55
Daya Simpan Dan Kualitas Telur Ayam Ras Dilapisi Minyak Kelapa,
Kapur Sirih Dan Ekstrak Etanol Kelopak Rosella
Suci Rahmawati
1, Tri Rima Setyawati
1, Ari Hepi Yanti
11
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email korespondensi: along_ci22@yahoo.co.id
Abstract
Chicken egg is one of cattle’s products which is easily damaged if it is stored more than 14 days. This research aimed to determine the ability of coconut oil, the solution of slaked lime and ethanol extract of
Hibiscus sabdariffa as well as the optimal combination of these materials in maintaining the quality of eggs
during storage. This study used a Completely Randomized Design (CRD) with seven treatments and three replications. There were 27 eggs used in this study which were stored for 30 days. Each treatment had no effect on egg shell color, except the color of the egg shell coated with solution of slaked lime. Treatment that provided optimal result was the combination of coconut oil, solution of slaked lime and ethanol extract of Hibiscus sabdariffa (K7) with the decrease of egg weight, acidity, white and yellow indices as well as
Haugh unit by 2,88%, 8,1, 0,067, 0,350 and 78 respectively in a 30 day storage period. Kata kunci : eggs
,
oil, slaked lime, H. sabdariffaPENDAHULUAN
Telur merupakan salah satu hasil ternak yang mengandung asam amino esensial, vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia. Namun, telur ayam ras juga mempunyai kekurangan yaitu mudah rusak apabila disimpan terlalu lama. Kerusakan telur ayam ras dapat disebabkan oleh bakteri, bahan kimia atau benturan.
Menurut Rashaf (2007), daya simpan telur ayam ras sangat singkat hanya sampai 2 minggu. Oleh karena itu, perlu perlakuan khusus pada telur agar dapat disimpan lebih lama. Salah satu perlakuan untuk mempertahankan kualitas telur ayam ras adalah dengan pengawetan. Pengawet yang digunakan merupakan pengawet alami serta aman jika dikonsumsi.
Pengawet alami yang umum digunakan adalah minyak kelapa dan kapur sirih, namun penggunaan masih secara tunggal. Penelitian Aminah dan Supraptini (2010) menunjukkan bahwa minyak kelapa dapat dijadikan pengawet buah dan sayuran. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sudirman (2010), kapur sirih dapat menyerap molekul-molekul gas maupun cair. Hal ini dapat dijadikan alternatif untuk mempertahankan gas karbondioksida (CO2) dan
air (H2O) pada telur ayam ras. Kamilah dkk
(2010) menyatakan bahwa senyawa kimia tannin pada ekstrak etanol kelopak H. sabdariffa berpotensi sebagai bahan pengawet alami.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan minyak kelapa, larutan kapur sirih dan ekstrak etanol kelopak H. sabdariffa serta kombinasinya dalam mempertahankan kualitas telur ayam ras terbaik.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu mulai bulan Oktober sampai Desember 2012. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi dan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta di Fakultas Keguruan Ilmu Pengetahuan Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Peralatan yang digunakan adalah, corong kaca,
rotary evaporator merek Heidolph, gelas beker
100 ml, gelas kaca, jangka sorong digital, kaca datar, rak telur (egg tray) dan timbangan analitik. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah telur ayam ras, air, etanol p.a, DMSO (dimetil sulfoksida), kapur sirih, buah kelapa hijau
(Cocos nucifera) dan kelopak bunga rosella
56 Penelitian ini menggunakan metode eksperimental
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dicobakan ialah bahan tunggal dan kombinasi ketiga bahan tersebut.
Pembuatan Minyak Kelapa
Santan sebanyak 3 liter difermentasikan selama 12 jam. Lapisan krim dipanaskan hingga diperoleh blondo yang berwarna cokelat dan didapat minyak kelapa berwarna kuning kecokelatan, kemudian untuk memperoleh minyak kelapa yang berwarna bening maka minyak dipanaskan dan disaring kembali.
