• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN MELALUI BERMAIN. Nur Azis Rohmansyah Universitas PGRI Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN MELALUI BERMAIN. Nur Azis Rohmansyah Universitas PGRI Semarang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN MELALUI BERMAIN

Nur Azis Rohmansyah Universitas PGRI Semarang Nurazisrohmansyah30@gmail.com

Abstrak

Kurikulum penjasorkes telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu, yang wajib dilaksanakan oleh semua sekolah. Upaya pelaksanaan kurikulum tersebut seharusnya diikuti dengan peningkatan kemampuan guru dalam proses pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dan pengadaan sarana-prasarana yang mendukungnya. Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan tidak akan berarti jika tidak diikuti oleh kemampuan guru dan sarana-prasarana yang mendukungnya.

Bermain bagi anak, selain merupakan alat belajar juga merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Diperlukan waktu yang cukup banyak untuk bermain bagi anak terutama pada saat di usia dini. Kebutuhan bermain tersebut tidak mungkin dipenuhi pada jam pelajaran di sekolah. Oleh sebab itu guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) harus dapat memenuhi kebutuhan gerak anak didiknya dengan berbagai alternatif permainan yang dapat dimainkan siswa saat jam istirahat atau dirumah, karena anak tidak merasa betah bila duduk seharian diruang kelas, mereka butuh bergerak dan bermain yang lebih banyak dan merasa gembira ketika menyongsong jam istirahat karena memiliki kesempatan untuk bermain sambil melepaskan kepenatan dan memulihkan kondisinya.

Kata kunci: Kurikulum, Penjasorkes, Bermain PENDAHULUAN

Aktivitas yang paling disukai anak adalah bermain, sehingga pelaksanaan materi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) di sekolah dasar harusnya disajikan dalam bentuk bermain, supaya menyenangkan bagi anak. Kurikulum penjasorkes telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu, yang wajib dilaksanakan oleh semua sekolah. Upaya pelaksanaan kurikulum tersebut seharusnya diikuti dengan peningkatan kemampuan guru dalam proses pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dan pengadaan sarana-prasarana yang mendukungnya. Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan tidak akan berarti jika tidak diikuti oleh kemampuan guru dan sarana-prasarana yang mendukungnya.

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir dari permainan tersebut. Sebagian orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas belajar dan menjadikan rendahnya kemampuan intelektual anak. Pendapat ini kurang begitu tepat dan bijaksana, karena beberapa ahli psikologi dan ahli perkembangan anak sepakat bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak.

Bermain adalah hal penting bagi seorang anak, permainan dapat memberikan kesempatan untuk melatih keterampilannya secara berulang-ulang dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara dan kemampuannya sendiri. Kesempatan bermain sangat berguna dalam memahami tahap perkembangan anak yan Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar. Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik.

Pada dasarnya anak-anak gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan memperoleh kesenangan, kanikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi bersosialisasi. Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak, untuk guru, orang tua dan fungsi lainnya bagi anak. Dengan bermain dapat mengembangkan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun gangguan perkembangan lainnya.

(2)

karakter anak, jalan pikiran anak, dapat intervensi, kolaborasi dan berkomunikasi dengan ank. Fungsi lainnya adalah rekreasi, penyaluran energi, persiapan untuk hidup dan mekanisme integrasi (penyatuan) dengan alam sekitar. Menurut NAEYC (National Association for The Education of Young Children,1997), bermain merupakan alat utama belajar anak. Demikian juga pemerintah Indonesia telah mencanangkan prinsip, “Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain”. Bermain yang sesuai dengan tujuan di atas adalah bermain yang memiliki ciri-ciri seperti: menimbulkan kesenangan, spontanitas, motivasi dari anak sendiri, dan aturan ditentukan oleh anak sendiri.

