• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Pendidikan Agama Islam dan Kristen di SMP) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Pendidikan Agama Islam dan Kristen di SMP) - Test Repository"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Pendidikan Agama Islam dan Kristen di SMP)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: NOVITA PRAMESELA

NIM 111-13-114

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)

NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Pendidikan Agama Islam dan Kristen di SMP)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: NOVITA PRAMESELA

NIM 111-13-114

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Jangan pernah takut dengan satu kegagalan, masih ada jalan yang lebih baik. Karena Allah Swt. selalu memberikan jalan terbaik.

َنْىُو َزْحَي ْمُه َلََو ْمِهْيَلَع ٌفْىَخ َلََف َياَذُه َعِبَت ْهَمَف

(

83

)

“...Maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran

atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”

(7)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

1. Ibu Bundirah dan Bapak Pramudi tercinta yang telah mendidik, membimbing,

memberikan kasih sayang dan doanya. Terimakasih atas segala pengorbanan

dan kerja keras kalian dalam membesarkanku, sejak dalam kandungan hingga

kini tumbuh menjadi dewasa.

2. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. yang senantiasa sabar memberikan koreksi

dan pengarahan hingga terselesaikannya penulisan Skripsi ini

3. Adikku terkasih, Eshtu Putra Rizky yang selalu berbagi cerita, canda dan tawa

dikala pikiran jenuh.

4. Nenekku tercinta, Asmi Wari Soeradi yang selalu mendoakan dan

mendukungku dalam menyelesaikan pendidikan ini.

5. Ibu Diyah, Ibu Jamal, dan Ibu Susi selaku guru SMP N 1 Banyubiru yang telah

membantu penulis dalam mendapatkan buku-buku “Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti”.

6. Sahabatku Tiara Sofiana, Esa Puspitasari, Nur Mailatusa‟diyah, dan Ulfa

Ulfiati yang telah membantu terkait Skripsi ini, menemani, menghibur dan

memberi motivasi.

7. Teman-teman KKN 2017 posko 82 yang telah memberikan semangat dan

motivasi.

(8)

KATA PENGANTAR

ميح ّزلا همح ّزلا لله مسب

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Nasionalisme dan

Patriotisme Dalam Buku Pendidikan dan Budi Pekerti (Studi Komparasi

Pendidikan Agama Islam dan Kristen di SMP)”. Shalawat serta salam semoga

tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, sahabat dan para umatnya

hingga akhir zaman.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah

terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu terselesaikannya

skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

5. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan

(9)

7. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang telah memberikan motivasi dan

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Rekan-rekan seperjuangan yang acapkali saling mendukung, mendoakan, dan

senantiasa menemani perjuangan jihad di kampus.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil dalam

penulisan skripsi.

Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah Swt.

senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penulisan skripsi.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis,

skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 20 Agustus 2017

(10)

ABSTRAK

NOVITA PRAMESELA, 2017. Nilai-nilai Nasionalisme dan Patriotisme Dalam Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Pendidikan Agama Islam dan Kristen di SMP). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.

Kata Kunci : Komparasi, Nilai Nasionalisme, Nilai Patriotisme, Islam, Kristen.

Kurikulum 2013 memiliki penekanan pada pembentukan nilai-nilai karakter, dan nama mata pelajaran agama berubah menjadi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Mengacu pada nilai-nilai karakter tersebut, beberapa diantaranya dapat dikategorikan sebagai nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Dalam buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sendiri kemungkinan besar mengandung ajaran nilai-nilai tersebut. Dengan demikian, penelitian ini ingin mengkaji nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme dalam buku “Pendidikan Agama

dan Budi Pekerti” untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta hendak

mengomparasikan dua pendidikan agama yaitu Islam dan Kristen.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, sementara berdasarkan objek kajian, maka penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan atau library research dengan menggunakan metode content analysis (analisis isi) dan metode analisis komparatif konstan (constant comparative analysis). Kemudian, penyajian datanya dalam bentuk deskripsi dan tabel supaya mudah dipahami.

Hasil dari Penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Nilai-nilai nasionalisme

antara buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” serta buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” untuk tingkat SMP kelas VII, VIII dan IX secara keseluruhan terdapat perbedaan dan persamaan. Dalam buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” secara keseluruhan, nilai-nilai nasionalisme yang terkandung berupa persatuan dan kesatuan, solidaritas sosial, rasa cinta dan bangga dengan keanekaragaman juga kekayaan tradisi Islam di Indonesia, kesamaan hak dan kewajiban sebagai masyarakat bersama, serta menjaga dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara. Sedangkan, nilai-nilai nasionalisme

yang terkandung dalam buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti”

secara keseluruhan berupa persatuan dan kesatuan, solidaritas sosial, serta cinta dan bangga terhadap bangsa Indonesia dengan adanya keanekaragaman. 2)

Nilai-nilai nasionalisme antara buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” serta buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” untuk tingkat SMP kelas VII,

VIII dan IX secara keseluruhan terdapat perbedaan dan persamaan. Dalam buku

“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” secara keseluruhan, nilai-nilai patriotisme yang terkandung berupa yaitu keberanian, rela berkorban, pantang menyerah, kesetiakawanan sosial, percaya diri, dan berjiwa pembaharu.

Sedangkan, dalam buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” secara

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... I

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... II

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... III

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... IV

MOTTO ... V

PESERSEMBAHAN ... VI

KATA PENGANTAR ... VII

ABSTRAK ... IX

DAFTAR ISI ... X

DAFTAR GAMBAR ... XII

DAFTAR TABEL ... XIII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 8

F. Penegasan Istilah ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME A. Hakikat Nilai... 16

B. Nilai-nilai Nasionalisme ... 18

C. Nilai-nilai Patriotisme... 24

(12)

BAB III GAMBARAN UMUM BUKU

A. Identitas Buku ... 31

B. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku ... 37

C. Konten Materi ... 42

1. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VII ... 42

2. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 51

3. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX ... 60

4. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VII ... 70

5. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 86

6. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas IX ... 98

BAB IV HASIL ANALISIS BUKU A. Nilai Nasionalisme Pendidikan Agama Islam dan Kristen ... 124

B. Nilai Patriotisme Pendidikan Agama Islam dan Kristen ... 132

C. Aspek Positif Buku PAI dan Budi Pekerti... 143

D. Aspek Positif Buku PAK dan Budi Pekerti ... 145

E. Kritik dan Saran ... 147

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 151

B. Saran ... 152

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VII... 32

Gambar II : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 33

Gambar III : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX ... 34

Gambar IV : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VII ... 35

Gambar V : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 36

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII ... 124

Tabel 4.2 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII... 127

Tabel 4.3 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX ... 129

Tabel 4.4 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII ... 132

Tabel 4.5 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII... 137

Tabel 4.6 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang luas dengan berbagai ragam

suku, etnis, bahasa dan agama. Selain itu, banyak pulau yang terbentang di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari pulau yang

kecil hingga pulau besar. Indonesia juga termasuk dalam daftar negara

yang cukup besar angka populasi penduduknya. Ada enam agama yang

dianut, yaitu agama Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Budha, dan

Konghucu.

