ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA (Cocos nucifera) SEBAGAI BAHAN PENGAWET BAKSO DENGAN METODE
PENCAMPURAN LANGSUNG
Oleh
PUTRI ANDIKA
NIM: 130 500 061
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA (Cocos nucifera) SEBAGAI BAHAN PENGAWET BAKSO DENGAN METODE
PENCAMPURAN LANGSUNG
Oleh
PUTRI ANDIKA
NIM: 130 500 061
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA (Cocos nucifera) SEBAGAI BAHAN PENGAWET BAKSO DENGAN METODE
PENCAMPURAN LANGSUNG
Oleh
PUTRI ANDIKA
NIM: 130 500 061
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : pemanfaatan asap cair dari tempurung kelapa
(cocos nucifera) sebagai bahan pengawet bakso dengan
metode pencampuran langsung.
Nama : Putri Andika
NIM : 130 500 061
Program Studi : Teknologi Hasil Hutan
Jurusan : Teknologi Pertanian
Lulus Ujian Pada Tanggal : Agustus 2016 Pembimbing,
Erina Hertianti S.Hut, MP NIP. 19700503 199512 2 002 Penguji I, Ir.iskandar,MP NIP. Penguji II, Ir.sumiati NIP. Menyetujui,
Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan
Eva Nurmarini, S.Hut, MP NIP. 19750808 199903 2 002
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknologi Hasil Hutan
Hamka, S.TP.M,Sc NIP. 19760408 200812 1 002
ABSTRAK
PUTRI ANDIKA. Pemanfaatan Asap Cair Dari Tempurung Kelapa (cocos nucifera) Sebagai Bahan Pengawet Bakso Dengan Metode Pencampuran
langsung. (Di Bawah Bimbingan ERINA HERTIANTI).
Penelitian ini dilatar belakangi oleh belum terlalu banyak nya masyarakat memanfaatkan asap cair grade 1 sebagai bahan pengawet makanan contoh nya seperti bakso. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengawetan bakso menggunakan asap cair dari tempurung kelapa dengan pencampuran langsung,untuk mengetahui pengujian organoliptik meliputi tekstur,warna dan bau dan kemudian untuk mengetahui pengujian sifat kimia yang meliputi pH dan Kadar air.
Proses penelitian diawali dengan persiapan bahan baku kemudianTempurung kelapa dibakar menggunakan kompor pirolisis atau dibakar secara tidak langsung untuk memperoleh asap cair, proses pembakaran tempurung kelapa dilakukan selama ± 8 jam.
Daging sapi digiling kemudian ditambahkan bumbu-bumbu sehingga terbentuk adonan bakso. Kemudian adonan bakso ditimbang masing-masing sebanyak 500 gr lalu ditetesi asap cair sesuai komposisi yang telah ditentukan .Adonan bakso di cetak berbentuk bulat, Kemudian direbus kurang lebih selama 15 menit di atas kompor menggunakan panci ,Setelah matang bahan baku diambil dari panic lalu ditiriskan diatas alat peniris.Bahan baku yang sudah didingin kan kemudian diletakan kedalam baskom.
Hasil penelitian untuk Perlakuan konsentrasi control, 5%, 10% dan 15% pada pengujian organoleptik yang meliputi tekstur dari hari ke 1-3 memiliki tekstur sangat kenyal, Pada perlakuan konsentrasi control, 5%, 10% dan 15% untuk warna dari hari ke 1-2 memiliki cokelat, dan hari ke 3 memiliki warna hitam kecoklatan, Perlakuan konsentrasi control, 5%, 10% dan 15% untuk bau dari hari ke 1-2 memiliki bau daging dan hari ke 3 bau basi jamur, pada perlakuan konsentrasi control pada pengujian sifat kimia yang meliputi nilai pH dari hari ke 1-3 berkisar antara 7,29-7,34, konsentrasi 5% pada hari ke 1-3 berkisar antara 7,33-7,43, konsentrasi 10% harike 1-3 berkisar antara 7,33-7,36, konsentrasi 15% ke 1-3 berkisar antara 7,31- 7,39 sedangkan pada pengujian kadar air pada kosentrasi control untuk hari ke 1-3 berkisar antara22,48-41,50, padakosentrasi 5% untuk hari ke 1-3 berkisar antara 14,16-28,84 , pada kosentrasi 10% untuk hari ke 1-3 berkisar antara 15,21-27,82, pada kosentrasi 15% untuk hari ke 1-3 berkisar antara 12,74-22,66.
RIWAYAT HIDUP
Putri Andika lahir pada tanggal 29 Desember 1993 di Kota
tenggarong. Merupakan anak 1 (kesatu) dari 2 (dua)
bersaudara dari pasangan Bapak Badrun,M.Si dan Ibunda
tercinta hj.jini.
Tahun 2000 memulai pendidikan formal pada SD
Negeri 001 tuana tuha Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur
dan lulus tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 tuana tuha Kutai
Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur, lulus tahun 2009, selanjutnya
melanjutkan ke SMA Negeri 1 tenggarong Kabupaten kutai kartanegara Propinsi
Kalimantan Timur dan lulus tahun 2012 dan pada tahun 2013 melanjutkan
pendidikan perguruan tinggi pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Bulan Maret - Mei 2016 mengikuti program Praktek Kerja Lapang (PKL)
di jati landa art shop sidoarjo jawa timur.
Sebagai syarat memperoleh predikat Ahli Madya Kehutanan, penulis
mengadakan penelitian dengan judul " Pemanfaatan asap cair dari tempurung
kelapa (cocos nucifera) sebagai bahan pengawet bakso dengan metode pencampuran langsung " di bawah bimbingan Ibu Erina Hertianti S.Hut, MP.
BAB I PENDAHULUAN
Asap cair merupakan senyawa-senyawa yang menguap secara simultan
dari faktor panas melalui teknik pirolisis (penguraian dengan panas)
danberkondensasi pada sistem pendingin (Simonetal.,2005). Proses pembuatan
asap cair melalui beberapatahapan yaitu pirolisis, kondensasi, dan
redestilasi.Kayu atau serbuk kayu dipirolisis pada suhu tertentuhingga
menghasilkan asap, kemudian asap yangdihasilkan dikondensasikan menjadi
bentuk asap cair.Asap cair hasil kondensasi ini masih memilikikandungan tar
yang tinggi dan berwarna keruhsehingga perlu didestilasi berulang-ulang
(Darmaji,2002). Asap cair yang sudah mengalami redistilasidapat langsung
diaplikasikan dalam produk panganseperti ikan dan belut (Utomoetal.,2009).
Asap cairmemiliki komponen utama yaitu asam, derivat fenol,dan karbonil yang
berperan sebagai pemberi rasa,pembentuk warna, antibakteri, dan antioksidan.
