lamban dan berbelit belit Peluang

• Adanya kebijakan pusat yang menyoroti masalah kelembagaan sanitasi Ancaman

• Adanya budaya yang sulit diubah dalam pelaksanaan kelembagaan di Indonesia

Penguatan kelembagaan sanitasi merupakan poin penting yang selalu menjadi sorotan, karenannya dirumuskanlah beberapa strategi terkait dengan hal itu:

• Memperkuat aspek SDM dalam kelembagaan sanitasi.

Dalam hal ini dilakukan dengan cara menganalisis formasi jabatan yang sekarang ada di sector sanitasi.Peningkatan kapasitas dan keahlian yang mutlak diperlukan dalam melakukan pengelolaan masalah sanitasi yang baik.

• Memperkuat aspek kelembagaan sanitasi.

Memperkuat lembaga-lembaga yang menjadi ujung tombak dalam penanganan sector sanitasi di Kota Depok. Terutama untuk kelembagaan yang mengelola masalah air limbah yang sampai saat ini masih dirasa kurang, mengingat tantangan pengelolaan air limbah ke depan yang akan semakin kompleks seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan Kota Depok.

(26)

xxv

• Memperkuat aspek tata laksana pada kelembagaan sanitasi

Melakukan evaluasi masalah tupoksi dan sop yang ada pada lembaga-lembaga yang bersinggungan dengan pengelolaan sanitasi. Terutama masalah tupoksi dalam pengelolaan sanitasi.

Strategi Keuangan

Kekuatan

• Sudah ada pembagian yang jelas untuk dana sector sanitasi Kelemahan

• Alokasi dana untuk sector sanitasi kurang memadai Peluang

• Terbukanya sumber pendanaan non APBD Kota Ancaman

• Lemahnya penegakan hukum khususnya yang menyangkut pajak

Mengingat pentingnya pendanaan sector sanitasi maka terdapat beberapa strategi untuk mengakomodasi pendanaan sanitasi :

• Mengutakan monitoring dan evaluasi program dari segi pendanaan

• Membuka sumber pendanaan baru diluar APBD

Strategi Komunikasi

Kekuatan

• Sudah ada lembaga yang menangani masalah komunikasi skala kota

• Sudah digunakannya semua jalur komunikasi yang ada Kelemahan

• Substansi sanitasi belum masuk dalam komunikasi skala kota

• Jalur komunikasi yang ada saat ini masih satu arah

• Kuantitas dan kualitas SDM kurang memadai untuk kebutuhan komunikasi modern

• Komunikasi yang bersifat sektoral

• Belum Optimalnya jalur komunikasi Peluang

(27)

xxvi Ancaman

• Banyaknya masyarakat yang tidak tau (tidak tersosialisasikan dengan baik) jalur komunikasi kota

Strategi komunikasi sanitasi bisa menjadi ujung tombak dalam pembenahan kondisi sanitasi di Kota Depok. Karena dengan pengetahuan mengenai sanitasi yang memadai akan mendorong perubahan perilaku dan partisipasi masyarakat dalam bidang sanitasi. Melihat hal tersebut maka dirumuskanlah beberapa strategi komunikasi untuk mengurai masalah sanitasi :

• Memperjelas alur komunikasi yang ada di Kota Depok

• Mengisi substansi sanitasi dalam program kampanye

• Menangani data monitoring dan evaluasi sanitasi

• Membuat kampanye sanitasi skala kota berdasarkan hasil kajian komunikasi PPSP

• Penguatan tupoksi dan peran OPD terkait sebagai penggerak komunikasi sanitasi

• Memasukan pesan-pesan sanitasi dalam kelopok masyarakat melalui jalur pengajian, arisan, rapat RT, PKK, dll.