NKRI merupakan sejarah perjuangan, di mana dahulu sempat

terjajah oleh bangsa asing. Akan tetapi, dengan semangat cinta tanah air

para pahlawan dari berbagai daerah mampu memperjuangkan kebebasan

dan berhasil merebut kekuasaan negara Indonesia. Kini orang-orang NKRI

bisa menikmati kebebasan dan mempunyai kewajiban untuk meneruskan

perjuangan para pahlawan. Sebagaimana penulis pernah melihat sebuah

lukisan yang menggambarkan sosok Bung Karno dengan bertuliskan

“Lanjutkan Cita-Cita Kemerdekaan!”.

Istilah nasionalisme dan patriotisme sudah tak asing lagi dalam

dunia pendidikan. Kedua istilah tersebut memiliki daya tarik dalam era

globalisasi pada masa kini, seiring terkikisnya jiwa nasionalisme dan

patriotisme generasi muda yang cenderung lebih bangga ketika

menyangkut soal luar negeri. Perlu adanya penanaman nilai-nilai

(16)

Langkah yang paling efektif untuk membangun semangat nasionalisme

dan patriotisme adalah melalui pendidikan.

Secara etimologis, term nasionalisme, natie dan national, kesemuanya berasal dari bahasa Latin, yaitu natio, yang berarti berbangsa yang dipersatukan karena kelahiran. Kata natio itu sendiri berasal dari kata

nascie yang berarti dilahirkan. Nasionalisme mengandung suatu sikap mental di mana loyalitas tertinggi dari individu adalah untuk bangsa dan

negara (Moesa, 2007:28-29).

Kemudian, patriotisme ialah perjuangan yang menjiwai kepada

kepentingan bangsa dan negara. Ia menonjolkan semangat juang yang

tinggi mendaulatkan kedudukan, status serta pengaruh bangsa dan negara.

Patriotisme memerlukan komitmen pemimpin dan semua golongan rakyat

dengan mempertahankan asas pembinaan dan kedaulatan negara.

Kesetiaan pada pemimpin dan negara yang ditunjukkan oleh warga negara

melalui sumbangan dan pengorbanan merupakan unsur patriotisme yang

amat penting. Unsur tersebut perlu ditanam di kalangan generasi muda.

Nilai patriotisme seperti kesetiaan, keberanian, rela berkorban,

kesukarelaan, cinta akan bangsa dan negara perlu dipertingkat lagi untuk

membentuk rakyat Indonesia yang patriotik dan bertanggungjawab pada

bangsa dan negara (Rashid, 2004:5).

Seiring berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin maju,

para generasi muda secara tidak sadar mulai melupakan nilai-nilai

(17)

adanya pendidikan, para pendidik dapat memberikan suntikan semangat

akan nasionalisme dan patriotisme terhadap peserta didiknya.

Kemudian untuk menunjang keberhasilan suatu pendidikan

diperlukan adanya sarana yang menjadi pedoman dalam proses

pembelajaran yang salah satunya adalah buku teks siswa. Buku tersebut

termasuk pada bahan ajar cetak yang tentunya sudah disesuaikan dengan

kurikulum yang berlaku dan terjamin kelayakannya oleh pemerintah

melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Dengan sarana

tersebut diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri.

Di Indonesia pernah menerapkan beberapa kurikulum, seperti

kurikulum 1994, 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), 2006

atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan yang sedang

berlaku sekarang adalah kurikulum 2013. Dengan berlakunya kurikulum

2013 saat ini, tentunya buku teks siswa yang digunakan dalam proses

pembelajaran disusun berdasarkan kurikulum tesebut.

Lewat kurikulum 2013, pemerintah mengharapkan para siswa tidak

hanya mempunyai kecerdasan secara kognitif saja akan tetapi juga

perilaku yang baik atau sering diistilahkan afektif. Oleh karena itu, buku

teks siswa dalam bidang agama yang sekarang dipakai sesuai dengan

kurikulum 2013 adalah Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.

Sebenarnya banyak buku yang membahas tentang semangat cinta

tanah air yang berbasis keagamaan. Misalnya, buku karya Adhyaksa

(18)

J.Ngelow berjudul Kekristenan dan Nasionalisme, serta masih banyak

buku lain. Buku-buku tersebut membahas tentang sejarah peranan Agama

dalam perjuangan memerdekakan negara Indonesia.

Untuk buku teks siswa Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

sendiri kemungkinan besar mengandung ajaran nilai-nilai nasionalisme

dan patriotisme. Terutama pada buku pelajaran Pendidikan Agama tingkat

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan kurikulum 2013. Akan tetapi,

yang lebih banyak diketahui selama ini hanya tentang ajaran ibadah dan

hukum-hukum agama misalnya, sedangkan nasionalisme dan patriotisme

sebagian masih tersirat.

Melalui skripsi ini, penulis mencoba untuk menggali nilai-nilai

nasionalisme dan patriotisme pada buku teks siswa mata pelajaran

Pendidikan Agama tingkat SMP kurikulum 2013. Dengan hal tersebut,

diharapkan ketika pembelajaran agama berlangsung, guru juga

memberikan sedikit gagasan mengenai nilai-nilai nasionalisme dan

patriotisme yang ada di dalam buku teks pelajaran pendidikan agama

kepada peserta didiknya. Dalam arti lain, guru agama juga ikut berperan

dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme guna

membenahi generasi muda yang semakin terkikis jiwa cinta tanah airnya

oleh kemajuan zaman.

Selanjutnya, penulis hendak mengomparasikan dua Pendidikan

Agama, yaitu Islam dan Kristen. Seiring berlalunya gejolak yang telah

terjadi baru-baru ini di Indonesia, di mana timbulnya sedikit gesekan antar

(19)

kurang bersatu. Terlebih dalam media sosial yang semakin memanas

dengan adanya provokasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Dalam

pendidikan agama Islam dan Kristen tentunya sama-sama mengajarkan

untuk cinta tanah air dan menghormati sesama manusia.

Kemudian, dalam Al-Qur‟an sendiri terdapat sebuah ayat tentang

Islam yang mengajak umat nasrani untuk bersatu tanpa ada perselisihan di

antara mereka. Hal tersebut tercermin dalam surat Ali „Imran ayat 64:

ِة بَتِكْلا َلْهَأ بَي ْلُق

الَِإ َذُبْعَو الََأ ْمُكَىْيَبَو بَىَىْيَب ٍءاَىَس ٍةَمِلَك ىَلِإ اْىَل بَعَت

ِالله ِنْوُد ْهِم بًببَبْرَأ بًضْعَب بَىُضْعَب َذِخاتَي َلََو بًئْيَش ِهِب َكِزْشُو َلََو َالله

اْىالَىَت ْن ِإَف

اوَأِب اْوُذَهْشا اْىُلْىُقَف

ب

َنْىُمِلْسُم

(

46

)

Artinya:

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat

(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai

tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri

(kepada Allah).”

