• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA JAYAPURA. Triana Mansye Kubelaborbir 1* dan Joselina Akerina 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA JAYAPURA. Triana Mansye Kubelaborbir 1* dan Joselina Akerina 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

85

* Korespondensi:

Email : kubela009@gmail.com

Alamat : Fakultas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, Universitas Ottow Geissler Jayapura Jl. Perkutut Kotaraja Dalam, Kota Jayapura, Provinsi Papua

ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA JAYAPURA

Triana Mansye Kubelaborbir 1* dan Joselina Akerina 1

1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan – Universitas Ottow Geissler Jayapura

Received: 20 Maret 2019 - Accepted: 03 Mei 2019

ABSTRACT

The Coral reef is one of the most important ecosystems in sea waters which is always used by various types of biota as habitat and fishermen as fishing grounds. With these fishing activities, people often use fishing gear that is not environmentally friendly so that it can damage the ecosystem. Based on this, it is necessary to do this research aims to determine the percentage of coral cover in the Kayopulau waters of Jayapura City. Data collection on coral reefs was carried out in the Kayopulau waters of Jayapura City between May-December 2017 using the line intercept transect (LIT) method at 3 sampling stations at different depths of 5 m and 10 m. At each depth, a permanent transect line of 25 m is placed parallel to the coastline. Calculation of percent coral cover and number of species and number of individuals to determine the condition of coral reef ecosystems is carried out based on CRITC-COREMAP LIPI criteria. This research is expected to later be able to inform the condition of coral reefs in the Jayapura City Sea Waters especially in the Kayopulau Waters so that they can be used as input for the Jayapura City Government to make regulations on the Marine Protected Areas.

Keywords: coral reef, coral cover, Kayopulau coral, Jayapura coral

PENDAHULUAN

Perairan laut Jayapura merupakan salah satu perairan yang kaya akan sumberdaya hayati laut yang didalamnya didiami oleh beranekaragama biota yang berpotensi dalam menunjang pembangunan dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Salah satu biota laut yang sangat potensial yang terdapat di perairan tersebut adalah terumbu karang.

Pada umumnya terumbu karang di Indonesia mengalami penurunan kualitas

karena selalu mengalami tekanan

pemanfaatan yang berlebihan oleh adanya aktivitas manusia dan secara alami

dipengaruhi oleh adanya perubahan iklim yang sangat signifikan. Permasalahan yang ada pada saat ini di wilayah pesisir yang mempengaruhi penurunan kualitas terumbu karang adalah adanya degradasi ekosistem, kegiatan penangkapan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, pencemaran, sedimentasi dan konversi lahan untuk pembangunan.

Ketersediaan informasi mengenai kondisi terumbu karang di perairan Kayopulau Kota Jayapura belum diteliti oleh para peneliti lokal. Oleh karena itu, sebagai upaya dalam rangka mendapatkan informasi dan mendapatkan data awal mengenai kondisi terumbu karang di

(2)

86

perairan tersebut maka penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase tutupan terumbu

karang di Perairan Kayopulau Kota Jayapura.

METODE PENELITIAN Teknik Pengambilan Data

Data Terumbu Karang

Dalam penelitian ini pengambilan data karang untuk melihat kondisi terumbu karang hidup dilakukan pada 3 stasiun pengamatan dengan 3 kali pengulangan

dengan menggunakan metode Line

Intercept Transect (LIT). Penentuan stasiun

pengamatan ditetapkan setelah melihat hasil observasi pendahuluan dengan menggunakan teknik Manta-Tow, dimana stasiun pengamatan dianggap mewakili kondisi karang baik, sedang dan rusak.

Posisi geografi masing-masing lokasi transek kemudian dipetakan menggunakan GPS (Global Position System). Transek garis yang digunakan adalah transek permanen sepanjang 25 m diletakkan pada kedalaman 5 m dan 10 m sejajar garis pantai di setiap stasiun pengamatan dengan menggunakan scuba.

Parameter Kualitas Air

Faktor-faktor lingkungan yang diukur pada saat penelitian adalah parameter fisika, kimia dan logam berat. Parameter kualitas air beserta metode dan tempat analisis sampel air laut yang diambil di perairan Kampung Kayopulau dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter, metode dan tempat analisis sampel air laut

Parameter Satuan Metode/rujukan Tempat analisis

A. Fisika

- Suhu 0C Termometer digital Lapangan

- Zat padat tersuspensi (TSS) mg/L Gravimetric/SNI 06.6989.3-2004

UPT Laboratorium Lingkungan Provinsi Papua

- Zat cair tersuspensi (TDS) mg/L Elektrometri/Konduktometri Lapangan

- Kecerahan m Secchi disk Lapangan

B. Kimia

- Salinitas 0/

00 Refraktometri Lapangan

- pH - Elektrometri/pH meter Lapangan

- DO mg/L Elektrometri/DO meter Lapangan

- BOD mg/L Inkubasi 5 hari 20 0C

Wnkler/SNI 06-2503-1991 Laboratorium Kimia Hayati Universitas Ottow Geissler Papua - Ammonia mg/L Spektrofotometri/SNI 19-6964.3-2003 Laboratorium Kesehatan Provinsi

(3)

87

* Korespondensi:

Email : kubela009@gmail.com

Alamat : Fakultas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, Universitas Ottow Geissler Jayapura Jl. Perkutut Kotaraja Dalam, Kota Jayapura, Provinsi Papua

Analisis Data

Persentase Tutupan Karang Hidup

Tutupan karang berdasarkan pada kategori dan persentasi karang hidup (lifeform), semakin tinggi penutupan terumbu karang hidup maka kondisi ekosistem terumbu karang semakin baik dan semakin penting pula untuk dilindungi. Data tutupan karang hidup yang diperoleh dengan metode line intercept transect (LIT) (English et al., 1997) dihitung dengan rumus :

Keterangan:

- Ni = persen penutupan karang jenis ke-i (%)

- Li = panjang total lifeform/jenis ke-i (cm)

- L = panjang transek (25 m)

Kondisi ekosistem terumbu karang akan ditentukan berdasarkan kondisi tutupan karang hidup dengan kriteria

CRITC-COREMAP LIPI berdasarkan Gomez & Yap (1988) sebagai berikut:

- rusak bila persen tutupan karang hidup antara 0-24.9%.

- sedang bila persen tutupan karang hidup antara 25-49.9%

- baik bila persen tutupan karang hidup antara 50-74.9% dan

- sangat baik apabila persen tutupan karang hidup 75-100%

Indeks Mortalitas Terumbu Karang Tingkat mortalitas terumbu karang dilakukan menggunakan metode pendugaan indeks mortalitas (mortality index) dengan rumus:

Nilai MI memiliki kisaran antara 0-1,

apabila nilai MI mendekati 0

mengindikasikan bahwa rasio kematian terumbu karang kecil atau memiliki tingkat kesehatan yang tinggi, sedangkan apabila nilai MI mendekati 1 berarti rasio kematian terumbu karang tinggi atau memiliki tingkat kesehatan yang rendah.

Papua - Nitrat mg/L Spektofotometri/SNI 19-6964.3-2003 Laboratorium Kesehatan Provinsi Papua - Fosfat mg/L Kolorimetri/Standard method 2005, section 4500-P.C Laboratorium Kesehatan Provinsi Papua C. Logam Berat

- Cadmium (Cd) mg/L Spektrofotometri serapan

atom/Standard method 2005, section 3111-Cd.B

Laboratorium Kesehatan Provinsi Papua

- Timbal (Pb) mg/L Spektrofotometri serapan

atom/Standard method 2005, section 3111-Pb.B

Laboratorium Kesehatan Provinsi Papua

(4)

88

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Tutupan Karang Hidup

Hasil penelitian di Perairan Kayopulau Kota Jayapura menunjukkan

bahwa ada 4 (empat) bentuk pertumbuhan dari kelompok Acropora dan 5 (lima) bentuk pertumbuhan dari kelompok

Non-Acropora seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai tutupan terumbu karang pada setiap Stasiun pengamatan No Bentuk

Hidup

Persentase Tutupan Karang Hidup

Satsium I Stasiun II Stasiun III

5 m 10 m Rata-rata 5 m 10 m Rata-rata 5 m 10 m Rata-rata 1 Acropora Branching 1 - 0.50 - - - - Digitata 4.28 0.80 2.54 66.64 - 33.32 - 30.64 15.32 Submassive 1.22 - 0.61 2.24 - 1.12 35.32 27.24 31.28 Tabulate - - - - 1.04 0.52 34.88 0 17.44 Sub Total 6.50 0.80 3.65 68.88 1.04 34.96 70.2 57.88 64.04 2 Non Acropora Foliose 1.16 - 0.58 - - - 8.60 - 4.30 Helipora - - - - 0.60 0.30 - - - Massive 17.4 - 8.7 11.68 13.8 12.74 20.28 38.04 29.16 Coral Mushroom - - - 1.32 - - - - - Soft Coral - - - - 0.68 - - - - Sub-Total 18.56 - 9.28 13 15.08 13.04 28.88 38.04 33.46 Total 25.06 1.6 13.33 81.88 16.12 47.61 99.08 95.92 97.50

Stasiun 1 memiliki tutupan terumbu karang terendah yaitu 13.33%, Stasiun 2 memiliki tutupan terumbu karang, yaitu 47.61% dan Stasiun 3 memiliki tutupan terumbu karang tertinggi, yaitu 97.50%. Berdasarkan kriteria CRITC-COREMAP LIPI (Gomez & Yap, 1988) nilai terumbu karang pada Stasiun 1 termasuk dalam kategori rusak, Stasiun 2 termasuk dalam kategori sedang dan Stasiun 3 termasuk kategori sangat baik.

Gambar 1 menunjukkan bahwa

Stasiun 1 memiliki tutupan terumbu karang terendah yaitu 13.33%, dimana daerah ini didominasi oleh subtrat pasir dan juga pecahan karang yang ditumbuhi oleh makroalga Padina australis seperti. Hal tersebut mengakibatkan peluang tumbuh dan hidup untuk terumbu karang sangat kecil. Menurut Tomascik, et al., (1997), hewan karang membutuhkan substrat yang keras dan sesuai untuk menempel. Larva planula selalu mencari substrat keras dalam

(5)

89

* Korespondensi:

Email : kubela009@gmail.com

Alamat : Fakultas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, Universitas Ottow Geissler Jayapura Jl. Perkutut Kotaraja Dalam, Kota Jayapura, Provinsi Papua

pembentukan koloni baru dari karang. Substrat keras tersebut dapat berupa benda padat yang ada di dasar laut, seperti batu, cangkang moluska, potongan kayu, bahkan besi yang terbenam, namun jenis karang tertentu memiliki daya tahan yang berbeda pada benda-benda tersebut. Pada Stasiun 1 ditemukan banyak sekali pecahan karang yang diakibatkan oleh adanya penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan bom. Sehingga mengakibatkan banyak sekali terumbu karang yang patah.

Gambar 1. Persentase Tutupan Terumbu Karang dan Biota Pengisi Habitat Perairan Kayopulau

Indeks Mortalitas Terumbu Karang

Berdasarkan hasil analisa data yang ditunjukkan pada Gambar 2, indeks mortalitas terumbu karang pada Stasiun 1 adalah 0.80, Stasiun 2 adalah 0.44 dan Stasiun 3 adalah 0.01. Nilai indeks mortalitas pada Stasiun 1 mendekati 1, maka nilai tersebut menunjukkan bahwa rasio kematian terumbu karang pada Stasiun 1 dikategorikan memiliki rasio kematian terumbu karang yang tinggi atau kesehatan yang rendah sedangkan nilai indeks mortalitas terumbu karang pada

Stasiun 2 dan 3 mendekati 0, nilai tersebut mengindikasikan bahwa rasio kematian terumbu karang pada Stasiun 2 dan 3 kecil atau memiliki tingkat kesehatan yang tinggi.

Berdasarkan hasil analisa data yang ditunjukkan pada Gambar 2, indeks mortalitas terumbu karang pada Stasiun 1 adalah 0.80, Stasiun 2 adalah 0.44 dan Stasiun 3 adalah 0.01. Nilai indeks mortalitas pada Stasiun 1 mendekati 1, maka nilai tersebut menunjukkan bahwa rasio kematian terumbu karang pada Stasiun 1 dikategorikan memiliki rasio kematian terumbu karang yang tinggi atau kesehatan yang rendah sedangkan nilai indeks mortalitas terumbu karang pada Stasiun 2 dan 3 mendekati 0, nilai tersebut mengindikasikan bahwa rasio kematian terumbu karang pada Stasiun 2 dan 3 kecil atau memiliki tingkat kesehatan yang tinggi.

Gambar 2. Indeks mortalitas karang

Parameter Kualitas Air

Berdasarkan hasil pengukuran

parameter kualitas perairan yang (faktor fisika dan kimia) di lapangan, didapatkan nilai rata-rata faktor fisik, kimia dan kandungan logam berat perairan seperti terlihat pada Tabel 3.

(6)

90

Tabel 3. Nilai Faktor fisik-kimia perairan pada setiap Stasiun penelitian No Faktor Fisik-Kimia

Dan Logam Berat

Satuan Stasiun I II III A. Fisika 1 Suhu oC 28 27 29 2 TSS mg/L 94 85 28 3 TDS mg/L 7860 6070 9110 4 Kecerahan m 5 7 7 B. Kimia 5 Salinitas ‰ 38 37 37 6 pH - 7 8 8 7 DO mg/L 3,3 4,7 5,5 8 BOD mg/L 17,8 19,1 19,3 9 Ammonia Total (NH3-N) mg/L 2.30 2.60 2.40 10 Nitrat (NO3-N) mg/L 0.063 0.120 0.041 11 Fosfat (PO4-P) mg/L 0.110 0.286 0.127 C. Logam Berat 12 Cadmium (Cd) mg/L 0.001 0.002 0.002 13 Timbal (Pb) mg/L 0.008 0.008 0.007

Berdasarkan hasil pengukuran

parameter kualitas air diketahui bahwa sebagian besar parameter kualitas air yang diukur masih berada dibawah baku mutu air laut untuk kehidupan biota laut, kecuali paramater TSS, salinitas, DO pada stasiun 1 dan stasiun 2, ammonia, nitrat dan fosfat (Kepmen LH No. 51 Tahun 2004, Lampiran III).

Konsentrasi paramater TSS yang terukur untuk ketiga stasiun pengamatan berkisar antara 28-94 mg/L sedangkan baku mutu yang ditetapkan adalah 20 mg/L. Salinitas yang terukur berkisar antara 37-38 ‰ melampaui ambang batas baku mutu salinitas yang ditetapkan yaitu 33-34 ‰.

Namun, menurut Nybakken (1992)

menyatakan bahwa terumbu karang dapat

tumbuh dan berkembang pada kisaran salinitas antara 30-36 ppm.

Oksigen terlarut menunjukkan

besarnya kadar oksigen dalam perairan. Parameter ini sangat mempengaruhi kehidupan biota laut karena biota tersebut sangat membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya Hasil analisa kadar oksigen terlarut pada Stasiun 1 adalah 3.3 mg/L, Stasiun 2 4.7 mg/L dan Stasiun 3 dengan nilai 5.5 mg/L. Hasil analisa tersebut menunjukkan DO pada Stasiun 1 dan Stasiun 2 berada dibawah ambang batas baku mutu air laut untuk kehidupan terumbu karang sedangkan DO pada Stasiun 3 dikatakan baik karena masih memenuhi standar baku mutu kandungan oksigen pada air laut, dengan kandungan > 5 mg/L (Efendi, 2003). Menurut Sukarno

(7)

91

* Korespondensi:

Email : kubela009@gmail.com

Alamat : Fakultas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, Universitas Ottow Geissler Jayapura Jl. Perkutut Kotaraja Dalam, Kota Jayapura, Provinsi Papua

(1995), kadar oksigen di permukaan laut yang normal berkisar antara 4.0-6.0 mg/L. Kadar oksigen di perairan kadarnya dipengaruhi oleh proses fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air yang lainnya berlangsung optimal karena ketersediaan cahaya matahari yang cukup. Proses lainnya yang mendukung tingginya kadar oksigen terlarut di perairan adalah di daerah pantai air dasar perairan yang mengandung banyak nutrien mudah teraduk ke badan air yang lebih atas sehingga nutrien dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis.

Hasil pengukuran ammonia berkisar antara 2.30-2.60 mg/L. Kosentrasi ammonia melampaui ambang batas baku mutu yang ditetapkan yaitu 0.3 mg/L. Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah terlarut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini

dihasilkan dari proses oksidasi

sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat dengan bantuan mikroorganisme adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen (Effendi, 2003). Berdasarkan hasil analisa di laboratorium dengan menggunakan spektrofotometri ketiga stasiun penelitian memiliki kadar nitrat berkisar antara 0.041-0.120 mg/L. Kadar nitrat pada Stasiun 1 adalah 0.063 mg/L, Stasiun 2 dengan nilai 0.120 mg/L dan Stasiun 3 sebesar 0.041 mg/L. Menurut KEPMEN LH NO.51/2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut khususnya terumbu karang dapat hidup pada kadar nitrat sebesar 0.008 mg/L. Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar nitrat Perairan Kayopulau berada diatas ambang batas baku mutu air laut untuk kehidupan terumbu karang. Menurut Bell, 1992 dalam Pangaribuan,

dkk., (2013) kadar nitrat yang masih

tergolong baik untuk kesehatan karang berdasarkan hasil penelitian adalah 0.040 mg/L.

Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa kadar fosfat di dasar perairan

Kayopulau berkisar antara 0.110-0.127 mg/L. sedangkan baku mutu

yang ditetapkan adalah 0.015 mg/L. Menurut Edward dan Tarigan

(2003), tingginya kadar fosfat di dasar perairan karena dasar perairan umumnya kaya akan zat hara, baik yang berasal dari dekomposisi sedimen maupun senyawa-senyawa organik yang berasal dari jasad flora dan fauna yang mati. Tingginya konsentrasi TSS, salinitas, DO pada stasiun 1 dan stasiun 2, ammonia, nitrat dan fosfat pada ketiga stasiun penelitian di atas, diduga disebabkan adanya masukan dari berbagai kegiatan sekitar perairan tersebut seperti buangan penduduk, aktivitas perkapalan, buangan dari hotel-hotel yang buangannya ke laut, buangan dari rumah sakit dan kegiatan lainnya yang terbawa arus laut.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan tutupan terumbu karang di lokasi penelitian menunjukkan bahwa Stasiun 1 memiliki tutupan terumbu karang terendah yaitu 13.33%, Stasiun 2 memiliki tutupan terumbu karang, yaitu 47.61% dan Stasiun 3 memiliki tutupan terumbu karang tertinggi, yaitu 97.50%. Berdasarkan kriteria CRITC-COREMAP LIPI (Gomez & Yap, 1988) nilai terumbu karang pada Stasiun 1 termasuk dalam kategori rusak, Stasiun 2 termasuk dalam kategori sedang dan Stasiun 3 termasuk kategori sangat baik.

(8)

92

Saran

Perguruan Tinggi

1) Perlu adanya kajian

hidroosesanografi yang

mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang.

2) Perlu adanya analisa keterkaitan komunitas ikan karang dengan kondisi terumbu karang

Pemerintah Kota Jayapura

1) Mengingat pentingnya terumbu karang bagi kelangsungan hidup biota laut lainnya dan sebagai peredam gelombang maka Pemerintah Kota Jayapura dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan harus membuat peraturan tentang Daerah Perlindungan Laut demi menjaga kelangsugan hidup terumbu karang dan penentuan zona pemanfaatan kepada masyarakat nelayan agar tidak

melakukan penangkapan pada

sembarangan tempat serta dapat menghimbau masyarakat setempat untuk menghindari penggunaan alat

tangkap yang tidak ramah

lingkungan.

2) Perlu adanya kerjasama dengan pihak terkait dalam melakukan monitoring

tutupan terumbu karang dan

pengembangan daerah transplantasi karang

3) Pemerintah Kampung Kayopulau

perlu menghimbau kepada

masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan melarang masyarakat agar tidak melakukan

penangkapan ikan dengan

menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini dapat terlaksana karena adanya campur tangan dari berbagai Pihak. Oleh karena itu, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:

1) Direktur Riset dan Pengabdian masyarakat Kemeristek Dikti yang telah mnghibahkan dana penelitian sehingga kami dapat melaksanakan penelitian ini,

2) Bapak Ir. Abraham Werimon, M.Ed., Ph.D., selaku Rektor Universitas Universitas Ottow Geissler Jayapura yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengembangkan diri dalam kegiatan penelitian guna

memenuhi unsur Tri Dharma

Perguruan Tinggi,

3) Bapak Dr. Niki E. Lewaherilla, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Kehutanan dan Kelautan yang telah memberikan dorongan kepada kami

selaku dosen untuk selalu

meningkatkan produktivitas

penelitian.

4) Direktur Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat

beserta staf yang telah memberikan banyak dukungan teknis, fasilitas,

administrasi guna kelancaran

penelitian.

5) Kepala Kampung Kayopulau berserta staf dan warga masyarakat Kampung Kayopulau yang telah mengijinkan kami melaksanakan penelitian di Perairan Kayopulau,

6) Bapak Leonard Jeujanan yang telah membantu Peneliti dalam proses pengambilan data di Lapangan. 7) Para mahasiswa (Chilvester, James,

Aser dan Tenci) yang telah membantu dan bekerja sama dalam

proses pengambilan data di

(9)

93

* Korespondensi:

Email : kubela009@gmail.com

Alamat : Fakultas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, Universitas Ottow Geissler Jayapura Jl. Perkutut Kotaraja Dalam, Kota Jayapura, Provinsi Papua

REFERENSI

Barus. 2001. Pengantar Limnologi.

Swadaya Cipta. Jakarta.

Edward dan Tarigan, M.S. 2003. Pengaruh

Musim Terhadap Fluktuasi

Kandungan Fosfat dan Nitrat di Laut Banda. Makara Sains, Vol. 7(2): 82-

89.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi

Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius.

Yogyakarta.

English, S. C. Wilkinson and V.Baker, 1997. Survey Manual For Tropical

marine Resources 2nd ed. Australian

Institute of Marine Science,

Townville, 390 pp.

Gomes, E. D. dan H. T. Yap, 1988.

Monitoring Reef Conditions. In : Kenchington,R. A and B. E. T.

Hudson (eds). Coral Reef

Management Handbook.UNESCO

Regional Office for Science and Technology for South-East Asia. Jakarta. h. 187 – 196.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004.

Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004. Tentang baku mutu air laut.

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Lowe and McConel, R.H. 1987. Ecological

Studies in Tropical Fish

Communities. Cambridge Tropical

Biology Series. Cambridge

University Press. Cambridge.

Manuputty, A.E.W., dan Djuwariah, 2009.

Panduan Metode. Point Intercept Transect (PIT) untuk Masyarakat.

Studi Baseline dan Monitoring

Kesehatan Karang di Lokasi Daerah

Perlindungan Laut. COREMAP II –

LIPI, Indonesia. Jakarta : 67 hal. Nybakken, J. W. 1997. Marine Biology; An

Ecologycal Approach. Edisi

ke-4.California: Addison-Wesley

Education Publishers Inc.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Odum, E. P., 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Pangaribuan Tumpal H., Churun Ain dan Prijadi Soedarsono. 2013. Hubungan

Kandungan Nitrat dan Fosfat

deengan Densitas Zooxanthellae

pada Polip Karang Acropora sp. di Perairan Terumbu Karang Pulau Menjangan Kecil, Karimun Jawa.

Diponegoro Journal of Maquares Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 136-145.

Randal, J.E, G.R. Allen, and R.C. Steene, 1990. Fishes of the Great Barrier

Reef and Coral Sea. University of

Hawaii Press. Honolulu. P. 507. Tomascik, T., A.J. Mah. A., Nontji., M.K.

Moosa. 1997. The Ecology of The

Indonesian Seas. Part I. Singapore.

(10)

94

Gambar

Tabel 1. Parameter, metode dan tempat analisis sampel air laut
Tabel 2. Nilai tutupan terumbu karang pada setiap Stasiun pengamatan  No  Bentuk
Gambar  1.  Persentase  Tutupan  Terumbu  Karang dan Biota Pengisi Habitat      Perairan Kayopulau
Tabel 3. Nilai Faktor fisik-kimia perairan pada setiap Stasiun penelitian  No  Faktor Fisik-Kimia

Referensi

Dokumen terkait

Tata kerja kelompok ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aturan besar kelompok SHK Lestari Muara Tiga sebagai acuan atau landasan pelaksanaan kerja kelompok dalam

Namun, pada tahun ketiga hingga tahun ke tujuh, harga konversi untuk saham baru yang diterbitkan adalah sebesar Rp 926,16 atau harga rata-rata saham BUMI selama enam bulan

Sepanjang Januari-Oktober tahun ini volume penjualan semen SMGR mencapai 15,96 juta ton atau naik 10,8% dari periode yang sama 2010 sebanyak 14,40 juta ton.. Penurunan

Kapasitor ini memanfaatkan permukaan elektroda yang luas dan bahan dielektrik yang tipis untuk mencapai nilai kapasitansi yang jauh lebih besar daripada kapasitor konvensional1. Hal

Kandungan asam lemak tak jenuh khususnya omega-3 seperti EPA dan DHA didalam minyak ikan 6 menjadikan minyak tersebut memiliki nilai jual tinggi, disebabkan karena

pengaplikasian unsur hara dosis yang lebih baik untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit dengan menggunakan pupuk hayati dan pupuk kandang dalam

Client Server merupakan model jaringan yang menggunakan satu atau beberapa komputer sebagai server yang memberikan resource-nya kepada komputer lain (client) dalam

Mandiri Sekuritas merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dibidang itu,tapi disini kita tidak akan membahas mengenai produk apa saja yang disediakan oleh