• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU IBU POST PARTUM TENTANG PROSES MENYUSUI DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK DAN PERILAKU IBU POST PARTUM TENTANG PROSES MENYUSUI DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU IBU POST PARTUM TENTANG PROSES MENYUSUI DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

Siti Saidah Nasution, Setyowati

Staf Pengajar Departemen Keperawatan Maternitas Anak Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. Maas No.3, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA

Telepon/Fax.: +62-61-8213318 E-mail: saidah.nasution@yahoo.com

Abstrak

Tingginya angka kematian bayi berkaitan dengan pemberian nutrisi pada bayi yaitu proses menyusui dan pemberian ASI (air susu ibu). Salah satu faktor yang berkaitan dengan berhasilnya pemberian ASI adalah perilaku ibu post partum. Gambaran karakteristik ibu menyusui penting diketahui untuk dapat menentukan intervensi yang tepat dalam memanajemen post partum dan perawatan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan perilaku ibu menyusui di rumah sakit Haji Medan. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi seluruh ibupost partum dan jumlah sampel 68 orang dengan tehnik kuota sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner dan observasi yang dimodifikasi dari standart LACTH (Lacth, Audible Swallowing, Type op nipple, Comport and Hold positioning). Hasil penelitian karakteristik responden menggambarkan usia ibu post partum sekitar dibawah 35 tahun (60 % , jumlah anak lebih dari 2 (70%), pendidikan tinggi (51,2%), Tidak beerja (73,3%), mendapat dukungan keluarga (86%) dan secara umum tidak pernah mendapat penyuluhan (62%). Perilaku Ibu menyusui menggambarkan ekitar 46 orang (53,4 %) berperilaku optimal dan sekitar 40 orang ( 46,6) tidak berperilaku positif. Kesimpulan secara umum ibu post partum masih banyak yang berperilaku tidak optimal dalam proses pemberian ASI dengan keadaan dan kondisi memungkinkan ibu akan mengalami kegagalan dalam pemberian ASI selanjutnya (ASI eksklusif). Peran petugas kesehatan khususnya perawat harus lebih dioptimalkan dengan melibatkan keluarga dan masyarakat dalam proses pemberian ASI.

Kata Kunci : Perilaku, Ibu Post Partum, ASI 1. Pendahuluan

Masalah kesehatan di Indonesia saat ini di dominasi oleh rendahnya derajat kesehatan ibu hamil, melahirkan dan kematian bayi baru lahir, sehingga program pemerintah memprioritaskan percepatan penurunan AKI (angka kematian ibu) dan AKB (angka kematian bayi). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya AKB diatas, namun yang paling umum adalah hal-hal yang berkaitan dengan perilaku ibu menyusui, seperti terlambatnya pemberian ASI serta masih rendahnya cakupan ASI eksklusif (Departemen Kesehatan, 2004). Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta

keadaan sarana pelayanan yang kurang siap memperberat permasalahan (Bobak, 2005) .

Hasil Survey menunjukkan bahwa di Indonesia telah terjadi penurunan perilaku positif ibu dalam proses menyusui, terutama pada pemberian kolostrum dan ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI satu jam setelah melahirkan (kolostrum) menurun dari 8 persen menjadi 3,7 persen. Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan menurun dari 42,2 persen menjadi 39,5 persen, sedangkan penggunaan susu formula meningkat tiga kali lipat dari 10,8 persen menjadi 32,5 persen ( Dep.Kes, 2004). Keadaan ini menggambarkan bahwa cakupan pemberian ASI di Indonesia masih sangat rendah . Berdasarkan hal ini, salah satu intervensi yang penting dilakukan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi adalah dengan meningkatkan perilaku ibu post partum dalam proses pemberian ASI secara optimal. Pemberian ASI sangat penting

(2)

