• Tidak ada hasil yang ditemukan

TURBIN ALIRAN SILANG TERBUKA UNTUK KAPASITAS ALIRAN 10 LITER/DETIK DAN HEAD 3 METER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TURBIN ALIRAN SILANG TERBUKA UNTUK KAPASITAS ALIRAN 10 LITER/DETIK DAN HEAD 3 METER"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin

Program Studi Teknik Mesin

Oleh : Mardiatno NIM : 095214074

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

OPEN CROSSFLOW TURBINE

FOR 10 LITRES/SECOND FLOW CAPACITY

AND 3 METRES HEAD

Final Project

Presented as fulfillments of the Riquirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree in Mechanical Engineering Study Program

By : Mardiatno

Student Number : 095214074

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)

iii HALAMAN PERSETUJUAN

(4)

iv

(5)

v

Yogyakarta, 11 Juli 2011 Penulis

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Mardiatno

Nomor Mahasiswa : 095214074

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

TURBIN ALIRAN SILANG TERBUKA

UNTUK KAPASITAS ALIRAN 10 LITER/DETIK DAN HEAD 3 METER

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 11 Juli 2011 Yang menyatakan

(7)

vii

dengan sudu turbin dari pipa air berdiameter 1½ inci yang membentuk sudu dengan busur 74°. Nosel dibuat dari pipa PVC 3 inci yang dipanaskan dan dipres. Diameter runner adalah 120 mm dengan lebar runner 127 mm. Jumlah sudu yang digunakan pada runner yaitu 18 sudu. Untuk menghasilkan listrik turbin dihubungkan dengan generator. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan penggunaan rasio pulley yang digunakan pada poros turbin dan poros generator. Pengukuran daya dilakukan dengan mengukur tegangan dan arus yang dihasilkan alternator pada kondisi alternator diberi variasi pembebanan dari 25 watt sampai dengan 560 watt. Pada setiap pembebanan putaran turbin diukur dengan tachometer.

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada debit 10 L/s dan head 3 meter, daya keluaran maksimal sebesar 37,84 watt dan efisiensi total paling besar 13,1% pada putaran turbin 425 rpm. Pada debit 14,1 liter/detik dan head 6 meter didapat daya keluaran maksimal sebesar 173,8 watt dan efisiensi total paling besar 21,29% pada putaran generator 865 rpm.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Tugas akhir ini adalah sebagian persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

Tugas akhir ini mengambil judul “TURBIN ALIRAN SILANG

TERBUKA UNTUK KAPASITAS ALIRAN 10 LITER/DETIK DAN HEAD 3 METER”.

Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini karena adanya bantuan dan kerjasama beberapa pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Romo Andreas Sugijopranoto SJ., selaku Direktur ATMI Surakarta. 2. Romo Clay Pareira SJ., selaku Pembantu Direktur II ATMI

Surakarta.

3. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma yang telah berkenan membimbing saya dalam Tugas Akhir ini.

4. Budi Sugiharto, S.T., M.T., Ketua Jurusan Teknik Mesin dan dosen Pembimbing Akademik.

5. Segenap Dosen di Jurusan Teknik Mesin, yang telah membimbing penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

6. Kepala Laboratorium dan Laboran Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak-bapak dan ibu-ibu bagian administrasi Fakultas Sains dan Teknologi Sanata Dharma yang telah banyak membantu proses perkuliahan dan juga Tugas Akhir ini.

8. Semua rekan-rekan ATMI - Sanata Dharma angkatan pertama, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.

(9)

ix

sempurna, maka penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun.

Semoga naskah ini berguna bagi mahasiswa Teknik Mesin dan pembaca lainnya. Jika ada kesalahan dalam penulisan naskah ini penulis minta maaf yang sebesar-besarnya, terima kasih.

Surakarta, 11 Juli 2011 Penulis

(10)

x

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB IPENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 2 1.3. Batasan Masalah ... 3 1.4. Tujuan Penelitian ... 3 1.5. Manfaat Penelitian ... 4 1.6. Metodologi Penulisan ... 4 1.7. Sistematika Penulisan ... 4

BAB IIDASAR TEORI ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.2. Sejarah Turbin ... 8

(11)

xi

3.4. Perancangan Turbin Aliran Silang (Crossflow) ... 46

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1. Hasil penelitian ... 52 BAB VPENUTUP ... 64 5.1. Kesimpulan ... 64 5.2. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN - LAMPIRAN ... 66

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Irisan Penampang Nozzle Dan Ember Sudu Dan Bagan

Kecepatan Pada Turbin Pelton ... 11

Gambar 2.2 Turbin Pelton ... 11

Gambar 2.3 Turbin Pelton Dengan Banyak Nozzle. ... 12

Gambar 2.4 Skema Perubahan Head Pada Turbin Pelton... 12

Gambar 2.5 Sudu Turbin Turgo Dan Nozzle ... 13

Gambar 2.6 Skema Turbin Aliran Ossberger ... 14

Gambar 2.7 Bagan Kecepatan Pada Turbin Aliran Ossberger ... 14

Gambar 2.8 Turbin Francis Tipe Horizontal ... 15

Gambar 2.9 Turbin Francis Tipe Vertikal ... 16

Gambar 2.10 Skema Turbin Francis Dan Perubahan Headnya ... 16

Gambar 2.11 Turbin Francis ... 17

Gambar 2.12 Turbin Kaplan Dengan Sudu Jalan Yang Dapat Diatur ... 18

Gambar 2.13 Skema Dua Jenis Turbin Propeller, Poros Vertikal Dan Poros Horizontal... 19

Gambar 2.14 Skema Turbin Aliran Silang (Crossflow) ... 20

Gambar 2.15 Gaya Aksi Atau Gaya Dorong Tumbukan ... 21

Gambar 2.16 Gaya Aksi Atau Gaya Dorong Tumbukan Sudu Jalan ... 22

Gambar 2.17 Gaya Aksi Atau Gaya Dorong Tumbukan Penampang Sudut Tertentu ... 22

Gambar 2.18 Aliran Pergerakan Air Pada Turbin ... 24

Gambar 2.19 Pergerakan Aliran Air Pada Turbin ... 24

Gambar 2.20 Defleksi Pada Pergerakan Aliran Air Pada Turbin... 26

Gambar 2.21 Diagram Kecepatan Pada Turbin Aliran Silang ... 27

Gambar 2.22 Diagram Kecepatan Pada Turbin Aliran Silang ... 27

Gambar 2.23 Kelengkungan Sudu ... 28

Gambar 2.24 Alur Pancaran Air Dari Sisi Turbin ... 30

(13)

xiii

Gambar 2.32 Diagram Rangkaian Generator Kompon ... 37

Gambar 2.33 Karakteristik Generator Kompon ... 38

Gambar 2.34 Motor DC Yang Digunakan ... 39

Gambar 2.35 Ilustrasi Penggunaan Generator Pada Turbin ... 39

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahap Penelitian ... 45

Gambar 4.1 Grafik Daya Keluaran (Pout) vs Putaran Alternator Pada Q = 10 lt/dt Dan H = 3m ... 59

Gambar 4.2 Grafik Daya Keluaran (Pout) vs Putaran Alternator Pada Q = 14,1 lt/dt Dan H = 6m ... 60

Gambar 4.3 Grafik Efisiensi Total (Η) vs Putaran Alternator Pada Q = 10 lt/dt Dan H = 3m ... 61

Gambar 4.4 Grafik Efisiensi Total (Η) vs Putaran Alternator Pada Q = 14,1 lt/dt Dan H = 6m ... 62

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman yang terus meningkat, kebutuhan akan energi semakin meningkat pula, sehingga energi merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam pengembangan suatu negara atau suatu daerah. Oleh karena itu, pemanfaatan energi secara tepat guna akan menjadi suatu cara yang ampuh dalam perkembangan zaman sekarang.

Sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia, masih mengandalkan suplay energi listrik dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil yakni minyak bumi, gas alam dan batu bara yang terbatas jumlahnya di alam dan suatu saat akan habis, sementara permintaan akan energi listrik terus bertambah. Oleh karena itu pemanfaatan energi pada masa sekarang ini sudah diarahkan pada penggunaan energi terbarukan yang ada di alam. Misalnya energi air, energi angin, energi matahari, panas bumi, dan nuklir. Hal ini dikarenakan energi terbarukan tersebut cukup mudah didapat dan dapat didaur ulang bila dibandingkan dengan energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Untuk mendapatkan sumber energi fosil harus melalui berbagai proses dan susah mendapatkannya, karena umumnya terdapat di bawah permukaan bumi. Selain itu jumlah cadangan sumber daya energi fosil mulai menipis, karena sumber energi ini tidak dapat diperbaharui.

Sumber-sumber energi yang dikenal dengan sumber energi terbarukan seperti yang disebutkan di atas antara lain adalah energi air, energi matahari, energi angin, energi panas bumi, dan lain sebagainya. Semua energi tersebut telah memenuhi kriteria sehingga dalam pemanfaatannya dapat menghemat penggunaan energi fosil yang terbatas jumlahnya.

