NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Pendidikan Agama Islam dan Kristen di SMP)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh: NOVITA PRAMESELA
NIM 111-13-114
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Pendidikan Agama Islam dan Kristen di SMP)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh: NOVITA PRAMESELA
NIM 111-13-114
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
MOTTO
Jangan pernah takut dengan satu kegagalan, masih ada jalan yang lebih baik. Karena Allah Swt. selalu memberikan jalan terbaik.
َنْىُو َزْحَي ْمُه َلََو ْمِهْيَلَع ٌفْىَخ َلََف َياَذُه َعِبَت ْهَمَف
(
83
)
“...Maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran
atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
1. Ibu Bundirah dan Bapak Pramudi tercinta yang telah mendidik, membimbing,
memberikan kasih sayang dan doanya. Terimakasih atas segala pengorbanan
dan kerja keras kalian dalam membesarkanku, sejak dalam kandungan hingga
kini tumbuh menjadi dewasa.
2. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. yang senantiasa sabar memberikan koreksi
dan pengarahan hingga terselesaikannya penulisan Skripsi ini
3. Adikku terkasih, Eshtu Putra Rizky yang selalu berbagi cerita, canda dan tawa
dikala pikiran jenuh.
4. Nenekku tercinta, Asmi Wari Soeradi yang selalu mendoakan dan
mendukungku dalam menyelesaikan pendidikan ini.
5. Ibu Diyah, Ibu Jamal, dan Ibu Susi selaku guru SMP N 1 Banyubiru yang telah
membantu penulis dalam mendapatkan buku-buku “Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti”.
6. Sahabatku Tiara Sofiana, Esa Puspitasari, Nur Mailatusa‟diyah, dan Ulfa
Ulfiati yang telah membantu terkait Skripsi ini, menemani, menghibur dan
memberi motivasi.
7. Teman-teman KKN 2017 posko 82 yang telah memberikan semangat dan
motivasi.
KATA PENGANTAR
ميح ّزلا همح ّزلا لله مسب
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Nasionalisme dan
Patriotisme Dalam Buku Pendidikan dan Budi Pekerti (Studi Komparasi
Pendidikan Agama Islam dan Kristen di SMP)”. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, sahabat dan para umatnya
hingga akhir zaman.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah
terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu terselesaikannya
skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
5. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
7. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang telah memberikan motivasi dan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan yang acapkali saling mendukung, mendoakan, dan
senantiasa menemani perjuangan jihad di kampus.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil dalam
penulisan skripsi.
Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah Swt.
senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan skripsi.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis,
skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 20 Agustus 2017
ABSTRAK
NOVITA PRAMESELA, 2017. Nilai-nilai Nasionalisme dan Patriotisme Dalam Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Pendidikan Agama Islam dan Kristen di SMP). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
Kata Kunci : Komparasi, Nilai Nasionalisme, Nilai Patriotisme, Islam, Kristen.
Kurikulum 2013 memiliki penekanan pada pembentukan nilai-nilai karakter, dan nama mata pelajaran agama berubah menjadi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Mengacu pada nilai-nilai karakter tersebut, beberapa diantaranya dapat dikategorikan sebagai nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Dalam buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sendiri kemungkinan besar mengandung ajaran nilai-nilai tersebut. Dengan demikian, penelitian ini ingin mengkaji nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme dalam buku “Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti” untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta hendak
mengomparasikan dua pendidikan agama yaitu Islam dan Kristen.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, sementara berdasarkan objek kajian, maka penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan atau library research dengan menggunakan metode content analysis (analisis isi) dan metode analisis komparatif konstan (constant comparative analysis). Kemudian, penyajian datanya dalam bentuk deskripsi dan tabel supaya mudah dipahami.
Hasil dari Penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Nilai-nilai nasionalisme
antara buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” serta buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” untuk tingkat SMP kelas VII, VIII dan IX secara keseluruhan terdapat perbedaan dan persamaan. Dalam buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” secara keseluruhan, nilai-nilai nasionalisme yang terkandung berupa persatuan dan kesatuan, solidaritas sosial, rasa cinta dan bangga dengan keanekaragaman juga kekayaan tradisi Islam di Indonesia, kesamaan hak dan kewajiban sebagai masyarakat bersama, serta menjaga dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara. Sedangkan, nilai-nilai nasionalisme
yang terkandung dalam buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti”
secara keseluruhan berupa persatuan dan kesatuan, solidaritas sosial, serta cinta dan bangga terhadap bangsa Indonesia dengan adanya keanekaragaman. 2)
Nilai-nilai nasionalisme antara buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” serta buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” untuk tingkat SMP kelas VII,
VIII dan IX secara keseluruhan terdapat perbedaan dan persamaan. Dalam buku
“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” secara keseluruhan, nilai-nilai patriotisme yang terkandung berupa yaitu keberanian, rela berkorban, pantang menyerah, kesetiakawanan sosial, percaya diri, dan berjiwa pembaharu.
Sedangkan, dalam buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” secara
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... II
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... III
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... IV
MOTTO ... V
PESERSEMBAHAN ... VI
KATA PENGANTAR ... VII
ABSTRAK ... IX
DAFTAR ISI ... X
DAFTAR GAMBAR ... XII
DAFTAR TABEL ... XIII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode Penelitian ... 8
F. Penegasan Istilah ... 10
G. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME A. Hakikat Nilai... 16
B. Nilai-nilai Nasionalisme ... 18
C. Nilai-nilai Patriotisme... 24
BAB III GAMBARAN UMUM BUKU
A. Identitas Buku ... 31
B. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku ... 37
C. Konten Materi ... 42
1. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VII ... 42
2. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 51
3. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX ... 60
4. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VII ... 70
5. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 86
6. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas IX ... 98
BAB IV HASIL ANALISIS BUKU A. Nilai Nasionalisme Pendidikan Agama Islam dan Kristen ... 124
B. Nilai Patriotisme Pendidikan Agama Islam dan Kristen ... 132
C. Aspek Positif Buku PAI dan Budi Pekerti... 143
D. Aspek Positif Buku PAK dan Budi Pekerti ... 145
E. Kritik dan Saran ... 147
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 151
B. Saran ... 152
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar I : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VII... 32
Gambar II : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 33
Gambar III : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX ... 34
Gambar IV : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VII ... 35
Gambar V : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 36
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII ... 124
Tabel 4.2 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII... 127
Tabel 4.3 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX ... 129
Tabel 4.4 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII ... 132
Tabel 4.5 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII... 137
Tabel 4.6 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang luas dengan berbagai ragam
suku, etnis, bahasa dan agama. Selain itu, banyak pulau yang terbentang di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari pulau yang
kecil hingga pulau besar. Indonesia juga termasuk dalam daftar negara
yang cukup besar angka populasi penduduknya. Ada enam agama yang
dianut, yaitu agama Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Budha, dan
Konghucu.
