Nama kelompok :
Bambang Tri WDeny Yulanda A. Dian Uswatun K Didit Putra Ginanjar
Herlinda Eka L. Ike Prasetyawati
M. Arfi Ferry
M. Muizzudin syarif Nurdin
Reny Khoirun Nisa Tri Putri Mawardi
Siklus Tidur
dan
TIDUR
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan
bawah sadar dimana orang tersebut dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsang
sensorik atau dengan rangsang lainnya.
Tidur harus dibedakan dengan koma, yang
merupakan keadaan bawah sadar dimana orang
tersebut tidak dapat dibangunkan.
Lanjutan. . .
Terdapat berbagai tahap dalam tidur, dari tidur yang
sangat ringan sampai tidur yang sangat dalam; para
peniliti tidur juga membagi tidur menjadi dua tipe
yang secara keseluruhan berbeda, yang memiliki
kualitas yang berbeda pula, yaitu sebagai berikut.
(1) Tidur gelombang lambat, sebab pada tipe ini
gelombang otaknya sangat lambat.
(2) Tidur dengan gerakan cepat mata (REM sleep),
sebab pada tipe tidur ini mata bergerak dengan
cepat meskipun orang tetap tidur.
a.Teori Dasar Tidur
Diduga penyebab tidur adalah proses
penghambatan aktif. Ada teori lama yang
menyatakan bahwa area eksitatori pada batang
otak bagian atas, yang disebut sistem aktivasi
retikular, mengalami kelelahan setelah seharian
terjaga dan karena itu menjadi inaktif. Keadaan
ini disebut teori pasif dari tidur.
Lanjutan. . .
Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke
teori yang lebih baru bahwa tidur barangkali
disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini
terbukti dari suatu percobaan dengan cara melakukan
pemotongan batang otak setinggi regio midpontil,
dan berdasarkan perekaman listrik, ternyata otak tak
pernah tertidur.
Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang
terletak dibawah ketinggian midpontil pada batang
otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan
cara menghambat bagian-bagian otak lainnya.
ANATOMI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TIDUR
1. Nukleus talamus
2. Organisasi korteks
3. Formasio retikularis & reticular activating
system
Nukleus
talamus
Ditinjau dari aspek perkembangan dan topografi, talamus dapat dibagi menjadi 3 bagian: epitalamus,talamus dorsal, dan talamus ventral.
Nukleus talamus dorsal yang berproyeksi ke daerah-daerah spesifik termasuk nukleus relai sensori spesifik dan nukleus yang berperan dalam mekanisme pengaturan eferen.
Nukleus ini menerima masukan dari ganglia basalis dan serebelum dan berproyeksi ke korteks motorik. Juga tercakup dalam kelompok ini adalah nukleus anterior, yang menerima eferen dari korpus mamilaris dan berproyeksi ke korteks limbik.
Organisasi
korteks
Neokorteks secara umum tersusun dalam 6 lapisan. Neuron yang paling banyak adalah sel piramidal dengan percabangan dendritik ventrikal yang luas yang mungkin mencapai permukaan korteks.
Akson dari sel-sel ini biasanya membentuk kolateral rekuren yang kembali dan bersinaps di bagian superfisial percabangan dendritik aferen dari nukleus-nukleus spesifik talamus terutama berakhir dilapisan korteks 4 sedangkan aferen non spesifik tersebar di lapisan 1-4.
Formasio retikularis &
reticular activating system
Formasio retikularis, inti retikularis otak yang secara filogenetis berusia tua, menempati di bagian midventral medula oblongata dan medula tengah (mid brain). Bagian ini pada pokoknya adalah suatu daerah anatomik yang tersusun oleh serat-serat dan kelompok-kelompok saraf dengan fungsi tersendiri.
Bagian ini juga mengandung banyak daerah yang berperan dalam pengaturan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan pernafasan
FISIOLOGI, TAHAPAN DAN SIKLUS
TIDUR (IRAMA SIRKADIAN)
Proses – proses listrik yang terjadi di korteks setelah perangsangan suatu alat indra dapat dipantau dengan memasang sebuah elektroda pencatat yang dihubungkan dengan elektroda lain di pasang di suatu titik netral yang terletak agak jauh.