2 karena ASI merupakan makanan terbaik dan

sesuai dengan kebutuhan bayi serta komposisi ASI yang mengandung immunitas berfungsi untuk kekebalan tubuh sehingga terhindar dari sakit (Roesli, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Hodikoh (2003) yaitu tentang efektifitas edukasi postnatal dengan metode ceramah dan media booklet, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara edukasi postnatal dengan peningkatan pengetahuan dan pemahaman ibu nipas tentang ASI dan menyusui. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Roesli (2004), yang menyatakan bahwa kegagalan pemberian ASI sebagian besar disebabkan oleh perilaku dan ketidaktahuan ibu. Sangat jarang ditemukan penyebab kegagalan menyusui terjadi pada bayi. Karena bayi baru lahir mempunyai naluri dan refleks menghisap, maka secara umum semua bayi sudah mempunyai kemampuan untuk menyusui. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Air susu ibu adalah makanan/minuman alamiah untuk bayi, yang memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan kesehatan bayi sampai usia 6 bulan (Depkes RI, 1992). Menurut Kasdu (2004), ASI adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk

pertumbuhan dan perkembangannya,

sedangkan ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 (enam) bulan tanpa memberikan makanan dan minuman lain.

Menurut Roesli (2001) pemberian ASI pada bayi dapat meningkatkan kecerdasan. Karena secara umum pada manusia terdapat dua faktor penentu kecerdasan, yaitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik tidak dapat direkayasa, sedangkan lingkungan adalah faktor yang menentukan tercapainya faktor genetik secara optimal. Perilaku ibu yang penuh kasih sayang dan perhatian dalam memberikan ASI merupakan salah satu stimulasi perkembangan otak dan emosi pada bayi. Bayi yang diberikan ASI secara dini yaitu kurang dari satu jam setelah lahir dan eksklusif sampai enam bulan didapatkan perbedaan IQ pada usia 9,5 tahun, yaitu 12,9 lebih tinggi dibandingkan anak yang diberikan susu formula.

Manfaat pemberian ASI pada ibu akan dapat menimbulkan rasa bangga karena ibu

dapat memberikan “kehidupan” dengan memuhi kebutuhan makan kepada bayinya. Saat ini ibu akan merasa mempunyai peran yang sangat penting sebagai seorang ibu yang berkewajiban untuk melaksanakan proses menyusui kepada bayi yang dilahirkan ( Dinas kesehatan propinsi Sumatera Utara, 2005). Proses menyusui juga dapat menstimulasi kontraksi rahim dan mempengaruhi proses pengembalian rahim secara cepat sesuai dengan ukuran sebelumnya. Menyusui dapat melindungi ibu dan meningkatkan kesehatan, misalnya apabila terjadi perdarahan post partum dengan menyusui dapat menghentikan perdarahan. Isapan bayi akan menstimulasi pengeluaran oksitosin dan berpengaruh pada kontraksi uterus. Menyusui dapat mengurangi kesuburan ibu, berarti secara alamiah dapat menjarangkan kehamilan dalam beberapa bulan. Mengurangi kemungkinan kanker payudara, kanker indung telur, menolong ibu menurunkan kenaikan berat badan yang berlebihan, yang berarti dapat menurunkan risiko obesitas (Soetjiningsih, 1997; Suradi, 2004; Bobak, 2005).

Faktor-faktor yang dapat menghambat pengeluaran ASI dengan mempengaruhi refleks hormon oksitosin dan prolaktin, yaitu faktor psikologis : kondisi ibu dalam keadaan bingung, kacau, cemas, marah dan sedih. Hal ini berhubungan dengan emosi dan psikis ibu, sehingga faktor ini memegang peranan penting terhhadap berhasil tidaknya ibu dalam menyusui. Karena kecemasan ibu dapat mempengaruhi pengeluaran hormon prolaktin. Faktor kelelahan : Ibu dalam keadaan stress dan lelah. Secara umum ASI belum keluar secara maksimal pada hari-hari pertama kelahiran, sehingga ibu merasa khawatir ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Rasa sakit pada saat pertama kali menyusui, yang mengakibatkan ibu takut untuk menyusui kembali pada waktu selanjutnya, sehingga ASI tidak diberikan. Adanya tradisi/budaya rasa malu untuk menyusui dalam keluarga/lingkungan. Pasangan/suami tidak mendukung dan tidak ada perhatian terhadap ibu dan bayi dalam proses pemberian ASI. Posisi bayi pada waktu menyusui, posisi yang salah akan mengakibatkan isapan bayi kurang optimal dan puting susu menjadi lecet. Kebersihan payudara dan perawatan dan sangat penting dilakukan ( Roesli,2001; Markum,2002).