Strategi dalam Keterlibatan Pelaku Bisnis

Kekuatan

• Sudah ada keterlibatan pelaku bisnis di sector sanitasi Kelemahan

• Belum terorganisasinya keterlibatan pelaku bisnis

• Belum ada payung hukum

• Kurangnya koordinasi antar lembaga dan pelaku bisnis

• Belum ada lembaga yang mengakomodir Peluang

• Maraknya UKM yang berada di Kota Depok

• Iklim investasi yang baik di Indobnesia pada umumnya dan Kota Depok pada khususnya

Ancaman

• Adanya persepsi negative pihak swasta terhadap kinerja aparatur Pemerintah daerah

Keterlibatan pelaku bisnis dalam bidang sanitasi memberi kontribusi besar dalam memperbaiki kondisi sanitasi Kota Depok, karenanya dilakukan berbagai upaya untuk merangkul para pelaku bisnis tersebut, diantaranya dengan:

(28)

xxvii

• Pengorganisasian pelaku bisnis yang berkecimpung di sector sanitasi.

Hal ini dikakukan dengan upaya pendataan usaha lapak pengumpul sampah.Perizinan untuk usaha pengangkutan tinja.Pendataan pengangkutan limbah B3.

Strategi Mendukung Partisipasi Masyarakat dan Jender

Kekuatan

• Sudah ada beberapa lembaga yang mampu memanyungi partisipasi masyarakat Kelemahan

• Belum ada upaya pelibatan masyarakat sebara aktif dalam kegiatan-kegiatan pemerintahan

• Kurangnya koordinasi antara lembaga terkait dan masyarakat Peluang

• Kondisi masyarakat Depok terbuka dan kritis

• Banyaknya tokoh masyarakat yang berpengaruh dan mampu menggerakan massa Ancaman

• Merasuknya budaya masyarakat kota yang rendah keperduliannya dan menyerahkan tanggungjawab sanitasi kepada pemerintah semata.

Partisipasi masyarakat Kota Depok dalam bidang sanitasi belum dapat dimaksimalkan.Bahkan masyarakat dianggap sebagai suatu hambatan karena banyak diantaranya masih melakukan penurunan nilai dan fungsi sarana prasarana yang sudah terbangun di Kota Depok. Karena itu dirumuskanlah beberapa strategi pelibatan masyarakat dalam bidang sanitasi :

• Memberi ruang pada masyarakat dalam berperan aktif menjaga sarana prasarana sanitasi.

• Menggalakan kembali gotong rorong sebagai salah satu pengamalan dari pancasila

• Menempatkan Kelurahan sebagai motor penggerak masyarakat dan Kecamatan sebagai Wadah koordinasi.

Visi Misi Sanitasi Kota Depok

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Kota Depok dalam bidang sanitasi maka visi Kota Depok bidang sanitasi adalah :

“Terwujudnya Kota Depok dengan Sanitasi Prima”

(29)

xxviii

Yang berarti : Kota Depok yang maju dalam pelayanan sanitasi, dengan akses sanitasi yang memadai masyarakat, lingkungan yang tidak tercemar dan bebas genangan, serta warganya peduli akan sanitasi dan hygiene.

Sebagai penjabaran visi Pemerintah Kota Depok diatas disusunlah misi dalam rangka mewujudkan visi Terwujudnya Kota Depok dengan Sanitasi Prima, dengan rincian sebagai berikut :

1. Mewujudkan tata kelola sanitasi yang profesional dan bersinergi; 2. Mewujudkan masyarakat yang perduli terhadap sanitasi;

3. Mewujudkan infrastruktur sanitasi yang handal; 4. Mewujudkan Lingkungan yang Sehat.

Tujuan, Sasaran dan Arahan Pentahapan Pencapaian

Misi Tujuan Sasaran Program Indikator Kondisi

Awal Tahapan Pencapaian (Tahun) 5 10 25 Mewujudkan tatakelola sanitasi yang profesional dan bersinergi. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Sektor Sanitasi Meningkatnya IKM sektor sanitasi

1. Peningkatan Kualitas Data dan Perenvanaan 2. Peningkatan Kualitas SDM 3.Evaluasi Jabatan & kelembagaan Sektor sanitasi. 4. Monitoring dan Evaluasi Kelembagaan Sektor Sanitasi

