• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK PADA PEMANTAPAN PERTUMBUHAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas) DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH FAULIA LISFIANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONTRIBUSI BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK PADA PEMANTAPAN PERTUMBUHAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas) DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH FAULIA LISFIANI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK

PADA PEMANTAPAN PERTUMBUHAN JARAK PAGAR

(Jatropha curcas) DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH

FAULIA LISFIANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kontribusi Bahan Organik dan Anorganik pada Pemantapan Pertumbuhan Jarak Pagar (Jatropha curcas) di Lahan Bekas Tambang Timah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

Faulia Lisfiani NIM G351050151

(3)

ABSTRACT

FAULIA LlSFIANI. Contribution of Organic and Inorganic Material for Establishing The Growing of Physic nut (Jatropha curcas L.) on Tin-Mined Land. Under supervisory of HAMIM and UTUT WIDYASTUTI.

Uncontrolled tin mining activity can result in damages of environment including reduced land fertility. Under this situation, revegetation is needed in order to support the land rehabilitation. Physic nut is a good candidate for revegetation because it has adaptation capability for growing on critical land. To support this program, the research in soil ameliorant and cultivation technique which able to manipulate environment is required, so that can support the plant establishment especially during the beginning of plantation. The aim of this research was to investigated organic and inorganic contribution to support life cycle physic nut development on tin mined land. The research was carried out on tin-mining land of PT. Timah Bangka located on TS 1.33, Sungai Liat, Bangka Island. The experiment used was a Randomized Block Design with 2 factors and 3 replication. The first factor was fertilizer application comprised A0(0%), A1(50%), A2(75%) and A3(100%) of recommended fertilizer Urea:SP36:KCl (40g:100g:20g). The second factor was soil ameliorant including B0= without ameliorant, B1= chicken manure, B2= compost, B3= top soil B4= dolomite and B5= top soil+ dolomite. The result showed that fertilizer factor significantly improved plant growth indicated in all parameters by plant height, shoots dry weight, roots dry weight and total dry weight of plant. At the soil ameliorant factor, only chicken manure that was able to improve plant growth and production under tin mining conditions. The combination 50% inorganic fertilizer and chicken manure showed a good result better than other combination for the production characters .This combination also gave a good result on the vigorous plant expressed. Revegetation with physic nut and contribution of amelioran can improved the biology condition of tin mined-land.

Keywords: Jatropha curcas L., revegetation, tin-mining, organic and inorganic

(4)

RINGKASAN

FAULIA LISFIANI. Kontribusi Bahan Organik dan Anorganik pada Pemantapan Pertumbuhan Jarak Pagar (Jatropha curcas) di Lahan Bekas Tambang Timah. Dibimbing oleh HAMIM dan UTUT WIDYASTUTI.

Kegiatan penambangan timah dilakukan dengan melakukan pembukaan lahan yang menyingkirkan seluruh vegetasi di atas lahan tambang, dalam proses pemisahan konsentrat timah dari pasir melalui pencucian akan menghasilkan tumpukan tailing yang menyebabkan kerusakan lahan karena persentase pasir yang mencapai lebih dari 90%, pH masam peningkatan Al-dd, penurunan nilai KTK dan kadar C-organik tanah, serta rendahnya kandungan P-tersedia dan basa-basa tanah yang lain.

Di sisi lain, pengembangan biofuel dalam rangka memperoleh bahan baker alternatif terus dilakukan di berbagai negara. Melalui Peraturan Presiden No.1 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, menetapkan jarak pagar (Jatropha curcas L.) sebagai salah satu sumber bahan bakar nabati (BBN). Pengusahaan tanaman jarak pagar sebagai sumber bahan bakar tidak akan mengganggu penyediaan kebutuhan minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia dan ekspor crude palm oil (CPO), serta meningkatkan keamanan lingkungan melalui pengurangan produksi polutan dari penggunaan bahan bakar fosil.

Tanaman jarak pagar menjadi pilihan yang layak sebagai tanaman revegetasi lahan bekas tambang timah karena kemampuannya yang dapat hidup di lahan yang beriklim panas, mampu beradaptasi pada tanah yang kurang subur serta tahan kekeringan. Perbaikan kondisi tanah, tingkat adaptibilitas tanaman, pertumbuhan tanaman dan keberadaan mikroorganisme tanah yang mampu bersimbiosis secara mutualisme dengan tanaman menentukan keberhasilan rehabilitasi lahan, sehingga dibutuhkan pemberian bahan organik dan anorganik untuk mendukung kemantapan pertumbuhan awal tanaman jarak pagar di lahan bekas tambang timah.

Keberhasilan jarak pagar untuk mampu tumbuh di lahan bekas tambang timah yang kritis diharapkan tidak akan mengganggu penggunaan lahan-lahan produktif yang ditujukan untuk tanaman pangan. Revegetasi lahan bekas tambang timah dengan jarak pagar juga diharapkan akan mewujudkan pemulihan lahan yang terganggu ekologinya sehingga dapat pulih atau mendekati kondisi semula.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi bahan organik dan anorganik pada kemantapan pertumbuhan jarak pagar (Jatropha curcas) di lahan bekas tambang timah. Kombinasi bahan organik dan anorganik dimaksudkan untuk mencari dosis yang sesuai bagi pertumbuhan optimal tanaman jarak pagar di lahan bekas tambang timah. Respon tanaman terhadap kontribusi bahan organik dan anorganik dipergunakan untuk mengetahui potensi pengembangan jarak pagar sebagai tanaman revegetasi di lahan bekas tambang timah.

Penelitian di lapangan dilakukan di lahan tambang timah TS 1.33 Pulau Bangka. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah pupuk anorganik yaitu A0(0%), A1(50%), A2(75%) dan A3(100%) dari dosis rekomendasi Urea:SP36:KCl

(5)

(40g:100g:20g) per tanaman. Faktor yang kedua adalah amelioran, B0=tanpa amelioran, B1=kotoran ayam 4 kg/tanaman, B2=kompos 4 kg/tanaman, B3=top soil 4 kg/tanaman, B4= dolomit 0,5 kg/tanaman and B5= top soil+ dolomit, 2+0,25 kg/tanaman.

Parameter yang diukur meliputi karakteristik lahan dengan menganalisis sifat fisik dan kimia tailing juga vegetasi yang terdapat di lokasi penanaman jarak pagar di lahan bekas tambang timah, respon morfologi yaitu tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot kering total. Pada respon produksi yang diukur adalah persentase tanaman berbunga, umur berbunga, persentase tanaman berproduksi, umur panen, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman. Juga dilakukan analisis serapan hara N, P dan K pada tanaman. Analisis mikroorganisme berupa cendawan dan bakteri Bacillus serta Pseudomonas, dilakukan untuk mengetahui kelimpahan mikroorganisme pada daerah perakaran tanaman akibat pengaruh adanya tanaman jarak pagar dan bahan amelioran di lahan bekas tambang timah.

Hasil dari penelitian ini adalah pemberian pupuk anorganik akan mendukung pemantapan pertumbuhan awal dari tanaman jarak pagar di lahan bekas tambang timah pada seluruh respon morfologi yang diamati. Amelioran kotoran ayam nyata meningkatkan serapan hara dan respon produksi tanamann Pemberian pupuk Urea:SP36:KCl(20g:50:10g) dan amelioran kotoran ayam lebih efektif mendukung pertumbuhan awal tanaman jarak pagar dan memberikan respon produksi tertinggi pada saat tanaman berumur 8 bulan dibanding perlakuan lain. Keberadaan mikroorganisme pada daerah perakaran tanaman jarak pagar menunjukkan bahwa tanaman jarak pagar dan kontribusi dari amelioran di lahan bekas tambang timah mampu memperbaiki kondisi biologis lahan bekas tambang timah.

(6)

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulis kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

(7)

KONTRIBUSI BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK

PADA PEMANTAPAN PERTUMBUHAN JARAK PAGAR

(Jatropha curcas) DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH

FAULIA LISFIANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(8)

Judul Penelitian : Kontribusi Bahan Organik dan Anorganik pada Pemantapan Pertumbuhan Jarak Pagar (Jatropha curcas) di Lahan Bekas Tambang Timah.

Nama : Faulia Lisfiani

NRP : G351050151

Disetujui, Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Hamim, M.Si. Dr. Ir. Utut Widyastuti, M.Si. Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(9)

Penguji pada ujian tesis : Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Agustus 1981 dari ayah Drs. H. Fatri dan ibu Hj. Ismiati, S.Pd.I. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.

Tahun 1999 penulis lulus dari SMUN 89 Jakarta dan pada tahun yang sama melanjutkan ke Universitas Andalas, Padang, Fakultas Pertanian. Pada tahun 2004 penulis memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor, Program studi Biologi.

