• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting sebagai basis perekonomian dalam hal penyedia lapangan pekerjaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian koprasi tahun 2010 UMKM menempati 99% dari seluruh kelas usaha, yang artinya hampir seluruh usaha di Indonesia merupakan usaha

kecil menengah. (http//binaukm.com)

2.1.1 Jenis Usaha Mikro dan Menengah

UMKM merupakan jenis usaha yang mempunyai klasifikasi sesuai dengan kapasitas usahanya, mulai dari mikro, kecil, dan menengah. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di jelaskan sebagai berikut :

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

(2)

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2.1.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Kriteria UMKM sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :

Pasal 6

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

(3)

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

4. Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2) huruf a,

huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dalam Peraturan Presiden.

2.2 Biaya

Dalam suatu proses produksi diperlukan biaya yang memadai sebagai bentuk pengorbanan guna memperoleh kemakmuran bagi produsen. Pengorbanan tersebut dapat berupa pembelian bahan baku, pengupahan dan penggajian pegawai, dan lain-lain. Dapat disimpulkan bahwa biaya tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi. Namun, kebanyakan masyarakat awam kerap kali menyamakan definisi antara biaya dan beban. Kekeliruan ini bersifat umum karena minimnya wawasan yang dimiliki masyarakat pada umumnya.

(4)

2.2.1 Pengertian Biaya

Istilah biaya (cost) sering kali digunakan dalam arti yang sama dengan beban

(expense). Namun kedua istilah tersebut memiliki definisi yang berbeda. Berikut penulis memaparkan definisi biaya dan beban menurut para ahli ekonomi.

Menurut William K. Carter (2009:30) “Biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Sedangkan beban adalah penurunan dalam aset bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomi dalam menciptakan pendapatan atau dari pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Beban dalam arti paling luas mencakup semua biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat dikurangkan dari pendapatan.”

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:8) “Biaya adalah sumber ekonomi yang diukur satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan beban adalah biaya yang telah memberikan masa manfaat dan sekarang telah habis masa manfaatnya. Biaya ini dimasukan kedalam laporan laba rugi sebagai pengurang pendapatan”.

Menurut Mursyidi (2008:14) “Biaya adalah suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini ataupun saat yang akan datang. Sedangkan beban adalah biaya yang telah terjadi (expired cost) yang dukurangi dari penghasilan atau dibebankan pada periode yang bersangkutan.”

Dari ketiga pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian biaya adalah pengeluaran, pengorbanan dalam satuan uang untuk memperoleh manfaat atau untuk mencapai tujuan tertentu baik saat sekarang atau disaat yang akan datang.

(5)

Sedangkan beban adalah biaya yang tekah digunakan atau telah habis masa manfaatnya dan dimasukan kedalam laporan laba rugi sebagai pengurang pendapatan, serta bertujuan untuk menciptakan pendanaan rutin.

2.2.2 Klasifikasi Biaya

Biaya terdiri dari beberapa golongan biaya sesuai dengan tujuan biaya itu sendiri. Untuk tujuan yang berbeda, diperlukan cara penggolongan biaya yang berbeda pula. Menurut Mulyadi (2009:13-16) biaya dibagi menjadi lima golongan yaitu sebagai berikut :

1. Objek Pengeluaran

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2. Fungsi Pokok Dalam Perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Berdasarkan fungsi tersebut maka biaya dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Biaya produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

(6)

b. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya : biaya iklan, biaya promosi, dll.

c. Biaya Administrasi dan Umum

Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya : biaya fotocopy.

3. Hubungan Biaya Dengan Sesuatu yang Dibiayai

Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

a. Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang di biayai. Biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya Tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya sesuatu yang dibiayai

4. Perilaku Biaya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan

Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

a. Biaya Variabel

Biaya variable adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan volume kegiatan. Contohnya : biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

(7)

b. Biaya Semi Variabel

Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Contohnya : biaya tagihan listrik.

c. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran kegiatan tertentu. Contohnya : biaya sewa, biaya depresiasi, dll.

d. Biaya Semi Tetap

Biaya semi tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap pada volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada tingkat volume produksi tertentu. Contohnya : biaya penelitian, biaya pengawasan produksi,dll.

