• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alamnya yang amat melimpah. Bahkan Indonesia memiliki sekitar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alamnya yang amat melimpah. Bahkan Indonesia memiliki sekitar"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia adalah sebuah negara tropis dan terkenal akan kekayaan alamnya yang amat melimpah. Bahkan Indonesia memiliki sekitar 30.000-40.000 jenis tumbuhan, dan beberapa diantaranya memiliki kandungan zat aktif yang berkhasiat sebagai tumbuhan obat (Anonim, 2006a). Sejak zaman dahulu, banyak kearifan nenek moyang bangsa ini yang membawa kemanfaatan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, salah satunya adalah di bidang farmasi tradisonal yang memanfaatkan tanaman sebagai pengobatan tradisonal.

Kearifan tersebut diwariskan secara turun-temurun hingga melewati banyak generasi hingga saat ini. Dewasa ini, sebagai bangsa yang berbudaya dan menjaga tradisi, masyarakat Indonesia banyak beralih pada konsumsi alami pada segala aspek pemenuhan kehidupannya dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan, hal ini sering dislogankan sebagai back to nature (Anonim, 1998). Salah satu aspek tersebut adalah penggunaan obat alami. Paradigma ini didukung oleh pendapat masyarakat bahwa obat alami memiliki nilai jual yang relatif lebih dapat dijangkau dan dapat memberikan efek kesembuhan yang sama. Akan tetapi, penggunaan obat tradisional, agar dapat bersifat lebih rasional perlu dilakukan penelitian baik untuk efektivitas dan keamanan maupun kandungan kimianya.

(2)

Salah satu obat tradisional yang sering dipakai oleh masyarakat dalam pengobatan adalah temu kunci (L. Rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlechter)) memiliki berbagai kandungan bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan, seperti flavonoid dan minyak atsiri. Dalam suatu penelitian secara in vitro dengan mukus sapi, ekstrak etanolik rimpang temu kunci pada kadar 2% memiliki potensi yang sama dengan obat peluruh dahak (mukolitik) asetilsistein pada kadar 0,1%. Ekstrak etanolik rimpang temu kunci mampu menurunkan viskositas mukus sapi, oleh karena itu ekstrak etanolik rimpang temu kunci dapat dimanfaatkan sebagai peluruh dahak (mukolitik) (Dewi, 2007).

Bila dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, bentuk sediaan tablet lebih disukai dan banyak digunakan oleh pasien. Hal ini disebabkan bentuk sediaan tablet mudah digunakan dan praktis dalam penyimpanan. Agar pemanfaatan temu kunci dapat lebih meluas di kalangan masyarakat, maka perlu dibuat bentuk sediaan yang sesuai, praktis dan efisien. Dengan demikian berbagai kekurangan yang biasa ditimbulkan oleh sediaan obat tradisional seperti rasa yang tidak enak, khususnya pada temu kunci adalah rasa yang pahit dapat teratasi sehingga sediaan tersebut nyaman digunakan.

Dalam penelitian ini temu kunci akan dibuat menjadi bentuk sediaan tablet hisap. Alasan pemilihan bentuk ini berdasarkan pada tujuan penggunaan tanaman obat. Bentuk sediaan ini cocok untuk pengobatan iritasi lokal (Anonim, 1995). Pembuatan tablet hisap ekstrak dapat dilakukan dengan metode granulasi basah. Pada metode granulasi basah diperlukan bahan-bahan tambahan yang dapat membentuk ekstrak menjadi granul. Agar ekstrak dapat dibuat menjadi tablet

(3)

hisap maka perlu ditambahkan bahan yang berfungsi sebagai pengering sehingga dapat menjadi bentuk serbuk atau granul, sedangkan untuk menjamin suatu sediaan tablet mempunyai ukuran atau massa yang dibutuhkan maka ditambahkan bahan pengisi, selain itu juga perlu ditambahkan bahan sebagai perasa. Melalui metode granulasi basah, dapat memperbaiki distribusi zat berkhasiat, memperbaiki sifat alir bahan bahan yang digunakan, dan membantu pengikatan antar granul dalam proses penabletan.

Dalam pembuatan tablet hisap biasanya digunakan gula sebagai bahan pengisi, misalnya manitol atau xylitol. Manitol merupakan suatu bahan pengisi yang memberikan rasa enak, manis yang ringan dan dingin, rasa lembut, melarut di mulut (Sheth dkk., 1980). Maltodekstrin adalah sakarida yang tersusun dari polimer D-glukosa, dan memiliki rasa sedikit manis namun tidak bersifat gula. Maltodekstrin dapat dimodifikasi secara fisis untuk meningkatkan karakteristik sifat fisik dan fungsi tablet (Blancard dan Katz, 1995). Avicel pH 101 akan memberikan karakteristik tablet hisap yang baik berupa waktu hancur kurang dari 30 menit. Untuk mendapatkan kombinasi optimum dari manitol-maltodekstrin sehingga diperoleh tablet hisap yang berkualitas maka digunakan metode simplex lattice design. Metode simplex lattice design dapat digunakan untuk menentukan proporsi optimum pada formulasi dengan menggunakan campuran bahan dalam rangka unuk mengoptimalkan sifat fisik tablet hisap yang dikehendaki.