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Febuari 2007 sampai Februari 2008 ini berjudul Kontribusi Bahan Organik dan Anorganik pada Pemantapan Pertumbuhan Jarak Pagar (Jatropha curcas) di Lahan Bekas Tambang Timah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hamim, M.Si. dan Ibu Dr.Ir.Utut Widyastuti,M.Si. atas bimbingan dan saran yang telah diberikan sejak persiapan, pelaksanaan penelitian hingga selesainya tesis ini.

Kepada Proyek HI-LINK DIKTI, PT. TIMAH, Universitas Bangka Belitung dan Pemda Kabupaten Bangka Induk terima kasih atas dana dan bantuan yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Ucapan yang sama disampaikan kepada Kepala Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Kepala Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor atas kemudahan dalam penggunaan fasilitas laboratorium.

Kepada kedua orangtua dan adikku tercinta, serta segenap keluarga yang senantiasa mendukung dalam doa dan semangat, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2009

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 3 Hipotesis ... 3 Manfaat Penelitian ... 3 TINJAUAN PUSTAKA Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang Timah ... 4

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas) ... 5

Pemupukan ... 7

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Rancangan Percobaan ... 9

Tahapan Penelitian ... 11

Parameter Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 15

Pembahasan ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 47

Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran ... 10

2 Persentase tanaman berbunga dan umur berbunga tanaman ... 25

3 Persentase tanaman berbuah dan umur panen tanaman ... 25

4 Keragaman cendawan rhizosfer sebelum di revegetasi ... 32

5 Keragaman cendawan rhizosfer setelah di revegetasi ... 32

6 Kehadiran bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. ... 33

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kondisi lahan bekas tambang timah TS 1.33 Pulau Bangka ... 15 2 (a) Tinggi tanaman jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Tinggi tanaman jarak pagar terhadap faktor amelioran ... 17 3 Tinggi tanaman jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk

anorganik dan amelioran ... 17 4 (a) Diameter batang jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Diameter batang jarak pagar terhadap faktor amelioran ... 18 5 Diameter batang jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk

anorganik dan amelioran ... 19 6 (a) Jumlah cabang jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Jumlah cabang jarak pagar terhadap faktor amelioran ... 19 7 Jumlah cabang jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk

anorganik dan amelioran ... 20 8 (a) Jumlah daun jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Jumlah daun jarak pagar terhadap faktor amelioran ... 20 9 Jumlah daun jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik

dan amelioran ... 21 10 (a) Bobot kering tajuk jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Bobot kering tajuk jarak pagar terhadap faktor amelioran ... 21 11 Bobot kering tajuk jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk

anorganik dan amelioran ... 22 12 (a) Bobot kering akar jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Bobot kering akar jarak pagar terhadap faktor amelioran ... 22 13 Bobot kering akar jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk

anorganik dan amelioran ... 23 14 (a) Bobot kering total jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Bobot kering total jarak pagar terhadap faktor amelioran ... 23 15 Bobot kering total jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk

anorganik dan amelioran ... 24 16 (a) Jumlah buah per tanaman terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Jumlah buah per tanaman terhadap faktor amelioran ... 26 17 Jumlah buah per tanaman terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik

dan amelioran ... 26 18 (a) Jumlah biji per tanaman terhadap faktor pupuk anorganik,

(15)

19 Jumlah biji per tanaman terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran ... 27 20 (a) Bobot total biji per tanaman terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Bobot total biji per tanaman terhadap faktor amelioran ... 28 21 Bobot total biji per tanaman terhadap kombinasi perlakuan pupuk

anorganik dan amelioran ... 28 22 (a) Serapan hara N terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Serapan hara N terhadap faktor amelioran ... 29 23 Serapan hara N terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan

amelioran ... 29 24 (a) Serapan hara P terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Serapan hara P terhadap faktor amelioran ... 30 25 Serapan hara P terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan

amelioran ... 30 26 (a) Serapan hara K terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Serapan hara K terhadap faktor amelioran ... 31 27 Serapan hara K terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan

amelioran ... 31 28 Morfologi tanaman kontrol (A0B0) dan perlakuan amelioran kotoran

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Matriks korelasi antara serapan hara, respon morfologi dan produksi ... 55 2 Hasil analisis tailing timah TS 1.33 ... 56 3 Hasil Analisis Bahan Organik ... 57 4 Cendawan rhizosfer di lahan bekas tambang timah yang sudah di

revegetasi dengan jarak pagar ... 58 5 Cendawan rhizosfer di lahan bekas tambang timah sebelum di revegetasi

dengan jarak pagar ... 59 6 Perbandingan morfologi tanaman kontrol dan amelioran kotoran ayam ... 60 7 Buah dan biji jarak pagar terhadap kombinasi pupuk anorganik dengan

amelioran kotoran ayam... ... ... 61 8 Komposisi media Potato Dextrose Agar (PDA), Nutrient Broth (NB) dan

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan penambangan timah dilakukan dengan melakukan pembukaan lahan yang menyingkirkan seluruh vegetasi di atas lahan tambang. Proses pemisahan konsentrat timah akan menghasilkan tumpukan tailing yang juga menyebabkan kerusakan lahan. Lahan bekas tambang memiliki persentase pasir yang mencapai lebih dari 90%, pH masam, rendahnya kandungan hara, daya pegang air, serta jumlah bakteri dan fungi (Nurtjahya 2001; Saptaningrum 2001) yang menyebabkan kondisi lahan bekas tambang timah menjadi tidak produktif.

Kondisi lahan bekas tambang timah yang rendah kemampuannya dalam menunjang pertumbuhan tanaman membutuhkan rehabilitasi karena secara alamiah dibutuhkan waktu hingga 40 tahun agar lahan bekas tambang dapat menyamai sifat tanah asli (PT Tambang Timah 1991). Rehabilitasi dilakukan melalui upaya pemberian tanah liat, kapur serta bahan organik yang dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan agregasi dan kemantapan tanah, memperbaiki aerasi, meningkatkan kemampuan menyimpan air, serta meningkatkan daya ikat tanah sehingga unsur hara yang ditambahkan pada lahan bekas tambang timah yang berupa tailing pasir tidak mudah hilang tercuci.

Upaya revegetasi dengan penanaman jarak pagar (Jatropha curcas L) memberi keuntungan bagi kegiatan rehabilitasi di lahan bekas tambang, karena pertumbuhan tanaman ini dapat membantu terjadinya suksesi secara cepat. Kemampuan jarak pagar untuk dapat hidup di lahan yang beriklim panas, tandus dan berbatu, tanah yang kurang subur dan tanah bergaram serta tahan kekeringan menyebabkan tanaman ini memiliki kemampuan beradaptasi yang luas. Selain itu pembukaan lahan untuk penanaman jarak pagar sebagai penghasil bahan bakar nabati diharapkan mampu menyediakan sumber bahan bakar alternatif dan tambahan penghasilan bagi masyarakat di sekitar lahan bekas penambangan.

Potensi produksi minyak yang diperoleh dari biji jarak pagar sebesar 1.590 kg/ha/tahun (Kandpal & Madan 1995) produksi tersebut lebih rendah dibanding produksi minyak kelapa sawit yang dapat mencapai 4-6 ton/ha/tahun (Hadipermata et al. 2006), namun karena jarak pagar merupakan tanaman lahan

(18)

kering, maka dapat dikembangkan pada daerah yang tidak cocok bagi pengembangan kelapa sawit serta pangan. Keberhasilan jarak pagar untuk mampu tumbuh di lahan bekas tambang timah yang kritis diharapkan tidak akan mengganggu penggunaan lahan-lahan produktif.

Diketahui bahwa penggunaan lahan bekas tambang timah untuk lahan pertanian sifatnya sangat terbatas karena adanya kontaminasi logam berat di tanah. Beberapa buah-buahan dan sayuran yang ditanam di lahan bekas tambang timah dilaporkan memiliki konsentrasi logam berat seperti merkuri, cadmium, arsenik di atas ambang batas yang diijinkan oleh Food Acts 1986 (Ang 2005). Kondisi tercemar logam berat pada biji jarak pagar yang ditanam di lahan bekas tambang timah tentu tidak akan bersifat racun bagi manusia karena jarak pagar bukan merupakan tanaman yang dimakan.

Jarak pagar juga mudah dalam perawatan dan pada usia 6-8 bulan telah berproduksi. Hal ini sesuai dengan syarat dari tanaman revegetasi yang dikemukakan oleh Setiawan (1993) antara lain bernilai ekonomis dan hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pengusahaan tanaman jarak pagar sebagai sumber bahan bakar nabati pun tidak akan mengganggu penyediaan kebutuhan minyak makan nasional tidak seperti halnya dengan biofuel yang berasal dari kelapa sawit, serta akan meningkatkan keamanan lingkungan melalui pengurangan produksi polutan akibat penggunaan bahan bakar fosil (Manurung 2006).

