• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan ratarata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan ratarata"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan rata-rata kualitas hidup masyarakat serta semakin tingginya kesadaran dari masyarakat untuk mengkonsumsi pangan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup. Sejalan dengan meningkatnya penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Ternak kambing merupakan salah satu ternak penghasil daging yang berpotensi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat, maka beternak kambing merupakan usaha yang berpeluang besar karena cepat berkembang dibandingkan dengan ternak ruminansia lainnya.

Kontribusi ternak kambing sebagai penyumbang daging secara nasional relatif masih rendah, namun kontribusi ternak ini kedepan dapat lebih dipacu mengingat bahwa daging kambing secara nutrisi dan kesehatan memiliki kelebihan tertentu. Menurut Ginting dan Mahmilia (2008) kambing Boerka memiliki kapasitas tumbuh dan bobot hidup yang sangat baik serta lebih tinggi dibandingkan dengan kambing Kacang. Kambing ini dapat menjadi salah satu pilihan untuk dikembangkan sebagai kambing pedaging di masa mendatang. Proses pengembangan dan penyebaran kambing Boerka kepada masyarakat pengguna membutuhkan sistem yang dapat menjamin ketersediaan baik jumlah maupun kualitasnya secara berkesinambungan. Peluang usaha penggemukan Kambing boerka sangat menjanjikan karena melihat meningkatnya permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein hewani khususnya daging. Usaha penggemukan Kambing Boerka juga relevan dengan

(2)

2 upaya pelestarian sumber daya lahan. Untuk itu tersedia beberapa alternatif skema yang dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi wilayah yang ada di Indonesia.

Dalam usaha peternakan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu pakan, bibit dan manajemennya. Ketiga faktor tersebut yang paling berpengaruh adalah pakan. Kebutuhan akan pakan bagi ternak sangat penting dan harus terpenuhi. Pakan yang diberikan kepada ternak secara langsung tanpa dilakukan pengembalaan sangat terbatas dan kebutuhannya pun tidak terpenuhi, oleh karena itu perlu dilakukan penggemukan dengan cara pengembalaan.

Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman pakan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Tanaman pakan yang biasa tumbuh dipadang penggembalaan meliputi jenis rumput, legum, atau ditumbuhi rumput dan legume. Produksi rumput dari tiap-tiap padang penggembalaan berbeda, bergantung dari kapasitas dan daya tampung dari padang penggembalaan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas pada kegiatan PKPM (Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa) dilakukan pengamatan terhadap PBBH (Pertambahan Bobot Badan Harian) Kambing Boerka di padang pengembalaan. Hasil pengamatan tersebut dibuat dalam laporan tugas akhir yang berjudul “Pertambahan bobot badan Kambing Boerka yang di pelihara pada padang pengembalaan di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih.

(3)

3 1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui pertambahan bobot badan Kambing Boerka yang diperlihara pada padang pengembalaan.

1.2.2 Manfaat

Manfaat dari tulisan ini adalah diketahui pertambahan bobot badan Kambing Boerka yang dipelihara pada padang pengembalaan sehingga peternak dapat mengadopsi pemeliharaan ternak dengan digembalakan.

(4)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kambing Boerka

Kambing Boerka adalah persilangan Kambing Boer dengan Kambing Kacang. Persilangan kedua bangsa ini menghasilkan Kambing Boerka dengan bobot tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan kambing lokal dan sangat berpotensi untuk dikembangkan di beberapa wilayah di Indonesia. Menurut Ginting dan Mahmilia (2008) Kambing Boerka memiliki kapasitas tumbuh dan bobot hidup yang sangat baik serta lebih tinggi dibandingkan dengan kambing Kacang.

Produktivitas bobot lahir Kambing Boerka jantan adalah 2,49 kg relatif tinggi dibandingkan dengan bobot lahir Kambing Boerka betina yang hanya 2,24 kg (Elieser dkk, 2006). Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi peningkatan bobot lahir anak kambing hasil persilangan adalah oleh faktor pejantan (Boerka) yang digunakan.

Kambing Boerkaadalah kambing yang mempunyai potensi genetik tinggi dan tipe pedaging yang baik karena mempunyai konfirmasi tubuh yang baikdengan tulang rusuk yang lentur, panjang badan dan perototan yang baik pula.Menurut Mahmilia dan Doloksaribu (2010) rataanpertambahan bobot hidup harian anak tunggal lebihberat (68,37 ± 27,31 g ekor-1 hari-1) dibandingkandengan anak kembar dua atau lebih (51,11 ± 22,47 gekor-1 hari-1) dengan selisih keunggulan lajupertumbuhan anak tunggal sebesar 25,24% dari anakkembar. Keadaan ini didukung oleh produksi susuinduk, dimana jumlah air susu induk yang dihasilkanper-laktasi untuk kebutuhan anak sudah tertentu. Padakelahiran tunggal, anak akan mengkonsumsi susu induksecara sendirian,

(5)

5 sedangkan pada anak kelahirankembar harus bersaing dengan yang lainnya. Sehinggalaju pertumbuhan anak kelahiran tunggal lebih cepatdibanding kelahiran kembar.

2.2 Pertambahan Bobot Badan Kambing Boerka

Bobot hidup Kambing Boerka secara konsisten lebih tinggi dibandingkan dengan Kambing Kacang pada berbagai umur. Pada saat umur 3 bulan (sapih), 6, 9, 12 dan 18 bulan serta bobot dewasa (> 18 bulan) bobot hidup kambing Boerka jantan rata-rata lebih tinggi 36 – 45% dan pada Kambing Boerka betina rata-rata lebih tinggi 26 – 40% dibandingkan dengan Kambing Kacang. Pada umur 12 atau 18 bulan Kambing Boerka jantan telah mampu mencapai bobot hidup antara 26 – 36 kg dan sesuai persyaratan pasar ekspor. Dengan demikian, Kambing Boerka merupakan ras kambing yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara komersial dalam mendukung pemasaran ternak kambing untuk tujuan ekspor di waktu mendatang (Ginting dan Mahmilia 2008). Berikut ini adalah tabel bobot hidup Kambing Boerka dengan Kambing Kacang.

Tabel 1. Bobot hidup Kambing Boerka dan Kambing Kacang pada berbagai umur

Umur Bobot Hidup (kg)

Jantan Betina

Boerka Kacang Boerka Kacang

Lahir 2,2-2,8 1,5-2,0 2,0-2,6 1,4-1,7 3 Bulan 9-15 6,7-8,7 8-12 6,4-7,8 6 Bulan 16-22 12-16 14-18 11-14 9 Bulan 21-24 14-17 15-19 13-15 12 Bulan 26-32 14,7-20 18-26 14,7-18 18 Bulan 28-36 20-24 20-28 16-21 >18 Bulan 38-50 22-30 28-38 18-24

(6)

6 Laju pertumbuhan kambing Boerka masa prasapih menurut tipe kelahiran maupun jenis kelamin ditampilkan pada Tabel 2 dibawah ini. Data tersebut menunjukkan bahwa tipe kelahiran dan jenis kelamin mempengaruhi laju pertumbuhan anak. Sesuai dengan sifat jenis kelamin, maka laju pertumbuhan jantan lebih tinggi dibandingkan dengan betina, dan laju pertumbuhan anak dengan tipe kelahiran tunggal lebih tinggi dibandingkan pada kelahiran kembar. Rataan umum menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan anak kambing Boerka masa prasapih sebesar 118 g/hari, jauh lebih tinggi dibandingkan pada Kambing Kacang sebesar 52 – 70 g/hari(Ginting dan Mahmilia 2008).

Tabel 2. Pertambahan bobot hidup harian (PBHH) anakKambing Boerka dan Kambing Kacang berdasarkan tipe kelahiran dan jenis kelamin periode prasapih

Uraian

Pertambahan bobot hidup harian(g)

Boerka Kacang Tipe kelahiran Tunggal 115-141 103 Kembar 2 93-101 154-63 Jenis Kelamin Jantan 106-126 52 – 70 Betina 77-112 52-55

Tipe kelahiran/ Jenis Kelamin

Tunggal Jantan 129-148 86-92

Tunggal Betina 88-136

Kembar-2/Jantan 102-108 54-78

Kembar-2/Betina 75-96

Sumber : Ginting dan Mahmilia (2008)

2.3 Kebutuhan Nutrisi Kambing Boerka

Pakan adalah bahan makanan tunggal ataucampuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kapada hewan untuk kelansungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

(7)

7 taktalasana. Pakan yang berkulitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi ternak.

Secara umum bahan makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, tetapi tidak semua komponen dalam bahan makan ternak tersebut dapat dicerna oleh ternak. Bahan makanan ternak mengandung zat makanan ternak dan merupakan istilah umum, sedangkan komponen dalam bahan makanan ternak tersebut dapat digunakan oleh ternak disebut zat makanan.

Konsentrat (concentrate) adalah bahan pakan rendah serat kasar dan tinggi kandungan nutrien yang lain.Berdasarkan macam nutrien yang terkandung di dalamnya, maka ada 2 macam bahan pakan konsentrat utama, yaitu konsentrat energi dan konsentrat protein.

Konsentrat energi yaitu semua macam bahan pakan yang merupakan sumber energi dan memenuhi syarat tertentu (serat kasar < 18%, dinding sel <35% dan protein < 20%). Energi yang terkandung didalam konsentrat energi terutama berasal dari karbohidrat yang mudah larut ataupun minyak dan lemak bahan pakan yang tinggi kandungan energinya (DE, Me atau NE) pada umumnya mengandung protein rendah sampai sedang, walaupun ada beberapa macam yang mengandung protein tinggi. Ternak lebih mudah mendapatkan energi dari konsentrat energi daripada yang berasal forase walaupun energi bruto atau gross energy (GE) hampir sama. Konsentrat energi yang dibicarakan disini adalah bahan pakan sumber energi yang kandungan proteinnya <20%.

Konsentrat protein yaitu semua macam bahan pakan yang mengandung protein kasar >20%. Penggunaan konsentrat protein terutama ditujukan untuk ternak muda, ternak tumbuh cepat dan ternak produksi tinggi, berdasarkan

(8)

8 sumbernya, konsentrat protein berasal dari ikan laut, hewan, tanaman, asam amino sintetik.

2.4 Padang Pengembalaan 2.4.1 Padang Penggembalaan

Padang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik ekonomis adalah yang terdiri dari rumput dan leguminosa (Anonimous, 1995).

Perluasan areal padang penggembalaan adalah upaya memperluas padang penggembalaan guna meningkatkan produksi hijauan makanan ternak yang berkualitas (Reksohadiprodjo, 1985). Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus, 1997). Usaha padang penggembalaan adalah suatu bentuk usaha peternakan (ternak ruminansia) yang menggunakan padang penggembalaan, dengan landasan kapasitas tampung (carrying capacity) (Reksohadiprodjo, 1985). Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit, sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan. Rumput yang ada didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri

(9)

9 (Anonimous, 1995). Syarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura yang tinggi canopinya yaitu 25 – 30 cm setelah dipotong (Utomo, 1983).

2.4.2 Macam – Macam Padang Penggembalaan

Padang Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan (Reksohardiprodjo, 1985).

Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan merupakan spesies-spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi) (Reksohardiprodjo, 1985).

Padang Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanent atau diselingi dengan tanaman pertanian (Reksohardiprodjo, 1985).

Padang Penggembalaan dengan Irigasi dimana padangan biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 – 4 hari (Reksohardiprdjo, 1985).

(10)

10 2.5 Kandungan Nutrisi Rumput

a. Rumput Brachiaria brizantha

Berasal dari Afrika, bahan penanaman adalah pols. Dapat hidup pada jenis tanah dengan struktur tanah ringan, sedang, sampai berat. Rumput ini termasuk berumur panjang. Pertumbuhannya membentuk hamparan vertikal dan horisontal, yang bisa mencapai tinggi 60-150 cm (Reksohadiprodjo, 1985).