Permasalahannya hingga saat ini, di sekolah-sekolah terutama di sekolah dasar, kegiatan bermain masih dianggap kurang penting, sehingga belum ada program yang terencana dan terstruktur. Pembelajaran terpadu (tematik) yang menggabungkan beberapa bidang studi di kelas rendah belum memasukkan unsur-unsur permainan, paling-paling kegiatan bermain disisipkan dalam pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes). Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) merupakan bagian integral dari system pendidikan secara keseluruhan dan sangat strategis digunakan untuk mendorong perkembangan kemampuan motorik, kemampuan fisik, penalaran dan penghayatan nilai (mental, emosional, spiritual, dan social) serta pembiasaan hidup sehat. Penjas sebagai bidang studi berorientasi pada kebutuhan gerak siwa juga dapat diintegrasikan dengan bidang studi lain seperti matematika, IPA, bahasa, IPS dan agama. Walau demikian pada kenyataannya kondisi pembelajaran Penjas di sekolah-sekolah sampai saat ini belum efektif meskipun telah dilakukan berbagai upaya pembenahan pada kurikulum dan melalui jalur pendidikan dan pelatihan guru (Satya, 2006). Di samping hal-hal di atas para guru penjasorkes juga sulit memperoleh buku rujukan yang refresentatif dan akomodatif juga kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kontribusi pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) sebagai salah satu alat dalam mewujudkan terbentuknya manusia seutuhnya (sehat fisik, emosi, kecerdasan serta sosial).

Model pendidikan untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan masa perkembangan mereka yang masih didominasi oleh permainan sebagai media transfer pengetahuan. Salah satu metode yang sesuai digunakan dalam implementasi pendidikan membangun pemahaman karakter adalah melalui bermain. Bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada dengan sendirinya (inhernt), dan sudah terberi secara alami. Permainan yang bisa digunakan adalah permainan tradisional anak yang sudah cukup lama berkembang di negeri ini, bahkan permainan-permainan tersebut sarat dengan nilai-nilai budaya bangsa. Namun demikian seiring dengan perkembangan jaman permainan tradisional ini semakin lama semakin dilupakan oleh anak- anak terutama di perkotaan karena sudah semakin banyaknya permainan modern yang berasal dari luar negeri.

Kajian tentang permainan tradisional anak di Indonesia umumnya belum sangat berkembang, tapi terlihat perhatian yang cukup besar dari kalangan ilmuan terhadap fenomena budaya ini, kecuali dari kalangan tertentu. Namun demikian perhatian yang cukup serius telah diberikan oleh pemerintah melalui Balai kajian Sejarah dan Nilai Tradisional yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Beberapa studi telah dilakukan oleh para ahli, bahkan beberapa berusaha mengetahui proses- proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan dampaknya terhadap berbagai jenis permainan tradisional.

Permainan tradisional anak merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena permainan ini memberikan pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak di kemudian hari. Selain itu, permainan anak-anak ini juga dianggap sebagai salah satu unsur kebudayaan yang memberi ciri atau warna khas tertentu pada suatu kebudayaan. Misbach (2006) mengatakan dalam artikelnya bahwa permainan tradisional mengandung pesan-pesan moral dengan muatan kearifan lokal (local wisdom).

Permainan tradisional bisa dikategorikan dalam tiga golongan, permainan untuk bermain (rekreatif), permainan untuk bertanding (kompetitif) dan permainan yang bersifat eduktif. Walaupun permainan- permainan ini dibeda-bedakan dalam 3 kategori, namun tidak berarti sifat yang ada pada satu macam permainan tidak terdapat dalam permainan jenis lainnya. Ada percampuran-percampuran diantara unsur-unsur permainan tersebut. Semua jenis permainan ini kental dengan nilai kerjasama; kebersamaan; kedisiplinan; kejujuran; yang merupakan nilai-nilai pandangan hidup (world-view) dari berbagai suku bangsa di Indonesia, yang mendasari filosofi terbentuknya permainan tradisional ini.

Demikian pula halnya dengan kegiatan bermain dan permainan di sekolah utamanya di sekolah dasar, pemahaman orang tua dan masyarakat masih kurang. Bermain dianggapnya

(3)

main-main, membuang waktu dan memerlukan biaya, padahal banyakalat permainan yang dapat dipergunakan anak adalah alat permainan dari lingkungan anak itu sendiri, dari alam dan permainan yang sengaja di buat guru, orang tua atau perusahaan yang dirancang untuk pendidikan anak. Alat permainan yang terakhir itu disebut alat permainan edukatif. Tempat bermain pun sangat fleksibel, tempat bermain anak di sekolah dapat dilakukan di kelas dan di luar kelas, yang penting lingkungannya aman dan kondusif, pembelajarannya terencana dan terstruktur dan tersedianya alat-alat permainan yang memadai.

PENGERTIAN BERMAIN

Terdapat berbagai pandangan dan pengertian yang diberikan oleh kaum akademik maupun nonakademik secara luas dan beraragam, mulai teori klasik yang dikaitkan dengan “surplus energy” dan hewan. Teori ini menyatakan, semakin tinggi spesies makhluk hidup semakin banyak waktu dihabiskan untuk bermain di mana pada kasus spesies yang lebih rendah energi dikeluarkan hanya untuk memenuhi kebutuhan utama organisme tersebut. Antara tahun 50-an hingga 70-an teori-teori tentang bermain muncul. Ada teori bermain yang dikaitkan dengan dorongan dan keperluan dasar organisme. Di samping itu ada juga teori yang menyatakan bermain sebagai komunikasi, bermain sebagai peluang menjelajah perilaku baru bahkan Heron (1971) menegaskan bermain sebagai suatu pekerjaan bagi anak-anak.. Lebih jauh Moyles (1991) menegaskan bahwa bermain adalah suatu proses yang diperlukan baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Bermain merupakan proses pembelajaran yang melibatkan pikiran, persepsi, konsep, kemahiran sosial dan fisik. Selain itu bermain juga dikaitkan dengan ganjaran instrinsik dan kegembiraan. Dengan demikian bermain merupakan aktivitas yang natural bagi anak-anak yang memberi peluang kepada mereka untuk mencipta, menjelajah dan mengenal dunia mereka sendiri.

Menurut tokoh-tokoh pendidikan anak-anak, seperti: Plato, Aristoteles, Frobel, Hurlock dan Spencer (dalam Satya, 2006) bermain adalah suatu upaya anak untuk mencari kepuasan, melarikan diri ke alam fantasi dengan melepaskan segala keinginannya yang tidak dapat tersalurkan, seperti : keinginan untuk menjadi presiden, raja, permaisuri dan lain-lain. Bermain sebagai kegiatan mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Sedangkan menurut Hurlock, bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan. Di samping itu bermain bagi anak adalah upaya yang menyalurkan energi yang berlebihan dan dapat menghindari hal- hal negatif yang diakibatkan dari tenaga yang berlebihan, salah-satu contoh akibat dari kelebihan tenaga ini adalah timbulnya perkelahian antar pelajar.

Menurut Rebecca Isbell dalam bukunya The Complete Learning Center Book, “Play is Children’s Work and Children Want to Play”, dalam bermain, anak-anak mengembangkan keahlian memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai cara untuk melakukan sesuatu dan menentukan pendekatan terbaik. Dalam bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk melakukan kegiatan mereka, memperluas dan memperbaiki bahasa mereka sambil berbicara dengan anak lainnya. Ketika bermain, mereka belajar tentang orang lain selain dirinya dan mereka mencoba berbagai peran dan menyesuaikan diri saat bekerjasama dengan orang lain. Bermain membentuk perkembangan anak pada semua bagian: intelektual, sosial, emosional dan fisik (Isbell dalam Satya, 2006)

Bermain adalah pekerjaan anak-anak dan anak-anak sangat gemar bermain. Dalam bermain anak mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dengan mencoba berbagai cara dengan mengerjakan sesuatu dan memilih dan menentukan cara yang paling tepat. Dalam bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk membawakan aktivitasnya, memperluas dan menyaring bahasa mereka dengan berbicara dan mendengar anak lain. Ketika bermain mereka belajar memahami orang lain dengan cara mensepakati komitmen yang mereka buat dari berbagai aturan dan menilai pekerjaan secara bersama-sama. Bermain mematangkan perkembangan anak- anak dalam semua area; intelektual, sosial ekonomi dan fisik.

Bermain bagi anak adalah apa yang mereka lakukan sepanjang hari, bermain adalah kehidupan dan kehidupan adalah bermain. Anak-anak tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak adalah pemain alami, mereka menikmati bermain dan dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama untuk sebuah keterampilan. Bermain merupakan motivasi interinsik bagi anak dan tidak ada seorangpun yang dapat mengatakan apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Dalam bermain anak dapat mengembangkan mental, menumbuhkan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam hidupnya (perkembangan sosial) dan meningkatkan kebugaran komponen motoriknya.

(4)

Permainan anak-anak merupakan wadah dasar dan indikator pengembangan mental. Bermain memungkinkan anak-anak untuk memajukan perkembangannya seperti sensori motor, intelegensi pada bayi, mulai dari operasional sampai operasional konkrit pada anak pra sekolah juga mengembangkan kognitif, fisik, dan perkembangan sosial ekonomi (George W Maxim, 1992, dalam Satya 2006). Bermain merupakan kepentingan utama seorang anak dalam hidupnya, lewat bermain ia belajar keahlian untuk bertahan dan menemukan pola dalam dunia yang penuh kebingungan. (Lee, 1977). Bermain merupakan tujuan dasar dari belajar pada masa kanak-kanak anak-anak secara bertahap mengembangkan konsep dari hubungan yang wajar, kemampuan untuk membedakan, untuk menilai, untuk menganalisis dan mengambil intisari, untuk membayangkan dan merumuskan.

MANFAAT BERMAIN UNTUK ANAK

Bermain bagi anak, selain merupakan alat belajar juga merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Diperlukan waktu yang cukup banyak untuk bermain bagi anak terutama pada sat di usia SD, menurut Laurence Tecik (dalam Satya, 2006) diperlukan 4-5 jam perhari bagi anak untuk bermain, pada saat bermain anak dapat memenuhi kebutuhan geraknya. Penelitian oleh Kemper dinegri Belanda dengan memasangkan alat pedometer (alat pengukur langkah , skor 1 (satu) setara dengan satu langkah) anak yang aktif melakukan 102.000 langkah/ minggu, maka rerata memerlukan aktifitas fisik perhari adalah 102.000:7 = 14.000 per hari atau setara dengan 3,5 jam, jika 2X45 menit menunjukan skor 4000 langkah.

Kebutuhan 3,5 jam tersebut tidak mungkin dipenuhi pada jam pelajaran di sekolah. Oleh sebab itu guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) harus dapat memenuhi kebutuhan gerak anak didiknya dengan berbagai alternatif permainan yang dapat dimainkan siswa saat jam istirahat atau dirumah, karena anak tidak merasa betah bila duduk seharian diruang kelas, mereka butuh bergerak dan bermain yang lebih banyak dan merasa gembira ketika menyongsong jam istirahat karena memiliki kesempatan untuk bermain sambil melepaskan kepenatan dan memulihkan kondisinya.

Sedangkan menurut Claparade (dalam Satya, 2006) bermain bukan hanya memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan organ tubuh anak yang disebabkan aktif bergerak tetapi bermain juga berfungsi sebagai proses sublimasi artinya suatu pelarian dari perasaan tertekan yang berlebihan menuju hal-hal posiif, melalui sublimasi anak akan menuju kearah yang lebih mulia, lebih indah dan lebih kreatif. Adapun manfaat lain dari bermain bagi anak:

a. Anak dapat kesempatan untuk mengembangkan diri, baik perkembangan fisik (melatih keterampilan motorik kasar dan motorik halus), perkembangan psiko sosial (melatih pemenuhan kebutuhan emosi) serta perkembangan kognitif (melatih kecerdasan)

b. Bermain merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi c. Bermain bagi anak adalah untuk melepaskan diri dari ketegangan d. Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mentalnya

e. Melalui bermain anak-anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam dirinya kedalam aktivitas yang menyenangkan

f. Melalui bermain anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya seluas mungkin

g. Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang menjelajah lingkungan dan menemukan hal-hal baru dalam kehidupan

h. Melalui bermain anak dapat belajar bekerjasama, mengerti peraturan, saling berbagi dan belajar menolong sendiri dan orang lain serta menghargai waktu.

i. Bermain juga merupakan sarana mengembangkan kreatifitas anak j. Bermain dapat mengembangkan keterampilan olahraga dan menari k. Melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu BENTUK-BENTUK BERMAIN

Kegiatan bermain menurut jenisnya terdiri atas bermain aktif dan bermain pasif (Tedjasaputra, 2001: 50). secara umum bermain aktif banyak dilakukan pada masa kanak awal sedangkan kegiatan bermain pasif lebih mendominasi pada masa akhir kanak-kanak yaitu sekitar usia pra remaja karena adanya perubahan fisik,emosi,minat dan lainnya. Permainan Aktif yaitu jenis permainan yang banyak melibatkan banyak aktifitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh, diantaranya adalah 1) Permainan bebas dan spontan, kegiatan bermain ini dilakukan diman saja. Tidak ada peraturan selama ia suka ia dapat melakukannya. 2) Permainan konstruktif adalah permainan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu, gunanya untuk meningkatkan kreativitas anak, melatih motorik halus, melatih konsentrasi, ketekunan dan daya tahan. 3) Permainan

(5)

Khayal/Peran. Yakni permainan Pemberian atribut tertentu terhadap benda, situasi dan anak memerankan tokoh yang ia pilih. 4.) Mengumpulkan benda-benda. Anak akan mengumpulkan benda benda yang ia kagumi dan menarik minatnya. 5) Melakukan penjelajahan. 6) Permainan (games) dan olah raga.

Permainan dan olah raga merupakan kegiatan yang ditandai oleh aturan serta persyaratan yang disetujui bersama dan ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang bertujuan. 7). Musik. Kegiatan bermain musik misalnya bernyanyi, memainkan alat musik tertentu atau melakukan gerakan-gerakan tarian yang diiringi musik. 8). Melamun. Melamun bisa bersifat reproduktif, artinya mengenang kembali peristiwa-peristiwa yang telah dialami tapi bisa juga produktif dimana kreativias anak lebih dilibatkan untuk memasukan unsur- unsur baru dalam lamunannya.

Permainan Pasif yaitu anak memperoleh kesenangan bukan berdasarkan kegiatan yang dilakukannya sendiri yang termasuk dalam kategori permainan ini adalah 1) Membaca. Dari kegiatan membaca minat anak bisa dipupuk dan dapat memperoleh pengetahuan baru, anak juga akan mendapatkan pemahaman yang baru 2). Melihat Komik. Komik yaitu cerita kartun bergambar dimana unsur gambar lebih penting dari pada cerita. 3). Menonton film. Dengan adanya kemajuan teknologi, maka anak dapat menikmati film tidak hanya di bioskop tapi juga di rumah. Televisi bisa dianggap pengganti “pengasuh anak” karena anak menjadi asyik sendiri tanpa perlu terlampau banyak diawasi oleh orang tua 4.) Mendengarkan radio. Mendengarkan radio kurang disukai oleh anak-anak kecil, tapi cukup disukai oleh anak-anak lebih besar/ remaja awal. 5) Mendengarkan musik. Musik dapat didengar melaui Radio, TV dan Kaset. Dengan meningkatnya usia, anak lebih gemar mendengarkan musik dan akan memuncak pada masa remaja.

PENGERTIAN PERMAINAN TRADISIONAL

Istilah permainan dari kata dasar main. Menurut buku Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka arti kata main adalah melakukan permainan untuk menyenangkan hati atau melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik mengunakan alat-alat tertentu atau tidak menggunakan alat. Jadi main adalah kata kerja, sedang permainan merupakan kata benda jadian untuk member sebutan pada sesuatu yang jika dilakukan dengan baik akan membuat senang hati si pelaku.

Istilah tradisional dari kata tradisi. Menrurut buku kamus tersebut, arti tradisi adalah adat kebiasaan yang turun-temurun dan masih dijalankan di masyarakat; atau penilaian/ anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik. Adat adalah aturan berupa perbuatan dan sebagainya yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Kebiasaan adalah sesuatu yang bisa dilakukan. Namun adat berarti pula wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukuman dan aturan-aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi satu sistem. Sedang tradisional mempunyai arti sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun menurun. Namun tradisional mempunyai arti pula menurut tradisi. Maka permainan tradisional mempunyai makna sesuatu (permainan) yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-menurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang bagi si pelaku (Direktorat Permuseuman, 1998: 1).

Beberapa permaina tradisional yang mengmbangkan karaker M.Th.S.R.Retnaningdyastuti (2000):

No. Nama jenis Permainan tradisional

Karakter yang dikembangkan Keterangan 1. Petak umpet Mengasah emosinya sehingga timbul

toleransi dan empati terhadap orang lain, Nyaman dan terbiasa dalam kelompok.

Dimainkan lebih dari dua orang 2. Cublak-cublak Suweng Ketelitian dan keberanian dalam

Mencari benda (kerikil, batu dll) yang dianggap sebagai suweng yang disembunyikan

Dapat dilakukan dengan dua orang peserta atau lebih 3. Dakonan Permainan congklak alias dakon ini

mengajarkan kecermatan dalam menghitung, ketelitian dan juga kejujuran. Setiap pemain dituntut untuk

Dilakukan hanya oleh dua orang saja

(6)

bisa memperkirakan kemenangnnya dengan mengumpulkan biji dakon paling banyak. Nilai-nilai ini yang belakangan diabaikan oleh permainan moderen.

4. Lompat Tali Permainan yang disebut sebagai tali merdeka ini mengandung nilai kerja keras, ketangkasan, kecermatan dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat pemain yang berusaha agar dapat melompati tali dengan berbagai macam ketinggian. Nilai ketangkasan dan kecermatan tercermin dari usaha pemain untuk memperkirakan antara tingginya tali dengan lompatan yang akan dilakukannya. Ketangkasan dan kecermatan dalam bermain hanya dapat dimiliki, apabila seseorang sering bermain dan atau berlatih melompati tali merdeka. Sedangkan nilai sportivitas tercermin dari sikap pemain yang tidak berbuat curang dan bersedia menggantikan pemegang tali jika melanggar peraturan yang telah ditetapkan dalam permainan.

Dimainkan 3 orang atau lebih

5. Petak jongkok Kebersamaan, menunjukkan ekspresi marah, senang, patuh pada peraturan dan disiplin.

Dimainkan oleh tiga orang lebih 6. Engklek Sabar menunggu giliran dan terbiasa

antri, patuh pada peraturan main, keseimbangan tubuh dan badan.

Dimainkan lebih dari dua orang 7. Ular naga Menghargai teman sebaya, konsisten

dengan peraturan yang telah disepakati bersama, tidak memaksakan kehendak, menolong teman, memecahkan masalah sederhana, membedakan besar-kecil, panjang dan pendek.

Dimainkan oleh lebih dari 5 orang

8. Lempar kasti Sabar menunggu giliran dan latihan antri, kerjasama dalam tim, mengembalikan alat pada tempatnya, mengerti aturan main, ketangkasan.

Harus genap, minimal 10 orang

9. Galasin/ gobak sodor Ketangkasan, mengerti aturan main, kerjasama dengan tim, mengetahui hak dan kewajiban.

Harus genap, minimal 8 orang

KESIMPULAN

Pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) harus dibuat dan disusun sedemikian rupa sehingga menarik untuk disajikan bagi anak sehingga anak senang melakukannya serta menjadikan pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) merupakan suatu kebutuhan yang dinanti-nantikan. Kekurangan sarana dan prasarana untuk pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) di sekolah dasar, serta kemungkinan terjadi resiko cidera saat latihan bukanlah penghambat yang mutlak, melainkan dengan pengetahuan dan kreativitas guru harus mampu mengatasinya. Modifikasi merupakan solusi pemecahan masalah tersebut.

Materi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) di sekolah dasar lebih menitik beratkan kepada penguasaan pola gerak dominan dalam bermain,

(7)

serta pengembangan dari pola gerak dominan tersebut, disesuaikan dengan kemampuan anak. Mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) di sekolah bukan seperti melatih senam kompetisi, melainkan melalui aktivitas yang relatif mudah, disesuaikan dengan kemampuan anak, serta disajikan dalam bentuk bermain. Dengan demikian anak akan merasa senang dan mau melakukan aktivitas atau latihan tanpa adanya keterpaksaan.

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. (1992). Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes)dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2TK.

Anggani Sudono. (2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta : Grasindo

Depdiknas. (2000). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di TK dan SD. Depdiknas. Jakarta.

Hamid, Mohd. Azhar Abd., Dkk. (2006) Permainan Kreatif di SD untuk Guru&Jurulatih. Kuala Lumpur. PTS Professional.

Ma’ruf Zuraiq. 2008. Cara Mendidik Anak Dan Mengatasi Problemanya. Bandung: CV. Nuansaaulia.

M.Th.S.R.Retnaningdyastuti, & Ismatul Khasanah, & Venty. 2000. Pembentukan Karakter Anak Melalui Permainan Tradisional (Pedoman Pendidikan Karakter Pada Anak Prasekolah Melalui Permainan Tradisional). Universitas PGRI Semarang

Montolalu, B.E.F, dkk. (2007). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta:Depdiknas Universitas Terbuka.

Moyles, Janet R. (1999). Just Playing : The Role and Status of Play in Early Chillhood Education. Philadhelpia : Open University Press

Soegeng Santoso. (2002) Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Citra Pendidikan Indonesia.

Wira Indra Satya. (2006). Membangun Kebugaran Jasmani dan Kecerdasan Melalui Bermain, Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat Ketenagaan.

Referensi

Dokumen terkait

(2006:378) kinerja dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah kuantitas pekerjaan yang dapat dilakukan oleh seseorang dalam waktu satu hari kerja, kualitas

Destination les Antilles. Ce paquebot est le plus grand au monde, et nous faisons grand usage de l’espace disponible. Vous y trouverez plus d’activités et d’expériences que vous

As there are already 500 or so reviews out there that deal with the general aspects of its structure – “film within a film” – and the history that it reinvestigates – the

Strategi perusahan dalam hal ini adalah para pemasok ( supplier ) material konstruksi didalam memaksimumkan pendapatan bersih dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan

Harga kekerasan kampas kopling non asbes berbahan fiberglass variasi serbuk alumunium dan serbuk tembaga dari sempel 1, 2 dan 3 semua lebih tinggi dibandingkan dengan kampas

Surat Edaran Bersama Kepala BAKN dan Ketua LAN Nomor 12/SE/1981-193/SEKLAN/8/1981 tanggal 5 Agustus 1981 tentang Pelaksanaan Ujian Dinas3. TIM

Tabel 4.11 Rencana Operasional Program Hipotetik Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Modeling untuk Meningkatkan Konsep Diri Peserta Didik Kelas X-XI Jurusan Perhotelan SMKN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dengan menghitung efisiensi penggunaan modal kerja dengan