• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIFAT FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIFAT FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IMPULSE STIMULASI LISTRIK DAN KONSENTRASI CaCl2 TERHADAP SIFAT FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR

Citra Hasna Paramita, Eka Wulandari, Kusmayadi Suradi Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

ABSTRACT

This study aims to determine the interaction between impulse electrical stimulation with concentration of CaCl2 on the physical properties of culled laying hens and knowing the

concentration of CaCl2 and what is the impulse number of laying hens get salvage meat with the

best physical properties (tenderness, pH, water holding capacity and cooking lost). The research was conducted in a Livestock Products Processing Technology Laboratory Faculty of Animal Husbandry University Padjadjaran using a Completely Randomized Design with 3x3 Factorial pattern. The first factor consisted of three treatments giving impulse 25 (A1), impulse 50 (A2), and impulse 75 (A3) and the second factor consisted of three treatments concentration of CaCl2

dosage 0,1 M (B1), 0,2 M (B2), and 0,3 M (B3), there was nine combinations that each treatment and repeated 3 times. Duncan Multiple Test distance use to find the difference between the treatment. The results showed no interaction between the electrical stimulation treatment with CaCl2 concentration. The best physical properties result of culled laying hens

was use of electrical stimulation 75 impulse on tenderness value (94,22 mm/g/10detik), pH (5,3), water holding capacity (62,87%), and cooking lost (37,23%) and the concentration of CaCl2 0,3 M on tenderness value (89,63 mm/g/10detik), pH (5,3), water holding capacity

(62,36%), and cooking lost (37,15%) on meat culled laying hens.

Key words: Impulse, CaCl2, culled, physical characteristic. PENDAHULUAN

Keempukan merupakan faktor

palatabilitas paling penting yang

mempengaruhi daya terima konsumen terhadap daging unggas. Salah satu faktor

yang menentukan keempukan daging

terjadi pada saat fase perubahan

fisikokimiawi daging, diantaranya proses

rigormortis yang berkaitan dengan kandungan ATP (Adinosine Triphosphate) otot, dengan habisnya ATP terjadi ikatan miofilamen aktin dan miofilamen myosin

yang saling menindih dan terkunci

bersama-sama membentuk ikatan

aktomiosin yang permanen sehingga otot menjadi kaku dan tidak dapat digerakan, hal ini yang menyebabkan daging menjadi keras (Bate-Smith dan Bendall, 1949; Huxley, 1960 dalam Soeparno, 2009).

Ayam petelur dimanfaatkan

dagingnya apabila produksi telurnya sudah menurun dan diafkir, namun memiliki nilai keempukan yang rendah karena semakin tua umur ternak akan diikuti penurunan

keempukan daging. Stimulasi listrik

merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan keempukan daging, karena stimulasi listrik akan mempercepat proses

glikolisis postmortem yang terjadi selama konversi otot menjadi daging, sehingga mempercepat laju penurunan pH serta mempercepat pelepasan enzim protease (Pearson dan Dutson, 1985).

Stimulasi listrik dapat

menyebabkan kerusakan serabut otot yang diikuti oleh proses pelepasan enzim lisosom. Kerusakan tersebut disebabkan adanya tekanan pada saat kontraksi serabut otot (Pearson dan Dutson, 1985). Enzim

lisosom memiliki kemampuan untuk

mendegradasi protein myofibril pada

kondisi temperatur tinggi dan pH rendah,

sehingga pelepasan enzim lisosom

menyebabkan perombakan protein

myofibril dan menghasilkan daging yang empuk (Hultin, 1985).

Pengempukan daging dapat

dilakukan dengan cara perendaman dengan larutan CaCl2, karena Caakan mengaktivasi

enzim proteolitik untuk mendegradasi protein jalur Z yang menyebabkan daging empuk. Pemecahan jalur Z oleh enzim proteolitik akan menyebabkan daging lebih empuk (Soeparno, 2009). Perendaman

daging dalam larutan CaCl2 sangat

(2)

dalam daging tetap tersedia sehingga memperpanjang kerja proteinase dalam sel otot, dan kerja enzim protease ini akan membuat daging menjadi lebih empuk (Koohmaraie dkk., 1988).

Stimulasi listrik dapat mempercepat proses glikolisis pada daging sehingga mempercepat penurunan pH. Penurunan pH diikuti dengan pelapasan enzim protease, enzim protease membutuhkan ion kalsium (Ca2+) untuk menunjang aktivitasnya dalam mendegradasi pita Z sehingga kombinasi stimulasi listrik dengan perendaman CaCl2

akan meningkatkan keempukan daging, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh impulse stimulasi listrik dan konsentrasi CaCl2 terhadap sifat fisik

daging ayam petelur afkir.

MATERI DAN METODE Materi dan Bahan Penelitian

Materi yang digunakan adalah ayam petelur afkir jenis Hyline Brown umur 20 bulan sebanyak 27 ekor. Bahan dan peralatan yang digunakan adalah buffer 7

dan 4, CaCl2, kertas Whatman No.41,

stimulator listrik tegangan 100 V,

penetrometer, timer, motrar, pH meter, oven, eksikator, dan plat kaca.

Rancangan Percobaan

Penelitian dilaksanakan secara

eksperimen di laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola Faktorial 3x3, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan pemberian impulse yaitu

impulse 25 (A1), impulse 50 (A2), dan impulse 75 (A3), serta faktor kedua yaitu

perendaman konsentrasi CaCl2 0,1M (B1),

0,2 M (B2), dan 0,3 M (B3), sehingga

terdapat 9 kombinasi perlakuan yang

masing-masing dilakukan pengulangan

sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Sidik Ragam dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan (Gasperz, 2006).

Prosedur Penelitian

Penelitian melalui beberapa

tahapan, sebagai berikut :

1. Penyiapan Karkas, dengan tahapan

sebagai berikut : Pemuasaan,

Penyembelihan, Bleeding, Scalding,

Defeathering, Evisceras

2. Penggantungan.

3. Pemberian Stimulasi Listrik (Savell dkk., 1977).

a. Alat stimulasi listrik diset agar

dapat mengalirkan listrik

sebesar 100 V selama 1 detik dan istirahat selama 1 detik dengan jumlah impulse yang telah ditentukan yaitu impulse 25 (A1), impulse 50 (A2), dan impulse 75 (A3). impulse 25

(A1), impulse 50 (A2), dan impulse 75 (A3).

b. Elektroda jepit yang bermuatan positif diletakan pada bagian

paha ayam petelur dan

elektroda jepit negatif diletakan pada ujung tulang leher.

4. Perecahan Karkas (retail cut) 5. Perendaman bagian paha ayam

petelur pada larutan CaCl2 selama 1

jam, yaitu sebanyak 250 gram untuk

setiap satuan percobaan (27 satuan

percobaan) dengan tingkat

konsentrasi yaitu konsentrasi 0,1 M (B1), konsentrasi 0,2 M (B2), dan

konsentrasi 0,3 M (B3).

6. Pengambilan daging paha ayam

petelur untuk pengujian pH,

keempukan, daya ikat air, dan susut masak.

Variabel yang diukur:

1. Pengukuran pH Daging (Modifikasi Suwedo, 1994) 2. Uji Keempukan Daging

(Modifikasi Muchtadi dan Sugiyono, 1992)

Keempukan (mm/detik/gram) =

3. Uji Daya Ikat Air (Hamn ,1972 dalam Soeparno, 2009) mgH2O = Kadar Air (%bb) = DIA = 100% 300 O mgH -Ka 2  detik 10 pengukuran rata -rata 8,0 -0,0948 ) (cm Basah Area 2 100% W1 -W2 W3 -W2 

(3)

4. Uji Susut Masak ( Soeparno, 2009)

% Susut Masak =

HASIL DAN PEMBAHASAN Keempukan

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antar perlakuan

stimulasi listrik dengan perendaman

konsentrasi CaCl2 terhadap nilai

keempukan daging ayam petelur afkir, namun perlakuan stimulasi listrik maupun perendaman konsentrasi CaCl2 berpengaruh

nyata (P<0.05) terhadap nilai keempukan. Tidak terdapat interaksi antara pemberian stimulasi listrik dan perendaman konsentrasi CaCl2 terhadap keempukan

daging ayam petelur afkir, menurut Abustam (2005), ada dua kelompok enzim proteolitik yang berperan dalam proses pengempukan yakni calcium dependence protease (CaDP) atau nama lainnya calpain (µ dan m-calpain) yang intens bekerja pada saat prarigor dan kelompok cathepsin yang

aktif bekerja pada saat pascarigor,

sedangkan stimulasi listrik mempercepat proses glikolisis postmortem, sehingga tidak terdapat interaksi.

Data pada Tabel 1. menunjukan bahwa keempukan tertinggi pada daging ayam petelur afkir bagian paha dengan perlakuan impulse 75 (A3), hal ini disebabkan dengan semakin tinggi impulse yang digunakan, semakin banyak kerusakan serabut otot. Pearson dan Dutson (1985)

menyatakan bahwa impulse dapat

menyebabkan rusaknya serabut otot secara

fisik, sehingga terjadi peningkatan

keempukan.

Stimulasi listrik akan mempercepat proses glikolisis postmortem yang terjadi selama konversi otot menjadi daging, sehingga akan mempercepat laju penurunan pH serta mempercepat pelepasan enzim

protease (Pearson dan Dutson,1985).

Protease mempunyai fungsi memecah ikatan peptide protein menjadi asam-asam amino yang lebih sederhana, sehingga

keempukan akan meningkat

(Winarno,1986).

Perendaman dengan konsentrasi CaCl2 menghasilkan keempukan tertinggi

pada perlakuan perendaman CaCl2 0,3 M

(B3). Hal ini disebabkan dengan semakin

meningkatnya konsentrasi CaCl2 akan

meningkatkan konsentrasi Ca2+ dalam

daging yang akan meningkatkan kerja aktivasi enzim Ca2+ -dependent Protease (CDP) dalam merombak pita Z (Soeparno, 2009).

Enzim proteolitik akan

menghidrolisis protein daging sehingga

meyebabkan terurainya serabut otot.

Didukung pula oleh penelitian Miller (1958), bahwa selama perendaman terjadi proses hidrolisis protein serat otot, tenunan pengikat dan terjadi perubahan-perubahan, yaitu menipis dan hancurnya sarcolema, terlarutnya nucleus dari serabut otot dan jaringan ikat serta lepasnya keterikatan serabut otot sehingga dihasilkan jaringan yang empuk.

Tabel 1. Data Hasil Penelitian Pengaruh Impulse Stimulasi Listrik dan Konsentrasi CaCl2 Terhadap Sifat Fisik Daging Ayam Petelur Afkir

Peubah Perlakuan

Stimulasi Listrik Konsentrasi CaCl2

A1 A2 A3 B1 B2 B3

Keempukan

(mm/g/10detik) 78,36 c 90,13 b 94,22 a 85,48 c 87,60 b 89,63 a

Ph 5,50 a 5,40 b 5,30 c 5,50 a 5,40 b 5,30 c

Daya Ikat Air (%) 65,58 a 64,25 b 62,87 c 65,99 a 64,39 b 62,36 c

Susut masak (%) 33,78 c 35,43 b 37,23 a 33,75 c 35,54 b 37,15 a

Keterangan : A1 : Stimulasi Listrik dengan impulse 25, A2 : Stimulasi Listrik dengan impulse 50, A3 : Stimulasi Listrik dengan impulse 75, B1 : Konsentrasi CaCl2 0,1 M, B2 : Konsentrasi

CaCl2 0,2 M, B3 : Konsentrasi CaCl2 0,3 M

Huruf yang tidak sama ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata.

100% Dimasak Sebelum Berat Dimasak Setelah Berat -Dimasak Sebelum Berat 

(4)

Derajat Keasaman (pH)

Hasil analisis menunjukkan bahwa

perlakuan stimulasi listrik maupun

perendaman konsentrasi CaCl2 berpengaruh

nyata (P<0.05) terhadap nilai pH daging ayam petelur afkir, namun tidak terdapat interaksi antar keduanya. Tidak terdapat interaksi antara pemberian stimulasi listrik dan konsentrasi CaCl2 terhadap pH daging

ayam petelur afkir, diduga konsentrasi CaCl2 dan impulse stimulasi litrik yang

kurang tinggi, sehingga tidak terdapat

interaksi dan masing-masing bekerja

sendiri.

Nilai pH daging ayam petelur afkir

terendah pada bagian paha dengan

perlakuan impulse 75 (A3) , diikuti oleh

impulse 50 (A2) dan impulse 25 (A1) satu

sama lain berbeda nyata (P<0,05). Hal ini disebabkan semakin tinggi impulse akan diikuti dengan penurunan pH daging, karena semakin tinggi impulse semakin

banyak kontraksi yang akan terjadi

sehingga energi yang dibutuhkan semakin besar, yang menyebabkan banyak asam laktat yang dihasilkan sebagai produk akhir glikogenolisis juga semakin besar yang

dimanifestasikan dengan semakin

menurunnya pH. Pearson dan Dutson, (1985) menyatakan bahwa stimulasi listrik akan mempercepat perubahan glikogen

menjadi asam laktat melalui proses

glikogenolisis akibat kontraksi otot selama stimulasi listrik yang menghasilkan asam laktat, sehingga asam laktat yang dihasilkan tertimbun dalam otot dan menyebabkan menurunnya pH daging.

Perlakuan perendaman dengan

konsentrasi CaCl2 pH terendah pada

perlakuan perendaman CaCl2 0,3 M diikuti

oleh konsentrasi CaCl2 0,2 M dan

konsentrasi 0,1 M berbeda nyata (P<0.05) satu sama lain. Hal ini disebabkan dengan

meningkatnya konsentrasi CaCl2 akan

menimbulkan penurunan nilai pH daging dari masing-masing perlakuan, karena kandungan ion Ca2+ dalam larutan CaCl2

dapat mengaktivasi kerja enzim proteolitik

untuk mempercepat proses hidrolisis

protein daging dan peningkatan enzim

proteolitik ini akan diikuti dengan

hilangnya keterikatan fisik serabut otot. Prussa, dkk (1981), bahwa penggunaan

enzim proteolitik mengakibatkan

pemecahan jaringan pengikat, degradasi luas jaringan otot termasuk destruksi sarkolema dan nukleus. Hilangnya ikatan peptida pada jaringan pengikat dan serabut otot akan mengakibatkan turunnya pH daging. (Kendall dkk., 1993).

Daya Ikat Air

Hasil analisis menunjukkan bahwa

perlakuan stimulasi listrik maupun

perendaman konsentrasi CaCl2 berpengaruh

nyata (P<0,05) terhadap nilai Daya Ikat Air daging ayam petelur afkir, namun tidak terdapat interaksi antar keduanya. Tidak

terdapat interaksi antara pemberian

stimulasi listrik dan konsentrasi CaCl2

terhadap daya ikat air daging ayam petelur afkir, diduga impulse stimulasi listrik dan konsentrasi CaCl2 kurang tinggi sehingga

tidak terdapat interaksi dan masing-masing bekerja sendiri.

Data pada Tabel 1. menunjukan bahwa nilai daya ikat air daging ayam petelur afkir bagian paha terendah dengan perlakuan impulse 75 (A3) , diikuti impulse 50 (A2) dan impulse 25 (A1) masing-masing memiliki nilai daya ikat air yang berbeda nyata (P<0,05).Demikian pula pada

perlakuan perendaman konsentrasi CaCl2

daya ikat air terendah pada perlakuan

perendaman CaCl20,1 M (B1), 0,2 M (B2),

0,3 M (B3) satu sama lain berbeda nyata (P<0,05).

Penurunan daya ikat air

mempunyai kaitan erat dengan penurunan

pH karena stimulasi listrik akan

menyebabkan penurunan pH akibat

kontraksi otot selama stimulasi yang menghasilkan asam laktat, sehingga asam

laktat yang tertimbun dalam otot

menyebabkan menurunnya pH daging. Pada pH yang lebih rendah, akan menyebabkan penurunan DIA daging. Sebagaimana pernyataan Bouton,dkk ; Wismer-Pedersen dalam Soeparno (2009), menyebutkan bahwa daya ikat air sangat dipengaruhi oleh pH dan kecepatan penurunan pH. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hamm

(1975), yang menyebutkan bahwa

penurunan pH akan sangat mempengaruhi struktur molekul protein, yang berhubungan dengan penurunan daya ikat air.

(5)

Peningkatan penggunaan konsentrasi CaCl2 akan meningkatkan konsentrasi Ca2

+

dalam daging yang akan meningkatkan kerja enzim proteolitik dalam mendegradasi pita Z yang akan meningkatkan keempukan daging, keempukan mempunyai hubungan erat dengan pH dan daya ikat air. Hal ini sesuai dengan pendapat Bendall (1960), bahwa penurunan pH akan meningkatkan kontraksi aktimiosin dan menurunkan daya ikat air. Etherington (1984), menyatakan bahwa hidrolisis protein oleh enzim proteolitik seperti katepsin menyebabkan banyak kehilangan air terikat, karena kemampuan mengikat air oleh protein semakin menurun seiring menurunnya

kadar protein. Hidrolisis protein

menyebabkan banyak kehilangan air dan protein, sehingga serat-serat otot menjadi terbuka dan ikatan peptida yang lepas akibat hidrolisis protein daging.

Susut Masak

Hasil analisis menunjukkan bahwa

perlakuan stimulasi listrik maupun

perendaman konsentrasi CaCl2 berpengaruh

nyata (P<0,05) terhadap nilai susut masak daging ayam petelur afkir, namun tidak terdapat interaksi antar keduanya. Hal ini disebabkan penggunaan impulse stimulasi listrik dan konsentrasi CaCl2 yang kurang

tinggi sehingga tidak terdapat interaksi dan masing-masing bekerja sendiri.

Data pada Tabel 1. menunjukan bahwa nilai susut masak daging ayam petelur afkir bagian paha tertinggi dengan perlakuan impulse 75 (A3) ,diikuti oleh

impulse 50 (A2) dan impulse 25 (A1)

berbeda nyata (P<0,05) satu sama lain. Hal ini disebabkan penurunan pH dan juga rendahnya daya ikat air oleh daging menyebabkan susut masak yang lebih besar. Soeparno (2009) menyatakan bahwa

stimulasi listrik dapat mempercepat

penurunan pH daging yang berakibat lebih cepat dilepaskannya enzim protease. Enzim ini akan mengakibatkan pecahnya

fibrilar-fibrilar otot sehingga menurunnya

kemampuan daging untuk mengikat air dan

akan menyebabkan peningkatan nilai

presentase susut masak daging.

Perlakuan perendaman dengan

konsentrasi 0,3 M (B3) memiliki nilai susut

masak tertinggi dibandingkan dengan konsentrasi CaCl2 0,1 M (B1), 0,2 M (B2)

berbeda nyata (P<0,05) satu sama lain. Hal ini menunjukan meningkatnya konsentrasi CaCl2 akan menimbulkan penurunan nilai

pH daging dari masing-masing perlakuan. Menurut Hamm (1956) dalam Soeparno (2009) bahwa periode pembentukan asam

laktat yang menyebabkan pH otot

postmortem menjadi menurun dan daya ikat

air menjadi rendah, dikarenakan banyak air yang berasosiasi dengan protein otot akan meninggalkan serabut otot, sehingga daging akan mengalami penyusutan yang tinggi pada saat pemasakan. Selanjutnya Hinner dan Hankins (1950) menyatakan bahwa hilangnya air karena pemanasan atau pemasakan disebabkan oleh memendeknya serabut otot dan tenunan pengikat.

KESIMPULAN

1. Tidak terdapat interaksi penggunaan

impulse stimulasi listrik dengan

konsentrasi CaCl2 terhadap sifat fisik

(keempukan, pH, daya ikat air dan susut masak) daging ayam petelur afkir .

2. Sifat fisik daging ayam petelur afkir terbaik pada penggunaan stimulasi listrik sebesar 75 impulse dengan

nilai keempukan (94,22

mm/g/10detik), pH (5,3), daya ikat

air (62,87%),dan susut masak

(37,23%) dan konsentrasi CaCl2 0,3

M dengan nilai keempukan (89,63 mm/g/10detik), pH (5,3), daya ikat

air (62,36%),dan susut masak

(37,15%).

DAFTAR PUSTAKA

Abustam, E dan H. M. Ali. 2005. Dasar

Teknologi Hasil Ternak. Buku Ajar. Universitas Hasanudin.

Bendall, J.R. 1960. Postmortem Changes

in Muscle In: G.H. Bourne (Ed) The Structure and Function of Muscle. Vol 3 P.227. Academic

Press New York

Etherington, D.J. 1984. The Contribution

of Proteolytic Enzymes to

Postmortem Changes Muscle.

Journal Animal Science. 59:1644-1650.

(6)

Gasperz, V. 2006. Teknik Analisis dalam

Penelitian Percobaan. Edisi Pertama. Tarsito : Bandung. Hamm, R. 1975. Water Holding

Capacity of Meat dalam D.J.A.

Cole; R.A. Lawrie (Editor). Meat. London: Butterworths.

Hamm, R. 1975. Water Holding Capacity

of Meat dalam D.J.A. Cole; R.A.

Lawrie (Editor). Meat. London: Butterworths

Hinner, R.L., and O.G. Hankins. 1950. The Tenderness of Beef in Relation to Different Muscle an Age in Animal. Journal Animal

Science. 9:347-353

Hultin, H.O. 1985 Characteristic of Muscle Tissue dalam Fennema

,Owen R (Editor). Food

Chemistry. Second Edition. New York: Marcel Dekker. Inc. Hal 748-768

Kendall, T.L,., Koohmaraie, J.R. Arbona, S.E. Williams, and L.L. Young.

1993. Effects of pH ionic

Strength on Bovine M-calpain and Calpastatin Activity. Journal

Animal Science. 71:96-104

Koohmaraie, M., A.S. Babiker, A.L. Schroder, R.A. Merkel, and T.R. Dutson. 1988. Acceleration of

Postmortem Tenderization in

Ovine Carcases Through

Activation of Ca2+ Dependent Protease. Journal Food Science.

53: 1639.

Miller, A.R. 1958. Meat Hygine. Lea and Febiger. Philadelpia. 319-320 Muchtadi, T.R., dan Sugiyono. 1992.

Petunjuk Laboratorium: Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pearson, A.M and T.R Dutson. 1985.

Scientific Basis for Electrical Stimulation dalam Pearson, A.M.,

Dutson, T.R (Editor), Advance in Meat Research, Vol 1, Electrical Stimulation. The Avi Publishing Company Inc. Connecticut.

Prussa, J. Kenneth, Camber IV. E., Bower. J.A., Huningham.F. Na.

D. Dayton. 1981. Thiamin

Contain, Texture, and Sensory Evaluation of Postmortem Papain Injective Chicken. Journal of

Food Science 46:1684-1686

Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi

Daging. Cetakan Kedua. UGM

Press : Yogyakarta.

Soewedo, H. 1994. Teori dan Prosedur

Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya Cetakan ke-2. Penerbit Liberty. Yogyakarta . Savell, J.W., G.C. Smith, T.R, Dutson,

Z.L. Carpenter and D.A. Suter.

1977. Effect of Electrical

Stimulation on Palatability of Beef, Lamb and Goat Meat.

Journal Food Science 42.702.

Winarno, F.G..1992. Kimia Pangan dan

Gizi. Gramedia Pustaka Utama.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran Knisley dan siswa kelompok

Maka dari ketiga siklus yang telah dilakukan dalam penelitian, terlihat adanya peningkatan yang signifikan mengenai keterampilan menyimak peserta didik yang

Hasil rekapitulasi observasi siklus II tentang kecerdasan visual spasial anak setelah mengikuti kegiatan permainan melalui APE Tangram dengan materi peka terhadap

Kesimpulan dari kegiatan penabdian ini adalah bahwa kegiatan pelatihan pembuatan abon daging ayam ras petelur afkir telah berlangsung dengan baik, peserta antusias

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan (1) Untuk mengetahui penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam upaya meningkatkan hasil

Bahwa meskipun pembatasan makna atau definisi yang terdapat dalam ketentuan umum Pasal 1 angka 8 UU 5/1999 tersebut harus dimaknai secara imperatif dan dipedomani serta

Banyak karya yang telah dibuat, salah satunya adalah tentang bagaimana bilangan pecahan campuran dapat digunakan untuk menentukan tripel Pythagoras yaitu dalam

Pelayanan merupakan sesuatu yang penting yang diberikan dari perusahaan kepada jamaah, karena timbal baliknya terhadap perusahaan jika memberikan pelayanan yang baik