pada Jurusan Teknik
pada Jurusan Teknik SipilSipil–– Fakultas Teknik Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani Universitas Jenderal Achmad Yani
Disusun Oleh : Disusun Oleh :
PUTRA BAGUS YANUAR PUTRA BAGUS YANUAR
NIM. 2411141038 NIM. 2411141038 Dosen : Dosen : AGUS JUHARA, ST., MT. AGUS JUHARA, ST., MT.
JURUSAN TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI CIMAHI
2017 2017
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah Alhamdulillah, segala puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, SWT karena atas karunia-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini. Semoga salawat serta salam sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini. Semoga salawat serta salam selalu terlimpah curah pada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan selalu terlimpah curah pada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan umatnya hingga akhir jaman.
umatnya hingga akhir jaman.
Laporan disusun sebagai salah satu tugas besar Geometrik Lintasan pada Laporan disusun sebagai salah satu tugas besar Geometrik Lintasan pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani.
Pada kesempatan ini, penyusun memohon maaf apabila terdapat kesalahan Pada kesempatan ini, penyusun memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan selama penyusunan laporan ini. Dan tak lupa penyusun sampaikan dan kekhilafan selama penyusunan laporan ini. Dan tak lupa penyusun sampaikan ucapan banyak terima kasih kepada :
ucapan banyak terima kasih kepada : 1.
1. Bapak Bapak KRTH. KRTH. R.I.S. R.I.S. Rono Rono Hadinagoro, Hadinagoro, Ir., Ir., M.T. M.T. Selaku Selaku Ketua Ketua JurusanJurusan Teknik Sipil Universitas Jenderal Achmad Yani.
Teknik Sipil Universitas Jenderal Achmad Yani. 2.
2. Bapak Bapak Agus Agus Juhara, Juhara, S.T., S.T., M.T. M.T. Selaku Selaku Dosen Dosen Geometrik Geometrik Lintasan.Lintasan. 3..
3.. Keluarga Keluarga dan dan temanteman
–
–
teman mahasiswa Teknik sipil yang telah memberikan teman mahasiswa Teknik sipil yang telah memberikan dorongan, bimbingan, bantuan serta doa.dorongan, bimbingan, bantuan serta doa.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, dikarenakan Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan materi yang ada. Maka demi keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan materi yang ada. Maka demi kesempurnaannya, saran dan
kesempurnaannya, saran dan kritik yang bersifat membangkritik yang bersifat membangun un penyusun harapkan.penyusun harapkan. Akhir kata
Akhir kata penyusun penyusun berharap semoga berharap semoga laporan ini laporan ini dapat dapat memberikan memberikan manfaatmanfaat bagi semua pihak pada umumny
bagi semua pihak pada umumnya.a.
Cimahi, Januari 2017 Cimahi, Januari 2017
Penyusun Penyusun
KATA PENGANTAR ……...……… KATA PENGANTAR ……...………...……… ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI ……….……….…...………. ii. ii DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL ………....…...……...… vv DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR ………...…………. viii. viii
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1
1.1 Latar Latar BelakangBelakang ………...………...………... I-1... I-1 1.2
1.2 Maksud Maksud dan dan TujuanTujuan ………..………..……… I-2 I-2 1.3
1.3 Lingkup Lingkup PembahasanPembahasan ………...………...……… I-3 I-3 1.4
1.4 Sistematika Sistematika PembahasanPembahasan ………..………..……… I-4 I-4
BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1
2.1 Geometrik Geometrik JalanJalan ………... II-1... II-1 2.1.1 Umum
2.1.1 Umum ………...………...……….. II-1.. II-1 2.1.2
2.1.2 Standar Standar PerencanaanPerencanaan ………... II-1... II-1 2.2
2.2 Klasifikasi Klasifikasi JalanJalan ………..………..………. II-1. II-1 2.3
2.3 Parameter Parameter PerencanaanPerencanaan ……… II-4 II-4 2.3.1
2.3.1 Karakteristik Karakteristik Lalu Lalu LintasLintas ……….……….………… II-5 II-5 2.3.2
2.3.2 Volume Volume Lalu Lalu LintasLintas ……….………..……….………... II-5... II-5 2.3.3
2.3.3 Kendaraan Kendaraan RencanaRencana ……….……….………… II-6 II-6 2.3.4
2.3.4 Kecepatan Kecepatan RencanaRencana ……….……….……… II-6 II-6 2.3.5
2.3.5 Jarak Jarak PandangPandang ………...………... II-7.. II-7 2.3.5.1
2.3.5.1 Jarak Jarak PaPandang Henti (Jh) ………ndang Henti (Jh) ……… II-7 II-7 2.3.5.2
2.3.5.2 Jarak Jarak PanPandang Mendahului (Jd) ………..………dang Mendahului (Jd) ………..……… II-8 II-8 2.3.6
2.3.6 Satuan Satuan Mobil Mobil PenumpangPenumpang ……….……….……….. II-10.. II-10 2.3.7
2.3.7 Ekivalen Ekivalen Mobil Mobil PenumpangPenumpang ……….……….……….. II-11.. II-11 2.3.8 Kapasitas
2.3.8 Kapasitas ……….……….……… II-11 II-11 2.3.9
2.3.9 Alinemen Alinemen HorizontalHorizontal ………...………...………… II-22 II-22 2.3.9.1
2.3.9.5
2.3.9.5 Pelebaran Pelebaran Perkerasan Perkerasan JalaJalan Pada Tikungan ………...n Pada Tikungan ………... II-33 II-33 2.3.10 Alinemen Vertikal
2.3.10 Alinemen Vertikal ………... II-34... II-34
2.3.10.1
2.3.10.1 Kelandaian Maksimum ………..Kelandaian Maksimum ………... II-34. II-34
2.3.10.2
2.3.10.2 Lengkung Vertikal ………..Lengkung Vertikal ……….. II-35 II-35
BAB III PERENCANAAN JALAN BAB III PERENCANAAN JALAN 3.1
3.1 Perhitungan Perhitungan AwalAwal ………..……...………..……... III-1... III-1 3.1.1
3.1.1 Penentuan Penentuan Trase Trase Alinemen Alinemen HorizontalHorizontal ………..………... III-1... III-1 3.1.2
3.1.2 Perhitungan Koordinat, Jarak, Azimuth dan Sudut Tikungan ………Perhitungan Koordinat, Jarak, Azimuth dan Sudut Tikungan ……… .. III-1.. III-1 3.1.3
3.1.3 Klasifikasi Klasifikasi MedanMedan ………..………... III-5... III-5 3.1.4
3.1.4 Kelas Kelas Jalan Jalan dan dan Kecepatan Kecepatan RencanaRencana ……… III-7 III-7 3.1.4.1 Ke
3.1.4.1 Kelas Jalan ………..las Jalan ……….. III-7 III-7 3.1.4.2 Kecepa
3.1.4.2 Kecepatan Rencana ………tan Rencana ……… III-7 III-7 3.1.5
3.1.5 Jarak Jarak Pandang Pandang Henti Henti dan dan MendahuluiMendahului ………..………..……... III-8... III-8 3.1.5.1
3.1.5.1 Jarak Pandang Henti ………Jarak Pandang Henti ………... III-8... III-8 3.1.5.2
3.1.5.2 Jarak Jarak PandPandang Mendahului ……….ang Mendahului ………. III-8 III-8 3.1.6
3.1.6 Kelandaian Kelandaian MaksimumMaksimum ………...………...……… III-9 III-9 3.1.7
3.1.7 Panjang Panjang KritisKritis ……….……….……. III-9. III-9 3.2
3.2 Perencanaan Perencanaan Alinemen Alinemen HorizontalHorizontal ………..………..………. III-10. III-10 3.2.1
3.2.1 Perencanaan Perencanaan TikunganTikungan ………...………...…. III-10. III-10 3.2.2