IKM 73 80 82 85 Meningkatkan Kerjasama dan sinergitas stakeholder sanitasi Meningkatkan peran sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi

1. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Pembangunan Jumlah Swasta yang Berkerjas ama dalam Bidang sanitasi 6 10 15 20 Meningkatkan kapasitas pendanaan

1. Identifikasi Sumber Pendanaan Non-APBD Program Non APBD Sektor sanitasi Belum ada

ada ada ada

Memperkuat aspek legal sektor sanitasi Meningkatnya jumlah produk hukum sektor sanitasi

1. Penyusunan SPM & SOP 2. Peninjauan Perda Masalah Sanitasi Jumlah Perda sanitasi baru yang muncul 0 3 5 11 Mewujudkan masyarakat yang perduli terhadap kondisi sanitasi. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kondisi sanitasi Meningkatnya publikasi dengan substansi sektor sanitasi 1. Peningkatan Kampanye Sanitasi Jumlah Publikasi 0 10 20 50

(30)

xxix

Misi Tujuan Sasaran Program Indikator Kondisi Awal Tahapan Pencapaian (Tahun) 5 10 25 Meningkatnya jumlah keluarga sehat. 1. Peningkatan promosi kesehatan Jumlah Rumah tangga Sehat 60% 72,5 0% 80% 95% Menggalang partisipasi aktif masyarakat dalam sektor sanitasi. Meningkatnya RT yang berpartisipasi dalam kegiatan sanitasi 1. Peningkatan partisipasi/kemitraan masyarakat dalam pengelolaan sampah 2. Peningkatan pengamalan pancasila dalam bentuk gotong royong 3. Stimulan Swakelola Masyarakat dalam Penataan Drainase RT yang menikuti gerakan depok memilah 330 330 430 660 Mewujudkan Infrastruktur sanitasi yang handal. Meningkatkan Kapasitas dan kualitas Infrastruktur penanganan Limbah (padat dan cair) Meningkatnya cakupan layanan persampahan. 1. Peningkatan pengelolaan persampahan 2. peningkatan pengelolaan TPA 3. Pengembangan TPA Regional

Cakupan layanan sampah 38% 71% 80% 95% Meningkatnya cakupan pelayanan limbah cair

1. Peningkatan pengelolaan IPLT 2. Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat 3. Pembangunan Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Setempat dan Komunal (SANIMAS)

Layanan penamp ungan pembua ngan air limbah 100% 100 % 100% 100% Meningkatkan kualitas drainase Tertanggulangin ya banjir 1. Pembangunan, peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan drainase dan irigasi. 2.Pengendalian banjir 3. Pengembangan Drainase Perkotaan Titik banjir yang ditangani (buah/ta hun) 2 10 25 45 Meningkatkan Infrastruktur Permukiman Meningkatkan rumah tangga bersanitasi 1. Penataan Lingkungan Permukiman Jumlah Rumah Tangga Bersanita si 89% 95% 95% 95% Mewujudkan Lingkungan yang sehat Terpeliharanya Lingkungan dari Pencemaran Perlindungan Lingkungan Hidup 1. Peningkatan kualitas perencanaan dan pengendalian pembangunan 2. Pengendalian dan penanganan kasus pencemaran dan perusakan lingkungan Jumlah Kegiatan 11 11 22 33 Meningkatkan pengelolaan limbah medis skala rumah tangga. 1. Pengorganisasian Praktek Dokter di Permukiman Jumlah Praktek Dokter yang mengelol a Limbah Belum ada data meni ngka t 5% dari data mening kat 10% dari data mening kat 25% dari data

(31)

xxx

Program & Kegiatan

Sasaran Program & Kegiatan Penanggung

Jawab Pendanaan

Meningkatnya IKM sektor sanitasi

Peningkatan Kualitas Data dan Perencanaan

Studi EHRA Dinkes APBD Kota Pendataan dan pembinaan Pelaku usaha Persampahan DKP APBD Kota Pendataan Sedot Tinja Swasta DKP APBD Kota