Sehubungan dengan pentingnya jarak pagar sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah krisis bahan bakar fosil dan kebutuhan untuk merehabilitasi lahan bekas tambang timah maka diperlukan penelitian mengenai peranan bahan organik dan anorganik yang dapat menunjang keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang timah. Keberhasilan tersebut tergantung dari kondisi tanah, tingkat adaptibilitas tanaman, pertumbuhan tanaman dan keberadaan mikroorganisme tanah yang mampu bersimbiosis secara mutualisme dengan tanaman. Pertumbuhan tanaman jarak pagar yang optimal diharapkan mampu merevegetasi lahan bekas tambang timah sehingga tujuan dari reklamasi untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi dapat tercapai.

(19)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi bahan organik dan anorganik pada pemantapan pertumbuhan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) di lahan bekas tambang timah dan responnya terhadap keragaman mikroba tanah. Kombinasi bahan organik dan anorganik dimaksudkan untuk mencari dosis yang sesuai bagi pertumbuhan optimal tanaman jarak pagar di lahan bekas tambang timah.

Hipotesis

Tanggap karakter morfologi dan produksi jarak pagar (Jatropha curcas) akan berbeda pada tiap perlakuan kombinasi bahan organik dan anorganik.

Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan input teknis budidaya yang paling mendukung pertumbuhan awal jarak pagar di lahan bekas tambang timah. Informasi tersebut akan memperkaya pengembangan strategi yang efektif dalam upaya revegetasi di lahan bekas tambang timah bagi rehabilitasi lingkungan dengan waktu yang singkat.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang Timah

Penelitian Amriwansyah (1990) pada tiga lokasi tambang timah di Pulau Bangka memberikan hasil bahwa proses aktifitas penambangan berpengaruh nyata meningkatkan persentase pasir dan menurunkan persentase debu, liat, bahan organik tanah, bobot fisik tanah, air tersedia, pH tanah, alumunium dapat ditukar, nitrogen total, fosfor tersedia, kalium tersedia serta kapasitas tukar kation. Saptaningrum (2001) dalam penelitiannya juga mendapatkan bahwa lahan bekas tambang memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang rendah dalam menunjang pertumbuhan tanaman revegetasi yang dilakukan oleh PT Timah. Lahan yang terdegradasi akibat penambangan tersebut selain miskin bahan organik dan hara yang tersedia juga menyebabkan penurunan propagul mikroba dan penyusutan populasi mikrobiota yang akan mempengaruhi siklus hara (Herrera 1993).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi lahan dalam keadaan normal antara lain dengan melakukan reklamasi yang mengarah pada kegiatan revegetasi dan rehabilitasi ekosistem. Keberhasilan reklamasi tersebut tergantung dari kondisi tanah, tingkat adaptibilitas tanaman, pertumbuhan tanaman dan keberadaan mikroorganisme tanah yang mampu bersimbiosis secara mutualisme dengan tanaman. Upaya rehabilitasi tailing timah yang pernah dilakukan antara lain dengan penggunaan amelioran bahan organik dan tanah mineral pada tanaman jati, aplikasi bio-organik, tanaman penutup Centrosema mucoides dan C. pubescens serta inokulasi mikoriza, aplikasi berbagai jenis kotoran (ayam, sapi dan babi) pada bibit rumput, pemanfaaan mulsa pada bibit Acacia mangium dan Paraserianthes falcataria serta pemupukan NPK (Nurtjahya 2008; Kusumastuti 2005).

Menurut Bradshaw (1983), masalah-masalah yang dijumpai dalam merehabilitasi lahan bekas tambang adalah masalah fisik, kimia (nutrients dan toxicity) dan biologi. Masalah fisik tanah mencakup tekstur dan struktur tanah. Akibat dari kegiatan pertambangan mempengaruhi solum tanah dan terjadinya pemadatan tanah, mempengaruhi stabilitas tanah dan bentuk lahan. Masalah kimia

(21)

tanah berhubungan dengan reaksi tanah (pH), kekurangan unsur hara dan keracunan mineral. Sedangkan kendala biologi seperti tidak adanya penutupan vegetasi dan tidak adanya mikroorganisme potensial dapat diatasi dengan perbaikan kondisi tanah, pemilihan jenis pohon, dan pemanfaatan mikroorganisme.

Komponen yang paling besar berperan dalam reklamasi biologis adalah tumbuhan. Ini karena berbagai kelebihan yang dimiliki antara lain sistem perakaran yang mampu mencegah erosi sekaligus menyimpan air. Tajuk pohon akan menahan terpaan air hujan, sebagai pengatur mikroklimat di lingkungan tumbuh, termasuk mempertahankan kelembaban, suhu dan cahaya matahari pada lingkungan tumbuh. Di samping itu juga deposit serasah akan berperan sebagai bahan baku organik untuk tanah.

Diperlukan suatu studi awal untuk melihat apakah spesies tanaman cocok dengan kondisi lahan bekas tambang, terutama untuk jenis-jenis yang cepat tumbuh, tajuknya terbentuk dengan cepat dan daunnya mudah didekomposisi. Penggunaan tanaman jarak pagar untuk merevegetasi lahan bekas tambang timah diharapkan akan mampu merehabilitasi lahan kritis tersebut. Menurut Lugo (1997), penanaman pohon-pohon akan memberi keuntungan bagi kegiatan rehabilitasi lahan, karena akan memungkinkan terjadinya suksesi “Jump-start” (permulaan yang sangat cepat), memberikan naungan, memodifikasi kondisi ekstrim dari kerusakan lahan.

Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) termasuk famili Euphorbiaceae, merupakan tanaman tahunan berhabitus semak dengan tinggi hingga lebih 5 meter, batangnya berkayu, berbentuk silindris dan bergetah dengan sistem percabangan tidak teratur. Tanaman jarak pagar memiliki daun tunggal, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Bentuk daun agak menjari yang tersusun berselang-seling (Prihandana & Hendroko 2006; Hariyadi 2005; Heller 1996).

Bunga jarak pagar merupakan bunga majemuk berbentuk malai (inflorescence) yang berwarna kuning kehijauan. Bunga berkelamin tungal (unisexual) dan berumah satu (monoecious), namun sering juga ditemukan bunga

(22)

hermaprodit. Dalam tiap inflorescence, bunga betina berkisar 0 hingga 30 bunga (Wiesenhutter 2003; Henning 2000).

Buah atau kapsul jarak pagar berbentuk bulat telur yang terbagi tiga ruang berisi masing-masing satu biji. Proses pemasakan buah pada malai tidak serentak dan memerlukan 90 hari dari pembungaan hingga masak. Biji berbentuk bulat lonjong berwarna coklat kehitaman hingga hitam dengan berat berkisar 0,4 – 0,6 gram/biji (Prihandana & Hendroko 2006; Wiesenhutter 2003).

Makkar et al. (1997) melaporkan bahwa dari 18 provenan yang dikumpulkan dari Afrika Barat, Amerika Utara dan Tengah serta Asia terdapat variasi dalam berat biji (0,49-0,86 g), persentase bobot kernel (4-64%), protein kasar (19-31%) dan minyak (43-59%). Produksi biji tanaman jarak pagar yang diperoleh (Heller 1996) pada tahun pertama dapat mencapai 794 kg/ha atau 318 g/pohon sedangkan Jones & Miller (1992) memperoleh 0,4 ton/ha/tahun. Di India, jarak pagar mulai berproduksi pada tahun kedua dan mampu menghasilkan biji berkisar 0,4-12 ton/ha/tahun (Lele 2005).

Produktifitas yang sangat beragam dari tanaman jarak pagar tersebut dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman, kondisi iklim dan tanah setempat serta input produksi yang diberikan. Teknis budidaya yang mempengaruhi produktifitas tanaman jarak pagar antara lain adalah pemupukan, pengairan serta jarak tanam (Heller 1996; Jones & Miller 1992). Penanaman tanpa irigasi di Cape Verde, Amerika Latin hasilnya antara 780-2.250 kg/ha, di India dengan penerapan irigasi hasilnya dapat mencapai 12 ton/ha dan di Mali, Afrika hasil tanaman jarak pagar berkisar 2-2,4 ton/ha (Wiesenhutter 2003) sedangkan Heller (1996) hanya memperoleh 700-900 kg/ha pada tanaman populasi pagar yang juga ditanam di Cape Verde.