Tabel 3. Kandungan nutrien rumput Brachiaria brizanta

Nutrien Nilai nutrien dalam Rumput Brachiaria brizantha (%) PK 10,8 N 1,73 Ca 0,26 P 0,16 Mg 0,18 K 1,41 Na 0,02 KCBK 56,9 Sumber: (Reksohadiprodjo, 1985).

b. Rumput Brachiaria decumbens

Rumput Brachiaria decumbens adalah salah satu rumput gembala yang memiliki produksi lebih baik dibandingkan dengan rumput lapangan, memiliki nilai nutrisi yang tinggi, lebih tahan pada musim kemarau dan cocok untuk wilayah tropis. Sebagai rumput budidaya yang banyak dipergunakan oleh peternak, Brachiaria decumbens memiliki kandungan nutrisi yang baik yang dibutuhkan oleh ternak(Reksohadiprodjo, 1985). Kandungan nutrisi tersebut bisa kita lihat pada Tabel 4.

(11)

11 Tabel 4. Kandungan nutrisi rumput Brachiria decumbens

Nutrien Nilai nutrien dalam Rumput Brachiaria

decumbens (%) PK 10,6 N 1,69 Ca 0,3 P 0,15 Mg 0,19 K 1,35 Na 0,02 KCBK 59,8 Sumber : (Reksohadiprodjo, 1985).

c. Rumput Brachiaria riziziensis

Rumput ruzi/kongo adalah salah satu jenis rumput berumur panjang yang berasal dari Kongo, dan Kenya (Afrika Tropis), yang dapat tumbuh baik pada hampir setiap jenis tanah dan pada ketinggian 0 - 1.000 m atau lebih dengan curah hujan sekitar 1.000 mm/tahun. Rumput ruzi/kongo termasuk dalam golongan rumput gembala ringan (domba dan kambing) karena kurang tahan injak dan renggut. Ciri–ciri rumput ruzi/kongo yakni tumbuh vertikal dan horizontal, membentuk hamparan dan mencapai tinggi 60-120 cm. Bagian batang yang menjalar bersinggungan dengan tanah (stolon), pada setiap buku stolonnya bisa tumbuh akar, bila kondisi memungkinkan. Perakarannya luas, tetapi dangkal, sehingga kurang tahan injak dan renggutan. Batang berwarna merah tua keunguan dan beruas pendek, sedang keadaan daunnya lebar dan berbulu halus, tanaman ini juga responsif terhadap pemupukan nitrogen. Rumput ruzi/kongo dapat dikembangbiakkan dengan pols dan stek(Reksohadiprodjo, 1985).

(12)

12 Tabel 5. Kandungan nutrisi pada rumput Brachiria Ruziziensis

Nutrien Nilai nutrien dalam Rumput Brachiaria

ruziziensis (%) PK 11,6 N 1,86 Ca 0,31 P 0,16 Mg 0,20 K 1,80 Na 0,02 KCBK 60,7 sumber : (Reksohadiprodjo, 1985).

d. Rumput Panicum maximum

Rumput benggala (Panicum maximum) merupakan salah satu hijauan yang dimanfaatkan sebagai pakan tunggal pada ternak kambing. Pada rumput Panicum maximum ini mengandung nilai nutrisi yang dapat kita lihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan nutrisi rumput Panicum maximum

Nutrien Nilai nutrien dalam rumput Panicum

maximum (%) Bahan kering 21,00 Bahan organik 87,65 Protein kasar 13,00 ADF 44,01 NDF 64,94 Selulosa 35,81 Hemiselulosa 20,98 Lignin 14,33 Sumber : (Reksohadiprodjo, 1985).

(13)

13 a. Rumput Paspalum guenarium

Rumput yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Paspalum gueonarum merupakan salah satu jenis rumput yang berasal dari Argentina (Amerika Selatan), masuk ke benua Australia pada tahun 1870 dan akhirnya meluas menjadi rumput benua Australia. Bahan penanaman adalah pols. Dapat tumbuh pada struktur tanah sedang sampai berat. Tetapi yang paling baik adalah pada tanah berat yang basah dan subur. Ketinggian 0-2.000 m (dataran rendah sampai pegunungan). Curah hujan tak kurang 900-1.200 mm/tahun (Fanindi, dkk 2013).

Rumput ini termasuk rumput berumur panjang, tumbuh tegak yang bisa mencapai tinggi 60-150 cm, berdaun rimbun yang berwarna hijau tua. Tanaman ini toleran terhadap kekeringan karena sistem perakarannya luas dan dalam serta tahan genangan air. Rumput ini merupakan rumput gembala yang baik, sebab tahan injak dan renggut serta merupakan rumput yang palatable (enak) dan banyak nilai gizinya. Sebagai rumput potong, rata-rata produksinya bisa mencapai 50-70 ton per tahun/Ha. Sehabis dilakukan pemotongan, rumput ini pertumbuhannya kembali sangat cepat. Sebagai rumput gembala ketinggian harus dipertahankan sekitar 30 cm (Reksohadiprodjo, 1985).

Tabel 7. Kandungan nutrisi rumput Paspalum guenarium

Nutrien Nilai nutrien dalam Rumput Paspalum guenarium

Protein 16%

Serat Kasar 27%

Lemak 6%

Bahan organik 83-84%

Energi bruto 4,3 kkal/g

(14)

14 III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan tempat Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) Pengalaman Kerja Prakterk Mahasiswa (PKPM) dilaksanakan pada Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara. Waktu pelaksanaan dimulai pada tanggal 16 Maret sampai 30 Mei 2015.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan terdiri atas: 1. timbangan, 2. sapu, 3. garu, 4. tali, 5. Gerobak, 6. Kandang dan peralatannya, sedangkan bahan yang digunakan adalah: 1. Kambing boerka 2. Rumput yang terdiri dari: Brachiaria brizantha, Paspalum gueonarum, Panicum maximum, Brachiaria decumbens, Brachiria ruziziensis,3. Konsentrat

3.3 Pelaksanaan

3.3.1 Tatalaksana pemeliharaan

a. Penetapan ternak untuk dijadikan sampel.

Sebanyak sepuluh ekor ternak Kambing Boerka betina diambil secara acak untuk dijadikan sebagai sampel dari lebih kurang 100 ekor ternak kambing lainya. Ternak Kambing Boerka yang dijadikan sebagai sampel tersebut umurnya lebih kurang 2 tahun lalu dicatat nomor kalung lehernya untuk memudahkan dalam pengamatan. Setelah itu ternak Kambing Boerka tersebut ditimbang bobot badannya untuk dijadikan sebagai data pengamatan.

(15)

15 b. Pemberian konsentrat

Pemberian konsentrat pada ternak Kambing Boerka yang dijadikan sebagai sampel dilakukan pagi hari pada pukul 08.00 WIB. Konsentrat diberikan sebanyak 500 g/ekor/hari. Ternak lainnya juga diberi konsentrat pada jam yang sama. Komposisi konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 4.

c. Pengembalaam ternak

Setiap hari, pukul 11.00 WIB, ternak Kambing Boerka yang telah ditetapkan sebagai sampel bersama-sama dengan ternak kambing lainnya (sebanyak lebih kurang 100 ekor) dikeluarkan dari kandang lalu dibawa ke satu tempat padang pengembalaan dan dibiarkan merumput sampai pukul 13.30 WIB. Setelah itu semua ternak kambing tersebut dipindahkan ke padang pengembalaan lainnya dan dibiarkan merumput sampai pukul 16.30. Luas dari padang pengembalaan ternak kambing di Lolit Kambing Potong Sei Putih berkisaran 7-8 ha.

d. Pengandangan ternak

Pada pukul 16.30 ternak Kambing Boerka yang digembalakan beserta ternak kambing lainnya dimasukan ke dalam kandang kembali untuk memudahkan pemberian konsentrat pada pagi harinya.

e. Penimbangan ternak

Setiap minggunya ternak Kambing Boerka yang diamati ditimbang bobot badannya untuk mengetahui PBB setiap minggu dan pertambahan bobot badan hariannya. Penimbangan bobot badan ternak Kambing Boerka ini dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi konsentrat.

(16)

16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertambahan Bobot Badan

Hasil pengamatan pertambahan bobot badan pada Kambing Boerka selama delapan minggu dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Data bobot badan selama delapan minggu dan pertambahan bobot badan harian (PBBH)

No Data bobot badan Kambing Boerka

selama delapan minggu(kg) PBBH

Ternak 1 2 3 4 5 6 7 8 (g/e/hr) 5301 24,3 24,9 25,4 25,9 26,4 29,9 30,4 30,9 117,9 5302 27,0 27,5 27,9 28,4 28,9 29,4 30,0 30,5 62,5 5303 28,1 28,6 29,0 29,5 30,0 30,5 31,1 31,7 64,3 5304 23,0 23,0 24,0 24,6 25,1 25,6 26,2 26,7 66,1 5305 26,0 26,6 27,1 27,6 28,0 28,5 28,9 29,5 62,5 52015 22,2 22,7 23,2 23,7 24,2 24,8 25,4 25,9 66,1 52016 28,0 28,4 28,9 29,4 29,9 30,4 30,9 31,5 62,5 52017 25,4 26,0 26,5 27,0 27,6 28,0 28,5 29,0 100,0 52018 27,0 27,6 28,0 28,5 29,0 29,6 30,1 30,7 83,9 52019 25,0 25,5 26,0 26,6 27,0 27,5 28,0 28,5 62,5 rata-rata 25,6 47,28 26,6 27,12 27,71 28,72 29,25 29,79 74,8 Keterangan : PBBH = pertambahan bobot badan harian

Dari tabel bobot badan Kambing Boerka diatas, dapat dilihat rataan pertambahan bobot badan harian adalah 74,8 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan harian Kambing Boerka yang digembalakan hampir sama dengan PBBH Kambing Boerka yang dikandangkan. Pertambahan bobot badan Kambing Boerka yang dikandangkan adalah 72,4 g/ekor/hari (Siregar, 2015). Pakan yang diberikan pada Kambing Boerka yang dikandangkan tersebut adalah konsentrat dan hijauan berupa rumput lapang sedangkan hijauan yang terdapat pada padang pengembalaan (pasture) terdiri atas rumput Brachiaria brizantha, Paspalum gueonarum, Panicum maximum, Brachiaria decumbens, Brachiria ruziziensis.

(17)

17 Kedua jenis pemeliharaan, ternak kambing sama-sama diberi konsentrat. Jenis dan jumlah konsentrat yang diberikan antara Kamsbing Boerka yang dikandangkan dengan Kambing Boerka yang digembalakan adalah sama. Konsentrat diberikan sebanyak 500 g/ekor/hari.

Dilihat dari jenis hijauan yang dikonsumsi Kambing Boerka, secara teori Kambing Boerka yang dikandangkan seharusnya memiliki PBBH lebih rendah dibandingkan dengan Kambing Boerka yang digembalakan karena nilai gizi rumput lapang lebih rendah dibandingkan dengan jenis rumput yang ada di padang pengembalaan tetapi tidak demikian kenyataannya. Hal ini disebabkan konsumsi hijauan Kambing Boerka yang dikandangkan sudah pasti sesuai kebutuhan sehingga terpenuhi kebutuhan protein dan bahan kering. Peternak tentu memberikan rumput sesuai kebutuhan sementara Kambing Boerka yang digembalakan seharusnya memiliki PBBH yang lebih tinggi dari 74,8 g/ekor/hari atau lebih tinggi dari PBBH Kambing Boerka yang dikandangkan. Hal ini diduga karena konsumsi hijauan Kambing Boerka yang digembalakan tidak sesuai kebutuhan disebabkan kambing yang digembalakan banyak, karena nilai gizi rumput pada padang pengembalaan lebih baik maka PBBH masih lebih tinggi dibandingkan PBBH Kambing Boerka yang dinyatakan (Mahmilia, dkk, 2007).

Bila dibandingkan dengan performa Kambing Boerka secara umum, PBBH pada pengamatan selama PKPM lebih tinggi karena PBBH Kambing Boerka menurut Mahmilia, dkk (2007) adalah 61,30 g/ekor/hari.

(18)

18 V. SIMPULAN

5.1 Simpulan

Pertambahan bobot badan harian Kambing Boerka yang digembalakan pada padang pengembalaan hampir sama dengan PBBH Kambing Boerka yang dikandangkan yaitu yang digembalakan 74,8 g/ekor/hari dan yang dikandangkan 72,4 g/ekor/hari.

5.2 Saran

Disarankan kepada peternak yang mempunyai padang pengembalaan agar menanam rumput-rumput yang berkualitas pada padang pengembalaan tersebut.

(19)

19 DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1995. Hijauan makanan ternak. Kanisius : Yogyakarta

Ginting, S.P. dan F. Mahmilia. 2008. Kambing Boerka kambing tipe pedaging hasil persilangan Boer X Kacang. Wartazoa 18(3) hlm. 115-126

Reksohadiprodjo S. 1985. Produksi hijauan makanan ternak. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi (BPFE) Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Yunus, M. 1997, ‗Pengaruh umur pemotongan dan spesies rumput terhadap produksi, komposisi kimia, Kecernaan Invitro dan Insacco„. Tesis S2, Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta.

Mahmilia. dan Doloksaribu. 2010.Keunggulan Relatif Anak Hasil Persilangan antara Kambing Boer dengan Kacang pada Priode Prasapih

Mahmilia, Pamungkas, Doloksaribu. 2007. Laju Prtumbuhan Prasapih dan sapih Kambing Boer, Kacang dan Boerka-1. Tidak ada dalam tulisan

Elieser, Doloksaribu, Mahmilia, Pamungkas (2006)Produktivitas Kambing Hasil Persilangan Kacang Dengan Pejantan Boer (Bobot Lahir, Bobot Sapi, Bobot Sapi dan Mortalitas)

(20)

20 Lampiran 1. Profil Perusahaan

SEJARAH BERDIRINYA LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

Balai Penelitian Sungai Putih berdiri dengan surat keputusan Menteri Pertanian Nomor 913/01/0120/8/1984. Tepat pada tanggal 6 Agustus 1984 menegaskan bahwa Sub Balai Penelitian Ternak Sungai Putih melakukan penelitian-penelitian meliputi: sapi perah, kerbau, Domba ekor tipis, kambing, teknologi pakan dan usaha lainnya.

Setelah disetujui oleh pemerintah maka dibangunkanlah kantor beserta kandang secara bertahap yaitu:

1. Pembangunan gedung kantor, perumahan dan kandang dimulai tahun 1982-1984.

2. Pertengahan 1984 pegawai, staf ditambah karyawan dari bogor dan dialokasikan ke Sub Balai Penelitian Ternak Sungai Putih.

3. Pada pertengahan 1984 Balai Penelitian ternak dapat berdiri sendiri.

Adapun tujuan didirikan Sub Balai Penelitian Ternak Sungai Putih adalah: 1. Untuk mengetahui langkah-langkah berternak yang baik.

2. Mengetahui penyakit yang sering menyerang ternak.

3. Merealilisasikan program pemerintah yang mengembangkan ternak yang unggul misalnya kambing.

4. Mengali potensi lahan pemerintah pada peternakan daerah perkebunan. 5. Menggali dan mengembngkan potensi peternakan deseluruh indonesia

(21)

21 Tugas dan fungsi pokok

Loka Penelitian Kambing Potong merupakan unit pelaksanaan teknis dibidang penelitian dan pengembangan kambing potong. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.73/Ktps/OT.210/1/2002 tentang organisasi dan tata kerja. Loka Penelitian Kambing Potong, maka loka berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala pusat Penelitian dan pengembangan Peternakan.

Tugas pokok Loka Penelitian Kambing Potong adalah melaksanakan tugas pokok tersebut. Fungsi yang di emban oleh instutusi ini adalah:

1. Pelaksanaan penelitian eksplorasi, evaluasi, pelestarian serta pemanfaatan plasma nutfah kambing potong dan hijauan pakan ternak tahan naungan. 2. Pelaksanan penelitian pemulian, reproduksi dan nutrisi kambing potong. 3. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi system dan usaha agribisnis

kambing potong dan ruminansia kecil.

4. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian kambing potong.

5. Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebar luasan dan pendayagunaan hasil penelitian kambing potong.

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Visi

Sebagai unit pelaksana teknis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak). Berdasarkan acuan tersebut maka visi loka mengacu kepada renstra Puslitbangnak. Berdasarkan acuan tersebut maka visi Loka Penelitian Kambing Potong adalah „‟Menjadi Institusi Penelitian Termuka Untuk Pengembangan Pertanian‘’ yang memiliki kompentensi dan akuntabilitas yang tinggi.

(22)

22 Misi

Dalam upaya mewujudkan misi Loka Penelitian Kambing Potong maka perlu ditetapkan misi yang berfungsi sebagai arah dan pedoman untuk menyusun berbagai program penelitian dan kegiatan pendukung lainya. Misi Loka adalah “menghasilkan inovasi teknologi atau teknologi yang baru yang mampu meningkatkan kesejahteraan dari usaha produksi kambing”

Lokasi / Identitas Instansi Perusahaan

Lokasi ini terletak di Desa Sei Putih, Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

Struktur Organisasi Loka Penelitian Kambing Potong

Petugas Tata Usaha (Ir. Jungjungan Sianipar, MP

Jabatan Fungsional

(Rijanto Hutasoit, Spt, M,Si (Amir Hondo, S.Pt. M.Si) Petugas Jasa Penelitian

Fungsional penelitian Fungsional Litkayasa Fungsional kehumasan

Dan lain-lain Kepala

(23)

23 Lampiran 2. Lokasi PKPM

(24)

24 Lampiran 3. Foto-foto kegiatan

(a) (b)

(c) (d) Keterangan : (a) koleksi hijauan dan leguminosa

(b) pemberian pakan hijauan

(c) pengambilan rumput di lapangan (d) kambing sedang digembalakan

(25)

25 Lampiran 4. Komposisi Konsentrat

Komposisi konsentat yang digunakan

No Nama Bahan Persentase Penggunaan

1 Indigofera sp. 25%

2 Pelepah Kelapa Sawit 30%

3 Molases 5%

4 Bungkil Inti Sawit 25%

5 Bungkil Kedelai 15%

Referensi

Dokumen terkait

umat Kristiani dengan intensitas yang belum pernah terjadi dalam sejarah gereja. 8 Kelaparan spiritual dalam hati banyak orang ditengarai sebagai penyebab

1,21 Namun asupan serat subyek penelitian masih kurang dari anjuran sehigga tidak dapat membantu ester stanol dalam menurunkan kadar kolesterol LDL secara bermakna.. 22

Dari hasil pengujian berbagai bentuk pertanyaan untuk maksud yang sama terhadap model ontologi terlihat bahwa pencarian berbagai variasi secara semantis dapat dibentuk, dan

ƒ Mesin Hollerith memiliki keterbatasan : Hanya bisa untuk Mesin Hollerith memiliki keterbatasan :  Hanya bisa untuk membuat tabulasi ;  Kartu lubang tidak bisa digunakan

Salah Satu perubahan besar dalam keuangan publik di tingkat Desa adalah adanya pemberian dana Desa kepada seluruh Desa yang berada di wilayah Indonesia, dana Desa ini di keluarkan

President Director PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia, Tham Chee Kong mengatakan, kerja sama bancassurance dengan Bank KEB Hana sangat penting untuk semakin

Pengujian metalografi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari temperatur solution treatment dan aging terhadap fasa yang terbentuk dan diameter rata-rata butir.. Etsa

 Kartu ini harap dikembalikan ke Departemen Matematika bila bimbingan telah selesai.. Ketua Prog.Studi D3Teknik Informatika,