Peningkatan Kualitas SDM

Pelatihan Teknis Perencanaan Jaringan Drainase BMSDA APBD Kota Pelatihan Teknis Penyusunan Program Pengelolaan Drainase BMSDA APBD Kota Pelatihan Teknis pengolahan dan Pengelolaan Sampah DKP APBD Kota Bintek Pengembangan SDM Pengelola Air Limbah DKP APBD Kota Peningkatan Manajemen Pengelolaan & SOP IPLT DKP APBD Kota Pelatihan Teknis & Pengelolaan SANIMAS Distarkim

APBD Prov. & APBD Kota

Evaluasi Kelembagaan Sektor Sanitasi Evaluasi Kinerja IPLT DKP

APBN & APBD Kota Evaluasi Kinerja Pelayanan Publik Setda APBD Kota Penyusunan Standart Pelayanan Publik Setda APBD Kota Evaluasi Kinerja Kelembagaan Setda APBD Kota Penguatan Tupoksi Kelembagaan OPD Setda APBD Kota Evaluasi Penilaian Prestasi Kerja Setda APBD Kota

Monitoring dan Evaluasi Kelembagaan Sektor Sanitasi Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Setda APBD Kota Penyusunan Laporan Keuangan Semesteran Setda APBD Kota Meningkatkan peran sektor

swasta dalam pengelolaan sanitasi

Peningkatan Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha Dalam

Pembangunan

Peningkatan Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha Dalam

Pembangunan BAPPEDA APBD Kota Meningkatkan kapasitas

pendanaan

Identifikasi Sumber Pendanaan Non APBD Peningkatan Kerjasama Daerah BAPPEDA APBD Kota Koordinasi Pembiayaan Dengan Pusat dan Provinsi BAPPEDA APBD Kota Meningkatnya jumlah

produk hukum sektor sanitasi

Penyusunan SPM & SOP

Fasilitasi Penyusunan SPM Setda APBD Kota Fasilitasi Penyusunan SOP Setda APBD Kota

(32)

xxxi

Sasaran Program & Kegiatan Penanggung

Jawab Pendanaan

Peninjauan Perda Masalah Sanitasi Revisi Perda Retribusi Penyedotan Kakus Setda

APBN & APBD Kota Sosialisasi Perda Retribusi Penyedotan Kakus Setda

APBN & APBD Kota

Meningkatnya publikasi dengan substansi sektor

sanitasi

Peningkatan Kampanye Sanitasi

Pemberdayaan Forum Komunikasi Radio Amatir dan Radio Penyiaran Diskominfo APBD Kota Pembentrukan LPPL dan Penyelenggaraan Siaran Radio Diskominfo APBD Kota Pembentukan Komunitas Informasi Masyarakat Diskominfo APBD Kota Pengembangan Kemitraan dengan Media Massa Diskominfo APBD Kota Diseminasi Informasi Program Pembangunan Kota Depok Diskominfo APBD Kota Layanan Siaran di Media Elektronik Diskominfo APBD Kota Sistem Layanan Pengaduan Diskominfo APBD Kota

Meningkatnya jumlah keluarga sehat

Peningkatan promosi kesehatan

Optimalisasi Kota Sehat Dinkes APBD Kota Peningkatan Kualitas PHBS Dinkes APBD Kota Promosi Kesehatan Dinkes APBD Kota Penyehatan Lingkungan Pemukiman Dinkes APBD Kota

Meningkatnya RT yang berpartisipasi dalam

kegiatan sanitasi

Peningkatan partisipasi/kemitraan masyarakat dalam pengelolaan

sampah

Lomba Kebersihan DKP APBD Kota Komposting Rumah tangga DKP APBD Kota Gerakan Depok Memilah DKP APBD Kota

Peningkatan pengamalan pancasila dalam bentuk gotong royong Pengerahan warga dalam pelaksanaan Jumsih Kecamatan APBD Kota

Stimulan Swakelola Masyarakat Dalam Penataan Drainase Stimulan Swakelola Masyarakat Dalam Penataan Drainase BMSDA

APBN & APBD Kota

Meningkatnya cakupan layanan persampahan

Peningkatan pengelolaan persampahan Pelayanan Pengangkutan Sampah DKP APBD Kota Kajian Manajemen Persampahan DKP APBD Kota Pelaksanaan Pengolahan Sampah Skala Kawasan DKP APBD Kota Pengadaan Lahan UPS Skala Kawasan DKP APBD Kota Pembangunan Hanggar/UPS DKP APBD Kota Pengadaan Mesin Pengolah Sampah DKP APBD Kota

(33)

xxxii

Sasaran Program & Kegiatan Penanggung

Jawab Pendanaan

Pengadaan Kendaraan Operasional Kebersihan, Pertamanan, dan TPU DKP APBD Kota Pemeliharaan Hanggar UPS DKP APBD Kota Penggantian Suku Cadang Kendaraan Operasional Kebersihan DKP APBD Kota Pemeliharaan rutin berkala kendaraan operasional kebersihan DKP APBD Kota

Peningkatan Pengelolaan TPA

Pengelolaan TPA DKP APBD Kota Penataan Infrastruktur TPA DKP APBD Kota Pengadaan Alat berat DKP APBD Kota Pengembangan Komunitas Lingkungan di Sekitar TPA DKP APBD Kota Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi Lingkungan TPA DKP APBD Kota Pembangunan Drainase dan Jalan Operasi Lingkar TPA DKP APBD Kota

Pengembangan TPA Regional

Penyusunan AMDAL SPA DKP APBD Kota Pembebasan Lahan SPA DKP APBD Kota Pembebasan Lahan jalan Operasional SPA DKP APBD Kota DED Stasiun Peralihan Antara DKP APBD Kota Pembangunan Stasiun Peralihan Antara DKP

APBN & APBD Kota Pembangunan Jalan Operasional SPA DKP APBN Studi Kelayakan dan DED Intermediate Treatment Facility DKP APBD Kota Pembangunan Intermediate Tratment Facility DKP

APBN & APBD Kota

Meningkatkan cakupan pelayanan limbah cair

Peningkatan pengelolaan IPLT

Pengelolaan IPLT DKP APBD Kota Pemeliharaan IPLT DKP APBD Kota Sosialisasi IPLT DKP APBD Kota Pengadaan Lahan IPLT DKP APBD Kota

Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat Studi Kelayakan Pembangunan IPAL kawasan terpusat DKP

APBN & APBD Kota DED Pembangunan IPAL terpusat kawasan prioritas DKP

APBN & APBD Kota AMDAL Pembangunan IPAL terpusat kawasan prioritas DKP

APBN & APBD Kota Pembebasan Lahan IPAL terpusat kawasan prioritas DKP

APBN & APBD Kota

(34)

xxxiii

Sasaran Program & Kegiatan Penanggung

Jawab Pendanaan

Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Limbah Terpusat kawasan

prioritas DKP

APBN & APBD Kota

Pembangunan Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Setempat dan

Komunal (SANIMAS)

DED Rehabilitasi IPLT Kalimulya DKP APBD Kota Rehabilitasi/Optimalisasi IPLT Kalimulya DKP

APBN & APBD Kota DED Perluasan IPLT Kalimulya DKP APBD Kota Peningkatan Kapasitas (perluasan) IPLT Kalimulya DKP

APBN & APBD Kota FS Pemanfaatan Sludge dan Biogas Tinja pada IPLT Kalimulya DKP APBD Kota DED Infrastruktur pengolahan Biogas DKP APBD Kota Pengadaan Teruk Tinja DKP APBD Kota Sosialisasi Pelayanan IPLT DKP APBD Kota Pembangunan SANIMAS Distarkim