Berangkat dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

menganalisis nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme pada Pendidikan

Agama Islam dan Kristen. Analisis dilakukan berdasarkan buku teks siswa

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Kristen kurikulum 2013

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diambil rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana komparasi nilai-nilai nasionalisme antara buku

“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” dengan buku

“Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” tingkat SMP Kelas

VII, VIII, dan IX?

2. Bagaimana komparasi nilai-nilai patriotisme antara buku

“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” dengan buku

“Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” tingkat SMP Kelas

VII, VIII, dan IX?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui komparasi nilai-nilai nasionalisme antara buku

“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” dengan buku

“Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” tingkat SMP Kelas

VII, VIII, dan IX.

2. Untuk mengetahui komparasi nilai-nilai patriotisme antara buku

“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” dengan buku

“Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” tingkat SMP Kelas

(21)

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini dapat dikemukakan manfaatnya menjadi dua sisi:

1. Teoretis-Akademis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

yang mendalam tentang nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme,

sehingga ada konsep yang jelas dalam materi buku ajar

“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” serta “Pendidikan

Agama Kristen dan Budi Pekerti” yang mampu mengakomodasi

nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme demi menjaga dan

memelihara keutuhan bangsa melalui pendidikan agama.

b. Dengan dilakukannya analisis perbandingan ini diharapkan

dapat melihat perbedaan dan persamaan dalam agama-agama,

serta mengenal keunikan masing-masing, sehingga peserta didik

benar-benar mampu menjadi sosok yang berkarakter mulia

dalam menyikapi keberagamaan disekelilingnya. Selain itu, para

guru pendidikan agama diharapkan dapat ikut berperan dalam

menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme kepada

peserta didiknya secara kompleks.

2. Praktis-Empiris

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat praktis berupa pengetahuan, pemahaman dan penghayatan

tentang materi bahan ajar yang mencerminkan nilai-nilai

nasionalisme yang pada gilirannya mampu meminimalisir konflik

(22)

E. Penelitian Terdahulu

Kajian tentang nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme memang

bukan yang pertama kali oleh para penulis skripsi. Begitu juga dengan

kajian pada buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, serta studi

komparasi agama Islam dan Kristen. Sejauh ini penulis melakukan

penulusuran terkait skripsi yang relevan dengan judul yang penulis angkat.

Adapun skripsi yang penulis temukan sebagai berikut:

Pertama, penelitian mengenai kajian buku Pendidikan Agama

Islam dan Kristen kurikulum 2013 tingkat SMP, penulis merujuk pada

skripsi yang ditulis oleh Ali Murfi, mahasiswa fakultas tarbiyah dan

keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014 dengan judul

“Komparasi Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural (Telaah Buku Teks

Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti SMP Kelas VII)”. Penelitian tersebut

bertujuan untuk mengetahui, memahami dan menghayati nilai-nilai

pendidikan multikultural dalam kedua buku teks PAI dan PAK, serta

melakukan analisis perbandingan (komparasi) antara substansi nilai-nilai

pendidikan multikultural dalam kedua buku teks tersebut meliputi

perbedan, persamaan dan titik temu (kalimatun sawa’). Persamaan

penelitian tersebut dengan yang penulis lakukan terletak pada bahan

kajiannya, yaitu buku PAI dan Budi Pekerti, serta buku PAK dan Budi

Pekerti SMP. Tetapi penelitian tersebut hanya menelaah buku tingkat SMP

kelas VII, sedangkan penulis menelaah buku tingkat SMP kelas VII, VII

(23)

terkait pokok kajiannya. Skripsi karya Ali Murfi tersebut mengkaji

nilai-nilai pendidikan multikulturalnya, sedangkan penulis mengkaji nilai-nilai-nilai-nilai

nasionalisme dan patriotismenya.

Kedua, penelitian terkait nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme

penulis merujuk pada skripsi karya Rika Wulandari, mahasiswa fakultas

keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

(UMS) tahun 2013 dengan judul “Konstruksi Nilai-Nilai Nasionalisme dan

Patriotisme Pada Syair Lagu Perjuangan Indonesia (Studi Hermeneutika

pada Lagu-lagu Perjuangan Ciptaan C. Simanjutak). Penelitian tersebut

bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai nasionalisme pada syair lagu

perjuangan Indonesia (studi hermeneutika pada lagu-lagu perjuangan

ciptaan C. Simanjuntak). Adapun hasil penelitiannya, bahwa nilai-nilai

nasionalismenya berupa mewujudkan persatuan, rasa loyal dan kesetiaan

terhadap negara dengan sepenuh hati, saling toleransi dan menghargai

negara, selalu mencintai keindahan dan kekayaan Indonesia serta menjaga

kelestariannya. Sedangkan untuk nilai-nilai patriotismenya berupa selalu

setia untuk membela negara, menghargai jasa para pahlawan, membela

kebenaran, dan meneruskan perjuangan para pahlawan. Perbedaan

penelitian tersebut dengan penelitian penulis, yaitu terletak pada objek

yang dikaji. Kemudian, titik fokus yang diteliti berkonteks Indonesia,

sedangkan penelitian penulis tidak hanya untuk konteks Indonesia saja.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini, yaitu sama-sama

(24)

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian

kepustakaan atau sering disebut dengan istilah library research. Penelitian ini dilakukan dengan mencari beragam sumber informasi

yang ada pada perpustakaan seperti buku, koran, majalah dan lain

sebagainya. Penulis mengambil data yang bersumber dari berbagai

buku ilmiah yang berhubungan dengan tema skripsi ini.

2. Sumber data

Penulis menggunakan sumber data dari berbagai karya tulisan

dengan tema yang relevan dengan judul penelitian yang diangkat.

Dalam sumber data ini terbagi menjadi sumber data primer dan

sekunder. Adapun perincian sumber data yang penulis gunakan adalah

sebagai berikut:

a. Sumber data primer

Sumber data primer berkaitan langsung dengan objek

penelitian dalam skripsi ini. Buku-buku itu antara lain sebagai

berikut:

1) Buku teks siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

tingkat SMP kelas VII, VIII, dan IX, kurikulum 2013.

2) Buku teks siswa Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

(25)

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yang mendukung dan melengkapi

sumber-sumber data primer. Sumber data sekunder yang menjadi

rujukan penulis diantaranya sebagai berikut:

1) Buku “5 Penggerakan Bangsa yang Terlupakan (Nasionalisme

Minoritas Kristen)”, terjemahan dari buku Gerry van Klinken, penerjemah Amiruddin.

2) Buku “Masalah-masalah Moral Sosial Aktual dalam Perspektif

Iman Kristen”, diterjemahkan dari buku Today’s Issues and

Christian Beliefs: Social & Moral Questions for GCSE Religious Studies, penerjemah P. Hardono Hadi.

3) Buku “NASIONALISME (Teologi, Ideologi, Sejarah)”,

diterjemahkan dari buku Nationalism Theory, Ideology, History, karya Anthony D. Smith, penerjemah Frans Kowa.

4) Buku “Nasionalisme di Persimpangan”, karya Dr. Ali Masykur

Musa.

5) Buku “Pedoman Umum Pelestarian Jiwa, Semangat, dan Nilai

-nilai 45”, diterbitkan oleh Dewan Harian Nasional Angkatan 45.

6) Buku “Islam dan Nasionalisme”, karya Adhyaksa Dault. Serta

karya ilmiah lainnya yang sekiranya relevan dengan judul

(26)

G. Penegasan Istilah

Dalam penelitian sangat diperlukan penegasan istilah untuk

menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda, maka penulis hendak

menjelaskan istilah-istilah di dalam judul penelitian ini. Istilah-istilah yang

harus penulis jelaskan, yaitu sebagai berikut:

1. Nilai

Kata nilai berasal dari bahasa Inggris value, dan dari bahasa Latin

valare yang mempunyai beberapa arti, yaitu berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, kuat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia nilai diartikan sebagai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan. Nilai juga merupakan sesuatu yang menyempurnakan

manusia sesuai dengan hakikatnya (2007:783). Nilai bukan suatu kata

benda atau pun kata sifat. Masalah nilai sesungguhnya berpusat di

sekitar perbuatan (Prasetyawati, 2014:73-74).

Nilai mempunyai beberapa pengertian, yaitu a) nilai merupakan

sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh

seseorang sesuai dengan tuntutan hati nuraninya, b) nilai adalah

seperangkat keyakinan dan sikap pribadi sesorang tentang kebenaran,

keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran , objek, atau perilaku

yang berorientasi pada pemberian arah serta makna pada kehidupan

seseorang, c) nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang

berharga, kebenaran, atau keyakinan mengenai ide-ide, objek, atau

(27)

2. Nasionalisme

Secara etimologi, nasionalisme berasal dari kata “nasional” dan

“isme” yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna, kesadaran

dan semangat cinta tanah air, memiliki kebanggan sebagai bangsa, atau

memelihara kehormatan bangsa, memiliki rasa solidaritas terhadap

masalah dan kekurangberuntungan saudara setanah air, sebangsa,

senegara, serta persatuan dan kesatuan (Prasetyawati, 2014:76-77).

Kemudian sumber lain menyebutkan bahwa nasionalisme berasal

dari kata nation yang yang dipadankan dengan “bangsa” dalam bahasa

Indonesia. Menurut Rupert Emerson, nasionalisme merupakan

komunitas orang-orang yang merasa bahwa mereka bersatu atas dasar

elemen-elemen penting yang mendalam dari warisan bersama dan

mereka memiliki takdir bersama menuju masa depan (Dault, 2005:1-2).

3. Patriotisme

Pada jurnal karya Nazri Muslim dan Jamsari Alias yang penulis

unduh dari sebuah website http://repo.uum.edu.my/1866/ dengan judul

“Patriotisme: Konsep dan Pelaksanaannya di Malaysia”, menjelaskan

bahwa patriotisme berasal dari bahasa Greek, yaitu patriotes yang berarti rekan senegara dan patrice yang bermakna fatherland atau

country, yaitu tanah air atau negara. Dari beberapa kata di atas membawa pengertian individu atau kumpulan yang berada di hadapan

dalam usaha membela tanah air. Seorang patriot dikatakan sebagai

seorang yang cinta akan negaranya dan akan berbuat apa aja untuk

(28)

maupun memperjuangkan kebebasan atau hak tanah air atau pembela

negara (Kamus Dewan dan Oxford English Dictionary). Dalam New Webster's Dictionary patriot juga berarti orang yang cinta tanah airnya dan akan melakukan apa saja demi untuknya (Muslim dan Jamsari,

2004:1-2).

Sumber lain menyebutkan patriotisme berasal dari kata patriot

yang berarti “pembela setia negaranya”. Seorang patriot adalah seorang

yang mendukung dengan setia negaranya (Hadi, 2000:36). Ia rela

berkorban jiwa, raga, dan harta benda demi nusa bangsa atau negara.

4. Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Buku teks merupakan buku yang berisi tentang uraian materi

bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi

berdasarkan orientasi pembelajaran, perkembangan siswa, untuk

diasimilasikan. Buku tersebut dipakai untuk sarana belajar siswa dalam

kegiatan pembelajaran di sekolah (Luwihta, 2016:18).

Buku teks disebutkan dan dijelaskan dalam Permendiknas nomor 2

tahun 2008 pasal 1 bahwa “buku teks adalah buku acuan wajib untuk

digunakan di satuan pendidikan dasar dalam rangka peningkatan

keimanan, ketakwaaan, akhlak mulia, kepribadian, penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan, dan kemampuan

estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun

berdasarkan standar nasional pendidikan”.

Kemudian, mengenai Pendidikan Agama dalam PP No.55 Tahun

(29)

yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan

keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajarannya, yang

dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran atau kuliah

pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

Jadi, dalam konteks ini buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

adalah buku teks yang berisi tentang uraian materi bidang studi agama,

yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan orientasi

pembelajaran, perkembangan siswa, untuk diasimilasikan, serta

berfungsi sebagai sarana belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di

sekolah Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti terdiri atas enam

macam sesuai dengan agama yang telah ditetapkan di Indonesia, yaitu

agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

5. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan upaya dalam memberikan

bimbingan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar

menjadi way of life (Pandangan dan sikap hidup) seseorang. Pada pengertian ini terwujud dua hal, yakni (1) segenap kegiatan yang

dilakukan seseorang untuk membantu peserta didik dalam menanamkan

atau menumbuh kembangkan agama Islam dan nilai-nilainya untuk

dijadikan sebagai pandangan hidup yang diwujudkan dalam sikap dan

dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari, (2) segenap

fenomena/peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang

dampaknya ialah tertanamnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah

(30)

Kemudian, Zakiyah Daradjat mengemukakan pendapatnya bahwa,

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan

mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam

secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat

mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup

(Daradjat, 1992:130)

6. Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan Agama Kristen merupakan wahana pembelajaran yang

memberikan fasilitas kepada siswa untuk mengenal Allah Tritunggal

melalui karya-Nya dan mewujudkan pengenalannya melalui sikap

hidup yang mengacu pada nilai-nilai kristiani. Melalui Pendidikan

Agama Kristen, siswa diharapkan dapat mengalami perjumpaan dengan

Tuhan yang dikenal, dipercaya, dan diimaninnya. Pembelajaran

Pendidikan Agama Kristen bersumber dari Alkitab, yang diharapkan

dapat memperteguh iman siswa kepada Tuhan, memiliki budi pekerti

luhur, menghormati sesama manusia dan ciptaan Tuhan yang lain

(Supit, dkk, 2014:vii).

Hakikat PAK mengacu pada hasil Lokakarya Strategi PAK di

Indonesia pada 1999, yaitu usaha yang dilakukan secara terencana dan

berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa agar

dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih

Tuhan Allah dalam diri Tuhan Yesus Kristus yang dinyatakan dalam

kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya

(31)

H. Sistematika Penulisan

Pada bagian awal meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama

dengan sampul), persetujuan pembimbing, lembar pengesahan kelulusan,

pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar,

abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.

BAB I berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

BAB II menjelaskan gambaran secara umum mengenai hakikat

nilai, nilai-nilai nasionalisme, nilai-nilai patriotisme, dan pendidikan

agama.

BAB III berisi gambaran umum buku “Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti” tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terdiri dari

identitas buku, latar belakang dan tujuan penyusunan buku, serta konten

materi.

BAB IV berisi hasil analisis dari buku “Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti” yang terdiri dari nilai nasionalisme pendidikan agama Islam

dan Kristen, nilai patriotisme pendidikan agama Kristen, aspek positif dari

buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti”, aspek positif buku

“Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti”, serta kritik dan saran

terhadap kedua buku tersebut.

BAB V berisi tentan Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran,

(32)

BAB II

NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME

A. HAKIKAT NILAI

Secara etimologis, kata nilai (value) berasal dari bahasa latin

“Valare” yang berarti berharga, baik, dan berguna. Secara sederhana, nilai

adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia (Listyarti,

2006:10). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata nilai berarti harga,

ukuran, angka yang mewakili prestasi, sifat-sifat penting yang berguna

bagi manusia dalam menjalani hidupnya (Kamisa, 1997:376). Nilai

merupakan hal-hal yang bermanfaaat atau penting untuk kemanusiaan dan

bukan sebuah kata benda atau pun kata sifat, akan tetapi nilai

sesungguhnya berpusat di sekitar perbuatan (Salim, 1991: 322).

Nilai dalam pandangan Brubacher, sebagaimana yang dikutip oleh

Noorsyam yang mana tidak terbatas ruang lingkupnya. Nilai tersebut

sangat erat pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks,

sehingga sulit ditemukan batasannya. Namun demikian nilai dapat

dirumuskan sebagai segala penetapan atau suatu kualitas obyek yang

menyangkut apresiasi atau minat (Mujib, 1993:109).

Pengertian lainnya, nilai merupakan suatu keyakinan atau

kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau kelompok orang

untuk memilih tindakannya atau menilai sesuatu yang bermakna atau pun

(33)

Dalam buku “Etika Keperawatan” karya Mimin Emi Suhaemi juga

menyebutkan beberapa pengertian nilai, yaitu pengertian secara umum

nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian

rupa oleh seseorang sesuai dengan tuntutan hati nuraninya. Kemudian nilai

juga merupakan seperangkat keyakinan dan sikap pribadi seseorang

tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran,

objek, atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah

serta makna pada kehidupan seseorang (Suhaemi, 2004:19).

Selanjutnya, adapun 3 ciri-ciri nilai menurut Bambang Daroeso

(Prasetyawati, 2014:75-76), yaitu sebagai berikut:

1. Nilai merupakan suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan

mausia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diinderakan. Hal yang

dapat diamati hanyalah obyek yang bernilai itu. Misalnya saja, orang

memiliki kejujuran, maka kejujuran itu ialah nilai. Tetapi jika kita tidak

bisa menginderaakan kejujuran itu, kita tidak dapat mengetahui arti

nilai.

2. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan,

cita-cita dan suatu keharusan, sehingga nilai memiliki sikap ideal (Das

Sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan

manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan dimana semua orag

berharap dan mendapatkan serta berperilaku yang mencerminkan sikap

keadilan.

3. Nilai mempunyai fungsi sebagai daya dorong atau motivator dan

(34)

berdasarkan nilai yang diyakininya dan didorong oleh tersebut.

Misalnya, nilai ketakwaan yang menjadikan semua orang terdorong

untuk bisa mencapai derajat takwa.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa nilai adalah suatu hal yang diyakini baik, berharga dan berguna

bagi kehidupan manusia sebagai dasar untuk melakukan suatu tindakan

atau perbuatan.

B. NILAI-NILAI NASIONALISME

Secara etimologis, term nationalisme, natie, dan national,

kesemuanya berasal dari bahasa Latin, yaitu natio, yang berarti bangsa yang dipersatukan karena kelahiran. Kata natio tersebut berasal dari kata

nascie yang berarti dilahirkan (Moesa, 2007:28). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme diartikan sebagai paham atau

ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri (2007:776). Kemudian,

menurut Hans Kohn nasionalisme adalah paham yang berpendapat bahwa

kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan

(Zaidatunniamah, 2013:21-22). Jadi, nasionalisme adalah sebuah paham

atau ajaran tentang cinta dan kesetiaan terhadap negara kebangsaan.

Menurut Synder, ada empat bentuk nasionalisme yang bisa terjadi,

yaitu sebagai berikut (Budiman, 2006:17-18):

1. Nasionalisme Kewarganegaraan yang terjadi apabila elite politik yang

ada tidak terancam oleh proses demokratisasi. Nasionalisme ini

didasarkan pada usaha mempertahankan proses demokratisasi karena

(35)

kewarganegaraan untuk mempertahankan demokrasi bangsa dan

penduduk negara dianggap sama tanpa dibeda-bedakan.

2. Nasionalisme Etnik adalah solidaritas yang dibangkitkan berdasarkan

persamaan budaya, bahasa, agama, sejarah, dan sejenisnya.

3. Nasionalisme Revolusioner merupakan usaha untuk mempertahankan

politik yang melahirkan sebuah rezim baru yang dianggap lebih baik

dari rezim sebelumnya.

4. Nasionalisme Kontra-Revolusioner merupakan upaya membangun

solidaritas untuk mempertahankan kelembagaan negara yang ada

terhadap perubahan-perubahan yang mau diadakan.

Kemudian Sartono Kartodirjo mengungkapkan, bahwa ada lima

prinsip dalam nasionalisme, di mana yang satu dengan yang lainnya saling

terkait untuk membentuk wawasan nasional. Kelima prinsip tersebut

anatara lain: (1) kesatuan (unity), yang dinyatakan sebagai conditio sine qua non, syarat yang tidak bisa ditolak; (2) kemerdekaan (liberty),

termasuk kemerdekaan untuk mengemukakan pendapat; (3) persamaan

(equality), bagi setiap warga untuk mengembangkan kemampuannya masing-masing; (4) kepribadian (personality) yang terbentuk oleh pengalaman budaya dan sejarah bangsa; (5) performance, dalam arti kualitas atau prestasi yang dibanggakan kepada bangsa lain (Moesa,

(36)

Sedangkan dalam skripsi karya Irma Rismayanti, mahasiswi FKIP

jurusan Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pasundan Bandung,

memaparkan mengenai prinsip dari nasionalisme, yaitu sebagai berikut

(Rismayanti, 2016:24):

1. Prinsip kebersamaan, yaitu menuntut setiap warga negara untuk

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan

pribadi dan golongan,

2. Prinsip persatuan dan kesatuan, yaitu menuntut setiap warga negara

harus mampu mengesampingkan pribadi atau golongan yang dapat

menimbulkan perpecahan dan anarkis (merusak), utnuk menegakkan

prinsip persatuan dan kesatuan setiap warga negara harus mampu

mengedepankan sikap : kesetiakawan sosial, perduli tehadap sesama,

solidarias dan berkeadilan sosial.

