• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI KUALITAS AIR TERHADAP KONVERSI PAKAN PADA SISTEM BUDIDAYA INTENSIF UDANG VANAME Litopenaeus vannamei IRMADIANI NUUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KORELASI KUALITAS AIR TERHADAP KONVERSI PAKAN PADA SISTEM BUDIDAYA INTENSIF UDANG VANAME Litopenaeus vannamei IRMADIANI NUUR"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI KUALITAS AIR TERHADAP KONVERSI PAKAN

PADA SISTEM BUDIDAYA INTENSIF UDANG VANAME

Litopenaeus vannamei

IRMADIANI NUUR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Korelasi Kualitas Air Terhadap Konversi Pakan Pada Sistem Budidaya Intensif Udang Vaname Litopenaeus vannamei” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Irmadiani Nuur NIM C14100094

(4)

ABSTRAK

IRMADIANI NUUR. Korelasi Kualitas Air Terhadap Konversi Pakan Pada Budidaya Intensif Udang Vaname Litopenaeus vannamei. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA dan YUNI PUJI HASTUTI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi faktor kualitas air (suhu, oksigen terlarut (DO), salinitas, dan pH) pada pagi dan sore hari terhadap konversi pakan (KP) udang vaname pada budidaya intensif. Penelitian ini dilakukan pada pemeliharaan 5 petak tambak udang vaname berupa PL 12 dengan tambak udang yang berukuran 5.000 m2 dan pada padat tebar 400.000 ekor/petak. Data kualitas air yang diambil adalah suhu, oksigen terlarut (DO), salinitas, dan pH pada pagi dan sore hari yang kemudian dikorelasikan dengan konversi pakan (KP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis korelasi yang memiliki hubungan erat dan tingkat keseragamaan yang paling dekat antara kualitas air terhadap konversi pakan adalah suhu pada pagi hari dan salinitas sebesar 99,78% dengan nilai korelasi pada suhu pagi sebesar r = -0,80 dan salinitas r = -0,78 (SK=95%), yang artinya bahwa suhu pagi dan salinitas yang meningkat maka konversi pakan menjadi menurun. Sehingga agar tidak terjadi suhu dan salinitas yang tinggi maka dilakukan penggunaan kincir dan penggunaan pencampuran antara air laut dan air tawar di tambak agar nafsu makan udang tidak berkurang. Kata kunci: udang vaname, kualitas air, konversi pakan.

ABSTRACT

IRMADIANI NUUR. Correlation of Water Quality Parameters on Feed Conversion Ratio of White Shrimp Litopenaeus vannameii. Supervised by KUKUH NIRMALA and YUNI PUJI HASTUTI.

The purpose of this research was to analyze the correlation of water quality factor (temperature, dissolved oxygen, salinity, and pH) in the morning and afternoon on feed conversion ratio of white shrimp culture. Research was performed using on 5 plots of white shrimp farm with total width of 5000 m2 per pond with stocking density of 400 000 post larva per pond at PL 12 stage. Water quality data obtained were temperature, dissolved oxygen, salinity, and pH in morning and afternoon which were correlated with feed conversion ratio (FCR). The result showed that the correlation analysis which has close ties similarity closes to the water quality of the food conversion ratio is the temperature at morning and salinity 99,78% with the correlation at the morning r = -0,80 and salinity r = -0,78 (SK= 95%), the meaning of temperature at morning and salinity higher weft feed conversion ratio low. Therefore in order to avoid high temperature and salinity were then perfomed using windmills and the use of mixing between sea water and fresh water in shrimp ponds that are not reduced appetite.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

KORELASI KUALITAS AIR TERHADAP KONVERSI PAKAN

PADA SISTEM BUDIDAYA INTENSIF UDANG VANAME

Litopenaeus vannamei

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(6)

Judul Skripsi : Korelasi Kualitas Air Terhadap Konversi Pakan Pada Sistem Budidaya Intensif Udang Vaname Litopenaeus vannamei. Nama : Irmadiani Nuur

NIM : C14100094

Disetujui oleh

Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc Pembimbing I

Yuni Puji Hastuti, SPi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Korelasi Kualitas Air Terhadap Konversi Pakan Pada Sistem Budidaya Intensif Udang Vaname Litopenaues vannamei”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2013 di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat. Berbagai pihak telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Makmun Karta dan Ade Sri Sulastri yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, do’a dan dukungan yang tiada henti. Kakak Imam Muttaqien Wahidin yang senantiasa memberikan motivasi, nasihat dan semangat kepada penulis.

2. Dr. Ir. Kukuh Nirmala, MSc selaku Pembimbing I dan Yuni Puji Hastuti, SPi, MSi selaku Pembimbing II dan Pembimbing Akademik atas segala masukan dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.

3. Julie Ekasari, SPi, MSc selaku dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan saran dan Ir. Dadang Shafruddin, Msi selaku dosen program studi atas arahan dan koreksinya.

4. Pihak BLUPPB, Pak Acep dan Pak Karyo yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian.

5. Teman-teman dan sahabat seperjuangan BDP 47 atas semangat, motivasi, kebersamaan, dan kenangan.

6. Muhammad Farhan Fairuzabidi yang tiada lelah memberikan dukungan, dorongan, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat, dan seluruh pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2014

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 METODE PENELITIAN ... 2 Prosedur Penelitian ... 2 Persiapan Tambak ... 2 Penebaran Benur ... 2

Pengelolaan Kualitas Air... 3

Pemberian Pakan ... 3

Sampling ... 4

Parameter Pengamatan dan Analisis Data...4

Parameter Kualitas Air ... . ... 4

Pertumbuhan Harian... ... ... 4

Biomassa ... ... ... 4

Konversi Pakan ... ... ... 5

Analisis Data... ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil ... 5

Pembahasan ... 9

KESIMPULAN DAN SARAN ... 11

Kesimpulan ... 11

Saran ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 12

LAMPIRAN ... 14

(9)

DAFTAR TABEL

1 Rincian kebutuhan pakan ... 3 2 Pengumpulan data kualitas air ... 4 3 Hasil sampling udang vaname pada umur ke 30, 40 dan 50 hari pemeliharaan....5 4 Rata-rata Data kualitas air dan konversi pakan pada 5 petak tambak udang

vaname selama 50 hari pemeliharaan ... 7 5 Koefisien korelasi pearson (r) untuk variabel kualitas air dengan konversi pakan pada 5 petak tambak udang vaname... 7

DAFTAR GAMBAR

1 Dendogram hubungan variabel kualitas air dengan konversi pakan ... 8 2 Hubungan analisis regresi linear variabel kualitas air suhu, DO, salinitas pada pagi dan sore hari dengan konversi pakan udang vaname selama 50 hari

pemeliharaan ... 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Korelasi kualitas air terhadap konversi pakan ... 14 2 Klaster analisis kualitas air terhadap konversi pakan ... 14

(10)
(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udang vaname Litopeneus vannamei merupakan udang alternatif selain udang windu Penaeus monodon. Udang vaname memiliki keunggulan yaitu dapat tumbuh lebih cepat daripada udang windu dengan ukuran udang windu 3 gram/minggu, sedangkan udang vaname 3,5 gram/minggu, dapat dibudidayakan pada kisaran salinitas yang lebar (0,5-45 ppt), kebutuhan protein yang lebih rendah (20-35%) dibanding dengan udang windu, mampu mengkonversi pakan lebih baik (FCR 1,2-1,6), serta dapat ditebar dengan kepadatan tinggi hingga lebih dari 150 ekor/m2 (Briggs et al. 2004). Berdasarkan data Kementrian Kelautan Perikanan (KKP) pada tahun 2012, produksi udang nasional meningkat dari 400.385 ton tahun 2011 menjadi 457.600 ton tahun 2012 dan produksi udang pada tahun 2014 diharapkan dapat naik 74,75% yaitu menjadi 699.000 ton.

Salah satu faktor yang berperan menentukan keberhasilan budidaya udang adalah pengelolaan kualitas air, karena udang adalah hewan air yang segala kehidupan, kesehatan dan pertumbuhannya tergantung pada kualitas air sebagai media hidupnya (Tricahyo 1995). Media air di tambak dan berada diluar ruangan yang sifatnya terbuka, sehingga kualitas air baik suhu, oksigen terlarut (DO), salinitas dan pH parameter-parameter penting lainnya menjadi sangat fluktuatif. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi biota yang dibudidayakan. Oleh sebab itu dilakukan pengelolaan kualitas air, agar penyebab penurunan produktivitas budidaya akibat kualitas air dapat diminimalisir. Kualitas air yang baik untuk budidaya udang vaname sendiri yaitu pada suhu berkisaran 28,5-31,50C, DO >5 mg/l, salinitas 15-35 ppt, dan pH 7,5-8,5 (SNI 2006).

Konsep budidaya udang vaname yang dilakukan secara intensif yaitu penggunaan padat tebar tinggi dengan diberikan pakan yang tepat, agar tidak terjadinya penurunan kualitas air sehingga kelangsungan hidup dapat dipertahankan tinggi (Budiardi 2008). Padat tebar pada sistem budidaya intensif untuk udang vaname yaitu 75-150 ekor/m2. Pemenuhan materi bagi pertumbuhan udang vaname diperoleh dari pemberian pakan buatan. Jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan peningkatan biomassa udang akibat adanya pertumbuhan. Pakan yang digunakan pada pemeliharaan sistem budidaya intensif adalah pakan yang berkualitas baik dan mempunyai kadar protein 20-35% (Farchan 2006). Peningkatan efisiensi pakan dengan pakan yang berkualitas baik yang berkadar protein 20-35% dan bisa diharapkan mengurangi pencemaran (lebih ramah lingkungan), pengelolaan air lebih mudah, pertumbuhan lebih baik, dan FCR lebih rendah (Sutanto 2005).

Udang vaname yang dibudidayakan secara intensif dengan padat tebar 80 ekor/m2 memerlukan pakan yang tinggi dan kebutuhan oksigen yang tinggi. Sehingga menghasilkan limbah yang tinggi dan berdampak pada penurunan kualitas. Limbah yang tinggi dan kualitas air menjadi buruk maka akan adanya amoniak (NH3), hidrogen sulfida (H2S), oksigen terlarut (DO), suhu, pH, dan salinitas maka konversi pakan menjadi buruk. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk melihat adanya hubungan keeratan antara parameter kualitas air yang dilakukan seperti suhu, oksigen terlarut (DO), salinitas, dan pH pada pagi

(12)

2

dan sore hari terhadap konversi pakan udang vaname pada sistem budidaya intensif.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi faktor kualitas air (suhu, oksigen terlarut, salinitas, dan pH) pada pagi dan sore hari terhadap konversi pakan udang vaname pada budidaya intensif.

METODE PENELITIAN

Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara kegiatan observasi lapang serta pengukuran terhadap parameter kualitas air udang vaname secara intensif pada 5 petak tambak yang terkendali selama ±50 hari, tambak yang digunakan berukuran 5000m2/petak. Kegiatan pengelolaan tambak yang dilakukan di BLUPPB Karawang sesuai dengan prosedur operasional baku atau SOP (Standard Operational Procedure) dari BLUPPB Karawang. Beberapa tahap yang mencakup dalam pengelolaan tambak yaitu:

1. Persiapan Tambak

Kegiatan persiapan tambak yang dilakukan yaitu pertama-tama dengan proses pengeringan yaitu selama 1-2 minggu. Selama pengeringan dilakukan kegiatan penjemuran, pengangkatan sedimen yang menggunakan bantuan pompa berukuran 8 inci, dan penambalan mulsa yang rusak. Kemudian pembersihan peralatan seperti kincir, jembatan anco, dan saluran inlet ataupun outlet dari lumut, trisipan, ataupun kerang-kerangan.

Pengisian air dilakukan dengan cara diendapkan terlebih dahulu di tandon (reservoir). Kemudian dilakukan aplikasi desinfectant dengan penambahan kaporit 60% dosis 30 ppm dan selanjutnya disebar merata dengan bantuan arus kincir. Setelah itu pemasangan kincir dilakukan setelah air masuk ke petakan tambak dengan jumlah kincir pada setiap petakan tambak setiap petak tambak di pasang kincir sebanyak 8 kincir dengan kekuatan 1 pk.

2. Penebaran benur

Penebaran benur berupa udang vaname yang berupa PL 12 yang berasal dari PT. Syaqua dan PT. Prima Larvae yang ditebar pada setiap petak tambaknya sebanyak 400.000/ekor dan dilakukan pada pagi hari. Sebelum ditebar, benur diaklimatisasikan terlebih dahulu terhadap air tambak terutama suhu dan salinitas. Benur ditebar secara peralahan-lahan ke tambak setelah suhu dan salinitas air pada kantong plastik benur homogen dengan air tambak. Kegiatan aklimitisasi diperlukan untuk mengurangi peluang terjadinya kematian benur akibat adanya perbedaan kualitas air media yang digunakan selama transportasi dengan air tambak sebagai media pemeliharaan.

(13)

3

3. Pengelolaan kualitas air

Sumber air yang digunakan berasal dari air laut tanpa ada pencampuran air tawar. Air dari saluran pertama kali masuk ke petak biofilter kemudian memasuki petak sedimentasi, lalu air akan dialirkan melalui saluran bawah tanah menuju dua buah petak treatment. Sistem budidaya yang digunakan adalah semi closed system, dimana pergantian atau penambahan air hanya dilakukan pada keadaan membutuhkan.

Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan pergantian atau penambahan air sebanyak 1-5% mulai dari penebaran sampai bulan kedua pemeliharaan dan 5-15% mulai bulan ketiga sampai bulan keempat. Air buangan dikeluarkan melalui pipa pembuangan yang berada di bagian tengah petak tambak ke saluran pembuangannya. Kemudian dilakukan sipon setelah udang berumur 50 hari dan aplikasi bahan-bahan probiotik pada tambak yaitu berupa 5 kg molase, 200 g quick Pro, dan 1 kg pakan yang sudah dihaluskan. Setelah itu bahan–bahan tersebut dicampurkan pada ember dengan tambahan 100 L air, dan di aerasi kuat selama 24 jam. Penebaran probiotik di perairan dilakukan dengan menyiramnya pada daerah kincir.

Aerasi dilakukan dengan cara pemasangan kincir di bagian sudut perairan petak tambak dengan posisi yang sesuai sehingga arus air yang ditimbulkan berputar satu arah mengelilingi tambak. Jumlah kincir pada setiap petakan tambak berbeda-beda sesuai dengan kondisi air tambak dan pertumbuhan biomassa udang yaitu sebanyak 8 kincir dengan kekuatan 1 pk dan operasional kincir dilakukan selam 24 jam setiap harinya.

4. Pemberian pakan

Pemberian pakan yang digunakan sesuai jenis dan ukuran pakan yang diberikan tergantung dari ukuran udang yang dipelihara (Tabel 1).

Tabel 1. Rincian kebutuhan pakan

Diet Pakan Periode Pemeliharaan Kadar Protein

Diet 0 (larva 1) 1 – 7 hari 25% Diet 1 (larva 2) 8 – 15 hari 35% Diet 2 (starter 1) 16 – 30 hari 35% Diet 3 (starter 2) 31 – 60 hari 32% Diet 4 (grower) 61 – 100 hari 32% Diet 5 (finisher) 100 – panen 32%

Usia 1-30 hari pemeliharaan pemberian pakan dilakukan secara blind feeding dan dari usia 31- panen dilakukan monitoring anco.

Pakan diberikan sebanyak 5 kali dalam sehari yaitu pukul 07.30, 10.30, 13.30, 16.30, dan 19.30. Setiap waktu pemberian pakan, dilakukan pencampuran pakan dengan probiotik. Probiotik yang ditambahkan telah dikultur terlebih dahulu dalam mengkultur probiotik, bahan-bahan yang diperlukan adalah air, pakan, molase, dan bakteri probiotik (biolacto dan MB-super) kemudian semua bahan dimasukkan ke wadah dan diaerasi kuat selama 24 jam. Dosis penambahan probiotik pada pakan ialah 1000 ml untuk 15 kg pakan. Pemberian pakan dilakukan dengan mengelilngi tambak dan dilakukan berlawanan arah dengan arus yang dihasilkan kincir.

(14)

4

5. Sampling

Sampling dilakukan ketika udang berumur 30 hari. Kemudian dilakukan sampling setiap 10 hari sekali. Sampling dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.00 pagi. Metode sampling yang dilakukan adalah dengan menggunakan jala, dengan cara jala ditebar pada 3 titik sampel. Kemudian udang yang berhasil di jala ditimbang. Setelah itu udang dikembalikan lagi ke tambak sambil dilakukan penghitungan jumlah udang. Sampling dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan udang dan melihat estimasi tingkat kelangsungan hidup (KH), pertumbuhan harian, dan bobot rata-rata.

Parameter Pengamatan dan Analisis Data Parameter Kualitas Air

Pengamatan kualitas air yang dilakukan pada 5 petak tambak udang vaname dengan mengumpulkan data-data kualitas air (suhu, oksigen terlarut, salinitas dan pH) yang dilakukan setiap hari sebanyak dua kali sehari pada pukul 07.00 dan 16.00 WIB sedangkan salinitas diukur hanya satu kali pada pukul 16.00 WIB, dan konversi pakan selama pemeliharaan 50 hari (Tabel 2).

Tabel 2 Pengumpulan data kualitas air

Parameter Metode/Alat Satuan Waktu Pengukuran Suhu Termometer oC 07.00 dan 16.00 WIB

Oksigen terlarut DO meter mg/l 07.00 dan 16.00 WIB Salinitas Refraktometer Ppt 16.00 WIB

pH pH meter Unit 07.00 dan 16.00 WIB

Pertumbuhan Harian

Pertumbuhan harian merupakan bobot awal sampling pada udang dikurangi dengan bobot sampling berikutnya untuk melihat estimasi kesehatan udang.

Biomassa

Biomassa merupakan bobot total dengan populasi yang diperoleh dari penimbangan seluruh jumlah udang yang hidup.

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup (KH) adalah presentase jumlah udang yang hidup setelah dipelihara (dalam waktu tertentu) dibandingkan dengan jumlah pada awal pemeliharaan yang dapat dihitung dengan rumus berikut:

KH = 𝑁𝑁𝑁𝑁

𝑁𝑁𝑁𝑁 x 100 % Keterangan :

KH : Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah ikan panen pada waktu t (ekor) No : Jumlah ikan awal pada saat ditebar (ekor)

(15)

5

Konversi Pakan (KP)

Konversi pakan merupakan satuan yang menyatakan banyaknya pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg udang. Pengukuran nilai konversi pakan dapat menggunakan rumus:

Biomassa akan AkumulasiP KP=

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan perhitungan korelasi variabel (intercorellation). Pengumpulan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Microscoft Excel 2007. Data diolah menggunakan program MINITAB 15 yang meliputi Basic Statistic dan Mutivariate. Perangkat lunak tersebut digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya korelasi kualitas air (suhu, pH, Salinitas, dan oksigen terlarut) terhadap rasio konversi pakan udang vaname yang dianalisis menggunakan metode korelasi pearson (pearson correlation). Sedangkan untuk melihat tingkat keragaman disajikan dalam dendogram yang dianalisis dengan sistem Cluster Variabels.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil sampling yang diperoleh ketika udang berumur 30, 40, dan 50 hari pemeliharaan dengan yang diamati berupa bobot, pertumbuhan harian, populasi, kelangsungan hidup (KH), biomassa, akumulasi pakan dan konversi pakan (KP) yang disajikan pada Tabel 3. Hasil sampling yang diperoleh ketika udang berumur ke 30, 40, dan 50 hari pada bobot, pertumbuhan harian, dan kelangsungan hidup mengalami pertambahan tiap samplingnya. Kemudian konversi pakan yang dilihat dari akumulasi pakan dan biomasaa pada umur ke 30 sampai ke 50 hari mengalami peningkatan.

Tabel 3 Hasil sampling udang vaname pada umur ke 30, 40 dan 50 hari pemeliharaan. 1 2 3 4 5 Rata-Rata ± SD Umur (hari) 30 Bobot (gr) 3,71 2,29 2,45 2,87 2,87 2,84 ± 0,55 Pertumbuhan harian (gr) 0 0 0 0 0 0,00 Populasi (ekor) 415.528 396.000 396.000 388.000 396.000 398.305,60 ± 10.231,90 KH (%) 98 99 99 97 99 98,4 ± 0,90 Biomasa (kg) 1.541,61 906,84 970,20 1.113,56 1.136,52 1.133,75 ± 247,50 Akumulasi pakan (kg) 1.283 1.211 1.206 1.211 1.211 1.224,40 ± 32,83 KP 0,83 1,34 1,24 1,09 1,07 1,11 ± 0,19

(16)

6

1 2 3 4 5 Rata-Rata

± SD

Umur (hari) 50

Bobot (gr) Panen 8,33 8,33 8,92 Panen 8,53 ± 0,34 Pertumbuhan harian (gr) 0 0,35 0,371 0,32 0 0,21 ± 0,19 Populasi (ekor) 285.794 380.000 388.000 376.000 217.605 329.479,80 ± 75.109,01 KH (%) 67 95 97 94 54 81,48 ± 19,58 Biomasa (kg) 1931,04 3.165,40 3.232,04 3.353,92 1.343,24 2.605,13 ± 910,27 Akumulasi Pakan (kg) 2.535 3.175 3.173 3.236 2.310 2.885,70 ± 431,20 KP 1,31 1,00 0,98 0,96 1,72 1,19 ± 0,33

Hasil rata-rata parameter kualitas air dan konversi pakan yang diperoleh pada 5 petak tambak udang vaname selama 50 hari pemeliharaan yang disajikan pada Tabel 4. Rata-rata kualitas air dan konversi pakan yang diperoleh pada 5 petak tambak udang vaname selama 50 hari pemeliharaan berada pada kisaran normal. Hal ini dapat dilihat bahwa kualitas air pada suhu memiliki nilai rata-rata 29-310C, DO 4,7-7,1 mg/l, salinitas 25-27‰, dan pH 7,9-8,4 dan untuk konversi pakan sebesar 1,12. 1 2 3 4 5 Rata-Rata ± SD Umur (hari) 40 Bobot (gr) 5,31 4,8 4,62 5,43 5,2 5,07 ± 0,35 Pertumbuhan harian (gr) 0.16 0,25 0,217 0,26 0,23 0,24 ± 0,02 Populasi (ekor) 407.048 388.000 388.000 384.000 384.000 390.209,60 ± 9.623,08 KH (%) 96 97 97 96 96 96,40 ± 0,55 Biomasa (kg) 2161,42 3 1.862,40 1.792,56 2.085,1 2 1.996,80 1.979,66 ± 152,65 Akumulasi Pakan (kg) 2.215 2.060 2.055 2.070 2.070 2.094 ± 67,95 KP 1,02 1,11 1,15 0,99 1,04 1,06 ± 0,07

(17)

7 Tabel 4 Rata-rata data kualitas air dan konversi pakan pada 5 petak tambak udang

vaname selama 50 hari pemeliharaan. Variabel Satuan Petak Rata-rata ± SD 1 n=50 2 n=50 3 n=50 4 n=50 5 n=50 Suhu pagi 0C 30,24 ± 0,46 29,54 ± 0,19 29,66 ± 0,28 29,65 ± 0,15 29,51 ± 0,24 29,72 ± 0,30 sore 0C 31,61 ± 1,28 31,05 ± 0,20 30,94 ± 0,32 31,08 ± 0,29 31,00 ± 0,39 31,14 ± 0,27 DO pagi mg/L 5,11 ± 0,08 4,70 ± 0,69 4,84 ± 0,68 4,62 ± 1,00 4,36 ± 0,82 4,73 ± 0,28 sore mg/L 7,48 ± 0,95 7,04 ± 1,30 6,74 ± 1,25 6,88 ± 1,50 7,11 ± 1,38 7,05 ± 0,28 Salinitas Sore 27,21 ± 0,51 25,43 ± 0,51 25,76 ± 0,53 25,57 ± 0,55 25,39 ± 0,51 25,87 ± 0,76 pH pagi 7,85 ± 0,03 7,98 ± 0,08 7,98 ± 0,07 8,03 ± 0,15 8,11 ± 0,34 7,99 ± 0,10 Sore 8,40 ± 0,07 8,41 ± 0,35 8,23 ± 0,33 8,51 ± 0,29 8,63 ± 0,30 8,44 ± 0,15 KP 1,05 ± 0,24 1,15 ± 0,17 1,12 ± 0,13 1,02 ± 0,06 1,27 ± 0,39 1,12 ± 0,10

Hasil analisis korelasi kualitas air dan konversi pakan untuk 5 petak tambak udang vaname disajikan pada Tabel 5. Korelasi pearson (r) antara variabel kualitas air dengan konversi pakan memiliki nilai korelasi yang beragam. Angka korelasi berkisar pada 0 (tidak ada korelasi sama sekali) dan 1 (korelasi sempurna) dimana angka korelasi diatas 0,5 menunjukkan korelasi yang cukup kuat sedangkan dibawah 0,5 menunjukkan korelasi yang lemah. Sehingga dari hasil analisis korelasi terdapat beberapa parameter yang memiliki hubugan yang erat terhadap konversi pakan. Koefisien korelasi yang memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap konversi pakan adalah suhu pagi sebesar r = -0,80 (SK=95%). Sedangkan koefisien korelasi yang lemah dengan konversi pakan adalah pada pH sore sebesar r = -0,20 (SK=95%).

Tabel 5 Koefisien korelasi pearson (r) untuk variabel kualitas air dengan konversi pakan pada 5 petak tambak udang vaname.

Variabel Satuan r Suhu pagi 0C -0,80 sore 0C -0,63 DO pagi mg/L -0,67 sore mg/L -0,46 Salinitas Sore -0,78 pH pagi 0,72 Sore 0,20

(18)

8

Hasil dari koefisien korelasi hubungan antara kualitas air dengan konversi pakan pada 5 petak udang vaname selama 50 hari pemeliharaan yang kemudian dipersentasikan dalam bentuk dendogram dan dianalisis dengan sistem cluster varaibels disajikan pada Gambar 1. Kualitas air dengan konversi pakan yang memiliki nilai tingkat keseragamaan yang paling dekat adalah pada suhu pagi dan salintas sebesar 99,78%. Sedangkan konversi pakan dengan kualitas air yang memiliki tingkat keseragamaan paling jauh adalah pada pH sore sebesar 64,40% ( Lampiran 2). pH Sore DO Sore Suhu Sore Salinitas Suhu Pagi DO Pagi pH Pagi KP 70,53 80,35 90,18 100,00 Variables S im il a r it y Dendrogram

Kualitas Air dengan Konversi Pakan

Gambar 1 Dendogram hubungan variabel kualitas air dengan konversi pakan. Hubungan analisis regresi linear antara variabel kualitas air dengan konversi pakan udang vaname selama 50 hari pemeliharaan yang disajikan pada Gambar 2. Hasil yang diperoleh pada variabel kualitas air seperti suhu, DO, saliniitas dan pH pada pagi dan sore hari dengan konversi pakan selama 50 hari pemeliharaan memiliki nilai yang menyebar normal. Kemudian dapat dilihat juga adanya nilai koefisien determinasi (R2) yang menunjukkan adanya variasi terhadap besar kecilnya suatu persamaan hubungan antara varibel kualitas air dengan konversi pakan yang rendah, hal ini dapat dilihat pada setiap persamaan hubungan yang terbentuk dengan nilai koefisien regresinya. Sehingga beradasarkan data yang diperoleh bahwa varaibel kualitas air dengan konversi pakan udang vaname selama 50 hari pemeliharaan memiliki nilai R2 yang rendah.

30,8 30,6 30,4 30,2 30,0 29,8 29,6 29,4 29,2 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8 Suhu Pagi K o n v e r s i P a k a n S 0,197226 R-Sq 21,0% R-Sq(adj) 14,9%

Fitted Line Plot

KP = 9,068 - 0,2673 Suhu Pagi 32,5 32,0 31,5 31,0 30,5 30,0 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8 Suhu Sore K o n v e r s i P a k a n S 0,212363 R-Sq 8,4% R-Sq(adj) 1,4%

Fitted Line Plot

(19)

9 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8 DO Pagi K o n v e r s i P a k a n S 0,221413 R-Sq 0,4% R-Sq(adj) 0,0%

Fitted Line Plot

KP = 1,224 - 0,02138 DO Pagi 9,0 8,5 8,0 7,5 7,0 6,5 6,0 5,5 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8 DO Sore K o n v e r s i P a k a n S 0,221781 R-Sq 0,1% R-Sq(adj) 0,0%

Fitted Line Plot

KP = 1,079 + 0,00635 DO Sore 28,0 27,5 27,0 26,5 26,0 25,5 25,0 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8 Salinitas K o n ve r s i P a k a n S 0,209671 R-Sq 10,7% R-Sq(adj) 3,9% Fitted Line Plot

KP = 3,298 - 0,08405 Salinitas 8,50 8,25 8,00 7,75 7,50 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8 pH Pagi K o n ve r s i P a k a n S 0,219178 R-Sq 2,4% R-Sq(adj) 0,0% Fitted Line Plot

KP = - 0,200 + 0,1656 pH Pagi 9,0 8,8 8,6 8,4 8,2 8,0 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8 pH Sore K o n ve r s i P a k a n S 0,215301 R-Sq 5,9% R-Sq(adj) 0,0% Fitted Line Plot

KP = - 0,452 + 0,1868 pH Sore

Gambar 2 Hubungan analisis regresi linear variabel kualitas air suhu, DO,

salinitas, dan pH pada pagi dan sore hari dengan konversi pakan udang vaname selama 50 hari pemeliharaan.

Pembahasan

Hasil analisis korelasi pada Tabel 5 menunjukkan terdapat beberapa parameter yang memiliki hubungan erat terhadap konversi pakan. Koefisien korelasi yang memiliki hubungan yang erat tehadap konversi pakan adalah suhu pagi sebesar r = -0,80 dengan selang kepercayaan 95%. Hubungan antara suhu pagi terhadap konversi pakan yang memiliki angka korelasi yang tinggi tetapi bernilai negatif yang artinya bahwa suhu tinggi maka konversi pakan menjadi rendah. Hal ini disebabkan bahwa pada suhu tinggi maka nafsu makan udang akan

(20)

10

berkurang dan akan mempercepat laju metabolime. Hal ini sesuai dengan pernyataan Farchan (2006) bahwa semakin tinggi suhu maka akan semakin cepat proses metabolisme yang terjadi dan suhu tinggi akan mengakibatkan nafsu makan udang yang menurun. Selanjutnya untuk nilai korelasi suhu pada sore hari sebesar r = -0,63, hal ini juga sama pada saat suhu pagi yang memiliki angka korelasi yang tinggi tetapi bernilai negatif. Kisaran suhu optimal untuk udang yaitu antara 26-320C (Zweig et al. 1999), hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan bahwa suhu berada pada kisaran 29-310C. Suhu dapat mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan, morfologi, reproduksi, dan metabolisme udang (Suwoyo 2009). Sehingga jika suhu tinggi maka kincir harus dijalankan untuk mengaduk agar suhu air yang didasar dengan permukaan tercampur dengan segera.

Hubungan oksigen terlarut (DO) terhadap konversi pakan pada pagi hari sebesar r = -0,67 dengan selang kepercayaan 95%. Hubungan antara DO pagi terhadap konversi pakan yang memiliki korelasi yang tinggi tetapi bernilai negatif artinya bahwa nilai DO rendah maka konversi pakan menjadi tinggi yang berpengaruh terhadap tingkat stress pada udang sehingga pertumbuhannya menjadi melambat. Menurut Boyd (1989) bahwa DO yang rendah merupakan penyebab utama dari stress, penurunan nafsu makan dan keterlambatan pertumbuhan udang pada tambak budidaya intesif. Sedangkan untuk nilai korelasi DO pada sore hari sebesar r = -0,46, hal ini juga sama pada saat DO pagi yang memiliki nilai negatif tetapi berkorelasi lemah. Kisaran nilai DO saat penelitian (Tabel 4) berkisar antara 4,7-7,1 mg/l. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adiwijaya et al. (2003) bahwa Kisaran optimal DO selama massa pemelihraan berkisar antara 3,5-7,5 mg/l. Sehingga untuk mengoptimalkan DO dilakukan dengan cara pemakain kincir, pergantian air dan pengaturan jam operasional yang diperlukan untuk pertumbuhan udang (Suwoyo 2009).

Hubungan salinitas terhadap konversi pakan sebesar r = -0,78 yang memiliki angka korelasi tinggi tetapi bernilai negatif dengan selang kepercayaan 95%, hubungan yang negatif dikarenakan adanya peningkatan salinitas yang dapat menyebabkan penurunan terhadap konversi pakan. Hal ini terjadi karena pada tambak penelitian, sumber air yang digunakan untuk pemeliharaan hanya berasal dari air laut saja tanpa adanya campuran dengan air tawar dan kurangnya pergantian air sehingga salinitas air tambak tinggi. Hal ini sesuai menurut Priatna (2004) bahwa salinitas yang tinggi diakibatkan karena sumber air hanya air laut saja tidak adanya pencampuran air tawar. Salinitas yang meningkat akan mengakibatkan pertumbuhan udang melambat karena energi lebih banyak terserap untuk proses osmoregulasi dibandingkan untuk pertumbuhan (Haliman dan Adijaya 2005).

Hubungan pH pagi dengan konversi pakan memiliki korelasi tinggi dan bernilai positif sebesar r = 0,72, sedangkan pH sore juga sama bernilai positif tetapi berkorelasi lemah sebesar r = 0,24 dengan selang kepercayaan 95%. Hubungan yang bernilai positif yang artinya bahwa peningkatan pH pagi dan pH sore disebabkan adanya peningkatan konversi pakan. Hal ini dapat dilihat pada (Tabel 3) bobot, kelangsungan hidup, biomassa, akumulasi pakan yang meningkat tiap sampling pada umur ke 30-50 hari karena adanya nafsu makan udang yang meningkat dan berkaitan juga dengan konversi pakan. Kisaran pH pada saat penelitian berkisar antara 7,9-8,4, hal ini sesuai dengan Effendi (2004) bahwa pH

(21)

11 optimal berada pada kisaran antara 7,5-8,7. Fluktuasi harian pH antara pagi dan sore pada saat penelitian tidak melebihi 0,5, hal ini dikarenakan jika melebihi 0,5 akan mengakibatkan udang stress bahkan tidak nafsu makan (Xincai dan Yonquan 2001). Selanjutnya untuk pH sore yang memiliki nilai korelasi yang lemah kurang dari 0,5, maka dilakukan penambahan kapur hal ini dilakukan untuk meningkatkan nilai pH agar fluktuasi harian antara pagi dan sore tidak melebihi 0,5 dan tidak menyebabkan nafsu makan udang berkurang (Zhang et al. 2006).

Berdasarkan hasil analisis korelasi yang kemudian dipersentasikan dalam dendogram (Gambar 1) menunjukkan hasil analisis klaster dari variabel kualitas air dengan konversi pakan yang memiliki tingkat keseragamaan yang paling dekat adalah pada suhu pagi dan salinitas sebesar 99,78%. Hal ini dapat dilihat pada nilai korelasi antara suhu pagi sebesar r = -0,80 dan salinitas r = 0,78 (SK=95%), yang artinya bahwa suhu pagi dan salinitas yang meningkat maka konversi pakan menjadi berkurang. Kemudian dapat dilihat juga koefisien determinasi (R2) (Gambar 2) pada suhu pagi memiliki nilai R2 21% dan salinitas R2 10,7% dimana suhu pagi dan salinitas memiliki R2 yang tinggi daripada variabel kualitas air lainnya. Menurut Yu et al. (2010) bahwa salinitas dan suhu pagi yang meningkat maka akan mengakibatkan nafsu makan berkurang dan laju metabolisme semakin cepat. Selanjutnya untuk nilai tingkat keseragamaan yang paling jauh adalah pH sore sebesar 64,40% dengan nilai R2 0,1% (Gambar 2). Hal ini dikarenakan bahwa kualitas air dan konversi pakan yang tidak saling berikatan kuat yang diduga karena adanya ketidaktepatan dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan dan kegiatan monitoring dalam kualitas air. Menurut Priatna (2004) bahwa penentuan jumlah pakan yang tidak tepat maka banyak pakan yang terbuang dan menumpuk sehingga kualitas air menjadi tidak bagus.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis korelasi yang memiliki hubungan erat dan tingkat keseragamaan yang paling dekat antara kualitas air terhadap konversi pakan adalah suhu pada pagi hari dan salinitas sebesar 99,78% dengan nilai korelasi pada suhu pagi sebesar r = -0,80 dan salinitas r = -0,78 (SK=95%), yang artinya bahwa suhu dan salinitas yang meningkat maka konversi pakan menjadi menurun.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada umur udang dengan massa pemelihraan lebih dari 50 hari dan penambahan kualitas air lain seperti nitrit, nitrat, kecerahan, alkalinitas, sehingga adanya hubungan yang erat antara kualitas air dengan konversi pakan.

(22)

12

DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya D, Sapto PR., Sutikno E, Sugeng dan Subiyanto. 2003. Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) sistem tertutup yang ramah lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Hlm 29.

Budiardi T. 2008. Keterkaitan Produksi dengan Beban Masukan Bahan Organik Pada Sistem Budidaya Intensif Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Boone 1931) [Disertasi]. ID: Institut Pertanian Bogor.

Briggs M, SF Smith, R ubanghe & M Phillips. 2004. Introduction dan movement of Penaeus vannamei and P. stylirostris in Asia and the Pacific. FAO. Bangkok. 40 p.

Boyd CE. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing. Auburn University AgriculturalExperiment Station, Alabama, USA. 359 p. Effendi I., 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Depok..

Farchan M. 2006. Teknik Budidaya Udang Vaname. Serang (ID): BAPPL-STP. Haliman RW & Adijaya DS. 2005. Udang Vaname, Pembudidaya dan Prospek

Pasar udang Putih yang tahan penyakit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Hendrajat EA., Mangampa M. 2007. Pertumbuhan dan sintasan udang vaname

(Litopenaeus vannamei ) pola tradisional plus dengan kepadatan berbeda. Jurnal Riset Akuakultur. 2: 149 – 155.

[KKP] Kementrian Kelauatan Perikanan. 2012. Produksi Udang Ditargetkan 200 Ribu Ton. http://www.kkp.go.id/ [3 April 2014].

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Produksi udang vaname L. vannamei di tambak dengan teknologi intensif, Jakarta (ID): Badan Standralisasi Indonesia.

Sutanto I. 2005. Kesuksesan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Lampung. hlm. 67-72 dalam Sudrajat, A., Azwar, Z.I., Hadi, L.E., Haryati, Giri, N.A., & Sumiarsa G.S. 2005. Buku Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Suwoyo SH. 2009. Tingkat Konsumsi Oksigen Sedimen Pada Dasar Tambak

Intensif Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tricahyo. 1995. Biologi dan Kultur Udang Windu (Penaeus monodon Fabr). Penerbit CV. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Priatna H. 2004. Hubungan Parametr Kualitas Air Terhadap Produksi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Pada Tambak Biocrete PT. Bimasena Segara, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Yu X, Zhang X, Duan Y, Zhang P, Miao Z. 2010. Effect of Temperature, Salinity, Body Lenght, and Strativition on The Crithical Swimming Speed of Whiteleg Shrimp Litopenaeus vannamei. Comparative Biochemistry and Physiology A. 157: 392-397.

Xincai C, Yongquan S. 2001. Shrimp Culture. China International Training Course on Technology of Marineculture (Precious Fishes). China: Yiamen Municipial Science & Technology. 107-113.

(23)

13 Zhang P, Zhang X, Li J, Huang G. 2006. The Effect of Body Weight, Temperatur and Feeding Condition on Lethal DO Levels of Whitetelg Shrimp Litopenaues vannamei (Boone, 1931). Aquaculture. 256: 579-587.

Zweig RD, Morton JD, Stewart MM. 1999. Source water quality for aquaculture. A Guide for Assessment. Enviromentally and Socially Sustainable Development. The World Bank Washington DC. U.S.A. 62 p.

(24)

14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Korelasi kualitas air terhadap konversi pakan (KP)

Korelasi pH pagi, pH sore, suhu pagi, suhu sore, salinitas, DO pagi, DO sore terhadap konversi pakan (KP).

KP pH Pagi pH Sore Suhu Pagi Suhu Sore Salinitas pH Pagi 0,781 0,119 pH Sore 0,462 0,600 0,433 0,284 Suhu Pagi -0,720 -0,872 -0,270 0,170 0,054 0,661 Suhu Sore -0,628 -0,803 -0,031 0,950 0,256 0,102 0,960 0,013 Salinitas -0,665 -0,873 -0,287 0,996 0,943 0,221 0,053 0,639 0,000 0,016 DO Pagi -0,800 -0,982 -0,705 0,854 0,727 0,855 0,104 0,003 0,183 0,065 0,164 0,065 DO Sore -0,204 -0,534 0,288 0,729 0,881 0,746 0,742 0,354 0,639 0,162 0,048 0,147 DO Pagi DO Sore 0,407 0,497

Lampiran 2 Klaster analisis kualitas air terhadap konversi pakan (KP)

Klaster Analisis pH pagi, pH sore, suhu pagi, suhu sore, salinitas, DO pagi, DO sore terhadap konversi pakan (KP)

Number of obs. Number of Similarity Distance Clusters New in new Step clusters level level joined cluster cluster 1 7 99,7818 0,004364 2 6 2 2 2 6 97,5156 0,049689 2 3 2 3 3 5 94,0745 0,118510 2 5 2 4 4 4 92,7445 0,145110 2 4 2 5 5 3 81,7403 0,365195 1 7 1 2 6 2 80,0133 0,399733 1 8 1 3 7 1 64,3962 0,712077 1 2 1 8

(25)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 15 November 1991. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Makmun Karta dan Ade Sri Sulastri. Penulis mengawali pendidikan formal di SDN Polisi 1 tahun 1998-2004. Melanjutkan pendidikan di SMP Insan Kamil Bogor pada tahun 2004-2007 dan SMA Insan Kamil Bogor pada tahun 2007-2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dan memilih Program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus HIMAKUA divisi PSDM periode 2011/2012 dan 2012/2013, Bina Desa FPIK periode 2012/2013. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Manajemen Kualitas Air 2013/2014 dan asisten praktikum mata kuliah Fisika Kimia Perairan tahun 2014.

Penulis pernah melaksanakan magang kerja di BBPBAT Sukabumi dengan mengambil komoditas udang galah. Penulis pernah melaksanakan praktik lapang akuakultur (PLA) dengan judul “Pembesaran Udang Vaname Litopenaeus Vannamei di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)

Karawang, Jawa Barat”. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan

dengan menulis skripsi yang berjudul “Korelasi Kualitas Air Terhadap

Konversi Pakan Pada Sistem Budidaya Intesif Udang Vaname Litopenaeus

Gambar

Tabel 2 Pengumpulan data kualitas air
Tabel 5 Koefisien korelasi pearson (r) untuk variabel kualitas air dengan konversi  pakan pada 5 petak tambak udang vaname
Gambar 1 Dendogram hubungan variabel kualitas air dengan konversi pakan.
Gambar 2 Hubungan analisis regresi linear variabel kualitas air suhu, DO,

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini relevan dengan tekanan anggaran waktu sangat besar akan menyebabkan tingkat stres yang tinggi yang berpengaruh terhadap karakteristik personal auditor

Tujuan Mampu memperbaiki dan mempertahankan system sirkulasi sehingga penderita dapat dibebaskan dari ancaman kematian atau kerusakan organ/cacat lebih lanjut dengan

Selanjutnya fasilitas musholah yang lokasinya kurang terlihat dan sudah dikelilingi semak, fasilitas kandang satwa yang sudah rusak harus segera ditindak lanjuti karena

Perancangan ini meliputi pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak, perangkat keras meliputi perancangan hidroponik dan perancangan rangkaian Arduino shield yang

Bangunan Pejabat Tenaga Hijau(GEO) di lokasinya Bandar Baru Bangi adalah bangunan kerajaan yang pertama direkabentuk untuk menjana tenaga dari sumber yang

Pada pelaksanaan tindakan siklus I, ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kinerja guru yang

resentasi Menampilkan sli'e presentasi !erisi >i'eo tentan" lan"ka%-lan"ka% 'an perinta% 'alam instalasi sistem operasi. RPP - Teknik Komputer

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dengan uji bakteriologis menunjukkan bahwa udang putih yang dipasarkan di pasar tradisional dan modern dari Surabaya