• Tidak ada hasil yang ditemukan

Widodo Sekolah Dasar Negeri 2 Purwosari, Wonogiri, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Widodo Sekolah Dasar Negeri 2 Purwosari, Wonogiri, Indonesia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Vol.2, No.1, Maret 2021

ISSN (p): 2722-8126, ISSN (e): 2775-5452

Accessed online by http://journalindonesia.org/index.php/JIGI  123

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS tentang Perjuangan

Para Tokoh Pejuang pada Penjajah Belanda dan Jepang Melalui

Metode Bermain Peran Siswa Kelas V SDN 2 Purwosari

Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018

Widodo

Sekolah Dasar Negeri 2 Purwosari, Wonogiri, Indonesia e-mail: widodo197162@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan meningkatkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V SDN 2 Purwosari Wonogiri tahun pelajaran 2017/2018 dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang. Penelitian ini menggunakan metode bermain peran, metode ini dipilih karena sesuai dengan materi dan karakteristik siswa kelas V serta menuntut peran aktivitas siswa yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang dari hasil belajar siswa rendah menjadi tinggi dengan peningkatan nilai rata-rata menjadi 83. Kesimpulan metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang dari aktivitas belajar siswa rendah menjadi tinggi.

Kata kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Metode Bermain Peran, Kelas V

1. PENDAHULUAN

Penelitian ini dilakukan mengingat rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Purwosari Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang. Melalui penggunaan metode bermain peran diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat. Dalam kompetensi dasar ini, siswa tidak hanya sekedar menghafalkan kekejaman di masa penjajahan dan nama-nama tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Tetapi lebih dari itu, siswa dapat mengetahui dan mencoba ikut merasakan melalui penggunaan metode bermain peran. Sehingga hal ini akan menambah pengalaman belajar baru bagi siswa.

Selain aktivitas siswa yang meningkat, diharapkan hasil belajar siswa juga lebih baik. Mengingat tujuan akhir dari setiap pembelajaran adalah siswa mampu mendapatkan hasil belajar yang baik (di atas Kriteria Ketuntasan Minimal). Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran IPS tahun pelajaran 2017/2018 semester II Kelas V adalah 70.

Mengapa peneliti memilih metode bermain peran? hal ini peneliti pilih karena peneliti beranggapan bahwa metode ini sesuai dengan materi dan karakteristik siswa kelas V SDN 2 Purwosari Tahun Pelajaran 2017/2018. Sedangkan kondisi awal ketika peneliti menggunakan metode ceramah, banyak siswa yang pasif dalam menerima pelajaran dan merasa kurang bias memahami/menerima materi pelajaran ini dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari instrumen

(2)

pengamatan siswa dan evaluasi akhir pertemuan (tes formatif). Dimana aktivitas dan rata-rata hasil belajar siswa masih rendah. Dari 22 siswa kelas V, hanya 5 siswa yang aktivitasnya tinggi dan 6 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM. Berdasarkan hasil angket dan observasi, peneliti menemukan beberapa masalah, diantaranya aktivitas siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada lembar pengamatan siswa. Hasil belajar siswa masih rendah, karena baru 27% siswa yang nilainya di atas KKM dari 22 siswa. Guru tidak memanfaatkan media pembelajaran yang ada. Guru terlalu mendominasi dalam penyampaian materi. Guru kurang memberi kesempatan bertanya pada anak. Serta siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar, sebagaian besar orang tuanya merantau.

Dari beberapa permasalahan itu, kemudian peneliti merenung dan berdiskusi dengan teman sejawat serta konsultasi dengan kepala sekolah untuk menganalisis permasalahan yang relevan dengan penelitian ini. Peneliti menganggap data 4 adalah masalah yang perlu diperbaiki melalui penelitian tindakan kelas.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang pada siswa Kelas V SD Negeri 2 Purwosari Tahun Pelajaran 2017/2018.

2. METODE PENELITIAN 2.1. Kerangka Berfikir

Skema kerangka berfikir pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Skema Kerangka Berfikir 2.2. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada hari efektif belajar sesuai dengan jadwal kelas V semester II tahun pelajaran 2017/2018. Penentuan waktu ini didasarkan pada silabus dan program semester yang menyebutkan bahwa kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang disampaikan di semester II.