APBN & APBD Kota

Tertanggulanginya banjir

Pembangunan, peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan drainase dan

irigasi

Pembangunan Drainase BMSDA APBD Kota

Pengendalian Banjir

Pengendalian Banjir BMSDA APBD Kota

Pengembangan drainase perkotaan

DED Penataan Sistem drainase Kota BMSDA

APBN & APBD Kota Penataan sistem drainase kota BMSDA

APBN & APBD Kota Meningkatkan Rumah

Tangga Bersanitasi

Penataan Lingkungan Pemukiman

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Pemukiman Distarkim APBD Kota Pembangunan Infrastruktur kawasan permukiman Kumuh Distarkim APBD Kota

Perlindungan Lingkungan Hidup

Peningkatan kualitas perencanaan dan pengendalian pembangunan Kajian Onsite Sanitasi perumahan skala 0-50 BLH APBD Kota Kajian Onsite Sanitasi perumahan skala 50-100 BLH APBD Kota Kajian Onsite Sanitasi perumahan skala 100-150 BLH APBD Kota Design IPAL Pabrik Tahu BLH APBD Kota DED IPAL Terpadu Skala Kota BLH APBD Kota

Pengendalian dan Penanganan Kasus Pencemaran dan Perusakan

(35)

xxxiv

Sasaran Program & Kegiatan Penanggung

Jawab Pendanaan

Pengendalian Pencemaran Air BLH APBD Kota Pemantauan Pencemaran Air BLH APBD Kota pilot Project Pengelolaan B3 Non Institusi BLH APBD Kota Pembangunan TPSW Limbah B3 Skala Kota BLH APBD Kota Pelatihan Pengelolaan Limbah B3 BLH APBD Kota Meningkatkan Pengelolaan

Limbah Medis Skala Rumah tangga

Pengorganisasian Sarana Perbekalan Kesehatan Pemetaan Praktek Dokter di Permukiman Dinkes APBD Kota Rekomendasi perizinan sarana perbekalan kesehatan Dinkes APBD Kota

(36)

1

1.1 Latar Belakang

Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada masalah kesehatan lingkungan. Sanitasi lingkungan pada gilirannya akan menentukan taraf produktivitas penduduk. Situasi ini memberikan tantangan signifikan dimana Pemerintah Daerah masih dihadapkan pada persoalan belum tertanganinya tingkat kemiskinan dan masalah lain.

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok

No Target Sanitasi RPJMN Target Sanitasi RPJMD Provinsi Jawa Barat Target Sanitasi RPJMD Kota Depok 1 Stop BABS pada akhir tahun 2014, perluasan layanan

air limbah meningkat dari 20% di 16 kota. Tersedianya akses terhadap system pengolahan offside bagi 10% total penduduk, baik melalui system skala kota 5% dan skala komunak 5% serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas terhadap system air limbah setempat yang layak bagi 90% total penduduk.

Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% -

2 Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80% rumah tangga di wilayah perkotaan.

Cakupan pelayanan persampahan perkotaan pada tahun 2013 sebesar 65-70% Cakupan pelayanan persampahan sebesar 71% pada tahun 2016.

3 Menurunkan luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

- Penanggulangan 2 titik banjir setiap tahunnya. Sumber : RPJMD Kota Depok, RPJMD Jawa Barat, RPJMN

BAB 1

BAB 1

BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

(37)

2

Kondisi sanitasi kota sekarang ini dijadikan tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan suatu kota atau bahkan suatu negara. Kondisi sanitasi merupakan cerminan keperdulian pemerintah terhadap rakyatnya, karena sanitasi yang buruk ditengarai menyebabkan 120 juta kejadian penyakit dan 50.000 kematian anak setiap tahunnya. Dampak ekonomi akibat sanitasi yang buruk di perkotaan bisa mencapai lebih dari 29 triliun Rupiah setiap tahunnya. Untuk itulah diadakan program Pembangunan Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP), PPSP merupakan program yang akan menjadi titik awal pembangunan sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan mempromosikan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan Buku sebagai suatu terobosan dalam membenahi kondisi sarana sanitasi kota di Indonesia.

Tabel 1.2 Perbandingan Indikator Pembangunan Kota Depok dan Nasional

No Indikator Kota Depok Nasional

1 IPM 78,90 71,2

2 Indeks Pendidikan 92,2

3 Indeks Kesehatan 69

4 Indeks Daya Beli 648,58 - Sumber : RPJMD Kota Depok

Depok sebagai salah satu kota besar yang terdapat pada wilayah ibukota tentunya mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kesehatan masyarakatnya yang pada saat ini berjumlah 1.736.565 jiwa (BPS, 2010). Dengan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi tentunya depok merupakan salah satu kota yang menjanjikan, namun pada saat yang bersamaan juga terancam. Hal ini ditandai dengan pemekaran yang terjadi pada akhir tahun 2009. Kota Depok melakukan pemekaran wilayah kecamatan yang semula 6 kecamatan menjadi 11 kecamatan. Adapun pemekaran ini dituangkan dalam Perda Kota depok No. 8 Tahun 2007 dengan implementasi mulai dilaksanakan tahun 2009. Kota Depok memiliki 11 kecamatan, 63 kelurahan, 871 Rukun warga (RW) dan 4856 Rukun Tetangga (RT). Dimana secara fisik depok adalah daerah resapan air selain itu juga menjadi perluasan sektor bisnis, industri dan permukiman dari ibukota Jakarta.

Kota Depok berkomitmen ikut serta dalam program PPSP dan dengan serius membenahi kondisi sarana sanitasi kota. Keseriusan tersebut antara lain ditunjukan dengan dekeluarkannya Keputusan Walikota Depok No 821.29/232/Kpts/Bapp/Huk/2011 tertanggal 26 april 2011, tentang pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) sanitasi Kota Depok. Pokja melibatkan berbagai elemen masyarakat, dimana terdapat unsure Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pemerintah daerah, unsure

(38)

3

PKK dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Kota Depok yang bersinergi dengan lembaga kemasyarakatan, unsur swasta dan masyarakat secara keseluruhan.

Stategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi Kota Depok dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan. Diperlukan suatu kerangka kerja yang menjadi dasar dan acuan bagi pokja penyusunan strategi sanitasi kota, dengan tujuan agar strategi sanitasi tersebut memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat diimplementasikan dengan memperhatikan empat ciri pendekatan yang dikembangkan, yaitu: a) dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kota sendiri secara terintegrasi; b) skala kota; c) top-down meets bottom-up; dan d) didasarkan bukti material (evidence-based).

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan dokumen SSK ini adalah tersusunya dokumen perencanaan strategis sanitasi Kota Depok yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kota Depok dalam jangka menengah.

Tujuan dari penyusunan dokumen SSK ini adalah sebagai rencana pembangunan 5 tahunan bidang/sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. Secara khusus tujuan ini dapat dijabarkan menjadi :

1. SSK ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pembangunan Sanitasi Kota Depok selama 5 tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2016.

2. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi. 3. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak

swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi daerah Kota Depok.

(39)

4

1.3

Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan yang dipakai sebagai dasar hukum dalam penyusunan strategi sanitasi kota ini adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Dalam UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (selanjutnya disingkat SDA) disebutkan bahwa penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat. Hak guna air (berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air) tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan sebagian atau seluruhnya.

2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No 12

tahun 2008 mengenai Revisi UU No. 32 tahun 2004;

4. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

5. Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

Peraturan ini menjelaskan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut, maka dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang.

6. Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari Kepala Daerah sesuai dengan kewenangannya. Bupati/Walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan.

7. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Sehubungan dengan kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adapun ruang lingkup

(40)

5

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ini meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

8. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Sedangkan untuk kumpulan peraturan pemerintah terdapat beberapa peraturan yang terkait dengan sektor sanitasi, yaitu:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1995 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 5. Peraturan Pemerintah Indonesia No 41 tahun 2007 mengenai Organisasi Perangkat Daerah.

