• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM PENDEGRADASI SERAT PENINGKAT KUALITAS BUNGKIL INTI SAWIT UNTUK PAKAN AYAM PEDAGING HERU HANDOKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM PENDEGRADASI SERAT PENINGKAT KUALITAS BUNGKIL INTI SAWIT UNTUK PAKAN AYAM PEDAGING HERU HANDOKO"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM

PENDEGRADASI SERAT PENINGKAT KUALITAS

BUNGKIL INTI SAWIT UNTUK PAKAN

AYAM PEDAGING

HERU HANDOKO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Isolasi dan Karakterisasi Enzim Pendegradasi Serat Peningkat Kualitas Bungkil Inti Sawit untuk Pakan Ayam Pedaging adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2010

Heru Handoko NIM. D051060071

(3)

ABSTRACT

HERU HANDOKO. Isolation and Characterization of Fiber Degradation Enzymes to Improve Palm Kernel Cake Quality for Broiler. Under the supervisions of NAHROWI, SUMIATI and AGUS SETIYONO.

The utilization of palm kernel cake (PKC) as poultry diets is restricted due to the fibre content. This study was designed to improve the nutritive value of PKC in broiler diet by adding enzymes from soil moulds. This study consisted of 3 experiments, in the first experiment, the best mould was obtained by combination of enrichment culture technique and measuring enzymes activities. The enzymes were characterized before applying to PKC, and the data were analized descriptively. In the second experiment, a completely randomized design with five levels of enzymes addition to PKC based on the best isolated of mould enzymes at concentration of 0; 0.5; 1.0; 1.5; and 2.0 mL of enzymes g-1 of PKC. Each treatment consisted of 4 replicates used to measure total sugar solubility and metabolizable energy. To determine the metabolizable energy, 20 of male broiler (6 weeks of ages) using force feeding method was carried out. Data were analized using analysis of variance (ANOVA) and if there were significant difference, the data were further tested using least significant different (LSD) test. In the third experiment, 200 of day old commercial Cobb broiler chickens were randomly distributed into five dietary treatments, each consisted of four replicates and each replicate consisted of ten birds. The treatments of diets were R0 (the diet contained 0% of PKC), R1 (the diet contained 10% of PKC without enzymes), R2 (the diet contained 10% of PKC treated enzymes), R3 (the diet contained 15% of PKC without enzymes), and R4 (the diet contained 15% of PKC treated enzymes). The enzymes addition was 2.0 mL filtrate g-1 of PKC. Data were analized using ANOVA and if there were significant difference, followed using LSD test. The results showed that all of five isolated moulds had FP-ase activities, but only isolate F had mannanase. FP-ase and mannanase of isolate F (11 d) were optimum at pH 6, incubation temperature at 50 ºC and the stabilities of both were untill 40 ºC. The enzymes addition did not affect the PKC’s total sugar solubilities, however, the addition of 2.0 mL g-1 of PKC significantly increased metabolizable energy. The levels of PKC did not affect the consumption of the broiler reared at the starter as well as finisher periods. Utilization of PKC treated enzymes in the diets had no affect the body weight gain, final body weight, duodenum and jejunum weight of broiler. However, broiler fed PKC treated enzymes had better feed conversion ratio (FCR) compared with that of broiler received PKC without enzymes treatments. FCR of broiler fed 15% of PKC treated enzymes was similar with that of broiler received 10% of PKC in the diet. It concluded that addition of enzymes from strain F moulds could improve nutritive value of PKC and utilization of 15% PKC treated enzymes could be applied in broiler diet.

Keywords: soil moulds, enzymes, palm kernel cake, metabolizable energy, broiler performance

(4)

RINGKASAN

HERU HANDOKO. Isolasi dan Karakterisasi Enzim Pendegradasi Serat Peningkat Kualitas Bungkil Inti Sawit untuk Pakan Ayam Pedaging. Dibimbing oleh NAHROWI, SUMIATI dan AGUS SETIYONO.

Bungkil inti sawit (BIS) merupakan hasil samping dari pengolahan kelapa sawit menjadi minyak pangan. Penggunaan BIS sebagai bahan pakan telah banyak dilakukan, namun introduksinya seringkali memunculkan masalah. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan serat BIS yang tinggi, terlebih lagi jika diberikan pada unggas yang mempunyai keterbatasan dalam mensekresikan enzim pencerna serat. Penelitian ini dirancang dengan tujuan untuk mengisolasi enzim dari kapang yang mampu mendegradasi serat sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisi BIS dan penggunaan BIS dalam ransum dapat ditingkatkan tanpa mempengaruhi penampilan produksi ayam pedaging.

Percobaan tahap 1 dilakukan untuk mendapatkan isolat kapang yang mampu mendegradasi serat BIS. Produksi enzim dilakukan pada beberapa waktu fermentasi (4; 7; 11; dan 14 hari) menggunakan isolat kapang yang diperoleh pada proses isolasi. Peubah yang diukur adalah nilai aktivitas enzim (FP-ase dan

mannanase). Filtrat enzim terbaik kemudian dikarakterisasi pada beberapa pH dan

suhu inkubasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Pada percobaan tahap kedua, beberapa taraf penambahan filtrat enzim dilakukan untuk mempelajari perubahan nilai nutrisi BIS. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan taraf penambahan filtrat enzim, yaitu: 0; 0.5; 1.0; 1.5 dan 2.0 mL /g BIS; atau setara dengan aktivitas enzim sebesar 0; 17.2; 34.4; 51.6; 68.8 IU /mL FP-ase; dan 0; 0.07; 0.13; 0.20; 0.27 IU /mL mannanase per 1 000 g BIS) dengan 4 ulangan. Peubah yang diamati adalah total gula terlarut dan energi metabolis. Pengukuran energi metabolis dilakukan menggunakan 20 ekor ayam pedaging jantan umur 6 minggu. Data dianalisis menggunakan analisis ragam, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil jika terdapat pengaruh yang nyata. Percobaan tahap ketiga dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan ransum yaitu: R0 (ransum tanpa BIS); R1 (ransum yang mengandung 10% BIS); R2 (ransum yang mengandung 10% BIS yang ditambahkan enzim); R3 (ransum yang mengandung 15% BIS); dan R4 (ransum yang mengandung 15% BIS yang ditambahkan enzim). Masing-masing perlakuan menggunakan sebanyak 4 kali ulangan. Penambahan enzim dilakukan sebanyak 2.0 mL /g BIS (68.8 IU FP-ase dan 0.27 IU mannanase per 1 000 g bungkil inti sawit). Sebanyak 200 ekor anak ayam strain Cobb digunakan sebagai unit percobaan. Peubah yang diamati adalah penampilan produksi, bobot dan panjang organ pencernaan serta pengamatan histologi hati dan usus halus. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam, jika terdapat pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (kecuali data pengamatan histologi: secara deskriftif).

Percobaan pertama menghasilkan lima isolat kapang yang mampu mendegradasi serat BIS. Kelima isolat mempunyai aktivitas FP-ase pada keempat periode fermentasi yang diberikan, namun hanya isolat F yang mampu menghasilkan mannanase pada keempat periode fermentasi yang diberikan. Aktivitas FP-ase dan mannanase isolat F dengan periode fermentasi 11 hari

(5)

optimum pada pH 6 dan suhu inkubasi 50 ºC, aktivitas enzim relatif stabil pada suhu 4 ºC hingga suhu 40 ºC. Hasil yang diperoleh pada percobaan kedua menunjukkan bahwa penambahan filtrat enzim sebanyak 2.0 mL /g BIS secara nyata (p<0.05) meningkatkan kandungan energi yang termetabolis pada BIS. Pada percobaan ketiga, diperoleh hasil bahwa penggunaan 10% BIS yang ditambahkan enzim dapat dilakukan pada fase starter tanpa mempengaruhi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Pada fase finisher, penggunaan 10% BIS (dengan atau tanpa penambahan enzim) dan 15% BIS (dengan penambahan enzim) dalam ransum menghasilkan pertambahan bobot badan yang sama dengan kontrol, namun konversi ransum menurun (p<0.05). Penggunaan sampai dengan 15% BIS (dengan atau tanpa enzim) dalam ransum tidak mempengaruhi bobot relatif karkas, gizzard, hati, empedu, limpa, pankreas dan lemak abdomen, duodenum, jejunum dan caeca ayam umur 5 minggu. Namun penggunaan 15% BIS (tanpa enzim) secara nyata (p<0.05) meningkatkan bobot relatif ileum. Penggunaan BIS 10% (tanpa enzim) secara nyata (p<0.05) meningkatkan panjang relatif duodenum dan jejunum, sementara penggunaan BIS 15% (tanpa enzim) meningkatkan panjang relatif duodenum (p<0.05). Penggunaan 10% BIS (dengan enzim) tidak mempengaruhi panjang relatif duodenum, jejunum, ileum dan caeca, sementara penggunaan 15% BIS yang ditambahkan enzim nyata (p<0.05) meningkatkan panjang relatif jejunum. Penambahan enzim pada BIS mampu memperbaiki kondisi histologi usus halus ayam pedaging.

Penggunaan enzim isolat F yang difermentasi selama 11 hari pada percobaan ini mampu meningkatkan nilai nutrisi BIS. Penggunaan 15% BIS yang ditambahkan enzim dalam ransum dapat dilakukan tanpa mempengaruhi penampilan produksi ayam pedaging, namun yang terbaik adalah penggunaan sebanyak 10% BIS yang ditambahkan enzim dalam ransum.

Kata kunci: kapang tanah, enzim, bungkil inti sawit, energi metabolis, penampilan produksi ayam pedaging

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

(7)

ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM

PENDEGRADASI SERAT PENINGKAT KUALITAS

BUNGKIL INTI SAWIT UNTUK PAKAN

AYAM PEDAGING

HERU HANDOKO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juli 2008 dan bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan dan Kandang Percobaan C Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, serta di Bagian Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengolahan pakan dan aplikasinya, dengan judul Isolasi dan Karakterisasi Enzim Pendegradasi Serat Peningkat Kualitas Bungkil Inti Sawit untuk Pakan Ayam Pedaging.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Nahrowi, MSc, Dr. Ir. Sumiati, MSc dan drh. Agus Setiyono, MS PhD selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan saran; selanjutnya kepada Dr. Ir. Dwierra Evvyernie Amirroenas, MS MSc selaku penguji Luar Komisi pada ujian Tesis; serta kepada Dr. Ir. Erika B Laconi, MS yang telah banyak memberi motivasi dan saran. Ucapan yang sama disampaikan kepada Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jambi dan Rektor Universitas Jambi yang telah memberikan izin studi. Selanjutnya juga kepada Ditjen Dikti Depdiknas melalui pengelola Program Hibah Kompetisi (PHK)-A2 Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi, serta kepada Depdiknas dan Pemda Propinsi Jambi atas bantuan Beasiswa Pendidikan yang telah diberikan.

Penghargaan dan ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Yatno, SPt MSi, Syahruddin SPt MSi, Anwar Effendi H SPt MSi, Windu Negara SPt MSi, Lendrawati SPt MSi, Sofia Sandi SPt MSi, mbak Lela, mbak Lanjar, mas Supri, Lie, Rudi, Dede dan Ratih W SPt, atas bantuan dan semua keceriaan serta kebersamaannya, serta kepada Ugan yang telah membantu pemeliharaan ayam dan pengumpulan data. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada Dr. Ir. Suryahadi DEA, Dr. Ir. Bambang B Santoso MSc.Agr, Ir. Bambang Sumpeno MP, Ir. Edi Susiawan MSi dan Dr. Ir. Suparjo MP atas inspirasi, motivasi dan kebersamaannya, serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Rasa hormat dan terima kasih tulus disampaikan kepada segenap keluarga besar di Jambi, atas do’a, kasih sayang dan dukungan moril maupun materil kepada penulis. Rasa haru dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada istri tercinta Yesi Olva Artissa SPd atas kasih sayang, kesabaran, pengertian dan motivasi yang tiada hentinya, serta kepada kedua putraku tersayang; Nawfal Abyaz Sadat dan Lutfi Aqeel Daiyan, maafkan ayah tidak bisa mendampingi kalian untuk beberapa momen bahagia di masa kecilmu.

Akhir kata, semoga apa yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan imbalan dari-Nya sebagai amal ibadah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bajubang Jambi pada tanggal 4 Februari 1973 dari pasangan Bapak T Hadiwardoyo (Alm) dan Ibu Ngati Minanti Kasih. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Negeri I Muara Bungo dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Jambi pada Fakultas Peternakan melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) pada tahun 1997. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten pada mata kuliah Anatomi Ternak dan Fisiologi Ternak. Sejak tahun 1999, penulis bekerja sebagai tenaga edukatif pada Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Ilmu Ternak dan menekuni bidang ilmu nutrisi, khususnya pada ternak unggas.

(12)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Kelapa Sawit dan Hasil Sampingnya ... ... 3

Kandungan Nutrien Bungkil Inti Sawit ... 4

Penggunaan Bungkil Inti Sawit sebagai Pakan ... 6

Upaya Peningkatan Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit ... 9

Polisakarida Bukan Pati pada Bungkil Inti Sawit ... 11

Kapang Pendegradasi Polisakarida ... 12

Aplikasi Mannanase pada Pakan Unggas ... 15

Hubungan Enzim pada Pakan dengan Saluran Pencernaan Unggas ... 16

Energi Metabolis ... 17

Penampilan Produksi Unggas dan Faktor yang Mempengaruhinya ... 19

Histologi Usus Unggas ... 21

BAHAN DAN METODE ... 24

Tahap 1: Isolasi Kapang, Produksi dan Pengukuran Aktivitas Enzim ... 25

Tahap 2: Penambahan Filtrat Enzim terhadap Nilai Nutrisi BIS ... 29

Tahap 3: Penggunaan BIS yang Ditambahkan Enzim dalam Ransum Ayam Pedaging ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

Tahap 1: Isolasi Kapang, Produksi dan Pengukuran Aktivitas Enzim ... 39

Isolasi Kapang ... 39

Produksi Crude Enzymes Isolat Kapang Hasil Seleksi ... 40

Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Aktivitas Enzim ... 41

Seleksi Isolat dan Karakterisasi Enzim ... 44

Tahap 2: Penambahan Filtrat Enzim terhadap Nilai Nutrisi BIS ... 49

Total Gula Terlarut ... 49

Energi Metabolis ... 50

Tahap 3: Penggunaan BIS yang Ditambahkan Enzim dalam Ransum Ayam Pedaging ... 54

Penampilan Produksi Ayam Pedaging Fase Starter (0–3 Minggu) ... 54

Penampilan Produksi Ayam Pedaging Fase Finisher (3–5 Minggu) ... 59

(13)

xi

Bobot Potong dan Bobot Relatif Karkas ... 63

Bobot Relatif Gizzard dan Hati ... 64

Bobot Relatif Empedu dan Limpa ... 66

Bobot Relatif Pankreas dan Lemak Abdomen ... 66

Bobot Relatif dan Panjang Relatif Usus Halus dan Caeca ... 67

Keadaan Histologi Hati ... 72

Keadaan Histologi Usus Halus ... 74

SIMPULAN DAN SARAN ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Produksi kelapa sawit dan hasil sampingnya di Indonesia ... 4

2 Kandungan nutrien pada bungkil inti sawit ... 5

3 Kandungan asam amino pada bungkil inti sawit ... 5

4 Kandungan mineral pada bungkil inti sawit ... 7

5 Komponen gula pada bungkil inti sawit dengan beberapa metode ekstraksi ... 12

6 Beberapa jenis kapang penghasil enzim mannanase ... 14

7 Kandungan nutrien bahan penyusun ransum ... 33

8 Komposisi bahan pakan penyusun ransum perlakuan ... 34

9 Kandungan nutrien ransum perlakuan yang digunakan dalam percobaan .. 35

10 Aktivitas enzim (IU /mL) beberapa isolat hasil seleksi pada beberapa periode (hari) fermentasi ... 42

11 Pengaruh penambahan filtrat enzim terhadap total gula terlarut bungkil inti sawit ... 50

12 Rataaan energi termetabolis (kkal/kg) bungkil inti sawit pada ayam pedaging jantan ... 51

13 Rataan konsumsi ransum, bobot badan, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam pedaging fase starter (0–3 minggu) ... 54

14 Rataan konsumsi ransum, bobot badan, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam pedaging fase finisher (3–5 minggu) ... 61

15 Rataan bobot potong (g/ekor), bobot relatif (%) karkas dan bobot relatif (g/100 g bobot botong) organ dalam ayam pedaging umur 5 minggu ... 64

16 Rataan bobot relatif (g/100 g bobot potong) dan panjang relatif (cm/100 g bobot potong) usus halus dan caeca ayam pedaging umur 5 minggu ... 68

17 Rataan scoring gambaran histologi hati ayam perlakuan ... 74

(15)

xiii 19 Rataan scoring gambaran histologi jejunum ayam perlakuan ... 77 20 Rataan scoring gambaran histologi ileum ayam perlakuan ... 79

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Proporsi dalam proses pengolahan kelapa sawit ... 3

2 Dugaan struktur galaktomannan pada bungkil inti sawit ... 11

3 Kondisi pH pada saluran pencernaan unggas ... 17

4 Alur tahapan percobaan ... 24

5 Preparasi substrat dan polisakarida mannan dari bungkil inti sawit untuk proses fermentasi dan pengujian aktivitas mannanase ... 26

6 Tahapan isolasi dan pemurnian kapang ... 27

7 Tahapan produksi enzim dari isolat kapang ... 28

8 Isolat kapang hasil seleksi ... 39

9 Produksi enzim pada beberapa periode fermentasi menggunakan kapang hasil isolasi ... 40

10 Aktivitas optimal FP-ase isolat F yang difermentasi selama 11 hari; (a) pada suhu (ºC); (b) pada pH; (c) stabilitas relatif pada suhu (ºC) setelah diinkubasi selama 30 menit ... 45

11 Aktivitas optimal mannanase isolat F yang difermentasi selama 11 hari; (a) pada suhu (ºC); (b) pada pH; (c) stabilitas relatif pada suhu (ºC) setelah diinkubasi selama 30 menit ... 47

12 Konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam pedaging pemeliharaan fase starter ... 56

13 Konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam pedaging pemeliharaan fase finisher ... 60

14 Histologi hati ayam pedaging ... 73

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kurva standar yang digunakan dalam penentuan total gula terlarut

pada absorbansi 490 ηm ... 95 2 Analisis ragam rataan total gula terlarut (g/ 100 g BIS) ... 95 3 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan energi metabolis

semu (kkal/kg) ... 95 4 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan energi metabolis

semu terkoreksi nitrogen (kkal/kg) ... 96 5 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan energi metabolis

murni (kkal/kg) ... 96 6 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan energi metabolis

murni terkoreksi nitrogen (kkal/kg) ... 97 7 Analisis ragam rataan konsumsi ransum (g/ekor/21 hari) fase

starter ayam pedaging umur 0–3 minggu ... 97 8 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan bobot badan

(g/ekor/21 hari) ayam pedaging fase starter (umur 3 minggu) ... 98 9 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan pertambahan

bobot badan (g/ekor/21 hari) ayam pedaging fase starter (0–3

minggu) ... 98 10 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan konversi ransum

ayam pedaging fase starter (0–3 minggu) ... 99 11 Analisis ragam rataan konsumsi ransum (g/ekor/14 hari) fase

finisher ayam pedaging umur 3–5 minggu ... 99 12 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan bobot badan

(g/ekor) ayam fase finisher (umur 5 minggu) ... 99 13 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan pertambahan

bobot badan (g/ekor/14 hari) ayam pedaging fase finisher (3–5

minggu) ... 100 14 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan konversi ransum

ayam pedaging fase finisher (3–5 minggu) ... 100 15 Analisis ragam rataan bobot potong (g /ekor) ayam pedaging umur

(18)

xvi 16 Analisis ragam rataan bobot relatif (g/ 100 g bobot potong) karkas

ayam pedaging umur 5 minggu ... 101 17 Analisis ragam rataan bobot relatif (g/ 100 g bobot potong) gizzard

ayam pedaging umur 5 minggu ... 101 18 Analisis ragam rataan bobot relatif (g/ 100 g bobot potong) hati

ayam pedaging umur 5 minggu ... 102 19 Analisis ragam rataan bobot relatif (g/ 100 g bobot potong) empedu

ayam pedaging umur 5 minggu ... 102 20 Analisis ragam rataan bobot relatif (g/ 100 g Bobot Potong) limpa

ayam pedaging umur 5 minggu ... 102 21 Analisis ragam rataan bobot relatif (g/ 100 g bobot potong)

pankreas ayam pedaging umur 5 minggu ... 102 22 Analisis ragam rataan bobot relatif (g/ 100 g bobot potong) lemak

abdomen ayam pedaging umur 5 minggu ... 103 23 Analisis ragam rataan bobot relatif (g/ 100 g bobot potong)

duodenum ayam pedaging umur 5 minggu ... 103 24 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan bobot relatif (g/

100 g bobot potong) jejunum ayam pedaging umur 5 minggu ... 103 25 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan bobot relatif (g/

100 g bobot potong) ileum ayam pedaging umur 5 minggu ... 103 26 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan bobot relatif

(g/100 g bobot potong) caeca ayam pedaging umur 5 minggu ... 104 27 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan panjang relatif

(cm/ 100 g bobot potong) duodenum ayam pedaging umur 5

minggu ... 104 28 Analisis ragam dan uji beda nyata terkecil rataan panjang relatif

(cm/ 100 g bobot potong) jejunum ayam pedaging umur 5 minggu .... 105 29 Analisis ragam rataan panjang relatif (cm/100 g bobot potong)

ileum ayam pedaging umur 5 minggu ... 105 30 Analisis ragam rataan panjang relatif (cm/100 g bobot potong)

caeca ayam pedaging umur 5 minggu ... 106 31 Konsumsi ransum (g/ekor) ayam pedaging selama pemeliharaan ... 106

(19)

xvii

32 Pertambahan bobot badan ayam (g/ekor) selama pemeliharaan ... 106

33 Konversi ransum selama pemeliharaan ... 107

34 Pembuatan sediaan preparat histologi ... 107

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sebagai contohnya, Program Sejarah di dalam Pusat Pengajian yang sama juga menawarkan kursus-kursus yang berkaitan dengan bidang sains politik seperti Sejarah Hubungan Luar

• Asesmen terfokus Asesmen terfokus --kasus medis: dilakukan pada pasien yang sadar, memiliki orientasi baik, kasus medis: dilakukan pada pasien yang sadar, memiliki

Misi ke 4 : Meningkatkan pembangunan pelayanan perkotaan dengan pengembangan budaya daerah disertai dengan peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat

Kesimpulan dari penelitian ini adalah (a) Tindak pidana yang dapat dikategorikan tindak pidana yang bersifat pelanggaran administratif, yaitu perbuatan yang

Penelitian Ramos et al (2016) meyebutkan bahwa karyawan dengan usia tua (lebih berpengalaman) adalah yang paling tangguh dan terikat dengan pekerjaanya, hal ini

Namun oleh karena gejalanya yang sering sub klinis dan masa hidupnya yang cukup lama (interval 5 tahun, bahkan pernah dijumpai 1 kasus di mana cacing ini dapat parasitik pada

“Studi Deskriptif Tentang Keterampilan Belajar Penyetelan Karburator Bagi Siswa Tuna Rungu di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Kota Bandung Departemen Pendidikan