3.2.2 Pelebaran Samping ………Pelebaran Samping ………. III-29. III-29 3.2.3
3.2.3 Stationing ………Stationing ……… III-33 III-33 3.2.3
3.2.3 Diagram Superelevasi ………...Diagram Superelevasi ………... III-34... III-34 3.3
3.3 Perencanaan Alinemen Vertikal ………..…………Perencanaan Alinemen Vertikal ………..………… III-37 III-37 3.3.1
3.3.1 Profil Tanah Asli ……….………Profil Tanah Asli ……….……… III-37 III-37 3.3.2
3.3.2 Perhitungan Kelandaian Memanjang ………...Perhitungan Kelandaian Memanjang ………... III-39... III-39 3.3.3
3.3.3 Lengkung Vertikal ………..……Lengkung Vertikal ………..…… III-39 III-39 3.4
3.5
3.5 Galian dan Timbunan ……….………Galian dan Timbunan ……….……….. III-46.. III-46
BAB IV KESIMPULAN BAB IV KESIMPULAN 4.1
4.1 Kesimpulan ……….…………Kesimpulan ……….…………. IV-1. IV-1
DAFTAR PUTAKA DAFTAR PUTAKA LAMPIRAN
Tabel
Tabel 2.2 2.2 Klasifikasi Klasifikasi Menurut Menurut Medan Medan JalanJalan ……….……….… II-3 II-3 Tabel
Tabel 2.3 2.3 Dimensi Dimensi Kendaraan Kendaraan RencanaRencana ………...………... II-6 II-6 Tabel
Tabel 2.4 2.4 Kecepatan Kecepatan RencanaRencana ……….. II-7.. II-7 Tabel
Tabel 2.5 2.5 Jarak Jarak Pandang Pandang Henti Henti (Jh) (Jh) MinimumMinimum ………. II-8. II-8 Tabel
Tabel 2.6 2.6 Standar Standar Jarak Jarak Pandangan Pandangan Menyiap Menyiap Untuk Untuk DesainDesain ……… II-9 II-9 Tabel
Tabel 2.7 2.7 Faktor Faktor Satuan Satuan Mobil Mobil Penumpang Penumpang (smp)(smp) ………...………...… II-10 II-10 Tabel
Tabel 2.8 2.8 Satuan Satuan Mobil Mobil PenumpangPenumpang ………...……….... II-11. II-11 Tabel
Tabel 2.9 2.9 Ekivalen Ekivalen Mobil Mobil Penumpang Penumpang (emp)(emp) ………..………... II-11. II-11 Tabel 2
Tabel 2.10 .10 Kapasitas DKapasitas Dasar Pada asar Pada Jalan LJalan Luar uar Kota Kota 4 4 Lajur Lajur 2 2 Arah Arah (4/2)(4/2) ………… II-16 II-16 Tabel
Tabel 2.11 2.11 Kapasitas Dasar Pada Jalan Luar KoKapasitas Dasar Pada Jalan Luar Kota 2 Lajur 2 ta 2 Lajur 2 Arah TakArah Tak Terbagi
Terbagi ………...…..………...….. II-17 II-17 Tabel
Tabel 2.12 2.12 Faktor Faktor Penyesuaian Penyesuaian Lebar Lebar JalanJalan ………...………...…… II-18 II-18 Tabel
Tabel 2.13 2.13 Faktor Faktor Penyesuaian Penyesuaian Arah Arah Lalu Lalu LintasLintas ………..………..…… II-19 II-19 Tabel
Tabel 2.14 2.14 Faktor Faktor Penyesuaian Penyesuaian Kapasitas Kapasitas Akibat Akibat Hambatan Hambatan SampingSamping ………… II-20II-20 Tabel
Tabel 2.15 2.15 Kelas Kelas Hambatan Hambatan SampingSamping ……… II-21 II-21 Tabel
Tabel 2.16 2.16 Faktor Faktor Bobot Bobot Hambatan Hambatan SampingSamping ……… II-21 II-21 Tabel
Tabel 2.17 2.17 Faktor Faktor Penyesuaian Penyesuaian Ukuran Ukuran KotaKota ……….………. II-22 II-22 Tabel
Tabel 2.18 2.18 Panjang Panjang Bagian Bagian Lurus Lurus MaksimumMaksimum ………...………... II-22 II-22 Tabel
Tabel 2.19 2.19 Panjang Panjang Jari-Jari Jari-Jari Minimum Minimum (dibulatkan)(dibulatkan) ………..………..… II-23 II-23 Tabel
Tabel 2.20 2.20 Kelandaian Kelandaian Relatif Relatif MaksimumMaksimum ……….………. II-25 II-25 Tabel
Tabel 2.21 2.21 Panjang Panjang Lengkung Lengkung Peralihan (LPeralihan (Ls) s) dan dan Pencapaian SuPencapaian Superelevasiperelevasi (Le)
(Le) ………...………... II-26 II-26 Tabel
Tabel 2.22 2.22 Jari-Jari Jari-Jari Tikungan Tikungan yang yang Tidak Tidak Memerlukan Memerlukan Lengkung Lengkung Peralihan. Peralihan. II-27II-27 Tabel
Tabel 2.23 2.23 Jari-Jari Jari-Jari yang yang Diizinkan Diizinkan Tanpa Tanpa Lengkung Lengkung Peralihan Peralihan ... . II-27II-27 Tabel
Tabel 2.24 2.24 Kelandaian Kelandaian Maksimum Maksimum yang yang DiizinkanDiizinkan ………...………... II-34 II-34 Tabel
Tabel 2.25 2.25 Panjang Panjang Kritis Kritis (m)(m) ……… II-35 II-35 Tabel
Tabel 2.26 2.26 Penentuan Penentuan Faktor Faktor Penampilan Penampilan Kenyamanan Kenyamanan YY ……… II-36 II-36 Tabel
Tabel 2.27 2.27 Panjang Panjang Minimum Minimum Lengkung Lengkung VertikalVertikal ……….………. II-36 II-36 Tabel
Tabel 3.4
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Kelandaian ………..Hasil Perhitungan Kelandaian ……….. III-6 III-6 Tabel 3.5
Tabel 3.5 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan ………...Klasifikasi Menurut Kelas Jalan ………... III-7 III-7 Tabel
Tabel 3.6 3.6 Kecepatan Kecepatan Rencana Rencana (Vr), (Vr), Sesuai Sesuai Klasifikasi Klasifikasi Fungsi Fungsi dan dan MedanMedan Jalan ……….
Jalan ………. III-8 III-8 Tabel 3.7
Tabel 3.7 Jarak Pandang Henti (Jh) Minimum ……….Jarak Pandang Henti (Jh) Minimum ………. III-8 III-8 Tabel 3.8
Tabel 3.8 Jarak Pandang Mendahului ………..Jarak Pandang Mendahului ……….. III-8 III-8 Tabel
Tabel 3.9 3.9 Kelandaian Kelandaian Maksimum Maksimum yang yang DiizDiizinkan ………..inkan ……….. III-9 III-9 Tabel
Tabel 3.10 3.10 PaPanjang Kritis ………...njang Kritis ………... III-9 III-9 Tabel
Tabel 3.11 3.11 Panjang Panjang Lengkung Lengkung Peralihan Minimum Peralihan Minimum dan dan Superelevasi Superelevasi YangYang Dibutuhkan (e maksimum = 10%, untuk METODE Bina Marga) Dibutuhkan (e maksimum = 10%, untuk METODE Bina Marga)
III-14 III-14
Tabel
Tabel 3.12 3.12 Perhitungan Perhitungan SCS SCS untuk untuk Proses Proses Pemilihan Pemilihan Jenis TikunJenis Tikungan, gan, eemaksmaks = 10% ………... = 10% ………...
III-15 III-15
Tabel
Tabel 3.13 3.13 Rekapitulasi Rekapitulasi Perhitungan Perhitungan Tikungan Tikungan PI-1,PI-1, Spiral SpiralSpiral Spiral ……… III-16 III-16 Tabel
Tabel 3.14 3.14 Panjang Panjang Lengkung Lengkung Peralihan Minimum Peralihan Minimum dan dan Superelevasi Superelevasi YangYang Dibutuhkan (e maksimum = 10%, untuk METODE Bina Marga) Dibutuhkan (e maksimum = 10%, untuk METODE Bina Marga)
III-20 III-20
Tabel
Tabel 3.15 3.15 Perhitungan Perhitungan SCS SCS untuk untuk Proses PemProses Pemilihan Jenis ilihan Jenis Tikungan, Tikungan, eemaksmaks = 10% ………... = 10% ………...
III-21 III-21
Tabel
Tabel 3.16 3.16 Rekapitulasi Rekapitulasi Perhitungan Perhitungan Tikungan Tikungan PI-2,PI-2, Spiral Circle SpiralSpiral Circle Spiral …… III-22 III-22 Tabel
Tabel 3.17 3.17 Panjang Panjang Lengkung Lengkung Peralihan Minimum Peralihan Minimum dan dan Superelevasi Superelevasi YangYang Dibutuhkan (e maksimum = 10%, untuk METODE Bina Marga) Dibutuhkan (e maksimum = 10%, untuk METODE Bina Marga)
III-26 III-26
Tabel
Tabel 3.18 3.18 Perhitungan Perhitungan SCS SCS untuk untuk Proses Proses Pemilihan Pemilihan Jenis TikunJenis Tikungan, gan, eemaksmaks = 10% ………... = 10% ………...
III-27 III-27
Tabel
Tabel 3.19 3.19 Rekapitulasi Rekapitulasi Perhitungan Perhitungan Tikungan Tikungan PI-3,PI-3, Spiral SpiralSpiral Spiral ……… III-28 III-28 Tabel 3.20
Tabel 3.20 Rekapitulasi Pelebaran Samping ………..Rekapitulasi Pelebaran Samping ……….. III-32 III-32 Tabel 3.21
Tabel 3.21 Superelevasi Maksimum ………..Superelevasi Maksimum ……….. III-34 III-34 Tabel 3.22
Tabel 3.22 Superelevasi pada Stationing ………Superelevasi pada Stationing ……… III-34 III-34 Tabel 3.23
Tabel 3.23 Superelevasi Maksimum ………..Superelevasi Maksimum ……….. III-35 III-35 Tabel
Tabel 3.24 3.24 SuperelevaSuperelevasi pada Stationing ………si pada Stationing ……… III-35 III-35 Tabel 3.25
Tabel 3.29
Gambar
Gambar 2.2 2.2 Lengkung SCSLengkung SCS ………..………..… II-30 II-30 Gambar
Gambar 2.3 2.3 Lengkung SSLengkung SS ……….………. II-32 II-32 Gambar
Gambar 2.4 2.4 Lengkung Vertikal Lengkung Vertikal CembungCembung ……… II-37 II-37 Gambar
Gambar 2.5 2.5 Grafik Grafik Panjang Panjang Lengkung Lengkung Vertikal Vertikal CembungCembung ……….. II-39.. II-39 Gambar
Gambar 2.6 2.6 Lengkung Vertikal Lengkung Vertikal CekungCekung ………...………... II-40 II-40 Gambar
Gambar 2.7 2.7 Grafik Grafik Panjang Panjang Lengkung Lengkung Vertikal Vertikal CekungCekung ……….. II-41.. II-41 Gambar
Gambar 3.1 3.1 Trase Trase JalanJalan ……….………. III-1 III-1 Gambar 3.2
Gambar 3.2 Proses Pemilihan Jenis Tikungan Berdasarkan SCS ……….Proses Pemilihan Jenis Tikungan Berdasarkan SCS ………. III-10 III-10 Gambar
Gambar 3.3 3.3 Tikungan Tikungan PI-1,PI-1, Spiral Spiral Spiral Spiral ……….………. III-16 III-16 Gambar
Gambar 3.4 3.4 Tikungan Tikungan PI-2,PI-2, Spiral Circle Spiral Spiral Circle Spiral ………..……….. III-22 III-22 Gambar
Gambar 3.5 3.5 Tikungan Tikungan PI-3,PI-3, Spiral Spiral Spiral Spiral ……….………. III-28 III-28 Gambar 3.6
Gambar 3.6 Stationing ………..Stationing ……….. III-33 III-33 Gambar
Gambar 3.7 3.7 Diagram Diagram Superelevasi Superelevasi Tikungan Tikungan PI-1,PI-1, Spiral Spiral Spiral Spiral ……….………. III-34 III-34 Gambar
Gambar 3.8 3.8 Diagram Diagram Superelevasi Superelevasi Tikungan Tikungan PI-2,PI-2, Spiral Circle Spiral Spiral Circle Spiral .. .. III-35III-35 Gambar
Gambar 3.9 3.9 Diagram Diagram Superelevasi Superelevasi Tikungan Tikungan PI-3,PI-3, Spiral Spiral Spiral Spiral ……….………. III-36 III-36 Gambar 3.10
Gambar 3.10 Alinemen Tanah Existing dan Tanah Rencana Jalan ……….Alinemen Tanah Existing dan Tanah Rencana Jalan ………. III-38 III-38 Gambar
Gambar 3.11 3.11 Lengkung Vertikal Lengkung Vertikal PVI-PVI-1 ……….….1 ……….…. III-39 III-39 Gambar
Gambar 3.12 3.12 Grafik Panjang Grafik Panjang Lengkung Lengkung VertikalVertikal ………...………... III-40 III-40 Gambar
Gambar 3.13 3.13 Lengkung Vertikal Lengkung Vertikal PVI-PVI-2 ……….….2 ……….…. III-41 III-41 Gambar 3.14
Gambar 3.14 Potongan Melintang Stationing TS1 dan ST1 ………Potongan Melintang Stationing TS1 dan ST1 ……… III-43 III-43 Gambar 3.15
Gambar 3.15 Potongan Melintang Stationing SCS ……….………Potongan Melintang Stationing SCS ……….……… III-43 III-43 Gambar
Gambar 3.16 3.16 Potongan Melintang Potongan Melintang StationinStationing TS2 dan ST2 ………g TS2 dan ST2 ……… III-44 III-44 Gambar 3.17
Gambar 3.17 Potongan Melintang Stationing SC2 dan CS2 …..…………Potongan Melintang Stationing SC2 dan CS2 …..………… III-44 III-44 Gambar 3.18
Gambar 3.18 Potongan Melintang Stationing TS3 dan ST3 ………Potongan Melintang Stationing TS3 dan ST3 ……… III-45 III-45 Gambar 3.19
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
1.1 Latar BelakangLatar Belakang
Jalan raya merupakan salah satu prasarana transportasi yang dapat Jalan raya merupakan salah satu prasarana transportasi yang dapat menunjang pengembangan suatu wilayah. Semakin lancar transportasi maka menunjang pengembangan suatu wilayah. Semakin lancar transportasi maka semakin cepat suatu wilayah berkembang. Meningkatnya jumlah penduduk semakin cepat suatu wilayah berkembang. Meningkatnya jumlah penduduk akan diikuti dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi, sehingga akan diikuti dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi, sehingga perlu
perlu dilakukan dilakukan perencanaan perencanaan jalan yjalan yang ang sesuai dengan sesuai dengan kebutuhan kebutuhan penduduk penduduk saatsaat ini. Dewasa ini manusia telah mengenal sist
ini. Dewasa ini manusia telah mengenal sistem perencanaan jalan em perencanaan jalan yang baik danyang baik dan mudah dikerjakan serta pola perencanaann
mudah dikerjakan serta pola perencanaann ya yang makin sempurna.ya yang makin sempurna.
Meskipun perencanaan sudah makin sempurna, namun kita sebagai orang Meskipun perencanaan sudah makin sempurna, namun kita sebagai orang teknik sipil tetap selalu dituntut untuk dapat merencanakan suatu lintasan jalan teknik sipil tetap selalu dituntut untuk dapat merencanakan suatu lintasan jalan yang
yang paling paling efektif efektif dan dan efisien efisien dari dari alternatif-alternatif alternatif-alternatif yang ada,yang ada, dengan
dengan tidak tidak mengabaikan mengabaikan fungsi-fungsi fungsi-fungsi dasar dasar dari dari jalan. jalan. Oleh Oleh karena karena itu,itu, dalam merencanakan suatu lintasan jalan, seorang teknik sipil harus mampu dalam merencanakan suatu lintasan jalan, seorang teknik sipil harus mampu menyesuaikan keadaan di lapangan dengan teori-teori yang ada sehingga akan menyesuaikan keadaan di lapangan dengan teori-teori yang ada sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.
diperoleh hasil yang maksimal.
Dalam merencanakan suatu jalan raya diinginkan pekerjaan yang relatif Dalam merencanakan suatu jalan raya diinginkan pekerjaan yang relatif mudah dengan menghindari pekerjaan galian (
mudah dengan menghindari pekerjaan galian (cut cut ) dan timbunan () dan timbunan ( fill fill ) yang) yang besar. Di
besar. Di lain pihak lain pihak kendaraan ykendaraan yang ang beroperasi di beroperasi di jalan rayjalan raya menginginkan a menginginkan jalanjalan yang
yang relatif relatif lurus, lurus, tidak tidak ada tada tanjakan anjakan atau atau turunan. turunan. Objek Objek keinginan ikeinginan itutu sulit
sulit kita jumpai kita jumpai mengingat keadaan mengingat keadaan permukaan bumi permukaan bumi yang relatif yang relatif tidaktidak datar,
datar, sehingga sehingga perlu perlu dilakukan dilakukan perencanaan perencanaan geometrik geometrik jalan, yjalan, yaituaitu perencanaan jalan
perencanaan jalan yang yang di titik di titik beratkan beratkan pada pada perencanaan perencanaan bentuk bentuk fisik sehingfisik sehinggaga dapat memen
dapat memenuhi funuhi fungsi dgsi dasar dari asar dari jalan yaitu jalan yaitu memberikan memberikan pelayanan pelayanan yangyang optimum pada arus lalu lintas. Fak
optimum pada arus lalu lintas. Faktor yang menjadi tor yang menjadi dasar dasar perencanaanperencanaan geometrik
geometrik adalah adalah sifat sifat gerakan, gerakan, ukuran ukuran kendaraan, kendaraan, sifat sifat pengemudipengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, serta karakteristik arus lalu lintas. dalam mengendalikan gerak kendaraannya, serta karakteristik arus lalu lintas. Hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga Hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga
dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan
memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan Selain itu, juga harus diperhatikan elemen
Selain itu, juga harus diperhatikan elemen
–
–
elemen dari perencanaan elemen dari perencanaan geometrik jalan, yaitu :geometrik jalan, yaitu : 1.
1. Alinyemen HorizontalAlinyemen Horizontal
Pada gambar alinyemen horizontal, akan terlihat apakah jalan Pada gambar alinyemen horizontal, akan terlihat apakah jalan tersebut merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan dan akan tersebut merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan dan akan digambarkan sumbu jalan pada suatu kontur yang terdiri dari garis lurus, digambarkan sumbu jalan pada suatu kontur yang terdiri dari garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran serta lengkung peralihan dari
lengkung berbentuk lingkaran serta lengkung peralihan dari bentuk lurus kebentuk lurus ke bentuk
bentuk busur busur lingkaran. lingkaran. Pada Pada perencanaan perencanaan ini ini di di titik titik beratkan beratkan padapada pemilihan
pemilihan letak letak dan dan panjang panjang dari dari bagianbagian
–
–
bagian trase jalan, sesuai bagian trase jalan, sesuai dengan kondisi medan sehingga terpenuhi kebutuhan akan pergerakan dengan kondisi medan sehingga terpenuhi kebutuhan akan pergerakan lalu lintas danlalu lintas dan kenyamanannykenyamanannya.a. 2.
2. Alinyemen VerticalAlinyemen Vertical
Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini, tanpa kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini, dipertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan kondisi dipertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan kondisi medan dengan memperhatikan fungsi - fungsi dasar dari jalan tersebut. medan dengan memperhatikan fungsi - fungsi dasar dari jalan tersebut. Pemilihan alinyemen
Pemilihan alinyemen vertikal berkaitan pula dengan vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan tanah pekerjaan tanah yangyang mungkin
mungkin timbul timbul akibat akibat adanya adanya galian galian dan dan timbunan timbunan yang yang harusharus dilakukan.
dilakukan. 3.
3. Penampang Melintang JalanPenampang Melintang Jalan
Bagian-bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau Bagian-bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya median, drainase permukaan, kelandaian serta galian dan tidaknya median, drainase permukaan, kelandaian serta galian dan timbunan.
timbunan.
1.2
1.2 Maksud dan TujuanMaksud dan Tujuan
Tujuan dari perencanaan suatu jalan ra
Tujuan dari perencanaan suatu jalan ra ya adalah untuk merencanakan suatuya adalah untuk merencanakan suatu lintasan dan dimensi yang sesuai dengan Peraturan Perencanaan Geometrik lintasan dan dimensi yang sesuai dengan Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya (PPGJR) No. 13 tahun 1970, sehingga dapat menjamin keamanan Jalan Raya (PPGJR) No. 13 tahun 1970, sehingga dapat menjamin keamanan dan kelancaran lalu lintas. Dari perencanaan itu juga didapat suatu dokumen dan kelancaran lalu lintas. Dari perencanaan itu juga didapat suatu dokumen
yang dapat memperhitungkan bobot pekerjaan baik galian maupun timbunan, yang dapat memperhitungkan bobot pekerjaan baik galian maupun timbunan, pekerjaan
pekerjaan tanah tanah dan dan sebagainya sebagainya sehingga sehingga bisa bisa dilakukan dilakukan perencanaan perencanaan yangyang seekonomis mungkin
seekonomis mungkin..
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan geometrik jalan raya Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan geometrik jalan raya adalah: kelas jalan, kecepatan rencana, standar perencanaan, penampang adalah: kelas jalan, kecepatan rencana, standar perencanaan, penampang melintang, volume lalu lintas, keadaan topografi, alinyemen horizontal, melintang, volume lalu lintas, keadaan topografi, alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, bentuk tikungan
alinyemen vertikal, bentuk tikungan
1.3
1.3 Lingkup PembahasanLingkup Pembahasan
Dalam tugas perencanaan ini, perhitungan dilakukan terdiri dari Dalam tugas perencanaan ini, perhitungan dilakukan terdiri dari beberapa tinjauan. Peninjauan ini meliputi :
beberapa tinjauan. Peninjauan ini meliputi : 1.
1. Penentuan LintasanPenentuan Lintasan
Penentuan lintasan yang meliputi jarak lintasan, Sudut azimut, Penentuan lintasan yang meliputi jarak lintasan, Sudut azimut, Kemiringan
Kemiringan jalan, Elevasi jalan, Elevasi jalan pada jalan pada titik titik kritis, Lkritis, Luas tampanguas tampang 2.
2. Alinemen HorizontalAlinemen Horizontal a.
a. Full Full CircleCircle, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari
–
–
jari jari besar dan sudut tangen yang relatif kecil.besar dan sudut tangen yang relatif kecil. b.
b. Spiral Circle Spiral Spiral Circle Spiral , digunakan pada tikungan yang mempunyai jari, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari
–
–
jari kecil dan sudut tangen yjari kecil dan sudut tangen yang relatif besar.ang relatif besar. c.
c. Spiral-Spiral Spiral-Spiral , digunakan pada tikungan tanpa busur lingkaran,, digunakan pada tikungan tanpa busur lingkaran, sehingga titik SC berimpit dengan titik
sehingga titik SC berimpit dengan titik CS.CS. 3.
3. Alinyemen VerticalAlinyemen Vertical
Pada perencanaan Alinyemen Vertikal,terdapat dua jenis tipe Pada perencanaan Alinyemen Vertikal,terdapat dua jenis tipe lengkung vertikal yaitu :
lengkung vertikal yaitu : a.
a. Lengkung Vertikal CembungLengkung Vertikal Cembung b.
b. Lengkung Vertikal CekungLengkung Vertikal Cekung 4.
1.4
1.4 Sistematika PembahasanSistematika Pembahasan
Laporan ini terdiri dari 4 bab yang masing-Laporan ini terdiri dari 4 bab yang masing-masing terdapat sub bab nya. Berikut adalah bab- bab pembahasan dalam masing terdapat sub bab nya. Berikut adalah bab- bab pembahasan dalam Laporan Tugas Besar Geometrik Lintasan ini.
Laporan Tugas Besar Geometrik Lintasan ini. Bab
Bab II PendahuluanPendahuluan
Pada bab ini dijelaskan mengenai Tatar belakang, maksud dan tujuan, ruang Pada bab ini dijelaskan mengenai Tatar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika
lingkup dan sistematika penulisan laporan.penulisan laporan. Bab
Bab IIII Dasar TeoriDasar Teori
Pada bab ini akan dijelaskan teori tentang perhitungan awal, alinemen Pada bab ini akan dijelaskan teori tentang perhitungan awal, alinemen horizontal, alinemen vertikal, potongan melintang, dan galian dan timbunan. horizontal, alinemen vertikal, potongan melintang, dan galian dan timbunan. Bab
Bab IIIIII PerancanganPerancangan JalanJalan
Pada bab ini dijelaskan cara penentuan trase alinemen horizontal, Pada bab ini dijelaskan cara penentuan trase alinemen horizontal, perhitungan
perhitungan koordinat, koordinat, azimuth azimuth dan dan sudut sudut tikungan, tikungan, klasifikasi klasifikasi medan, medan, kelaskelas jalan dan kecepa
jalan dan kecepatan rencana, dan tan rencana, dan jarak pandanjarak pandang hentg henti dan menyi dan menyusul.usul.
Perencanaan Alinemen HorizontalPerencanaan Alinemen Horizontal
Stasioning, pelebaran samping, dan diagram superelevasi. Stasioning, pelebaran samping, dan diagram superelevasi.
Perencanaan Alinemen VertikalPerencanaan Alinemen Vertikal
Dijelaskan Profil tanah asli,
Dijelaskan Profil tanah asli, perhitungan alinemen vertikal, kelandaian,perhitungan alinemen vertikal, kelandaian, lengkung vertikal, koordinasi trase alinemen horizontal dan vertikal, dan lengkung vertikal, koordinasi trase alinemen horizontal dan vertikal, dan perhitungan elevasi
perhitungan elevasi titik pentintitik penting.g.
Potongan Melintang JalanPotongan Melintang Jalan
Dijelaskan mengenai tipikal potongan melintang beserta ukurannya, Dijelaskan mengenai tipikal potongan melintang beserta ukurannya, damaja, damija dan dawasja, dan drainase jalan.
damaja, damija dan dawasja, dan drainase jalan. Bab
Bab IVIV KesimpulanKesimpulan
Pada bab ini berisi tentang ulasan hasil dari perhitungan yang sudah Pada bab ini berisi tentang ulasan hasil dari perhitungan yang sudah dilakukan pada bab perancangan jalan.
BAB II
BAB II
DASAR TEORI
DASAR TEORI
2.1
2.1 Geometrik JalanGeometrik Jalan 2.1.1
2.1.1 UmumUmum
Perencanaan
Perencanaan geometrik jalan adgeometrik jalan adalah perencanaanalah perencanaan daridari suatu ruassuatu ruas jalan
jalan secara secara lengkap, lengkap, meliputi meliputi beberapa beberapa elemenelemen yangyang disesuaikan disesuaikan dengan kelengkapan dan data dasar yang ada
dengan kelengkapan dan data dasar yang ada atauatau tersedia dari hasiltersedia dari hasil survey lapangan dan telah dianalisis
survey lapangan dan telah dianalisis dengandengan suatu standarsuatu standar perencan
perencanaanaan..
Tujuan perencanaan geometrik jalan adalah
Tujuan perencanaan geometrik jalan adalah untukuntuk menghasilkanmenghasilkan kondisi geometrik jalan yang mampu
kondisi geometrik jalan yang mampu memberikanmemberikan pelayanan pelayanan lalu lalu lintaslintas secara optimum. Disamping itu fungsi
secara optimum. Disamping itu fungsi daridari perencanaan perencanaan ini ini adalahadalah berkaitan
berkaitan dengan dengan keamanankeamanan dandan kenyamanan dalam berlalu lintas bagikenyamanan dalam berlalu lintas bagi pemakai
pemakai jalan jalan
2.1.2
2.1.2 Standar Standar PerencaPerencanaannaan
Standar perencanaan adalah ketentuan yang
Standar perencanaan adalah ketentuan yang memberikanmemberikan batasan- batasan- batasan
batasan dan dan metode metode perhitungan perhitungan agar agar dihasilkandihasilkan produk produk yangyang memenuhi persyaratan. Standar perencanaan
memenuhi persyaratan. Standar perencanaan geometrikgeometrik untuk ruasuntuk ruas jalan
jalan di di Indonesia Indonesia biasanya biasanya menggunakanmenggunakan peraturan peraturan resmi yangresmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina MargaMarga tentang perencanaantentang perencanaan geometrik jalan
geometrik jalan rayaraya..
Peraturan yang dipakai dalam studi perencaan jalan
Peraturan yang dipakai dalam studi perencaan jalan iniini adalahadalah ““TataTata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar KoKota”ta” yang dikeluarkan olehyang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga
Direktorat Jenderal Bina Marga dengandengan terbitan resmi No. 038terbitan resmi No. 038 T/BM/1997
T/BM/1997
2.2
2.2 Klasifikasi JalanKlasifikasi Jalan
Klasifikasi jalan merupakan aspek penting yang pertama kali harus Klasifikasi jalan merupakan aspek penting yang pertama kali harus diidentifikasikan sebelum melakukan perancangan jalan. Karena kriteria desain diidentifikasikan sebelum melakukan perancangan jalan. Karena kriteria desain
suatu rencana jalan yang ditentukan dari standar desain ditentukan oleh suatu rencana jalan yang ditentukan dari standar desain ditentukan oleh klasifikasi jalan rencana. Klasifikasi jalan dibagi dalam beberapa kelompok klasifikasi jalan rencana. Klasifikasi jalan dibagi dalam beberapa kelompok (TPGJAK, 1997), yaitu :
(TPGJAK, 1997), yaitu : 1.
1. Klasifikasi Menurut Fungsi JalanKlasifikasi Menurut Fungsi Jalan a.
a. Jalan ArteriJalan Arteri Adalah
Adalah jalan jalan yang yang melayani melayani angkutan angkutan utama utama dengan dengan ciri-ciriciri-ciri perjalanan
perjalanan jarak jarak jauh, jauh, kecepatan kecepatan rata-rata rata-rata tinggi, tinggi, dan dan jumlah jumlah jalanjalan masuk dibatasi secara efisien.
masuk dibatasi secara efisien.
b.
b. Jalan KolektorJalan Kolektor
Adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan Adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata s
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlahedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
jalan masuk dibatasi.
c.
c. Jalan LokalJalan Lokal Adalah
Adalah jalan jalan yang yang melayani melayani angkutan angkutan setempat setempat dengan dengan ciri-ciriciri-ciri perjalanan
perjalanan jarak jarak dekat, dekat, kecepatan kecepatan rata-rata rata-rata rendah, rendah, dan dan jumlah jumlah jalanjalan masuk tidak dibatasi.
masuk tidak dibatasi.
d.
d. Jalan LingkunganJalan Lingkungan
Adalah jalan yang melayani lingkungan setempat dengan ciri Adalah jalan yang melayani lingkungan setempat dengan ciri perjalanan
perjalanan jarak jarak dekat, dekat, kecepatan kecepatan rata-rata rata-rata rendah, rendah, dan dan jumlah jumlah jalanjalan masuk tidak dibatasi.
masuk tidak dibatasi.
2.
2. Klasifikasi Menurut Kelas JalanKlasifikasi Menurut Kelas Jalan a.
a. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalanKlasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
terberat (MST) dalam satuan ton. b.
b. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannyaKlasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan kasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.1. dengan kasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Fungsi Kelas
Fungsi Kelas Muatan SumbuMuatan Sumbu Terberat MST (ton) Terberat MST (ton) Arteri Arteri I >10 I >10 II 10 II 10 III III A A 88 Kolektor
Kolektor III AIII A 88
III B III B
((
Sum
Sumb
be
er
r :
: Tat
Tata C
a C a
arra
a Pe
Perre
enc
nca
ana
naa
an
n G
Ge
eo
om
me
ettri
ri k
k JJ a
ala
lan
n A
Ant
nta
ar
r A
Ant
nta
arr
K
K o
ota
ta,
, 1997
1997
))3.
3. Klasifikasi Menurut Medan JalanKlasifikasi Menurut Medan Jalan a.
a. Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besarMedan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.kontur. b.
b. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapatKlasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam tabel 2.2.
dilihat dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
No.
No. Jenis Jenis Medan Medan NotasiNotasi Kemiringan MedanKemiringan Medan (%) (%) 1. 1. Datar Datar D D <3<3 2. 2. Perbukitan Perbukitan B B 33 – – 25 25 3. 3. Pegunungan Pegunungan G G >25>25
((
Sum
Sumb
be
er : Tat
r : Tata
a C
Ca
arra
a Pe
Perre
enc
nca
ana
naa
an
n G
Ge
eo
om
me
ettrriik Jala
k Jalan
n A
Ant
nta
ar K
r Ko
otta
a.
. 19
1997
97
))4.
4. Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan JalanKlasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan Jalan
Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP. Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP. No.26/1985
No.26/1985 adalah adalah jalan jalan nasional, nasional, jalan jalan provinsi, provinsi, jalanjalan kabupaten/kotamadya, jalan desa, dan jalan khusus
a.
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan kolektor dalam sistemJalan nasional merupakan jalan arteri dan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang memhubungkan antar ibu kota propinsi dan jaringan jalan primer yang memhubungkan antar ibu kota propinsi dan jalan strategis nasional serta jalan tol.
jalan strategis nasional serta jalan tol. b.
b. Jalan provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primerJalan provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungk
yang menghubungkan ibu kota propinsi dan an ibu kota propinsi dan ibu kota kabupaten.ibu kota kabupaten. c.
c. Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primerJalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan yang menghungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan serta jalan umum dalam jaringan jalan sekunder dalam suatu wilayah serta jalan umum dalam jaringan jalan sekunder dalam suatu wilayah kabupaten.
kabupaten. d.
d. Jalan kota merupakan jalan umum dalam sisJalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yangtem jaringan sekunder yang fungsinya menghubungkan pusat pelayanan dalam kota, pusat fungsinya menghubungkan pusat pelayanan dalam kota, pusat pelayanan dengan persil serta antar permungkiman dalam ko
pelayanan dengan persil serta antar permungkiman dalam kotata e.
e. Jalan Jalan desa desa adalah adalah jalan jalan umum umum yang berfungsi yang berfungsi menghubungkmenghubungkanan wilayah pemungkiman dalam desa.
wilayah pemungkiman dalam desa. f.
f. Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk k
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.epentingan sendiri.
2.3
2.3 Parameter PerencanaanParameter Perencanaan
Dalam pedoman Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Dalam pedoman Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (No.38/TBM/1997), bentuk geometrik jalan harus ditetapkan sedemikian rupa (No.38/TBM/1997), bentuk geometrik jalan harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai fungsinya
kepada lalu lintas sesuai fungsinya
Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat ti
Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat tiga tujuan utama yaitu :ga tujuan utama yaitu : 1.
1. Memberikan keamanan dan kenyamanan, seperti jarak oandang, ruangMemberikan keamanan dan kenyamanan, seperti jarak oandang, ruang yang cukup bagi maneuver kencaraan dan koefisien gesek permukaan yang cukup bagi maneuver kencaraan dan koefisien gesek permukaan jalan yang cukup.
jalan yang cukup. 2.
2. Menjamin suatu perancangan ekonomis.Menjamin suatu perancangan ekonomis. 3.
3. Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sehubungan denganMemberikan suatu keseragaman geometrik jalan sehubungan dengan jenis medan (terrain).
2.3.1
2.3.1 KarakteristKarakteristik Lalu ik Lalu LintasLintas
Data lalu lintas adalah data utama yang diperlukan untuk perencanaan Data lalu lintas adalah data utama yang diperlukan untuk perencanaan teknik jalan, karena kapasitas jalan yang akan direncanakan tergantung teknik jalan, karena kapasitas jalan yang akan direncanakan tergantung dari komposisi lalu lintas yang akan menggunakan jalan pada suatu dari komposisi lalu lintas yang akan menggunakan jalan pada suatu segmen jalan yang ditinjau.
segmen jalan yang ditinjau.
Analisis data lalu lintas dilakukan untuk menentukan kapasitas jalan, Analisis data lalu lintas dilakukan untuk menentukan kapasitas jalan, akan tetapi jalan harus dilakukan bersamaan dengan oerencaan geometrik akan tetapi jalan harus dilakukan bersamaan dengan oerencaan geometrik dan lainnya, karena saling berhubungan satu sama lain. Unsur lalu lintas dan lainnya, karena saling berhubungan satu sama lain. Unsur lalu lintas benda atau oejalan kaki s
benda atau oejalan kaki sebagai bagian dari lalu liebagai bagian dari lalu lintas diatas roda disebutntas diatas roda disebut kendaraan dalam unit
kendaraan dalam unit
2.3.2
2.3.2 Volume Lalu LintasVolume Lalu Lintas
Sukirman (1999) dalam Dasar
Sukirman (1999) dalam Dasar – – dasar Perencanaan Geometrik Jalan dasar Perencanaan Geometrik Jalan menyebutkan bahwa, volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan menyebutkan bahwa, volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang meitasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, yang meitasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Volume lalu lintas dalam smp ini menunjukan besarnya jumlah menit). Volume lalu lintas dalam smp ini menunjukan besarnya jumlah Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) yang melintasi jalan tersebut.
Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) yang melintasi jalan tersebut. a.
a. Lalu Lintas Harian Lalu Lintas Harian Rata-rata Tahunan (LHRT)Rata-rata Tahunan (LHRT)
Lalu lintas yang menunjukan jumlah kendaraan yang Lalu lintas yang menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan selama 24 jam dalam satu tahun melintasi satu titik pengamatan selama 24 jam dalam satu tahun penuh penuh LHRT = LHRT =
ℎ ℎ
ℎ ℎ
365
365
Keterangan : Keterangan : LHRTLHRT = = Jumlah Jumlah lintas lintas harian harian rata-rata rata-rata tahunantahunan 365
365 = = Jumalh Jumalh hari hari dalam dalam satu satu tahuntahun b.
b. Lalu Lintas Harian Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)Rata-rata (LHR)
Jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan Jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dibagi lamanya pengamatan itu sendiri. Rumus Umum :
dibagi lamanya pengamatan itu sendiri. Rumus Umum :
LHR =
LHR =
ℎ ℎ
ℎ ℎ
2.3.3
2.3.3 Kendaraan RencanaKendaraan Rencana
Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi
Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dandan radiusradius putarnya
putarnya dipakai dipakai sebagai sebagai acuan acuan dalamdalam perencana perencanaanan geometrik.geometrik. Kendaraan rencana dikelompokkan dalam 3
Kendaraan rencana dikelompokkan dalam 3 kategori,kategori, (Tabel 2.3), yaitu(Tabel 2.3), yaitu::
Tabel 2.3 Dimensi Kendaraan Rencana Tabel 2.3 Dimensi Kendaraan Rencana
Kategori Kategori Kendaraan Kendaraan
Dimensi
Dimensi Kend Kend (cm) (cm) Tonjolan Tonjolan (cm)(cm) RadiusRadius Putar (cm)
Putar (cm) TonjolanTonjolan (cm) (cm) Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Min Max
Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Min Max Kecil Kecil 130 130 210 210 560 560 90 90 150 150 420 420 730 730 750750 Sedang Sedang 410 410 260 260 1210 1210 210 210 240 240 740 740 1280 1280 14101410 Besar Besar 410 410 260 260 2100 2100 130 130 90 90 290 290 1400 1400 13701370 ((
Sum
Sumb
be
er
r :
: Tat
Tata C
a C a
ara
ra Pe
Perre
enc
nca
ana
naa
an
n G
Ge
eo
om
me
ettri
ri k
k JJ a
ala
lan
n A
Ant
nta
ar
r L
Lua
uar
r K
Ko
otta N
a N o
o..
038/TBM/1997
038/TBM/1997
))Kendaraan rencana yang akan dipilih sebagai dasar perencanaan Kendaraan rencana yang akan dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan ditentuan oelh fungsi dan jenis kendaraan yang dominan geometrik jalan ditentuan oelh fungsi dan jenis kendaraan yang dominan yang memakai jalan tersebut. Pertimbangan biaya tentu ikut menentukan yang memakai jalan tersebut. Pertimbangan biaya tentu ikut menentukan kendaraan recana yang dipilih sebagai kriteria per
kendaraan recana yang dipilih sebagai kriteria perencanaan (Shirley, 2000)encanaan (Shirley, 2000)
2.3.4
2.3.4 Kecepatan RencanaKecepatan Rencana
Kecepatan rencana Vr, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang Kecepatan rencana Vr, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lenggang dan pengaruh samping jalan cuaca yang cerah, lalu lintas yang lenggang dan pengaruh samping jalan yang berarti.
yang berarti.
Besarnya kecepatan rencana tergantung pada
Besarnya kecepatan rencana tergantung pada kelaskelas jalan jalan dandan kondisi medan. (Tabel
Tabel 2.4 Kecepatan Rencana Tabel 2.4 Kecepatan Rencana
Fungsi
Fungsi Kecepatan Rencana, Vr (km/jam)Kecepatan Rencana, Vr (km/jam) Datar
Datar Bukit Bukit PegununganPegunungan
Arteri 70 Arteri 70 – – 120 120 6060 – – 80 80 4040 – – 70 70 Kolektor 60 Kolektor 60 – – 90 90 5050 – – 60 60 3030 – – 50 50 Lokal 40 Lokal 40 – – 70 70 3030 – – 50 50 2020 – – 30 30 ((
Sum
Sumb
be
er : Ta
r : Tatta
a C
Ca
ara
ra Pe
Perre
enc
nca
ana
naa
an
n G
Ge
eo
om
me
ettri
ri k
k JJa
ala
lan
n A
Ant
nta
ar Lua
r Luar K
r Ko
otta
a N
No
o..
038/
038/T
TB
BM
M//1997
1997
))2.3.5
2.3.5 Jarak PandangJarak Pandang
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi
pengemudi pada pada saat saat mengemudi mengemudi sedemikian sedemikian sehingga sehingga jika jika pengemudipengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman. Diedakan dua sesuatu untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman. Diedakan dua jarak
jarak pandang, pandang, yaitu yaitu Jarak Jarak Padang Padang Henti Henti (Jh) (Jh) dan dan Jarak Jarak PandangPandang Mendahului (Jd).
Mendahului (Jd). 2.3.5.1
2.3.5.1 Jarak Pandang Henti (Jh)Jarak Pandang Henti (Jh)
Jarak pandang henti (Jh) adalah jarak minimum
Jarak pandang henti (Jh) adalah jarak minimum yangyang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk
diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikanmenghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan didi depan. Setiap titik disepanjang jalan harus memenuhi Jh
depan. Setiap titik disepanjang jalan harus memenuhi Jh..
Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105
pengemudi adalah 105 cm dan tinggi cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dhalangan 15 cm diukur dariari permukaan jalan. Jh terdiri atas 2 elemen jarak,
permukaan jalan. Jh terdiri atas 2 elemen jarak, yaitu :yaitu : a.
a. Jarak tanggap (JJarak tanggap (Jhtht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat
harus berhenti sampai saat pengemudi menginpengemudi menginjak rem.jak rem. b.
b. Jarak pengereman (JJarak pengereman (Jh,h,) adalah jarak yang dibutuhkan untuk) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan
Jh dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus : Jh dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus :
JJhh = =
3,6
3,6
T + T +
..
2
2
Dimana : Dimana : VVR R = = Kecepatan Kecepatan rencana rencana (km/jam)(km/jam) T
T = Waktu = Waktu tanggap, tanggap, ditetapkan ditetapkan 2,5 2,5 detikdetik g
g = Percepatan = Percepatan gravitasi, gravitasi, ditetapkan ditetapkan 9,8 9,8 m/detm/det22 f
f = = Koefisien Koefisien gesekan gesekan memanjang memanjang perkerasan perkerasan jalanjalan aspal, ditetapkan 0,35-0,55
aspal, ditetapkan 0,35-0,55
Persamaan diatas disederhanakan menjadi : Persamaan diatas disederhanakan menjadi :
JB
JBhBhB = 0,694 VB = 0,694 VBRBRB + 0,004 + 0,004
Tabel dibawah ini, berisi J
Tabel dibawah ini, berisi Jhh minimum yang dihitung minimum yang dihitung berdasarkan
berdasarkan persamaan persamaan diatas diatas dengan dengan pembulatan- pembulatan- pembulatan untuk berbagai VR.
pembulatan untuk berbagai VR.
Tabel 2.5 Jarak Pandang Henti (J
Tabel 2.5 Jarak Pandang Henti (JHH) minimum) minimum Vr, km/jam Vr, km/jam 120 120 100 100 80 80 60 60 50 50 40 40 30 30 2020 Jh minimum Jh minimum (m) (m) 250 250 175 175 120 120 75 75 55 55 40 40 27 27 1616 2.3.5.2
2.3.5.2 Jarak Pandang MendahuluiJarak Pandang Mendahului
Jarak pandang mendahului adalah jarak
Jarak pandang mendahului adalah jarak yangyang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain didi depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali keke lajur
lajur semula.semula. Besarnya jarak menyiap standar adalah sebagaiBesarnya jarak menyiap standar adalah sebagai berikut
JJdd = d= d11+d+d22+d+d33+d+d44 d d11 = 0,278f = 0,278f ii(V(V – – m + m +
.1
.1
22
)) dd22 = = 0,278 0,278 V V tt22 d d33 = = 30 30 s/d s/d 100 100 m m dd44 = = 2/3 2/3 dd22 Dimana : Dimana :tt11 = = waktu reaksi waktu reaksi yang besarnya yang besarnya tergantung tergantung padapada kecepatan
kecepatan yang yang sesuai sesuai dengan dengan persamaan persamaan tt11 2.12+0.026V.
2.12+0.026V.
tt22 = = waktu waktu dimana dimana kendaraan yanng kendaraan yanng menyiap menyiap berada berada padapada lajur
lajur kanan kanan yang yang dapat dapat ditentukan ditentukan dengandengan mempergunakan
mempergunakan korelasi tkorelasi t22 == 6.56+0.048V.6.56+0.048V. m
m = = perbedaan perbedaan kecepatan kecepatan antara antara kendaraan kendaraan yangyang menyiap
menyiap dandan yang disiap =yang disiap = 15km/jam.15km/jam. a
a = = percepatan percepatan rata-rata rata-rata yang besarnya yang besarnya tergantungtergantung pada
pada kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap yangkecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap yang dapat
dapat ditentukan dengan mempergunakan korelasiditentukan dengan mempergunakan korelasi aa = 2.052+0.0036V= 2.052+0.0036V
Jarak pandang menyiap ini hanya perlu dilihat dari pada jalan Jarak pandang menyiap ini hanya perlu dilihat dari pada jalan 2/2 UD. Besarnya jarak pandangan menyiap berdasarkan 2/2 UD. Besarnya jarak pandangan menyiap berdasarkan kecepatan rencana ditunjukan pada Tabel 2.6
kecepatan rencana ditunjukan pada Tabel 2.6
Tabel 2.6 Standar Jarak Pandangan Menyiap Untuk Desain Tabel 2.6 Standar Jarak Pandangan Menyiap Untuk Desain V VR R , km/jam, km/jam 120 120 100 100 80 80 60 60 50 50 40 40 30 30 2020 Jh minimum Jh minimum (m) (m) 800 800 670 670 550 550 350 350 250 250 200 200 150 150 100100
Daerah mendahului harus disebar disepanjang jalan dengan Daerah mendahului harus disebar disepanjang jalan dengan jumlah
jumlah panjang panjang minimum minimum 30% 30% dari dari panjang panjang total total ruas ruas jalanjalan tersebut.
2.3.6
2.3.6 Satuan Mobil Penumpang (smp)Satuan Mobil Penumpang (smp)
Setiap jenis kendaraan mempunyai karakteriksik pergerakan yang Setiap jenis kendaraan mempunyai karakteriksik pergerakan yang berbeda,
berbeda, karena karena dimensi, dimensi, kecepatan, kecepatan, percepatan percepatan maupun maupun kemampuankemampuan maneuver masing-masing type kendaraan berbeda, dan pengaruh maneuver masing-masing type kendaraan berbeda, dan pengaruh geometric jalan. Oleh karena itu, untuk menyamakan satuan dari geometric jalan. Oleh karena itu, untuk menyamakan satuan dari masing-masing jenis kendaraan kendaraan digunakan suatu satuan yang bias masing jenis kendaraan kendaraan digunakan suatu satuan yang bias dipakai dalam perencanaan lau lintas yang disebut satuan mobil dipakai dalam perencanaan lau lintas yang disebut satuan mobil penumpang (smp).
penumpang (smp). Besarnya Besarnya smp smp yang direkomendasikan yang direkomendasikan sesuai sesuai dengandengan hasil penelitian MKJI sebagai berikut :
hasil penelitian MKJI sebagai berikut :
Tabel 2.7 Faktor Satuan Mobil
Tabel 2.7 Faktor Satuan Mobil Penumpang (smp)Penumpang (smp)
No.
No. Jenis Jenis Kendaraan Kendaraan KelasKelas smpsmp
Ruas Simpang Ruas Simpang 1. 1. Kendaraan Ringan Kendaraan Ringan LV LV 1,00 1,00 1,001,00 Sedan/Jeep Sedan/Jeep Oplet Oplet Mikrobus Mikrobus Pick-up Pick-up 2. 2. Kendaraan Berat Kendaraan Berat HV HV 1,20 1,20 1,301,30 Bus Standar Bus Standar Truk Sedang Truk Sedang Truk Berat Truk Berat 3.
3. Sepeda Sepeda Motor Motor MC MC 0,25 0,25 0,400,40
4. 4.
Kendaraan Tak Bermotor Kendaraan Tak Bermotor
UM UM 0,80 0,80 1,001,00 Becak Becak Sepeda Sepeda Gerobak, dll Gerobak, dll
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan
Tabel 2.8 Satuan
Tabel 2.8 Satuan Mobil PenumpangMobil Penumpang Jenis
Jenis Kendaraan Kendaraan Nilai Nilai smpsmp
Sepeda 0,5
Sepeda 0,5
Mobil
Mobil Penumpang/Sepeda Penumpang/Sepeda Motor Motor 1,01,0 Truk
Truk Ringan Ringan (< (< 5 5 ton) ton) 2,02,0 Truk
Truk Sedang Sedang (> (> 5 5 ton) ton) 2,52,5 Truk
Truk Berat Berat (> (> 10 10 ton) ton) 3,03,0
Bus 3,0
Bus 3,0
Kendaraan
Kendaraan Tak Tak Bermotor Bermotor 0,80,8 (Sumber : Peraturan Perencanaan Geometr
(Sumber : Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan ik Jalan Raya, 1970)Raya, 1970)
2.3.7
2.3.7 Ekivalen Mobil PenumpangEkivalen Mobil Penumpang
Faktor Konversi sebagai jenis kendaraan dibandingkan dengan Faktor Konversi sebagai jenis kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang taua kendaraan ringan lainnya sehubungan dengan mobil penumpang taua kendaraan ringan lainnya sehubungan dengan dampaknya pada prilaku lalu lintas (emp mobil penumpang = 1,0).
dampaknya pada prilaku lalu lintas (emp mobil penumpang = 1,0).
Tabel 2.9 Ekivalen Mobil Penumpang (emp) Tabel 2.9 Ekivalen Mobil Penumpang (emp) No.
No. Jenis Jenis Kendaraan Kendaraan Datar/PerbukitDatar/Perbukitan an PegununganPegunungan 1.
1. Sedan, Sedan, Jeep, Jeep, Station Station 1,0 1,0 1,01,0 2.
2. Wagon Wagon 1,21,2 – – 2,4 2,4 1,91,9 – – 3,5 3,5
3. 3.
Pick-Up, Bus Kecil, Truck Pick-Up, Bus Kecil, Truck Kecil, Bus dan Truck Kecil, Bus dan Truck Besar
Besar
1,2
1,2 – – 5,0 5,0 2,22,2 – – 6,0 6,0
(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, (Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997)
1997)
2.3.8
2.3.8 KapasitasKapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai banyaknya jumlah kendaraan Kapasitas didefinisikan sebagai banyaknya jumlah kendaraan maksimum yang dapat melintasi ruas jalan, selama periode waktu tertentu, maksimum yang dapat melintasi ruas jalan, selama periode waktu tertentu, dalam kondisi jalan dan lalu lintas yang ada. Kapasitas didapat dari harga dalam kondisi jalan dan lalu lintas yang ada. Kapasitas didapat dari harga
besaran
besaran kapasitas kapasitas ideal ideal yang yang direduksi direduksi oelh oelh factor-faktor factor-faktor lalu lalu lintas lintas dandan jalan.
jalan.
Kapasitas tidak dapat diketahui dengan menggunakan rumus yang Kapasitas tidak dapat diketahui dengan menggunakan rumus yang sederhana. Yang penting dalam penilaian kapasitas jalan adalah sederhana. Yang penting dalam penilaian kapasitas jalan adalah pemahaman akan berbagai kondisi yang
pemahaman akan berbagai kondisi yang berlaku.berlaku. a.
a. Kondisi IdealKondisi Ideal
Kondisi ideal adalah suatu kondisi pada salah satu ruas jalan Kondisi ideal adalah suatu kondisi pada salah satu ruas jalan yang
yang merupakan kondisi merupakan kondisi yang layak untuk yang layak untuk ruas jruas jalan alan tersebut.tersebut. Apabila pada salah satu ruas jalan mengalami
Apabila pada salah satu ruas jalan mengalami kemacetan akibat darikemacetan akibat dari volume kendaraan yang berlebihan pada ruas jalan tersebut, maka volume kendaraan yang berlebihan pada ruas jalan tersebut, maka pada ruas
pada ruas jalan jalan tersebut tersebut sudah sudah tidak ltidak layak laayak lagi digi digunakan dan gunakan dan caracara menanggulanginya dapat dilakukan dengan menambah kapasitas menanggulanginya dapat dilakukan dengan menambah kapasitas dengan cara menambah lajur atau mengalihkan arus lalu lintas agar dengan cara menambah lajur atau mengalihkan arus lalu lintas agar dicapai kondisi ideal pada ruas jalan tersebut.
dicapai kondisi ideal pada ruas jalan tersebut.
b.
b. Kondisi JalanKondisi Jalan
Kondisi jalan juga mempengaruhi kapasitas pada ruas jalan, Kondisi jalan juga mempengaruhi kapasitas pada ruas jalan, dengan kondisi jalan yang tidak ada hambatan maka pada ruas dengan kondisi jalan yang tidak ada hambatan maka pada ruas jalanjalan tersebut tidak adanya kemacetan, tundaan dan hambatan samping. tersebut tidak adanya kemacetan, tundaan dan hambatan samping. Pada
Pada ruas ruas jalan jalan yang memiliki yang memiliki klasifikasi kelas klasifikasi kelas jalan jalan dan jugadan juga kondisi
kondisi jalan yang jalan yang harus memenuhi kriteria unharus memenuhi kriteria untuk klasifikasi kelastuk klasifikasi kelas jalan tersebut.
jalan tersebut.
Adapun kondisi jalan yang mempengaruhi kapasitas pada Adapun kondisi jalan yang mempengaruhi kapasitas pada salah
salah satu ruas jalan adalah :satu ruas jalan adalah : a.
a. Lebar jalur ruas jalanLebar jalur ruas jalan b.
b. Lebar bahu jalanLebar bahu jalan c.
c. Fasilitas perlengkapan lalu lintasFasilitas perlengkapan lalu lintas d.
d. Kecepatan kendaraanKecepatan kendaraan e.
c.
c. Kondisi MedanKondisi Medan
Kondisi medan yang dimaksudkan adalah letak dimana ruas Kondisi medan yang dimaksudkan adalah letak dimana ruas jalan tersebut
jalan tersebut dibangun dibangun dengan dengan alinyemen yalinyemen yang diatur ang diatur sesuai dengsesuai denganan kondisi medan pada ruas jalan tersebut.
kondisi medan pada ruas jalan tersebut. Adapun kategori
Adapun kategori – – kategori dari kondisi medan untukkategori dari kondisi medan untuk ruas
ruas jalan jalan adalah adalah :: a.
a. Medan DatarMedan Datar
Kondisi jalan yang tidak terdapatnya tanjakan pada ruas Kondisi jalan yang tidak terdapatnya tanjakan pada ruas jalan
jalan tersebut tersebut dan dan tidak tidak menyebabkan menyebabkan kendaraan kendaraan kehilangankehilangan kecepatan akibat tundaan serta dapat mempertahankan kecepatan akibat tundaan serta dapat mempertahankan kecepatan yang sama pada ruas jalan tersebut
kecepatan yang sama pada ruas jalan tersebut b.
b. Medan BukitMedan Bukit
Kondisi jalan yang terletak di daerah, umumnya di ruas Kondisi jalan yang terletak di daerah, umumnya di ruas jalan
jalan tersebut tersebut terdapatnya terdapatnya tanjakan tanjakan yang yang dapatdapat mengakibatkan kendaraan mengalami kecepatan untuk mengakibatkan kendaraan mengalami kecepatan untuk melintasi ruas menyebabkan kendaraan tersebut mengalami melintasi ruas menyebabkan kendaraan tersebut mengalami kecepatan yang minimal.
kecepatan yang minimal. c.
c. Medan GunungMedan Gunung
Medan yang dimaksudkan disini adalah dimana letak dari Medan yang dimaksudkan disini adalah dimana letak dari ruas jalan tersebut terletak di daerah pegunungan dimana pada ruas jalan tersebut terletak di daerah pegunungan dimana pada ruas jalan tersebut sudah dapat dipastikan terdapatnya tanjakan ruas jalan tersebut sudah dapat dipastikan terdapatnya tanjakan – – tanjakan pada ruas jalan tersebut. Kecepatan yang relatif rendah tanjakan pada ruas jalan tersebut. Kecepatan yang relatif rendah dikarenakan kondisi medan pada ruas jalan tersebut.
dikarenakan kondisi medan pada ruas jalan tersebut.
d.
d. Kondisi Lalu LintasKondisi Lalu Lintas
Pada suatu ruas jalan pasti memiliki kondisi lalu lintas pada Pada suatu ruas jalan pasti memiliki kondisi lalu lintas pada masing
masing – – masing masing ruas ruas jalan. jalan. Kondisi Kondisi lalu lalu lintas lintas yangyang dimaksudkan
dimaksudkan disini adalah kdisini adalah kondisi dari arus, ondisi dari arus, kecepatan, kkecepatan, kepadatanepadatan lalu lintas pada ruas jalan tersebut. Apabila pada ruas jalan tersebut lalu lintas pada ruas jalan tersebut. Apabila pada ruas jalan tersebut memiliki kondisi lalu lintas yang kurang memadai maka pada ruas memiliki kondisi lalu lintas yang kurang memadai maka pada ruas jalan tersebut memerlukan perhatian khusus u
e.
e. Populasi PengemudiPopulasi Pengemudi
Untuk mengetahui karakteristik lalu lintas pada salah satu Untuk mengetahui karakteristik lalu lintas pada salah satu ruas jalan, sering berhubungan dengan bertambahny
ruas jalan, sering berhubungan dengan bertambahnya arus la arus lalu lintasalu lintas pada
pada ruas ruas jalan jalan tersebut tersebut dengan dengan waktuwaktu – – waktu tertentu, terkadangwaktu tertentu, terkadang pada
pada waktuwaktu – – waktu tertentu waktu tertentu jumlah arus jumlah arus lalu lilalu lintas pada ntas pada suatusuatu ruas
ruas jalan berkurang. jalan berkurang. Dapat disimpulkan bahwa Dapat disimpulkan bahwa bertambahnya ataubertambahnya atau berkurangnya s
berkurangnya suatu uatu arus arus lalu lalu lintas lintas berhubungan berhubungan dengan dengan populasipopulasi pengemudi
pengemudi yang yang menggunakan menggunakan ruas ruas jalan jalan tersebut tersebut pada pada waktuwaktu – – waktu tertentu
waktu tertentu
f.
f. Kondisi Pengendalian Lalu LintasKondisi Pengendalian Lalu Lintas
Kondisi pengendalian lalu lintas mempunyai pengaruh yang Kondisi pengendalian lalu lintas mempunyai pengaruh yang nyata pada kapasitas jalan, tingkat pelayanan dan arus lalu lintas. nyata pada kapasitas jalan, tingkat pelayanan dan arus lalu lintas. Tanpa adanya pengendalian lalu lintas yang baik pada salah satu Tanpa adanya pengendalian lalu lintas yang baik pada salah satu ruas jalan maka pada ruas jalan tersebut akan mengakibatkan ruas jalan maka pada ruas jalan tersebut akan mengakibatkan timbulnya permasalahan
timbulnya permasalahan – – permasalahan permasalahan lalu lalu lintas lintas yang yang tidaktidak diinginkan. Bentuk dari pengendalian lalu lintas adalah sebagai diinginkan. Bentuk dari pengendalian lalu lintas adalah sebagai berikut :
berikut : a.
a. Lampu lalu lintasLampu lalu lintas b.
b. RambuRambu – – rambu lalu lintasrambu lalu lintas c.
c. Marka jalanMarka jalan d.
d. PeraturanPeraturan – – peraturan lalu lintas peraturan lalu lintas e.
e. Meningkatkan tingkat disiplin pada pemakai jalanMeningkatkan tingkat disiplin pada pemakai jalan
Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas jalan pada Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas jalan pada jalan
jalan luar luar kota kota berdasarkan berdasarkan Manual Manual Kapasitas Kapasitas Jalan Jalan Indonesia, Indonesia, 19971997 sebagai
sebagai berikut berikut ::
C = Co FCw FCsp FCsf C = Co FCw FCsp FCsf Keterangan :
Keterangan : C
Co
Co = = Kapasitas Kapasitas dasar dasar (smp/jam)(smp/jam) FCw
FCw = = Faktor Faktor penyesuaian penyesuaian akibat akibat lebar lebar jalur jalur lalu lalu lintaslintas FCsp
FCsp = = Faktor Faktor pemisahan pemisahan arah arah (hanya (hanya untuk untuk jalan jalan tak tak terbagi)terbagi) FCsf
FCsf = = Faktor Faktor penyesuaian penyesuaian hambatan hambatan samoingsamoing
Tipe jalan empat lajur dua arah meliputi semua jalan dua arah Tipe jalan empat lajur dua arah meliputi semua jalan dua arah dengan lebar jalur lalu lintas lebih dari 10,5 meter dan kurang dari 16,0 dengan lebar jalur lalu lintas lebih dari 10,5 meter dan kurang dari 16,0 meter.
meter.
Pada Jalan empat lajur d
Pada Jalan empat lajur dua arah terbagi menjadi 2 bagian, ua arah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :yaitu : a.
a. Untuk Jalan Tak TerbagiUntuk Jalan Tak Terbagi
Cara menganalisa kapasitas pada ruas jalan tak terbagi Cara menganalisa kapasitas pada ruas jalan tak terbagi dilakukan pada kedua arah lalu lintas pada ruas jalan tersebut. dilakukan pada kedua arah lalu lintas pada ruas jalan tersebut. Kondisi dasar tipe jalan ini
Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut:didefinisikan sebagai berikut: Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu lintas total 14,0 m) Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu lintas total 14,0 m) Kereb (tanpa bahu)
Kereb (tanpa bahu)
Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar 2 m2 m Tidak ada median
Tidak ada median
Pemisahan arah lalu lintas 50-50 Pemisahan arah lalu lintas 50-50 Hambatan samping rendah
Hambatan samping rendah Ukuran kota 1,0-3,0 juta Ukuran kota 1,0-3,0 juta Tipe alinyemen datar Tipe alinyemen datar
b.
b. Untuk Jalan TerbagiUntuk Jalan Terbagi
Cara menganalisa pada ruas jalan terbagi dilakukan Cara menganalisa pada ruas jalan terbagi dilakukan secara
secara terpisah terpisah pada pada masing-masing masing-masing arah arah lalu lalu lintas lintas seolahseolah – – olah pada masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang olah pada masing-masing arah merupakan jalan satu arah yang terpisah. Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai terpisah. Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut:
berikut:
Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu lintas total 14,0 m) Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu lintas total 14,0 m) Kereb (tanpa bahu)
Kereb (tanpa bahu)
Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar 2 m2 m