NKRI merupakan sejarah perjuangan, di mana dahulu sempat
terjajah oleh bangsa asing. Akan tetapi, dengan semangat cinta tanah air
para pahlawan dari berbagai daerah mampu memperjuangkan kebebasan
dan berhasil merebut kekuasaan negara Indonesia. Kini orang-orang NKRI
bisa menikmati kebebasan dan mempunyai kewajiban untuk meneruskan
perjuangan para pahlawan. Sebagaimana penulis pernah melihat sebuah
lukisan yang menggambarkan sosok Bung Karno dengan bertuliskan
“Lanjutkan Cita-Cita Kemerdekaan!”.
Istilah nasionalisme dan patriotisme sudah tak asing lagi dalam
dunia pendidikan. Kedua istilah tersebut memiliki daya tarik dalam era
globalisasi pada masa kini, seiring terkikisnya jiwa nasionalisme dan
patriotisme generasi muda yang cenderung lebih bangga ketika
menyangkut soal luar negeri. Perlu adanya penanaman nilai-nilai
Langkah yang paling efektif untuk membangun semangat nasionalisme
dan patriotisme adalah melalui pendidikan.
Secara etimologis, term nasionalisme, natie dan national, kesemuanya berasal dari bahasa Latin, yaitu natio, yang berarti berbangsa yang dipersatukan karena kelahiran. Kata natio itu sendiri berasal dari kata
nascie yang berarti dilahirkan. Nasionalisme mengandung suatu sikap mental di mana loyalitas tertinggi dari individu adalah untuk bangsa dan
negara (Moesa, 2007:28-29).
Kemudian, patriotisme ialah perjuangan yang menjiwai kepada
kepentingan bangsa dan negara. Ia menonjolkan semangat juang yang
tinggi mendaulatkan kedudukan, status serta pengaruh bangsa dan negara.
Patriotisme memerlukan komitmen pemimpin dan semua golongan rakyat
dengan mempertahankan asas pembinaan dan kedaulatan negara.
Kesetiaan pada pemimpin dan negara yang ditunjukkan oleh warga negara
melalui sumbangan dan pengorbanan merupakan unsur patriotisme yang
amat penting. Unsur tersebut perlu ditanam di kalangan generasi muda.
Nilai patriotisme seperti kesetiaan, keberanian, rela berkorban,
kesukarelaan, cinta akan bangsa dan negara perlu dipertingkat lagi untuk
membentuk rakyat Indonesia yang patriotik dan bertanggungjawab pada
bangsa dan negara (Rashid, 2004:5).
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin maju,
para generasi muda secara tidak sadar mulai melupakan nilai-nilai
adanya pendidikan, para pendidik dapat memberikan suntikan semangat
akan nasionalisme dan patriotisme terhadap peserta didiknya.
Kemudian untuk menunjang keberhasilan suatu pendidikan
diperlukan adanya sarana yang menjadi pedoman dalam proses
pembelajaran yang salah satunya adalah buku teks siswa. Buku tersebut
termasuk pada bahan ajar cetak yang tentunya sudah disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku dan terjamin kelayakannya oleh pemerintah
melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Dengan sarana
tersebut diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri.
Di Indonesia pernah menerapkan beberapa kurikulum, seperti
kurikulum 1994, 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), 2006
atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan yang sedang
berlaku sekarang adalah kurikulum 2013. Dengan berlakunya kurikulum
2013 saat ini, tentunya buku teks siswa yang digunakan dalam proses
pembelajaran disusun berdasarkan kurikulum tesebut.
Lewat kurikulum 2013, pemerintah mengharapkan para siswa tidak
hanya mempunyai kecerdasan secara kognitif saja akan tetapi juga
perilaku yang baik atau sering diistilahkan afektif. Oleh karena itu, buku
teks siswa dalam bidang agama yang sekarang dipakai sesuai dengan
kurikulum 2013 adalah Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.
Sebenarnya banyak buku yang membahas tentang semangat cinta
tanah air yang berbasis keagamaan. Misalnya, buku karya Adhyaksa
J.Ngelow berjudul Kekristenan dan Nasionalisme, serta masih banyak
buku lain. Buku-buku tersebut membahas tentang sejarah peranan Agama
dalam perjuangan memerdekakan negara Indonesia.
Untuk buku teks siswa Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
sendiri kemungkinan besar mengandung ajaran nilai-nilai nasionalisme
dan patriotisme. Terutama pada buku pelajaran Pendidikan Agama tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan kurikulum 2013. Akan tetapi,
yang lebih banyak diketahui selama ini hanya tentang ajaran ibadah dan
hukum-hukum agama misalnya, sedangkan nasionalisme dan patriotisme
sebagian masih tersirat.
Melalui skripsi ini, penulis mencoba untuk menggali nilai-nilai
nasionalisme dan patriotisme pada buku teks siswa mata pelajaran
Pendidikan Agama tingkat SMP kurikulum 2013. Dengan hal tersebut,
diharapkan ketika pembelajaran agama berlangsung, guru juga
memberikan sedikit gagasan mengenai nilai-nilai nasionalisme dan
patriotisme yang ada di dalam buku teks pelajaran pendidikan agama
kepada peserta didiknya. Dalam arti lain, guru agama juga ikut berperan
dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme guna
membenahi generasi muda yang semakin terkikis jiwa cinta tanah airnya
oleh kemajuan zaman.
Selanjutnya, penulis hendak mengomparasikan dua Pendidikan
Agama, yaitu Islam dan Kristen. Seiring berlalunya gejolak yang telah
terjadi baru-baru ini di Indonesia, di mana timbulnya sedikit gesekan antar
kurang bersatu. Terlebih dalam media sosial yang semakin memanas
dengan adanya provokasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Dalam
pendidikan agama Islam dan Kristen tentunya sama-sama mengajarkan
untuk cinta tanah air dan menghormati sesama manusia.
Kemudian, dalam Al-Qur‟an sendiri terdapat sebuah ayat tentang
Islam yang mengajak umat nasrani untuk bersatu tanpa ada perselisihan di
antara mereka. Hal tersebut tercermin dalam surat Ali „Imran ayat 64:
ِة بَتِكْلا َلْهَأ بَي ْلُق
الَِإ َذُبْعَو الََأ ْمُكَىْيَبَو بَىَىْيَب ٍءاَىَس ٍةَمِلَك ىَلِإ اْىَل بَعَت
ِالله ِنْوُد ْهِم بًببَبْرَأ بًضْعَب بَىُضْعَب َذِخاتَي َلََو بًئْيَش ِهِب َكِزْشُو َلََو َالله
اْىالَىَت ْن ِإَف
اوَأِب اْوُذَهْشا اْىُلْىُقَف
ب
َنْىُمِلْسُم
(
46
)
Artinya:
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai
tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah).”