Pembuatan Larutan Kapur Sirih
Serbuk kapur sirih ditimbang sebanyak 170 gram, kemudian di masukkan ke dalam 360 ml air dan diaduk secara perlahan agar larutan menjadi homogen.
Pembuatan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa)
Kelopak bunga rosella sebanyak 7 kg dibersihkan kemudian dipotong dan dikering anginkan. Setelah kering kelopak bunga rosella dihaluskan dengan blender kering. Sebanyak 500 gram serbuk kelopak H. sabdariffa, direndam dengan etanol p.a sebanyak 800 ml selama 3 x 24 jam di dalam toples kaca yang tidak tembus cahaya. Setiap 1 x 24 jam ekstrak disaring dan dimaserasi kembali dengan etanol p.a sebanyak 800 ml. Ekstrak kemudian diuapkan dengan rotary evaporator selama 5 jam. Sampel ekstrak etanol kelopak H.
sabdariffa dibuat dalam konsentrasi 3 % b/v
(gram/ml) dengan cara menimbang ekstrak etanol kelopak H. sabdariffa sebanyak 11 gram yang dilarutkan dalam 360 ml DMSO (Dimetil sulfoksida)
Perlakuan
Telur ayam ras yang telah dibersihkan dipilih dengan ukuran yang relatif sama.Masing-masing telur ayam ras ditimbang berat awalnya dengan menggunakan timbangan digital. Telur ayam ras yang telah dibersihkan dan ditimbang kemudian direndam pada masing-masing bahan pengawet sebanyak 50 ml hingga seluruh bagian cangkang terendam. Setelah direndam, telur diletakkan pada
egg tray dan dikering anginkan agar bahan pelapis
dapat mengering dan menempel. Telur ayam ras diletakkan dengan bagian ujung yang tumpul di sebelah atas dan bagian yang lancip di bagian bawah. Telur ayam ras disimpan selama 30 hari.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Bahan yang digunakan untuk perlakuan telur ayam ras ialah minyak kelapa, kapur sirih dan ekstrak etanol kelopak H.
sabdariffa. Perlakuan yang dicobakan baik secara
tunggal maupun kombinasi adalah:
1. Telur ayam ras tanpa diberi perlakuan(Ka)
2. Telur ayam ras dilapisi dengan DMSO (Dimetil sulfoksida) (Kb)
3. Telur ayam ras dilapisi dengan minyak kelapa 100% (K1)
4. Telur ayam ras dilapisi dengan larutan kapur sirih 100% (K2)
5. Telur ayam ras dilapisiektrak etanol kelopak H.
sabdariffa 100% (K3)
6. Telur ayam ras dilapisi minyak kelapa 50% dan larutan kapur sirih 50% (K4)
7. Telur ayam ras dilapisi minyak kelapa 50% dan ekstrak etanol kelopak H. sabdariffa 50% (K5)
8. Telur ayam ras dilapisi larutan kapur sirih 50% dan eksrak etanol kelopak H. sabdariffa 50% (K6)
9.
Telur ayam ras dilapisi minyak kelapa 33,3%, larutan kapur sirih 33,3% dan ekstrak etanol kelopak H.Sabdariffa 33,3% (K7)Pengamatan Kualitas Eksterior Telur Ayam Ras
Keadaan luar telur ayam ras seperti warna cangkang dan berat telur telur diamati sebelum dan sesudah penelitian.
Pengamatan Kualitas Interior Telur Ayam Ras Pengukuran Indeks Haugh Unit
Telur ayam ras utuh ditimbang kemudian dipecah pada kaca datar dan diukur tinggi putih telur kental dengan menggunakan jangka sorong.Indeks Haugh total dihitung dengan rumus:
H = 100 log (h + 7,57 – 1,7 W0,37) Keterangan:
H = Indeks Haugh
h = tinggi putih telur kental (mm)
W = berat telur utuh (gram) (Yuwanta, 2004)
Pengukuran Indeks Putih dan Kuning Telur Ayam Ras
Telur ayam ras dipecah pada kaca datar, kemudian tinggi putih dan kuning telur ayam ras diukur dengan jangka sorong. Indeks putih dan kuning telur dihitung dengan rumus:
H Indeks Putih Telur =
57 h
Indeks Kuning Telur = 0,5(d1 + d2)
Keterangan :
H dan h = tinggi putih dan kuning telur (mm) D1dan d1 = diameter terpanjang putih telur kental
dan kuning telur (mm)
D2 dan d2 = diameter terpendek putih telur kental dan kuning telur (mm) (Romanoff dan Romanoff, 1963dalam Suhara, 2004)
Pengukuran pH telur ayam ras
Bagian kuning telur dan putih telur ayam ras dipisahkan kemudian pH kuning dan putih telur ayam ras diukur dengan menggunakan pH digital.
Analisis Data
Data berupa indeks Haugh Unit, indeks kuning telur dan indeks putih telur dianalisis dengan
Analysis of Variance (ANOVA). Perlakuan yang
dicobakan menunjukkan adanya perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan selang kepercayaan 95% (Gaspersz,1989).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Warna Cangkang Telur Ayam Ras
Cangkang telur ayam ras yang dilapisi dengan bahan uji baik tunggal maupun kombinasi menunjukkan warna cangkang yang berbeda (Gambar 1). Warna putih pada cangkang telur ayam ras yang dilapisi larutan kapur sirih sedangkan cangkang telur ayam ras yang dilapisi dengan minyak kelapa 100%dan ekstrak etanol kelopak H.sabdariffa 100% tidak mengalami perubahan warna.
Gambar 1. Warna Cangkang Telur Ayam Ras setelah Disimpan Selama 30 Hari yang dilapisi a Minyak Kelapa; b larutan Kapur Sirih; c Ekstrak Etanol Kelopak H. sabdariffa
Berat Telur Ayam Ras
T
elur ayam ras setelah dilapisi bahan uji tunggal maupun kombinasi mengalami penurunan berat (Tabel 1). Penurunan berat telur ayam ayam ras yang paling rendah setelah masa penyimpanan 30 hari terjadi pada perlakuan K1, K4 dan K7 yaitu2,88%.
Tabel 1. Rerata Berat Telur Ayam Ras Awal dan Akhir Selama Proses Penyimpanan
Perlakuan Rata-rata penurunan
(gram) Penurunan ( %) Ka 3 28,8 Kb 2 19,2 K1 0,3 2,88 K2 1,3 12,5 K3 1,3 12,5 K4 0,3 2,88 K5 0,6 5,76 K6 1,3 12,5 K7 0,3 2,88 Keterangan :
Ka= Telur tanpa perlakuan; Kb= Telur dilapisi DMSO; K1=
Minyak kelapa 100%; K2= Larutan Kapur sirih 100%; K3= Ekstrak
etanol kelopak bunga rosella (H. sabdariffa); K4= Minyak kelapa
50% dan larutan kapur sirih 50%; K5= Minyak kelapa 50% dan
ekstrak etanol kelopak (H. sabdariffa) 50%; K6= Larutan kapur sirih
50% dan ekstrak etanol kelopak (H. sabdariffa) 50%; K7= Minyak
kelapa 33,3% ; Larutan kapur sirih 33,3% dan ekstrak etanol kelopak (H. sabdariffa) 33,3%.
Indeks Putih, Kuning dan Haugh Unit Telur Ayam
Masing-masing perlakuan memberikan pengaruh pada kualitas interior telur ayam ras, khususnya pada Indeks putih (F8,18=7,62,p= 0,002; ANOVA),
kuning (F8,18=8,02,p= 0,000; ANOVA) dan Haugh
Unit (F8,18=81,00,p=0,000; ANOVA) telur ayam
ras. Kombinasi minyak kelapa, larutan kapur sirih dan ekstrak etanol kelopak H. sabdariffa menghasilkan kualitas indeks putih kuning dan Haugh Unit telur ayam ras paling baik d
engan
masa
penyimpanan selama 30 hari.Gambar 2. a. kondisi telur yang rusak b. kondisi telur yang baik
Nilai indeks putih, kuning dan Haugh Unit merupakan indikator kualitas kesegaran telur ayam ras. Jika nilai Indeks putih, kuning dan Haugh Unit semakin rendah maka kualitas telur ayam ras akan semakin menurun (Tabel 2).