1.4 Metode Penyusunan

Penyusunan strategi sanitasi Kota Depok ini dilaksananakan secara partisipatif dan terintegrasi melalui berbagai diskusi secara rutin, lokakarya dan pembekalan baik yang dilakukan oleh Tim Pokja sendiri maupun dukungan fasilitasi CF/PF dan KMW II. Penyusunannya buku putih ini dikerjakan secara bersama – sama oleh tim Pokja agar menghasilkan SSK yang dapat diimplementasikan dengan baik oleh seluruh stakeholder Kota Depok. Metode yang digunakan dalam penyusunan SSK ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu secara bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap.

Penyusunan SSK ini terdiri dari tahapan-tahapan berikut ini:

1. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan kedalam visi, misi sanitasi Kota Depok, dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi Kota Depok. Dalam

(41)

6

perumusan bagian ini tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kota Depok.

2. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan. Analisis kesenjangan digunakan untuk mendeskripsikan issue strategis dan kendala yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai tujuan.

Adapun sumber data yang dibutuhkan dalam menyusun SSK Kota Depok adalah:

1. Hasil penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi Kota Depok saat ini berdasarkan data yang tergambar dalam Buku Putih Sanitasi Kota Depok. Pada tahap ini Tim Pokja mengkaji kembali Buku Putih Sanitasi Kota depok untuk memastikan kondisi yang ada saat ini khususnya kondisi yang tidak diinginkan atau permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengelolaan sanitasi Kota Depok.

2. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/badan/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistic, proposal, laporan, foto dan peta.

3. Data lainnya yang dibutuhkan, seperti : Data Demografi, Data Sosial Ekonomi, Data Institusi/Kelembagaan dan Data Tata Ruang.

Metode dalam penyusunan SSK adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur dilakukan terhadap Buku Putih Sanitasi Kota Depok, untuk menemukan akar permasalahan sanitasi Kota Depok.

2. Foc us Gr o up D is cus i o n( FGD ) de n gan se m u a OP D te rkait de nga n m asala h sanit asi unt uk m e ru m uskan st rate g i, ke b ijaka n, se rt a p ro gra m y ang d apat dite ra pka n d i Ko ta D e po k.

3. Konsultasi dengan Tim Ahli dari KMW untuk penjaminan kualitas dari dokumen SSK.

1.5

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Strategi Sanitasi Kota Depok ini terdiri dari 6 bab yang meliputi : BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, metode yang digunakan dalam penyusunan, peraturan perundangan yang dipakai, dan sistematika penulisan yang digunakan.

Gambar

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok
Tabel 1.2 Perbandingan Indikator Pembangunan Kota Depok dan Nasional
Gambar 2.1 Peta Area Beresiko Kota Depok
Gambar 2.2 Lama Tangki Septik Dibangun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, WNCS terdiri dari sensor, actuator, dan pengendali operasi yang didistribusikan di lokasi geografis yang berbeda dan dikoordinasikan dengan informasi

Masalah akan dipecahkan berupa waktu akses ke database mahasiswa Bina Nusantara yang belum efisien yang menyebabkan antrian dalam waktu lama ketika mahasiswa melakukan proses

Dalam konteks peningkatan harga lahan dan perubahan fungsi lahan di Semarang dalam kurun waktu 10 tahun, elemen dominan peubah struktur ruang di kawasan CBD adalah elemen

Pada metode ini pengoperasian alat berdasarkan sensor atau pewaktu yang berada pada alat tersebut, dimana jika sampah yang menumpuk pada komponen pengangkat mencapai batas sensor

Bila dirasakan tindakan penjahat membuat bahaya atas hidup orang lain, padahal tindakan itu masih dapat dielakkan tanpa harus dengan mematikan penjahat tersebut, maka

Batuan reservoir yang terdapat pada Cekungan Sumatra Tengah adalah Kelompok Sihapas yang berada tepat di atas batuan induk, terdiri dari batupasir yang terdapat

Adanya keragaman genotipe dari ketiga lokus antar kedelapan kelompok domba lokal memperkuat hasil penelitian sebelumnya (Sumantri et al., 2007b) yang melaporkan adanya