• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI DAYA HIDUP TUNGAU Sarcoptes scabiei PADA BERBAGAI MACAM SERUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI DAYA HIDUP TUNGAU Sarcoptes scabiei PADA BERBAGAI MACAM SERUM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA HIDUP TUNGAU Sarcoptes scabiei PADA

BERBAGAI MACAM SERUM

(Survival Test on the Off-host of Sarcoptes scabiei on Sera Medium)

DYAH HARYUNINGTYAS,RIZA Z.AHMAD,BERIAJAYA danJ.MANURUNG

Balai Besar Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114

ABSTRACT

Scabies is a parasite infestation on skin caused by the mite, Sarcoptes scabiei. This disease affecting a wide range of host species including goat, sheep, cow/buffaloes, pig, dog/cat, rabbit, wild animal and human. This mite burrow in the skin and form tunnels under the skin layer caused ithcing, alopecia and damage skin. This disease caused high economic loss on cattle production especially decrease of weight gain, milk production, and raising death. Many herbal medicine still and have already developed to eradicate the disease. To develop a traditional, it needs a live culture for in vitro experiment.The aim of this research is to know thr survival time of Sarcoptes scabiei in vitro at room temperature in many sera medium. In this study, mites collected from the skin scrapping of goat naturally infected by Sarcoptes scabiei.Twenty mites were put in the incubation glass which soaked with sera of goat, sheep, cow and rabbit. The result shows that Sarcoptes

scabiei mites at room temperature have LT50 value significantly higher on goat serum compared with another three sera as long as 4 day.

Key Words: Sarcoptes scabiei, Serum, Survival, Goat

ABSTRAK

Scabies merupakan infestasi parasit pada kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Penyakit

ini menyerang berbagai ternak termasuk kambing, domba, sapi/kerbau, babi, anjing/kucing, kelinci dan hewan liar. Tungau ini menginfeksi kulit dan membuat terowongan di bawah lapisan kulit sehingga menyebabkan gatal-gatal, kerontokan rambut dan kerusakan kulit. Penyakit ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar pada produksi ternak, antara lain penurunan berat badan, produksi susu dan kematian. Berbagai macam obat tradisional akan dan telah dikembangkan untuk memberantas penyakit ini. Untuk penelitian obat tradisional diperlukan medium hidup bagi tungau ini secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hidup tungau S. scabiei pada berbagai macam serum pada suhu kamar. Pada penelitian ini tungau diperoleh dari kambing yang telah terinfestasi tungau secara alami. Koleksi tungau dilakukan dengan cara pengerokan keropeng pada kambing yang terinfestasi. Masing-masing sebanyak 20 ekor tungau dimasukkan pada masing-masing gelas inkubasi yang telah berisi serum kambing, domba, sapi dan kelinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada temperatur kamar (27 – 30oC) tungau Sarcoptes

scabiei mempunyai nilai LT50 yang lebih tinggi secara signifikan pada serum kambing dibandingkan dengan 3 serum yang lain yaitu kurang lebih selama 4 hari.

Kata Kunci: Sarcoptes scabiei, Kambing, Serum, Daya Hidup

PENDAHULUAN

Scabies merupakan penyakit kulit dengan jumlah kasus yang relatif tinggi pada hewan ternak, hewan piaraan dan beberapa hewan liar. Gejala khas penyakit ini berupa gatal-gatal pada kulit yang disebabkan oleh tungau

Sarcoptes scabiei (WALTON et al., 2004).

Tungau Sarcoptic pada hewan piaraan pada dasarnya adalah sama dengan pada manusia. Sebagian besar infestasinya adalah pada bagian tubuh yang tidak ditumbuhi rambut atau bagian tubuh dengan rambut yang pendek. Infeksi sekunder oleh bakteri umum terjadi dan menyebabkan gejala penyakit menjadi lebih parah (SCHMIDT danROBERT, 2000). Menurut

(2)

BROOK (1995); CURRIE dan CARAPETIS (2000) sebagian besar infeksi sekunder disebabkan oleh group A Streptococcus (GAS) dan Staphylococcus aureus.

Penyakit scabies pada kambing ini secara klinis diperkirakan menghasilkan reaksi hipersensitivitas pada hospes karena kotoran dari tungau yang bersifat antigenik (SINCLAIR dan KIRKWOOD, 1983). Inflamasi kulit, eksudasi limfe dan cairan serosa memulai terjadinya iritasi, kerontokan bulu sampai kebotakan pada area yang terinfestasi. (ROBERTS et al., 1971).

Siklus hidup tungau ini dari telur menjadi dewasa memerlukan waktu 10 – 14 hari, tungau betina mampu hidup pada induk semang selama 30 hari. Tungau betina masuk ke dalam kulit dengan membentuk lorong dan bertelur sekitar 40 – 50 telur dalam bentuk kelompok-kelompok yaitu dua-dua atau empat-empat. Telur menetas menjadi larva setelah 50-53 jam. Sebagian larva keluar dari lorong, sebagian lagi berkembang menjadi protonymfa selama 3 – 5 hari kemudian menjadi tritonympha setelah 2 – 3 hari pada stratum korneum. Perkembangan terakhir menjadi tungau dewasa memerlukan waktu tiga sampai enam hari (URGUHART et al., 1989; SCHMIDT dan ROBERTS, 2000). Menurut SCHMIDT dan ROBERTS, (2000) pembuatan lorong serta produksi sekretori dan ekskretori menyebabkan terjadinya reaksi kegatalan.

Menurut MELLANBY (1944) dan SCHMIDT

dan ROBERTS (2000) stadium yang

bertanggungjawab terhadap transmisi adalah stadium dewasa muda. Betina dewasa yang baru saja difertilisasi akan berjalan-jalan di permukaan kulit sebelum membuat liang dan kemungkinan besar penularan dari satu hewan ke hewan yang lain terjadi pada stadium ini. Infeksi mudah menyebar karena kontak dengan hewan yang terinfeksi atau melalui alat-alat kandang yang terkontaminasi (STEVENSON dan HUGHES, 1988)

Menurut ARLIAN et al. (1984a) scabies pada anjing dan manusia dapat bertahan hidup selama 24 – 36 jam pada temperatur ruang (21oC dan kelembaban 40 – 80%) serta masih mempunyai kemampuan infeksi dan penetrasi. Tungau betina hidup lebih lama dibandingkan dengan tungau jantan pada kondisi yang sama. Pada temperatur rendah (10 – 15oC dan kelembaban relatif tinggi) Sarcoptes scabiei

var canis hidup sampai dengan 19 hari pada 10oC dan 97% RH. Pada temperatur dibawah 20oC S. scabiei adalah tidak bergerak dimana pada temperatur 35oC aktivitasnya akan meningkat secara cepat. Hasil penelitian SMITH

et al., (1999), daya hidup tungau Psoroptes ovis dan Psoroptes cuniculi di luar hospes menurun secara linier dengan meningkatnya suhu yaitu 15 hari pada suhu 9oC menjadi 5 hari pada suhu 30oC. Perbedaan musim harus dipertimbangkan dengan beberapa variasi yang tampak pada daya hidupnya. Hal ini termasuk pada perbedaan kondisi penelitian yang dilakukan (O’BRIEN et al., 1994), perbedaan pola daya hidup mengacu pada suatu waktu dimana tungau dipindahkan dari hospesnya (LIEBISCH et al., 1985) dan adanya berbagai strain P. ovis dimana tingkah laku dan fisiologisnya tidak sama (WILSON et al., 1977).

Sebuah penelitian melaporkan adanya indikasi fisiologi yang berbeda antara scabies dari hospes yang berbeda. ARLIAN et al., 1984b menggambarkan ketidaksuksesannya pada eksperimen mentransfer scabies dari anjing ke tikus, hamster, babi, sapi, kucing, domba dan kambing. Alasan untuk spesifisitas hospes dari strain yang berbeda dari tungau adalah belum diketahui tetapi berhubungan dengan interaksi antara parasit dan faktor hospes (WALTON, 2004a). Perbedaan fisiologi pada pola makan dan lingkungan memerlukan strain tungau yang berbeda, perbedaan pada properti fisiologi dari lapisan epidermis kulit hospes, kemampuan hospes untuk meningkatkan respon imun, faktor antigenesitas dari parasit dan kemampuan parasit untuk tahan terhadap respon imun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hidup tungau S. scabiei diluar induk semangnya pada gelas inkubasi pada berbagai macam serum.

MATERI DAN METODE

Tungau dikoleksi dari keropeng kambing yang terinfeksi S. scabiei secara alami. Keropeng dikerok menggunakan scalpel pada bagian tubuh yang jarang bulunya (telinga, sekitar pelupuk mata). Setelah dikerok, keropeng ditempatkan pada cawan petri, dipanasi dengan lampu 25 watt untuk memberikan kesempatan tungau keluar dari

(3)

keropeng dan berjalan-jalan pada dasar cawan petri yang selanjutnya akan diambil satu persatu menggunakan ujung lidi yang telah diruncingkan untuk dipindahkan ke gelas kamar inkubasi.

Pada semua perlakuan, tungau dipindahkan pada gelas inkubasi (SMITH et al., 1999). Gelas inkubasi dibuat dari gelas blok berukuran panjang 35 x 75 mm dan ketebalan 6 mm. Lubang berdiameter 20 mm dibuat pada pertengahan dari masing-masing gelas tersebut. Sepotong kain katun dilekatkan secara erat menutupi bagian bawah dari gelas membentuk kompartemen dengan dasar katun. Bagian atas gelas kamar inkubasi ditutup dengan gelas obyek dan hubungan permukaan antara gelas obyek dengan gelas kamar inkubasi dilekatkan dengan jelly. Pada pertengahan gelas obyek dilubangi dengan diameter 5 mm yang kemudian juga ditutup dengan kain katun. Lubang bagian atas berfungsi untuk menjaga kelembaban pada gelas kamar inkubasi sesuai dengan kelembaban pada atmosfer. Gelas inkubasi diletakkan pada petri dish berdiameter 90 mm. Tungau diletakkan pada bagian dasar katun dari gelas inkubasi, bagian atasnya kemudian ditutup dengan gelas obyek.

Pada penelitian ini digunakan empat macam serum yaitu serum kelinci, sapi, kambing, dan domba dari hasil koleksi di rumah potong hewan sebagai media hidup untuk tungau S. scabiei. Serum sebanyak masing-masing 1200 ml dimasukkan pada gelas inkubasi dan ditunggu sampai serum terserap secara merata pada dasar katun gelas inkubasi. Serum yang belum terserap merata akan membentuk genangan yang dapat

menyebabkan tungau terendam dan mati. Selanjutnya sebanyak 20 ekor tungau dewasa diambil satu persatu menggunakan ujung lidi yang telah diruncingkan dan diletakkan pada dasar katun yang telah terendam serum. Perlakuan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Sebagai serum kontrol digunakan serum kambing komersial (Sigma–Aldrich, Poole, UK) sebanyak 1200 µl. Gelas inkubasi selanjutnya diletakkan pada stoples inkubasi pada suhu 27 – 30oC dan kelembaban 80%. Pengamatan daya hidup dilakukan setiap hari sampai semua tungau mati. Pengamatan dilakukan pada lama hidup maksimum dan LT50 (Waktu yang diperlukan tungau untuk mencapai 50% kematian (dalam hari)). Daya hidup S. scabiei diuji statistik dengan ANOVA dan regresi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan lama hidup tungau dewasa S. scabiei pada gelas inkubasi dilakukan setiap hari selama lima hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lebih dari 50% tungau Sarcoptes scabiei dewasa mampu hidup hingga hari kedua pada semua medium serum pada suhu 27 – 30oC dan kelembaban 80%.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada nilai LT50 tungau S. scabiei dewasa pada empat macam serum yang berbeda (F= 9,18, P < 0,01). Nilai LT50 pada media serum kambing adalah lebih tinggi dibandingkan 3 serum yang lain. Media serum kambing komersial sebagai

Gambar-1. Mortalitas S. scabiei pada medium serum kelinci

y = -1,1893x2+ 26,539x – 8,4429 R2 = 0,9427 -20 0 20 40 60 80 100 120 0 1 2 3 4 5 6 7 Hari M o rt alitas

(4)

kontrol menunjukkan hasil yang sama dengan serum kambing hasil koleksi dari rumah potong hewan (data tidak ditampilkan). Hasil analisis regresi terhadap kemampuan hidup S. scabiei dewasa menunjukkan hasil bahwa pada medium serum kelinci dengan volume serum 1200 µl, LT50 terjadi pada hari ke-2,5 dan kematian 100% pada tungau terjadi setelah 5,4 hari (Gambar 1). Pada penelitian ini, serum sebanyak 1200 µl merupakan volume serum optimal pada gelas inkubasi dari hasil uji sebelumnya (HARYUNINGTYAS, unpublished data).

Berbeda dengan perlakuan dengan menggunakan serum kambing yang menunjukkan hasil bahwa LT50 terjadi pada hari ke-4,3 dan 100% tungau mengalami kematian setelah 6,1 hari (Gambar 2). Menurut ARLIAN et al. (1984a) tungau pada anjing dan manusia dapat bertahan hidup selama 24 – 36 jam pada temperatur kamar (21oC, 40 – 80%

RH). Hasil penelitian yang dilakukan oleh O’BRIEN et al. (1994) pada P. ovis di Ireland menunjukkan hasil bahwa P. ovis secara regular dapat dipelihara viabilitas dan infektivitasnya kira-kira 15 hari pada semua musim.

Perlakuan menggunakan serum domba menunjukkan hasil bahwa 50% tungau masih bertahan hidup sampai dengan hari ke-3,5 dan 100% tungau mengalami kematian setelah 6,3 hari (Gambar 3). Pada medium serum sapi 50% tungau dapat bertahan hidup sampai hari ke-3 dan 100% tungau mati pada hari ke-5,9 (Gambar 4). Hasil penelitian pada tungau S. scabiei ini hampir mirip dengan hasil penelitian SMITH et al., (1999) pada tungau Psoroptes ovis dan Psoroptes cuniculi yaitu daya hidupnya di luar hospes adalah 15 hari pada suhu 9oC menjadi 5 hari pada suhu 30oC. Pada penelitian ini, dalam semua medium serum pada suhu kamar kematian tungau 100% terjadi setelah lima sampai enam hari.

Gambar 2. Mortalitas S. scabiei pada medium serum kambing

Gambar 3. Mortalitas S. scabiei pada medium serum domba

y = 2,7392 x2- 0,2482x – 0,1117 R R2= 0,9889 -20 0 20 40 60 80 100 120 0 1 2 3 4 5 6 7 Hari M o rtal it as y = 0,6321 x2+ 11,689x + 0,7714 R2 = 0,9623 0 20 40 60 80 100 120 0 1 2 3 4 5 6 7 Hari Mo rtal it as (% )

(5)

Gambar 4. Mortalitas S. scabiei pada medium serum sapi

Perkiraan bahwa daya hidup Sarcoptes scabiei dapat diperpanjang pada medium serum yang berasal dari hospes definitifnya adalah tidak selalu benar, karena pada penelitian yang dilakukan oleh SMITH et al. (1999) menunjukkan bahwa tungau Psoroptes cuniculi yang berasal dari kelinci daya hidupnya di luar hospes dapat diperpanjang pada medium serum kambing.

Disamping temperatur, kelembaban juga berpengaruh terhadap daya hidup. Hasil penelitian SMITH et al. (1999) mewujudkan bahwa batas kritis kelembaban antara 65 – 75% diperlukan untuk memelihara kondisi P. cuniculi untuk bertahan hidup, pada kelembaban di bawah itu LT50 P. cuniculi secara signifikan adalah menurun secara drastis.

KESIMPULAN

Tungau S. scabiei mempunyai daya hidup terpanjang pada gelas inkubasi dengan medium serum kambing pada temperatur kamar (27 – 30oC) dan pada kelembaban 80% yaitu dengan nilai LT50 kurang lebih selama 4 hari.

DAFTAR PUSTAKA

ARLIAN, L.G., R.A. RUNYAN, S.ACHAR and S.A. ESTES. 1984a. Survival and Infestivity of

Sarcoptes scabiei var. canis and var.hominis. J. Am. Ac. Dermatol. 11, 210 – 215.

ARLIAN,L.G.,R.A.RUNYAN and S.A. ESTES. 1984b. Cross infestivity Infestivity of Sarcoptes

scabiei. J. Am. Ac. Dermatol. 10: 979 – 986.

BROOK, I. 1995. Microbiology of secondary bacterial infection in scabies lesions. J. Clin.

Microbiol. 33: 2139 – 2140.

CURRIE,B.andJ.CARAPETIS. 2000. Skin infections and infestations in Aboriginal communities in nothern Australia. Australas. J. Dermatol. 41: 139 – 143.

LIEBISCH, A., S. OLBRICH and M. DEPPE. 1985. Survival of P. ovis, P. cuniculi, C. bovis when separated from the host Animal. Disch.

Tieraerzil. Wochenschr. 92: 165 – 204.

MELLANBY,K. 1944. The development of symptoms, parasitic infection and immunity in human scabies. Parasitol. 35: 197 – 206.

SCHIMDT,G.D.andL.S.ROBERTS. 2000. Foundation of Parasitology. 6th ed. The MCGRAW HILL

andKIRKWOOD,A.G.1983. Feeding behaviour of Psoroptes ovis. Vet. Rec. 15: 65.

SMITH, K.E., R. WALL, E. BERRIATUA and N.P. FRENCH.1999. The effects of temperature and humidity on the off-host survival of Psoroptes ovis and Psoroptes cuniculi. Vet. Parasitol. 83: 265 – 275.

STEVENSON,W.J. and K.L. HUGHES. 1988. Synopsis of Zoonoses in Australia. Canberra. Australia.

Maj. Parasitol. Indon. 61 – 64

URGUHART G.M., J. ARMOUR, J.L. DUNCANN, M. DUNN and F.W. JENNINGS. 1996. Veterinary Parasitology. The Faculty of Veterinary Medicine, The University of Glasglow, Scotland

.

WALTON,S.F.,C.H.DEBORAH,J.C.BART and J.K. DAVID. 2004a. Scabies: New Future for a Neglected Disease. Adv. Parasitol. 57: 309 – 376. y = 0,0369x2 + 16,561x + 0,5667 R2= 0,9876 0 20 40 6 80 100 120 0 1 2 3 4 5 6 7 Hari Mortal it as

(6)

WILSON,G.I.,K.BLACHUT andI.H.ROBERTS. 1977. The infectifity of scabies (mange) mites,

Psoroptes ovis (Acarina psoroptidae), to

sheep in naturally contaminated enclosures.

Res. Vet. Sci. 22: 292 – 297.

O’BRIEN,D.J.,J.S.GRAY andP.F.O’REILLY. 1994. Survival and Retention of infectivity of the mite Psoroptes ovis off the host. Vet. Res.

Commun. 18: 27 – 36.

ROBERTS,D.W.andW.YENSON. 1971. Use of fungi for microbial control or insects. In: Microbial Control of Insects and Mites. BURGES,H.D. and N.W. HUSSEY (Eds.). Academic Press. New York. pp. 655 – 672.

DISKUSI Pertanyaan:

1. Mengapa menggunakan berbagai serum?

2. Kalau hewan terkena scabies kemudian sembuh, apakah mungkin terjadi kekebalan apabila mendapat infeksi ulang?

3. Daya hidup terpanjang pada serum kambing?

Jawaban:

1. Dalam suatu penelitian disebut bahwa medium hidup tungau prosoptes coniculi secara in vitro dapat diperpanjang dengan medium serum. Kelinci memberikan daya hidup terpanjang pada medium serum kambing dan bukan pada kelinci. Tujuan penelitian iniuntuk mengetahui daya hidup Sarcoptes scabiei pada keempat macam serum yaitu kelinci, kambing, domba dan sapi. Hasil penelitian menunjukkan Sarcoptes scabiei mempunyai daya hidup terpanjang pada serum kambing.

2. Hewan terkena scabies akan bias terkena infeksi berulang, tidak timbul kekebalan.

3. Kemungkinan besar karena serum kambing memiliki komposisi yang sesuai untuk medium hidupnya walaupun tidak selalu demikian. Psoroptes cunuculi paling cocok pada medium serum kambing juga perlu diteliti untuk komposisi serum kambing kaitannya dengan medium hidup S. scabiei.

Gambar

Gambar 2. Mortalitas S. scabiei pada medium serum kambing
Gambar 4. Mortalitas S. scabiei pada medium serum sapi

Referensi

Dokumen terkait

Praktik mengajar mandiri merupakan kelanjutan dari praktik mengajar terbimbing. Setelah membuat silabus dan RPP, mahasiswa diterjunkan ke kelas untuk diberi kesempatan

Kesetaraan gender yang terjadi pada masyarakat kecamatan Merapi Selatan dimana adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan

kompatibilitas antara sistem akuntansi yang digunakan oleh negara-negara anggota Uni Eropa dan IPSAS untuk menilai tingkat proses dalam menerapkan standar internasional ini, yang

90 GHANIA AMMARA ARAMINTA 5 SDI AL AZHAR 27 CIBINONG BOGOR JAWA BARAT MERIT. 91 KAYLANDRA N BALTASAR 5 SD NIZAMIA ANDALUSIA BEKASI

Sistem ini juga terdapat sensor photo dioda sebanyak 4 buah untuk mengetahui halaman banner yang diinginkan menggunakan pembacaan biner, dan juga untuk menentukan

Dalam terminologi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, pengalihan hanya dapat berupa izin (lisensi) kepada pihak ketiga misalnya untuk karya film

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, pada tugas akhir ini akan dilakukan penelitian peramalan jumlah outflow setiap pecahan di Bank Indonesia KPw

Dengan sejarah konsumsi minuman beralkohol tidak tercatat yang sudah jauh lebih tinggi dibandingkan minuman beralkohol tercatat, dapat diasumsikan bahwa konsumen minuman