Program revegetasi lahan bekas tambang dengan jarak pagar telah dilakukan di lahan tambang bauksit (Allolerung 2008) dan areal bekas penambangan batu kapur PT Indocement (Permana 2008). Kandungan hara P pada lahan penambangan bauksit tergolong sangat tinggi. Jumlah buah yang dihasilkan tanaman jarak pagar yang ditanam di lahan bekas penambangan ini sebanyak 110-160 buah/tanaman. Hasil produksi tersebut didukung dengan pemberian pupuk anorganik Urea:TSP:KCl masing-masing sebanyak 50 gram per

(23)

tanaman ditambah dengan bahan organik berupa kotoran babi padat sebanyak 5 kg ditambah kotoran cairnya 10 liter per tanaman. Pada lahan bekas penambangan batu kapur pertumbuhan jarak pagar usia 6 bulan yang didukung dengan pemberian pupuk kandang sebanyak 2 kg per tanaman akan menghasilkan tanaman dengan tinggi 57,6 cm dan produksi bobot kering biji 55,9 gram per pohon.

Pemupukan

Kemampuan jarak pagar untuk dapat tumbuh di berbagai kondisi lahan mulai dari daerah beriklim sangat kering hingga sangat basah serta lahan marginal (Foidhl et al, 1996; Heller 1996; Gubitz et al. 1999; Openshaw 2000) ternyata memberi anggapan yang salah kalau tanaman ini akan tetap mampu berproduksi tanpa perlu adanya pemeliharaan. Penanganan budidaya yang tepat akan sangat menentukan pengembangan jarak pagar untuk menghasilkan produksi yang tinggi pada berbagai kondisi lahan terutama lahan bekas tambang yang tergolong kritis.

Pemupukan di lahan bekas tambang timah dilakukan untuk mengatasi kendala fisik dan kimia serta biologi melalui pemberian hara anorganik maupun organik, sehingga unsur hara dapat tersedia bagi tanaman untuk meningkatkan produksi yang diperoleh. Hasnam (2007) merekomendasikan penggunaan bahan organik berupa pupuk kandang sebanyak 4–5 kg/lubang tanam/tahun sedangkan untuk pupuk anorganik bagi jarak pagar pada tahun pertama diberikan sebanyak 40 gram (Urea), 100 gram (SP-36) dan 20 gram (KCl) tiap lubang tanam.

Menurut Novizan (2002), (a) pupuk organik mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil, (b) dapat memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air, (c) mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, (d) penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, (e) dan pada tanah masam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah.

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Miyagawa (2005), mengenai efek positif dari aplikasi kompos pada lahan pertanian, dari sisi: (a) kandungan nutrisi:

(24)

kandungan nutrisi dalam kompos sangat beragam, penambahan pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan kompos akan memperkaya efek pemupukan, (b) meningkatkan kemampuan kimiawi: aplikasi dari kompos dapat meningkatkan KTK (kapasitas tukar kation) tanah, kuantitas dari kation penting artinya untuk menjaga keberadaan nutrisi dalam tanah, (c) meningkatkan kemampuan fisik: aplikasi kompos secara kontinu dapat membentuk struktur agregat tanah. Fenomena ini akan meningkatkan permeabilitas tanah, (d) meningkatkan aktifitas mikroba tanah. Aplikasi kompos akan meningkatkan jumlah hewan tanah berukuran kecil seperti cacing dan serangga tanah, penghancuran kompos yang lebih cepat oleh binatang tersebut akan memudahkan penguraian kompos oleh mikroba.

Urea (CO(NH2)2) mengandung 46% nitrogen (N), Fungsi utama dari unsur N adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Defisiensi hara N akan membatasi pertumbuhan karena tidak ada pembentukan protoplasma. Kelebihan hara N akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif lebih dominan, batang menjadi lunak dan berair, menunda pembentukan bunga, kerontokan bunga dan pematangan buah terhambat (Tisdale et al. 1985). Pupuk SP36 mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5. Fosfor berperan dalam membantu percepatan asimilasi dan respirasi sekaligus mempercepat pembungaan dan pemasakan buah atau biji. Pada lahan masam, fosfor akan bereaksi dengan ion Fe (besi) dan Al (alumunium) membentuk besi fosfat atau alumunium fosfat yang bersifat sukar larut dalam air sehingga tidak dapat diserap tanaman (Soepardi et al. 1983). Pupuk KCl mengandung 60% K2O dan khlor. Kalium dimanfaatkan dalam mengatur metabolisme karbohidrat, nitrogen dan sintesa protein, mempercepat jaringan meristematik, mengaktifkan beberapa enzim dan menambah resistensi tanaman (Setyamidjaya 1986).

(25)

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Percobaan lapangan dilakukan di lokasi bekas tambang timah TS 1.33 Desa Kimhin, Kecamatan Sungai Liat, Kabupaten Bangka Induk, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga September 2007, penelitian laboratorium dilakukan pada bulan November 2007 hingga Februari 2008 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan adalah bibit tanaman jarak pagar berumur 3 bulan hasil perbanyakan dari biji aksesi Lampung. Amelioran berupa kotoran ayam, kompos dari bahan serbuk gergaji yang diperkaya dengan mikroba, dolomit, dan top soil. Pupuk anorganik Urea, SP36, KCl. Bahan kimia untuk analisis hara N, P, dan K tanaman dengan metode Kjehdal (N), Bray I (P) dan Morgan-Wolf (K), bahan kimia untuk analisis hara tanah serta bahan pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) untuk media fungi dan media NB juga King’s B untuk media bakteri.

Peralatan yang diperlukan adalah meteran, jangka sorong, gunting, oven, timbangan analitik, votex, cawan petri, erlenmeyer, dan laminar air flow.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 2 faktor. Faktor pertama, pupuk anorganik (A) Urea:SP36:KCl yaitu A0 = 0 (0%), A1 = 20g:50g:10g (50%), A2 = 30g:75g:15g (75%) dan A3 = 40g:100g:20g (100%). Faktor kedua, amelioran (B) yaitu tanpa amelioran (B0) = 0, kotoran ayam (B1) = 4 kg,kompos (B2) = 4 kg, top soil (B3) = 4 kg, dolomit (B4) = 0,5 kg, kombinasi topsoil dan dolomit (B5) = 2 kg topsoil dan 0,25 kg dolomit. Kombinasi perlakuan sebanyak 24 kombinasi dengan 3 ulangan.

(26)

Tabel 1 Kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran

PERLAKUAN

Anorganik (%) Amelioran

A0B0 0 0

A0B1 0 kotoran ayam

A0B2 0 kompos

A0B3 0 top soil

A0B4 0 dolomit

A0B5 0 top soil + dolomit

A1B0 50 0

A1B1 50 kotoran ayam

A1B2 50 kompos

A1B3 50 top soil

A1B4 50 dolomit

A1B5 50 top soil + dolomit

A2B0 75 0

A2B1 75 kotoran ayam

A2B2 75 kompos

A2B3 75 top soil

A2B4 75 dolomit

A2B5 75 top soil + dolomit

A3B0 100 0

A3B1 100 kotoran ayam

A3B2 100 kompos

A3B3 100 top soil

A3B4 100 dolomit

A3B5 100 top soil + dolomit

Model statistik yang digunakan adalah:

Υ

ijk

= µ + α

i

+ β

j

+ (αβ)

ij

+ ε

ijk

Keterangan : i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3

Υ

ijk = respon pengamatan pada unit percobaan yang mendapat perlakuan pemupukan anorganik pada taraf ke-I dan perlakuan amelioran pada taraf ke-j dengan ulangan ke-k.

µ

= rataan umum

α

i

=

pengaruh perlakuan pemupukan anorganik ke-i.

β

j

= pengaruh perlakuan amelioran ke-j.

(αβ)

ij

= pengaruh interaksi perlakuan pemupukan anorganik ke-I dan amelioran

ke-j dengan ulangan ke-k

ε

ijk = pengaruh galat dari perlakuan pemupukan anorganik ke-I dan amelioran

(27)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan yang diberikan terhadap pertumbuhan tanaman jarak pagar. Hipotesis yang dipakai adalah:

Ho = perlakuan tidak memberikan pengaruh pada parameter yang di amati. H1 = perlakuan memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati.

Analisis sidik ragam akan dilakukan dengan uji F, keputusan yang diambil terhadap hasil uji F sebagai berikut, jika :

F hitung ≤ F tabel, Ho diterima F hitung ≥ F tabel, H1 diterima.

Dari hasil uji F, jika memberikan pengaruh yang nyata maka dilakukan uji lanjutan dengan Uji Duncan.

Tahapan Penelitian

Persiapan lahan dimulai dengan membersihkan lahan dari sampah dan tumbuhan pengganggu. Lahan di bagi menjadi 3 blok (ulangan), tiap blok dibagi menjadi 24 petak perlakuan, Jarak tanam yang dipergunakan dalam satu petak perlakuan adalah 2 x 2 m. Jarak antar petak pengamatan 3 m dan jarak antar blok 3 meter. 1 petak perlakuan terdapat 9 tanaman, tiap blok terdiri dari 216 tanaman sehingga jumlah keseluruhan tanaman pada lahan percobaan sebanyak 648 tanaman. Kemudian disiapkan lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm.

Pemberian amelioran (pupuk kandang, kompos, top soil, dolomit serta kombinasi top soil dan dolomit) dilakukan 1 minggu sebelum tanam. Perlakuan pemberian pupuk Urea, SP36 dan KCl diberikan pada saat tanam. Pemberian pupuk dilakukan dengan mencampurkan seluruh bahan organik dan anorganik dengan tailing pada lubang tanam.

Bibit tanaman jarak pagar aksesi Lampung dimasukkan ke lubang tanam yang telah tercampur antara tailing dengan bahan amelioran selanjutnya pada perlakuan yang diberikan pupuk anorganik dilakukan penambahan Urea, SP36 dan KCl sesuai dosis perlakuan yang kemudian juga dicampurkan ke dalam lubang tanam.

(28)

Tidak dilakukan pemeliharaan intensif terhadap tanaman jarak pagar, berupa penyiangan gulma, pengendalian hama penyakit maupun penyiraman.

Pengamatan dilakukan terhadap karakter morfologi dan produksi tanaman jarak pagar untuk mengetahui kemantapan pertumbuhan tanaman pada kondisi lapangan. Selain pengamatan kedua karakter tersebut juga dilakukan pengambilan sampel terhadap tanaman untuk menganalisa serapan hara. Identifikasi terhadap mikroorganisme di daerah perakaran tanaman jarak pagar dilakukan di laboratorium.

Parameter Pengamatan

Karakteristik Lahan Bekas Tambang Timah dan Bahan Organik

Menganalisis sifat fisika dan kimia lahan TS 1.33, serta vegetasi yang ada di lahan tersebut.

Respon morfologi jarak pagar (Jatropha curcas)

Tinggi tanaman (cm), tinggi tanaman diukur dari batas munculnya daun pertama hingga titik timbuh. Diameter batang (mm), pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong pada tanda munculnya daun pertama. Jumlah daun (helai), pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun sempurna yang muncul sejak 2 MST (minggu setelah tanam) hingga minggu ke 15. Jumlah cabang, pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang muncul dihitung sejak 2 MST hingga minggu ke 15. Bobot kering tajuk (g), tajuk dipanen kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 75 - 80 oC dikeringkan selama 2 x 24 jam, kemudian tajuk ditimbang dengan timbangan analitik. Bobot kering akar (g), akar dipisahkan dari tajuknya kemudian dicuci sampai bersih dan dimasukkan ke oven bersuhu 75 - 80 oC dikeringkan selama 2 x 24 jam, kemudian tajuk ditimbang dengan timbangan analitik. Bobot kering total, pengukuran dilakukan dengan menjumlahkan bobot kering tajuk dan bobot kering akar.

(29)

Respon produksi jarak pagar (Jatropha curcas)

Persentase umur berbunga dihitung dari jumlah tanaman yang berbunga hingga umur tanaman 8 bulan dari populasi perlakuan tiap ulangan. Umur berbunga dilakukan dengan mencatat waktu pembungaan yang ditandai dengan mekarnya bunga pada kluster. Persentase tanaman panen dihitung dari jumlah tanaman yang berhasil dipanen buahnya pada saat tanaman berumur 8 bulan. Umur panen pertama dilakukan pada saat sudah ada buah di kluster yang bisa dipanen. Buah yang dipanen adalah buah yang berwarna kuning. Jumlah buah per tanaman, penghitungan dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang berhasil dipanen hingga tanaman berusia 8 bulan. Jumlah biji per tanaman, parameter jumlah biji per tanaman diukur dari biji yang berhasil dipanen hingga tanaman berusia 8 bulan. Bobot kering biji per tanaman, diukur dari total biji yang berhasil dipanen hingga tanaman berusia 8 bulan.

Analisis serapan hara tanaman

Analisis hara tanaman. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel dari daun yang telah berkembang sempurna yang merupakan daun ke-5 dan ke-6 dari titik tumbuh. Unsur yang dianalisis adalah kandungan N, P dan K pada tanaman berdasarkan metode Kjehdal (N), Bray I (P) dan Morgan-Wolf (K).

Analisis mikroba tanah

- Isolasi cendawan asal tanah

Isolasi dilakukan untuk melihat perubahan keragaman cendawan yang ada di rhizosfer tanaman akibat pengaruh revegetasi dengan jarak pagar dan pemberian amelioran. Metode yang dipergunakan adalah metode pengenceran, dengan mengeringkan sampel tanah pada suhu ruang selama 3 – 5 hari. Tumbuk sampel tanah dengan mortar porselen hingga homogen. Saring sampel tanah dengan saringan (mesh) berukuran 1 – 2 mm untuk menghomogenkan sampel tanah dan memisahkan pengotor yang berukuran besar. Timbang dan masukkan 1 gram sampel tanah ke dalam erlenmeyer yang berisi 99 ml akuades steril (10-2) kemudian voteks hingga homogen (sediaan I). Masukkan 1 ml sediaan I ke dalam

(30)

9 ml akuades steril (10-3), voteks hingga homogen (sediaan II). Lanjutkan proses pengenceran hingga diperoleh pengenceran 10-4 (sediaan III). Tuang dan sebar 0,1 ml sediaan III pada media agar PDA (Lampiran 8). Inkubasi biakan pada suhu ruang selama 3 hingga 7 hari.

- Isolasi bakteri asal tanah

Pengamatan hanya ditujukan pada kehadiran bakteri pelarut fosfat Bacillus dan Pseudomonas di rhizosfer tanaman jarak pagar melalui penggunaan media selektif. Bakteri tanah diisolasi dengan cara mengambil sebanyak 1 g sampel tanah tiap perlakuan dimasukkan dalam 9 ml garam fisiologis (0,85% NaCl) steril, dilakukan pengenceran 10-4. Bacillus sp. diisolasi dengan cara memanaskan suspensi tanah hasil pengenceran pada suhu 80oC selama 15 –20 menit. Kemudian sebanyak 100 µl suspensi tanah dari masing-masing pengenceran disebar dalam medium NB (Lampiran 8) sebagai media umum untuk pertumbuhan bakteri dan medium King’s B (Lampiran 8) sebagai medium selektif Pseudomonas. Medium diinkubasi selama 24 jam dalam suhu ruang. Isolat-isolat bakteri yang tumbuh, dimurnikan pada medium yang sama dan diidentifikasi dengan pewarnaan gram.

Pewarnaan gram terhadap biakan Pseudomonas. Sp dan Bacillus sp. berumur 18-20 jam dibuat olesan pada kaca objek dan difiksasi dengan panas di atas api bunsen. Selanjutnya diwarnai dengan kristal violet selama 1 menit kemudian dibilas dengan akuades dan diwarnai dengan iodium gram selama 2 menit. Selanjutnya olesan dicuci dengan akuades dan pemucatan dilakukan dengan etanol 95% tetes demi tetes selama 30 detik dan selanjutnya dicuci dengan aquades selama 30 detik. Setelah itu olesan diwarnai dengan safranin selama 30 detik dan dibilas dengan aquades dan dikering udarakan serta diamati dibawah mikroskop. Jika bakteri bersifat gram negatif maka akan berwarna merah, dan jika bersifat gram positif maka akan berwarna ungu.

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Lahan Bekas Tambang Timah dan Amelioran

Hasil analisis laboratorium terhadap kondisi lahan TS 1.33 di desa Kim Hin, Sungailiat Kabupaten Bangka Induk dan bahan organik dalam hal ini pupuk kandang, kompos serta topsoil disajikan pada Lampiran 3. Analisis dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Berdasarkan kelas tekstur tanah (Hanafiah 2005), tekstur tanah dari bekas tambang timah TS 1.33 tergolong pasir hingga pasir berlempung dengan komposisi pasir sebesar 83%, liat 13% dan debu 4% (Gambar 1). Tekstur pasir dan liat slime yang berupa liat halus apabila mengendap akan menghasilkan endapan tanah sangat keras seperti keramik. Kondisi tersebut menyulitkan perakaran tanaman untuk menembus pori-pori tanah. Perakaran tanaman menjadi terkonsentrasi hanya di lubang tanam dan tidak mampu menyebar seperti halnya perakaran tanaman di lahan yang miskin hara (Lampiran 6).

Gambar 1 Kondisi lahan bekas tambang timah TS 1.33 Pulau Bangka.

Berdasarkan kriteria Puslittanak (1993) hara N, P dan K yang terkandung dalam tailing timah di TS 1.33 tergolong sangat rendah berturut-turut sebesar 0,02%, 15 ppm dan 48 ppm. Tingkat kemasaman dari lahan bekas tambang TS 1.33 termasuk kategori masam dengan pH 5,1.

(32)

Perlakuan bahan organik berupa kotoran ayam yang ditambahkan pada lubang tanam sebagai penunjang pertumbuhan jarak pagar di lahan bekas tambang timah dapat meningkatkan kandungan unsur hara makro dan mikro serta kandungan bahan organiknya. Kandungan N organik tergolong sedang (0,36%), sedangkan P dan K tergolong sangat tinggi (1620 mg/100g dan 414 mg/100g) dengan tingkat kemasaman yang bersifat agak alkalis dengan pH 7,6.

Kompos yang digunakan dalam perlakuan kali ini adalah kompos yang dibuat dari limbah serbuk gergaji yang diberi aktivator mikroba berupa Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii dan Aspergillus sp. Analisis kandungan hara kompos ini juga memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi dengan kandungan N, P dan K masing-masing sebesar 0,76%, 66 mg/100g dan 157 mg/100g. Tingkat kemasaman dari kompos bersifat netral dengan pH 6,8.

Seperti halnya kondisi lahan tailing TS 1.33 yang kandungan haranya rendah, maka topsoil yang dipergunakan sebagai perlakuan yang ditujukan untuk mendukung pertumbuhan jarak pagar di lokasi bekas pertambangan timah ternyata juga memiliki tingkat kandungan hara N tergolong rendah sebesar 0,17% sedangkan P dan K tergolong sangat rendah sebesar 6 mg/100g dan 8 mg/100g. Tingkat kemasaman dari topsoil tergolong masam dengan pH 4,8 lebih rendah dari pH tailing, namun kandungan bahan organik topsoil tergolong sedang dengan kandungan C organik sebesar 2,17%.

Dolomit mengandung 30% CaCO3 dan 19% MgCO3 yang setara dengan 110% kapur kalsit. Struktur kristal dolomit lebih kasar sehingga akan terurai dan berekasi lebih lama sehingga cocok dipergunakan di lahan berpasir.

Vegetasi yang bisa ditemui di lahan bekas tambang timah TS 1.33 adalah akasia (Acacia mangium) dan rumput jarum merah (Eleocharis retroflexa). Akasia merupakan tanaman revegetasi yang dilakukan oleh PT Timah untuk mereklamasi lahan bekas tambang timah. Pertumbuhan tanaman akasia di lahan bekas tambang timah cukup baik namun penambangan inkonvensional yang dilakukan masyarakat secara liar membuat penanaman akasia menjadi tidak efektif. Lahan yang telah ditumbuhi akasia dibongkar untuk kembali dilakukan penambangan timah.

(33)

Respon Morfologi Jarak Pagar (Jatropha curcas)

Tinggi Tanaman Jarak Pagar

Pada faktor tunggal, perlakuan pupuk anorganik berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman dari jarak pagar (Gambar 2a). Perlakuan amelioran berupa kotoran ayam (B1) juga nyata berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman sedangkan kompos (B2), topsoil (B3), dolomit (B4), dan kombinasi topsoil dan dolomit (B5) tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa amelioran (B0) (Gambar 2b). 0 20 40 60 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik ti n g g i t a n ( c m ) -0 20 40 60 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran tin g g i t a n ( c m ) -(a) (b)

Gambar 2 (a) Tinggi tanaman jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Tinggi tanaman jarak pagar terhadap faktor amelioran.

0 20 40 60 80 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 A2 A3 perlakuan ti n g g i ta n ( c m ) -

-Gambar 3 Tinggi tanaman jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Pemberian pupuk anorganik pada ketiga taraf dosis 50%, 75% dan 100% yang diberikan secara tunggal tanpa amelioran maupun yang dikombinasikan dengan amelioran memberikan pengaruh beda nyata terhadap tanaman dengan

(34)

perlakuan-perlakuan tanpa pupuk anorganik (A0), kecuali pada perlakuan tunggal kotoran ayam (A0B1) yang mampu memberikan pengaruh beda nyata terhadap perlakuan kontrol (A0B0) serta perlakuan amelioran tunggal lainnya (Gambar 3).

Kombinasi perlakuan anorganik dan organik yang menghasilkan rataan tertinggi adalah perlakuan A1B1 sebesar 58,76 cm dan perlakuan dengan rataan tinggi tanaman terendah dari kedua puluh empat kombinasi perlakuan tersebut adalah perlakuan A0B3 sebesar 26,87 cm.

Diameter Batang Tanaman Jarak Pagar

Pada peubah diameter batang, faktor amelioran berupa kotoran ayam, kompos, topsoil, dolomit, dan kombinasi topsoil-dolomit, memberikan hasil beda tidak nyata dengan perlakuan tanpa amelioran (Gambar 4b). Diameter batang, seperti halnya peubah tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh pemberian pupuk anorganik, dimana pada perlakuan yang diberikan pupuk anorganik diameter batang nyata lebih baik dibanding perlakuan tanpa pemupukan anorganik (Gambar 4a). 0 1 2 3 4 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik d ia m e te r b a ta n g ( c m ) --0 1 2 3 4 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran d ia m e te r b a ta n g ( c m ) - (a) (b)

Gambar 4 (a) Diameter batang jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Diameter batang jarak pagar terhadap faktor amelioran.

Namun pada perlakuan A0B1, pemberian kotoran ayam tanpa penambahan pupuk anorganik telah mampu meningkatkan diameter batang yang berbeda tidak nyata dengan tanaman yang diberi pupuk anorganik (Gambar 5).

(35)

0 1 2 3 4 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 perlakuan A2 A3 d ia m e te r b a ta n g ( c m ) -

-Gambar 5 Diameter batang jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Jumlah Cabang Tanaman Jarak Pagar

Pemberian pupuk anorganik nyata meningkatkan jumlah cabang tanaman, penggunaan pupuk anorganik dosis 50% menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan dua taraf dosis lainnya yang lebih tinggi yaitu 75% dan 100% (Gambar 6a). 0 2 4 6 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik ju m la h c a b a n g --0 4 8 12 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran ju m la h c a b a n g (a) (b)

Gambar 6 (a) Jumlah cabang jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Jumlah cabang jarak pagar terhadap faktor amelioran.

Pada faktor amelioran, kotoran ayam jauh lebih baik meningkatkan pertambahan jumlah cabang tanaman jarak pagar dibandingkan amelioran lain (Gambar 6b). Perlakuan kompos (B2) dan dolomit (B4) lebih baik dibanding perlakuan yang mempergunakan top soil (B3 dan B5), namun tanaman kontrol tetap menunjukkan pengaruh jumlah cabang yang lebih sedikit dibanding perlakuan yang diberikan amelioran (Gambar 6b).

(36)

0 5 10 15 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 perlakuan A2 A3 ju m la h c a b a n g

-Gambar 7 Jumlah cabang jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Penggunaan bahan organik kotoran ayam baik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik, nyata meningkatkan pertambahan jumlah cabang tanaman dibanding perlakuan lain. Rataan jumlah cabang tanaman tertinggi di peroleh dengan perlakuan pemupukan anorganik 50% yang dikombinasikan dengan kotoran ayam (A1B1).

Jumlah Daun Tanaman Jarak Pagar

Pemberian pupuk anorganik nyata meningkatkan jumlah daun tanaman jarak pagar (Gambar 8a), sedangkan tanaman yang tidak diberi pupuk anorganik, memiliki kemampuan yang rendah dalam menghasilkan daun. Perbedaan amelioran yang diberikan pada tanaman tidak berbeda nyata dalam meningkatkan pertambahan jumlah daun tanaman, walaupun rataaan tertinggi pada faktor amelioran tetap diperoleh dari perlakuan amelioran kotoran ayam (Gambar 8b).

0 20 40 60 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik ju m la h h e la i 0 10 20 30 40 50 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran ju m la h h e la i (a) (b)

Gambar 8 (a) Jumlah daun jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Jumlah daun jarak pagar terhadap faktor amelioran.

(37)

0 20 40 60 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 A2 A3 perlakuan ju m la h h e la i

-Gambar 9 Jumlah daun jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Penggunaan pupuk anorganik yang nyata meningkatkan pertambahan jumlah daun baik secara tunggal maupun yang dikombinasikan dengan amelioran ternyata berbeda tidak nyata dengan tanaman yang diberi perlakuan amelioran kotoran ayam tanpa pupuk anorganik (A0B1). Sedangkan perlakuan amelioran tunggal lainnya yang juga tanpa pemupukan anorganik berbeda tidak nyata dengan tanaman kontrol dalam menghasilkan jumlah daun.

Bobot Kering Tajuk Tanaman Jarak Pagar

Pada faktor amelioran (Gambar 10b), pemberian kotoran ayam nyata meningkatkan bobot kering tajuk tanaman dibanding perlakuan amelioran lain. Pupuk anorganik juga nyata meningkatkan bobot kering tajuk dibanding tanpa perlakuan pupuk. Pemberian dosis pupuk anorganik 100% menurunkan rataan bobot kering tajuk dibanding dosis 75% maupun 50% (Gambar 10a).

0 30 60 90 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik B K t a ju k ( g ra m ) - -0 40 80 120 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran B K t a ju k ( g ra m ) - (a) (b)

Gambar 10 (a) Bobot kering tajuk jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Bobot kering tajuk jarak pagar terhadap faktor amelioran.

(38)

0 50 100 150 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 A2 A3 perlakuan B K t a ju k ( g ra m ) -

-Gambar 11 Bobot kering tajuk jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Kombinasi pupuk anorganik dan amelioran kotoran ayam mampu meningkatkan bobot kering tajuk tanaman lebih baik dibanding kombinasi perlakuan lain. Rataan bobot kering tajuk tertinggi diperoleh dari perlakuan pupuk anorganik 75% yang dikombinasikan dengan amelioran kotoran ayam (A2B1) dan yang terendah adalah perlakuan amelioran top soil tanpa pupuk anorganik (A0B3) (Gambar 11).

Bobot Kering Akar Tanaman Jarak Pagar

Pemberian pupuk anorganik juga memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering akar jarak pagar, peningkatan dosis pupuk anorganik 100% menurunkan rataan bobot akar dibanding dosis pupuk anorganik 50% dan 75% (Gambar 12a). Pada faktor tunggal amelioran, bahan organik kotoran ayam mengahasilkan rataan bobot kering akar tertinggi dibanding amelioran lainnya (Gambar 12b) 0 5 10 15 20 25 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik B K a k a r (g ra m ) - -0 5 10 15 20 25 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran B K a k a r (g ra m ) - (a) (b)

Gambar 12 (a) Bobot kering akar jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Bobot kering akar jarak pagar terhadap faktor amelioran.

(39)

Perlakuan pupuk anorganik 75% yang dikombinasikan dengan bahan organik kotoran ayam (A2B1) memberikan rataan tertinggi terhadap bobot kering akar tanaman jarak pagar dibanding kombinasi perlakuan lainnya (Gambar 13).

0 10 20 30 40 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 A2 A3 perlakuan B K a k a r (g ra m ) -

-Gambar 13 Bobot kering akar tanaman jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Bobot Kering Total Tanaman Jarak Pagar

Pemberian pupuk anorganik juga memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering total dibanding tanpa pupuk anorganik, peningkatan dosis pupuk anorganik 100% juga menurunkan rataan bobot kering total tanaman dibanding dosis pupuk anorganik 50% dan 75% (Gambar 14a). Faktor amelioran berupa kotoran ayam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering total tanaman dibanding amelioran lain yang beda tidak nyata dengan perlakuan tanpa amelioran (Gambar 14b). 0 40 80 120 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik B K t o ta l ( g ra m ) - 0 50 100 150 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran B K t o ta l ( g ra m ) (a) (b)

Gambar 14 (a) Bobot kering total jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Bobot kering total jarak pagar terhadap faktor amelioran.

(40)

Rataan bobot kering total tertinggi diperoleh pada tanaman yang memggunakan pupuk anorganik 75% yang dikombinasikan dengan kotoran ayam (A2B1), sedangkan rataan terendah adalah pada perlakuan amelioran top soil secara tunggal (A0B3) (Gambar 15).

0 50 100 150 200 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 A2 A3 perlakuan B K t o ta l (g ra m ) -

-Gambar 15 Bobot kering total tanaman jarak pagar terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Respon Produksi Jarak Pagar (Jatropha curcas)

Umur Berbunga dan Panen Tanaman Jarak Pagar

Pengamatan dilakukan hingga tanaman berumur 8 bulan, diperoleh hasil bahwa ada beberapa perlakuan yang belum berbunga pada saat pengamatan berlangsung. Perlakuan yang belum berbunga tersebut adalah perlakuan yang tanpa menggunakan pupuk anorganik kecuali amelioran kotoran ayam, perlakuan pupuk anorganik yang tidak dikombinasikan dengan amelioran, serta pada perlakuan amelioran dolomit yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik 50% dan 75% (Tabel 2).

Persentase tanaman yang mampu berbunga hingga tanaman berumur 8 bulan terbesar adalah pada perlakuan A1B1 yaitu sebanyak 55,55% dari populasi perlakuan tersebut. Kisaran umur muncul bunga pertama dari 69 hingga 104 hari setelah tanam. Dari empat belas perlakuan yang berbunga terdapat perlakuan yang tidak mampu menghasilkan buah karena kluster bunga membusuk yaitu pada perlakuan pupuk anorganik 75% dengan amelioran top soil.

(41)

Tabel 2 Persentase tanaman berbunga dan umur berbunga tanaman Perlakuan Tanaman berbunga (%) Umur berbunga (hst) Perlakuan Tanaman berbunga (%) Umur berbunga (hst) A0B0 - - A2B0 - - A0B1 48,15 79 -110 A2B1 37,04 91 - 122 A0B2 - - A2B2 18,52 80 - 101 A0B3 - - A2B3 18,52 89 - 110 A0B4 - - A2B4 - - A0B5 - - A2B5 44,44 69 - 101 A1B0 - - A3B0 - - A1B1 55,55 69 - 104 A3B1 40,74 81 - 131 A1B2 51,85 80 - 100 A3B2 48,15 62 - 107 A1B3 29,63 85 - 93 A3B3 25,92 82 - 100 A1B4 51,85 80 - 110 A3B4 - - A1B5 25,92 80 - 106 A3B5 44,45 63 - 101

Tabel 3 Persentase tanaman panen dan umur panen tanaman

Perlakuan Tanaman panen (%) Umur Panen (hst) Perlakuan Tanaman panen (%) Umur Panen (hst) A0B0 - - A2B0 - - A0B1 46,33 122 - 147 A2B1 75 128 - 153 A0B2 - - A2B2 33,33 126 - 128 A0B3 - - A2B3 - - A0B4 - - A2B4 - - A0B5 - - A2B5 12,5 128 - 139 A1B0 - - A3B0 - - A1B1 79,17 118 - 151 A3B1 61,11 123 - 144 A1B2 4,7 122 A3B2 9,52 135 A1B3 33,33 129 A3B3 40 122 - 137 A1B4 13,33 133 - 144 A3B4 - - A1B5 33,33 143 A3B5 6,67 122

Data persentase tanaman yang menghasilkan buah diperoleh dari populasi tanaman yang berbunga (Tabel 3). Perlakuan yang menghasilkan persentase berbuah terbesar pada umur tanaman 8 bulan adalah perlakuan A1B1 sebesar 79,17% dengan kisaran umur panen 118 hingga 151 hari setelah tanam.

(42)

Jumlah Buah Per Tanaman Jarak Pagar

Jumlah buah yang diperoleh dari tanaman yang berhasil di panen hingga umur tanaman 8 bulan memperoleh hasil bahwa faktor pemupukan anorganik meningkatkan jumlah buah (Gambar 16a). Pada faktor amelioran, penggunaan amelioran kotoran ayam nyata meningkatkan jumlah buah dibanding perlakuan amelioran lain (Gambar 16b)

Terhadap kombinasi perlakuan faktor pupuk anorganik dan amelioran diperoleh bahwa perlakuan 50% pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan kotoran ayam (A1B1) menghasilkan jumlah buah terbanyak. Pemberian amelioran kotoran ayam pada tanaman yang dikombinasikan dengan berbagai dosis pupuk anorganik menghasilkan jumlah buah yang lebih banyak dibanding kombinasi perlakuan amelioran lainnya yang hanya menghasilkan buah sedikit.

0 2 4 6 8 10 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik ju m la h b u a h - --0 10 20 30 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran ju m la h b u a h (a) (b)

Gambar 16 (a) Jumlah buah per tanaman terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Jumlah buah per tanaman terhadap faktor amelioran.

0 10 20 30 40 50 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 perlakuan A2 A3 ju m la h b u a h

--Gambar 17 Jumlah buah per tanaman terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

(43)

Jumlah Biji per Tanaman Jarak Pagar

Faktor pupuk anorganik yang diberikan pada tanaman jarak pagar mampu meningkatkan jumlah biji yang berhasil di panen pada saat tanaman berumur 8 bulan (Gambar 18a). Pada faktor amelioran, amelioran kotoran ayam nyata meningkatkan jumlah biji seperti halnya yang terjadi pada jumlah buah yang berhasil di panen dibandingkan perlakuan amelioran lain (Gambar 18b).

0 5 10 15 20 25 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik ju m la h b iji iii i 0 20 40 60 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran ju m la h b iji iii (a) (b)

Gambar 18 (a) Jumlah biji per tanaman terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Jumlah biji per tanaman terhadap faktor amelioran.

0 20 40 60 80 100 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 perlakuan A2 A3 ju m la h b ij i

--Gambar 19 Jumlah biji per tanaman terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Kombinasi antara 50% pupuk anorganik dan amelioran kotoran ayam (A1B1) menghasilkan jumlah biji terbanyak yang berhasil dipanen pada saat tanaman berumur 8 bulan dibanding perlakuan lain. Peningkatan dosis pupuk anorganik sebesar 75% dan 100% yang dikombinasikan dengan amelioran kotoran ayam, memberikan hasil jumlah biji yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan A1B1 dengan dosis pupuk anorganik 50%. Bahkan jumlah biji pada perlakuan A3B1 dosis pupuk anorganik 100% berbeda tidak nyata dengan perlakuan amelioran kotoran ayam tunggal yang tidak diberi pupuk anorganik (A0B1) (Gambar 19).

(44)

Bobot Total Biji per Tanaman

Peningkatan dosis pupuk anorganik hingga 75% dan 100% menurunkan bobot total biji yang dihasilkan tanaman hingga panen di usia tanaman 8 bulan dibanding perlakuan pupuk anorganik 50% (Gambar 20a). Faktor amelioran kotoran ayam nyata berpengaruh terhadap bobot total biji yang dipanen dibanding pemberian amelioran lain (Gambar 20b).

0 5 10 15 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik b o b o t b ij i (g ra m ) 0 10 20 30 40 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran b o b o t b ij i (g ra m ) (a) (b)

Gambar 20 (a) Bobot total biji per tanaman terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Bobot total biji per tanaman terhadap faktor amelioran.

0 20 40 60 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 perlakuan A2 A3 b o b o t b ij i (g ra m )

-Gambar 21 Bobot total biji per tanaman terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Bahan organik kotoran ayam yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik pada semua taraf dosisnya memiliki bobot total biji yang lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Bobot kering total biji terbesar diperoleh dari perlakuan pupuk anorganik 50% yang dikombinasikan dengan amelioran kotoran ayam (A1B1) (Gambar 21).

(45)

Analisis Serapan Hara N, P dan K Serapan Hara N

Respon serapan hara N tanaman terhadap faktor pupuk anorganik menunjukkan beda nyata dibanding tanpa pemupukan (Gambar 22a). Pada faktor amelioran, serapan hara N tertinggi diperoleh dari amelioran kotoran ayam (B1) (Gambar 22b). 0 1 2 3 4 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik h a ra N ( g ra m ) 0 1 2 3 4 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran h a ra N ( g ra m ) (a) (b) Gambar 22 (a) Serapan hara N terhadap faktor pupuk anorganik,

(b) Serapan hara N terhadap faktor amelioran.

0 1 2 3 4 5 6 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 perlakuan A2 A3 h a ra N ( g ra m )

--Gambar 23 Serapan hara N terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Unsur N yang diserap tanaman jarak pagar pada perlakuan pemupukan anorganik dosis 75% tanpa kombinasi dengan amelioran (A2B0) memberikan rataan terbesar sedangkan rataan serapan hara N terendah diperoleh pada perlakuan amelioran top soil secara tunggal tanpa pupuk anorganik (A0B3) (Gambar 23).

(46)

Serapan Hara P

Pada respon serapan hara P, faktor pupuk anorganik secara nyata meningkatkan serapan hara P. Dosis pupuk anorganik 75% memberikan hasil tertinggi dalam penyerapan hara P (Gambar 24a). Faktor amelioran yang nyata meningkatkan penyerapan P adalah kotoran ayam, sedangkan pemberian amelioran lain berbeda tidak nyata dengan perlakuan yang tanpa diberikan amelioran (Gambar 24b). 0 0,1 0,2 0,3 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik h a ra P ( g ra m ) 0 0,1 0,2 0,3 0,4 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran h a ra P ( g ra m ) (a) (b)

Gambar 24 (a) Serapan hara P terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Serapan hara P terhadap faktor amelioran.

0 0,2 0,4 0,6 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 A2 A3 perlakuan h a ra P ( g ra m )

-Gambar 25 Serapan hara P terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Kombinasi pupuk anorganik 75 %dan amelioran kotoran ayam (A2B1) memberikaan rataan serapan hara P tertinggi, sedangkan serapan hara terendah pada perlakuan A0B3 yang merupakan perlakuan amelioran top soil yang tanpa mempergunakan pupuk anorganik (Gambar 25).

(47)

Serapan Hara K

Pupuk anorganik nyata meningkatkan serapan hara K pada tanaman jarak pagar (Gambar 26a). Pada faktor amelioran, kotoran ayam (B1) memberikan pengaruh nyata terhadap kemampuan tanaman menyerap hara K lebih besar dibanding amelioran lain (Gambar 26b).

0 0,4 0,8 1,2 A0 A1 A2 A3 faktor anorganik h a ra K ( g ra m ) 0 0,5 1 1,5 2 B0 B1 B2 B3 B4 B5 faktor amelioran h a ra K ( g ra m ) (a) (b)

Gambar 26 (a) Serapan hara K terhadap faktor pupuk anorganik, (b) Serapan hara K terhadap faktor amelioran.

0 1 2 3 4 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 B0 B1 B2 B3 B4 B5 A0 A1 A2 A3 perlakuan h a ra K ( g ra m )

-Gambar 27 Serapan hara K terhadap kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran.

Kombinasi antara pupuk anorganik dan amelioran yang memberikan serapan hara K terbesar diperoleh pada perlakuan A2B1 yang merupakan kombinasi 75% pupuk anorganik dan kotoran ayam (Gambar 27). Amelioran kotoran ayam mampu menunjang peningkatan penyerapan hara K oleh tanaman, pada perlakuan A0B1 yang tanpa pupuk anorganik, rataaan hara K yang diserap tanaman lebih besar dibandingkan dengan perlakuan pemupukan anorganik yang dikombinasikan dengan amelioran selain kotoran ayam.

Gambar

Tabel 1  Kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan amelioran
Gambar 1  Kondisi lahan bekas tambang timah TS 1.33 Pulau Bangka.
Gambar  3    Tinggi  tanaman  jarak  pagar  terhadap  kombinasi  perlakuan  pupuk   anorganik dan amelioran
Gambar 4   (a) Diameter batang jarak pagar terhadap faktor pupuk anorganik,    (b) Diameter batang jarak pagar terhadap faktor amelioran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan yang dimaksud pada penelitian ini meliputi perubahan pengetahuan, perubahan sikap, sedangkan kampanye adalah pendekatan komunikasi yang dilakukan secara terencana,

Contoh yang terakhir ini bukan relasi maupun fungsi, dikarenakan ada anggota A (domain) yang tidak mempunyai pasangan. Karena syarat relasi adalah tiap anggota A mempunyai pasangan di

Menurut peneliti isu kekerasan pada acara sketsa reality pesbuker dapat di kaji untuk objek penelitian karena dalam acara ini terdapat berbagai interaksi secara

7 a) Dalam menghitung diskonto arus kas dalam metode EVE, margin komersial dan spread components lainnya telah diperhitungkan dalam arus kas hingga jatuh.. b) NMD

thiết kế nội thất, thi công nội thất thiết kế nội thất, thi công nội thất thi công nội thất Công ty cổ phần công nghệ Mydeco.. Tầng 3 - 102 Thái Thịnh

Berdasarkan data yang mengatakan bahwa media sosial YouTube merupakan media sosial yang paling sering digunakan namun ada beberapa anggota yang merasa kurang puas dengan

Festival tari Saman merupakan bagian dari upaya pewarisan yang telah dilakukan. Dengan adanya festival secara otomatis ada pelatihan yang dilakukan oleh para pelatih

Pemerintah Kota Batu pada dasarnya telah melakukan langkah -langkah perubahan untuk mewujudkan pemerintahan daerah yang bersih dan bebas KKN, Pelayanan yang berkualitas,