5. Jangka Waktu Manfaatnya

Penggolongan biaya atas dasar waktu pemanfaatanya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)

Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun kalender) pengeluaran modal saat terjadinya dibebankan sebagai pos aktiva dan akan dibebankan selama umur ekonomisnya dengan cara depresiasi dan amortisasi. Contoh capital expenditure adalah pembelian aktiva tetap.

(8)

b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)

Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Contohnya biaya iklan, biaya telepon, dll.

2.3 Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah bagian dari dua tipe akuntansi, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen yang merekam seluruh transaksi biaya kemudian menyajikan informasi tersebut kedalam sebuah laporan biaya.

2.3.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Dibawah ini penulis memaparkan pengertian akuntansi biaya menurut para ahli ekonomi sebagai berikut :

1. Menurut Mulyadi (2009:7) menyatakan bahwa “Akuntansi Biaya adalah proses

pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produksi atau jasa.”

2. Menurut Horngren, Charles T. (2009:30) mengartikan Akuntansi biaya sebagai

berikut “Cost accounting measures, analyzes, and reports financial and

nonfinancial information relating to the costs of acquiring or using resources in an

(9)

3. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:3) akuntansi biaya adalah “Bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan pelaporan informasi biaya yang digunakan. Disamping itu akuntansi biaya juga membahas tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi dan dijual kepada pemesan maupun untuk pasar, serta untuk persediaan produk yang akan dijual.”

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi biaya adalah proses pencatatan, pengukuran, penganalisisan, peringkasan dan pelaporan informasi baik informasi keuangan maupun informasi nonkeuangan yang berhubungan dengan biaya yang digunakan untuk memproduksi suatu produk atau jasa.

2.3.2 Tujuan Akuntansi Biaya

Pada masa lalu akuntansi biaya hanya digunakan sebagai cara perhitungan atas nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan nilai harga pokok penjualan yang dilaporkan di laporan laba rugi (Mulyadi,2009:7). Tentunya pandangan ini membatasi cakupan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan menjadi sekedar data biaya produk guna memenuhi pelaporan eksternal. Definisi yang terbatas seperti itu tidak sesuai untuk masa sekarang dan tidak cukup menggambarkan kegunaan informasi biaya.

Untuk masa sekarang, akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat-alat yang diperlakukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian,

(10)

memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.

Menurut Mulyadi (2009:7-9), akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu :

1. Penentuan Harga Pokok Produksi

Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produksi, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Misalnya metode variable costing untuk penentuan harga pokok produksi dan penyajian informasi biaya untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam perencanaan dan pengambilan keputusan jangka pendek.

2. Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut. Bila terdapat selisih, maka akuntansi biaya harus menganalisis dan menyajikan informasi penyebab terjadinya selisih biaya ini. Informasi ini akan sangat berguna bagi pihak manajemen, misalnya dalam menilai prestasi kerja para manajer di bawah manajer puncak.

3. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi yang akan datang. Informasi biaya ini tidak dicatat

(11)

dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu proses peramalan. Laporan akuntansi biaya akan digunakan oleh pihak manajemen dalam mengambil keputusan. Akuntansi biaya mengembangkan berbagai konsep informasi biaya untuk pengambilan keputusan seperti: biaya kesempatan, biaya hipotesis, biaya tambahan, biaya terhindarkan dan pendapatan yang hilang. Sehingga pihak manajemen bisa mangambil keputusan dalam proses produksi suatu barang sebaiknya memproduksi sendiri atau membeli.