b
c
a
b
58 Tabel 2. Rerata Nilai Indeks Putih, Kuning dan Haugh
Unit Telur Ayam Ras Selama Masa Penyimpanan
Perlakuan Indeks Putih
Telur Indeks Kuning telur Indeks Haugh Unit Telur Ka Tidak bisa diukur (pecah) 0,02 a 12a Kb 0,009ab 0,03ab 25b K1 0,036abcd 0.30ab 49fg K2 0,010ab 0,29ab 33c K3 0,030abcd 0,31ab 47f K4 0,061cd 0,34b 68h K5 0,025abcd 0,22ab 39d K6 0,020abc 0,24ab 40de K7 0,067d 0,35b 78h
Keterangan :Data diuji setelah ditransformasi akarkuadrat. Jika terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji duncan dengan taraf kepercayaan 95%.
Derajat Keasaman (pH) Kuning dan Putih Telur Ayam Ras
Derajat keasaman merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam mempertahankan kualitas telur ayam ras. Jika derajat keasaman semakin basa dari standar keasaman telur ayam ras maka kualitas akan semakin menurun (Tabel 3).
Tabel 3. Rerata Derajat Keasaman (pH) Kuning dan Putih Telur Ayam Ras Selama Proses penyimpanan
Perlakuan
Derajat Keasaman (pH)
Kuning Telur Putih Telur
Ka 8,9 9,6e Kb 9,2 9,7e K1 8,3 8,4abcd K2 8,2 9,3e K3 7,7 8,3abc K4 7,7 8,2ab K5 8,3 9,2e K6 8,4 9,5e K7 7,6 8,1a Pembahasan
Cangkang telur ayam ras yang dilapisi dengan larutan kapur sirih 100% berwarna putih karena larutan kapur sirih mengering di atas permukaan cangkang telur ayam ras. Pengeringan tersebut diakibatkan suhu ruangan yang relatif tinggi (±28°C). Hal ini berbeda dengan cangkang telur ayam ras yang dilapisi dengan minyak kelapa 100% dan ekstrak etanol kelopak Hibiscus
sabdariffa 100% yang tidak mengalami perubahan
warna. Hal ini disebabkan minyak kelapa tidak mempunyai zat warna dan zat warna antosianin pada ekstrak etanol kelopak H. sabdariffa selama masa penyimpananakan pudar akibat kondisi suhu yang mengalami fluktuasi (Isnaini, 2010).
Masing-masing perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh nyata pada kualitas interior telur ayam ras, khususnya pada persentase penurunan berat, indeks putih, kuning dan Haugh Unittelur ayam ras. Perlakuan K4 dan K7memberi
pengaruh nyata terhadap kualitas interior telur ayam ras dilihat dari nilai persentase penurunan berat, indeks putih, kuning dan Haugh Unit telur ayam ras dibandingkan bahan uji tunggal maupun kombinasi bahan lainnya. Namun perlakuan K7
memberikan hasil lebih optimal dibandingkan perlakuan lainnya ( Gambar 2b)
.
Perlakuan K4 merupakan kombinasi dari minyak
kelapa dan larutan kapur sirih. Persentase penurunan berat, indeks putih, kuning dan Haugh Unit yang dihasilkan berturut-turut sebesar 2,88%, 0,061, 0,34 dan 68. Persentase penurunan berat, indeks putih, kuning dan Haugh unit telur ayam ras yang dilapisi dengan kombinasi minyak kelapa, larutan kapur sirih dan ekstrak etanol kelopak H. sabdariffa (K7) berturut-turut sebesar
2,88%, 0,067, 0,35 dan 78 d
engan masa
penyimpanan selama 30 hari. Hal ini disebabkan perlakuan K7 lebih dapat mengurangi penguapan
air dan CO2 dari dalam telur ayam ras.
Persentase penurunan berat yang lebih tinggi dan nilai indeks putih, kuning
serta
Haugh Unit telur ayam ras yanglebih rendah terjadi pada
perlakuan K2, K3, K5 dan K6 dibandingkan perlakuan K4 danK7. Rendahnya nilai tersebut diakibatkan oleh
bahan pelapis yang digunakan tidak mampu menghambat proses penguapan air dan CO2 dari
dalam telur ayam ras dan rusaknya ikatan kompleks ovomucin-lysozym yang berfungsi sebagai pembentuk struktur putih telursehingga menyebabkan kondisi putih telur menjadi encer (Sirait,1986). Hal ini berpengaruh pada derajat keasaman putih dan kuning telur ayam ras. Jika kondisi putih dan kuning telur semakin encer maka derajat keasaman (pH) akan semakin basa. Proses penguapan air dan CO2 dipengaruhi oleh
faktor yang berbeda. Penguapan air disebabkan adanya perbedaan konsentrasi uap air di telur ayam ras dan udara. Telur ayam ras mengandung uap air lebih tinggi dibandingkan uap air di udara.Hal ini dapat mengakibatkan pelebaran
59 diameter putih telur sehingga kuning telur tidak
kuat menahan air dari putih telur dan mengakibatkan penurunan kualitas kuning telur ayam ras (Sundari dan Fuah, 1982).
Penguapan CO2 disebabkan adanya penguraian
senyawa NaHCO3 dari dalam telur ayam ras
menjadi NaOH dan CO2. NaOH yang dibentuk
akan diurai menjadi Na+ dan OH- sedangkan CO2
yang dibentuk akan menguap, sehingga kualitas putih telur mengalami penurunan (Fahrullah, 2012).
Penguapan air dan CO2 sangat berpengaruh pada
derajat keasaman putih dan kuning telur ayam ras. Jika air dan CO2 dalam telur semakin berkurang,
maka pH menjadi sangat basa (Indratiningsih dan Rihastuti, 1996).
Indeks putih dan kuning telur ayam ras akan semakin menurun selama penyimpanan akibat p
erusakan
ovomucin (Gambar 2a). Penguapan air dan CO2 dapat menyebabkan putih dan kuningtelur ayam ras menjadi encer sehingga nilai pH akan semakin basa (Sodak, 2011). Semakin basa nilai pH putih dan kuning telur ayam ras, maka akan menurunkan kualitas interiordari telur ayam ras tersebut yang berakibat terjadinya pembusukan.
Dibandingkan dengan pengawet alami lain pada telur yang banyak digunakan. Perlakuan K7 dapat
mempertahankan kesegaran telur ayam ras. Hal ini diketahui dari persentase penurunan berat, indeks putih, kuning, Haugh Unit dan derajat keasaman putih dan kuning telur ayam ras yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak kulit akasia yang menghasilkan nilai indeks kuning dan Haugh Unit telur ayam masing-masing sebesar 0,22 dan 51,05 d
engan masa
simpan selama 21 hari (Agustin, 2008). Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar (2008) yang menggunakan ekstrak jahe menghasilkan nilai indeks kuning dan Haugh Unit sebesar 0,43 dan 47 dengan masa
simpan selama 6 hari. Penelitian Suharsoyo (2007), menggunakan air rebusan daun som jawa menghasilkan nilai indeks kuning telur dan Haugh Unit dan sebesar 0,33 dan 57,44 yang disimpan selama 12 hari.Pelapisan minyak kelapa dapat mempertahankan kualitas telur ayam ras. Minyak kelapa memiliki persentase asam laurat yang tinggi (44-52%) (Ketaren, 1986). Asam laurat pada minyak kelapa dapat dijadikan sebagai bahan pengawet karena mengandung monolaurin berupa gliserol
monoester yang bersifat anti bakteri dan anti jamur (Aminah dan Supraptini, 2010).
Larutan kapur sirih (Ca(OH2)) bersifat basa dapat
menetralkan sifat asam pada asam laurat minyak kelapa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haerani (2012) bahwa, kapur sirih (Ca(OH2)) yang
dilarutkan dalam air akan terionisasi membentuk ion OH- yang bersifat basa dan dapat menetralkan asam. Hal ini sangat penting dalam menjaga kesegaran telur ayam ras.
Kelopak H. sabdariffa menghasilkan metabolit sekunder sebagai mekanisme pertahanan terhadap mikroorganisme yang merugikan. Salah satu senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan ialah senyawa tannin, senyawa ini dapat dijadikan sebagai bahan pengawet bahan pangan (Kamilah, dkk. 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, 2008, ‘Pemanfaatan Ekstrak Kulit Kayu Akasia (Acacia auriculiformis) Sebagai Bahan Pengawet Telur dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas dan Daya Simpan Telur’,
Jurnal Teknologi Pertanian vol. 3, no.2 hal.
58-62
Aminah, S dan Supraptini, 2010, ‘Minyak Kelapa Berpotensi Sebagai Pengawet Buah dan Sayuran’, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status kesehatan, Jakarta, vol. 38. no.2 hal. 67-79
Fahrullah, 2012, Pengaruh Penggunaan Probiotik
Komersial sebagai Bahan Curing pada Pembuatan Telur Itik Asin, Program Studi
Teknologi Hasil Ternak, Skripsi, Jurusan produksi ternak, Fakultas peternakan, Universitas hasanuddin, Makassar
Gaspersz, 1991, Metode Perancangan Percobaan, CV. Armico, Bandung
Haerani, 2012, Studi Pengaruh Pencelupan Biji Kakao
(Theobroma cacao L.) Basah dalam Air Kapur Secara Berkala Selama Fermentasi, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pertanian, Skripsi, Fakultas Pertania Universitas Hasanuddin, Makassar
Indratiningsih dan Rihastuti, 1996, Dasar Teknologi
Hasil Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Isnaini, 2010, ‘Ekstraksi Pewarna Merah Cair Alami Berantioksidan dari Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) dan Aplikasinya pada Produk Pangan’, Jurnal Teknologi Pertanian, vol. 11 no.1 hal. 19-26
Kamilah., Fasyah dan Sa’adah, 2010, ‘Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin pada Daun
60 Belimbing Wuluh (Averrhoa bllimbi)’,
Jurnal Kimia, Vol 4 no. 2 hal.193-200
Ketaren, 1986, Minyak dan Lemak Pangan, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Kurniatuhadi, 2010, Aktivitas Antimikroba Ekstrak
Metanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) Terhadap Pertumbuhan Salmonella thypi dan Stapylococcus aureus,
Skripsi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak
Rashaf, 2007, Pengelolaan Produksi Telur, Yogyakarta, Kanisius
Sirait, 1986, Telur dan Pengolahannya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor Sodak, 2011, Karakteristik Fisik dan Kimia Telur
Ayam Arab pada Peternakan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Skripsi Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Sudirman, 2010, Pemanfaatan Kapur Sirih Sebagai
Deodoran Alternatif Pencegah Terjadinya Bau Badan (Bromhidrosis), Universitas Negeri Malang, Malang
Suhara, 2004, Kualitas Telur Itik yang Beredar di
Pasar Tradisional dan Swalayan di Jakarta Selatan, Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Skripsi, Departemen Ilmu Produksi
Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Suharsoyo, 2007, Kualitas Telur Ayam Ras yangDirendam Air Rebusan Daun Som Jawa (Talinum paniculatum) pada Konsenrasi dan Lama Perendaman yang Berbeda, Skripsi,
Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Sundari dan Fuah, 1982, Kualitas Fisik Telur Ayam
Kampung Segar di Pasar Tradisional, Swalayan dan di Kotamadya Bogor, Skripsi,
Jurusan IPT, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Winarno dan Koswara, 2002, Telur Pengawetandan
manfaatnya, Penebar Swadaya, Jakarta
Zulfikar, 2008, Sifat Fisik dan Organoleptik Telur
Ayam Ras Hasil Perendaman dalam Campuran Larutan Garam dengan Ekstrak Jahe yang Berbeda, Skripsi, Program Studi
Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor