• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISA Analisa Tapak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ANALISA Analisa Tapak"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ANALISA

3. 1 Analisa Tapak

3. 1. 1 Tinjauan Umum Kawasan

Kampung Pangumbahan berada di Jl. Cihampelas, kecamatan Bandung Wetan, kelurahan Tamansari. Merupakan daerah permukiman kumuh dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi dan merupakan daerah kantong perkotaan. Karakteristik daerah kantong perkotaan ini adalah sebuah daerah yang terbentuk di belakang daerah komersial (Jl. Cihampelas), daerah ini tidak teratur dan cenderung kumuh. Melihat kondisi tersebut, tapak yang menghadap ke arah Jl. Cihampelas dapat dipotensikan sebagai bagian komersial pada rumah susun. Bagian komersial tersebut diperuntukkan bagi penghuni guna meningkatkan kehidupan ekonominya.

Gambar 3. 1 Foto udara (sumber: Google Earth)

Keterangan:

 Daerah fungsi komersial dan jasa  Daerah permukiman

(2)

3. 1. 2 Lokasi Proyek, Pencapaian, Dan Sistem Sirkulasi

Akses memasuki lokasi perancangan dapat dicapai melalui Jl. Cihampelas, Jl. Dr. Rum, Jl. Wastukencana, dan Jl. Linggawastu. Sedangkan akses antar perkampungan sendiri dapat dicapai melalui jalan lingkungan berupa gang – gang kecil yang hanya dapat di akses oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Untuk akses lain ke lokasi sendiri dapat dicapai melalui jembatan Sungai Cikapundung yang membelah kecamatan Tamansari.

Gambar 3. 2 Ilustrasi pencapaian menuju kawasan

Hanya sebagian kecil warga masyarakat yang memiliki kendaraan roda empat. Hal ini sangat relevan sesuai dengan pendapatan kebanyakan warga masyarakat yang merupakan golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Walaupun ada sebagian warga yang telah mampu membeli kendaraan roda empat, namun terdapat kendala pada parkir kendaraan dengan jalan masuk permukiman yang sempit.

Oleh sebab itu pada desain rumah susun disediakan sebuah tempat parkir komunal untuk menghemat penggunaan lahan, dan dapat mengakomodasi terjadinya perubahan volume. Sistem sirkulasi dalam rumah susun dimungkinkan untuk askes terhadap kendaraan roda empat, roda dua, dan pejalan kaki. Sistem sirkulasi di dalam blok hunian sebdiri menggunakan ramp agar dapat diakses oleh kendaraan roda dua dan gerobak.

Keterangan:

 Kawasan rumah susun

 Unit hunian  Parkir komunal

 Akses kendaraan menuju tapak

(3)

3. 1. 3 Status Kepemilikan Lahan

Sebagian besar dimiliki oleh beberapa orang tuan tanah, sementara itu sisanya adalah tanah milik pemerintah dan tanah milik perorangan (per kapling kecil). Pada kapling – kapling milik para tuan tanah, warga sekitarnya menyewa tanah tersebut dan mendirikan bangunan sendiri. Pada tanah yang dimiliki pemerintah ditempati oleh para penduduk secara legal dan terkadang ada yang secara ilegal (squater). Sedangkan pada tanah perorangan, kapling yang relatif kecil terkadang dibagi – bagi lagi menjadi beberapa bagian untuk kemudian dibangun rumah tunggal pada masing – masing bagian untuk tiap anggota keluarga.

Keterangan kepemilikan tanah:  Tuan tanah 1

 Tuan tanah 2

 Tuan tanah 3

 Tuan tanah 4

 Pemerintah

Gambar 3. 4 Status kepemilikan lahan (sumber: data kelurahan Tamansari)

(4)

Oleh sebab itu, melihat komposisi kepemilikan pada tanah milik perorangan akan dilakukan teknik landsharing. Pada tanah milik pemerintah dan milik perorangan akan dibangun rumah susun tahap pertama. Para tuan tanah menyediakan lahan untuk relokasi sementara penduduk yang berada di kawasan rumah susun tahap pertama (gambar 1). Setelah rumah susun tahap pertama selesai akan ditempati penduduk asal dan menjadi tempat relokasi sementara bagi pembangunan rumah susun tahap kedua (rumah susun di atas tanah milik pemilik tanah) (gambar 2).

Gambar 3. 5 Rencana pembangunan tahap 1

Keterangan:

 Kawasan rumah susun

 Sungai Cikapundung

 Blok hunian tahap1  Blok hunian tahap2  Tempat relokasi

sementara penghuni Gambar 3. 6 Rencana pembangunan tahap 2

(5)

3. 1. 4 Topografi

Kondisi topografi eksisting dapat dikatakan relatif landai, dengan kemiringan rata – rata berkisar antara 2% - 10%. Puncak kemiringan dari Jalan Cihampelas menuju ke arah Sungai Cikapundung. Kondisi hidrologi kawasan dan sekitarnya dicirikan dengan adanya Sungai Cikapundung sebagai saluran primer dan sungai – sungai kecil di daerah sekitar kawasan yang mengalir ke Sungai Cikapundung sebagai aliran sekunder. Ditemukan manfaat dari aliran Sungai Cikapundung dan sungai – sungai kecil yang bermuara di Sungai Cikapundung tidak lebih sebagai saluran pembuangan air limbah rumah tangga dan sampah.