Sedangkan menurut William K. Carter (2009) menyatakan bahwa akuntansi biaya memiliki empat tujuan yaitu :

1. Anggaran

Anggaran memainkan peranan penting dalam mempengaruhi perilaku individu-individu dan kelompok disetiap tingkatan proses manajemen, misalnya memotivasi kerja para pelaksana didalam melaksanakan tugas-tugas dalam pencapaian tujuan kerja, evaluasi kerja dan sebagainya.

2. Pengendalian Biaya

Tanggung jawab atas pengendalian biaya sebaiknya diberikan kepada individu-individu tertentu yang juga bertanggung jawab untuk menganggarkan biaya yang berada dibawah kendali mereka. Misalnya yang bertanggung jawab terhadap biaya produksi adalah manajer produksi yang membuat anggaran biaya produksi.

3. Penetapan Harga

Kebijakan penetapan biaya oleh manajemen idealnya memastikan pemulihan atas semua biaya dan mencapai laba dalam kondisi yang sulit sekalipun. Meskipun penawaran dan permintaan merupakan faktor penentu dalam penetapan harga,

(12)

penetapan harga jual yang menguntungkan memerlukan pertimbangan atas biaya. Jadi bagian produksi harus menekan biaya semaksimal mungkin untuk memperoleh laba. Misalnya dengan mencari bahan baku dengan harga yang lebih murah akan tetapi tetap memiliki kualitas yang baik.

4. Menetapkan Laba

Akuntansi biaya digunakan untuk menghitung biaya output yang dijual selama suatu periode, biaya ini dan biaya-biaya lain ditandingkan dengan pendapatan untuk menghitung laba. Jadi harga jual suatu produk harus lebih tinggi dari pada harga produksinya. Misalnya harga jual suatu barang dari harga pokok produksinya.

2.4 Harga Pokok Produksi

Dalam kegiatan produksi pada usaha manufaktur, penentuan harga pokok sangatlah penting. Hasil perhitungan dari harga pokok produksi tersebut kemudian digunakan oleh perusahaan sebagai dasar penentuan laba yang menjadi tolak ukur dalam penetapan harga jual produk.

2.4.1 Definisi Harga Pokok Produksi

Berikut ini penulis memaparkan beberapa definisi harga pokok produksi menurut para ahli ekonomi :

(13)

1. Menurut Mulyadi (2009:16) ”Harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.“

2. Menurut Horngren, Charles T. (2009:65) “Cost of goods manufactured refers to the

cost of goods brought to completion, whether they were started before or during the

current accounting period.“

3. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:49) “Harga pokok produksi adalah

kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir.”

4. Menurut William K. Carter (2009:40) harga pokok produksi didefinisikan sebagai

“Jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik keduanya disebut biaya konversi.”

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Harga Pokok Produksi adalah total biaya barang yang dibeli untuk diproses hingga selesai, yang terdiri dari biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya

overhead pabrik dan ditambah biaya non produksi.

Dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi, diperlukan struktur perhitungan sesuai dengan klasifikasinya agar memudahkan dalam perhitungan harga

(14)

pokok produksi. Berikut ini merupakan contoh skedul perhitungaan harga pokok produksi.

Gambar 2.1

Skedul Perhitungan Harga Pokok Produksi OLSEN MANUFUCTURE COMPANY

Cost Of Good Manufacture schedule For The Year Ended, 31 December 200X

Beginning work in process, jan 1 xxx

Direct materials : Raw materials inventory, jan 1 xxx

Raw materials purchases xxx

TOTAL raw materials available for use xxx

Less raw materials inventory, dec 31 (xxx)

Direct materials used xxx

Direct labor xxx

Factory overhead: Indirect labor xxx

Factory repairs xxx

Factory utilities xxx

TOTAL factory overhead xxx

TOTAL manufacturing cost xxx

Less work in process, 31 dec (xxx)

Cost Of Good Manufacture xxx Sumber : Mulyadi, Akuntansi biaya (2009)

(15)

2.4.2 Komponen Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2009) biaya produksi adalah salah satu komponen yang membentuk Harga Pokok Produksi. Biaya produksi terdiri dari :

1. Biaya Bahan Baku (Direct Material Cost)

Bahan baku langsung adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Contohnya biaya bahan baku adalah terigu yang digunakan untuk membuat kerupuk.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)

Biaya tenaga kerja langsung meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada operator mesin.