Apabila elektroda pencatat diletakkan di daerah korteks primer untuk indra tertentu, timbul gelombang positif permukaan dengan masa laten 5 – 12 mdet.
Lanjutan. . .
Hal ini kemudian diikuti oleh gelombang negatif kecil lalu kadang – kadang diikuti oleh defleksi positif yang lebih besar dan berlangsung lebih lama dengan masa laten 20 – 28 mdet. Rangkaian gelombang positif – negatif pertama adalah primary evoked potential yang kedua adalah respon sekunder difusi.
Respon sekunder difus permukaan tidak seperti respon primer, respon sekunder tidak terlokalisasi dengan baik. Respon ini tampak pada saat yang sama dihampir seluruh korteks disebabkan oleh aktivitas di proyeksi dari nukleus garis tengah dan talamus lainnya yang terkait.
a.Elektroensefalogram
Istilah elektroensefalogram (EEG) untuk menyatakan catatan variasi potensial listrik otak. EEG dapat diukur dengan elektroda kulit kepala melalui tengkorak yang tidak dibuka atau dengan elektroda yang diletakkan diatas atau di dalam otak.
Pencatatan EEG dapat bipolar atau unipolar. Pencatatan bipolar memperlihatkan perbedaan potensial antara elektroda korteks dengan elektroda yang secara teoritis indiferen di bagian tubuh lain yang jauh dari korteks.
Lanjutan. . .
Yang termasuk Elektroensefalogram :
• Dasar Fisiologi EEG, Kesadaran, dan Tidur.
EEG merupakan pencatatan kegiatan listrik unit neuron korteks dalam suatu konduktor volume. Biasanya pencatatan dilakukan melalui tulang dan kulit kepala . Fisiologi EEG, terdiri dari :
ø Dipol-dipol korteks
ø Hubungan sirkuit yang timbal balik antara thalamus dan korteks.
Lanjutan. . .
• Gelombang Osilasi Talamokortikal
Sumber gelombang EEG lain ialah kegiatan timbale balik antara nucleus garis tengah thalamus dengan korteks serebri.
• Mekanisme yang Menghasilkan EEG Siaga
Pergantian pola EEG ritmik dengan aktifitas bervoltase rendah yang cepat ditimbulkan oleh rangsangan terhadap system sensorik spesifik sampai tingkat otak tengah.
b. Efek Fisiologik Tidur
Keadaan tidur menyebabkan timbulnya dua macam efek fisiologik utama:
1. Efek pada sistem sarafnya sendiri. 2. Efek pada struktur tubuh lainnya.
Keadaan siaga maupun keadaan tidur tampaknya tak begitu perlu untuk fungsi somatik tubuh, siklus penguatan dan penekanan eksitabilitas saraf yang menyertai siklus siaga dan tidur mempunyai efek fisiologik yang sedang pada bagian perifer tubuh.
TAHAPAN SIKLUS TIDUR
a. Tahapan Siklus Tidur
1. Tidur Gelombang – Lambat (NREM)
Kebanyakan dari kita dapat mengerti sifat-sifat tidur gelombang lambat yang dalam dengan mengingat kapan saat terakhir kita tetap terjaga selama lebih dari 24 jam, dan kemudian mengingat tidur nyenyak yang terjadi dalam satu jam pertama setelah mulai tidur.
Tahap tidur ini begitu tenangnya dan dapat dihubungkan dengan penurunan tonus pembuluh darah perifer dan fungsi-fungsi vegetative tubuh lainnya. Walaupun tidur gelombang lambat sering disebut “tidur tanpa mimpi”, namun sebenarnya pada tahap tidur ini sering timbul mimpi, dan kadang-kadang bahkan mimpi buruk terjadi pada tipe tidur ini.
Tahap – Tahap Tidur
• Tahap 1 : NREM
Tahap meliputi
tingkat paling
dangkal dari tidur
Tahap berakhir
beberapa menit
• Tahap 2 : NREM
Tahap 2 merupakan
periode tidur
bersuara
Kemajuan relaksasi
• Tahap 3 : NREM Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
Otot-otot dalam keadaan santai penuh
• Tahap 4 : NREM
Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam
Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
Lanjutan. . .
• Mekanisme Terjadinya Tidur Gelombang – Lambat Gelombang lambat dalam EEG dan perilaku yang menggambarkannya,yaitu tidur gelombang lambat, dapat dihasilkan oleh rangsang pada paling sedikit 3 daerah subkorteks.
2. Tidur REM (Tidur Paradoksikal, Tidur Desinkronisasi)
Sepanjang tidur malam yang normal, tidur REM berlangsung selama 5 sampai 30 menit dan biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit, dimana tidur REM yang pertama terjadi dalam waktu 80 sampai 100 menit sesudah orang itu tertidur.
• Tidur REM
Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.
Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
Hal ini dicirikan dengan respons otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
IRAMA SIRKADIAN
Orang mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka yang setiap hari.irama yang paling dikenal adalah siklus 24 Jam, siang malam yang dikenal dengan irama diurnal atau sirkadian (berasal dari bahasa latin :circa, “tentang” dan dies, “har”).
Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi biologis utama dan fungsi perilaku.fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh,denyut jantung,tekanan darah,sekresi hormone,kemampuan sensorik dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam.
Irama sirkadian, termasuk siklus tidur – bangun harian.dipengaruhi oleh cahaya dan suhu serta juga factor – factor eksternal seperti aktivitas social dan rutinitas pekerjaan.
a. Irama alfa
Pada manusia dewasa dalam keadan sadar tetapi istirahat dengan pikiran melayang dan mata tertutup komponen EEG yang paling menonojol adalah pola gelombang yang relatif teratur dengan frekuensi 8-12 Hz dan amplitudo sekitar 50-100 V bila dicatat di kulit kepala.
Irama ini paling jelas di daerah parieto-oksipital, walaupun kadang-kadang juga di jumpai di bagian lain. Irama serupa pernah ditemukan pada macam-macam spesies mamalia.
Lanjutan. . .
• Asal-Usul Gelombang Alfa.
Gelombang alfa timbul karena ada osilasi umpan balik spontan dalam system talamokortikal yang difus ini, kemungkinan mencakup system pengaktivasi batang otak juga. Osilasi ini diduga menyebabkan timbulnya periodisitas gelombang alfa serta aktivitas yang sinkron pada berjuta-juta neuron kortikal selama tiap-tiap gelombang.
• Hambatan alfa
Yaitu, irama alfa yang digantikan oleh aktivitas yang cepat, agak tidak teratur bervoltase rendah. Karena berkaitan dengan keadaan siaga waspada.
b. Irama lain
Selain irama utama diatas region frontalis kadang – kadang dijumpai voltase rendah 18-30 Hz.
Irama beta mungkin merupakan harmonisasi irama alfa. Irama gama pada 30-80 Hz sering terlihat pada
orang yang terjaga dan memfokuskan perhatianya pada sesuatu.
Pada anak terdapat pola gelombang-gelombang besar teratur 4-7 Hz yang disebut irama teta dan dibentuk di hipokampus. Gelombang besar lambat dengan frekuensi kurang dari 4 Hz kadang – kadang disebut gelombang delta. Gelombang delta juga timbul pada tidur gelombang lambat yang nyenyak
FUNGSI TIDUR
Kegunaan tidur masih tetap belum jelas. Tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis. Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya.
Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4) tubuh melepaskan hormone pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbarui sel epitel dan khusus seperti sel otak.
Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR
1. Penyakit Fisik
2. Obat-obatan dan Substansi 3. Gaya Hidup
4. Pola Tidur yang Biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada Siang Hari ( EDS )
5. Stress Emosional 6. Lingkungan
7. Latihan Fisik dan Kelelahan 8. Asupan Makanan dan Kalori