Pada desain rumah susun, dengan kemiringan dan arah kemiringan menuju ke Sungai Cikapundung, maka dapat dipotensikan dalam hal utilitas bangunan (drainase) menggunakan arah gravitasi menuju Sungai Cikapundung.

Gambar 3. 7 Remiringan kawasan

Keterangan:

: Kawasan rumah susun : Sungai cikapundung

(6)

3. 1. 5 Vegetasi Eksisting

Berupa tanaman perdu dan beberapa buah pohon peneduh disepanjang jalan Cihampelas dan di dalam kawasan permukiman. Frekuensinya masih minim jika dibandingkan dengan luas kawasan. Hal tersebut menyebabkan temperatur udara mikro di dalam kawasan menjadi relatif panas. Namun pada gang – gang kecil di dalam kawasan cenderung teduh karena dinaungi oleh bayangan rumah. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya tidak berjauhan dan cenderung berdempet, sehingga para pejalan kaki cukup nyaman berjalan di gang walaupun tanpa adanya pohon peneduh.

Gambar 3. 8 Kondisi vegetasi eksisting kawasan

Oleh sebab itu, pada desain rumah susun akan disediakan ruang – ruang terbuka hijau sebagai penghubung antar blok – satu dengan lainnya dan kawasan rumah susun dengan kawasan sekitarnya. Dengan adanya jalur terbuka hijau tersebut dapat menjadi shelter bagi para pejalan kaki.

Keterangan:

 Kawasan rumah susun

 Sungai Cikapundung

 Blok hunian

 Rencana ruang terbuka

hijau

(7)

3. 1. 6 Arah Pergerakan Matahari dan Panorama

Untuk kenyamanan termal, desain rumah susun memiliki orientasi barat daya – timur laut dengan massa bangunan diagonal bersudut. Hal tersebut dimaksudkan untuk memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami. Sedangkan untuk orientasi sendiri untuk fasade bangunan yang menghadap arah barat daya dapat dipotensikan sebagai space iklan karena menghadap koridor komersial dan jasa Jl. Cihampelas. Untuk fasade yang menghadap timur laut akan mendapatkan view ke arah sungai Cikapundung yang diasumsikan telah mengalami revitalisasi kawasan lembah Sungai Cikapundung sesuai dengan RTRW kota Bandung tahun 2013.

Gambar 3. 10 Rencana orientasi massa bangunan

Keterangan:

 Kawasan rumah susun

 Sungai Cikapundung

 Rencana blok hunian

(8)

3. 2 Analisa Kegiatan / Fungsional

Pola Aktivitas

1) Unit Hunian

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan beberapa pola aktivitas pada eksisting seperti pada tabel berikut ini. Didapati ada beberapa fungsi ruang yang tidak terpakai pada waktu – waktu tertentu, sehingga dapat digabungkan dengan fungsi lain.

Aktivitas Ruang Tamu Ruang Tidur Ruang Makan Dapur Kamar Mandi Teras Ruang Bersama Terima tamu jarang

Bersantai Sering dan di atas 2 jam

Makan Sering (dibawah 1 jam)

Belajar Tidur Berusaha Mandi Memasak Mencuci Menjemur

Tabel 3. 1 Pola aktivitas penghuni (sumber: studi banding)

Berdasarkan waktu penggunaan ruangan: waktu Ruang Tamu Ruang Tidur Ruang Makan Dapur Kamar Mandi Teras Ruang Bersama 05.00-11.00 sering jarang 11.00-15.00 15.00-21.00 21.00-24.00 00.00-05.00

(9)

2) Blok Hunian

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan beberapa pola aktivitas yang dilakukan pada ruang – ruang eksisting:

Aktivitas Gang MCK

Umum

Dapur Tangga Parkir

Mengobrol Bermain

Menyimpan motor Membuang sampah Kegiatan jual beli MCK

Memasak Menjemur

Tabel 3. 3 Pola aktivitas dalam ruangan (sumber: studi banding)

Aktivitas Gang MCK

Umum

Dapur Tangga Parkir

05.00-11.00 11.00-15.00 15.00-21.00 21.00-24.00 00.00-05.00

Tabel 3. 4 Penggunaan ruang berdasarkan waktu (sumber: studi banding)

Melalui hasil analisa kegiatan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa rumah bukan hanyalah dibatasi oleh tembok depan ruang tamu, melainkan diperluas secara imajiner sampai ke area sirkulasi. Sirkulasi juga merupakan perluasan dari area rumah secara imajiner dan pusat interaksi dan aktivitas warga masyarakat sekitarnya,. Oleh sebab itu, pada desain rumah susun area sirkulasi akan diperluas menjadi kurang lebih 15% dari luas bangunan, agar mempertahankan kenyamanan berinteraksi.