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan di SD Negeri 02 Purwosari. Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, dengan pertimbangan peneliti mengajar di Kelas V SDN 2

Kondisi awal Guru belum menggunakan metode bermain peran

Hasil belajar IPS belum optimal

Proses tindakan Guru telah menggunakan metode bermain peran

Siklus I dengan menggunakan metode bermain peran, aktivitas

dan

hasil belajar meningkat

Siklus II dengan menggunakan metode bermain peran dan diskusi

hasil belajar optimal Akhir

Diduga dengan Menggunakan metode bermain

peran Dapat meningkatkan hasil belajar

(3)

Purwosari. Serta peneliti ingin mengadakan inovasi sistem pembelajaran di Kelas V SDN 2 Purwosari.

2.3. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 2 Purwosari. Kelas V dipilih dengan alasan peneliti sudah sangat mengenal betul karakteristik siswa kelas V, disamping itu, para siswa juga sudah sangat mengenal dan memahami karakter peneliti dalam mengajar kesehariannya. Siswa kelas V berjumlah 22 anak, dengan perincian : 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

2.4. Sumber Data

Sumber data penelitian diperoleh antara lain dari: 1. Sumber data primer, yaitu hasil tes formatif.

2. Sumber data sekunder, yaitu hasil observasi dan pengamatan. 2.5. Indikator Kinerja

Ada 2 indikator kinerja yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini. Pertama adalah indikator kinerja yang berkaitan dengan aktivitas siswa yang meliputi target yang diharapkan dalam aktivitas belajar siswa dalam materi perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang. Indikator beraktivitas tinggi bisa diketahui apabila hasil pengamatan selama tindakan memenuhi standar penilaian dalam rentang angka 80–100 (tinggi), nilai tersebut dirujuk dari keterangan rentang penilaian pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Kriteria nilai aktivitas belajar siswa

Rentang Nilai Kriteria

80 – 100 Tinggi

79 – 60 Sedang

59 – 40 Rendah

39 – 0 Sangat Rendah

Berikutnya adalah Indikator kinerja yang berkaitan dengan hasil belajar siswa yang diharapkan, meliputi:

1. Sekurang-kurangnya 70% siswa memiliki kemampuan sangat baik dalam mengerjakan tugas.

2. Sekurang-kurangnya 20% siswa memiliki kemampuan baik. 3. Diharapkan sebanyak-banyaknya 10% siswa kemampuan kurang. 4. Nilai rata-rata kelas ≥ 80.

2.6. Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan memenuhi rosedur atau langkah-langkah pelaksanaan meliputi 4 fase yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan penelitian, 3) observasi dan evaluasi serta 4) analisis dan refleksi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Deskripsi Prasiklus

Adapun karakteristik siswa kelas V saat ini adalah cenderung ramai ( beberapa siswa bercakap-cakap dengan temannya ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran). Tetapi apabila disuruh untuk maju mengerjakan soal ke depan, mereka tidak mau maju. Hal inilah yang merupakan salah satu pendorong bagi peneliti untuk mengadakan penelitian di Kelas V. Kaitannya dengan peningkatan aktivitas siswa.

Adapun mata pelajaran yang peneliti pilih adalah Ilmu Pengetahuan Sosial yang merupakan hal yang mendasar yang perlu diketahui dan dipahami oleh setiap siswa kaitannya dengan sejarah bangsa dan Negara Indonesia.

(4)

Dari latar belakang siswa khususnya siswa kelas V, dapat peneliti sebutkan bahwa 25% siswa ditinggal merantau oleh orang tuanya. Mereka tinggal dengan kakek atau neneknya yang kurang memperhatikan pendidikan cucunya. Ditinjau dari lokasi sekolah, SDN 2 Purwosari termasuk sekolah yang berada di tengah-tengah desa dengan jangkauan terjauh siswa 1 km. Umumnya siswa berangkat dan pulang dengan berjalan kaki.

Data prasiklus menunjukkan rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 42,5% kategori rendah (belum memenuhi target). Rendahnya aktivitas belajar siswa pada materi mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajah Belanda dan Jepang berkaitan dengan hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil nilai ulangan siswa kelas V dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Rekapitulasi nilai ulangan sebelum perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda

No Nilai Jumlah anak Ketuntasan Prosentase ( % )

1 10 - 2 9 2 Tuntas 9.1 3 8 4 Tuntas 18.2 4 7 3 Belum Tuntas 13.6 5 6 8 Belum Tuntas 36.4 6 5 4 Belum Tuntas 18.2 7 4 1 Belum Tuntas 4.5

Jika disajikan dalam bentuk diagram batang, maka hasilnya adalah sebagai berikut :

0 2 4 6 8 10 40 50 60 70 80 90 Prasiklus N i l a i

Gambar 2 Diagram Rekapitulasi nilai ulangan sebelum perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang

pada penjajah Belanda 3.2. Siklus I

Pembelajaran pertemuan pertama siklus I guru meminta siswa untuk mengungkapkan pengetahuan mereka tentang kedatangan bangsa Belanda di Indonesia, serta meminta siswa untuk mendiskusikan skenario masuknya bangsa Belanda ke Indonesia. Berikutnya pada pertemuan kedua siswa bermain peran tentang kekejaman penjajah Belanda. Pertemuan ketiga adalah evaluasi.

Kegiatan setiap siklus perbaikan adalah pengamatan dan perencanaan tindakan. Perencanaan disusun oleh guru kelas V sebagai peneliti. Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat. Rencana perbaikan menggunakan model spiral oleh Kemmis.

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat pada siklus pertama, diperoleh masukan bahwa guru kurang dalam memberikan informasi awal tentang kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia. Sehingga siswa kurang bisa melaksanakan bermain peran secara maksimal. Pada waktu memberikan perbaikan, pelaksanakan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan dan mencatat perkembangan kecakapan dan kemampuan siswa.

(5)

Berdasarkan hasil belajar perlu dilaksanakan perbaikan dengan langkah observasi pada awal pembelajaran, mengulang materi yang belum dikuasai siswa. Guru membimbing siswa untuk mengamati tayangan LCD serta mencatat untuk pembuatan skenario penjajahan Belanda. Guru memberi penjelasan tugas masing-masing siswa dalam bermain peran. Serta ditutup dengan evaluasi pembelajaran.

Apabila data pada prasiklus disandingkan dengan data pada siklus I, maka akan terlihat pada Gambar 3 diagram batang dibawah ini.

0 2 4 6 8 10 4 5 6 7 8 9 10 Prasiklus Siklus I N i l a i

Gambar 3 Perbandingan nilai sebelum perbaikan dibandingkan dengan nilai siklus I Jika data dari prasiklus dan siklus I disandingkan, maka akan terlihat nilai terendah mengalami kenaikan dari 40 menjadi 50 di siklus I, kemudian jumlah siswa terbanyak yang mendapatkan nilai yang sama juga mengalami kenaikan dari nilai 60 sebanyak 8 siswa pada prasiklus menjadi nilai 80 pada siklus I dengan banyak siswa 9. Kemudian nilai tertinggi juga mengalami kenaikan dari nilai 90 sebanyak 2 siswa menjadi 100 pada siklus I sebanyak 1 siswa. Dan ini juga berdampak pada kenaikan nilai rata-rata dari 65 menjadi 74. Artinya dari data di atas, secara kuantitas ada kenaikan nilai rata-rata sebesar 9, tetapi belum signifikan.

3.3. Siklus II

Mengingat hasil perbaikan pada siklus I belum maksimal, maka peneliti merencanakan untuk mengadakan perbaikan yang ke dua. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat pada siklus kedua, diperoleh masukan bahwa hasil belajar yang kurang maksimal, dikarenakan siswa kurang memahami detail permasalahan. Oleh karena itu, pada tindakan perbaikan yang kedua diawali dengan kegiatan diskusi, yang diharapkan dapat menigkatkan pemahaman dan aktivitas siswa tentang perlawanan Sultan Agung melawan Belanda di Banten.

Langkah-langkah dalam perbaikan pembelajaran antara lain guru menyampaikan materi tentang perjuangan Sultan Agung melawan Belanda di Banten. Siswa berkelompok dan mendiskusikan skenario perlawanan Sultan Agung melawan Belanda di Banten. Dengan dipandu guru, siswa melaksanakan kegiatan bermain peran tentang perlawanan Sultan Agung melawan Belanda di Banten dan kemudian ditutup dengan evaluasi.

Kemudian pada perbaikan siklus II peneliti menerapkan metode diskusi dan bermain peran, sehingga nilai rata-rata siswa menjadi 83. Dari data tersebut, dapat dibuat grafik rata-rata nilai disajikan pada Gambar 4 berikut.

(6)

0 2 4 6 8 10 40 50 60 70 80 90 100 Prasiklu s N i l a i

Gambar 4 Grafik rata-rata nilai sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan ( Prasiklus, Siklus I dan Siklus II )

Berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran ,setelah diadakan perbaikan mengalami perubahan terbukti dengan adanya siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran serta lebih mudah memahami materi pelajaran. Sejumlah 22 siswa dari 22 siswa mendapatkan nilai tuntas.

Secara khusus tampak bahwa perolehan nilai pada siklus pertama lebih baik dari pra siklus. Peningkatan di atas ternyata tidak hanya hasil belajar siswa, melainkan aktivitas siswa juga mengalami peningkatan seperti halnya hasil pengamatan.

3.4. Pembahasan

Kegiatan pembelajaran yang berlangsung dari keadaan kurang baik pada prasiklus yang ditunjukkan dengan aktivitas belajar siswa yang rendah secara klasikal kemudian meningkat

Pada perbaikan siklus pertama guru menggunakan metode bermain peran, mampu menarik keaktifan siswa, sehingga minat siswa mengikuti pembelajaran lebih meningkat terbukti dilihat dari nilai rata rata hasil evaluasi siswa ada peningkatan dari 65 menjadi 74.

Untuk perbaikan siklus kedua, guru menggunakan metode diskusi dan bermain peran dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran baik individu maupun kelompok terbukti mampu meningkatkan pemahaman anak terhadap materi pembelajaran terbukti jumlah siswa yang mencapai nilai tuntas meningkat tajam. Yaitu dari nilai rata-rata 74 menjadi 83.

Dari uraian di atas, diketahui bahwa pemilihan metode yang tepat sangat berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas dan pemahaman siswa tentang suatu materi pelajaran.

5. KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang dari aktivitas belajar siswa rendah menjadi tinggi.

2. Metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang dari hasil belajar siswa rendah menjadi tinggi dengan peningkatan nilai rata-rata menjadi 83.

6. SARAN

Pada akhir penelitian ini penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini :

(7)

1. Bagi Siswa adanya penelitian ini siswa akan menjadi termotivasi untuk menyukai pelajaran IPS.

2. Bagi Guru, adanya penelitian ini guru akan menjadi termotivasi untuk menerapkan suatu model-model pembelajaran yang lain sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

3. Bagi Sekolah, penelitian ini menjadi referensi penggunaan metode bermain peran di SD Negeri II Purwosari.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anton, M, Mulyono. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung: Yrama

[2] Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bandung. Bumi Aksara.

[3] Trinandita. 1984. Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Sebagai Upaya Membantu Meningkatkan Hasil Belajar. http://www.media.diknas.go.id/media/ document/5098.pdf. 2 Maret 2018

[4] Nasution. 2006. Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta [5] Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta dan

Depdikbud.

[6] Depdikbud. 1964. Pengertian bermain peran. Jakrta: Depdikbud

[7] Hasan S.N. 1996 Pendidikan ilmu-ilmu sosial buku 1 dan 2, Bandung, Jurusan Pendidikan Sejarah UPI

Gambar

Gambar 1 Skema Kerangka Berfikir  2.2.  Setting Penelitian
Tabel 2 Rekapitulasi nilai ulangan sebelum perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial  tentang mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda  No  Nilai  Jumlah anak  Ketuntasan  Prosentase ( % )
Gambar 3 Perbandingan nilai sebelum perbaikan dibandingkan dengan nilai siklus I  Jika data dari prasiklus dan siklus I disandingkan, maka akan terlihat nilai terendah mengalami  kenaikan dari  40 menjadi 50 di  siklus I,  kemudian jumlah siswa terbanyak
Gambar 4 Grafik rata-rata nilai sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan  ( Prasiklus, Siklus I dan Siklus II )

Referensi

Dokumen terkait

Kami sebagai mahasiswa melihat sebuah peluang usaha yang menarik yaitu membuat chory dengan rasa yang lezat dan bentuk yang menarik1. Selain rasanya yang lezat, coklat ini

[r]

Nasabah berkewajiban membayar sisa harga jual yang belum dilunasi, pembayaran ini dilakukan secara angsuran sesuai dengan jangka waktu kemampuan bayar calon nasabah yang

memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan neonatal, serta meningkatakan perawatan bayi baru lahir seperti peningkatan pemberian ASI Ekslusif, pencegahan infeksi, dan

[r]

Plant Medan yang merupakan salah satu program dalam pendidikan profesi apoteker, yang bertujuan agar calon apoteker mengetahui dan memahami tugas dan fungsi apoteker dalam

a) Pengabaian terhadap sebahagian tugas dan kerja pengetua. Antara isu yang akan timbul ialah terdapat sesetengah pengetua tidak dapat melaksanakan sepenuhnya pengajaran

antara buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” serta buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” untuk tingkat SMP kelas VII, VIII dan IX secara