3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Costs)

Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Contohnya pekerja bagian perawatan mesin, penyusutan pabrik, bahan penolong dan sebagainya.

Menurut William K. Carter (2009:40) ada beberapa komponen yang terdapat didalam biaya manufaktur atau dapat disebut biaya produksi, antara lain :

1. Bahan baku langsung

Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Misalnya, gandum dalam pembuatan roti, bijih besi dalam pembuatan besi batangan dan bubur kayu dalam pembuatan kertas.

(16)

2. Tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu.

3. Overhead pabrik

Overhead pabrik adalah terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak secara langsung ditelusuri ke output tertentu. Misalnya biaya energi bagi pabrik seperti gas, listrik, minyak dan sebagainya.

2.5 Akumulasi Biaya

Akumulasi biaya adalah “Suatu cara untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk suatu produk dan jasa atau menyangkut suatu hal. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam akumulasi biaya, tetapi yang lazim digunakan adalah dua metode yaitu metode akumulasi biaya pesanan dan metode akumulasi biaya proses (Bastian Bustami dan Nurlela 2010:40).”

2.5.1 Metode Akumulasi Biaya Berdasarkan Pesanan

Akumulasi biaya berdasarkan pesanan adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak, tumpukan produk atau pesanan pelanggan yang spesifik (Bastian B & Nurlela, 2010 :40).

(17)

Ada beberapa karakteristik dalam melakukan pengakumulasian biaya berdasarkan pesanan, antara lain :

1. Sifat proses produksi yang dilakukan terputus-putus, dan tergantung pada pesanan

yang diterima.

2. Spesifikasi dan bentuk produk tergantung pada pemesan.

3. Pencatatan biaya produksi masing-masing pesanan dilakukan pada kartu biaya

pesanan secara terperinci untuk masing-masing pesanan.

4. Total biaya produksi untuk setiap elemen biaya dikalkulasi setelah pesanan selesai.

5. Biaya per unit dihitung, dengan membagi total biaya produksi yang terdiri dari : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dibebankan, dengan total unit yang dipesan.

6. Akumulasi biaya pada umumnya menggunakan biaya normal.

7. Produk yang sudah selesai dapat disimpan di gudang atau langsung diserahkan pada

pemesan.

Misalnya pembuatan pesawat terbang, alat-alat untuk sistem pertahanan negara seperti tank baja, senjata api dan pesawat jet, dan beberapa produk yang membutuhkan spesifikasi khusus dan waktu pembuatan produk tersebut sangat lama. Semua yang telah disebutkan diatas merupakan contoh produk yang pengakumulasian biayanya menggunakan metode akumulasi biaya berdasarkan pesanan.

Adapun manfaat perhitungan biaya pesanan yaitu bermanfaat untuk menetapkan harga jual dan pengendalian biaya. Umumnya calon pelanggan selalu meminta estimasi biaya terlebih dahulu sebelum mereka memesan, dan seringkali mereka memesan atau memberi pekerjaan, membandingkannya dengan pesaing. Oleh sebab itu perusahaan

(18)

harus dapat mengestimasi biaya secara akurat agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dan menghasilkan laba yang optimal.

Perhitungan biaya normal adalah sistem akuntansi dimana bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan berdsarkan tarif ditentukan dimuka. Tarif ditentukan dimuka adalah suatu jumlah yang diperoleh dengan membagi total biaya

overhead pabrik yang diestimasi untuk periode mendatang dengan total dasar alokasi biaya overhead pabrik yang diestimasi untuk periode mendatang.

Kartu biaya pesanan merupakan dokumen sumber untuk memasukkan biaya dalam kalkulasi biaya pesanan. Catatan ini kadang-kadang disebut sebagai lembar biaya pekerjaan, arsip biaya pekerjaan, atau kartu biaya pekerjaan. Dokumen ini merupakan dokumen dasar dalam perhitungan biaya pesanan, dengan mengakumulasi biaya untuk setiap pesanan, sehingga dokumen ini menunjukkan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk suatu pesanan.

Dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pesanan, diperlukan struktur perhitungan sesuai dengan klasifikasinya agar memudahkan dalam perhitungan harga pokok produksi. Berikut ini merupakan contoh skedul perhitungaan harga pokok produksi menurut pasanan.

(19)

Gambar 2.2 Kartu Biaya

Rayburn Company

1101 Maple Street, Cincinnati OH 45227 Pesanan No. 5574

Untuk : Lawrenceville Construction, Co. TANGGAL DIPESAN 10/1

Produk

: Papan Penggiling Mapel No. 14

TANGGAL MULAI DIKERJAKAN 14/1 Spesifikasi : 12' x 20" x 1" Pelitur Bening TANGGAL DIBUTUHKAN 22/1

Jumlah : 10

TANGGAL SELESAI DIKERJAKAN 18/1

BAHAN BAKU LANGSUNG

TANGGAL NOMOR PERMINTAAN JUMLAH

14-Jan 516 $ 1.420,00

17-Jan 531 780,00

18-Jan 544 310,00

$ 2.510,00

TENAGA KERJA LANGSUNG

TANGGAL JAM BIAYA

14-Jan 40 $ 320,00 15-Jan 32 256,00 16-Jan 36 288,00 17-Jan 40 320,00 18-Jan 48 384,00 196 $ 1.568,00

OVERHEAD PABRIK DIBEBANKAN

TANGGAL JAM/MESIN BIAYA

14-Jan 16,2 $ 684,00

16-Jan 10,0 400,00

17-Jan 3,2 128,00

29,4 X $ 40 $ 1.176,00

Bahan Baku Langsung $ 2.510,00 Harga Jual $ 7.860,00

Tenaga Kerja Langsung 1.568,00 Biaya Pabrik

$

5.254,00

Overhead Pabrik

Dibebankan 1.176,00 Beban Pemasaran 776,00

Total Biaya Pabrik $ 5.254,00 Beban Administrasi 420,00

Biaya Untuk Membuat

dan Menjual 6.450,00

Laba $ 1.410,00

(20)

2.5.2 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:91) bahwa “Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses adalah suatu metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan

overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya atau departemen. Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk yang hasil ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya atau departemen tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat biaya yang bersangkutan.”

Adapun karakteristik dalam pengakumulasian biaya berdasarkan proses, antara lain :

1. Aktivitas produksi bersifat terus-menerus.

2. Produk bersifat massa, dengan tujuannya mengisi persediaan yang siap dijual.

3. Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya relatif homogen

dan berdasarkan standar.

4. Biaya dibebankan ke setiap unit dengan membagi total biaya yang dibebankan ke

pusat biaya dengan total unit yang diproduksi

5. Pengumpulan biaya dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu.

Misalnya produksi pembuatan makanan seperti roti, kudapan ringan, dan produksi yang tidak memerlukan spesifikasi khusus, semuanya melakukan perhitungan biaya berdasarkan proses.

Arus biaya produksi dalam perhitungan biaya proses secara umum sama dengan perhitungan biaya pesanan. Begitu bahan baku dibeli, biaya bahan baku ini mengalir ke dalam akun persediaan bahan baku. Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dibebankan akan mengalir ke dalam akun

(21)

produk dalam proses. Ketika produk selesai, biaya produk yang telah selesai mengalir dari akun produk dalam proses ke produk jadi. Setelah produk terjual, biaya produk jadi dipindahkan ke akun harga pokok penjualan. Untuk penjurnalan secara umum sama dengan yang terdapat pada perhitungan biaya pesanan.

Untuk pembebanan biaya apabila terdapat produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian tertentu, perlu dilakukan penyetaraan produk dalam proses tersebut menjadi produk jadi yang disebut dengan unit ekuivalen produksi atau ekuivalen produksi. Jadi unit ekuivalen produksi menunjukkan unit produk jadi dan unit produksi dalam proses yang disetarakan dengan produk jadi.

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:95) terdapat dua metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk dalam proses, dengan perhitungan unit ekuivalen produksi berbeda yaitu aliran biaya rata-rata tertimbang dan aliran biaya FIFO (First In First Out). Aliran biaya rata-rata tertimbang yaitu meratakan biaya penyelesaian persediaan awal produk dalam proses periode sebelumnya dengan menambahkan biaya periode berjalan untuk mendapatkan biaya per unit. Unit persediaan awal menerima biaya per unit yang besarnya sama dengan unit yang baru dimulai dan diselesaikan selama periode bersangkutan, sehingga semua unit yang ditransfer akan memiliki biaya per unit yang sama. Rumus unit ekuivalen produksi:

Produk Selesai + (Produk Dalam Proses Akhir x Tingkat Penyelesaian)

Sedangkan aliran biaya FIFO adalah memisahkan biaya per unit yang terdapat pada persediaan awal dari biaya per unit produk yang dimasukkan dan diselesaikan pada suatu periode tertentu. Biaya produk yang ditransfer terdiri dari biaya produk

(22)

dalam proses awal dari periode sebelumnya, dan biaya produk dari produk yang dimulai dan diselesaikan selama periode berjalan. Rumus unit ekuivalen produksi :

Produk Selesai + (Produk Dalam Proses Akhir x Tingkat Penyelesaian) – (Produk Dalam Proses Awal x Tingkat Penyelesaian).

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:99) “Dalam penentuan biaya proses, semua biaya yang dibebankan ke setiap departemen produksi dapat diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi untuk masing-masing departemen.”.

Laporan biaya produksi setiap departemen memiliki format yang beragam, dengan informasi menunjukkan;

1. Skedul kuantitas, memuat informasi produk dalam proses awal, produk masuk

proses pada periode bersangkutan, produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang, produk dalam proses akhir, produk hilang, produk rusak dan produk cacat.

2. Biaya dibebankan, memuat informasi biaya produk dalam proses awal, biaya yang

dibebankan dari departemen sebelumnya, biaya dibebankan periode bersangkutan, unit ekuivalen dari biaya per unit masing-masing elemen biaya.

3. Pertanggungjawaban biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer ke departemen

berikutnya atau gudang, biaya produk yang hilang akhir proses, biaya produk rusak, biaya produk cacat. Biaya yang telah diserap produk dalam proses.

Dari penjelasan akumulasi biaya diatas maka penulis akan melakukan perhitungan harga pokok produksi pada pabrik kerupuk barokah menggunakan akumulasi biaya berdasarkan proses dengan metode aliran biaya FIFO (First In First

(23)

dilakukan secara berkala dan berkelanjutan, proses produksi dari periode sebelumnya juga dapat mempengaruhi perhitungan harga pokok produksi periode seterusnya.

Berikut adalah contoh laporan biaya produksi (Gambar 2.3) pada satu departemen menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:99). PT. X adalah perusahaan pengolahan nanas yang dikemas dalam kaleng untuk dipasarkan dalam negeri, pengolahan dilakukan melalui satu tahap pengolahan yaitu melalui departemen pengolahan. Pada awal september perusahaan baru memulai beroperasi, dengan mengolah nanas sebanyak 8.000 kg, pada akhir September produk selesai yang ditransfer ke gudang sebanyak 7.600 kg, sedangkan yang 400 kg masih dalam proses dengan tingkat penyerapan biaya bahan baku 100%, biaya tenaga kerja 75%, dan biaya

overhead pabrik 80%. Biaya yang dikeluarkan untuk mengolah nanas tersebut adalah: biaya bahan baku Rp 6.000.000,00, biaya tenaga kerja Rp 4.740.000,00 dan biaya

(24)

Gambar 2.3

Laporan Biaya Produksi

Sumber : Bustami dan Nurlela. Akuntansi Biaya. Edisi 2. 2010

PT. X

Laporan Biaya Produksi

Untuk Bulan September 2007

Skedul Kuantitas

Produk Masuk Proses = 8.000 kg

Produk Selesai = 7.600 kg

Produk Dalam Proses Akhir (100% bahan, 75% Tenaga Kerja, 80% BOP)

= 400 kg 8.000 kg Biaya Dibebankan

Elemen Biaya Total E.U.* Biaya/Kg

Bahan Baku Rp 6.000.000 8.000 kg Rp. 750 Tenaga Kerja Rp 4.740.000 7.900 kg Rp. 600 BOP Rp 3.168.000 7.920 kg Rp. 400 Total Rp 13.908.000 Rp. 1.750

* Unit Ekuivalen = Produk Selesai +( Produk Dalam Proses Akhir x Tingkat Penyelesaian)

Bahan Baku = 7.600 kg + (400 kg x 100%) = 8.000 kg Tenaga Kerja = 7.600 kg + (400 kg x 75%) = 7.900 kg BOP = 7.600 kg + (400 kg x 80%) = 7.920 kg

Pertanggungjawaban Biaya

Biaya produk selesai ditransfer = 7.600 kg x Rp. 1750 = Rp. 13.300.000

Produk dalam proses akhir :

Bahan Baku = 400 kg (100%) x Rp. 750 = Rp 300.000 Tenaga Kerja Langsung = 400 kg ( 75%) x Rp 600 = Rp 180.000 BOP = 400 kg ( 80%) x Rp 400 = Rp 128.000

Rp. 608.000

(25)

2.6 Penentuan Harga Pokok

Berikut ini adalah pengertian penentuan harga pokok produksi menurut para ahli ekonomi. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40) “Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja. Dalam penentuan harga pokok tersebut dapat digunakan dua cara yaitu : Metode kalkulasi biaya penuh (Full Costing) dan Metode kalkulasi biaya variabel (Variable Costing).”. Sedangkan menurut Mulyadi

(2009:17) “Metode pengumpulan harga pokok produksi adalah cara

mempertimbangkan unsure-unsur biaya kedalam biaya produksi.

2.6.1 Metode Kalkulasi Biaya Penuh (Full Costing)

Berikut ini adalah pengertian metode kalkulasi biaya penuh (full costing) menurut para ahli ekonomi :

1. Metode kalkulasi biaya penuh adalah Suatu metode dalam penentuan harga pokok

suatu produk dengan memperhitungkan semua biaya produksi, seperti biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya

overhead pabrik tetap. (Bastian Bustami dan Nurlela, 2010:40).

2. Metode kalkulasi biaya penuh adalah metode penentuan harga pokok produksi

yang memperhitungkan semua unsure-unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

(26)

harga pokok produk maka hasil perhitungan harga pokok produksi ditambah dengan biaya non prduksi (biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.

(Mulyadi, 2009:17).

Adapun bentuk laporan laba-rugi dalam bentuk metode kalkulasi biaya penuh seperti yang diilustrasikan Mulyadi, Akuntansi Biaya (2009:18) seperti dibawah ini :

Gambar 2.4

Penentuan Harga Pokok Produksi Menggunakan

Metode Full Costing

Biaya bahan baku

xxx

Biaya tenaga kerja langsuung

xxx

Biaya overhead pabrik : Tetap

xxx

Variabel

xxx

Harga Pokok Produksi

xxx

Biaya komersial : Biaya adminitrasi dan umum

xxx

Biaya pemasaran

xxx

Total biaya komersial

xxx

Total Harga Pokok Produksi

xxx

(27)

2.6.2 Metode Kalkulasi Biaya Variabel

Berikut ini adalah pengertian metode kalkulasi biaya variabel (variabel costing) menurut para ahli ekonomi. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:40) “kalkulasi biaya variabel adalah Suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dalam metode ini biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi tetapi biaya overhead tetap akan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan dibebankan dalam laporan laba-rugi tahun berjalan.”. Sedangkan menurut Mulyadi (2009) “kalkulasi biaya variable adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variable kedalam haarga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable. Untuk total harga pokok produksi dengan menggunakan variable costing seluruh biaya produksi ditambah dengan biaya overhead pabrik tetap dan biaya non produksi yang bersifat variable dan tetap.”.

Adapun bentuk laporan laba-rugi dalam bentuk metode kalkulasi biaya variabel seperti yang diilustrasikan Mulyadi, Akuntansi Biaya (2009:19) seperti dibawah ini:

(28)

Gambar 2.5

Penentuan Harga Pokok Produksi Menggunakan

Metode Variable Costing

Biaya bahan baku

xxx

Biaya tenaga kerja langsuung

xxx

Biaya overhead pabrik :

Variabel

xxx

Harga Pokok Produksi

xxx

Biaya komersial variabel:

Biaya adminitrasi dan umum variabel

xxx

Biaya pemasaran variabel

xxx

Total biaya komersial variabel

xxx

Biaya komersil tetap (biaya periode) :

Biaya adminitrasi dan umum tetap

xxx

Biaya pemasaran tetap

xxx

Total biaya komersial tetap

xxx

Total harga pokok produk

Total Harga Pokok Produksi

xxx

(29)

Dari penjelasan metode kalkulasi biaya diatas maka penulis akan melakukan simulasi perhitungan harga pokok produksi pada pabrik kerupuk barokah menggunakan kalkulasi biaya dengan metode perhitungan penuh (full costing). Karena berdasarkan perhitungan yang dilakukan pabrik kerupuk barokah dengan memperhitungkan semua biaya produksi, seperti biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, biaya

overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Maka penulis akan melakukan simulasi perhitungan harga pokok produksi pada pabrik kerupuk barokah menggunakan akumulasi biaya berdasarkan proses dengan metode aliran biaya FIFO

Gambar

Gambar 2.2  Kartu Biaya

Referensi

Dokumen terkait

Klasifikasi kawasan bentangalam karst untuk kawasan konservasi dan budidaya daerah cibarani, yang secara administratif daerah penelitian termasuk kedalam Kecamatan

2) Anda dapat mencari orang dengan mengetikkan nama, alamat email, nomor telepon atau lingkaran. Centang kotak di samping untuk setiap orang yang ingin Anda tambahkan ke

Penyiaran yang dilakukan dengan radio internet atau streaming akan lebih efektif, karena layanan radio internet dapat diakses lebih luas, hingga dari belahan

Bayi baru lahir yang dirawat bersama ibunya (Rooming In) ditetapkan sebesar 50% dari tarip Jasa Rumah Sakit, ditambah Jasa Dokter dan Jasa Perawat sesuai kelas perawatan

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan unit analisis dalam film My Name is Khan berupa teks yang terdapat di film tersebut yang mencerminkan pencitraan

Stravinsky tınısal zıtlık ve derinlik yakalamak için oldukça zengin vurmalı çalgılar grubu bulunmasına rağmen zaman zaman orkestrayı çeşitli bölümlerde bir vurmalı

Penyediaan Saran Produksi, Pemberian Subsidi, Inovasi Teknologi dan Intensifikasi Usahatani, dan Pengembangan Lahandan Irigasi. Alternatif kebijakan utama pada

Menyetujui untuk memberikan wewenang kepada Direksi Perseroan dengan persetujuan Dewan Komisaris Perseroan untuk melakukan segala tindakan yang diperlukan sehubungan dengan