(10)

3) Lingkungan Hunian

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas warga yang dilakukan sehari – hari diluar wilayah hunian mereka, didapatkan beberapa pola aktivitas sebagai berikut:

Ruang Aktivitas 05.00-08.00 08.00- 12.00 12.00- 15.00 15.00- 18.00 18.00-20.00 20.00-22.00 22.00- 00.00 Gardu Sekolah Mesjid Puskesmas RSG Pasar Koperasi Kantor Lapangan Ruang terbuka Parkir

Tabel 3. 5 Aktivitas sehari – hari di sekitar kawasan (sumber: studi banding)

3. 3 Analisa Penghuni

3. 3. 1 Kependudukan Warga Kampung Pangumbahan

Kampung Pangumbahan merupakan bagian dari daerah Tamansari yang terletak di RW 17. Luas total lahan +/- 8 ha dihuni oleh 1.298 jiwa dari 230 kepala keluarga. Kepadatan penduduk mencapai 162 jiwa / ha dengan jumlah anggota per keluarga mencapai 5 – 6 orang.

3. 3. 2 Pendidikan

Sosialisasi mengenai cara hidup baru di rumah susun yang telah dilakukan pemerintah mendapat apresiasi dari sebagian besar warga masyarakat. Sebagian besar dari mereka telah menempuh jalur pendidikan wajib 9 tahun. Data yang lebih terperinci mengenai jalur pendidikan yang ditempuh masyarakat dengan sampel 799 jiwa adalah sebagai berikut:

(11)

Jalur pendidikan Sedang (jiwa) Tamat (jiwa) Tidak Tamat (jiwa) SD 93 94 1 SMP 38 91 1 SMA 50 225 2 Jumlah (jiwa) D1 5 D3 30 S1 68 Belum sekolah 86 Tidak sekolah 15

Tabel 3. 6 Latar belakang pendidikan penduduk kawasan (sumber: data kependudukan kelurahan Tamansari; April 2007)

Fasilitas pendidikan yang tersedia di sekitar kawasan cukup memadai. Terdapat 2 buah Taman Kanak – kanak (TK Yakeswa dan TK Baptis), dan 3 buah Sekolah Dasar yang dapat dicapai dengan berjalan kaki dari kampung Pangumbahan, (SD Yakeswa, SD Linggawastu, dan SD Baptis). Untuk SMP dan SMA terdapat beberapa sekolah yaitu SMP 40, SMA 2, SMA Pasundan 2, SMA Pasundan 8, SMK 1 dan SMK Putra Padjadjaran. Sedangkan untuk fasilitas pendidikan tinggi terdapat ITB, UNISBA, UNPAS, dan STDI.

Oleh sebab itu tidak diperlukan fasilitas umum pendidikan di dalam kawasan, karena telah tersedia dan cukup lengkap di sekitar kawasan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

3. 3. 3 Interaksi Sosial

Interaksi sosial antar warga biasanya terletak di daerah sirkulasi, depan rumah (teras), ruang terbuka, dan mesjid. Anak – anak bermain di gang bersama (karena keterbatasan lahan kosong) dengan gerobak, sepeda, sepeda motor, dan pejalan kaki.. Di depan rumah kebanyakan warga biasanya terdapat dinding setinggi +/- 50cm dan setebal +/- 30cm yang berfungsi selain untuk pembatas wilayah rumah, juga sebagai tempat duduk – duduk untuk berinteraksi dengan tetangganya.

Oleh sebab itu pada desain rumah susun akan direncanakan penyediaan teras rumah dan dipertahankan sistem sirkulasi sebagai pusat interaksi sehingga diperlebar agar dapat menampung aktivitas – aktivitas warga

(12)

Gambar 3. 11 Rencana awal unit hunian

3. 3. 4 Kondisi ekonomi

Sebagian besar penduduk kampung Pangumbahan merupakan pegawai swasta, sebagian lagi adalah pegawai wiraswasta, buruh, dan pegawai negeri sipil. Data lebih terperinci dengan sampel 407 jiwa adalah sebagai berikut:

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

PNS / TNI / purn.TNI 18 Swasta 144 Wirausaha 72 Buruh 23 Pedagang 22 Tidak bekerja 112 pensiunan 16

Tabel 3. 7 Data mata pencaharian penduduk kawasan (sumber: data kependudukan kelurahan Tamansari; April 2007)

Jumlah Penghasilan (rupiah) Jumlah (persen)

0 – 1.000.000 36 1.000.000 – 2.500.000 38,5 > 2.500.000 25,5 Teras Teras Sirkulasi

(13)

Oleh sebab itu untuk meningkatkan pendapatan ekonomi penghuni, maka pada desain rumah susun direncanakan adanya fungsi penambah ekonomi keluarga berupa fungsi komersial di dalam kawasan. Fungsi komersial sekunder untuk melayani kawasan rumah susun dan permukiman sekitarnya.