Salah satu sumber energi terbarukan yang sangat berpotensi di negara kita adalah pemanfaatan energi air dan apabila pemanfaatan energi tersebut dilakukan secara meluas di seluruh wilayah Indonesia maka peluang untuk keluar dari krisis listrik akan semakin besar mengingat bahwa terdapat banyak tempat-tempat yang

(15)

untuk mengembangkan pembangkit tenaga listrik.

Tenaga air adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud energi mekanis maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak dilakukan dengan menggunakan kincir air atau turbin air yang memanfaatkan adanya suatu air terjun atau aliran air di sungai. Sejak awal abad 18 kincir air telah banyak dimanfaatkan sebagai penggerak penggilingan gandum, penggergajian kayu dan mesin tekstil. Sampai sekarang penggunaan kincir masih banyak digunakan khususnya untuk pembangkit arus listrik.

1.2. Rumusan Masalah

Selama ini energi air yang banyak dimanfaatkan hanya energi air yang besar saja, sedangkan diberbagai tempat banyak mempunyai potensi energi air kecil yang belum dimanfaatkan. Dalam hal ini banyak kelompok masyarakat terpencil yang belum bisa menikmati energi listrik distribusi dari pusat. Sehingga diperlukan teknologi terapan untuk memanfaatkan potensi-potensi energi air kecil tersebut untuk memenuhi kebutuhan listrik untuk masyarakat terpencil.

Saat ini aliran silang (crossflow) yang dirancang dan dibuat pada bagian sudunya sering dirancang dan dibuat dengan menggunakan plat yang dilengkung. Karena membuat turbin aliran silang (crossflow) dengan menggunakan plat yang dilengkung sulit. Maka penulis mencoba menyederhanakan perancangan, dengan membuat sudu turbin aliran silang (crossflow) dengan menggunakan pipa air berdiameter 1½ inci yang dipotong menjadi 4 bagian sehingga membentuk sudu

(16)

dengan sudut 74°. Nosel dibuat dengan pipa PVC 3 inci yang dipres. Selain itu bagian pendukung lainnya adalah bahan-bahan bangunan yang mudah dibeli di toko besi dan bangunan.

1.3. Batasan Masalah

Dalam tulisan ini dibatasi perencanaan data yang diambil. Untuk pengambilan data tersebut berasal dari data hasil pengujian dan pengamatan di laboratorium. Masalah-masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah : Penentuan spesifikasi peralatan dan perlengkapan prototipe turbin air aliran silang (crossflow) yang akan di uji di laboratorium.

1. Penentuan bahan dan jenis yang digunakan pada prototipe turbin air aliran silang yang akan diuji di laboratorium.

2. Analisa kapasitas daya yang dihasilkan oleh prototipe turbin air aliran silang (crossflow) setelah pengujian di laboratorium terhadap kapasitas daya yang di rencanakan semula.

3. Analisa daya pengujian prototipe dengan memberikan variasi beban. 4. Analisa grafik hasil pengujian prototipe turbin air aliran silang (crossflow). 5. Efesiensi prototipe turbin air aliran silang (crossflow) dan efesiensi

alternator.

1.4. Tujuan Penelitian

Perancangan yang dilakukan bertujuan merancang dan menguji unjuk kerja turbin aliran silang (crossflow) jenis terbuka, sehingga dapat diketahui berapa besar daya dan efisiensi yang paling baik.

Hasil pengujian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang tenaga air atau hydropower, terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan turbin aliran silang (crossflow) sebagai penghasil energi listrik.

(17)

Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Penentuan debit air dan ketinggian head yang akan digunakan untuk pengujian.

2. Perencanaan serta pembuatan prototipe turbin air aliran silang (crossflow) terbuka dimana prototipe ini yang nantinya akan diuji di laboratorium untuk di analisa data hasil dari pengujian tersebut.

3. Studi literatur, berupa studi kepustakaan, studi internet, serta kajian-kajian dari buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan pengujian ini. 4. Pengambilan data, berupa seluruh data dari hasil pengujian di laboratorium

yang akan di analisa serta dilampirkan pada penulisan tugas akhir ini. 5. Diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing, mengenai isi

perencanaan serta masalah-masalah yang timbul selama penyusunan tugas sarjana.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, yaitu pada bab I berisikan pendahuluan dimana bab ini menjelaskan latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metodologi penulisan, manfaat penulisan, batasan masalah serta sistematika penulisan. Selanjutnya pada bab II berisikan tinjauan pustaka dan landasan teori yang menjelaskan pembahasan materi mesin-mesin fluida serta klasifikasi turbin. Pada bab III berisikan data spesifikasi peralatan yang digunakan

(18)

dimana pada bab ini dijelaskan seluruh spesifikasi dari peralatan yang digunakan selama pengujian dilakukan. Pada bab IV berisikan perhitungan dan analisa hasil pengujian, dimana seluruh data pengujian yang diperoleh akan dianalisa pada bab ini. Pada bab V berisikan tentang kesimpulan dari seluruh perhitungan dan analisa data yang diperoleh dari pengujian yang telah dilakukan. Sementara semua literatur yang digunakan selama pengujian dan penulisan skripsi ini akan didaftarkan pada daftar pustaka, serta seluruh gambar akan dilampirkan pada daftar gambar. Sebagai lampiran dari skripsi ini, akan dilampirkan gambar rancangan yang digunakan selama pengujian turbin air aliran silang (crossflow).

(19)

6

air digunakan pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik, dengan memanfaatkan aliran dan tinggi air jatuh. Air akan menggerakan impeler turbin sehingga menyebabkan putaran yang cepat. Daya mekanis ini kemudian ditransfer ke generator oleh suatu poros dan kemudian akan menghasilkan energi listrik. Pemilihan suatu turbin tergantung pada karakteristik lokasi, karena lokasi ini menentukan tinggi air jatuh dan kapasitas air. Selain itu pemilihan turbin juga tergantung dari kecepatan putar yang dibutuhkan oleh generator.

Unjuk kerja turbin aliran silang (crossflow) dipengaruhi oleh banyak parameter antara lain adalah jumlah sudu, sudut pancaran air masuk, sudut keluar, posisi pancaran air masuk, lintasan aliran air di dalam turbin, rasio lebar dan diameter runner, rasio diameter dalam dan diameter luar serta manufaktur runner maupun nozzle. Penelitian tentang turbin aliran silang (crossflow) banyak dilakukan untuk sudu yang dibuat dari plat yang dilengkung. Turbin crossflow yang dilengkapi dengan saluran pengarah di dalam runnernya pernah dibuat dan diuji (Olgun, 2000). Saluran pengarah dibuat dengan tujuan untuk mengumpulkan dan mengarahkan air yang keluar dari sudu atas agar dapat menuju sudu bawah dengan lebih baik. Tiga bentuk saluran telah dibuat dan diuji dengan berbagai variasi posisi saluran pengarah serta variasi bukaan nozzle. Penambahan saluran didalam runner ternyata tidak menaikkan efisiensi tetapi justru menurunkan efisiensi turbin crossflow sebesar 5 %.

Penelitian terhadap pengaruh perbandingan diameter dalam dan diameter luar runner juga telah dilakukan (Olgun, 1998). Dalam penelitian ini digunakan 4 buah runner. Runner yang diuji mempunyai jumlah sudu 28 buah, diameter luar 170 mm, dan lebar 114 mm. Perbandingan diameter dalam dan diameter luar

(20)

untuk tiap runner dibuat berbeda. Perbandingan diameter dalam dan diameter luar yang digunakan adalah 0,75; 0,67; 0,58; dan 0,54. Sudut masuk pancaran air dipilih sebesar 16o. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi tertinggi dicapai pada perbandingan 0,75 dan terendah pada perbandingan 0,54 dengan perbedaan sebesar 3%. Efisiensi tertinggi yang bisa dicapai adalah sebesar 72%.

Penelitian terhadap pengaruh sudut nozzle menunjukkan bahwa efisiensi akan semakin besar jika sudut nozzle semakin besar (Khosrowpanah, 1988). Penelitian ini menggunakan 3 buah runner dengan jumlah sudu 20, 15 dan 10 serta 1 buah runner dengan diameter setengah dari diameter runner yang lain, sedangkan jumlah sudunya 20. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa efisiensi tertinggi dari tiap runner dicapai pada kecepatan spesifik yang sama. Semakin banyak jumlah sudu akan memberikan efisiensi yang semakin tinggi, namun jumlah sudu tersebut ada batasnya. Untuk sudut nozzle tertentu efisiensi maksimum dicapai pada jumlah sudu tertentu. Ada jumlah sudu optimum untuk sudut nozzle tertentu (Joshi,1995).

Untuk kasus pada penelitian ini penulis menemukannya dalam artikel mengenai penggunaan pipa berdiameter 3 inci yang dipotong menjadi 4 bagian sebagai sudu pada turbin aliran silang.

Metode yang dilakukan yaitu dengan membuat turbin aliran silang (crossflow) dengan jumlah sudu 18 dan menguji turbin crossflow tersebut dengan variasi beban lampu yaitu lampu 10 watt, 20 watt, 30 watt, 35 watt, 45 watt, 55 watt, 65 watt. Pengujian dilakukan dengan cara menggerakkan turbin dengan bantuan aliran air dari bak setinggi 1,5 meter dan 1,3 meter kemudian mengukur putaran poros ketika tanpa beban dan ketika diberi beban. Dari data yang diperoleh maka dapat dihitung daya output dan efisiensi total.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa Pada head 1,5 m dan debit 0,013 m3/s, daya keluaran paling besar yaitu 15,19 watt dan efisiensi total yang paling besar adalah 7,60 % yang didapat saat alternator diberi beban lampu 45 watt. Dan pada saat head 1,3 m dan debit 0,012 m3/s, daya keluaran paling besar yaitu 12,68 watt dan efisiensi total yang paling besar adalah 8,17 % yang didapat juga pada saat alternator diberi beban lampu 45 watt.

(21)

kedalam. Pada tahun 1826, Benoit Fourneyon mengembangkan turbin aliran keluar. Turbin ini sangan efisien (±80%) yang mengalirkan air melalui saluran dengan sudu lengkung satu dimensi. Saluran keluaran juga mempunyai lengkungan pengarah. Pada tahun 1844, Uriah A. Boyden mengembangkan turbin aliran keluar yang meningkatkan performa dari turbin Fourneyon. Bentuk sudunya mirip dengan turbin Francis. Pada tahun 1849, James B. Francis meningkatkan efisiensi turbin reaksi aliran kedalam hingga lebih dari 90%. Dia memberikan test yang memuaskan dan mengembangkan metode engineering untuk desain turbin air. Turbin Francis dinamakan sesuai dengan namanya, yang merupakan turbin air modern pertama. Turbin ini masih digunakan secara luas di dunia saat ini.

Turbin air aliran kedalam mempunyai susunan mekanis yang lebih baik dan semua turbin reaksi modern menggunakan desain ini. Putaran massa air berputar hingga putaran yang semakin cepat, air berusaha menambah kecepatan untuk membangkitkan energi. Energi tadi dibangkitkan pada sudu dengan memanfaatkan berat jatuh air dan pusarannya. Tekanan air berkurang sampai nol sampai air keluar melalui sirip turbin dan memberikan energi. Sekitar tahun 1890, bantalan fluida modern ditemukan, sekarang umumnya digunakan untuk mendukung pusaran turbin air yang berat. Hingga tahun 2002, bantalan fluida terlihat mempunyai arti selama lebih dari 1300 tahun Sekitar tahun 1913, Victor Kaplan membuat turbin Kaplan, sebuah tipe mesin baling-baling. Ini merupakan evolusi dari turbin Francis tetapi dikembangkan dengan kemampuan sumber air yang mempunyai head kecil.

(22)

Pada umumnya semua turbin air hingga akhir abad 19 (termasuk kincir air) merupakan mesin reaksi; tekanan air yang berperan pada mesin dan menghasilkan kerja. Sebuah turbin reaksi membutuhkan air yang penuh dalam proses transfer energi.

Pada tahun 1866, tukang pembuat gilingan di California, Samuel Knight menemukan sebuah mesin yang mengerjakan tuntas sebuah konsep yang berbeda jauh. Terinspirasi dari system jet tekanan tinggi yang digunakan dalam lapangan pengeboran emas hidrolik, Knight mengembangkan ceruk kincir yang dapat menangkap energi dari semburan jet, yang ditimbulkan dari energi kinetik air pada sumber yang cukup tinggi (ratusan kaki) yang dialirkan melalui sebuah pipa saluran. Turbin ini disebut turbin impulse atau turbin tangensial. Aliran air mendorong ceruk disekeliling kincir turbin pada kecepatan maksimum dan jatuh keluar sudu dengan tanpa kecepatan.

Pada tahun 1879, Lester Pelton, melakukan percobaan dengan kincir Knight, dikembangkanlah desain ceruk ganda yang membuang air kesamping, menghilangkan beberapa energi yang hilang pada kincir Knight yang membuang sebagian air kembali melawan kincir. Sekitar tahun 1895, William Doble mengembangkan ceruk setengah silinder milik Pelton menjadi ceruk berbentuk bulat memanjang, termasuk sebuah potongan didalamnya yang memungkinkan semburan untuk membersihkan masukan ceruk. Turbin ini merupakan bentuk modern dari turbin Pelton yang saat ini dapat memberikan efisiensi hingga 92%. Pelton telah memprakarsai desain yang efektif, kemudian Doble mengambil alih perusahaan Pelton dan tidak mengganti namanya menjadi Doble karena nama Pelton sudah dikenal. Turgo dan turbin aliran silang merupakan desain turbin impulse selanjutnya.

Turbin air terdapat dalam suatu pembangkit listrik berfungsi untuk mengubah energi potensial yang dimiliki air menjadi energi kinetic. Selanjutnya energi kinetic ini akan dirubah menjadi energi elektrik melalui generator. Hal ini menyebabkan setiap pembahasan tentang turbin hidrolik akan mengikutsertakan generator sebagai pembangkit listrik.

(23)

tersebut merubah energi air menjadi energi puntir. Berdasarkan klasifikasi ini turbin air dibagi menjadi turbin impuls dan turbin reaksi.

2.3.1.1. Turbin Impuls

Turbin impuls disebut juga turbin tekanan sama atau turbin pancaran bebas karena aliran air yang keluar dari nosel tekanannya adalah sama dengan tekanan atmosfir disekitarnya. Yang dimaksud turbin implus adalah turbin air yang cara bekerjanya dengan merubah semua energi tinggi tempat dan tekanan ketika masuk ke sudu jalan menjadi energi kecepatan dari pancaran.air. Pancaran air akan membentur roda jalan turbin yang kemudian membalikkan arus air, sehingga menghasilkan perubahan pada daya dorongan yang disebabkan oleh roda jalan turbin. Pada roda jalan turbin tidak terjadi perubahan tekanan. Sebelum pancaran air membentur roda jalan turbin, tekanan air (energi potensial) dikonversi ke tenaga gerak (energi kinetik) oleh nossel dan dipusatkan pada roda jalan turbin. Yang termasuk turbin impuls antara lain:

a. Turbin Pelton

Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih alat yang disebut nosel. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang paling efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head tinggi. Yang menjadi ciri khusus dari turbin ini adalah nosel dan sudu roda jalan yang dirancang khusus. Pancaran air yang keluar dari nosel dengan kecepatan tinggi menghantam sudu di tengah-tengah. Bentuk sudunya seperti dua mangkuk yang berdimensi sama besar yang

(24)

berdampingan. Biasanya turbin ini diaplikasikan pada head turbin yang tinggi. Turbin Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150 meter tetapi untuk skala mikro head 20 meter sudah mencukupi.

Gambar 2.1 Skema irisan penampang nozzle dan ember sudu

(atas) dan bagan kecepatan pada turbin Pelton (bawah) (Fritz Dietzel,1992, hal. 18 dan 25)

Gambar 2.2 Turbin Pelton

(25)

Gambar 2.3 Turbin Pelton dengan banyak nozzle. (http://en.wikipedia.org/wiki/pelton_wheel)

Gambar 2.4 Skema perubahan Head pada turbin Pelton (Fritz

Dietzel, 1992, hal.18)

b. Turbin Turgo

Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin pelton turbin turgo merupakan turbin impulse, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozzle membentur sudu pada sudut 20 o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator

(26)

sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan.

Gambar 2.5 Sudu turbin turgo dan nozzle.

(http://europa.eu.int/en/comm/dg17/hydro/layman2.pdf)

c. Turbin Ossberger (Crossflow/ Michell-Banki)

Turbin aliran Ossberger atau turbin crossflow terdiri dari beberapa sudu yang dipasang pada sepasang piringan paralel dan nossel. Pancaran air dialirkan dari nossel melewati sudu-sudu jalan yang berbentuk silinder, pertama-tama pancaran air dari nossel masuk ke turbin dan mengenai sudu-sudu sehingga terjadi konversi energi kinetic menjadi energi mekanis. Pancaran air masuk turbin melalui bagian atas, memberikan energi ke sudu kemudian masuk ke bagian dalam turbin dan keluar melalui bagian bawah turbin. Turbin mengambil energi air dua kali yaitu melalui sudu atas dan sudu bawah. Pada bagian atas turbin mengambil energi sebesar 72 % dan pada bagian bawah turbin mengambil energi sebesar 28 %.

(27)

Gambar 2.6 Skema Turbin Aliran Ossberger ( Fritz Dietzel,

1992, hal.36)

Perkembangan selanjutnya turbin ini mengalami modifikasi yang dilakukan oleh Michell yang berasal dari Australia dan Bangki yang berasal dari Honggaria, dengan menambahkan pipa hisap pada sisi keluar dari turbin. Dengan modifikasi ini meningkatkan efisiensi dari turbin ini. Turbin ini sangat cocok pada pembangkit tenaga air bersekala kecil.

Gambar 2.7 Bagan kecepatan pada Turbin Aliran Ossberger

(28)

2.3.1.2. Turbin Reaksi

Berbeda dengan turbin impuls, pada turbin reaksi terjadi perbedaan tekanan aliran air pada sisi masuk dan sisi keluar dari sudu jalan tersebut. Karena perbedaan tekanan kerja yang terjadi pada sisi masuk dan sisi keluar dari sudu jalan turbin maka turbin ini disebut turbin reaksi. Turbin air reaksi terdiri dari beberapa tipe, yaitu:

a. Turbin Francis

Turbin Francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin Francis bekerja dengan memakai proses tekanan lebih. Turbin dipasang diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian keluar. Dengan adanya pipa isap memungkinkan energi tinggi jatuh dapat bekerja disudu jalan dengan semaksimum mungkin.

Pipa isap pada tubin ini mempunyai tugas yang mirip dengan sudu hantar yang terdapat pada pompa sentrifugal, yaitu mengubah energi kecepatan menjadi energi tekanan. Sudu pengarah mengarahkan air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin Francis dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.

Gambar 2.8 Turbin Francis tipe horizontal (Fritz Dietzel, 1992,

(29)

Gambar 2.9 Turbin Francis tipe vertikal (Fritz Dietzel, 1992,

hal.15)

Gambar 2.10 Skema Turbin Francis dan Perubahan Headnya

(30)

Gambar 2.11 Turbin Francis

(http://en.wikipedia.org/wiki/francis_turbine)

b. Turbin Propeller / Kaplan

Turbin jenis ini merupakan pengembangan dari turbin Francis. Tidak berbeda dengan turbin Francis, turbin Kaplan cara kerjanya menggunakan prinsip reaksi. Turbin ini mempunyai roda jalan yang mirip dengan baling-baling pesawat terbang. Bila baling-baling pesawat terbang berfungsi untuk menghasilkan gaya dorong, roda jalan pada kaplan berfungsi untuk mendapatkan gaya F yaitu gaya putar yang dapat menghasilkan torsi pada poros turbin.

Berbeda dengan roda jalan pada Francis, sudu-sudu pada roda jalan Kaplan dapat diputar posisinya untuk menyesuaikan kondisi beban turbin. Jika tinggi air jatuh semakin sedikit maka semakin sedikit belokan pada sudu jalan. Untuk memperbesar daya dengan head yang sedikit maka kapasitas aliran air harus besar yaitu dengan cara memperbesar luas dari penampang yang dilalui air.

Turbin Kaplan banyak dipakai pada instalasi pembangkit listrk tenaga air sungai, karena turbin ini mempunyai kelebihan dapat menyesuaikan head yang berubah-ubah sepanjang tahun. Turbin Kaplan dapat beroperasi pada kecepatan tinggi sehingga ukuran roda

(31)

Gambar 2.12 Turbin Kaplan dengan sudu jalan yang dapat diatur.

(32)

Gambar 2.13 Skema dua jenis Turbin Propeller, poros vertikal

(kiri) dan poros horizontal (kanan) (Fritz Dietzel, 1992, hal.61)

2.3.2. Klasifikasi Turbin Menurut Daya yang Dihasilkan

Dari daya yang dihasilkan, turbin dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:

 Large Hydro-Power

Interval daya yang dihasilkan turbin mencapai 50 MW keatas.  Medium Hydro-Power

Interval daya yang dapat dihasilkan turbin antara 10 MW – 50 MW.  Small Hydro-Power

Interval daya yang dapat dihasilkan turbin antara 1000 kW – 10 MW.  Mini Hydro-Power

Interval daya yang dapat dihasilkan turbin antara 101 kW – 1000 kW.  Micro Hydro-Power

Interval daya yang dapat dihasilkan turbin antara 3 kW – 100 kW.  Pico Hydro-Power

(33)

melalui bagian atas, memberikan energi ke sudu kemudian masuk ke bagian dalam turbin dan keluar melalui bagian bawah turbin. Turbin mengambil energi air dua kali yaitu melalui sudu atas dan sudu bawah. Pada bagian atas turbin mengambil energi sebesar 72 % dan pada bagian bawah turbin mengambil energi sebesar 28 %.

Gambar 2.14 Skema Turbin Aliran Silang (crossflow)

(34)

2.4.2. Pemindahan Gaya ke Turbin

a. Suatu plat yang tegak lurus terhadap pancaran air

Pancaran air dengan kecepatan (v) yang memancar tegak lurus plat, akan menimbulkan suatu aksi atau gaya dorong/tumbukan maka akan ada gaya yang mencoba mendorong plat. Besarnya gaya F = m. ̇ . Pancaran akan bebelok 90º menyebar kesamping pada bidang plat maka akan terjadi perubahan vektor kecepatan yang berarti perubahan momentum.

Gambar 2.15 Gaya aksi atau gaya dorong tumbukan. (Joe Cole,

2004, hal.2)

b. Suatu penampang konstruksi sudu jalan terhadap pancaran air

Pancaran air dengan kecepatan (v) yang memancar mengenai sudu jalan dengan konstruksi berbelok, akan menimbulkan suatu aksi atau gaya dorong (F) yang besarnya merupakan nilai dari kelipatannya.

(35)

Gambar 2.16 Gaya aksi atau gaya dorong tumbukan sudu jalan.

(Joe Cole, 2004, hal. 2)

c. Suatu penampang yang dengan sudut tertentu terhadap pancaran air

Jika pancaran air membentur satu sudu lengkung maka air akan dibelokkan sesuai sudut. Gaya (F) diuraikan berdasarkan komponen-komponennya yaitu sumbu x & y.

Gambar 2.17 Gaya aksi atau gaya dorong tumbukan penampang

(36)

2.4.3. Aliran Pergerakan Air pada Turbin

Pada gambar 2.17 diasumsikan bahwa pancaran air dari nozzle masuk kedalam runner pada titik A dengan sudut α yang bersinggungan dengan keliling runner.

Kecepatan air sebelum memasuki runner dapat dihitung dengan persamaan:

V1=C(2gH)12 (Mockmore, 2004, hal.6) ...2.1 dengan : V1 = Kecepatan absolut.

H = Tinggi jatuh air

C = Koefisien berdasarkan nozzle

Dalam turbin berhubungan dengan komponen – komponen kecepatan yaitu: V = Kecepatan mutlak, karena daerah sekelilingnya adalah tetap diam tidak

bergerak.

v = Kecepatan relatif, karena berhubungan dengan bagian yang bergerak yaitu sudu jalan turbin.

u = Kecepatan tangensial roda turbin.

α adalah sudut antara kecepatan absolut dengan kecepatan sudu turbin dan β adalah sudut yang dibentuk antara garis yang menyinggung keliling lingkaran runner dengan kecepatan relatif.

(37)

Gambar 2.18 Aliran pergerakan air pada turbin. (Mockmore,

2004, hal.6)

Alur aliran pergerakan aliran air pada kenyataannya tidak seperti yang terdapat dalam gambar 2.17, akan tetapi terdapat defleksi sebesar θ seperti dalam gambar 2.18.

Gambar 2.19 Pergerakan aliran air pada turbin. (Mockmore,

(38)

2.4.4. Efisiensi

Efisiensi (ε) merupakan rasio perbandingan daya output dan daya input. Berdasarkan gambar 2.13 dapat diturunkan persamaan daya pengereman.

Daya pengereman

HP = (w.Q/g)(V1cos α1+V2cos α2)u1 (Mockmore, 2004, hal.7) …2.2 Pada rumus (2.8) dapat direduksi dengan menggunakan segitiga kecepatan seperti ditunjukkan pada rumus (2.9).

V2 cos α2 = v2 cos β2 – u1 (Mockmore, 2004, hal.7) ………..2.3

Mengabaikan kecepatan air dalam ketinggian h2 (gambar 2.17) yang

memasuki bagian bawah.

v2 = ψv1 (Mockmore, 2004, hal.7) ………..2.4

ψ = koefisien empiris yang nilainya 0,98 Dari diagram kecepatan pada gambar 2.18 didapatkan:

v1 = (V1 cos α2 – u1) / (cos β2) (Mockmore, 2004, hal.7) ……..…2.5

Subtitusi persamaan 2.9, 2.10 dan 2.11 didapatkan :

Hp output = (WQu1/g).(V1cos α1- u1).(1 + ψ cos β2 cos β1) ………….….2.6

Secara teoritis daya input adalah

(39)

Gambar 2.20 Defleksi pada pergerakan aliran air pada turbin

(Banki, 2004, hal. 8)

Efisiensi

ε = (2C2u1/V1)(1 + ψ cos β2 / cosβ1).(cos α1- u1/V1) ...2.8

Dengan

β2 = β1 maka :

ε = (2C2 u1 / V1) (1 + ψ) (cos α1 - u1 / V1)

u1.V1 = cos α1 /2

ε max = 0,5 C2 (1 + ψ ) cos2 α1 (Mockmore, 2004, hal 9) ...2.9

Dimana efisiensi di atas benar apabila nilai ψ dan C merupakan satu kesatuan dimana tidak ada head loses dan tidak ada gesekan pada nosel dan sudu. Nilai efisiensi maksimum tercapai pada sudut masuk α1 16o dengan nilai ψ = 0.98

dan C =0.98.

2.4.5. Konstruksi Turbin Aliran Silang (Crossflow)

Sudut sudu masuk sisi atas pada keliling luar runner β

1 , yang dapat dilihat

pada gambar 2.17 dan 2.19. Sehingga sudut β1dapat ditentukan oleh nilai α1, V1,

dan u1

jika u1 = ½ V1cos α1

maka tan β1= 2 tan α1

(40)

maka β1 =29o ,50o atau 30o atau nilai pendekatan (Mockmore,

2004, hal 10)

Gambar 2.21 Diagram kecepatan pada turbin Aliran Silang

(Mockmore, 2004, hal. 11)

β2' adalah sudut sudu keluar sisi atas pada keliling dalam runner. Dengan

asumsi v1 = v2 dan α1 = α2,untuk membuat aliran pancaran air radial maka besarnya

β2'=90o.

Gambar 2.22 Diagram kecepatan pada turbin Aliran Silang

(41)

Q = Debit aliran air (cfs) C = Koefisien nozzle = 0.98 k = Faktor koreksi = 0.087

c. Perbandingan panjang dan diameter turbin

LD1 = 210.6Q/H½ (Mockmore, 2004, hal 17) ...2.12

(42)

d. Jari-jari kelengkungan sudu (ρ)

ρ = 0.3261 r1 (Mockmore, 2004, hal 15) ...2.13

dengan :

r1 = jari-jari luar runner (inchi)

e. Lebar velk radial (a)

Nilai lebar velk radial dapat ditentukan dari persamaan 2.6 dengan mengabaikan tebal sudu.

a = 0,17D1 (Mockmore, 2004, hal 12) ...2.14

f. Jarak antar sudu

Meliputi Jarak antar sudu pancaran air masuk (s1), Jarak sudu pancaran air

keluar (s2) dan jarak antar sudu (gambar 2.23)

s1 = kD1 (Mockmore, 2004, hal 14) ...2.15

s2 = t(r2/r1) (Mockmore, 2004, hal 11) ...2.16

t =s1/sin β1 (Mockmore, 2004, hal 10) ...2.17

g. Jumlah sudu (n)

n = л D1/t (Mockmore, 2004, hal 17) ...2.18

h. Jarak pancaran dari poros (y1) (gambar 2.24)

y1 = (0.1986-0.945k) D1 (Mockmore Banki, 2004, hal 14) …...…2.19

i. Jarak pancaran dari keliling dalam (y2 ) (gambar 2.24)

y2 = (0.1314-0.945k) D1 (Mockmore, 2004, hal 14) ...2.20

j. Efisiensi maksimal turbin jika u1 = ½ V1cos α1

maka tan β1= 2 tan α1

ψ = koefisien empiris yang nilainya sekitar (0,98)

(Mockmore, 2004, hal 7) ...2.21 ε max = 0,5 C2 (1 + ψ ) cos2 α1 (Mockmore, 2004, hal 9) ...2.22

k. Nosel

Meliputi penampang nozzle (A) dan tinggi pancaran air nosel (So)

A = Q/V1 (Mockmore, 2004, hal 17) ...2.23

(43)

Gambar 2.24 Alur pancaran air dari sisi turbin (Mockmore,

2004, hal.13)

(44)

l. Sudut pusat sudu jalan (gambar 2.25)

Tan ½ δ = cosβ1/(sin β1+r2/r1) …...2.25

m. Perhitungan poros Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan poros sebagai berikut ;

• P = daya yang ditransmisikan (kW) • Fc = faktor koreksi (Sularso,2004,hal.7) • n = putaran poros (rpm)

• Pd = fc×P (kW) ...2.26 • T = momen puntir rencana (kg.mm)

T = 9,74×105×nPd ...2.27

• σB = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)

• Sf1 dan Sf2 = faktor keamanan

• Cb = faktor Cb nilainya 1,2 sampai 2,3. jika diperkirakan tidak terjadi pembebanan lentur maka Cb = 1.

• Kt = faktor Kt dipilih 1,0 jika beban dikenakan secara halus, 1,0-1,5 jika dikenakan sedikit beban kejutan atau tumbukan, dan 1,5-3,0 jika beban kejutan atau tumbukan besar.

τ

α

=

σB

(Sf1xSf2) (kg/mm2) …...2.28 • ds = diameter minimal poros (mm)

d

s

=

5.1 τα

x K

t

x C

b

x T

1 3

………2.29

(45)

2. Generator shunt 3. Generator kompon

2.5.1. Konstruksi Generator DC

Pada umumnya generator DC dibuat dengan menggunakan magnet permanent dengan 4-kutub rotor, regulator tegangan digital, proteksi terhadap beban lebih, starter eksitasi, penyearah, bearing dan rumah generator atau casis, serta bagian rotor. Gambar 2.26 menunjukkan gambar potongan melintang konstruksi generator DC.

Gambar 2.26 Konstruksi generator DC ( http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/generator-dc.html)

Generator DC terdiri dua bagian, yaitu stator, yaitu bagian mesin DC yang diam, dan bagian rotor, yaitu bagian mesin DC yang berputar. Bagian stator terdiri dari: rangka motor, belitan stator, sikat arang, bearing dan terminal box.

(46)

Sedangkan bagian rotor terdiri dari: komutator, belitan rotor, kipas rotor dan poros rotor.

Bagian yang harus menjadi perhatian untuk perawatan secara rutin adalah sikat arang yang akan memendek dan harus diganti secara periodic / berkala. Komutator harus dibersihkan dari kotoran sisa sikat arang yang menempel dan serbuk arang yang mengisi celah-celah komutator, gunakan amplas halus untuk membersihkan noda bekas sikat arang.

2.5.2. Prinsip Kerja Generator DC

Pembangkitan tegangan induksi oleh sebuah generator diperoleh melalui dua cara:

• Dengan menggunakan cincin-seret, menghasilkan tegangan induksi bolak-balik.

• Dengan menggunakan komutator, menghasilkan tegangan DC.

Proses pembangkitan tegangan tegangan induksi tersebut dapat dilihat pada gambar 2.27 dan gambar 2.28.

Gambar 2.27 Pembangkitan Tegangan Induksi

(http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/generator-dc.html)

Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi perpotongan medan magnet oleh lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan menimbulkan tegangan induksi. Tegangan induksi terbesar terjadi saat rotor menempati posisi seperti gambar 2.27 (a) dan (c). Pada posisi ini terjadi perpotongan medan magnet secara maksimum oleh penghantar. Sedangkan posisi jangkar pada gambar 2.27(b), akan menghasilkan tegangan induksi nol. Hal ini

(47)

Gambar 2.28 Tegangan rotor yang dihasilkan melalui cincin-seret

dan komutator

(http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/generator-dc.html)

Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slip-ring berupa dua cincin (disebut juga dengan cincin seret), seperti ditunjukkan Gambar 2.28(1), maka dihasilkan listrik AC (arus bolak-balik) berbentuk sinusoidal. Bila ujung belitan rotor dihubungkan dengan komutator satu cincin Gambar 2.28(2) dengan dua belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan dua gelombang positif.

2.5.3. Jangkar Generator DC

Jangkar adalah tempat lilitan pada rotor yang berbentuk silinder beralur. Belitan tersebut merupakan tempat terbentuknya tegangan induksi. Pada umumnya jangkar terbuat dari bahan yang kuat mempunyai sifat feromagnetik dengan permiabilitas yang cukup besar.

Permiabilitas yang besar diperlukan agar lilitan jangkar terletak pada derah yang induksi magnetnya besar, sehingga tegangan induksi yang ditimbulkan juga besar. Belitan jangkar terdiri dari beberapa kumparan yang dipasang di dalam alur jangkar. Tiap-tiap kumparan terdiri dari lilitan kawat atau lilitan batang.

(48)

Gambar 2.29 Jangkar Generator DC ( http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/generator-dc.html)

2.5.4. Jenis-Jenis Generator DC 2.5.4.1. Generator Penguat Terpisah

Pada generator penguat terpisah, belitan eksitasi (penguat eksitasi) tidak terhubung menjadi satu dengan rotor. Terdapat dua jenis generator penguat terpisah, yaitu:

 Penguat elektromagnetik (Gambar 2.30a)

 Magnet permanent / magnet tetap (Gambar 2.30b)

Energi listrik yang dihasilkan oleh penguat elektromagnet dapat diatur melalui pengaturan tegangan eksitasi. Pengaturan dapat dilakukan secara elektronik atau magnetik. Generator ini bekerja dengan catu daya DC dari luar yang dimasukkan melalui belitan F1-F2.

Penguat dengan magnet permanen menghasilkan tegangan output generator yang konstan dari terminal rotor A1-A2. Karakteristik tegangan V relatif konstan dan tegangan akan menurun sedikit ketika arus beban I dinaikkan mendekati harga nominalnya.

(49)

Gambar 2.30 Generator penguat terpisah ( http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/generator-dc.html)

2.5.4.2. Generator Shunt

Pada generator shunt, penguat eksitasi E1-E2 terhubung paralel dengan rotor (A1-A2). Tegangan awal generator diperoleh dari magnet sisa yang terdapat pada medan magnet stator. Rotor berputar dalam medan magnet yang lemah, dihasilkan tegangan yang akan memperkuat medan magnet stator, sampai dicapai tegangan nominalnya. Pengaturan arus eksitasi yang melewati belitan shunt E1-E2 diatur oleh tahanan geser. Makin besar arus eksitasi shunt, makin besar medan penguat shunt yang dihasilkan, dan tegangan terminal meningkat sampai mencapai tegangan nominalnya. Diagram rangkaian generator shunt dapat dilihat pada gambar 2.31.

Jika generator shunt tidak mendapatkan arus eksitasi, maka sisa megnetisasi tidak akan ada, atau jika belitan eksitasi salah sambung atau jika arah putaran terbalik, atau rotor terhubung-singkat, maka tidak akan ada tegangan atau energi listrik yang dihasilkan oleh generator tersebut.

(50)

Gambar 2.31 Diagram rangkaian generator shunt ( http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/generator-dc.html)

2.5.4.3. Generator Kompon

Generator kompon mempunyai dua penguat eksitasi pada inti kutub utama yang sama. Satu penguat eksitasi merupakan penguat shunt, dan lainnya merupakan penguat seri. Diagram rangkaian generator kompon ditunjukkan pada gambar 2.32. Pengatur medan magnet (D1-D2) terletak di depan belitan shunt.

Gambar 2.32 Diagram rangkaian generator kompon ( http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/generator-dc.html)

(51)

Gambar 2.33 Karakteristik generator kompon ( http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/generator-dc.html)

Gambar 2.33 menunjukkan karakteristik generator kompon. Tegangan output generator terlihat konstan dengan pertambahan arus beban, baik pada arus eksitasi penuh maupun eksitasi 50%. Hal ini disebabkan oleh adanya penguatan lilitan seri, yang cenderung naik tegangannya jika arus beban bertambah besar. Jadi ini merupakan kompensasi dari generator shunt, yang cenderung tegangannya akan turun jika arus bebannya naik.

2.5.5. Generator yang Digunakan

Generator yang digunakan adalah motor DC dengan magnet permanen. Spesifikasi generator :

Pabrikan : Brown Boveri (BBC) Tipe : Servo DC arus kontinyu Voltase maks. : 200 VDC

Arus nominal : 4.33 Ampere Arus maks. : 30.5 Ampere Putaran maks. : 3050 rpm

(52)

Gambar 2.34 Motor DC yang digunakan

(53)

I = Arus listrik (ampere)

Kemudian setelah daya telah diketahui maka untuk menghitung torsi yang digunakan poros generator digunakan rumus :

T=9,55

Pout

n

………..………2.31 dengan :

T = Torsi poros generator (N.m)

n = Kecepatan putar poros generator (rpm)

Untuk perhitungan efisiensi perlu diketahui daya air yang tersedia dengan rumus :

Daya yang tersedia (Pin)

Pin = QH/8,8 ……….2.32

Q = Debit aliran air (cfs) H = head ketinggian (inci)

Efisiensi total (η) turbin dihitung dengan rumus :

(54)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium, yaitu mengadakan suatu percobaan untuk mendapatkan data-data hasil penelitian.

3.1. Sarana Penelitian

Sarana penelitian yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

a. Turbin Aliran Silang (Crossflow)

Turbin aliran silang (crossflow) ini dirancang untuk kapasitas aliran 10 lt/detik dan tinggi head 3 meter. Sudu turbin terbuat dari pipa air WP Ø1½” dan jumlah sudu 18 buah.

b. Pompa Air

Pompa air digunakan sebagai sumber tenaga untuk memompa air menuju bak penampungan. Air yang ada di bak penampungan kemudian dialirkan dengan selang menuju kearah turbin melalui nozzle hingga memutar turbin. Spesifikasi pompa yang digunakan:

Untuk Head 3 meter 6 meter

Jenis pompa air Interdab XMH/5B Honda GX-160 Miura 3” Debit maksimal 600 liter/menit 1000 liter/menit

Head maksimal 22 meter 30 meter Daya 1 HP 5,5 HP Putaran maksimal 2880 rpm 3000 rpm

c. Generator

Generator digunakan untuk mengukur putaran poros dan daya yang dihasilkan oleh turbin aliran silang (crossflow).

(55)

130 watt, 156 watt, 182 watt. Pada pengujian dengan head 6 meter dan debit 14,1 liter/detik menggunakan lampu beban perpaduan 16 lampu 25 watt dan 4 lampu 40 watt dengan jangkauan dari 25 watt sampai dengan 560 watt.

(56)

3.3. Tahap Penelitian

Penelitian ini dilaksanankan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan pengujian.

3.3.1. Persiapan

1. Persiapan Pengujian

Runner di pasang pada kontruksi yang sudah disiapkan. Profil siku dirangkai dengan mur-baut menjadi rangka pendukung yang akan mendukung nossel dan generator. Pada poros runner dihubungkan pada sabuk dan puli ke bagian generator. Pada setiap penelitian diberi beban berupa lampu yang divariasikan.

Mengatur debit air yang dipompakan ke bak penampungan dan mengatur debit yang dialirkan dari bak menuju nosel.

2. Pengujian Awal

Setelah rangkaian turbin aliran silang (crossflow) ini sudah selesai dirakit dan debit sudah diatur, maka rangkaian turbin aliran silang (crossflow) ini perlu diuji coba untuk mengetahui apakah runner dapat berputar dengan baik atau tidak. Pompa air disiapkan untuk memompa air ke bak penampungan. Melalui bak penampungan air dialirkan melalui pipa dan melewati nossel menuju runner, air disemprotkan pada bagian atas sudu. Setelah turbin dapat berputar dengan baik maka pengujian dapat dilaksanakan.

3.3.2. Pelaksanaan Pengujian

1. Pengujian pertama dilakukan pada head 3 meter dan memakai puli dari poros turbin menuju generator dengan rasio 1:1. Yang dilakukan pertama yaitu mengatur debit air 10 liter/detik pada head 3 meter. Setelah mendapatkan debit yang diinginkan maka pengujian selanjutnya dapat dilakukan.

(57)

4. Pengujian dilakukan kembali untuk variasi jumlah beban lampu 26, 52, 78, 104, 130, 156, 182 watt dengan cara yang sama.

5. Untuk pengujian yang kedua dilakukan memakai puli dari poros turbin menuju generator dengan rasio 2:1. Seperti pada pengujian sebelumnya, pertama mengatur terlebih dahulu sampai pada debit yang stabil pada ketinggian 3 meter.

6. Kemudian dilakukan pengujian sama seperti metode pengujian pertama. 7. Pengujian selanjutnya dilakukan pada head 6 meter dan memakai puli dari

poros turbin menuju generator dengan rasio 1:1. Untuk head 6 meter, debit air diatur 14,1 liter/detik (disesuaikan dengan rancangan turbin dan nosel). Setelah mendapatkan debit yang sesuai maka pengujian dapat dilakukan. 8. Kemudian dilakukan pengujian sama seperti metode pengujian pertama

tetapi menggunakan rangkaian beban perpaduan 16 lampu 25 watt dan 4 lampu 40 watt dengan jangkauan dari 25 watt sampai dengan 560 watt. 9. Pengujian selanjutnya dilakukan pada head 6 meter dan memakai puli dari

poros turbin menuju generator dengan rasio 2:1. Debit diatur pada 14,1 liter/detik

10. Metode pengujian yang digunakan sama dengan metode pengujian pada head 6 meter sebelumnya.

(58)

Gambar 3.1 Diagram alir tahap penelitian

PERSIAPAN

PERANCANGAN ALAT

PEMBUATAN ALAT

STUDI LITERATUR

PELAKSANAAN PENGUJIAN

ANALISA DAN PEMBAHASAN

(59)

Kapasitas aliran / debit (Q) = 10 lt/dt = 0,01 m3/dt = 0,35314 cfs Asumsi : Koefisien nosel (C) = 0,98 Faktor koreksi (k) = 0,087 Sudut pancaran air masuk (α) = 16º Efisiensi yang dipakai (η) = 0,8

3.4.1. Perhitungan Turbin Aliran Silang (Crossflow)

a. Daya turbin (P) P = QHη / 8,8 P = 0,35314 x 9,8424 x 0,8 8,8 P = 0,32 HP P = 236 Watt

(60)

b. Panjang runner turbin (L) LD1 = 144 Q C k 2gH LD1 = 144 x 0,35314 0,95 x 0,087 2 x 32,18 x 9,8424 LD1 = 23,7 inch2 diambil L = 5 inch L = 127 mm c. Diameter runner turbin (D1)

D1 = 23,7 5 D1 = 4,74 inch D1 = 120 mm d. Kecepatan putar (N) N = 360 C 2gH cos α1 πD1 N = 360 x 0,98 2 x 32,18 x 9,8424 x cos 16° π x 4,74 N = 574 rpm e. Kecepatan spesifik (Ns) Ns = N Q H0,75 Ns = 574 0,01 30,75 Ns = 25,2 rpm

(61)

A = Q V1 A = 0,01 7,52 A = 0,00133 m2 h. Lebar pancaran (S0) S0 = A L S0 = 0,00133 0,127 S0 = 0,0104 m S0 = 10,4 mm

i. Jarak antar sudu (t) S1 = k D1 S1 = 0,087 x 120 mm S1 = 10,47 mm t = S1 / sinβ1 t = 10,47 mm / sin 29,83° t = 21 mm

(62)

j. Jumlah sudu (n) n = π D1 / t

n = π x 120 / 21 n = 18

k. Lebar velg radial (a) a = 0,17 D1

a = 0,17 x 120 mm a = 20,4 mm

l. Jari-jari kelengkungan sudu (ρ) ρ = 0.3261 r1

ρ = 0.3261 x 60 mm ρ = 19,6 mm

m. Sudut pusat sudu jalan (δ)

tan1 2δ = cos β1 sin β1+rr2 1 tan1 2δ = cos 30° sin 30° + 0,66 δ = 73,5° n. Perhitungan poros P = 0,236 kW N = 574 rpm fc = 1,0

(63)

574 T = 400 kg.mm

σ

B = 58 kg/mm2 (Sularso,2004,hal.330) Sf1 = 6,0 ; Sf2 =2,0 (Sularso,2004,hal.8)

 τ

a

=

σB Sf1 x Sf2

τ

a

=

58 6,0 x 2,0

τ

a= 4,83 kg/mm2 Kt = 2,0 (Sularso,2004,hal.8) Cb = 1,5 (Sularso,2004,hal.8)

 d

s

=

5,1 τa

K

t

C

b

T

1 3 d = 5,1 4,832 x 1,5 x4,83 ds = 8,6 mm

(64)

Geometri Turbin Aliran Silang (Crossflow)

1 Panjang runner 5,00 inch 127 mm 2 Diameter runner 4,74 inch 120 mm 3 Diameter dalam 3.12 inch 79.2 mm 4 Lebar pancaran 0.412 inch 10.5 mm 5 Jari-jari kelengkungan sudu 0.776 inch 19.7 mm 6 Sudut pusat sudu jalan 73.5°

7 Jumlah sudu 18 8 Putaran turbin 574 rpm 10 Kecepatan spesifik 25.164 rpm

9 Diameter poros yang dipakai 0.472 inch 12 mm 11 Daya teoritis maksimum 0.236 kW

(65)

52

dengan variasi rasio pulley dan beban, hasilnya sebagai berikut : a. Pada rasio pulley turbin : pulley generator = 1:1

Tabel 4.1 Data hasil penelitian dengan rasio 1:1

Beban (watt) Putaran (rpm) Voltase (volt) Arus (ampere) 0 625 36.5 0 26 525 25 1.4 52 395 16 2.2 78 335 11 2.6 104 290 7.7 3 130 260 5.7 3.2 156 240 3.7 3.4 182 230 3.1 3.8

b. Pada rasio pulley turbin : pulley generator = 2:1

Tabel 4.2 Data hasil penelitian dengan rasio 2:1

Beban (watt) Putaran (rpm) Voltase (volt) Arus (ampere) 0 1150 63 0 26 475 24 1.4 52 275 10 1.7 78 185 4.8 1.8 104 130 2 2

(66)

Data yang diperoleh dari pengujian pada debit 14,1 lt/dt dan head 6 meter dengan variasi rasio pulley dan beban, hasilnya sebagai berikut :

a. Pada rasio pulley turbin : pulley generator = 1:1

Tabel 4.3 Data hasil penelitian dengan rasio 1:1

Beban (watt) Putaran (rpm) Voltase (volt) Arus (ampere) 0 875 51 0 25 810 45 0.4 40 800 45 0.6 50 795 44.8 0.8 65 790 44.5 1.0 75 780 44.2 1.2 80 775 43.9 1.3 100 770 43 1.6 125 750 42.6 2.0 140 735 42 2.2 150 725 41.5 2.4 160 710 41.2 2.6 175 710 41.2 2.8 200 690 40 3.2 225 675 39 3.6 240 660 38.2 3.9 250 655 37.4 4.0 265 640 36.7 4.2 275 620 36 4.4 300 615 35.5 4.7 325 600 34.8 4.8 350 590 34.2 5.0 375 580 33.6 5.2 400 570 32 5.3 440 555 30.1 5.4 480 545 29.6 5.6 520 530 28.7 5.7 560 520 26.5 5.8

(67)

50 1350 78.3 0.8 65 1320 76 1.0 75 1310 73.5 1.2 80 1250 70 1.3 100 1210 68 1.6 125 1175 65.8 2.0 140 1135 62.8 2.2 150 1100 60 2.4 160 1060 57.5 2.6 175 1020 55.2 2.8 200 985 52.6 3.2 225 945 50 3.6 240 910 47 3.9 250 870 44.8 4.0 265 832 42.3 4.2 275 795 39.5 4.4 300 750 37.2 4.6 325 720 34.6 4.7 350 680 32 4.8 375 640 29.5 4.9 400 605 27 5.0 440 565 24.5 5.2 480 530 22 5.4 520 490 19.3 5.5 560 450 16.8 5.7 4.1.2. Data Penelitian

Perhitungan data dikerjakan menggunakan software Microsoft Excel. Dengan mengambil satu satu contoh perhitungan pada tiap pembahasan yang

(68)

merupakan perwakilan dari data hasil pengujian. Dan untuk hasil perhitungan yang lainnya ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

4.1.2.1. Perhitungan Daya Air (Pin)

P = QH / 8,8

P = 0,346 x 9,8424 8,8 P = 0,387 HP P = 289 Watt

4.1.2.2. Perhitungan Daya yang keluar dari Turbin (Pout)

Dari data penelitian maka daya output yang berupa daya listrik setiap pembebanan dapat langsung didapat :

Pout = V x I

Pout = 25 x 1,4

Pout = 35 watt

4.1.2.3. Perhitungan Efisiensi Total (η)

η = Pout

Pin x 100% η = 35

289x 100% η = 12,11%

(69)

Pin = 289 watt Beban (watt) Putaran (rpm) Voltase (volt) Arus (ampere) Daya (Pout) (watt) Efisiensi (%) 0 645 37.4 0 0 0 26 525 25 1.4 35 12.12 52 395 16 2.2 35.2 12.19 78 330 11 2.6 28.6 9.90 104 290 7.7 3 23.1 8.00 130 260 5.7 3.2 18.24 6.32 156 240 3.7 3.4 12.58 4.36 182 235 3.1 3.8 11.78 4.08

4.1.3.2. Hasil Perhitungan pada Q = 10 Lt/dt dan H = 3 m Tabel 4.6 Data hasil penelitian dengan rasio 2:1

Pin = 289 watt Beban (watt) Putaran (rpm) Voltase (volt) Arus (ampere) Daya (Pout) (watt) Efisiensi (%) 0 1150 63 0 0 0 26 475 24 1.4 33.6 11.64 52 280 12 1.7 20.4 7.06 78 185 5.8 1.8 10.44 3.62 104 130 2 2 4 1.39

(70)

4.1.3.3. Hasil Perhitungan pada Q = 14,1 Lt/dt dan H = 6 m Tabel 4.7 Data hasil penelitian dengan rasio 1:1

Pin = 830 watt Beban (watt) Putaran (rpm) Voltase (volt) Arus (ampere) Daya (Pout) (watt) Efisiensi (%) 0 875 51 0 0 0 25 810 45 0.4 18.0 2.17 40 800 45 0.6 27.0 3.25 50 795 44.8 0.8 35.8 4.32 65 790 44.5 1.0 44.5 5.36 75 780 44.2 1.2 53.0 6.39 80 775 43.9 1.3 57.1 6.88 100 770 43 1.6 68.8 8.29 125 750 42.6 2.0 85.2 10.27 140 735 42 2.2 92.4 11.13 150 725 41.5 2.4 99.6 12.00 160 710 41.2 2.6 107.1 12.91 175 710 41.2 2.8 115.4 13.90 200 690 40 3.2 128.0 15.42 225 675 39 3.6 140.4 16.92 240 660 38.2 3.9 149.0 17.95 250 655 37.4 4.0 149.6 18.02 265 640 36.7 4.2 154.1 18.57 275 620 36 4.4 158.4 19.08 300 615 35.5 4.7 166.9 20.10 325 600 34.8 4.8 167.0 20.13 350 590 34.2 5.0 171.0 20.60 375 580 33.6 5.2 174.7 21.05 400 570 32 5.3 169.6 20.43 440 555 30.1 5.4 162.5 19.58 480 545 29.6 5.6 165.8 19.97 520 530 28.7 5.7 163.6 19.71 560 520 26.5 5.8 153.7 18.52

(71)

40 1380 80 0.6 48.0 5.78 50 1350 78.3 0.8 62.6 7.55 65 1320 76 1.0 76.0 9.16 75 1310 73.5 1.2 88.2 10.63 80 1250 70 1.3 91.0 10.96 100 1210 68 1.6 108.8 13.11 125 1175 65.8 2.0 131.6 15.86 140 1135 62.8 2.2 138.2 16.65 150 1100 60 2.4 144.0 17.35 160 1060 57.5 2.6 149.5 18.01 175 1020 55.2 2.8 154.6 18.62 200 985 52.6 3.2 168.3 20.28 225 945 50 3.6 180.0 21.69 240 910 47 3.9 183.3 22.08 250 870 44.8 4.0 179.2 21.59 265 832 42.3 4.2 177.7 21.40 275 795 39.5 4.4 173.8 20.94 300 750 37.2 4.6 171.1 20.62 325 720 34.6 4.7 162.6 19.59 350 680 32 4.8 153.6 18.51 375 640 29.5 4.9 144.6 17.42 400 605 27 5.0 135.0 16.27 440 565 24.5 5.2 127.4 15.35 480 530 22 5.4 118.8 14.31 520 490 19.3 5.5 106.2 12.79 560 450 16.8 5.7 95.8 11.54

(72)

4.1.4. Analisa dan Pembahasan

Pada pembahasan ini data-data yang diolah dengan perhitungan komputasi disajikan dalam bentuk grafik-grafik. Dari grafik-grafik tersebut penulis mencoba menjabarkan hasil dari percobaan yang dilakukan.

4.1.4.1. Analisa dan Pembahasan Tentang Daya Keluaran Hasil Pengujian

Gambar 4.1 Grafik daya keluaran (Pout) vs putaran alternator

pada Q = 10 lt/dt dan H = 3m

Dari data hasil pengujian dengan menggunakan head 3 m, debit 0,01 m3/s dan rasio pulley 1:1 didapat grafik yang melengkung, mulai saat tanpa beban sampai dengan saat beban 182 watt. Pada grafik trendline dapat dilihat bahwa daya maksimal dari pendekatan rumus yang dihasilkan adalah sebesar 37,84 watt pada putaran 425 rpm. Setelah mencapai titik puncak, daya yang dihasilkan akan kembali menurun saat diberi beban yang lebih besar lagi.

y = -0.000748305x2+ 0.637027792x - 97.73328034 R² = 0.965269513 y = -0.000132961x2+ 0.166504784x - 15.62759555 R² = 0.999816633 0 5 10 15 20 25 30 35 40 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 P o u t (w at t) putaran generator (rpm) rasio 1:1 rasio 2:1

(73)

Gambar 4.2 Grafik daya keluaran (Pout) vs putaran alternator

pada Q = 14,1 lt/dt dan H = 6m

Dari data hasil pengujian dengan menggunakan head 6 m, debit 0,0141 m3/s dan rasio pulley 1:1 didapat grafik yang melengkung, mulai saat tanpa beban sampai dengan saat beban 560 watt. Pada grafik trendline dapat dilihat bahwa daya maksimal dari pendekatan rumus yang dihasilkan adalah sebesar 167,3 watt pada putaran 570 rpm. Setelah mencapai titik puncak, daya yang dihasilkan juga kembali menurun saat diberi beban yang lebih besar lagi.

R² = 0.982472 y = -0.002641x2+ 3.016556x - 694.103392 R² = 0.994480 0 20 40 60 80 100 120 140 160 300 500 700 900 1100 1300 1500 P o u t (w a tt ) putaran generator (rpm) rasio 2:1 rasio 1:1

(74)

Dari data hasil pengujian dengan menggunakan head 6 m, debit 0,0141 m3/s dan rasio pulley 2:1 didapat pula grafik yang melengkung, mulai saat tanpa beban sampai dengan saat beban 560 watt. Pada analisa dengan grafik trendline dapat dihitung bahwa daya maksimal akan dihasilkan pada putaran turbin 865 rpm sebesar 173,8 watt.

Dari gambar 4.1 dan gambar 4.2 ditunjukkan perbandingan 2 buah grafik daya keluaran terhadap putaran generator antara data hasil pengujian turbin pada head 3 m, debit 0,01 m3/s dan pada head 6 m, debit 0,0141 m3/s. Pada penelitian ini didapat bahwa penggunaan turbin yang sama pada head yang lebih tinggi dan debit yang lebih besar, daya puncaknya naik sebesar 136 watt atau 359%.

4.1.4.2. Analisa dan Pembahasan Tentang Efisiensi Hasil Pengujian

Gambar 4.3 Grafik efisiensi total (η) vs putaran alternator

pada Q = 10 lt/dt dan H = 3m y = -0.000259145x2+ 0.220608857x - 33.84597583 R² = 0.965269513 y = -0.000046046x2+ 0.057662209x - 5.411986783 R² = 0.999816633 0 2 4 6 8 10 12 14 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 e fi si e n si t o ta l ( % ) putaran generator (rpm) rasio 1:1 rasio 2:1

(75)

efisiensi total maksimal yang dihasilkan adalah sebesar 12,64% , didapat pada putaran generator 625 rpm.

Gambar 4.4 Grafik efisiensi total (η) vs putaran alternator

pada Q = 14,1 lt/dt dan H = 6m

Dari data hasil pengujian dengan menggunakan head 6 m, debit 0,0141 m3/s dan rasio pulley 1:1 didapat grafik efisiensi yang melengkung, mulai saat tanpa beban sampai dengan saat beban 560 watt. Pada grafik trendline dapat dihitung bahwa efisiensi total maksimal yang dihasilkan adalah sebesar 20,22%.

y = -0.000318137x2+ 0.363440536x - 83.62691472 R² = 0.994479695 y = -5.74812E-05x2+ 0.099602976x - 22.21370751 R² = 0.982472244 0 5 10 15 20 25 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 ef is ie n si t o ta l ( % ) putaran generator (rpm) rasio 1:1 rasio 1:1

(76)

Dari data hasil pengujian dengan menggunakan head 6 m, debit 0,0141 m3/s dan rasio pulley 2:1 didapat pula grafik yang melengkung, mulai saat tanpa beban sampai dengan saat beban 560 watt. Pada grafik trendline dapat dihitung bahwa efisiensi total maksimal yang dihasilkan adalah sebesar 21,29% , didapat pada putaran generator 865 rpm.

Dari gambar 4.3 dan gambar 4.4 ditunjukkan perbandingan 2 buah grafik efisiensi total terhadap putaran generator antara data hasil pengujian turbin pada head 3 m, debit 0,01 m3/s dan pada head 6 m, debit 0,0141 m3/s. Pada penelitian ini, dengan rumus perhitungan yang didapat maka diperoleh data bahwa efisiensi pada saat penggunaan head 6 m dan debit 0,0141 m3/s lebih besar 8,19%.

(77)

64

sebesar 37,84 watt dan efisiensi total paling besar 13,1%.

2. Pada debit 14,1 liter/detik dan head 6 meter didapat daya keluaran maksimal sebesar 173,8 watt dan efisiensi total paling besar 21,29%.

5.2. Saran

Beberapa saran yang penting untuk perancang atau peneliti pada bidang sejenis dengan penelitian ini atau yang ingin mengembangkan penelitian ini:

1. Melakukan penelitian dengan jumlah debit air masukan lebih bervariasi dan dengan head yang lebih tinggi untuk mendapatkan hasil data yang lebih bervariasi.

(78)

65

DAFTAR PUSTAKA

Cole, Joe, 2004, Crossflow Turbine Abstract.

Dietzel, Fritz, 1996, Turbin Pompa dan Kompresor, cetakan ke-5, Penerbit Erlangga, Jakarta

Generator DC, Dunia Listrik – Tutorial teknik Listrik, Artikel dan Software Teknik, http://dunia-listrik.blogspot.com

Joshi, C. B., Seshadri, V., Singh, S. N., 1995, Parametric Study on Performance of Cross-Flow , Journal of Energy Engineering, Vol. 121.

Khosrowpanah, S., Fiuzat, A. A., Albertson, M., L., 1988, Experimental Study of Cross-Flow Turbine, Journal of Hydraulic Engineering, Vol. 114.

Micro Hydropower Basics, http://www.microhydropower.net/intro.html

Mockmore, CA., 1949, The Banki Water Turbine, Oregon State College.

Olgun, H., 1998, Investigation of The Performance af A Cross-Flow Turbine, International Journal of Energy Research, Vol. 22 Issue 11.

Olgun, H., 2000, Effect of Interior Guide Tubes in Cross-Flow Turbine Runner On Turbine Performance, International Journal of Energy Research, Vol. 24 Issue 11.

Sularso., Suga, Kiyokatsu, 2004, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, cetakan ke-11, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

(79)

66

(80)
(81)

Runner hasil perancangan yang telah dibuat

(82)
(83)
(84)
(85)
(86)

Gambar

Gambar 2.1 Skema irisan penampang nozzle dan ember sudu  (atas) dan bagan kecepatan pada turbin Pelton (bawah) (Fritz
Gambar 2.3 Turbin Pelton dengan banyak nozzle.
Gambar 2.5 Sudu turbin turgo dan nozzle.
Gambar 2.6 Skema Turbin Aliran Ossberger ( Fritz Dietzel,  1992, hal.36)
+7

Referensi

Dokumen terkait

i) Pusat-pusat Giat MARA khususnya di Johor dan Malaysia amnya, kolej- kolej/institusi-institusi awam dan swasta yang melaksanakan kursus-kursus berasaskan

Peserta beranggapan proses pembelajaran e- learning lebih terorganisasi, Widyaiswara dan panitia memberi respon jawaban atau umpan balik dengan cepat, 85,8% peserta

Melalui kegiatan praktikum menguji kepekaan indra pembau ini siswa diharapkan menemukan konsep mengenai sistem indra pembau dan siswa bisa mendapatkan konsep

Seperti yang dapat dilihat dari gambar, terdapat dua plat paralel yang besar dengan jarak antar kedua plat tersebut yang sangat kecil yaitu sebesar y, ruang antara plat terisi

Lembaga yang dapat mengajukan permohonan untuk menerima bantuan sarana TBM Berbasis Elektronik adalah: (i) Taman Bacaan Masyarakat, (ii) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik maka Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 13

JADI DARI PENJELASAN DAN CONTOH SOAL DAPAT DISIMPULKAN BAHWA GARIS PENGARUH REAKSI PELETAKAN ADALAH GAMBAR BESAR REAKSI PERLETAKAN PADA WAKTU P = 1 BERJALAN DIATAS

Mengingat sangat pentingnya analisis rekruitmen kepala sekolah melalui analisis tugas melaksanakan seleksi seseorang pada suatu jabatan yang ada pada setiap