3. Prinsip Demokrasi, yaitu bahwa setiap warga negara mempunyai

kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, karena hakikat kebangsaan

ialah adanya tekad untuk hidup bersama mengutamakan kepentingan

bangsa dan negara yang tumbuh dan berkembang dari bawah untuk

bersedia hidup sebagai bangsa yang bebas, merdeka, berdaulat, adil dan

makmur.

Nilai-nilai nasionalisme dapat dikatakan sebagai perasaan yang

mendalam yang hanya dapat dipikirkan dan dihayati oleh manusia dalam

membela serta mempertahankan negara (Sholichiyah, 2014:42).

Sebagaimana yang tercantum dalam UUD 45 Pasal 30, bahwa “Tiap-tiap

(37)

Dikatakan hak sebab mempertahankan negara itu merupakan sesuatu yang

harus dipandang sebagai sesuatu hak oleh tiap-tiap negara. Kemudian,

dikatakan sebagai kewajiban karena mempertahankan negara itu, mau atau

tidak, harus dilaksanakan oleh tiap-tiap warganegara (Ubaidillah, dkk,

2000:72).

Berikut ini beberapa nilai-nilai nasionalisme menurut Ichwanus

Sholichiyah, dalam skripsinya yang berjudul “Nilai-Nilai Nasionalisme

dalam Film Sang Kyai” (Sholichiyah, 2014:43-48):

1. Nilai Kesatuan

Nilai kesatuan tercermin dari keinginan bersatu yang dimiliki oleh

masyarakat dalam suatu bangsa karena persamaan nasib yang mereka

rasakan. Soekarno mengatakan bahwa nasionalisme terdiri dari rasa

ingin bersatu, persatuan perangai dan nasib. Nasionalisme warga

Indonesia berangkat dari cita-cita kesatuan dalam plurarisme. Puncak

kesatuan warga Indonesia ketika berbagai kelompok berkumpul untuk

menyatakan tekad dalam membela negara.

2. Nilai Solidaritas

Nilai Solidaritas atau kesetiakawanan atau kekompakkan ini tidak

dapat dihitung dengan harta benda karena nilai solidaritas ini bersifat

kemanusiaan. Solidaritas bisa dikatakan sebagai rasa kepeduliaan

terhadap sesama. Dalam merebut kemerdekaan kemerdekaan seperti

yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia saat dijajah dapat menjadi

(38)

3. Nilai Kemandirian

Nilai kemandirian dalam nasionalisme ini memiliki prinsip

kebebasan, kesamarataan dan kepribadian sebagai nilai kehidupan.

Selain itu, nilai kemandirian merupakan keinginan dan tekad untuk

melepaskan diri dari kekuasaan yang absolut dan juga mendapatkan

hak-haknya secara wajar.

Sesungguhnya nilai-nilai nasionalisme bersumber pada pancasila.

Nasionalisme pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari ideologi.

Menurut Kartodirdjo nasionalisme juga merupakan penantang dan sebagai

ideologi penantang, nasionalisme harus bersumber hidup pada pancasila.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Soegito bahwa nilai-nilai pancasila

antara lain, sebagai berikut (Yusup, 2011:32-35):

1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung keyakinan dan

pengakuan yang diekspresikan dalam bentuk perbuatan terhadap Zat

Yang Maha Tunggal.

2. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung makna

kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral

dalam hidup bersama atas dasar tuntutan mutlak hati nurani dengan

memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Hal yang perlu

diperhatikan dan merupakan dasar hubungan semua umat manusia

dalam mewujudkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah

pengakuan hak asasi manusia.

3. Nilai persatuan Indonesia merupakan usaha ke arah bersatu dalam

(39)

Persatuan Indonesia yang demikian itu merupakan suatu proses untuk

terwujudnya nasionalisme. Dengan modal dasar nilai persatuan, semua

warga negara Indonesia baik yang asli maupun keturunan asing dan dari

macam-macam suku bangsa dapat menjalin kerja sama yang erat dalam

terwujudnya gotong royong dan kebersamaan.

4. Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikamat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan mengandung makna bahwa suatu

pemerintahan rakyat dengan cara melalui badan-badan tertentu yang

dalam menetapkan sesuatu peraturan ditempuh dengan jalan

musyawarah untuk mufakat atas dasar kebenaran dari Tuhan dan

putusan akal sesuai dengan rasa kemanusiaan yang memperhatikan dan

mempertimbangkan kehendak rakyat untuk mencapai kebaikan hidup

bersama.

5. Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam wujud

pelaksanaannya adalah bahwa setiap warganegara harus

mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan,

keserasian, keselarasan, antara hak dan kewajiban serta menghormati

hak-hak orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian nilai-nilai nasionalisme di atas,

penulis menarik kesimpulan bahwa nilai-nilai nasionalisme terdiri dari:

a. Persatuan dan kesatuan

b. Solidaritas

c. Demokrasi

(40)

C. NILAI-NILAI PATRIOTISME

Patriotisme dilihat dari arti bahasanya yaitu yun = patris = tanah

air, artinya rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan

bangsanya, kekaguman pada adat dan kebiasaannya, kebanggaan terhadap

sejarah dan kebudayaannya serta sikap pengabdian demi kesejahteraannya.

Kemudian, patriotisme berasal dari kata “patriot” dan “isme” yang berarti

sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan. Patriotisme merupakan sikap

yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan

negara. Pengorbanan tersebut dapat berupa pengorbanan harta, benda,

keluarga, jiwa dan raga (Azizah, 2015:13). Sedangkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), patriotisme berarti sikap seseorang yang

bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran

tanah airnya (Alwi, 2007:837).

Menurut Simpson (1993), patriotisme setidaknya memiliki tiga

unsur yang meliputi cinta tanah air, keinginan untuk menyejahterakannya,

dan kesediaan untuk melayani dengan tujuan untuk mengembangkan serta

mempertahankan negaranya sendiri. Di mana sisi baik patriotisme yakni

mengikat setiap perbedaan dalam suatu mayarakat menjadi suatu kesatuan

yang utuh (terintegrasi). Sementara itu, Staub dan Schatz (1997)

menyatakan patriotisme sebagai sebuah keterikatan (attachment) seseorang pada kelompoknya (suku, bangsa, partai politik, dan

sebagainya). Keterikatan ini meliputi kerelaan seseorang dalam

(41)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata patriot berarti

pembela bangsa dan negara, serta orang cinta tanah air. Sedangkan

patriotisme diartikan sebagai semangat cinta tanah air, sikap seorang yang

bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran

tanah airnya (Kamisa, 1997:407).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan

pengertian patriotisme ialah sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan

sebagai wujud dari cinta tanah air. Jiwa kepahlawanan tersebut ditandai

dengan sikap berani, rela berkorban, dan pantang menyerah demi

membela, mengembangkan, serta mempertahankan negaranya.