Keterangan:

 Kawasan rumah susun

 Sungai Cikapundung

 Blok hunian

 Fungsi komersil

3. 4 Analisa Ruang Dan Bentuk

3. 4. 1 Analisa Ruang

Berdasarkan hasil analisa kegiatan pada masyarakat berpenghasilan rendah, dapat disimpulkan bahwa kegiatan sebagian besar berada di luar rumah. Sedangkan kegiatan di dalam rumah sendiri lebih terkonsentrasi pada inti rumah dan dapur. Tidak ada penempatan ruang yang khusus sesuai dengan fungsinya tertentu. Ruang menjadi fleksibel, karena tidak hanya mewadahi 1 atau 2 fungsi saja, bahkan dapat terjadi beberapa fungsi terjadi secara bersamaan di dalam 1 ruang.

Oleh sebab itu diperlukan sebuah layout ruangan yang fleksibel untuk mewadahi setiap fungsi yang terjadi dan tidak tentu. Pada desain rumah susun, terutama pada hunian bertipe kecil akan disediakan layout hunian yang kosong, tanpa pembatas permanen, kecuali pada kamar mandi dan dapur. Dengan layout hunian seperti itu, penghuni dapat dengan bebas mengatur dan merubah layout ruangannya sesuai dengan kebutuhannya.

Gambar 3. 12 Rencana pendistribusian fungsi komersil di dalam kawasan

(14)

Gambar 3. 14 Rencana layout ruang hunian bertipe kecil

Hierarki Ruang

Secara kawasan, rumah susun yang akan di desain dibagi menjadi beberapa kelompok (cluster) hunian dengan taman sebagai penghubung bagi setiap kelompok hunian. Taman tersebut selain menjadi penghubung setiap unit hunian juga menjadi area semi publik. Jalur sirkulasi dan ruang terbuka bersama dapat diakses oleh masyratakat umum.

a) Lingkungan

Pada hubungan antar blok hunian, sirkulasi didesain sebagai ruang terbuka semi publik (taman). Jalur utama menuju blok hunian, fasum dan fasos, parkir komunal dan lapangan bersama berupa pedestrian yang bersifat publik.

Kelompok Hunian Taman Pedestrian Fasum Dan fasos Lapangan Parkir komunal Publik Privat Kelompok Hunian Parkir komunal Kelompok Hunian Taman Kelompok Hunian

(15)

b) Blok Hunian

Di dalam blok hunian, gang (selasar) menjadi jalur sirkulasi antar unit hunian, sedangkan tangga menjadi sirkulasi vertikal antar lantai bangunan. Teras menjadi zona semi publik bagi setiap unit hunian.

c) Unit Hunian

Ruang jemur, ruang tidur, MCK dan dapur menjadi zona privat bagi penghuni. Ruang utama menjadi zona semi privat untuk mewadahi aktivitas penghuni. Teras menjadi zona semi publik yang juga dapat berfungsi sebagai area penerima tamu.

3. 4. 2 Analisa Bentuk

Kampung merupakan kawasan permukiman dengan hubungan interaksi sosial antar penduduknya dekat. Hubungan kekerabatan antar tetangga sangat dekat, hal tersebut didukung oleh hunian mereka yang berdekatan. Oleh karena itu, pada desain rumah susun, karakteristik kampung ini akan semaksimal mungkin dipertahankan.

Antar hunian dalam satu blok

Untuk menjaga karakteristik masyarakat kampung dalam hal interaksi sosial, maka jarak antar tiap unit hunian akan didesain sedekat mungkin. Rongga – rongga antar hunian akan difungsikan sebagai ruang interaksi antar penghuni. Untuk mengakomodasi semua itu maka didapat 2 buah alternatif layout antar hunian berdasarkan pola sirkulasi, yaitu:

1. Exterior corridor

 Kelebihan: penghawaaan dan pencahayaan koridor dan unit baik.

 Kekurangan: sirkulasi lebih boros, pemakaian lahan lebih besar. Hunian Teras Gang Tangga R.tidur R.jemur MCK Dapur R.utama Teras Gang Hunian Teras Hunian Teras Hunian Teras Tangga

(16)

2. Interior corridor

 Kelebihan: pemakaian lahan lebih efisien.

 Kekurangan: sirkulasi lebih boros; penghawaan dan pencahayaan koridor dan unit kurang baik (gelap).

Gambar 3. 15 Gifu Kitagata Apartment (sumber: http://www.cse/polyu.edu.kk)

Blok hunian

Rumah susun dihuni oleh masyarakat yang heterogen, baik dalam hal ekonomi, sosial maupun budayanya. Oleh sebab itu, bentuk blok hunian dalam rumah susun harus mengakomodasi terjadinya sosialisasi antar penghuninya baik horizontal atau vertikal.

Bentuk blok menjadi usulan karena merupakan sebuah bentuk yang kompak dan berlapis yang memberikan kemungkinan untuk kepadatan tinggi. Ruang yang berada di dalam dan di luar sangat jelas berbeda tergantung pada bentuk dan fungsinya. Ruang dalam blok yang terjadi dapat menjadi sebuah ruang positif yang dapat dijadikan penghuninya sebagai sarana sosialisasi dan rekreasi

Bentuk seperti ini memberikan kemudahan dan efisien dalam hal sirkulasi. Memudahkan dalam pengelompokan kegiatan, dan pembentukan ruang menjadi relatif mudah dan dapat bervariasi.

(17)

3. 5 Analisa Struktur Dan Utilitas Bangunan

3. 5. 1 Struktur Bangunan

Secara prinsipiil, rumah susun yang akan didesain harus menggunakan sistem struktur yang kuat, tahan lama, mudah dan cepat dalam pembangunan, untuk mengefisienkan beban biaya pembangunan. Efisien dalam hal ini bukan hanya dalam hal biaya (menghemat penggunaan buruh) tapi juga dalam penggunaan material dan modul tipe hunian sehingga seminimal mungkin tidak ada material dan ruang yang terbuang. Oleh sebab itu, rational building system akan dipilih karena produksi yang ekonomis untuk beton pracetak, pekerjaan yang berulang sehingga hemat penggunaan cetakan. Material pracetak yang digunakan adalah pada dinding – dinding beton selubung bangunan dan kolom dengan sistem knock-down atau bongkar pasang. Hal tersebut sesuai dengan modul – modul pada rumah susun yang berulang antar tiap tipe hunian yang sama.

3. 5. 2 Utilitas Bangunan a) Air Bersih

Berdasarkan hasil pengamatan, sumber air yang digunakan di daerah kawasan kampung Pangumbahan adalah sumur gali dan PDAM untuk perumahan, dan sumur artesis bagi fungsi komersial dan jasa di sekitar koridor jalan Cihampelas. Oleh sebab itu, untuk menghemat biaya pemasangan, maka di asumsikan pada desain rumah susun menggunakan sumber air dari PDAM. Air dari PDAM di simpan pada gorund tank sebagai cadangan air, kemudian dipompa ke atas bangunan (roof tank), dan didistribusikan ke setiap unit dalam blok bangunan melalui sistem gravitasi.

`

(18)

Skema 3. 1 Rencana utilitas air bersih pada rumah susun

b) Air Kotor

Sungai Cikapundung merupakan salah satu jalur utama pembuangan kota. Oleh sebab itu rumah susun yang akan di desain secara prinsipiil memanfaatkan kedekatan lokasi, tetapi dengan terlebih dahulu melakukan pengolahan terhadap air buangan tersebut agar tidak mencemari sungai Cikapundung.

Sumber air limbah rumah tangga berasal dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dan toilet / kakus. Air limbah rumah tangga jika dilihat dari sumbernya dibagi menjadi dua, yaitu:

 Air limbah rumah tangga yang berasal dari toilet / kakus (black water)  Air limbah rumah tangga non kakus / mandi dan cuci (grey water)

Skema 3. 3 Rrencana pembuangan grey water pada kawasan rumah susun

PDAM Reservoir bawah Mesin pompa Reservoir atas Unit hunian

Air hujan Riol lingkungan Sungai Cikapundung Sumur resapan Cadangan hydrant Tanah

Air cuci Sumur

raesapan

Riol lingkungan

Riol kota

Saluran pembuangan kota Bandung: Sungai

Cikapundung Skema 3. 2 Rencana pembuangan air hujan pada kawasan rumah susun

(19)

Skema 3. 4 Rencana pembuangan black water pada kawasan rumah susun

c) Sampah

Berdasarkan hasil pengamatan, sampah terutama sampah rumah tangga dikumpulkan dari tiap rumah kemudian diangkut ke tempat pembuangan sampah sementara daerah kampung Pangumbahan yang terletak di Jalan Cihampelas berdekatan dengan akses masuk ke dalam perkampungan.

Oleh sebab itu dalam rumah susun yang akan di didesain disediakan tempat pembuangan sampah sementara di dalam kawasan kampung Pangumbahan agar tidak merusak kebersihan lingkungan jalan Cihampelas dan citra kawasan kampung Pangumbahan.

Air tinja Septic tank Sumur

resapan

Diendapkan

Gambar 3. 18 TPS eksisting kawasan

(20)

Skema 3. 4 Rencana pembungan sampah kawasan rumah susun

3. 6 Kebutuhan Ruang

Berdasarkan hasil analisa kegiatan penghuni, maka kebutuhan akan ruang secara umum dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Unit Hunian

Menurut RDTRK Cibeunying tahun 2010, perkiraan penyebaran penduduk di kawasan Tamansari – Cihampelas pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Kelurahan Luas (ha) Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa)

Tamansari 101 30.300 300

Cipaganti 69 13.800 200

Lebak Siliwangi 20 6.300 315

Tamansari berada di kawasan zona 1 unit lingkungan 09, berdasarkan RDTRK Cibeunying tahun 2010 memiliki rencana peraturan pelaksanaan pembangunan sebagai berikut:

Zona Unit Lingkungan Luas (ha) Fungsi Dominan KDB rencana KLB rencana Lantai bangunan Tinggi Bangunan (m) 1 09 59 Perumahan 40 1,6 13 32 18 110,096 Fasum 30 0,6 3 16 19 41,95 Perumahan 30 0,5 3 12 20 26,88 perdagangan 50 0,7 3 12 Sampah per unit hunian Shaft sampah Bak sampah bangunan TPS lingkungan TPA kota Bandung

Tabel 3. 9 Perkiraan penyebaran penduduk Tamansari – Cihampelas tahun 2010 (sumber: RDTRK Cibeunying 2010)

Tabel 3. 10 Rencana peraturan pelaksanaan pembangunan Tamansari – Cihampelas tahun 2010 (sumber: RDTRK Cibeunying 2010)

(21)

Jumlah penduduk di RW 17 pada tahun 2007 mencapai 1298 jiwa, dengan luas lahan +/- 8ha. Berdasarkan tabel di atas, perkiraan jumlah penduduk RW 17 pada tahun 2010 mencapai 2400. Dengan asumsi 1 unit rumah untuk 5 orang, maka diperlukan 480 unit rumah. Sedangkan, pada kawasan yang akan didesain seluas +/- 2,7ha (bagian dari RW 17) diperlukan 162 unit rumah (berdasarkan rencana peraturan pelaksanaan pembangunan Tamansari – Cihampelas tahun 2010), yang mencakup penghuni asal dan pendatang. Dengan asumsi bahwa perbandingan tipe besar : tipe sedang : tipe kecil = 1 : 3 : 6, maka jumlah unit hunian yang dibutuhkan adalah 16 tipe besar, 49tipe sedang, dan 97 tipe kecil.

Dalam mewadahi setiap aktivitas penghuni di dalam unit hunian, dibutuhkan ruang – ruang yang meliputi:

 Ruang multifungsi yang fleksibel, untuk aktivitas tidur, ibadah, makan, belajar, bekerja, bercengkerama, setrika, istirahat, terima tamu keluarga, dan lain – lain.

 Ruang dapur, untuk aktivitas menyiapkan bahan masakan, mencuci bahan masakan mentah, memasak, menyiapkan masakan matang, mencuci alat makan.

 Ruang tidur, untuk aktivitas beristirahat dan tidur

 Ruang jemur, untuk aktivitas menjemur pakaian dan alat tidur. Dibagi menjadi 2, yaitu: • Ruang jemur privat, yaitu ruang jemur yang terdapat di setiap unit hunian tipe

menengah dan besar.

• Ruang jemur bersama, yaitu ruang jemur yang digunakan secara komunal oleh unit hunian bertipe kecil (dimaksudkan untuk efektivitas unit hunian tipe kecil).

 Ruang mandi, cuci, dan kakus (MCK), untuk aktivitas mandi, mencuci pakaian, mencuci alat masak dan kakus.

 Teras yang fleksibel, terutama diperuntukkan untuk kegiatan berinteraksi sosial antar tetangga di dalam rumah susun, agar karakteristik kampung tetap terjaga. Selain itu juga sebagai pembatas teritorial antar unit hunian.

Berdasarkan kualitas ruang, terdapat perbedaan antara unit hunian untuk MBR dan masyarakat berpenghasilan menengah – atas untuk setiap unit yang sama. Unit hunian untuk MBR lebih berkonsentrasi pada kebutuhan jumlah orang yang dapat menghuni unit tersebut, sehingga lay out ruangan harus fleksibel, tanpa dinding pembatas, di mana ruang bersama sewaktu – waktu dapat berubah fungsi menjadi ruang makan atau ruang tidur. Sementara unit hunian untuk masyarakat berpenghasilan menengah – tinggi lebih berkonsentrasi pada kualitas ruang, semenjak jumlah orang yang akan menghuni unit tidak

(22)

terlalu menjadi masalah utama. Dinding – dinding ruangan lebih bersifat fixed, sehingga didapat pembatas teritorial di dalam unit.

Unit hunian yang direncanakan untuk tipe kecil, sedang dan besar adalah tipe 21, 36, dan 54 berdasarkan asumsi ruang minimum yang dibutuhkan tiap orang adalah 4m2, jumlah orang yang akan menghuni unit hunian, dan jenis kegiatan yang akan diwadahi. Terdapat perbedaan antara tipe untuk MBR dan masyarakat berpenghasilan menengah – tinggi. Pada tipe hunian MBR dengan tinggi langit langit yang dinaikan memungkinkan untuk dibuatnya lantai mezzanine, semenjak lay out ruangan tanpa dinding yang fixed sehingga memungkinkan pada tipe 21 tumbuh menjadi maksimal tipe 36. Untuk besaran dan kebutuhan pada tiap – tiap unit hunian dapat dilihat pada tabel 3. 11 Rencana program ruang unit hunian halaman 43.

b) Fasilitas Lingkungan

Dalam mewadahi setiap aktivitas penghuni antar blok hunian di dalam kawasan rumah susun, maka dibutuhkan ruang – ruang yang meliputi:

 Taman, sebagai ruang terbuka hijau, daerah resapan, buffer terhadap debu, panas, dan bising, serta shelter bagi pejalan kaki. Area ini bersifat semi publik yang dapat digunakan oleh penghuni untuk kegiatan rekreasi dan sarana sosialisasi. Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

 Lapangan, berupa lapangan voli sebagai ruang terbuka publik yang diperuntukkan sebagai tempat bermain, dan olah raga yang berfungsi untuk mewadahi aktivitas yang bersifat rekreatif dan sportif. Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

 Sarana ibadah, untuk mewadahi aktivitas yang bersifat religius dan sosial. Dibagi menjadi 2, yaitu:

• Mesjid yang bersifat publik untuk mewadahi aktivitas religius dan sosial di dalam kawasan dan sekitarnya. Juga untuk fungsi tambahan pendidikan, seperti TKA dan TPA.

• Mushola yang bersifat semi publik untuk mewadahi aktivitas religius di dalam setiap blok hunian.

Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

(23)

 Pos keamanan, untuk mewadahi aktivitas perlindungan keamanan. Dibagi menjadi 2, yaitu:

• Pos keamanan blok, terletak di dalam setiap blok hunian.

• Pos keamanan lingkungan, terletak di beberapa titik di dalam kawasan rumah susun.

Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

 Puskesmas yang bersifat publik untuk mewadahi aktivitas pengobatan penghuni di kawasan rumah susun dan sekitarnya. Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

 Kantor RW, untuk mewadahi aktivitas yang berhubungan dengan kemasyarakatan penghuni di kawasan rumah susun. Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

 Kantor pengelola, untuk mewadahi aktivitas pengelolaan rumah susun baik dari segi fisik atau pun non fisik, administrasi dan perawatan rumah susun. Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.  Ruang serba guna, untuk mewadahi aktivitas yang bersifat komunal, baik untuk

kegiatan pendidikan, sosial, rekreatif ataupun religius. Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

 Fasilitas komersial, untuk mewadahi aktivitas yang bersifat komersial dan jasa, yang penggunanya diutamakan bagi penghuni. Dibagi menjadi 3, yaitu:

Fasilitas komersil primer (menghadap ke arah jalan Cihampelas)

• Fasilitas komersil sekunder (menghadap ke arah jalan Linggawastu), difungsikan untuk melayani kebutuhan dalam kawasan rumah susun dan kawasan permukiman sekitar kawasan rumah susun.

• Fasilitas komersil tersier, merupakan fasilitas komersil yang menyatu dengan unit hunian, sebagai contoh adalah warung – warung yang menyatu dengan rumah tinggal di gang – gang kecil di perkampungan. Difungsikan untuk melayani kebutuhan antar unit hunian, dengan jangkauan pelayanan +/- 1 RT.

c) Sarana Sirkulasi

Dalam memberikan dukungan bagi setiap aktivitas penghuni antar blok hunian di dalam kawasan rumah susun ataupun kendaraan penghuni , maka dibutuhkan ruang – ruang yang meliputi:

(24)

 Selasar, berfungsi sebagai ruang sirkulasi yang menghubungkan antara satuan unit hunian ke tangga ataupun antar unit hunian. Untuk mempertahankan karakteristik kampung, selasar diperlebar dengan fungsi tambahan sebagai ruang interaksi sosial antar penghuni rumah susun.

 Tangga, berfungsi sebagai sarana sirkulasi vertikal yang memudahkan penghuni berpindah dari satu lantai ke lantai lainnya dengan berjalan kaki.

 Tangga darurat, berfungsi sebagai sarana penyelamatan diri apabila terjadi bencana, seperti kebakaran dan gempa.

 Ramp, berfungsi sebagai sarana sirkulasi vertikal untuk kendaraan roda dua, gerobak dan pengguna kursi roda.

 Jalan lingkungan, berfungsi sebagai sarana sirkulasi horizontal, baik bagi pejalan kaki ataupun kendaraan dalam menghubungkan antar blok hunian ataupun antara blok hunian dan permukiman sekitar rumah susun.

3. 6. 1 Program Ruang a) Unit Hunian

Unit hunian dalam rumah susun yang akan di desain dibagi menjadi 3 jenis unit hunian, yaitu tipe hunian kecil, menengah, dan tipe hunian besar. Dengan asumsi ruang minimum yang dibutuhkan tiap orang adalah 4m2, maka besaran tiap unit yang direncanakan adalah T-21, T-36, T-54 dengan perbandingan tiap unit hunian adalah 6:3:1 Tiap hunian mempunyai kesempatan tumbuh (konsep rumah tumbuh), sebagai contoh, unit tipe 21 dapat tumbuh maksimal menjadi tipe 42.

Jenis Ruang Jumlah Ukuran kapasitas T-27  R. Utama  R. Tidur  Dapur  MCK  Teras 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 21m2 4m x 3m 2m x3m 1,5m x 1,5m 1,5m x 1,5m 3m x 1,5m 4 – 5 orang

(25)

T-36  R. Tidur  R. Utama  Dapur  R. Jemur  MCK  Teras 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 36m2 2,5m x 2,25m 3m x 3,5m 1,5m x 1,5m 1,5m x 1,5m 1,5m x 1,5m 1,5m x 3m > 5 orang

Jenis Ruang Jumlah Ukuran kapasitas T-54  R. Tidur  R. Utama  Dapur  R. Jemur  MCK  Teras 3 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 54m2 3m x 2,5m 3m x 6m 1,5m x 1,5m 1,5m x 1,5m 1,5m x 1,5m 1,5m x 3m > 5 orang

Tabel 3. 11 Rencana program ruang unit hunian

b) Fasilitas Lingkungan

Jenis Ruang Standar Ukuran (m2) Kantor RW

Pos keamanan Kantor pengelola

Ruang Serba Guna 0,12m2 / jiwa (berdasarkan studi banding) 90

Lapangan voli 72 m2 2 x 72 = 144

Taman hijau 0,5 m2 / jiwa 300

Ruang usaha (di lantai 1) 5m2 / kios

Tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan c) Sarana Sirkulasi

Jenis Ruang Standar Jumlah Luas (m2)

Luas total

sirkulasi

15% x luas total lahan 300

Parkir mobil 12,5m2 / mobil

Parkir paralel jalur 2 arah : 2,5m x 5,5m Lebar jalan 6m

Parkir miring 45o: 2,4m x 5,5m Lebar jalan 3m

(26)

Parkir motor 2m2 / motor ukuran 1m x 2m Lebar jalan 2,4m

Ukuran parkir : 0,9m x 1m

168 336

Gerobak Ukuran penyimpanan 2m x 1m 60 120

Selasar Lebar 1,6m

Jenis Ruang Standar Jumlah Luas (m2)

Tangga Lebar min untuk 1 orang: 80 cm

Tanjakan min. 115 mm Injakan min. 250 mm Jalan

lingkungan

Lebar badan jalan min. 3,5m Lebar perkerasan min. 6m Jalan

lingkungan

Dibuat kantong parkir Saluran air hujan

Lebar jalan min. 1,2m lebar Bahu jalan min. 0,25m

Gambar

Gambar 3. 1 Foto udara (sumber: Google Earth)
Gambar 3. 2 Ilustrasi pencapaian menuju kawasan
Gambar 3. 4 Status kepemilikan  lahan (sumber: data kelurahan  Tamansari)
Gambar 3. 5 Rencana pembangunan tahap 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Massa Bangunan Prabasuyoso adalah sebagai titik pusat kegiatan keraton, yang diaplikasikan pada penataan massa bangunan galeri seni pertunjukan ini dengan atrium

Penelitian ini masih banyak kekurangan yang ada, maka sebagai masukan untuk peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini sebaiknya diadakan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui tingkat efektivitas trafo yang digunakan oleh PT PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan Semarang dan untuk mengetahui tingkat

Pada penelitian sebelumnya kaolin tanpa proses kalsinasi telah digunakan untuk sintesis ZSM-5 dengan menggunakan LUDOX sebagai sumber silika tambahan, akan tetapi pada penelitian

Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa resolusi ini merupakan penyimpangan dari prinsip umum yang menyatakan bahwa perjanjian itu hanya mengikat bagi mereka yang mengikatkan

Nilai pitch untuk suara pria baik kata kasar maupun tidak kasar ternyata memiliki nilai yang lebih rendah dari pada wanita. Ditinjau dari ucapan katanya, nilai

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran nyata dan pemahaman mengenai strategi distribusi online yang telah dilakukan PT Batik Danar Hadi

Kecamatan Embaloh Hulu, merupakan masyarakat yang berada di dalam.. Masyarakat yang mendiami adalah suku Dayak Tamambaloh yang pada zaman dahulu hidupnya bergantung