Berangkat dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
menganalisis nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme pada Pendidikan
Agama Islam dan Kristen. Analisis dilakukan berdasarkan buku teks siswa
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Kristen kurikulum 2013
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana komparasi nilai-nilai nasionalisme antara buku
“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” dengan buku
“Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” tingkat SMP Kelas
VII, VIII, dan IX?
2. Bagaimana komparasi nilai-nilai patriotisme antara buku
“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” dengan buku
“Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” tingkat SMP Kelas
VII, VIII, dan IX?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui komparasi nilai-nilai nasionalisme antara buku
“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” dengan buku
“Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” tingkat SMP Kelas
VII, VIII, dan IX.
2. Untuk mengetahui komparasi nilai-nilai patriotisme antara buku
“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” dengan buku
“Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” tingkat SMP Kelas
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini dapat dikemukakan manfaatnya menjadi dua sisi:
1. Teoretis-Akademis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
yang mendalam tentang nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme,
sehingga ada konsep yang jelas dalam materi buku ajar
“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” serta “Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti” yang mampu mengakomodasi
nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme demi menjaga dan
memelihara keutuhan bangsa melalui pendidikan agama.
b. Dengan dilakukannya analisis perbandingan ini diharapkan
dapat melihat perbedaan dan persamaan dalam agama-agama,
serta mengenal keunikan masing-masing, sehingga peserta didik
benar-benar mampu menjadi sosok yang berkarakter mulia
dalam menyikapi keberagamaan disekelilingnya. Selain itu, para
guru pendidikan agama diharapkan dapat ikut berperan dalam
menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme kepada
peserta didiknya secara kompleks.
2. Praktis-Empiris
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat praktis berupa pengetahuan, pemahaman dan penghayatan
tentang materi bahan ajar yang mencerminkan nilai-nilai
nasionalisme yang pada gilirannya mampu meminimalisir konflik
E. Penelitian Terdahulu
Kajian tentang nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme memang
bukan yang pertama kali oleh para penulis skripsi. Begitu juga dengan
kajian pada buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, serta studi
komparasi agama Islam dan Kristen. Sejauh ini penulis melakukan
penulusuran terkait skripsi yang relevan dengan judul yang penulis angkat.
Adapun skripsi yang penulis temukan sebagai berikut:
Pertama, penelitian mengenai kajian buku Pendidikan Agama
Islam dan Kristen kurikulum 2013 tingkat SMP, penulis merujuk pada
skripsi yang ditulis oleh Ali Murfi, mahasiswa fakultas tarbiyah dan
keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014 dengan judul
“Komparasi Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural (Telaah Buku Teks
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti SMP Kelas VII)”. Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui, memahami dan menghayati nilai-nilai
pendidikan multikultural dalam kedua buku teks PAI dan PAK, serta
melakukan analisis perbandingan (komparasi) antara substansi nilai-nilai
pendidikan multikultural dalam kedua buku teks tersebut meliputi
perbedan, persamaan dan titik temu (kalimatun sawa’). Persamaan
penelitian tersebut dengan yang penulis lakukan terletak pada bahan
kajiannya, yaitu buku PAI dan Budi Pekerti, serta buku PAK dan Budi
Pekerti SMP. Tetapi penelitian tersebut hanya menelaah buku tingkat SMP
kelas VII, sedangkan penulis menelaah buku tingkat SMP kelas VII, VII
terkait pokok kajiannya. Skripsi karya Ali Murfi tersebut mengkaji
nilai-nilai pendidikan multikulturalnya, sedangkan penulis mengkaji nilai-nilai-nilai-nilai
nasionalisme dan patriotismenya.
Kedua, penelitian terkait nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme
penulis merujuk pada skripsi karya Rika Wulandari, mahasiswa fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
(UMS) tahun 2013 dengan judul “Konstruksi Nilai-Nilai Nasionalisme dan
Patriotisme Pada Syair Lagu Perjuangan Indonesia (Studi Hermeneutika
pada Lagu-lagu Perjuangan Ciptaan C. Simanjutak). Penelitian tersebut
bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai nasionalisme pada syair lagu
perjuangan Indonesia (studi hermeneutika pada lagu-lagu perjuangan
ciptaan C. Simanjuntak). Adapun hasil penelitiannya, bahwa nilai-nilai
nasionalismenya berupa mewujudkan persatuan, rasa loyal dan kesetiaan
terhadap negara dengan sepenuh hati, saling toleransi dan menghargai
negara, selalu mencintai keindahan dan kekayaan Indonesia serta menjaga
kelestariannya. Sedangkan untuk nilai-nilai patriotismenya berupa selalu
setia untuk membela negara, menghargai jasa para pahlawan, membela
kebenaran, dan meneruskan perjuangan para pahlawan. Perbedaan
penelitian tersebut dengan penelitian penulis, yaitu terletak pada objek
yang dikaji. Kemudian, titik fokus yang diteliti berkonteks Indonesia,
sedangkan penelitian penulis tidak hanya untuk konteks Indonesia saja.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini, yaitu sama-sama
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian
kepustakaan atau sering disebut dengan istilah library research. Penelitian ini dilakukan dengan mencari beragam sumber informasi
yang ada pada perpustakaan seperti buku, koran, majalah dan lain
sebagainya. Penulis mengambil data yang bersumber dari berbagai
buku ilmiah yang berhubungan dengan tema skripsi ini.
2. Sumber data
Penulis menggunakan sumber data dari berbagai karya tulisan
dengan tema yang relevan dengan judul penelitian yang diangkat.
Dalam sumber data ini terbagi menjadi sumber data primer dan
sekunder. Adapun perincian sumber data yang penulis gunakan adalah
sebagai berikut:
a. Sumber data primer
Sumber data primer berkaitan langsung dengan objek
penelitian dalam skripsi ini. Buku-buku itu antara lain sebagai
berikut:
1) Buku teks siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
tingkat SMP kelas VII, VIII, dan IX, kurikulum 2013.
2) Buku teks siswa Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yang mendukung dan melengkapi
sumber-sumber data primer. Sumber data sekunder yang menjadi
rujukan penulis diantaranya sebagai berikut:
1) Buku “5 Penggerakan Bangsa yang Terlupakan (Nasionalisme
Minoritas Kristen)”, terjemahan dari buku Gerry van Klinken, penerjemah Amiruddin.
2) Buku “Masalah-masalah Moral Sosial Aktual dalam Perspektif
Iman Kristen”, diterjemahkan dari buku Today’s Issues and
Christian Beliefs: Social & Moral Questions for GCSE Religious Studies, penerjemah P. Hardono Hadi.
3) Buku “NASIONALISME (Teologi, Ideologi, Sejarah)”,
diterjemahkan dari buku Nationalism Theory, Ideology, History, karya Anthony D. Smith, penerjemah Frans Kowa.
4) Buku “Nasionalisme di Persimpangan”, karya Dr. Ali Masykur
Musa.
5) Buku “Pedoman Umum Pelestarian Jiwa, Semangat, dan Nilai
-nilai 45”, diterbitkan oleh Dewan Harian Nasional Angkatan 45.
6) Buku “Islam dan Nasionalisme”, karya Adhyaksa Dault. Serta
karya ilmiah lainnya yang sekiranya relevan dengan judul
G. Penegasan Istilah
Dalam penelitian sangat diperlukan penegasan istilah untuk
menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda, maka penulis hendak
menjelaskan istilah-istilah di dalam judul penelitian ini. Istilah-istilah yang
harus penulis jelaskan, yaitu sebagai berikut:
1. Nilai
Kata nilai berasal dari bahasa Inggris value, dan dari bahasa Latin
valare yang mempunyai beberapa arti, yaitu berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, kuat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia nilai diartikan sebagai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan. Nilai juga merupakan sesuatu yang menyempurnakan
manusia sesuai dengan hakikatnya (2007:783). Nilai bukan suatu kata
benda atau pun kata sifat. Masalah nilai sesungguhnya berpusat di
sekitar perbuatan (Prasetyawati, 2014:73-74).
Nilai mempunyai beberapa pengertian, yaitu a) nilai merupakan
sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh
seseorang sesuai dengan tuntutan hati nuraninya, b) nilai adalah
seperangkat keyakinan dan sikap pribadi sesorang tentang kebenaran,
keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran , objek, atau perilaku
yang berorientasi pada pemberian arah serta makna pada kehidupan
seseorang, c) nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang
berharga, kebenaran, atau keyakinan mengenai ide-ide, objek, atau
2. Nasionalisme
Secara etimologi, nasionalisme berasal dari kata “nasional” dan
“isme” yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna, kesadaran
dan semangat cinta tanah air, memiliki kebanggan sebagai bangsa, atau
memelihara kehormatan bangsa, memiliki rasa solidaritas terhadap
masalah dan kekurangberuntungan saudara setanah air, sebangsa,
senegara, serta persatuan dan kesatuan (Prasetyawati, 2014:76-77).
Kemudian sumber lain menyebutkan bahwa nasionalisme berasal
dari kata nation yang yang dipadankan dengan “bangsa” dalam bahasa
Indonesia. Menurut Rupert Emerson, nasionalisme merupakan
komunitas orang-orang yang merasa bahwa mereka bersatu atas dasar
elemen-elemen penting yang mendalam dari warisan bersama dan
mereka memiliki takdir bersama menuju masa depan (Dault, 2005:1-2).
3. Patriotisme
Pada jurnal karya Nazri Muslim dan Jamsari Alias yang penulis
unduh dari sebuah website http://repo.uum.edu.my/1866/ dengan judul
“Patriotisme: Konsep dan Pelaksanaannya di Malaysia”, menjelaskan
bahwa patriotisme berasal dari bahasa Greek, yaitu patriotes yang berarti rekan senegara dan patrice yang bermakna fatherland atau
country, yaitu tanah air atau negara. Dari beberapa kata di atas membawa pengertian individu atau kumpulan yang berada di hadapan
dalam usaha membela tanah air. Seorang patriot dikatakan sebagai
seorang yang cinta akan negaranya dan akan berbuat apa aja untuk
maupun memperjuangkan kebebasan atau hak tanah air atau pembela
negara (Kamus Dewan dan Oxford English Dictionary). Dalam New Webster's Dictionary patriot juga berarti orang yang cinta tanah airnya dan akan melakukan apa saja demi untuknya (Muslim dan Jamsari,
2004:1-2).
Sumber lain menyebutkan patriotisme berasal dari kata patriot
yang berarti “pembela setia negaranya”. Seorang patriot adalah seorang
yang mendukung dengan setia negaranya (Hadi, 2000:36). Ia rela
berkorban jiwa, raga, dan harta benda demi nusa bangsa atau negara.
4. Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Buku teks merupakan buku yang berisi tentang uraian materi
bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi
berdasarkan orientasi pembelajaran, perkembangan siswa, untuk
diasimilasikan. Buku tersebut dipakai untuk sarana belajar siswa dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah (Luwihta, 2016:18).
Buku teks disebutkan dan dijelaskan dalam Permendiknas nomor 2
tahun 2008 pasal 1 bahwa “buku teks adalah buku acuan wajib untuk
digunakan di satuan pendidikan dasar dalam rangka peningkatan
keimanan, ketakwaaan, akhlak mulia, kepribadian, penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan, dan kemampuan
estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun
berdasarkan standar nasional pendidikan”.
Kemudian, mengenai Pendidikan Agama dalam PP No.55 Tahun
yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajarannya, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran atau kuliah
pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Jadi, dalam konteks ini buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
adalah buku teks yang berisi tentang uraian materi bidang studi agama,
yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan orientasi
pembelajaran, perkembangan siswa, untuk diasimilasikan, serta
berfungsi sebagai sarana belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti terdiri atas enam
macam sesuai dengan agama yang telah ditetapkan di Indonesia, yaitu
agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
5. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam merupakan upaya dalam memberikan
bimbingan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar
menjadi way of life (Pandangan dan sikap hidup) seseorang. Pada pengertian ini terwujud dua hal, yakni (1) segenap kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk membantu peserta didik dalam menanamkan
atau menumbuh kembangkan agama Islam dan nilai-nilainya untuk
dijadikan sebagai pandangan hidup yang diwujudkan dalam sikap dan
dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari, (2) segenap
fenomena/peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang
dampaknya ialah tertanamnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah
Kemudian, Zakiyah Daradjat mengemukakan pendapatnya bahwa,
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup
(Daradjat, 1992:130)
6. Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan Agama Kristen merupakan wahana pembelajaran yang
memberikan fasilitas kepada siswa untuk mengenal Allah Tritunggal
melalui karya-Nya dan mewujudkan pengenalannya melalui sikap
hidup yang mengacu pada nilai-nilai kristiani. Melalui Pendidikan
Agama Kristen, siswa diharapkan dapat mengalami perjumpaan dengan
Tuhan yang dikenal, dipercaya, dan diimaninnya. Pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen bersumber dari Alkitab, yang diharapkan
dapat memperteguh iman siswa kepada Tuhan, memiliki budi pekerti
luhur, menghormati sesama manusia dan ciptaan Tuhan yang lain
(Supit, dkk, 2014:vii).
Hakikat PAK mengacu pada hasil Lokakarya Strategi PAK di
Indonesia pada 1999, yaitu usaha yang dilakukan secara terencana dan
berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa agar
dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih
Tuhan Allah dalam diri Tuhan Yesus Kristus yang dinyatakan dalam
kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya
H. Sistematika Penulisan
Pada bagian awal meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama
dengan sampul), persetujuan pembimbing, lembar pengesahan kelulusan,
pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar,
abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.
BAB I berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
BAB II menjelaskan gambaran secara umum mengenai hakikat
nilai, nilai-nilai nasionalisme, nilai-nilai patriotisme, dan pendidikan
agama.
BAB III berisi gambaran umum buku “Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti” tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terdiri dari
identitas buku, latar belakang dan tujuan penyusunan buku, serta konten
materi.
BAB IV berisi hasil analisis dari buku “Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti” yang terdiri dari nilai nasionalisme pendidikan agama Islam
dan Kristen, nilai patriotisme pendidikan agama Kristen, aspek positif dari
buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti”, aspek positif buku
“Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti”, serta kritik dan saran
terhadap kedua buku tersebut.
BAB V berisi tentan Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran,
BAB II
NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME
A. HAKIKAT NILAI
Secara etimologis, kata nilai (value) berasal dari bahasa latin
“Valare” yang berarti berharga, baik, dan berguna. Secara sederhana, nilai
adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia (Listyarti,
2006:10). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata nilai berarti harga,
ukuran, angka yang mewakili prestasi, sifat-sifat penting yang berguna
bagi manusia dalam menjalani hidupnya (Kamisa, 1997:376). Nilai
merupakan hal-hal yang bermanfaaat atau penting untuk kemanusiaan dan
bukan sebuah kata benda atau pun kata sifat, akan tetapi nilai
sesungguhnya berpusat di sekitar perbuatan (Salim, 1991: 322).
Nilai dalam pandangan Brubacher, sebagaimana yang dikutip oleh
Noorsyam yang mana tidak terbatas ruang lingkupnya. Nilai tersebut
sangat erat pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks,
sehingga sulit ditemukan batasannya. Namun demikian nilai dapat
dirumuskan sebagai segala penetapan atau suatu kualitas obyek yang
menyangkut apresiasi atau minat (Mujib, 1993:109).
Pengertian lainnya, nilai merupakan suatu keyakinan atau
kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau kelompok orang
untuk memilih tindakannya atau menilai sesuatu yang bermakna atau pun
Dalam buku “Etika Keperawatan” karya Mimin Emi Suhaemi juga
menyebutkan beberapa pengertian nilai, yaitu pengertian secara umum
nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian
rupa oleh seseorang sesuai dengan tuntutan hati nuraninya. Kemudian nilai
juga merupakan seperangkat keyakinan dan sikap pribadi seseorang
tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran,
objek, atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah
serta makna pada kehidupan seseorang (Suhaemi, 2004:19).
Selanjutnya, adapun 3 ciri-ciri nilai menurut Bambang Daroeso
(Prasetyawati, 2014:75-76), yaitu sebagai berikut:
1. Nilai merupakan suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan
mausia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diinderakan. Hal yang
dapat diamati hanyalah obyek yang bernilai itu. Misalnya saja, orang
memiliki kejujuran, maka kejujuran itu ialah nilai. Tetapi jika kita tidak
bisa menginderaakan kejujuran itu, kita tidak dapat mengetahui arti
nilai.
2. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan,
cita-cita dan suatu keharusan, sehingga nilai memiliki sikap ideal (Das
Sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan
manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan dimana semua orag
berharap dan mendapatkan serta berperilaku yang mencerminkan sikap
keadilan.
3. Nilai mempunyai fungsi sebagai daya dorong atau motivator dan
berdasarkan nilai yang diyakininya dan didorong oleh tersebut.
Misalnya, nilai ketakwaan yang menjadikan semua orang terdorong
untuk bisa mencapai derajat takwa.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa nilai adalah suatu hal yang diyakini baik, berharga dan berguna
bagi kehidupan manusia sebagai dasar untuk melakukan suatu tindakan
atau perbuatan.
B. NILAI-NILAI NASIONALISME
Secara etimologis, term nationalisme, natie, dan national,
kesemuanya berasal dari bahasa Latin, yaitu natio, yang berarti bangsa yang dipersatukan karena kelahiran. Kata natio tersebut berasal dari kata
nascie yang berarti dilahirkan (Moesa, 2007:28). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme diartikan sebagai paham atau
ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri (2007:776). Kemudian,
menurut Hans Kohn nasionalisme adalah paham yang berpendapat bahwa
kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan
(Zaidatunniamah, 2013:21-22). Jadi, nasionalisme adalah sebuah paham
atau ajaran tentang cinta dan kesetiaan terhadap negara kebangsaan.
Menurut Synder, ada empat bentuk nasionalisme yang bisa terjadi,
yaitu sebagai berikut (Budiman, 2006:17-18):
1. Nasionalisme Kewarganegaraan yang terjadi apabila elite politik yang
ada tidak terancam oleh proses demokratisasi. Nasionalisme ini
didasarkan pada usaha mempertahankan proses demokratisasi karena
kewarganegaraan untuk mempertahankan demokrasi bangsa dan
penduduk negara dianggap sama tanpa dibeda-bedakan.
2. Nasionalisme Etnik adalah solidaritas yang dibangkitkan berdasarkan
persamaan budaya, bahasa, agama, sejarah, dan sejenisnya.
3. Nasionalisme Revolusioner merupakan usaha untuk mempertahankan
politik yang melahirkan sebuah rezim baru yang dianggap lebih baik
dari rezim sebelumnya.
4. Nasionalisme Kontra-Revolusioner merupakan upaya membangun
solidaritas untuk mempertahankan kelembagaan negara yang ada
terhadap perubahan-perubahan yang mau diadakan.
Kemudian Sartono Kartodirjo mengungkapkan, bahwa ada lima
prinsip dalam nasionalisme, di mana yang satu dengan yang lainnya saling
terkait untuk membentuk wawasan nasional. Kelima prinsip tersebut
anatara lain: (1) kesatuan (unity), yang dinyatakan sebagai conditio sine qua non, syarat yang tidak bisa ditolak; (2) kemerdekaan (liberty),
termasuk kemerdekaan untuk mengemukakan pendapat; (3) persamaan
(equality), bagi setiap warga untuk mengembangkan kemampuannya masing-masing; (4) kepribadian (personality) yang terbentuk oleh pengalaman budaya dan sejarah bangsa; (5) performance, dalam arti kualitas atau prestasi yang dibanggakan kepada bangsa lain (Moesa,
Sedangkan dalam skripsi karya Irma Rismayanti, mahasiswi FKIP
jurusan Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pasundan Bandung,
memaparkan mengenai prinsip dari nasionalisme, yaitu sebagai berikut
(Rismayanti, 2016:24):
1. Prinsip kebersamaan, yaitu menuntut setiap warga negara untuk
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan,
2. Prinsip persatuan dan kesatuan, yaitu menuntut setiap warga negara
harus mampu mengesampingkan pribadi atau golongan yang dapat
menimbulkan perpecahan dan anarkis (merusak), utnuk menegakkan
prinsip persatuan dan kesatuan setiap warga negara harus mampu
mengedepankan sikap : kesetiakawan sosial, perduli tehadap sesama,
solidarias dan berkeadilan sosial.
3. Prinsip Demokrasi, yaitu bahwa setiap warga negara mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, karena hakikat kebangsaan
ialah adanya tekad untuk hidup bersama mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara yang tumbuh dan berkembang dari bawah untuk
bersedia hidup sebagai bangsa yang bebas, merdeka, berdaulat, adil dan
makmur.
Nilai-nilai nasionalisme dapat dikatakan sebagai perasaan yang
mendalam yang hanya dapat dipikirkan dan dihayati oleh manusia dalam
membela serta mempertahankan negara (Sholichiyah, 2014:42).
Sebagaimana yang tercantum dalam UUD 45 Pasal 30, bahwa “Tiap-tiap
Dikatakan hak sebab mempertahankan negara itu merupakan sesuatu yang
harus dipandang sebagai sesuatu hak oleh tiap-tiap negara. Kemudian,
dikatakan sebagai kewajiban karena mempertahankan negara itu, mau atau
tidak, harus dilaksanakan oleh tiap-tiap warganegara (Ubaidillah, dkk,
2000:72).
Berikut ini beberapa nilai-nilai nasionalisme menurut Ichwanus
Sholichiyah, dalam skripsinya yang berjudul “Nilai-Nilai Nasionalisme
dalam Film Sang Kyai” (Sholichiyah, 2014:43-48):
1. Nilai Kesatuan
Nilai kesatuan tercermin dari keinginan bersatu yang dimiliki oleh
masyarakat dalam suatu bangsa karena persamaan nasib yang mereka
rasakan. Soekarno mengatakan bahwa nasionalisme terdiri dari rasa
ingin bersatu, persatuan perangai dan nasib. Nasionalisme warga
Indonesia berangkat dari cita-cita kesatuan dalam plurarisme. Puncak
kesatuan warga Indonesia ketika berbagai kelompok berkumpul untuk
menyatakan tekad dalam membela negara.
2. Nilai Solidaritas
Nilai Solidaritas atau kesetiakawanan atau kekompakkan ini tidak
dapat dihitung dengan harta benda karena nilai solidaritas ini bersifat
kemanusiaan. Solidaritas bisa dikatakan sebagai rasa kepeduliaan
terhadap sesama. Dalam merebut kemerdekaan kemerdekaan seperti
yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia saat dijajah dapat menjadi
3. Nilai Kemandirian
Nilai kemandirian dalam nasionalisme ini memiliki prinsip
kebebasan, kesamarataan dan kepribadian sebagai nilai kehidupan.
Selain itu, nilai kemandirian merupakan keinginan dan tekad untuk
melepaskan diri dari kekuasaan yang absolut dan juga mendapatkan
hak-haknya secara wajar.
Sesungguhnya nilai-nilai nasionalisme bersumber pada pancasila.
Nasionalisme pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari ideologi.
Menurut Kartodirdjo nasionalisme juga merupakan penantang dan sebagai
ideologi penantang, nasionalisme harus bersumber hidup pada pancasila.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Soegito bahwa nilai-nilai pancasila
antara lain, sebagai berikut (Yusup, 2011:32-35):
1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung keyakinan dan
pengakuan yang diekspresikan dalam bentuk perbuatan terhadap Zat
Yang Maha Tunggal.
2. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung makna
kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral
dalam hidup bersama atas dasar tuntutan mutlak hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Hal yang perlu
diperhatikan dan merupakan dasar hubungan semua umat manusia
dalam mewujudkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
pengakuan hak asasi manusia.
3. Nilai persatuan Indonesia merupakan usaha ke arah bersatu dalam
Persatuan Indonesia yang demikian itu merupakan suatu proses untuk
terwujudnya nasionalisme. Dengan modal dasar nilai persatuan, semua
warga negara Indonesia baik yang asli maupun keturunan asing dan dari
macam-macam suku bangsa dapat menjalin kerja sama yang erat dalam
terwujudnya gotong royong dan kebersamaan.
4. Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikamat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan mengandung makna bahwa suatu
pemerintahan rakyat dengan cara melalui badan-badan tertentu yang
dalam menetapkan sesuatu peraturan ditempuh dengan jalan
musyawarah untuk mufakat atas dasar kebenaran dari Tuhan dan
putusan akal sesuai dengan rasa kemanusiaan yang memperhatikan dan
mempertimbangkan kehendak rakyat untuk mencapai kebaikan hidup
bersama.
5. Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam wujud
pelaksanaannya adalah bahwa setiap warganegara harus
mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan,
keserasian, keselarasan, antara hak dan kewajiban serta menghormati
hak-hak orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian nilai-nilai nasionalisme di atas,
penulis menarik kesimpulan bahwa nilai-nilai nasionalisme terdiri dari:
a. Persatuan dan kesatuan
b. Solidaritas
c. Demokrasi
C. NILAI-NILAI PATRIOTISME
Patriotisme dilihat dari arti bahasanya yaitu yun = patris = tanah
air, artinya rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan
bangsanya, kekaguman pada adat dan kebiasaannya, kebanggaan terhadap
sejarah dan kebudayaannya serta sikap pengabdian demi kesejahteraannya.
Kemudian, patriotisme berasal dari kata “patriot” dan “isme” yang berarti
sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan. Patriotisme merupakan sikap
yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan
negara. Pengorbanan tersebut dapat berupa pengorbanan harta, benda,
keluarga, jiwa dan raga (Azizah, 2015:13). Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), patriotisme berarti sikap seseorang yang
bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran
tanah airnya (Alwi, 2007:837).
Menurut Simpson (1993), patriotisme setidaknya memiliki tiga
unsur yang meliputi cinta tanah air, keinginan untuk menyejahterakannya,
dan kesediaan untuk melayani dengan tujuan untuk mengembangkan serta
mempertahankan negaranya sendiri. Di mana sisi baik patriotisme yakni
mengikat setiap perbedaan dalam suatu mayarakat menjadi suatu kesatuan
yang utuh (terintegrasi). Sementara itu, Staub dan Schatz (1997)
menyatakan patriotisme sebagai sebuah keterikatan (attachment) seseorang pada kelompoknya (suku, bangsa, partai politik, dan
sebagainya). Keterikatan ini meliputi kerelaan seseorang dalam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata patriot berarti
pembela bangsa dan negara, serta orang cinta tanah air. Sedangkan
patriotisme diartikan sebagai semangat cinta tanah air, sikap seorang yang
bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran
tanah airnya (Kamisa, 1997:407).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan
pengertian patriotisme ialah sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan
sebagai wujud dari cinta tanah air. Jiwa kepahlawanan tersebut ditandai
dengan sikap berani, rela berkorban, dan pantang menyerah demi
membela, mengembangkan, serta mempertahankan negaranya.
Berikut ini merupakan beberapa poin nilai-nilai patriotisme yakni
(Azizah, 2015:20-27):
1. Keberanian
Menurut pendapat Peter Irons keberanian adalah suatu tindakan
memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan mampu
menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena percaya
kebenarannya. Sedangkan menurut Paul Findley keberanian adalah
suatu sifat mempertahankan dan memperjuangkan apa yang dianggap
benar dengan menghadapi segala bentuk bahaya, kesulitan, kesakitan,
dan lain-lain. Kemudian, Arsitoteles menyatakan “The Conquering of
fear is the beginning of wisdom”, kemampuan menaklukan rasa takut
2. Rela Berkorban
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya
kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk
orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri
sendiri.Sesuatu yang dimiliki tersebut dapat berupa hartanya,
keluarganya, orang yang dicintainya maupun badan dan nyawanya
sendiri. Rela berkorban artinya kesediaan untuk mengalami penderitaan
atau siksaan demi kepentingan atau kebahagiaan orang lain maupun
orang banyak. Seorang patriot akan mengorbankan semua yang
dimilikinya tersebut demi orang lain, demi rakyat, demi kesejahteraan
negaranya.
3. Pantang Menyerah
Pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang yang
gigih, tanpa bosan bangkit dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain
dan akhirnya mencapai keberhasilan. Seseorang yang pantang
menyerah akan melakukan hal yang sama walaupun telah gagal
sebelumnya. Seseorang yang pantang menyerah senantiasa berusaha
memberi jawaban atas tantangan yang dihadapi.
4. Kesetiakawanan Sosial
Nilai kesetiakawanan sosial tercermin dari sikap mental yang dimiliki
seseorang atau sebuah komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnya
sehingga mendorong untuk peduli melakukan perbuatan bagi
kepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi kesetiakawanan
5. Percaya Diri
Percaya diri artinya keyakinan dalam jiwa manusia bahwa dirinya
mampu dan bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan
berbuat sesuatu. Dengan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan
diri, seorang patriot tidak akan ragu untuk melangkahkan kaki membela
tanah airnya. Dia akan dengan lantang mengemukakan pendapatnya,
tidak peduli itu akan mengundang bahaya pada dirinya atu tidak.
Seseorang tidak akan mampu mempertahankan dan menyejahterakan
tanah airnya jika ia tidak mempunyai rasa percaya diri karena percaya
diri merupakan landasan atau dorongan dalam diri seseorang untuk
berani melakukan sesuatu.
Sumber lain menjelaskan, bahwa saat ini perjuangan patriotisme
secara fisik melawan penjajah di Indonesia sudah tidak ada lagi. Tetapi,
perjuangan patriotisme dalam menghapuskan kemiskinan, kemlaratan, dan
keterbelakangan perlu ditingkatkan. Para siswa perlu belajar dengan tekun
tanpa megenal lelah demi peningkatan kualitas sumber daya manusia
Indonesia di kemudian hari. Hal tersebut merupakan contoh dari sikap
patriotisme. Kemudian, contoh lain seorang dokter merelakan bekerja jauh
ke pedalaman di desa-desa yang terpencil untuk membantu meningkatkan
kesehatan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut patriotisme memiliki
makna lebih dari pengertian cinta tanah air dan mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut (Arianto, dkk, 1996:54):
1. Cinta tanah air
3. Menempatkan persatuan, kesatuan, serta keselamatan dan negara di
atas kepentingan pribadi dan golongan
4. Berjiwa pembaharu
5. Tak kenal menyerah.
Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan beberapa
nilai patriotisme yang dapat menjadi acuan, yakni: keberanian, rela
berkorban, selalu optimis dan pantang menyerah, berjiwa pembaharu,
kesetiakawanan sosial, percaya diri, serta menempatkan persatuan dan
kesatuan demi bangsa di atas kepentingan pribadi atau pun golongan.
D. PENDIDIKAN AGAMA
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (UU No. 20 Tahun 2003).
Sementara itu, pendidikan agama adalah usaha-usaha secara
sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka
hidup sesuai dengan ajaran agama. Pendidikan agama arahnya lebih
kepada pembentukan pribadi yang taat, berilmu dan beramal (Zuhairini,
Pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
juga terdapat penjelasan mengenai pendidikan keagamaan. Hal tersebut
tercantum dalam pasal 30 yang terdiri dari lima ayat, yakni sebagai
berikut:
1. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau
kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan
nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
3. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal.
4. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,
pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.
5. Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Kemudian, dalam buku “Metodik Khusus Pendidikan Agama”
karya Mahmud Yunus dijelaskan tentang tujuan pendidikan agama, yaitu
mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa, supaya menjadi
seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal salih dan berakhlak mulia,
sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup
hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada
Kewajiban yang pertama dan utama bagi sekolah menengah yang
berkaitan dengan pendidikan agama ialah berusaha memperkuat perasaan
keagamaan dalam jiwa peserta didik. Hal tersebut dapat diwujudkan
dengan memberikan siraman rohani, seperti menerangkan sebab-sebab dan
hikmah-hikmah ajaran agama. Selain itu, diusahakan dengan segala upaya,
agar peserta didik menunaikan kewajiban-kewajiban agama. Hendaklah
diterangkan juga persoalan agama yang berhubungan dengan kehidupan
masyarakat sekarang (Yunus, 1983:11-12).
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
pendidikan agama adalah usaha secara sadar dan terencana dalam
membantu peserta didik untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai
ajaran agamannya dalam kehidupan, sehingga mereka mempunyai pribadi
yang taat, beriman, berakhlak mulia, berbakti kepada bangsa dan tanah
BAB III
GAMBARAN UMUM
BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI SMP)
A. Identitas Buku
1. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” untuk SMP
(edisi revisi 2014), merupakan pelajaran yang diperuntukkan bagi
peserta didik tingkat menengah pertama (SMP), yang disusun langsung
oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
Republik Indonesia. Penyusunan buku ini mengacu pada Kurikulum
2013 yang telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai oleh peserta didik yaitu pada kompetensi inti dan kompetensi
dasar yang telah disusun oleh Kemendikbud.
Pada setiap awal materi pelajaran terdapat kolom peta konsep yang
menggambarkan secara umum materi yang akan dibahas dan sasaran
sikap mulia yang hendak dicapai setelah adanya pembelajaran tersebut.
Adapun materi yang dikembangkan dalam buku “Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti” ini meliputi: 1) Aqidah, 2) Akhlak dan Budi
Pekerti, 3) Fiqh, 4) Sejarah Peradaban Islam, 5) Al-qur‟an dan hadist.
Seseuai dengan tingkat sekolah menengah pertama, buku
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terdiri dari kelas VII, kelas
VIII, dan kelas IX. Masing-masing gambaran identitas buku tersebut
a. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII Judul buku : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Jenjang/Kelas : SMP/MTs Kelas VII
Penyusun : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun Terbit : 2014
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemdikbud
Kota Terbit : Jakarta
Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya
sebagai berikut.
b. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VIII Judul buku : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Jenjang/Kelas : SMP/MTs Kelas VIII
Penyusun : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun Terbit : 2014
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemdikbud
Kota Terbit : Jakarta
Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya
sebagai berikut.
Gambar.II.
c. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas IX Judul buku : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Jenjang/Kelas : SMP/MTs Kelas IX
Penyusun : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemdikbud
Kota Terbit : Jakarta
Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya
sebagai berikut.
Gambar.III.
2. Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” untuk SMP
(edisi revisi 2014), merupakan buku pelajaran yang diperuntukkan
bagi para siswa tingkat menengah pertama yang terdiri dari kelas VII,
kelas VII, dan kelas IX. Buku tersebut disusun langsung oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Penyusunan
buku mengacu pada kurikulum 2013, yang telah disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah disusun oleh
Pada awal maupun akhir materi dalam buku “Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti” ini terdapat cerita-cerita inspiratif,
syair-syair lagu gereja, dan doa-doa kepada Tuhan. Materi yang
dikembangkan anatar lain adalah ayat-ayat Alkitab, sejarah-sejarah
kekristenan, dan nilai kehidupan umat kristen sehari-hari.
Masing-masing identitas buku tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas VII Judul buku : Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti; Allah Terus Berkarya
Jenjang/Kelas : SMP Kelas VII
Penyusun : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun Terbit : 2014 (edisi revisi)
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Puskurbuk, Kemdikbud
Kota Terbit : Jakarta
Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya
sebagai berikut.
b. Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas VIII Judul buku : Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti
Jenjang/Kelas : SMP Kelas VIII
Penyusun : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun Terbit : 2014
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemdikbud
Kota Terbit : Jakarta
Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya
sebagai berikut.
Gambar.V.
c. Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas IX Judul buku : Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti
Jenjang/Kelas : SMP Kelas IX
Tahun Terbit : 2015
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemdikbud.
Kota Terbit : Jakarta
Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya
sebagai berikut.
Gambar.VI.
B. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku 1. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Pada penyusunan buku pelajaran pasti memiliki latar belakang atau
alasan tertentu yang disampaikan oleh penulis atau penyusun. Latar
belakang dan tujuan dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti ini dapat dilihat dari kata pengantar yang disampaikan oleh
Menteri pendidikan dan kebudayaan Muhammad Nuh. Sebenarnya,
dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dari kelas VII,
yang sama. Penulis mengutip kata pengantar dari salah satu buku yaitu
kelas IX, sebagai berikut:
Semata-mata (Innama) misi pengutusan Nabi Muhammad saw. adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. Sejalan dengan itu, dijelaskan dalam al-Qurān bahwa Beliau diutus hanyalah untuk menebarkan kasih sayang kepada semesta alam. Dengan demikian, di dalam ayat al-Qurān ini digunakan struktur gramatika yang menunjukkan sifat eksklusif misi pengutusan Nabi Muhammad saw.
Dalam struktur ajaran Islam, pendidikan akhlak adalah yang terpenting. Penguatan akidah adalah dasar. Sementara, ibadah adalah sarana, sedangkan tujuan akhirnya adalah pengembangan akhlak mulia. Sehubungan dengan itu, Nabi Muhammad saw., bersabda,
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”1 dan “Orang yang paling baik Islamnya adalah yang
paling baik akhlaknya.”2 Dengan kata lain, hanya akhlak mulia yang
dipenuhi dengan sifat kasih sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan kebaikan ibadah. Sejalan dengan itu, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diorientasikan pada pembentukan akhlak yang mulia dan penuh kasih sayang kepada segenap unsur alam semesta.
Hal tersebut selaras dengan Kurikulum 2013 yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi yang utuh antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain itu, peserta didik tidak hanya diharapkan bertambah pengetahuan dan wawasannya, tetapi juga meningkat kecakapan dan keterampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribadiannya atau berbudi pekerti luhur.
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VIII ini ditulis dengan semangat itu. Pembelajarannya dibagi ke dalam beberapa kegiatan keagamaan yang harus dilakukan peserta didik dalam usaha memahami pengetahuan agamanya dan mengaktualisasikannya dalam tindakan nyata dan sikap keseharian yang sesuai dengan tuntunan agamanya, baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial.
Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan yang ada pada buku ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang bersumber dari lingkungan alam, sosial, dan budaya sekitar.
penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami mengucapkan terima kasih. Mudahmudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).
Melihat dari pernyataan di atas yang disampaikan oleh Menteri
pendidikan dan kebudayaan, dapat diketahui bahwa latar belakang
penyusunan buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ini adalah
untuk menyempurnakan keluhuran akhlak peserta didik. Hal ini
selaras dengan kurikulum 2013 yang telah dirancang untuk
mengembangkan kompetensi utuh antara pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Selain itu, dengan adanya buku Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti diharapkan para peserta didik juga bertambah
pengetahuannya, wawasan agamanya, meningkatkan kecakapan dan
keterampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribadiannya.
Kemudian, tujuan adanya penyusunan buku tersebut adalah
berusaha untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang
pengetahuan agamanya, mengaktualisasikan dalam tindakan nyata dan
sikap keseharian mereka yang sesuai dengan tuntunan agama Islam,
baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial. Sehingga dapat
memberikan kontribusi yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan
dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia
merdeka.
2. Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Pada penyusunan buku pelajaran pasti memiliki latar belakang atau
alasan tertentu yang disampaikan oleh penulis atau penyusun. Latar