(3)

3 Perilaku Menyusui

Notoadmojo (2003) menyatakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang dan respon, secara lebih operasional perilaku diartikan sebagai sutu respon organisme terhadap rangsangan. Perilaku terdiri dari duam macam yaitu perilaku pasif dan perilaku aktif. Perilaku kesehatan adalah : respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan,serta lingkungan sekitarnya ( Notoatmodjo, 2004 ). Ranah perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks, Bloom membagi ranah perilaku menjadi tiga bagian, yaitu : kognitif, afektif dan psikomotor, selanjutnya para ahli pendidikan mengukur ketiga domain tersebut dengan pengetahuan, sikap dan praktek ( Notoatmodjo, 1993). Penilaian terhadap kemampuan keterampilan praktek ibu menyusui dapat diperoleh dengan cara mengamati tindakan dan keterampilan ibu pada saat menyusui . Sampson (1984) dalam Stright (2001) menyusun satu panduan untuk mengobservasi keterampilan ibu dalam menyusui dengan standar LACTH (Lacth, Audible Swallowing, Type op nipple, Comport and Hold positioning)

2. Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan perilaku ibu post partum dalam pemberian ASI di rumah sakit Haji Medan. Populasi seluruh ibu post partum yang melahirkan di rumah sakit Haji Medan dengan jumlah sampel 68 orang. Instrumen Penelitian

dan Pengumpulan data menggunakan

kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti yang mengacu kepada tinjauan teoritis. Observasi perilaku berkaitan dengan

keterampilan ibu dalam menyusui

menggunakan standar LACTH (Lacth, Audible Swallowing, Type op nipple, Comport and Hold positioning) yang terdiri dari lima komponen dengan skala penilaian 0 sampai 2, yaitu posisi mulut pada saat menghisap, suara menelan, jenis puting, kondisi dan kenyamanan payudara serta posisi ibu saat menyusui ( Jensen, 1994).

Analisa Data dilakukan dengan

menggunakan tabulasi frekwensi dan presentasi. Data numerik dianalisa dengan menghitung frekuensi, mean, median, standar

deviasi, minimal dan maximal. Sedangkan untuk data kategorik dengan menghitung frekuensi dan persentase.

3. Hasil

Hasil penelitian yang terdiri dari karakteristik dan perilaku ibu post partum akan disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Post Partum (n = 86)

Karakteristik Frekwensi (n) (%) 1. Usia <35thn >35thn 2. Jumlah Anak 1 > 1 3. Pendidikan Rendah Tinggi 4. Pekerjaan Tdk bekerja Bekerja 5. Dukungan klg Tidak mendukung Mendukung 6. Penyuluhan Tidak pernah Pernah 49 39 24 62 42 44 63 23 12 74 62 24 60 40 30 70 48,8 51,2 73,3 26,7 14 86 70 30 Total 86 100

Berdasarkan tabel 1. karakteristik responden menggambarkan usia ibu post partum dibawah 35 tahun (60 % , jumlah anak lebih dari 2 (70%), pendidikan tinggi (51,2%), Tidak bekerja (73,3%), mendapat dukungan keluarga (86%), tidak mendapat penyuluhan (62%).

Tabel 2.

Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Menyusui Ibu Post Partum (n = 86) Perilaku Ibu Menyusui

(n) (%) 1. Menyusui Optimal

2. Menyusui Tidak Optimal

46 40 53,4 46,5 Total 86 100

Berdasarkan tabel 2.diatas, perilaku ibu menyusui optimal 53,4% dan tidak optimal 46,5 %.

(4)

4 Tabel 3.

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu yang Menyusui Optimal

Karakteristik Menyusui (Optimal) (n) (%) 1. Usia <35thn >35thn 2. Jumlah Anak 1 > 1 3. Pendidikan Rendah Tinggi 4. Pekerjaan Tdk bekerja Bekerja 5. Dukungan klg Tidak mendukung Mendukung 6. Penyuluhan Tidak pernah Pernah 22 24 13 33 22 24 35 12 5 41 36 10 25,6 27,9 15,1 38,4 25,6 27,9 40,7 13,9 5,8 47,7 41,9 11,6 Total 46 53,4%

Berdasarkan tabel 3. Karakteristik ibu yang menyusui secara optimal adalah usia ibu merata dibawah 35 tahun dan diatas 35 tahun , jumlah anak lebih dari 2, tingkat pendidikan tinggi dan rendah hampir sama, rata-rata tidak bekerja, mendapat dukungan keluarga dan tidak pernah mendapat penyuluhan .

Tabel 4.

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Menyusui Tidak Optimal

Karakteristik Menyusui Tidak (Optimal) (n) (%) 1. Usia <35thn >35thn 2. Jumlah Anak 1 > 1 3. Pendidikan Rendah Tinggi 4. Pekerjaan Tdk bekerja Bekerja 5. Dukungan klg Tidak mendukung Mendukung 6. Penyuluhan Tidak pernah Pernah 25 15 11 29 20 20 28 11 7 33 26 14 29, 17,4 12,8 33,7 23,3 23,3 32,6 13,9 8,1 38,4 30,2 16,3 Total 40 46,5%

Berdasarkan tabel 4. Karakteristik ibu yang menyusui tidak optimal adalah usia ibu merata dibawah 35 tahun, jumlah anak lebih dari 2, tingkat pendidikan tinggi dan rendah sama pada sama, rata-rata tidak bekerja, mendapat dukungan keluarga dan tidak pernah mendapat penyuluhan .

4. Pembahasan

Hasil penelitian secara umum

menggambarkan Karakteristik ibu post partum yang berperilaku optimal dalam proses pemberian ASI secara umum didukung oleh keluarga, jumlah anak lebih dari satu dan status ibu tidak bekerja. Ibu post partum yang tidak berperilaku optimal dalam proses pemberian ASI ibu-ibu yang berusia kurang dari 35 tahun dan secara umum tidak pernah mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan.

Secara umum tujuan perawatan postpartum, khususnya dalam pemberian ASI adalah memberikan kesempatan pada ibu untuk berhasil menjadi seorang ibu dan keberhasilan ini tidak saja pada proses fisiologis tetapi juga melibatkan proses psikologis yang akan menjadi motivasi bagi ibu untuk memenuhi kebutuhan menjadi orangtua (Pilliteri, 2003). Perubahan respon emosi ibu setelah persalinan dipengaruhi oleh kepribadian ibu dan kualitas dukungan yang mereka terima dari keluarga. Berkaitan dengan peran dan fungsi perawat maternitas yang berhubungan dengan pelaksanaan proses laktasi, maka perawat maternitas berperan sebagai pemberi asuhan, pendidik, konselor, koordinator, manajer, agen pembaharu, pembela dan komunikator. Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan adalah memberikan asuhan keperawatan mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dengan harapan proses laktasi pada ibu dapat berhasil secara optimal. Peran utama perawat pada ibu post partum dan menyusui sangat penting untuk mengantarkan keberhasilan ibu dalam mengatasi masalahnya. Pendekatan asuhan mulai dari pengkajian fisik, psikologis, spritual, psikososial, membantu keluarga dalam membuat keputusan klinis dan melakukan tindakan yang tepat serta konsultasi (Ladewig, 2005).

Perawat sebagai fasilitator akan mengoptimalkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam menyusui,

(5)

5 salah satunya adalah dengan mengkaji

karakteristik ibu dan mengoptimalkan peran keluarga. Pendidikan kesehatan pada individu, keluarga maupun komunitas merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan yang komprehensif. Peran perawat sebagai pendidik, harus dapat berpartisipasi dalam memberikan pendidikan dan informasi tentang pentingnya pemberian ASI. Perilaku yang ditunjukkan oleh ibu menyusui yang merupakan hasil penilaian dari pengetahuan tentang ASI dan menyusui, sikap dan keterampilan ibu post partum.

Berdasarkan karakteristik, rentang usia ibu post partum berada pada rentang usia produktif, yaitu kurang dari 35 tahun. Umur dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin bertambahnya umur seseorang maka akan terjadi perubahan pada aspek psikologis (mental). Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang. Sedangkan menurut Ramaiah (2006) usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap sesorang terhadap semua hal dalam kehidupan terutama dalam hal perilaku ibu dalam proses pemberian ASI eksklusif. Pendapat ini di dukung oleh Soetjiningsih (1997) yang mengatakan faktor usia ibu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui. Penelitian Indriyani (2006) juga menegaskan ibu yang berumur 20-35 tahun pada kelompok yang diberikan perlakuan ASI dini dan teratur, sebagian besar memiliki produksi ASI yang optimal. Mayoritas ibu multipara berperilaku positif dalam proses pemberian ASI. Secara keseluruhan dapat diasumsikan bahwa mayoritas responden memiliki pengalaman dalam menghadapi persalinan dan kelahiran, sehingga memungkinkan ibu mempunyai pengalaman dalam proses menyusui. Hal ini sesuai dengan pendapat Ebrahim ( 1997) yang menyatakan bahwa ibu yang melahirkan lebih dari satu kali akan memiliki rata-rata perilaku optimal dalam proses pemberian ASI pertama dengan lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang melahirkan anak pertama. Pendapat ini juga didukung oleh Mantra (1994) yang menyatakan jumlah kelahiran anak memiliki hubungan yang bermakna dengan pengambilan keputusan bagi keluarga dalam menentukan kesehatan reproduksi. Sedangkan Soetjinigsih (1997) mengatakan paritas lebih dari dua lebih banyak memberikan ASI dibandingkan dengan

yang paritas satu, karena masalah laktasi sering terjadi terutama pada ibu yang baru pertama menyusui. Secara umum tingkat pendidikan ibu post partum merata yaitu pendidikan tinggi dan rendah pada kedua kelompok hampir sama.

Berdasarkan hal ini dapat dipastikan setiap orang dengan semua tingkat pendidikan masih memungkinkan untuk dapat mengerti dan memahami informasi tentang ASI dan menyusui yang diberikan. Pendapat ini didukung oleh penelitian Indriyani (2006) yang mengatakan tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan produksi ASI. Status pendidikan yang tinggi juga tidak menjamin ibu post partum akan bersikap positif dan berperilaku optimal dalam proses menyusui, begitu juga sebaliknya pada status pendidikan yang rendah. Namun kemampuan dalam memahami dan menerima informasi secara cepat dan tepat akan lebih baik apabila ditunjang oleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pendapat ini di dukung oleh Notoatmodjo (2003) yang mengatakan pendidikan, pengalaman, kebudayaan, kepercayaan dan informasi merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Keputusan dalam menentukan sikap, faktor pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting, dan sikap adalah kecenderungan untuk bertindak ataupun berpraktik (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan karakteristik ibu post partum berperilaku optimal dalam proses pemberian ASI pada ibu dengan satus ibu yang tidak bekerja, hal ini memungkinkan ibu untuk dapat merawat bayinya sendiri dan mempunyai waktu yang luang untuk memberikan ASI. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muthmainah (2006) yang memperoleh hasil adanya hubungan pekerjaan dengan aktifitas menyusui pada bayi. Pendapat ini didukung oleh Suradi (1992) yang mengatakan bahwa ibu bekerja ternyata mempengaruhi perilaku ibu dalam proses menyusui yang akhirnya akan mempengaruhi produksi ASI. Ibu post partum berperilaku optimal dalam pemberian ASI dengan adanya dukungan keluarga secara positif. Dukungan keluarga dalam proses menyusui dapat memberikan motivasi bagi ibu baik secara fisik maupun emosional sehingga ada perasaan aman dan nyaman. Adanya keyakinan dan kebiasaan yang sudah terbentuk

(6)

6 dalam keluarga akan mempengaruhi ibu ntuk

bersikap dan berperilaku optimal.

Mayoritas responden ibu post partum belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang proses menyusui. Kondisi ini dapat merupakan hal yang penting harus diperhatikan oleh petugas kesehatan, karena salah satu peran petugas yang harus dilaksanakan adalah memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Sehingga dengan minimnya informasi yang diterima akan mempengaruhi perilaku ibu dalam proses pemberian ASI.

Simpulan dan Saran Simpulan

Hasil penelitian sekitar 46 orang (53,4 %) ibu post partum di rumah sakit Haji medan berperilaku optimal dalam proses menyusui dan sekitar 40 orang ( 46,6) ibu post partum tidak

berperilaku positif. Berdasarkan kondisi ini

memungkinkan ibu akan mengalami kegagalan dalam proses pemberian ASI selanjutnya (ASI eksklusif).

Saran

Pemerintah daerah setempat, khususnya petugas kesehatan harus lebih meningkatkan pemberian informasi kepada masyarakat

tentang faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya angka kesakitan dan kematian pada bayi termasuk dalam perawatan bayi baru lahir khusunya pemberian ASI. Selain itu perlu ditingkatkan peran petugas kesehatan dalam mengoptimalisasikan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI dan proses menyusui kepada masyarakat terutama ibu-ibu secara dini, yaitu mulai dari masa kehamilan dengan melibatkan keluarga.

Daftar Pustaka

Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. (2005). Maternity nursing. 4th ed. (Wijayarini, M.A, &Anugrah, P.I :

Penerjemah). California: The

CV.Mosby.

Pillitteri, A. (2003). Maternal & child health nursing : Care for chilberaing & childrearing family. (4th ed.),

Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Departemen Kesehatan (2004). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Dep.Kes dan JICA.

Dinas kesehatan Propinsi Sumatera Utara. (2005). Propfil kesehatan Propinsi Sunmatera Utara.

Notoatmojo,S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. ___________ (2003). Pendidikan dan perilaku

kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. ___________ (2005). Promosi Kesehatan

Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Dinas kesehatan propinsi Sumatera Utara. (2005). Buku saku cara menyusui yang benar, Medan : TP-PKK-Dinas Kesehatan.

Ebrahim.G.J. (1997). Air Susu Ibu. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Hodikah, A. (2003). Efektifitas edukasi postpartum dengan metode ceramah dan media booklet terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang ASI dan menyusui dalam konteks keperawatan maternitas di kota Bogor dan Depok. Tesis : tidak dipublikasikan. FIK. UI.

Indriyani, D. (2006). Pengaruh menyusui ASI dini dan teratur terhadap produksi ASI pada ibu post partum dengan section caecaria di RSUD Dr. Soebandi Jember dan Dr. H.koesnadi Bondowoso. Tesis:tidak dipublikasikan.

Jensen, S. (1994). LACTH : A Breastfeeding charting syrtem and documentation. Kasdu, D. (2004). Anak cerdas, Jakarta :

Puspa Swara.

Kustiani, (2006), Menyelamatkan bayi lewat ASI, http://www.asi for baby,diperoleh 6 Februari 2007.

Mardiana (2000). Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian

(7)

7 informasi tentang ASI dengan perilaku

ibu dalam proses menyusui. Laporan penelitian. UI Jakarta.

Mantra. (1994) . Persepsi pria tentang alat dan penggunaan kontrasepsi dalam reproduksi. Tesis:Tidak dipublikasikan

Purwanti, H.S. (2004). Konsep penerapan ASI eksklusif, Jakarta : EGC

Ramaiah, S. (2006). Manfaat ASI dan menyusui, Jakarta : Gramedia.

Roesli, U. (2001). Mengenal ASI eksklusif, Jakarta: Trubus Agriwidya

________ (2001). Bayi sehat berkat ASI eksklusif, Jakarta: Gramedia.

_________(2004). Pemberian ASI

menyehatkan ibu.

http://www.indomedia.com. diperoleh 14 Maret 2007.

Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk untuk tenaga kesehatan, Jakarta: EGC.

Stright, Twinn. (2001), The evaluation of effectiveness of health education intervension in clinical practice: a continuing methodological callene, diambil dari journal Advance of nursing, volume 34, No. 2, April.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kualitas kerja yang baik diharapkan setiap karyawan mendapatkan kepuasan terhadap hasil kerja mereka, sehingga mereka dapat memberikan loyalitas yang tinggi

Suasana ruang merupakan resultante dari komponen-komponen fisik sebagai wujud hasil desain interior, bersama dengan komponen psikologik dan sosial yang dibawa oleh manusia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk kinerja keuangan antara Bank Umum Syariah Devisa dan Bank Umum Syariah Non

Mulanya saya menolak tapi dia bilang mau nurut saya atau kamu saya ceraikan!”(ibu Asih (nama samaran) dalam Laporan Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Perempuan (LKP2)

Hasil penelitian yang menunjukkan kesesuaian dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ika Oktavia (2004) yang menunjukkan adanya hubungan positif dan

Pada kasus ini, pendugaan parameter model produksi CES dengan metode kuadrat terkecil nonlinear menghasilkan persamaan yang tidak dapat diselesaikan secara eksak sehingga

Salah satu Produk De Nature adalah Ambejoss yang terbuat dari ekstrak daun ungu, mahkota dewa, kunyit putih Sedangkan Salep salwa dibuat dengan campuran propolis murni,

Berdasarkan Tabel 6 tentang pengaruh pelatihan (X1) terhadap kinerja karyawan (Y), koefisien regresi pelatihan diperoleh sebesar 0,596897 (positif) yang berarti