Berikut ini merupakan beberapa poin nilai-nilai patriotisme yakni

(Azizah, 2015:20-27):

1. Keberanian

Menurut pendapat Peter Irons keberanian adalah suatu tindakan

memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan mampu

menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena percaya

kebenarannya. Sedangkan menurut Paul Findley keberanian adalah

suatu sifat mempertahankan dan memperjuangkan apa yang dianggap

benar dengan menghadapi segala bentuk bahaya, kesulitan, kesakitan,

dan lain-lain. Kemudian, Arsitoteles menyatakan “The Conquering of

fear is the beginning of wisdom”, kemampuan menaklukan rasa takut

(42)

2. Rela Berkorban

Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya

kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk

orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri

sendiri.Sesuatu yang dimiliki tersebut dapat berupa hartanya,

keluarganya, orang yang dicintainya maupun badan dan nyawanya

sendiri. Rela berkorban artinya kesediaan untuk mengalami penderitaan

atau siksaan demi kepentingan atau kebahagiaan orang lain maupun

orang banyak. Seorang patriot akan mengorbankan semua yang

dimilikinya tersebut demi orang lain, demi rakyat, demi kesejahteraan

negaranya.

3. Pantang Menyerah

Pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang yang

gigih, tanpa bosan bangkit dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain

dan akhirnya mencapai keberhasilan. Seseorang yang pantang

menyerah akan melakukan hal yang sama walaupun telah gagal

sebelumnya. Seseorang yang pantang menyerah senantiasa berusaha

memberi jawaban atas tantangan yang dihadapi.

4. Kesetiakawanan Sosial

Nilai kesetiakawanan sosial tercermin dari sikap mental yang dimiliki

seseorang atau sebuah komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnya

sehingga mendorong untuk peduli melakukan perbuatan bagi

kepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi kesetiakawanan

(43)

5. Percaya Diri

Percaya diri artinya keyakinan dalam jiwa manusia bahwa dirinya

mampu dan bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan

berbuat sesuatu. Dengan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan

diri, seorang patriot tidak akan ragu untuk melangkahkan kaki membela

tanah airnya. Dia akan dengan lantang mengemukakan pendapatnya,

tidak peduli itu akan mengundang bahaya pada dirinya atu tidak.

Seseorang tidak akan mampu mempertahankan dan menyejahterakan

tanah airnya jika ia tidak mempunyai rasa percaya diri karena percaya

diri merupakan landasan atau dorongan dalam diri seseorang untuk

berani melakukan sesuatu.

Sumber lain menjelaskan, bahwa saat ini perjuangan patriotisme

secara fisik melawan penjajah di Indonesia sudah tidak ada lagi. Tetapi,

perjuangan patriotisme dalam menghapuskan kemiskinan, kemlaratan, dan

keterbelakangan perlu ditingkatkan. Para siswa perlu belajar dengan tekun

tanpa megenal lelah demi peningkatan kualitas sumber daya manusia

Indonesia di kemudian hari. Hal tersebut merupakan contoh dari sikap

patriotisme. Kemudian, contoh lain seorang dokter merelakan bekerja jauh

ke pedalaman di desa-desa yang terpencil untuk membantu meningkatkan

kesehatan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut patriotisme memiliki

makna lebih dari pengertian cinta tanah air dan mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut (Arianto, dkk, 1996:54):

1. Cinta tanah air

(44)

3. Menempatkan persatuan, kesatuan, serta keselamatan dan negara di

atas kepentingan pribadi dan golongan

4. Berjiwa pembaharu

5. Tak kenal menyerah.

Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan beberapa

nilai patriotisme yang dapat menjadi acuan, yakni: keberanian, rela

berkorban, selalu optimis dan pantang menyerah, berjiwa pembaharu,

kesetiakawanan sosial, percaya diri, serta menempatkan persatuan dan

kesatuan demi bangsa di atas kepentingan pribadi atau pun golongan.

D. PENDIDIKAN AGAMA

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (UU No. 20 Tahun 2003).

Sementara itu, pendidikan agama adalah usaha-usaha secara

sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka

hidup sesuai dengan ajaran agama. Pendidikan agama arahnya lebih

kepada pembentukan pribadi yang taat, berilmu dan beramal (Zuhairini,

(45)

Pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

juga terdapat penjelasan mengenai pendidikan keagamaan. Hal tersebut

tercantum dalam pasal 30 yang terdiri dari lima ayat, yakni sebagai

berikut:

1. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau

kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

2. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan

nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

3. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan

formal, nonformal, dan informal.

4. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,

pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

5. Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.

Kemudian, dalam buku “Metodik Khusus Pendidikan Agama”

karya Mahmud Yunus dijelaskan tentang tujuan pendidikan agama, yaitu

mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa, supaya menjadi

seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal salih dan berakhlak mulia,

sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup

hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada

(46)

Kewajiban yang pertama dan utama bagi sekolah menengah yang

berkaitan dengan pendidikan agama ialah berusaha memperkuat perasaan

keagamaan dalam jiwa peserta didik. Hal tersebut dapat diwujudkan

dengan memberikan siraman rohani, seperti menerangkan sebab-sebab dan

hikmah-hikmah ajaran agama. Selain itu, diusahakan dengan segala upaya,

agar peserta didik menunaikan kewajiban-kewajiban agama. Hendaklah

diterangkan juga persoalan agama yang berhubungan dengan kehidupan

masyarakat sekarang (Yunus, 1983:11-12).

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa

pendidikan agama adalah usaha secara sadar dan terencana dalam

membantu peserta didik untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai

ajaran agamannya dalam kehidupan, sehingga mereka mempunyai pribadi

yang taat, beriman, berakhlak mulia, berbakti kepada bangsa dan tanah

(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM

BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI SMP)

A. Identitas Buku

1. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” untuk SMP

(edisi revisi 2014), merupakan pelajaran yang diperuntukkan bagi

peserta didik tingkat menengah pertama (SMP), yang disusun langsung

oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

Republik Indonesia. Penyusunan buku ini mengacu pada Kurikulum

2013 yang telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang harus

dicapai oleh peserta didik yaitu pada kompetensi inti dan kompetensi

dasar yang telah disusun oleh Kemendikbud.

Pada setiap awal materi pelajaran terdapat kolom peta konsep yang

menggambarkan secara umum materi yang akan dibahas dan sasaran

sikap mulia yang hendak dicapai setelah adanya pembelajaran tersebut.

Adapun materi yang dikembangkan dalam buku “Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti” ini meliputi: 1) Aqidah, 2) Akhlak dan Budi

Pekerti, 3) Fiqh, 4) Sejarah Peradaban Islam, 5) Al-qur‟an dan hadist.

Seseuai dengan tingkat sekolah menengah pertama, buku

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terdiri dari kelas VII, kelas

VIII, dan kelas IX. Masing-masing gambaran identitas buku tersebut

(48)

a. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII Judul buku : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Jenjang/Kelas : SMP/MTs Kelas VII

Penyusun : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun Terbit : 2014

Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Balitbang, Kemdikbud

Kota Terbit : Jakarta

Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya

sebagai berikut.

(49)

b. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VIII Judul buku : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Jenjang/Kelas : SMP/MTs Kelas VIII

Penyusun : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun Terbit : 2014

Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Balitbang, Kemdikbud

Kota Terbit : Jakarta

Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya

sebagai berikut.

Gambar.II.

c. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas IX Judul buku : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Jenjang/Kelas : SMP/MTs Kelas IX

Penyusun : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

(50)

Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Balitbang, Kemdikbud

Kota Terbit : Jakarta

Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya

sebagai berikut.

Gambar.III.

2. Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti” untuk SMP

(edisi revisi 2014), merupakan buku pelajaran yang diperuntukkan

bagi para siswa tingkat menengah pertama yang terdiri dari kelas VII,

kelas VII, dan kelas IX. Buku tersebut disusun langsung oleh

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Penyusunan

buku mengacu pada kurikulum 2013, yang telah disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu

kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah disusun oleh

(51)

Pada awal maupun akhir materi dalam buku “Pendidikan Agama

Kristen dan Budi Pekerti” ini terdapat cerita-cerita inspiratif,

syair-syair lagu gereja, dan doa-doa kepada Tuhan. Materi yang

dikembangkan anatar lain adalah ayat-ayat Alkitab, sejarah-sejarah

kekristenan, dan nilai kehidupan umat kristen sehari-hari.

Masing-masing identitas buku tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas VII Judul buku : Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti; Allah Terus Berkarya

Jenjang/Kelas : SMP Kelas VII

Penyusun : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun Terbit : 2014 (edisi revisi)

Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Puskurbuk, Kemdikbud

Kota Terbit : Jakarta

Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya

sebagai berikut.

(52)

b. Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas VIII Judul buku : Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti

Jenjang/Kelas : SMP Kelas VIII

Penyusun : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun Terbit : 2014

Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Balitbang, Kemdikbud

Kota Terbit : Jakarta

Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya

sebagai berikut.

Gambar.V.

c. Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas IX Judul buku : Pendidikan Agama Kristen dan Budi

Pekerti

Jenjang/Kelas : SMP Kelas IX

(53)

Tahun Terbit : 2015

Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Balitbang, Kemdikbud.

Kota Terbit : Jakarta

Adapun tampilan bagian depan atau cover dari bukunya

sebagai berikut.

Gambar.VI.

B. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku 1. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pada penyusunan buku pelajaran pasti memiliki latar belakang atau

alasan tertentu yang disampaikan oleh penulis atau penyusun. Latar

belakang dan tujuan dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti ini dapat dilihat dari kata pengantar yang disampaikan oleh

Menteri pendidikan dan kebudayaan Muhammad Nuh. Sebenarnya,

dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dari kelas VII,

(54)

yang sama. Penulis mengutip kata pengantar dari salah satu buku yaitu

kelas IX, sebagai berikut:

Semata-mata (Innama) misi pengutusan Nabi Muhammad saw. adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. Sejalan dengan itu, dijelaskan dalam al-Qurān bahwa Beliau diutus hanyalah untuk menebarkan kasih sayang kepada semesta alam. Dengan demikian, di dalam ayat al-Qurān ini digunakan struktur gramatika yang menunjukkan sifat eksklusif misi pengutusan Nabi Muhammad saw.

Dalam struktur ajaran Islam, pendidikan akhlak adalah yang terpenting. Penguatan akidah adalah dasar. Sementara, ibadah adalah sarana, sedangkan tujuan akhirnya adalah pengembangan akhlak mulia. Sehubungan dengan itu, Nabi Muhammad saw., bersabda,

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”1 dan “Orang yang paling baik Islamnya adalah yang

paling baik akhlaknya.”2 Dengan kata lain, hanya akhlak mulia yang

dipenuhi dengan sifat kasih sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan kebaikan ibadah. Sejalan dengan itu, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diorientasikan pada pembentukan akhlak yang mulia dan penuh kasih sayang kepada segenap unsur alam semesta.

Hal tersebut selaras dengan Kurikulum 2013 yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi yang utuh antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain itu, peserta didik tidak hanya diharapkan bertambah pengetahuan dan wawasannya, tetapi juga meningkat kecakapan dan keterampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribadiannya atau berbudi pekerti luhur.

Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VIII ini ditulis dengan semangat itu. Pembelajarannya dibagi ke dalam beberapa kegiatan keagamaan yang harus dilakukan peserta didik dalam usaha memahami pengetahuan agamanya dan mengaktualisasikannya dalam tindakan nyata dan sikap keseharian yang sesuai dengan tuntunan agamanya, baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial.

Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan yang ada pada buku ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang bersumber dari lingkungan alam, sosial, dan budaya sekitar.

(55)

penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami mengucapkan terima kasih. Mudahmudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).

Melihat dari pernyataan di atas yang disampaikan oleh Menteri

pendidikan dan kebudayaan, dapat diketahui bahwa latar belakang

penyusunan buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ini adalah

untuk menyempurnakan keluhuran akhlak peserta didik. Hal ini

selaras dengan kurikulum 2013 yang telah dirancang untuk

mengembangkan kompetensi utuh antara pengetahuan, keterampilan,

dan sikap. Selain itu, dengan adanya buku Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti diharapkan para peserta didik juga bertambah

pengetahuannya, wawasan agamanya, meningkatkan kecakapan dan

keterampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribadiannya.

Kemudian, tujuan adanya penyusunan buku tersebut adalah

berusaha untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang

pengetahuan agamanya, mengaktualisasikan dalam tindakan nyata dan

sikap keseharian mereka yang sesuai dengan tuntunan agama Islam,

baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial. Sehingga dapat

memberikan kontribusi yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan

dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia

merdeka.

2. Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Pada penyusunan buku pelajaran pasti memiliki latar belakang atau

alasan tertentu yang disampaikan oleh penulis atau penyusun. Latar

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur ke hadirat Tian , Tuhan Yang Maha Esa dan bimbingan Nabi Kongzi atas tersusunnya Buku Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Agama Khonghucu Sekolah Dasar kelas I..

Pada Bab II membahas tentang gambaran umum isi Buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMP/MTs Kelas VII Kurikulum 2013 Bab III berisi tentang hasil penelitian

Buku untuk siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas IV ini ditulis dalam semangat pendidikan nasional dan semangat pendidikan katolik.

Teriring puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Triratna, penulis telah dapat menyelesaikan Buku Siswa edisi revisi yang berjudul “Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti”

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.. Analisis Gender dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat Sekolah Menengah Atas Kurikulum 2013. Salatiga: Jurusan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SD YPK KPUDORI Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen & Budi Pekerti Kelas /Semester : II

Buku panduan siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti (PAH-BP) tingkat Sekolah Dasar (SD) kelas I pada semester I dan II, mengajarkan agar siswa mengenal ajaran agama

038761896, E-Mail: smantiwaingapu@yahoo.co.id, Website: www.sman3waingapu.sch.id LEMBARAN KERJA PESERTA DIDIK 2 MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI