• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA MISSED ABORTION DI RSU DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA MISSED ABORTION DI RSU DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2018"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (1) Februari 2018 e-ISSN:2089-4252

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA MISSED ABORTION

DI RSU DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2018

Enni Yusriani*

Surel : enniyusriani75@gmail.com Tisnilawati*

Surel : niyar140503@gmail.com

*Akademi Kebidanan Indah Medan, Sumatera Utara, Indonesia

Abstract: This study aims to determine the factors causing the occurrence of missed abortion in Dr. Pirngadi in 2018. This research is descriptive using secondary data taken from the Medical Recoard. The population and sample in this study were all patients with Missed Abortion at RSU Dr. Pirngadi Medan 2016, as many as 33 people. The sampling method was total sampling technique and analyzed with existing literature studies. Based on the results of the study, the number of pregnant women who suffered from Missed Abortion in Dr.Pirngadi Hospital Medan based on the distribution of the causes was the most common maternal factors, namely 18 (54.5%), based on the distribution of signs and symptoms, namely the most bleeding was found, namely as many as 27 people ( 81.8%). Based on the distribution according to the gestational age of the mother, the most number was found at 1-10 weeks of gestation as many as 19 people (57.5%), based on the distribution according to the age of the mother, there were many at the age> 35 years as many as 18 people (54.5%), based on the parity distribution most often found in multiparous as many as 20 people (60.6%). Based on the distribution of work, the most women who did not work were 21 people (63.6%). Based on the distribution of treatment in curettage, there were 27 people (81.8%). Based on the above research, it was found that mothers who experienced missed abortion were mostly maternal, in bleeding, at 0-10 weeks of gestation, in mothers aged> 35 years, in multiparous women, in mothers who did not work and in curettage treatment. It is recommended that other health workers provide fast and precise and quality services for mothers with Missed Abortion cases so that they can reduce maternal mortality. Pregnant women are expected to regularly check their pregnancies so that any abnormalities or complications occur in pregnancy so that action can be taken as soon as possible.

Keyword: Factors for the occurrence of missed abortion

Abstrak : Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya Missed Abortion di RSU Dr. Pirngadi tahun 2018. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari Medical Recoard. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Missed Abortion di RSU Dr.Pirngadi Medan 2016 yaitu sebanyak 33 orang. Cara pengambilan sampel adalah tehnik total sampling dan dianalisa dengan studi pustaka yang ada. Dari hasil penelitian jumlah ibu hamil yang menderita Missed Abortion di RSU Dr.Pirngadi Medan berdasarkan distribusi penyebab adalah paling banyak dijumpai faktor maternal yaitu sebanyak 18 (54,5 %), berdasarkan distribusi tanda dan gejala yaitu paling banyak ditemukan perdarahan yaitu sebanyak 27 orang (81,8 %). Berdasarkan distribusi menurut usia kehamilan ibu paling banyak di jumpai pada usia kehamilan 1-10 minggu sebanyak 19 orang (57,5 %),berdasarkan distribusi menurut umur ibu banyak di jumpai pada umur >35 tahun sebanyak 18 orang (54,5%), berdasarkan distribusi paritas yang paling banyak dijumpai pada multipara yaitu sebanyak 20 orang (60,6 %). Berdasarkan distribusi

(2)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (1) Februari 2018 e-ISSN:2089-4252

pekerjaan paling banyak dijumpai ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 21 orang (63,6 %), berdasarkan distribusi penanganan pada kuretase yaitu sebanyak 27 orang (81,8 %). Berdasarkan penelitian di atas bahwa ibu yang mengalami Missed Abortion banyak terjadi pada maternal, pada perdarahan, pada usia kehamilan 0-10 minggu,pada ibu umur >35 tahun, pada multipara, pada ibu yang tidakbekerja dan pada penanganan kuretase. Disarankan kepada tenaga kesehatan lainnya agar memberikan pelayanan yang cepat dan tepat serta bermutu bagi ibu dengan Kasus Missed Abortion sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu. Bagi ibu hamil diharapkan teratur memeriksakan kehamilannya sehingga apa yang terjadi kelainan atau komplikasi dalam kehamilan sehingga dapat diambil tindakan segera mungkin.

Kata Kunci : Faktor terjadinya Missed Abortion

PENDAHULUAN

Tingginya angka kematian maternal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat kompleks. Faktor medis/langsung disebabkan oleh komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama masa kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian, yaitu Perdarahan (28%), Eklampsia (24%), Infeksi (11%), Abortus (5%), partus lama(5 %), trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (3%). Angka kematian ibu didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan akibat kehamilan atau pengelolaanya angka ini di hitung per 100 ribu kelahiran hidup.( william, 2011)

Menurut WHO, tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, sepsis ( unsafe abortion), dan eklampsia. Sri Heriyanti (2011), mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena ketiga kasus ini, yaitu kehamilan, persalinan, dan nifas. Di seluruh dunia, 46 juta kehamilan setiap tahun berakhir dengan kematian janin terjadi di negara-negara berkembang dan 10 juta di negara-negara maju. Kematian janin atau missed abortion yang setiap tahunnya persentasenya cukup tinggi yaitu sekitar 14-15% angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil sekitar 60-75% angka kejadian sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu.

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2012) terjadi sekitar 10 % kasus missed abortion , jumlah ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 9 %. Bila dilihat dari usia kehamilannya banyak terjadi pada usia lebih kurang dari 20 minggu kehamilan. (Dinkes SUMUT, 2012)

Hasil survei yang diselenggarakan oleh suatu lembaga penelitian di New York yang dimuat dalam International Family Planning Perspectives, Juni 2010, memberikan gambaran lebih lanjut tentang missed abortion di Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. (Azhari, 2012).

Di Indonesia angka kejadian missed abortion berdasarkan laporan rumah sakit banyak terjadi. Adapun beberapa karakteristik penyebab umumnya, dapat didefinisikan yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, tinggal di daerah perkotaan,status perkawinan, umur dan paritas (Utomo, 2010)

Masalah missed erat kaitannya dengan tingginya angka kematian Ibu. Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang bahaya perdarahan pada kehamilan muda sering disebut keguguran dan abortus. Tentang abortus spontan 60-80 % terjadi dalam trimester pertama. Lebih dari 50 % disebabkan kelainan pada rahim, lebih

(3)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (1) Februari 2018 e-ISSN:2089-4252

dari 12 % disebabkan gangguan pada perkembangan embrio dan salah satu penelitian pada abortus yang disebabkan oleh kelainan kromosom. Dijumpai 66 % karena trisomi,22 % karena polipoidi dan 7,5 % karena kromosomi X. Abortus lebih sering terjadi pada wanita berusia diatas 30 tahun dan meningkat pada usia 35 tahun namun, penyebab belum diketahui. (Cunningham G, dkk, 2011)

Pada usia kehamilan dibawah 8 minggu hasil konsepsi dikeluarkan sebelumnya karena korealis belum menembus desidua terlalu dalam sedangkan kehamilan 8-18 minggu telah masuk agak kedalam, sehingga bagian luar dan sebagian lagi yang tertinggal akan terjadi pendarahan. Hasil konsepsi pada abortus akan dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas. Mungkin janin yang sudah mati lama tidak dikeluarkan (missed abortion) pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi (janin mengering) karena jaringan amnion mengering. ( Susan T, 2011)

Abortus (keguguran atau miscariage) adalah pengeluaran hasil konsepsi atau terhentinya proses kehamilan sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram. Hasil konsepsi adalah setengah benda asing berimplantasi intra uterina, terjadi upaya penolakan berbagai reaksi tubuh. (Manuaba, 2010)

Abortus merupakan keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Kejadian abortus sulit di ketahui karena sebagian besar tidak dilaporkan dan banyak di lakukan atas permintaan . Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman dalam kehamilan, persalinan dan kelahiran yaitu 20-34 tahun. Frewkuensi abortus yang secara

klinis bertambah 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26% pada wanita yang berumur diatas 40 tahun. Risiko abortus juga meningkat seiring dengan paritas. Paritas lebih dari 3 termasuk resiko tinggi terjadinya abortus (Cunningham G, dkk, 20011)

KAJIAN TEORITIS

Missed abortion adalah terhentinya proses kehamilan muda, tetapi hasil konsepsi masih tetap tertahan di intra uterina lebih dari 6 minggu. (Manuaba, 2010).

Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih. (Sofian, 2013).

Missed abortion adalah abortus yang janinnya meninggal dalam uterus sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu, tetapi hasil konsepsi tertahan dalam uterus selama 2 bulan atau lebih. (Cunningham, dkk, 2011).

Abortus (keguguran atau miscariage) adalah pengeluaran hasil konsepsi atau terhentinya proses kehamilan sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram. Hasil konsepsi adalah setengah benda asing berimplantasi intra uterina, terjadi upaya penolakan berbagai reaksi tubuh. (Manuaba, 2010).

Penyebab missed abortion bervariasi dan sering diperdebatkan. umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya umumnya didahului oleh kematian janin 1. Faktor janin

Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus. Kelainan tersebut biasnya menyebabkan abortus pada trimester pertama yakni:

a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum).

(4)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (1) Februari 2018 e-ISSN:2089-4252

c. Abnormalitas pembentukan plase-nya (hipoplasi trofoblas)

(Sofian, 2013) 2. Faktor Maternal

a. Infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang sedang berkembang terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua, tidak di ketahui penyebab kematian janin. penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru-paru, tifus, anemia berat dan infeksi virus toxoplasma.

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan antara lain :

1. Virus misalnya rubella, campak, hepatitis,polio.

2. Bakteri misalnya salmonella typhi

3. Parasit misalnya plasmodium

b. Penyakit vaskular misalnya : hipertensi vaskular

c. Kelainan endokrin, abortus spontan d. Faktor imunologis e. Trauma f. Kelainan uterus g. Faktor psikosomik (Widjanarko, 2013) METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan Faktor-faktor penyebab terjadinya missed abortion di RSU dr. Pirngadi medan tahun 2018 dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari medical recored RSU Dr. Pirngadi Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang menderita missed abortion di RSU Dr. Pirngadi Periode 2018 sebanyak 33 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode 2018 sebanyak 33 orang. Metode pengambilan sampel adalah total sampling.

Lokasi yang dipilih menjadi penelitian adalah RSU Dr. Pirngadi Medan

Karena :

1. RSU Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit rujukan dan rumah sakit pendidikan.

2. RSU Dr. Pirngadi Medan mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap. 3. RSU Dr. Pirngadi Medan mempunyai

kasus yang cukup untuk dilakukan penelitian khususnya tentang missed abortion.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai Faktor penyebab terjadinya missed abortion di rsu dr.pirngadi medan tahun 2018 melalui data skunder yang dilihat dari status pasien di Medical Record, maka hasil penulis sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Faktor penyebab terjadinya missed abortion Berdasarkan penyebab di RSU Dr.Pirngadi Medan Periode 2018 No. Faktor Penyebab Jum-lah Per-sen (%) 1. 2. 3. Faktor Janin Faktor Maternal Faktor Eksternal 10 18 5 30,3 % 54,5 % 15,1 % Jumlah 33 100 %

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa Faktor penyebab terjadinya missed abortion berdasarkan penyebab paling banyak adalah faktor maternal sebanyak 18 orang (54,5 % ) dan paling sedikit adalah faktor ekternal sebanyak 5 orang (15,1% ).

Tabel 2. Distribusi Faktor penyebab terjadinya missed abortion Berdasarkan Faktor Predisposisi di RSU Dr.Pirngadi Medan Periode 2018 No. Faktor Predisposisi Jum-lah Persen (%)

(5)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (1) Februari 2018 e-ISSN:2089-4252 1. 2. 3. 4. Paritas a. Primipara b. multipara c. Grande Multipara Umur ibu a. < 20 thn b. 20-35 thn c. > 35 thn Pekerjaan a. bekerja b. Tidak bekerja Usia Kehamilan a. 1-10 mgg b. 11-20 mgg c. > 20 mgg 5 20 8 1 15 18 12 21 19 8 6 15,1 % 60,6 % 24,2% 3,0 % 45,5 % 54,5 % 36,3 % 63,6 % 57,5 % 24,2 % 18,1 % Jumlah 33 100%

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa Faktor penyebab terjadinya missed abortion berdasarkan Faktor Predisposisi paritas paling banyak paritas multipara sebanyak 20 orang (60,6 %) dan yang paling sedikit paritas primipara sebanyak 5 orang (15,1 %). Berdasarkan faktor predisposisi umur ibu paling banyak umur >35 tahun sebanyak 18 orang (54,5%) dan yang paling sedikit umur ibu < 20 tahun sebanyak 1 orang (3,0%). Berdasarkan faktor predisposisi pekerjaan paling banyak tidak bekerja sebanyak 21 orang (63,6%) dan paling sedikit ibu bekerja sebanyak 12 orang (36,3%). Berdasarkan faktor predisposisi usia kehamilan paling banyak usia kehamilan 1-10 minggu sebanyak 19 orang (57,7%) dan paling sedikit usia >20 minggu sebanyak 6 orang (18,1%).

Tabel 3. Faktor penyebab terjadinya missed abortion Berdasarkan Tanda/ Gejala di RSU Dr.Pirngadi Medan Periode 2018 No. Tanda/ Gejala Jum-lah Persen (%) 1. 2. 3. Amenorea Perdarahan Rahim 6 27 - 18,1 % 81,8 % - Mengecil Jumlah 33 100%

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa Gambaran Kasus Missed Abortion berdasarkan Tanda/Gejala paling banyak perdarahan sebanyak 27 orang (81,8 %) dan paling sedikit amenorea sebanyak 6 orang (18,1%).

Tabel 4. Distribusi Faktor penyebab terjadinya missed abortion Berdasarkan Penanganan di RSU Dr.Pirngadi Medan Periode 2018 No. Penanga-nan Jum-lah Persen (%) 1 2 Terapi Kuretase 6 27 18,1 % 81,8 % Jumlah 33 100%

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa Faktor penyebab terjadinya missed abortion berdasarkan Penanganan paling banyak kuretase sebanyak 27 orang (81,8%) dan paling sedikit terapi sebanyak 6 orang (18,1 %).

1. Faktor penyebab terjadinya missed abortion Berdasarkan Penyebab

Dari hasil penelitian yang paling banyak dijumpai pada faktor maternal sebanyak 18 orang (54,5 %) dan paling sedikit pada faktor ekternal sebanyak 5 orang (15,1 %).

Menurut Sastrawinata (2012) bahwa missed abortion ini dapat disebabkan dari faktor ibu seperti ibu yang mempunyai kelainan endokrin dimana kematian janin terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi. Selain itu juga dapat disebabkan faktor lain yaitu faktor janin itu sendiri yang dapat menyebabkan janin meninggal di dalam kandungan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu.

Menurut penulis, hal ini sesuai dengan hasil penelitian berdasarkan penyebab, karena kematian janin ini sangat dominan pada ibu yang memiliki

(6)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (1) Februari 2018 e-ISSN:2089-4252

riwayat penyakit yaitu kelainan endokrin yang bisa mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga dapat menyebabkan janin meninggal.

Faktor penyebab terjadinya missed abortion Berdasarkan Faktor Predisposisi

Dari hasi penelitian Kasus Missed Abortion menurut paritas di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2018, paling banyak multipara sebanyak 20 orang (60,6 %) dan paling sedikit pada primipara sebanyak 5 orang (15,1 %).

Menurut Chalik (2010) bertambahnya peritas kejadian missed abortion semakin meningkat pada kehamilan yang terjadi dalam 3 bulan setelah partus atau setelah abortus, mungkin kelainan kromosom yang meningkat.

Menurut Lewellyn (2011) angka missed abortion meningkat menjadi 16 % pada ke hamilan ke-3 seterusnya.

Sedangkan menurut Manuaba (2010) jarak antara kehamilan yang pendek menyebabkan endometrium belum sembuh dan belum siap untuk menerima implantasi konsepsi.

Menurut penulis hal ini sesuai dengan teori Chalik, Manuaba dan Lewellyn yang menyatakan bahwa yang menderita missed abortion kebanyakan terjadi pada multipara dikarenakan oleh alat reproduksi sudah mulai melemah dan meningkat menjadi 16 % ini di sebabkan karena endometrium belum siap menerima hasil konsepsi yang baru.

Dari hasil penelitian faktor penyebab terjadinya missed abortion berdasarkan Umur ibu di RSU Dr.Pirngadi Medan Periode 2018 paling banyak umur >35 tahun sebanyak 18 orang (54,5%), dan sering dijumpai pada umur 20-35 tahun sebanyak 15 orang (45,4 %) dan paling sedikit umur ibu <20 tahun sebanyak 1 orang (3,0%).

Menurut Chalik (2011), abortus lebih sering terjadi pada wanita berusia diatas 20 tahun dan akan meningkat pada

usia 35 tahun sebabnya demikian belum di ketahui, namun ada 2 teori tentang itu pertama disebabkan meningkatnya kelainan genetik misalnya mutasi yang kedua disebabkan kelainan maternal.

Sedangkan menurut Wiknjo-sastro (2010), bahwa dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun karena usia < 20 tahun reproduksi wanita belum matang untuk menerima perubahan-perubahan dan usia > 35 tahun alat reproduksi sudah mulai melemah.

Menurut penulis, teori ini sesuai dengan penelitian berdasarkan hasil penelitian bahwa yang menderita missed abortion banyak terjadi pada umur 20- 35 tahun karena pada umur ini dikatakan usia reproduksi sehat untuk kehamilan. Sehingga tidak jauh kemungkinan terjadi abortus, yang menyebabkan meningkatnya kelainan genetika dan juga bisa kelainan maternal. Sedangkan usia < 20 tahun reproduksi wanita belum matang untuk menerima perubahan-perubahan dan usia > 35 tahun alat reproduksi sudah mulai melemah.

Dari hasil penelitian Kasus missed abortion menurut pekerjaan di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2018 paling banyak tidak bekerja sebanyak 21 orang (63,6 %) dan paling sedikit ibu bekerja sebanyak 12 orang (36,3 %).

Menurut Notoadmojo (2010) setiap pekerjaan apapun jenisnya pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot atau fikiran dengan melakukan dengan sendirinya beban ini dapat menjadi beban fikiran, beban mental sosial dengan jenis pekerjaan.

Menurut penulis teori ini sesuai dengan hasil penelitian yang berdasarkan pekerjaan banyak dijumpai tidak bekerja karena setiap pekerjaan apapun jenisnya memerlukan kekuatan otot ataupun fikiran dan beban sosial dengan jenis pekerjaan.

Dari hasil penelitian kasus missed abortion munurut usia kehamilan

(7)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (1) Februari 2018 e-ISSN:2089-4252

ibu paling banyak 1-10 minggu sebanyak 19 orang (57,5 %) dan paling sedikit usia kehamilan ibu > 20 minggu sebanyak 6 orang (18,1 %).

Menurut william (2011) tertahanya fetus yang telah mati di dalam rahim butuh waktu yang lama dalam masa 3 minggu hasil konsepsi yang telah mati keluar secara spontan. Apabila sampai 4 minggu atau lebih hasil belum keluar sendiri maka keadaan tersebut dinamakan missed abortion hal ini disebabkan karena fungsi plasenta belum sempurna dan janin pada masa itu pasti belum mampu hidup didalam kandungan. Menurut penulis ini sesuai dengan teori chalik (2011) yang menyatakan bahwa yang menderita missed abortion kebanyakan terjadi pada usia kehamilan di bawah 20 minggu karena fungsi plasenta belum sempurna dan janin pada masa itu pasti belum mampu hidup di luar kandungan.

Faktor penyebab terjadinya missed abortion Berdasarkan Gejala/Tanda

Dari hasil penelitian paling banyak perdarahan sebanyak 27 orang (81,8%). Paling sedikit amenorea sebanyak 6 orang ( 18,1 % ) sedangkan pada rahim mengecil dijumpai ( 0 % ).

Menurut Manuaba (2013), bahwa terjadinya missed abortion pada kehamilan terdapat perdarahan ke dalam kavum abdomen di jumpai sangat bervariasi. Darah yang timbul dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat dan tekanan darah menurun sampai jatuh ke dalam syok.

Menurut penulis, hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2010) yang menyatakan bahwa ibu hamil yang menderita missed abortion banyak terjadi pada tanda/gejala perdarahan, karena adanya gangguan pada sirkulasi umu yang menyebabkan nadi meningkat dan hal ini di sebabkan darah yang tertimbun

dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga bisa menyebabkan perdarahan.

KESIMPULAN

Dari hasil penenlitian yang dilakukan dapat di simpulkan beberapa kesimpulan yaitu :

1. Jumlah ibu hamil yang menderita Missed Abortion di RSU Dr.Pirngadi Medan berdasarkan distribusi penyebab adalah paling banyak dijumpai faktor maternal yaitu sebanyak 18 (54,5 %),

2. Berdasarkan distribusi tanda dan gejala yaitu paling banyak ditemukan perdarahan yaitu sebanyak 27 orang (81,8 %). Berdasarkan distribusi menurut usia kehamilan ibu paling banyak di jumpai pada usia kehamilan 1-10 minggu sebanyak 19 orang (57,5 %),berdasarkan distribusi menurut umur ibu banyak di jumpai pada umur >35 tahun sebanyak 18 orang (54,5%).

3. Berdasarkan distribusi paritas yang paling banyak dijumpai pada multipara yaitu sebanyak 20 orang (60,6 %). Berdasarkan distribusi pekerjaan paling banyak dijumpai ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 21 orang (63,6 %),

4. Berdasarkan distribusi penanganan pada kuretase yaitu sebanyak 27 orang (81,8 %).

5. Berdasarkan penelitian diatas bahwa ibu yang mengalami Missed Abortion banyak terjadi pada maternal, pada perdarahan, pada usia kehamilan 0-10 minggu, pada ibu umur >35 tahun, pada multipara, pada ibu yang tidakbekerja dan pada penanganan kuretase.

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, 2012. Obtetri dan Ginekologi, Kediri.

Budiyanto, 2010. Ilmu Kebidanan, Edisi III, Cetakan ke-5, Jakarta.

(8)

Jurnal Kebidanan Flora Vol. 11 (1) Februari 2018 e-ISSN:2089-4252

Chalik, DOSG, 2011. Metodologi Pene-litian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Binarupa Aksara, Jakarta

Cunningham G, dkk, 2011, DOS Haemoragi Utama Obtetri & Genekologi

Dinkes Sumut, 2012, Survey Kesehatan Sumatra Utara.

Http://www/slides hare. net/ septian raha/SUMUT.(tanggal akses: 13 Juni 2017)

Fitriyani, S dkk, Obtetri Patologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,Bandung.

Lewellyn, D, 2011, Rencana untuk Dasar-Dasar Obtetri & Ginekologi, Edisi 6, Bandung. Manuaba, 2013, Kapita Seleta

Penatalaksanaan Rutin Obtetri Ginekologi dan Kb, Jakarta Manuaba, 2010, Ilmu Kebidanan,

penyakit Kandungan & Keluarga pendidikan Bidan, EGC,Jakarta.

Notoamodjo, 2010, Metode Penelitian Kesehatan, Edisi Revesi, Rineka cipta, Jakarta

Rustam, dkk, 2013, Rustam Moctar, sinopsis obtetri jilid 1, Jakarta Sofian, 2013,Rencana untuk Dasar-dasar

Obteri & Ginekologi, Jakarta Utomo, 2012, Obtetri patologis,Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.

WHO, 2010, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia.

Http://repository.usu.ac/id/bitstre am/123456789/756/1/08E00/35.p df. (tanggal akses: 17 juni 2017) William F, 2011, obtetri & ginekologi,

cetakan 5, Jakarta

Widjanarko, 2013, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Faktor  penyebab  terjadinya  missed  abortion  Berdasarkan  penyebab  di  RSU  Dr.Pirngadi  Medan  Periode 2018  No
Tabel  3.  Faktor  penyebab  terjadinya  missed  abortion  Berdasarkan  Tanda/

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah Melalui Ujian Nasional dan Penilaian Hasil

Bagi REKANAN yang berminat dapat mendaftarkan diri pada Kantor Sekretariat. DPRD Kabupaten

[r]

VII/1  Mengidentifikasi dampak negatif dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi berdasarkan perangkat yang digunakan.  Mengidentifikasi dampak negatif dari

Sisingamangaraja

1.3 Menggunakan menu dan ikon pokok pada perangkat lunak pengolah kata.  VIII/ 1  Cara menggunakan menu dan ikon pada Office

Panitia Pengadaan Barang/ Jasa pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2013 akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan

kebahasaan teks interaksi transaksional lisan dan tulis yang melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait nama hari, bulan, nama waktu dalam hari, waktu dalam