JOURNAL PRIMA HEALTH SCIENCE 1 (1) 2019 5-12
Email address : reksi.sundu@gmail.com e-ISSN :
DOI : p-ISSN :
JOURNAL PRIMA HEALTH SCIENCE
Available at : http://ejournal.stikesprimaindonesia.ac.id/Antibacterial Activity of N-Hexan and Ethyl Asetet Fraction of Ethanol
Extract of Red Atai (Plagiogyria pycnophylla (Kunze) Mett.) Leaves on
Propionibacterium acnes Bacteria
Aktivitas Antibakteri Fraksi N-Heksan dan Etil Asetet Ekstrak Etanol Daun Paku Atai Merah (Plagiogyria pycnophylla (Kunze) Mett.) Terhadap Bakteri Propionibacterium
acnes
Reksi Sundu1, Nurul Fatimah2, Andi Mismawati2 1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 2
Teknologi hasil perikanan, Faultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Mulawarman
ARTICLE INFO ABSTRACT
Article History :
Submited : 15 Oktober 2019 Revised : 20 Oktober 2019 Accepted : 25 Oktober 2019 Published : 31 Oktober 2019
Ferns are cormophyte plants with spore, which can live anywhere.
The number of ferns and their spread is high, especially in tropical rain areas. The purpose of this study was to determine the antibacterial activity of the n-hexane and ethyl acetate fraction of ethanol extract of the red atai fern (Plagiogyria pycnophylla (Kunze) Mett.) leaves against Propionibacterium acnes bacteria. The stages of the study were sample collection, extraction, fractionation, phytochemical screening and antibacterial activity testing using the Kirby-Bauer disc diffusion method. The results showed that the n-hexane fraction each of 2,5%; 5%; 10% and 20% concentrations had a medium category with successive inhibition zone diameter values of 7,20 mm ± 0,60; 7,55 mm ± 0,07; 7,56 mm ± 0,48 and 7,73 mm ± 0,88. The ethyl acetate fraction at a concentration of 2.5%, 5% and 10% had medium category inhibition with diameter of inhibition zones respectively 7,97 mm ± 0,81; 8,55 mm ± 0,49 and 9,12 mm ± 0,35, while at a concentration of 20% have strong category (13,73 mm ± 0,75). From the results of the above study, it can be concluded that the n-hexane and ethyl acetate fraction of the ethanol extract of the red atai fern (Plagiogyria pycnophylla (Kunze) Mett.) leaves have antibacterial activity against Propionibacterium acnes.
Key words Fern, antibacterial, n-heksan fraction, ethyl acetate fraction
INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT
Riwayat artikel :
Dikirim : 15 Oktober 2019 Direvisi : 20 Oktober 2019 Diterima : 25 Oktober 2019 Dipublis : 31 Oktober 2019
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan kormophyta berspora, yang dapat hidup dimana saja. Banyaknya tumbuhan paku dan penyebarannya yang tinggi terutama pada daerah hujan tropis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi n-heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun paku atai merah (Plagiogyria pycnophylla (Kunze) Mett.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Tahapan penelitian adalah pengumpulan sampel, ekstraksi, fraksinasi, skrining fitokimia dan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode disc diffusion Kirby-Bauer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksan masing-masing konsentrasi 2,5%, 5%, 10% dan 20% memiliki kategori sedang dengan nilai diameter zona hambat berturut-turut adalah 7,20 mm ± 0,60; 7,55 mm ± 0,07; 7,56 mm ± 0,48 dan 7,73 mm ± 0,88. Ekstrak etanol fraksi etil asetat pada konsentrasi 2,5%, 5% dan 10 % memiliki daya hambat kategori sedang dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 7,97 mm ± 0,81; 8,55 mm ± 0,49 dan 9,12 mm ± 0,35 , sedangkan pada konsentrasi 20% memiliki katogeri kuat (13,73 mm ± 0,75). Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa fraksi
heksan dan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun paku atai merah (Plagiogyria pycnophylla (Kunze) Mett.) memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Propionibacterium acnes.
Page 7 of 40 PENDAHULUAN
Jerawat merupakan penyakit pada permukaan kulit wajah, leher, dada, dan punggung yang muncul pada saat kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif sehingga pori-pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak yang berlebihan. Jika timbunan itu bercampur dengan keringat, debu, dan kotoran lain, maka akan menyebabkan timbunan lemak dengan bintik hitam diatasnya yang disebut komedo. Jika pada komedo terdapat infeksi bakteri, maka terjadilah peradangan yang dikenal dengan jerawat yang ukurannya bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar serta berwarna merah, kadang-kadang bernanah serta menimbulkan rasa nyeri. Bakteri yang umum menginfeksi jerawat adalah
Proponibacterium acnes.
Pengobatan jerawat di klinik kulit biasanya menggunakan antibiotik yang dapat menghambat inflamasi dan membunuh bakteri, contohnya tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, dan klindamisin. Selain dari itu sering juga digunakan benzoil peroksida, asam azelat dan retinoid, namun obat-obat ini memiliki efek samping dalam penggunaannya sebagai anti jerawat antara lain iritasi, sementara penggunaan antibiotika jangka panjang selain dapat menimbulkan resistensi juga dapat menimbulkan kerusakan organ dan
imunohipersensitivitas. Alternatif lain yang dapat meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan dalam mengobati jerawat yaitu menggunakan bahan dari alam (Djajadisastra, Munâ, & Dessy, 2009).
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan kormophyta berspora, yang dapat hidup dimana saja. Banyaknya tumbuhan paku dan penyebarannya yang tinggi terutama pada daerah hujan tropis (Ewusie, 1990). Kalimantan merupakan wilayah di Indonesia yang memiliki wilayah hujan tropis, sehingga dengan mudah untuk
ditemukannya tumbuhan paku. Secara empiris tumbuhan ini digunakan untuk hepatitis (umbi) dan daunnya diolah menjadi bedak dingin.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian aktivitas antibakteri fraksi n-heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun paku atai merah (Plagiogyria pycnophylla (Kunze) Mett.) terhadap Propionibacterium acnes. BAHAN DAN METODE
BAHAN
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain ekstrak etanol daun paku atai merah (Plagiogyria pycnophylla (Kunze) Mett.), bakteri uji Propionibacterium
acnes, etanol 70% (OneMed, Indonesia), n-heksan (Merck, Jerman), etil asetat (Merck, Jerman), air suling, DMSO 1%(Merck, Jerman), media Nutrient Agar (NA) (Merck, Jerman), kapsul klindamisin 0,1%, larutan pereaksi mayer, larutan pereaksi dragendrof, larutan pereaksi bouchardat, larutan pereaksi FeCl3 1% dan larutan pereaksi HCl 2N.
METODE PENGAMBILAN SAMPEL Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun paku atai merah. Sampel tersebut diambil di Kampung Terajuk Kecamatan Nyuatan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Daun yang digunakan adalah daun yang tua dan segar.
EKSTRAKSI DAN FRAKSINASI Ekstraksi daun paku atai merah dilakukan dengan metode maserasi dengan cara masukkan 300 g serbuk kering daun paku atai merah ke dalam bejana kaca lalu tambahkan dengan 1,5 Liter pelarut etanol 70% selama 6 jam sambil sesekali diaduk, didiamkan selama 18 jam lalu disaring menggunakan kertas saring. Maserat yang diperoleh kemudian dipisahkan dengan
cara disaring menggunakan kertas saring. Ampas yang diperoleh dilakukan remaserasi menggunakan etanol 70% sebanyak 1,5 Liter selama 6 jam sambil sesekali diaduk, didiamkan selama 18 jam. Maserat dipisahkan dengan cara disaring dengan kertas saring. Maserat yang diperoleh dari perendaman pertama dan kedua diuapkan di atas penangas air sampai diperoleh ekstrak kental dan selanjutnya ditimbang. Kemudian dilakukan fraksinasi dengan menggunakan metode (Can-Aké, Erosa-Rejón, May-Pat, Peña-Rodríguez, & Peraza-Sánchez, 2004). Sebanyak 10 g ekstrak etanol kental dilarutkan dalam 100 ml pelarut campuran etanol-air (2:3). Larutan selanjutnya dipartisi dengan menambahkan 100 ml larutan penyari yang memiliki kepolaran yang berbeda dalam corong pisah. Campuran digojok, didiamkan selama 30-60 menit hingga terbentuk 2 lapisan, dan dipisahkan fase-fase yang terbentuk. Sisa fase etanol air ditambahkan 100 ml larutan penyari dan digojok hingga terjadi pemisahan kembali. Dilakukan cara yang sama hingga fase dari larutan penyari yang ditambahkan jernih (tidak ada zat yang tersari). Setelah itu hasil dari partisi di uapkan menggunakan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental. Adapun larutan penyari yang digunakan dalam penelitian ini adalah etil asetat dan n-heksan, sehingga diperoleh fraksi etil asetat dan n-heksan dari daun paku atai merah tersebut. SKRINING FITOKIMIA
Uji fitkomia dilakukan berdasarkan (Marjoni, 2016). Dimana senyawa yang di skrining adalah alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid/ triterpenoid.
UJI SENYAWA ALKALOID
Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia ditimbang, lalu tambahkan 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, dinginkan kemudian disaring, hasil filtrat digunakan untuk pengujian berikut :
a. Pereaksi meyer
Sebanyak 3 tetes filtrat, kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi meyer, amati perubahan menghasilkan endapan putih/kuning.
b. Pereaksi Bounchardat
Sebanyak 3 tetes filtrat, ditambahkan 2 tetes pereaksi bounchardat, amati perubahan menghasilakan endapan coklat hitam.
c. Pereaksi dragendrof
Sebanyak 3 tetes filtrat, ditambahkan 2 tetes pereaksi dragendrof, amati perubahan menghasilkan endapan merah bata.
UJI SENYAWA FLAVONOID
Ditimbang sebanyak 10 gram serbuk simplisia kemudian ditambahkan dengan 100 mL air panas didihkan selama kurang lebih 5 menit, lalu disaring. Filtrat yang telah diperoleh sebanyak 5 ml ditambahkan 0,1 gram serbuk Mg, 1 ml HCl pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Jika terbentuk warna merah, kuning, jingga, pada lapisan amil alkohol maka ekstrak tersebut positif mengandung senyawa flavonoid.
UJI SENYAWA TANIN
Sebanyak 0,5 gram sampel diekstrak dengan menggunakan 10 ml aquades. Disaring hasil ekstraksi kemudian filtrat yang diperoleh diencerkan dengan aquades sampai tidak berwarna. Kemudian diambil sebanyak 2 ml, lalu tambahkan 1-2 tetes besi III klorida 1%. Jika terbentuk warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan bahwa ekstrak positif mengandung senyawa tanin.
UJI SENYAWA STEROID/
TRITERPENOID
Dimaserasi sebanyak 1 gram sampel dengan 20 ml N-Heksan selama 2 jam, disaring. Kemudian filtrat diuapkan diatas penangas air. Setelah diuapkan sisa ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Terbentuk warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menandakan positif mengandung senyawa steroid/terpenoid UJI SENYAWA SAPONIN
Page 9 of 40 Dimasukkan sebanyak 0,5 gram sampel ke
dalam tabung reaksi tambahkan 10 ml air suling panas, dinginkan lalu dikocok kuat-kuat selama 10 detik, jika terbentuk buih atau busa tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm, pada penambahan 1 tetes HCl 2N, buih tidak hilang maka positif mengandung senyawa saponin.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Disc Diffusion (Tes Kirby-Bauer). Bakteri diremajakan terlebih dahulu, kemudian dibuat suspensi bakteri. Masing-masing fraksi dibuat larutan dengan variasi konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, dan 20% b/v. Kontrol positif menggunakan klindamisin 0,1 % dan sebagai kontrol negatif menggunakan larutan DMSO 1%. Suspensi bakteri diambil menggunakan mikropipet sebanyak 10 µl tuangkan di atas media lalu di swab suspensi bakteri
Propionibacterium acnes menggunakan
cotton swab yang steril ke permukaan media hingga merata (Difco, 1977). Setelah itu diambil kertas cakram menggunakan pinset steril, dimasukkan ke dalam ekstrak fraksi n-heksan dan etil asetat daun paku atai merah dengan variasi konsentrasi yang sebelumnya telah dilarutkan dengan DMSO 1%, dan kemudian diletakkan di permukaan media dan masing-masing konsentrasi dibuat 3 kali pengulangan pada setiap cawan, dilakukan hal yang sama pada perlakuan kontrol positif menggunakan klindamisin 0,1% dan kontrol negatif menggunakan DMSO 1%, setelah itu diinkubasi pada suhu 370C selama 18 jam. Diamati dan diukur zona hambat yang terbentuk. Diameter zona hambat yang diukur yaitu daerah jernih sekitar kertas cakram (tidak ada pertumbuhan bakteri), diukur dari satu ujung ke ujung yang lain dengan melalui tengah-tengah kertas cakram
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL SKRINING FITOKIMIA
Uji ini dilakukan untuk untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak fraksi n-heksan dan etil asetat daun paku atai (Plagiogyria
pycnophylla (Kunze) Mett.). Hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa fraksi n-heksan mengandung flavonoid, tanin, dan steroid / triterpenoid. Sedangkan untuk alkaloid dan saponin memberikan hasil negatif. Ekstrak fraksi etil asetat menununjukan hasil positif untuk golongan senyawa flavonoid, tanin, saponin dan steroid/triterpenoid (tabel 1). Kondisi lingkungan, jenis varietas, genetika, moetode budidaya, kondisi fisiologi dan juga sifat kimianya menyebabkan kandungan senyawa metabolit sekunder suatu tumbuhan bisa bervariasi (Zuraidawati et al., 2019). Tabel 1. Hasil skrining fitokimia fraksi n-heksan dan etil
asetat daun paku atai merah (Plagiogyria pycnophylla (Kunze) Mett.)
Golongan Senyawa Sampel
Fraksi N-Heksan Fraksi Etil Asetat Alkaloid Mayer - - Bouchardat - - Dragendorff - - Flavonoid + + Tanin + + Saponin - + Steroid / Triterpenoid + + Keterangan :
+ = Mengandung senyawa metabolit sekunder
- = Tidak Mengandung senyawa metabolit sekunder
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI Pengujian aktivitas antibakteri yang dikerjakan dengan bermacam konsentrasi yang bertujuan agar mengetahui pengaruh fraksi n-heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun paku atai merah terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium
penelitian ini adalah metode disc diffusion (metode kertas cakram). Pemilihan metode ini karena memiliki kelebihan yaitu mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan relatif murah. Kelemahan pada metode ini adalah ukuran zona hambat yang terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi serta ketebalan medium. Apabila kedua faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode kertas cakram relatif sulit untuk ditentukan (Kusumawati, Eko, Apriliana, & Khatimah, 2017).
Parameter yang akan diukur pada uji ini adalah terbentuknya zona hambat di sekitar kertas cakram yang telah direndam dengan fraksi n-heksan dan etil asetat daun paku atai merah. Zona hambat adalah daerah jernih yang tidak ditumbuhi dengan bakteri Propionibacterium acnes.
Konsentrasi yang digunakan pada uji aktivitas antibakteri yaitu 2,5%, 5%, 10%, dan 20% b/v. Kontrol positif yang digunakan adalah klindamisin 0,1% dan kontrol negatif yang digunakan DMSO 1%. Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun paku atai merah dapat lihat pada tabel 2. Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun paku atai merah (Plagiogyria
pycnophylla (Kunze) Mett.) dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa daya hambat fraksi n-heksan masing-masing konsentrasi 2,5%, 5%, 10% dan 20% memiliki kategori sedang dengan nilai diameter zona hambat berturut-turut adalah 7,20 mm ± 0,60; 7,55 mm ± 0,07; 7,56 mm ± 0,48 dan 7,73 mm ± 0,88. Ekstrak fraksi etil asetat pada konsentrasi 2,5%, 5% dan 10 % memiliki daya hambat kategori sedang dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 7,97 mm ± 0,81; 8,55 mm ± 0,49 dan 9,12 mm ± 0,35 , sedangkan pada konsentrasi 20% memiliki katogeri kuat (13,73 mm ± 0,75). Penelitian sebelumnya Sundu, Reksi, & Handayani (2018) menunjukan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak etanol
umbi paku atai merah dengan spesies yang berbeda menunjukan bahwa umbi paku atai merah dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium
acnes pada konsentrasi 60% sebesar 11,05 mm ± 1,99 dengan kategori kuat.
Pada kontrol negatif yang menunjukan tidak adanya zona hambat yang terbentuk. Kontrol negatif yang digunakan peneliti yaitu dimetil sulfoksida (DMSO) dengan konsentrasi 1% tidak memberikan zona hambat dikarenakan dimetil sulfoksida berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pelarut terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes agar diketahui bahwa yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah zat uji bahan pelarut (Pratiwi, 2008). Perlakuan kontrol positif menunjukan bahwa zona hambat yang terbentuk adalah daerah jernih yang tidak ditumbuhi oleh bakteri
Propionibacterium acnes. Hasil dari penelitian ini kontrol positif yaitu klindamisin 0,1% dengan zona hambat sebesar 34,30 mm ± 0,00 menunjukkan bahwa terbentuk zona hambat yang paling besar.
Pemberian ekstrak fraksi n-heksan dan etil asetat daun paku atai merah (Plagiogyria
pycnophylla (Kunze) Mett.) memiliki efek antibakteri terhadap bakteri
Propionibacterium acnes yang dibuktikan dengan adanya terbentuk zona hambat yaitu di daerah bening yang tidak ditumbuhi oleh bakteri. Menurut Davis & Stout (1971) apabila zona hambat yang terbentuk memiliki diameter sebesar 0-5 mm maka daya antibakterinya dikatakan lemah, diameter sebesar 5-10 mm dikatakan sedang, diameter 10-20 mm dikatakan kuat, dan > 20 mm dikatakan sangat kuat (Davis & Stout, 1971).
Dalam penelitian ini maka semakin besar konsentrasi semakin besar zona hambat yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh (Pelczar, Chan, & Hadioetomo, 1988) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi daya
Page 11 of 40 hambat yang terbentuk. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak kandungan metabolit sekunder. Faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya zona hambat yang terbentuk yaitu konsentrasi, senyawa organik, pH, suhu dan waktu (Waluyo, 2004).
Ekstrak fraksi etil asetat memiliki daya hambat lebih besar dibandingkan fraksi n-heksan hal ini dikarenakan ekstrak fraksi etil asetat memiliki banyak metabolit sekunder yang berperan sebagai antibakteri seperti flavonoid, tanin, saponin, dan steroid. Kandungan senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, tanin dan steroid / triterpenoid yang terdapat pada ekstrak etanol fraksi n-heksan dan etil asetat memiliki kontribusi terhadap adanya aktivitas antibakteri.
Menurut (Cushnie, Tim, & Lamb, 2005) flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri melalui penghambatan DNA
gyrase, sehingga mampu menghambat
fungsi membran sitoplasma. Selain itu, tanin memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dimana cara kerjanya yaitu berkaitan dengan kemampuannya untuk berikatan dengan dinding sel bakteri, menghambat pertumbuhan dan aktivitas protease (Jones, McAllister, Muir, & Cheng, 1994). Saponin juga memiliki aktivitas sebagai antibakteri yang bekerja menaikan permeabilitas yang disebabkan oleh turunnya tegangan permukaan sehingga senyawa intraseluler keluar (Ngajow, Mercy, Abidjulu, & Kamu, 2013). Rusaknya membran sel mikroba yang menyebabkan bocornya sitoplasma keluar sel yang kemudian mengakibatkan kematian sel merupakan mekanisme kerja
steroid dalam menghambat mikroba (Wiyanto & Budi, 2010).
Tabel 2. Diameter zona hambat aktivitas antibakteri
fraksi n-heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun paku atai merah (Plagiogyria pycnophylla (Kunze) Mett.) terhadap Propionibacterium Acne
Sampel Konsentrasi (%) Diameter Zona Hambat (mm) ± SD Kategori Fraksi N-heksan 2.5 7,20 ± 0,60 Sedang 5 7,55 ± 0,07 Sedang 10 7,56 ± 0,48 Sedang 20 7,73 ± 0,88 Sedang
Etil asetat 2.5 7,97 ± 0,81 Sedang
5 8,55 ± 0,49 Sedang 10 9,12 ± 0,35 Sedang 20 13,73 ± 0,75 Kuat Kontrol positif (Klindami sin 1%) 34,30 ± 0,00 Sangat Kuat Kontrol negatif (DMSO 0,1%) 0,00 Tidak ada KESIMPULAN
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa fraksi n-heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun paku atai merah (Plagiogyria pycnophylla (Kunze) Mett.) memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Propionibacterium
acnes.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih diberikan kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (KEMENRISTEKDIKTI) yang telah mendanai penelitian ini lewat hibah Penelitian Dosen Pemula Tahun 2019 dengan nomor kontrak : 117/SP2H/LT/DRPM/2019.
DAFTAR PUSTAKA
Can-Aké, R., Erosa-Rejón, G., May-Pat, F., Peña-Rodríguez, L. M., & Peraza-Sánchez, S. R. (2004). Bioactive terpenoids from roots and leaves of
Jatropha gaumeri. Revista de La
Sociedad Quimica de Mexico, 48(1), 11–14.
Antimicrobial activity of flavonoids.
International Journal of
Antimicrobial Agents, 26(5), 343– 356.
Davis, W. W., & Stout, T. R. (1971). Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Assay: II. Novel Procedure Offering Improved Accuracy. Appl.
Environ. Microbiol, 22(4), 666–670. Difco, L. (1977). Difco Manual of
Dehydrated Culture Media and Reagents for Microbiology and Clinical Laboratory Procedures. Difco
Laboratories.
Djajadisastra, J., Munâ, A., & Dessy, N. P. (2009). Formulasi gel topikal dari ekstrak Nerii folium dalam sediaan anti jerawat. Jurnal Farmasi Indonesia, 4(4), 210–216.
Ewusie, Y. J. (1990). Pengantar Ekologi
Tropika. Bandung: ITB.
Jones, G. A., McAllister, T. A., Muir, A. D., & Cheng, K. J. (1994). Effects of sainfoin (Onobrychis viciifolia Scop.) condensed tannins on growth and proteolysis by four strains of ruminal bacteria. Appl. Environ. Microbiol,
60(1374–1378).
Kusumawati, Eko, Apriliana, A., & Khatimah, K. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah
Manuntung, 2(2), 166–172.
Marjoni, M. H. (2016). Dasar-Dasar
Fitokimia. Jakarta: Trans Info Media. Ngajow, Mercy, Abidjulu, J., & Kamu, V.
S. (2013). Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.
Jurnal MIPA, 2(2), 128–132.
Pelczar, M. J., Chan, E. C. S., & Hadioetomo, R. S. (1988).
Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: UI Press. Pratiwi, S. (2008). "Mikrobiologi farmasi.
Jakarta: Erlangga.
Sundu, Reksi, & Handayani, F. (2018).
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL UMBI PAKU ATAI MERAH (Angiopteris ferox
Copel) TERHADAP
Propionibacterium acnes. Jurnal Medical Sains, 2(2), 75–82.
Waluyo, L. (2004). Mikrobiologi umum. Malang: UMM.
Wiyanto, & Budi, D. (2010). Uji aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma denticullatum terhadap bakteri Aeromonas hydrophila dan Vibrio harveyii. Jurnal Kelautan:
Indonesian Journal of Marine
Science and Technology, 3(1), 1–17. Zuraidawati, Z., Dewi, M., Darmawi, D.,
Sugito, S., Hamzah, A., & Winaruddin, W. (2019). Phytochemistry and Antibacterial Activity Test of Ethanol Extracts of Soursop flower (Annona muricata L.) against Salmonella enteritidis. Jurnal