Pembuatan asap cair dari tempurung kelapa ini diperoleh dari proses
pengembunan asap hasil penguraian senyawa-senyawa organik yang terdapat
dalam tempurung kelapa pada waktu proses pirolisa. Prinsip pembuatan asap
cair ini adalah menggunakan metode pirolisis yaitu peruraian tempurung kelapa
dengan bantuan panas tinggi tanpa adanya oksigen atau dengan menggunakan
oksigen dengan jumlah terbatas (Warisno 2003).
Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai
antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara
mendonorkan hydrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk
menghambat autooksidasi lemak, sehingga dapat mengurangi kerusakan pangan
2
sangat efektif dalam mematikan dan menghambat pertumbuhan mikroba pada
produk makanan yaitu dengan cara senyawa asam ini menembus dinding sel
mikro organisme yang menyebabkan sel mikro organism menjadi lisis kemudian
mati,dengan menurutnya jumlah bakteri dalam produk makanan maka kerusakan
pangan oleh mikro organisme dapat dihambat sehingga meningkatkan umur
simpan produk pangan (Hartoyo, 1983).
Asap cair grade 1 digunakan sebagai pengawet makanan seperti
bakso,mie, tahu, bumbu-bumbu barbaque, berwarna bening, rasa sedikit asam,
aroma netral, merupakan asap cair yang paling bagus kualitasnya dan tidak
mengandung senyawa yang berbahaya lagi untuk diaplikasikan untuk produk
makanan. Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan
makanan yang bersifat inert secara farmakologi. Pengawet penggunaannya
sangat luas, hampir seluruh industri mempergunakan nya termasuk industri
farmasi, kosmetik, dan makanan (Setyanto, 2004).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengawetan bakso
menggunakan asap cair dari tempurung kelapa dengan pencampuran
langsung,untuk mengetahui pengujian organoliptik meliputi tekstur, warna dan
bau dan kemudian untuk mengetahui pengujian sifat kimia yang meliputi pH dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asap Cair 1. Pengertian Asap Cair
Asap cair merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu dalam
air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap cair hasil pirolisis. Asap cair
hasil pirolisis ini tergantung pada bahan dasar dan suhu pirolisis (Darmaji
dkk,2000).
Astuti (2000) mengemukakan bahwa penggunaan asap cair lebih
menguntungkan dari pada menggunakan metode pengasapan lainnya karena
warna citarasa produk dapat dikendalikan, kemungkinan menghasilkan produk
karsinogen lebih kecil, proses pengasapan dapat dilakukan degan cepat dan bisa
langsung ditambahkan pada bahan selama proses. Pengasapan diperkirakan
akan tetap bertahan pada masa yang akan tetap bertahan pada masa yang akan
dating karena efek yang unik dan citarasa dan warna yang dihasilkan pada
bahan pangan.
Asap cair merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu dalam
air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap cair hasil pirolisis. Asap cair
hasil pirolisis ini tergantung pada bahan dasar dan suhu pirolisis (Darmaji dkk,
1998). Asap memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena
adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil. Asap cair mengandung berbagai
senyawa yang terbentuk karena terjadinya pirolisis tiga komponen kayu yaitu
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap
Asap cair merupakan cairan kondensat uap asap hasil pirolisis kayu
yang mengandung senyawa penyusun utama asam, fenol dan karbonil sebagai
hasil degradasi termal komponen selulosa, hemiselulosa dan lignin. Senyawa
asam, fenol dan karbonil dalam asap cair tersebut memiliki kontribusi dalam
memberikan sifat karakteristik aroma, warna dan flavor dan juga sebagai
antioksidan dan antimikroba (Girrard, 1992 dalam Pranata, 2007).
B. Proses pembuatan asap cair
Cara yang paling umum digunakan untuk menghasilkan asap pada
pengasapan makanan adalah dengan membakar serbuk gergaji kayu keras
dalam suatu tempat yang disebut alat pembangkit asap (Draudt, 1963).
Destilasi kering/Pirolisis adalah pengembangan dari teknik karbonisasi
kayu yang berkembang di masyarakat. Teknik karbonisasi yang digunakan
masyarakat umumnya dengan pembakaran kayu langsung dalam suatu
tungku/drum dengan hasil utamanya arang dan hasil samping berupa asap yang
dibuang ke udara (Nurhayati, 2000).
Pembuatan arang dengan teknik pirolisis merupakan proses
pembakaran bahan kayu dengan suhu tinggi (400oC) dalam wadah/tempat kedap
udara yang dilengkapi dengan alat kondensor, dalam waktu tertentu, dimana
asap yang dihasilkan dari pembakaran tidak dilepaskan ke udara, tetapi dijebak
dan didinginkan/dikondensasi sehingga akan terbentuk cairan h itam yang disebut
asap cair (Hendra, 1992).
Produksi asap cair merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna
yang melibatkan reaksi dekomposisi karena pengaruh panas, polimerisasi, dan
C. Sifat Fisik Asap Cair
Sifat fisik asap cair terdiri atas:
1. Warna
Jenis Asap Cair dibedakan dari gradenya. Ada 3 grade asap cair
dengan peruntukan yang berbeda:
Grade 1: Warna bening; Rasa sedikit asam; AromaNetral; Peruntukan Makanan
(ikan).
Grade 2: Warna Kecoklatan, Transparan: Rasa Asam Sedang; Aroma Asap
Lemah, Peruntukan Makanan dengan taste Asap (daging Asap, bakso, Mie, tahu,
ikan kering, telur asap, bumbu-bumbu barbaque, Ikan Asap/bandeng Asap).
Grade 3:Warna Coklat Gelap; Rasa Asam kuat; Aroma Asap Kuat; Peruntukan
Penggumpal Karet pengganti asam semut, Penyamakan Kulit, pengganti
Antiseptik untuk kain, menghilangkan jamur dan mengurangi bakteri patogen
yang terdapat di kolam ikan.
2. pH
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau ke basaanyang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan
hydrogen (H+) dalam pelarut air. Nilai
pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai
pH 7. Nilai pH lebih dari 7 menunjukkan larutan memiliki sifat basah, sedangkan
nilai pH kurang dari 7 menunjukan keasaman. Nilai pH 7 dikatakan netral karena
pada air murni ion H+ terlarut dan ion OH- terlarut (sebagai tanda kebasahan)
berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada keseimbangan. Penambahan
(ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion
hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya.
3. Berat jenis
Berat jenis ialah suatu ukuran untuk menentukan apakah suatu benda
tenggelam, melayang, ataukah mengapung bila dimasukkan ke dalam air. Bila
berat jenis benda lebih besar dari berat jenis air, maka benda itu akan
tenggelam, Bila berat jenis benda lebih kecil dari berat jenis air, maka benda itu
akan terapung, dan bila berat jenis benda sama dengan berat jenis air, maka
benda itu akan melayang. Mencari berat jenis, Berat jenis di peroleh dengan
membagi berat benda dengan isi benda yaitu:
a. Mengukur berat dari benda dengan timbangan
b. Mengukur isi benda dengan dua cara:
1) Bila bendanya beraturan, kita menghitung isinya dengan mempergunakan
rumus yang berlaku.
2) Bila bendanya tidak beraturan, maka mencari isi/volumenya dengan
mempergunakan rumus yang berlaku.
3) Rumus berat jenis yaitu Berat jenis = Berat/Volume.
D. Komponen-Komponen Asap Cair 1. Senyawa-senyawa fenol
Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat
memperpanjang masa simpan produk asapan. Kandungan senyawa fenol dalam
asap sangat tergantung pada temperatur pirolisis kayu. Menurut (Girard 1992),
kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10-200 mg/kg Beberapa
jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol, dan
hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus
hidroksil yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat
gugus-gugus lain seperti aldehid, keton, asam dan ester (Maga, 1987).
2. Senyawa-senyawa karbonil
Senyawa-senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada
pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai aroma
seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam
asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida.
3. Senyawa-senyawa asam
Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai antibakteri dan
membentuk citarasa produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah asam
asetat, propionat, butirat dan valerat.
4. Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis
Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) dapat terbentuk pada
proses pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatik seperti benzopirena
merupakan senyawa yang memilikipengaruh buruk karena bersifat karsinogen
(Girard,1992).
(Girard, 1992) Menyatakan bahwa pembentukan berbagai senyawa
HPA selama pembuatan asap tergantung dari beberapa hal, seperti temperatur
pirolisis, waktu dan kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta
kandungan udara dalam kayu. Dikatakan juga bahwa semua proses yang
menyebabkan terpisahnya partikel-partikel besar dari asap akan menurunkan
kadar benzopirena. Proses tersebut antara lain adalah pengendapan dan
5. Senyawa benzopirena
Benzopirena mempunyai titik didih 310 0C dan dapat menyebabkan
kanker kulit jika dioleskan langsung pada permukaan kulit. Akan tetapi proses
yang terjadi memerlukan waktu yang lama
E. Jenis-jenis Asap Cair
Senyawa HPA yang terbentuk adalah benzopyrene, senyawa ini dapat
dihilangkan atau dikurangi dengan memberikan perlakuan khusus pada asap cair
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan yang aman bagi
kesehatan. Perlakuan yang dapat dilakukan adalah dengan cara pemurnian asap
cair, proses pemurnian akan menentukan jenis asap cair yang dihasilkan.
Adapun jenis asap cair yang dihasilkan menurut (Girard,J,P.1992)
sebagai berikut:
1. Asap cair grade 3
Asap cair grade 3 merupakan asap cair yang dihasilkan dari pemurnian
dengan metode destilasi. Destilasi merupakan proses pemisahan campuran
dalam fasa cair berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dalam proses ini, asap cair
yang dihasilkan dari proses pirolisis yang diperkirakan masih mengandung tar
dimasukan kedalam tungku destilasi. Suhu pemanasan dijaga agar tetap konstan
sehingga diperoleh destilat yang terbebas dari tar. Suhu proses destilasi ini
adalah sekitar 150 ºC. asap cair yang dihasilkan dari proses ini memiliki ciri
warna coklat pekat dan berbau tajam.
Asap cair grade 3 tidak dapat digunakan sebagai bahan pengawet
makanan karena masih banyak mengandung tar atau ter, namun asap cair grade
3 ini dapat digunakan untuk pengolahan karet, penghilang bau, dan pengawet
2. Asap cair grade 2
Asap cair grade 2 merupakan asap cair yang dihasilkan setelah
melewati proses destilasi kemudian disaring dengan menggunakan zeolit. Proses
penyaringan ini menyebabkan kandungan senyawa berbahaya seperti
benzopyrene serta tar yang masih terdapat dalam asap cair teradsorbi oleh
zeolit. Asap cair ini memiliki warna kuning kecoklatan dan diorientasikan untuk
pengawetan bahan makanan mentah seperti daging, termasuk daging unggas
dan ikan.
Makanan dengan taste asap. Asap cair ini mempunyai kegunaan
sebagai berikut :
a. Digunakan sebagai pembuatan ikan, daging asap, bakso, Mie, tahu, dan telur
asap.
b. Sebagai disinfektan dan insektisida.
1. Asap cair grade 1
Asap cair grade 1 memiliki warna kuning pucat. Asap cair ini merupakan
hasil dari proses destilasi dan penyaringan dengan zeolit yang kemudian
dilanjutkan dengan penyaringan dengan karbon aktif. Asap cair jenis ini dapat
digunakan untuk pengawetan bahan makanan siap saji seperti:
a. Digunakan untuk pengganti formalin dalam pembuatan tahu, bakso, dan siap
saji seperti mie basah.
b. Pengawet ikan.
c. Pengawet daging.
F. Manfaat Asap Cair 1. Industri Pangan
Asap cair ini mempunyai kegunaan yang sangat besar sebagai pemberi
rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai pngawet karena sifat antimikrobia
dan antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan
tradisional dengan menggunakan asap secara langsung yang mengandung
banyak kelemahan seperti pencemaran lingkungan, proses tidak dapat
dikendalikan, kualitas yang tidak konsisten serta timbulnya bahaya kebakaran,
yang semuanya tersebut dapat dihindari. Sebagai pengawet bahan makanan :
daging, ikan, bakso.(Masturin, A.2002).
Asap cair mempunyai kemampuan untuk mengawetkan makanan
karena adanya senyawa asam, fenol dan karbonil. Pengasapan konvensinal
seperti mutu, citra rasa dan aroma yang konsisten sulit dicapai,senyawa tar
terdeposit dan apabila suhunya terlalu tinggi akan terbentuk senyawa
korsinogrenik benzopiren (Simonetal,.2005)
Pada penggunaan asap cair fungsi yang diharapkan dari asap seperti
citra rasa, warna, anti oksidan dan anti mikrobia dapat dipertahankan sedangkan
kelemahan pengasapan konvensional dapat diatasi.
2. Industri Pengawetan bakso
Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat
fungsional asap cair / sebagai pengganti asam formiat, anti jamur,
3. Industri pencampuran
Asap cair dapat digunakan untuk pengawet makanan, yaitu sebagai
pencampuran makanan menggunakan asap cair mempunyai ketahanan terhadap
serangan jamur maknan.
G. Tempurung Kelapa
Tempurung merupakan lapisan keras yang terdiri atas lignin, selulosa,
metoksil, dan berbagai mineral.Kandungan bahan-bahan tersebut beragam
sesuai dengan jenis kelapanya.Struktur yang keras disebabkan oleh silikat (SiO2)
yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung.Berat tempurung sekitar 15-19%
dari berat keseluruhan.Tempurung kelapa dapat dibakar langsung sebagai kayu
bakar atau diolah menjadi arang.Arang batok kelapa dapat digunakan sebagai
kayu bakar biasa atau diolah menjadi arang aktif yang diperlukan oleh berbagai
industri pengolahan.Tempurung kelapa juga digunakan untuk membuat berbagai
peralatan dapur, seperti gayung dan sendok sayur.Selain itu, tempurung kelapa
juga dapat dibuat aneka kerajinan yang menarik, seperti hiasan dinding maupun
hiasan gantung, kancing baju, dan berbagai bentuk gantungan kunci (Sunarlim,
1992).
Kedudukan tanaman dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
diklasifikasikan sebagi berikut:
Kerajaan : Plantae
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Bangsa : Cocoeae
Genus : Cocos
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (Berbiji Tertutup)
Kelas : Monocotyledona (Biji Berkeping Satu)
Kelapa di Indonesia menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan
sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida). Dengan produksi buah kelapa rata-rata
15,5 milyar butir per tahun, total bahan ikutan yang dapat diperoleh 3,75 juta ton
air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut dan 3,3 juta ton debus
sabut. Industri pengolahan komponen buah kelapa te rsebut umumnya hanya
berupa industri tradisional dengan kapasitas industri yang masih sangat kecil
dibandingkan potensi yang tersedia. Batang kelapa tumbuhnya tegak dan lurus
dapat mencapai setinggi 25 m atau lebih dengan diameter antara 20 -25 cm, dan
mempunyai sebuah titik tumbuh yang letaknya di ujung pohon, serta tidak
bercabang. Pada jenis kelapa genjah, ukuran garis tengah di bagian ujung,
tengah, dan bagian pangkal batang biasanya hampi r sama. Batang kelapa tidak
mempunyai selubung kambium.Struktur daun kelapa terdiri atas tangkai
(pelepah) daun, tulang poros daun, dan helai daun.Tangkai daun terletak di
bagian pangkal yang bentuknya melebar, tempat melekatnya tulang poros
daun.(Setyanto, 2004).
H. Bakso
Adonan bakso dibuat dengan cara: daging sapi dipotong kecil kecil,
kemudian bumbu lainnya sampai menjadi adonan yang kalis dan plastis
sehingga mudah campuran daging ternak (kadar daging tidak kurang dari 50%)
dan pati atau cukup tinggi, akumulasi asam laktat cukup rendah dan tekstur tidak
lunak daging merupakan makanan berbentuk bulatan atau lain yang diperoleh
kekenyalan tinggi. Hal ini didukung oleh perubahan daging sapi fase dibentuk
sambil ditambahkan tepung kanji sedikit demi sedikit agar adonan dicampur
dengan es batu atau air es (10-15% berat daging) dan garam serta dicincang
halus dengan menggunakan blender. Daging tersebut kemudian lebih mengikat.
Penambahan tepung kanji cukup 15-20% berat daging memiliki daya ikat air
yang tinggi, dalam arti kemampuan protein daging mengikat dan
mempertahankan air tinggi sehingga menghasilkan baksoPada kondisi
perubahan fase ini, disamping daya ikat air-protein tinggi, Pada umumnya bahan
baku utama bakso biasanya terbuat dari daging penghalusan, pencetakan dan
perebusan sangat memacu kekenyalan bakso. pre-rigormortiske rigormortis
selama penggilingan, pencampuran,protein aktin dan miosin belum saling
berinteraksi menjadi aktomiosin, pHsegar yang belum mengalami rigormortis.
Daging sapi fase pre-rigormortisserelia dengan atau tanpa penambahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asap Cair 1. Pengertian Asap Cair
Asap cair merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu dalam
air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap cair hasil pirolisis. Asap cair
hasil pirolisis ini tergantung pada bahan dasar dan suhu pirolisis (Darmaji
dkk,2000).
Astuti (2000) mengemukakan bahwa penggunaan asap cair lebih
menguntungkan dari pada menggunakan metode pengasapan lainnya karena
warna citarasa produk dapat dikendalikan, kemungkinan menghasilkan produk
karsinogen lebih kecil, proses pengasapan dapat dilakukan degan cepat dan bisa
langsung ditambahkan pada bahan selama proses. Pengasapan diperkirakan
akan tetap bertahan pada masa yang akan tetap bertahan pada masa yang akan
dating karena efek yang unik dan citarasa dan warna yang dihasilkan pada
bahan pangan.
Asap cair merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu dalam
air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap cair hasil pirolisis. Asap cair
hasil pirolisis ini tergantung pada bahan dasar dan suhu pirolisis (Darmaji dkk,
1998). Asap memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena
adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil. Asap cair mengandung berbagai
senyawa yang terbentuk karena terjadinya pirolisis tiga komponen kayu yaitu
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap
Asap cair merupakan cairan kondensat uap asap hasil pirolisis kayu
yang mengandung senyawa penyusun utama asam, fenol dan karbonil sebagai
hasil degradasi termal komponen selulosa, hemiselulosa dan lignin. Senyawa
asam, fenol dan karbonil dalam asap cair tersebut memiliki kontribusi dalam
memberikan sifat karakteristik aroma, warna dan flavor dan juga sebagai
antioksidan dan antimikroba (Girrard, 1992 dalam Pranata, 2007).
B. Proses pembuatan asap cair
Cara yang paling umum digunakan untuk menghasilkan asap pada
pengasapan makanan adalah dengan membakar serbuk gergaji kayu keras
dalam suatu tempat yang disebut alat pembangkit asap (Draudt, 1963).
Destilasi kering/Pirolisis adalah pengembangan dari teknik karbonisasi
kayu yang berkembang di masyarakat. Teknik karbonisasi yang digunakan
masyarakat umumnya dengan pembakaran kayu langsung dalam suatu
tungku/drum dengan hasil utamanya arang dan hasil samping berupa asap yang
dibuang ke udara (Nurhayati, 2000).
Pembuatan arang dengan teknik pirolisis merupakan proses
pembakaran bahan kayu dengan suhu tinggi (400oC) dalam wadah/tempat kedap
udara yang dilengkapi dengan alat kondensor, dalam waktu tertentu, dimana
asap yang dihasilkan dari pembakaran tidak dilepaskan ke udara, tetapi dijebak
dan didinginkan/dikondensasi sehingga akan terbentuk cairan h itam yang disebut
asap cair (Hendra, 1992).
Produksi asap cair merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna
yang melibatkan reaksi dekomposisi karena pengaruh panas, polimerisasi, dan
C. Sifat Fisik Asap Cair
Sifat fisik asap cair terdiri atas:
1. Warna
Jenis Asap Cair dibedakan dari gradenya. Ada 3 grade asap cair
dengan peruntukan yang berbeda:
Grade 1: Warna bening; Rasa sedikit asam; AromaNetral; Peruntukan Makanan
(ikan).
Grade 2: Warna Kecoklatan, Transparan: Rasa Asam Sedang; Aroma Asap
Lemah, Peruntukan Makanan dengan taste Asap (daging Asap, bakso, Mie, tahu,
ikan kering, telur asap, bumbu-bumbu barbaque, Ikan Asap/bandeng Asap).
Grade 3:Warna Coklat Gelap; Rasa Asam kuat; Aroma Asap Kuat; Peruntukan
Penggumpal Karet pengganti asam semut, Penyamakan Kulit, pengganti
Antiseptik untuk kain, menghilangkan jamur dan mengurangi bakteri patogen
yang terdapat di kolam ikan.
2. pH
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau ke basaanyang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan
hydrogen (H+) dalam pelarut air. Nilai
pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai
pH 7. Nilai pH lebih dari 7 menunjukkan larutan memiliki sifat basah, sedangkan
nilai pH kurang dari 7 menunjukan keasaman. Nilai pH 7 dikatakan netral karena
pada air murni ion H+ terlarut dan ion OH- terlarut (sebagai tanda kebasahan)
berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada keseimbangan. Penambahan
(ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion
hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya.
3. Berat jenis
Berat jenis ialah suatu ukuran untuk menentukan apakah suatu benda
tenggelam, melayang, ataukah mengapung bila dimasukkan ke dalam air. Bila
berat jenis benda lebih besar dari berat jenis air, maka benda itu akan
tenggelam, Bila berat jenis benda lebih kecil dari berat jenis air, maka benda itu
akan terapung, dan bila berat jenis benda sama dengan berat jenis air, maka
benda itu akan melayang. Mencari berat jenis, Berat jenis di peroleh dengan
membagi berat benda dengan isi benda yaitu:
a. Mengukur berat dari benda dengan timbangan
b. Mengukur isi benda dengan dua cara:
1) Bila bendanya beraturan, kita menghitung isinya dengan mempergunakan
rumus yang berlaku.
2) Bila bendanya tidak beraturan, maka mencari isi/volumenya dengan
mempergunakan rumus yang berlaku.
3) Rumus berat jenis yaitu Berat jenis = Berat/Volume.
D. Komponen-Komponen Asap Cair 1. Senyawa-senyawa fenol
Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat
memperpanjang masa simpan produk asapan. Kandungan senyawa fenol dalam
asap sangat tergantung pada temperatur pirolisis kayu. Menurut (Girard 1992),
kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10-200 mg/kg Beberapa
jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol, dan
hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus
hidroksil yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat
gugus-gugus lain seperti aldehid, keton, asam dan ester (Maga, 1987).
2. Senyawa-senyawa karbonil
Senyawa-senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada
pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai aroma
seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam
asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida.
3. Senyawa-senyawa asam
Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai antibakteri dan
membentuk citarasa produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah asam
asetat, propionat, butirat dan valerat.
4. Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis
Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) dapat terbentuk pada
proses pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatik seperti benzopirena
merupakan senyawa yang memilikipengaruh buruk karena bersifat karsinogen
(Girard,1992).
(Girard, 1992) Menyatakan bahwa pembentukan berbagai senyawa
HPA selama pembuatan asap tergantung dari beberapa hal, seperti temperatur
pirolisis, waktu dan kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta
kandungan udara dalam kayu. Dikatakan juga bahwa semua proses yang
menyebabkan terpisahnya partikel-partikel besar dari asap akan menurunkan
kadar benzopirena. Proses tersebut antara lain adalah pengendapan dan
5. Senyawa benzopirena
Benzopirena mempunyai titik didih 310 0C dan dapat menyebabkan
kanker kulit jika dioleskan langsung pada permukaan kulit. Akan tetapi proses
yang terjadi memerlukan waktu yang lama
E. Jenis-jenis Asap Cair
Senyawa HPA yang terbentuk adalah benzopyrene, senyawa ini dapat
dihilangkan atau dikurangi dengan memberikan perlakuan khusus pada asap cair
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan yang aman bagi
kesehatan. Perlakuan yang dapat dilakukan adalah dengan cara pemurnian asap
cair, proses pemurnian akan menentukan jenis asap cair yang dihasilkan.
Adapun jenis asap cair yang dihasilkan menurut (Girard,J,P.1992)
sebagai berikut:
1. Asap cair grade 3
Asap cair grade 3 merupakan asap cair yang dihasilkan dari pemurnian
dengan metode destilasi. Destilasi merupakan proses pemisahan campuran
dalam fasa cair berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dalam proses ini, asap cair
yang dihasilkan dari proses pirolisis yang diperkirakan masih mengandung tar
dimasukan kedalam tungku destilasi. Suhu pemanasan dijaga agar tetap konstan
sehingga diperoleh destilat yang terbebas dari tar. Suhu proses destilasi ini
adalah sekitar 150 ºC. asap cair yang dihasilkan dari proses ini memiliki ciri
warna coklat pekat dan berbau tajam.
Asap cair grade 3 tidak dapat digunakan sebagai bahan pengawet
makanan karena masih banyak mengandung tar atau ter, namun asap cair grade
3 ini dapat digunakan untuk pengolahan karet, penghilang bau, dan pengawet
2. Asap cair grade 2
Asap cair grade 2 merupakan asap cair yang dihasilkan setelah
melewati proses destilasi kemudian disaring dengan menggunakan zeolit. Proses
penyaringan ini menyebabkan kandungan senyawa berbahaya seperti
benzopyrene serta tar yang masih terdapat dalam asap cair teradsorbi oleh
zeolit. Asap cair ini memiliki warna kuning kecoklatan dan diorientasikan untuk
pengawetan bahan makanan mentah seperti daging, termasuk daging unggas
dan ikan.
Makanan dengan taste asap. Asap cair ini mempunyai kegunaan
sebagai berikut :
a. Digunakan sebagai pembuatan ikan, daging asap, bakso, Mie, tahu, dan telur
asap.
b. Sebagai disinfektan dan insektisida.
1. Asap cair grade 1
Asap cair grade 1 memiliki warna kuning pucat. Asap cair ini merupakan
hasil dari proses destilasi dan penyaringan dengan zeolit yang kemudian
dilanjutkan dengan penyaringan dengan karbon aktif. Asap cair jenis ini dapat
digunakan untuk pengawetan bahan makanan siap saji seperti:
a. Digunakan untuk pengganti formalin dalam pembuatan tahu, bakso, dan siap
saji seperti mie basah.
b. Pengawet ikan.
c. Pengawet daging.
F. Manfaat Asap Cair 1. Industri Pangan
Asap cair ini mempunyai kegunaan yang sangat besar sebagai pemberi
rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai pngawet karena sifat antimikrobia
dan antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan
tradisional dengan menggunakan asap secara langsung yang mengandung
banyak kelemahan seperti pencemaran lingkungan, proses tidak dapat
dikendalikan, kualitas yang tidak konsisten serta timbulnya bahaya kebakaran,
yang semuanya tersebut dapat dihindari. Sebagai pengawet bahan makanan :
daging, ikan, bakso.(Masturin, A.2002).
Asap cair mempunyai kemampuan untuk mengawetkan makanan
karena adanya senyawa asam, fenol dan karbonil. Pengasapan konvensinal
seperti mutu, citra rasa dan aroma yang konsisten sulit dicapai,senyawa tar
terdeposit dan apabila suhunya terlalu tinggi akan terbentuk senyawa
korsinogrenik benzopiren (Simonetal,.2005)
Pada penggunaan asap cair fungsi yang diharapkan dari asap seperti
citra rasa, warna, anti oksidan dan anti mikrobia dapat dipertahankan sedangkan
kelemahan pengasapan konvensional dapat diatasi.
2. Industri Pengawetan bakso
Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat
fungsional asap cair / sebagai pengganti asam formiat, anti jamur,
3. Industri pencampuran
Asap cair dapat digunakan untuk pengawet makanan, yaitu sebagai
pencampuran makanan menggunakan asap cair mempunyai ketahanan terhadap
serangan jamur maknan.
G. Tempurung Kelapa
Tempurung merupakan lapisan keras yang terdiri atas lignin, selulosa,
metoksil, dan berbagai mineral.Kandungan bahan-bahan tersebut beragam
sesuai dengan jenis kelapanya.Struktur yang keras disebabkan oleh silikat (SiO2)
yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung.Berat tempurung sekitar 15-19%
dari berat keseluruhan.Tempurung kelapa dapat dibakar langsung sebagai kayu
bakar atau diolah menjadi arang.Arang batok kelapa dapat digunakan sebagai
kayu bakar biasa atau diolah menjadi arang aktif yang diperlukan oleh berbagai
industri pengolahan.Tempurung kelapa juga digunakan untuk membuat berbagai
peralatan dapur, seperti gayung dan sendok sayur.Selain itu, tempurung kelapa
juga dapat dibuat aneka kerajinan yang menarik, seperti hiasan dinding maupun
hiasan gantung, kancing baju, dan berbagai bentuk gantungan kunci (Sunarlim,
1992).
Kedudukan tanaman dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
diklasifikasikan sebagi berikut:
Kerajaan : Plantae
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Bangsa : Cocoeae
Genus : Cocos
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (Berbiji Tertutup)
Kelas : Monocotyledona (Biji Berkeping Satu)
Kelapa di Indonesia menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan
sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida). Dengan produksi buah kelapa rata-rata
15,5 milyar butir per tahun, total bahan ikutan yang dapat diperoleh 3,75 juta ton
air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut dan 3,3 juta ton debus
sabut. Industri pengolahan komponen buah kelapa te rsebut umumnya hanya
berupa industri tradisional dengan kapasitas industri yang masih sangat kecil
dibandingkan potensi yang tersedia. Batang kelapa tumbuhnya tegak dan lurus
dapat mencapai setinggi 25 m atau lebih dengan diameter antara 20 -25 cm, dan
mempunyai sebuah titik tumbuh yang letaknya di ujung pohon, serta tidak
bercabang. Pada jenis kelapa genjah, ukuran garis tengah di bagian ujung,
tengah, dan bagian pangkal batang biasanya hampi r sama. Batang kelapa tidak
mempunyai selubung kambium.Struktur daun kelapa terdiri atas tangkai
(pelepah) daun, tulang poros daun, dan helai daun.Tangkai daun terletak di
bagian pangkal yang bentuknya melebar, tempat melekatnya tulang poros
daun.(Setyanto, 2004).
H. Bakso
Adonan bakso dibuat dengan cara: daging sapi dipotong kecil kecil,
kemudian bumbu lainnya sampai menjadi adonan yang kalis dan plastis
sehingga mudah campuran daging ternak (kadar daging tidak kurang dari 50%)
dan pati atau cukup tinggi, akumulasi asam laktat cukup rendah dan tekstur tidak
lunak daging merupakan makanan berbentuk bulatan atau lain yang diperoleh
kekenyalan tinggi. Hal ini didukung oleh perubahan daging sapi fase dibentuk
sambil ditambahkan tepung kanji sedikit demi sedikit agar adonan dicampur
dengan es batu atau air es (10-15% berat daging) dan garam serta dicincang
halus dengan menggunakan blender. Daging tersebut kemudian lebih mengikat.
Penambahan tepung kanji cukup 15-20% berat daging memiliki daya ikat air
yang tinggi, dalam arti kemampuan protein daging mengikat dan
mempertahankan air tinggi sehingga menghasilkan baksoPada kondisi
perubahan fase ini, disamping daya ikat air-protein tinggi, Pada umumnya bahan
baku utama bakso biasanya terbuat dari daging penghalusan, pencetakan dan
perebusan sangat memacu kekenyalan bakso. pre-rigormortiske rigormortis
selama penggilingan, pencampuran,protein aktin dan miosin belum saling
berinteraksi menjadi aktomiosin, pHsegar yang belum mengalami rigormortis.
Daging sapi fase pre-rigormortisserelia dengan atau tanpa penambahan
BAB IIl
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian dimulai pada bulan 15 Desember 2015 dan berakhir pada 15
Februari 2016 dengan tahapan mulai dari persiapan penelitian, mempersiapakan
bahan baku tempurung kelapa, pelaksanaan kegiatan penelitian, analisis data
dan pelaporan hasil akhir penelitian.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hasil Hutan Non Kayu dan
Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda Jurusan Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Hasil Hutan.
B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian
a. Bahan pengujian di Laboraturium Hasil Non Kayu:
1) Tempurung kelapa 79 kg
2) Air
3) Es batu
4) Asap cair grade 1
b. Bahan pengujian di laboraturium Sifat Kayu dan Analisis Produk:
1) Asap cair dari tempurung kelapa grade 1
2) Zeolit 500 gr
3) Arang aktif 500 gr
4) Aquadest 1,5 liter
5) Daging sapi 2 kilo
6) Telur
7) Bumbu-Bumbu
2. Alat penelitian
a. Alat pengujian di Laboraturium Non Kayu
1) Parang
2) Ketel penyulingan
3) Tabung kondensasi
4) Tungku destilasi
5) Alat tulis menulis
6) Beaker glass 7) Timbangan manual 8) Botol aqua 9) Selang 10) Argo 11) Obeng 12) Kompor gas 13) LPG 14) Kayubakar 15) Kamera 16) Alkon 17) Tungku pirolisis
b. Alat pengujian di Laboraturium Sifat kayu dan Analisis produk
1) Picno meter 10 ml
2) Timbangan analitik
3) Oven
4) Panci
6) Pengukur pH 7) Baskom 8) Mikropipet 9) Gelasukur 100 ml 10) Kompor gas 11) LPG 12) Saringan 13) Sendok 14) Labu pemisah
15) Besi labu pemisah
16) Penjepit
17) Almunium oil
18) Plastik es 1 kg
19) Mortar alat penumbuk
C. Prosedur Penelitian 1. Tahapan persiapan bahan baku
Bahan baku tempurung kelapa setelah dikeringkan selama 5 hari
kemudian bahan baku tersebut ditimbang sebanyak 79 kg bahan baku yang akan
digunakan pada proses pirolisis.
2. Tahap karbonisasi
Tempurung kelapa dibakar menggunakan tungku pirolisis atau dibakar
secara langsung untuk memperoleh asap cair, proses pembakaran tempurung
kelapa dilakukan selama ± 8 jam, selama proses pirolisis berlangsung air
pendinginan disirkulasikan dan dikontrol suhunya agar asap atau uap dapat
terkondensasi dalam jumlah yang banyak sehingga menghasilkan asap cair
grade 3.
3. Destilasi asap cair
Gambar 2. Hasil destilasi asap cair
Destilasi dilakukan dengan menggunakan panci destilasi yang dibakar
menggunakan kompor. Proses ini dilakukan menggunakan tungku destilasi untuk
menghasilkan asap cair grade 2 sampai dengan grade 1. Proses penyulingan
pada tungku destilasi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
a. Asap cair dimasukan kedalam panci penyulingan dan dimasak
menggu nakan kompor gas ± selama 6 jam.
b. Uap-uap asap cair dari hasil pemasakan disalurkan melalui pipa-pipa
yang didinginkan dan menjadi asap cair grade 2, mempunyai warna
c. Selanjutnya asap cair grade 2 dimasak kembali jika asap cair grade 2
sudah tidak menguap lagi hal itu menanda kan bahwa asap cair telah
masak dan akan menjadi asap cair grade 1, mempunyai warna kuning
keputih-putihan.
d. Asap cair grade 1 disaring menggunakan zeolit dan arang aktif.
e. Asap cair grade 1 siap digunakan sebagai pengawet.
4. Proses pembuatan bakso
Gambar 3.Proses Pembuatan Bakso
a. Daging sapi digiling kemudian ditambahkan bumbu-bumbu, telur dan
tepung sehingga terbentuk adonan bakso. Kemudian adonan bakso
ditimbang masing-masing sebanyak 500 gr lalu ditetesi asap cair
sesuai komposisi yang telah ditentukan.
b. Adonan bakso di cetak berbentuk bulat.
c. Kemudian direbus kurang lebih selama 15 menit di atas kompor
menggunakan panci.
d. Setelah matang bahan baku diambil dari panic lalu ditiriskan diatas alat
e. Bahan baku yang sudah didinginkan kemudian diletakan kedalam
baskom.
6. Pengujian organoleptik
a. Pengujian pH bakso
b. Kadar air bakso
c. Warna
D. Pengolahan Data
Pengujian sifat fisik bakso yaitu meliputi sebagai berikut :
1. pH
pH bakso diukur menggunakan alat yang disebut pH meter dengan cara
memasukkan hancuran bakso dicampur aquadest sebanyak 2 ml kedalam
beaker glass kemudian diukur (Beran JA.1996). 2. Kadar air
Sampel ditimbang sebanyak 2 - 5 gram pada cawan petri yang telah
diketahui beratnya. Cawan tersebut dimasukkan ke dalam oven selama 3 - 4 jam
pada suhu 100 - 105 °C atau sampai beratnya menjadi konstan. Sampel
kemudian dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam desikator dan segera
ditimbang setelah mencapai suhu kamar. Bahan tersebut dimasukkan kembali ke
dalam oven sampai tercapai berat yang konstan. Perhitungan kadar air adalah
sebagai berikut.(Pramuditya.2014)
BA = x 100 %
3. Warna
Untuk Pengujian kualitas warna hanya diamati dengan kasat mata
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHANSAN A. Hasil
1. Pengujian organoleptik
Pengujian organoleptik berupa warna, bau dan tekstur pada
masing-masing perlakuan dapat dilihat pada table 1 dibawah ini.
Tabel 1.Adonan150-200 gr / Perlakuan
NO Perlakuan Hari Warna Bau Tekstur PH Kadar
Air
1 Control 1 Coklat Bau daging Kenyal 7,3 22,48
2 Coklat Bau daging Kenyal 7,34 41,5
3 Coklat
kehitaman
Bau basi
jamur Kenyal 7,29 41,06
2 5%, 5
tetes 1 Coklat Bau daging Kenyal 7,43 14,16
2 Coklat Bau daging Kenyal 7,33 28,67
3 Coklat Bau basi jamur Kenyal 7,34 28,84
3 10%, 5
tetes 1 Coklat Bau daging Kenyal 7,33 15,21
2 Coklat Bau daging Kenyal 7,34 27,42
3 Coklat Bau basi
jamur Kenyal 7,36 27,82
4 15%, 5
tetes 1 Coklat Bau daging Kenyal 7,31 12,74
2 Coklat Bau daging Kenyal 7,32 25,33
3 Coklat Bau bakso Kenyal 7,39 22,66
Perlakuan control , pada hari ke 1-3 untuk pengujian warna coklat,
untuk pengujian hari 1-2 berbau daging, hari ke 3 berbau basi berjamur,
pangujian hari 1-3 tekstur sangat kenyal, untuk pengujian hari 1-3 PH berkisar
7,30-7,39, untuk pengujian kadar air hari 1-3 kadar air berkisar 22,48-41,06.
Perlakuan 5% , pada hari ke 1-3 untuk pengujian warna berwarna
coklat, untuk pengujian hari 1-2 berbau daging, hari ke 3 berbau basi berjamur,
untuk pangujian hari 1 -3 tekstur sangat kenyal, untuk pengujian hari 1
PHberkisar 7,43-7,34, untuk pengujian kadar air hari 1-3 kadar air berkisar
Perlakuan 10% , pada hari ke 1-3 untuk pengujian warna berwarna
coklat, , untuk pengujian hari 1-2 berbau daging, hari ke 3 berbau basi jamur,
untuk pangujian hari 1-3 tekstur sangat kenyal , untuk pengujian hari 1-3 PH
berkisar 7,33-7,36, untuk pengujian kadar air hari 1-3 kadar air berkisar
15,21-27,82.
Perlakuan 15% , pada hari ke 1-3 untuk pengujian warna berwarna
coklat, untuk pengujian hari 1-2 berbau daging, hari ke 3 berbau bakso, untuk
pangujian hari 1-3 tekstur sangat kenyal , untuk pengujian hari 1-3 PH berkisar
7,31-7,39, untuk pengujian kadar air hari 1-3 kadar air berkisar 12,34-22,66.
B. Pembahasan 1. Uji organoleptik
a. Tekstur
Perlakuan konsentrasi control untuk hari ke 1-3 memiliki tekstur
kenyal, untuk perlakuan konsentasi asap cair 5% pada hari ke 1-3 memiliki
testur sangat kenyal, perlakuan knsentrasi asap cair 10% untuk hari ke 1-3
memiliki tekstur sangat kenyal dan terakhir untuk perlakuan konsentrasi asap
cair 15 % hari ke 1-3 memiliki tekstur kenyal.
Perlakuan control, 5%, 10% dan 15% dari hari pertama sampai hari
ketiga tidak ada berubahan pada tekstur, hal tersebut terjadi karena protein
daging mengikat hancuran daging sehingga menimbulkan tekstur kenyal
untuk semua jenis perlakuan.
b. Warna
Perlakuan konsentrasi control untuk hari ke 1-2 memiliki warna
cokelat dan hari ke 3 memiliki warna coklat/kehitaman, untuk perlakuan
perlakuan konsentrasiasap cair 10% untuk hari ke 1-3 memiliki warna
cokelat dan terakhir untuk perlakuan knsentrasi asap cair 15% hari ke 1-3
memiliki warna hitam/cokelat.
Pada perlakuan konsentrasi asap cair selain control, dari pertama
sampai hari ketiga tidak ada perubahan. untuk control pada hari ketiga
terjadi perubahan berwarna kehitaman.
c. Bau
Perlakuan konsentrasi asap cair control untuk hari ke 1-2 memiliki
bau, bau daging, hari ke 3 bau basi berjamur,untuk perlakuan konsentrasi
asap cair 5% pada hari ke 1-2 memiliki bau, bau daging hari ke 3 bau basi
berjamur,10% perlakuan konsentrasi asap cair untuk hari ke 1-2 memiliki
bau , bau daging hari ke 3 bau basi berjamur, untuk perlakuan konsentrasi
asap cair 15% pada hari ke 1-2 memiliki bau, bau daging, hari ke 3 berbau
bakso .
Pada perlakuan konsentrasi 5% dan 10% bau basi berjamur, dan
15% masih berbau bakso sedang kan control hari ketiga sudah berbau
busuk dan berjamur dari hasil diatas diketahui bahwa perlakuan dengan
konsentrasi 15% saja yang mempunyai keawetan tinggi dan masih berbau
bakso .
2. Pengujian sifat kimia
a. Nilai pH
Pada perlakuan konsentrasi asap cair control untuk nilai pH dari hari
ke 1-3 berkisar ant ara 7,29-7,34, untuk perlakuan konsentrasi asap cair 5%
dari hari 1-3 memiliki nilai pH berkisar antara 7,33-7,43, untuk perlakukan
perlakuan konsentrasi asap cair 15% dari hari ke 1-3 berkisar antara
7,31-7,39.
b. Kadar air
Pada perlakuan konsentrasi asap cair control untuk nilai kadar air
hari 1-3 berkisar antara 22,48-41,50, konsentrasi 5% kadar air berkisar
14,16-28,84,konsentrasi 10% kadar air berkisar 15,21-27,82,konsentrasi
15% kadar air berkisar 12,74-22,66.
Semakin besar konsentrasi yang diberikan maka kadar air dari
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian adonan bakso uji organoleptik dan sifat kimia asap
cair dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut.
1. Control,5%,10% dan 15% untuk hari 1-3 memiliki tekstur kenyal, Control
untuk 1-2 memiliki warna coklat, hari ke-3 berwarna kehitaman, 5%,10%,
dan 15% hari ke 1-3 berwarna coklat ,Control ,5% dan 10% hari 1-2 berbau
daging hari ke-3 berbau basi jamur, 15% hari 1-2 berbau daging hari ke-3
berbau bakso .
2. Nilai pH control hari 1-3 berkisar 7,29-7,34, 5% hari 1-3 berkisar 7,33-7.43,
10% hari 1-3 berkisar 7,33-7,36,15% hari 1-3 berkisar 7,31-7,39
3. Kadar air control hari 1-3 berkisar 22,48, 5% hari 1-3 berkisar 14,16-28,84,
10% hari 1-3 berkisar 15,21-27,82, 15% 1-3 berkisar 12,74-22,66
B. Saran
Dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan meliputi pengujian
organoleptik dan pengujian sifat kimia belum sepenuhnya sesuai dengan hasil
yang diharapkan sehingga perlu dilakukan penelitian ulang menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
(Darmaji dkk,2000).Asap cair hasil pirolisis ini tergantung pada bahan dasar dan
suhu pirolisis
(Setyanto, 2004).Batang kelapa tidak mempunyai selubung kambium.Struktur daun kelapa terdiri atas tangkai (pelepah) daun, tulang poros daun, dan helai daun. Tangkai daun terletak di bagian pangkal yang bentuknya melebar, tempat melekatnya tulang poros daun..
Hambali, dkk, 2006.Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit PT Agro Media Pustaka
Jakarta.
Hartoyo, 1983.Pembuatan Arang dan Briket Arang Secara Sederhana Dari
serbuk Gergaji dan Limbah Industri Perkayuan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
Hermawan, 2006.Penyediaan Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui. Triono 2006. Mutu Arang Kayu. Badan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Jakarta.
Masturin, A.2002. Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang dari Campuran Arang
LImbah Gergajian Kayu (Skripsi), Bogor. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Pari G Komarayati S. 2002. Pedoman Pembuatan Arang Kompos. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.
BadanPenelitiandanPengembanganKehutananDepartemenKehutanan. Bogor.
Samsul, A, 2004. Pengaruh Penambahan Arang Tempurung Kelapa dan
Penggunaan Perekat Terhadap Sifat -Sifat Arang Serbuk Kayu Sengon.
Setyanto, 2004. Seminar Nasional Energi Terbarukan.
Triono (2006). Produksi Asap Cair Serta Prospek Pengusahanya. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Bogor.
Suyitno, 2009. Energi dari Bio massa: Potensi, Teknologi dan Strategi.
Warisno 2003. Pembuatan Asap Cair Tempurung Kelapa dari Sisa Bahan Bakar
Pengasapan Ikan.
(Prastuti, 2010). Daging sapi fase pre-rigormortisserelia dengan atau tanpa
(Pramuditya,dkk.2014).Penentuan Atribut Mutu Tekstur Bakso,Jurnal Pangan
Gambar 6. Pengmbilan Bahan Baku Tempurung Kelapa
Gambar 8. memasukan bahan baku ketempat pirolisis (pembakaran)
Gambar 10. Proses tetesan pertama asap cair Grade 3
Gambar 12. Proses destilasi grade 3,2 dan 1
Gambar 14. Asap cair grade 1
Gambar 16. Proses penimbangan asap cair + vicno meter
Gambar 18. Proses penimbangan aquadest+vicno
Gambar 20. Proses memasukan zeolit
Gambar 22. Proses penyaringan asap cair menggunakan arang aktif
Gambar 24. Proses memasukan asap cair ke gelas ukur 100 ml
Gambar 26. Proses pencampuran asap cair keadonan menggunakan mikropipet
Gambar 28. Proses penimbangan adonan bakso
Gambar 30. Proses pemasakan bakso
Gambar 32. Proses penimbangan sampel
Gambar 34. Proses penumbukan sampel