(4)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahannya antara lain, untuk mengetahui :

a. Bagaimanakah pengaruh variasi kadar manitol-maltodekstrin pada sifat fisik tablet temu kunci dan berapa komposisi formula paling optimum?

b. Berapakah kombinasi manitol dan maltodekstrin yang dapat menghasilkan sifat fisik granul dan tablet yang baik, sekaligus memiliki tanggapan rasa yang enak?

C. Tujuan Penelitian

Melakukan formulasi dan optimasi tablet hisap dari ekstrak etanolik temu kunci, dan kemudian :

a. Melakukan pengujian pada sifat fisik granul dan tablet hisap dengan kombinasi bahan pemanis manitol-maltodekstrin, dan kemudian menetapkan formula optimum dengan melihat nilai respon paling tinggi.

b. Melakukan uji tanggapan rasa pada tablet hisap dengan kombinasi bahan pemanis manitol-malrodekstrin.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ilmiah berupa informasi mengenai ekstrak etanolik temu kunci, yang diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet hisap sehingga mempunyai sifat fisik tablet yang baik dan memiliki rasa enak.

(5)

E. Tinjauan Pustaka 1. Temu Kunci

a. Sistematika

Klasifikasi temu kunci dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Boesenbergia

Spesies : Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlechter

(Syamsulhidayat dan Hutapea, 1991)

(6)

Gambar 2. Irisan Rimpang Temu Kunci (Morikawa dkk., 2088)

b. Morfologi

Temu kunci adalah herba yang berasal dari negara-negara tropis dan tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang baik. Temu kunci memiliki perawakan rendah, merayap di dalam tanah, dan tumbuh setiap satu tahun 0,3-0,9 cm. Batang asli di dalam tanah sebagai rimpang berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, 5-30 x 0,5-2 cm, batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Temu kunci pada umumnya berdaun sebanyak 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun, tangkai daun beralur, tidak berambut, panjang 7-16 cm, lidah-lidah berbentuk segitiga melebar menyerupai selaput panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun, helai daun tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun meruncing, permukaan halus, bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebar 5-11 cm. Temu kunci memiliki bunga dengan susunan bulir tidak terbatas di ketiak daun dilindungi oleh dua spatha, panjang tangkai 4-11 cm, umumnya tangkai tersembunyi

(7)

dalam dua helai daun terujung. Temu kunci berbunga pada bulan Januari-Februari dan April-Juni. Mahkotanya berjumlah 3 buah lepas, runcing. Kelopak berjumlah 3 buah daun mahkota, merah muda atau kuning putih, tabung 50-52 mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm (Sudarsono, 1995).

c. Kandungan Kimia

Kandungan kimia dari temu kunci adalah minyak atsiri, berbagai jenis golongan flavonoid (pinostrobin, pinocembrin, alpinetin, geraniol) dan polifenol (Morikawa dkk., 2008; Sukari dkk., 2008).

d. Efek Farmakologi

Secara farmakologi, rimpang temu kunci mempunyai manfaat sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi batuk (Dewi, 2007). Golongan flavonoid yang dikandung temu kunci memiliki efek yaitu antivirus, anti bakteri dan untuk meningkatkan gerakan pernafasan (Wilaman, 1955), yang semuanya dapat berguna untuk mendukung proses penyembuhan penyakit radang saluran nafas. Minyak atsiri juga dapat memberikan efek hangat yang dapat melegakan tenggorokan. Selain itu temu kunci secara tradisional dipakai sebagai peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya air susu ibu (Sudarsono, 1995).

(8)

2. Temu Lain yang Berefek Mukolitik a. Temu Putih

Gambar 3. Temu Putih (Anonim, 2010)

Temu putih adalah rimpang Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe, suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,10% v/b. Pemeriannya adalah berbentuk kepingan pipih, ringan, berbentuk bundar hingga jorong atau berbentuk tidak beraturan, tebal 2-5 mm. Permukaan luar tidak rata, berkerut, berwarna coklat muda kekuningan hingga coklat kelabu. Bidang irisan berwarna lebih muda dibanding dengan permukaan luar. Kulit rimpang tipis lebih kurang 2 mm. Bekas patahan rata, warna kuning muda hingga kuning muda kecoklatan. Senyawa identitas dari temu putih adalah zedoaron (Anonim, 2010). Kandungan senyawa yang lain adalah berupa minyak atsiri, furanodiene, curzerenone, dihydrocurdione, curcumeone, dan zedoranodiol. Menurut Astuti (2013), ekstrak temu putih dapat memberikan efek mukolitik. Kandungan kimia minyak atsiri pada temu putih memiliki efek anti mikroba pada pita yang lebar, sehingga tanaman ini berpotensi dalam pengobatan batuk (Rahman dan Das, 2012).

(9)

b. Temu Ireng

Gambar 4. Temu Hitam (Anonim, 2010)

Temu ireng adalah rimpang Curcuma aeruginosa Roxb, suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,89% v/b. Pemeriannya adalah berupa kepingan, bagian tengah berwarna abu-abu kehitaman, pipih, keras, lebar 1-5 cm, tebal sampai 0,5 cm, tepi agak melengkung, permukaan berwarna coklat kelabu atau coklat,batas korteks dengan silinder pusat jelas, bekas patahan agak rata, bau khas, rasa sangat pahit lama-lama meninggalkan rasa tebal. Senyawa identitas dari temu ireng adalah kurezenon (Anonim,2010). Menurut Sumastuti dkk. (2001), ekstrak temu ireng dapat memberikan efek mukolitik. Kandungan minyak atsiri pada temu ireng menunjukkan aktivitas anti mikroba, sehingga dapat digunakan pada pengobatan batuk (Amirah dkk., 2012).

3. Metode Penyarian

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga terdapat kandungan zat aktif tersebut dalam cairan penyari (Anonim, 1986).

(10)

Penyarian simplisia nabati atau hewani dilakukan di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi, penyarian menggunakan eter dilakukan dengan cara perkolasi. Penyarian dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau disiram dengan air mendidih.

Pembuatan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat di simplisia, terdapat dalam bentuk cair/kental yang memenuhi kadar yang tinggi dan dalam hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya.

Berdasar sifat ekstrak, dapat dibagi menjadi 4 golongan menjadi :

a. Ekstrak encer (Extractum tenue)

Memiliki konsistensi seperti madu dan dapat di tuang, saat ini sudah tidak di pakai lagi.

b. Ekstrak kental (Extractum spissum)

Dalam keadaan dingin liat dan tidak dapat di tuang. Kandungan airnya mencapai 30%.

c. Ekstrak kering (Extractum siccum)

Memiliki konsistensi kering dan digosokkan. Kandungan airnya tidak lebih dari 5%.

d. Ekstrak cair (Extractum liquidum)

Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian (kadang-kadang juga satu bagian) ekstrak cair.

(11)

Metode dasar penyarian adalah maserasi, perkolasi, dan penyarian berkesinambungan. Pemilihan metode penyarian disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh fraksi yang baik (Harborne, 1987). Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut diikuti beberapa kali penggojogan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut karena ada perbedaan konsentrasi larutan zat aktif di dalam dan di luar sel, kemudian larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa ini terjadi secara berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi di dalam dan di luar sel. Maserasi kinetik artinya dilakukan pengadukan yang berkesinambungan, sedangkan remaserasi berarti dilakukan penambahan pelarut secara berulang setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya (Anonim, 1986; Anonim, 2000a).

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak, dan lain-lain. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Apabila cairan penyari yang digunakan adalah air maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan di awal penyarian. Keuntungan metode maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugiannya adalah proses pengerjaannya lama dan penyarian kurang sempurna (Anonim, 1986). Cairan penyari yang digunakan adalah etanol dan air dengan perbandingan 96:4. Etanol walaupun harganya mahal memiliki keunggulan yang banyak, antara

(12)

lain sulit ditumbuhi kapang dan kuman, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, dapat dicampur dengan air dengan segala perbandingan, dan memerlukan panas yang sedikit untuk pemekatan (Anonim, 1986).

4. Tablet Hisap

Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya sebagai bahan dasar beraroma dan manis yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut (Anonim, 1995).

Tablet hisap adalah tablet yang pemakaiannya dalam rongga mulut. Tablet hisap dimaksudkan untuk memberikan efek lokal pada mulut dan kerongkongan. Bentuk tablet hisap biasanya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau mengurangi batuk pada influenza (Banker dan Anderson, 1986).

Pengobatan gejala-gejala pada orofaring dengan menggunakan tablet hisap dimaksudkan untuk meringankan kesakitan yang biasa disebabkan oleh infeksi lokal dan kadang-kadang oleh alergi atau pengeringan mukosa mulut dan pernafasan mulut (Lachman dan Lieberman,1989).

Tablet hisap kempa didesain untuk memiliki karakteristik disintegrasi dan disolusi cepat. Tablet khas yang dimaksudkan untuk bekerja pada selaput mukosa mulut dan faring ini biasanya merupakan tablet yang berdiameter besar ( ⁄

sampai ¾ inchi) dan dikempa dalam rentang bobot 1,5 - 4,0 gram. Akan tetapi, tablet hisap kempa dapat pula diformulasi dengan tujuan disintegrasi lambat, seragam, dan erosi lancar di sepanjang periode waktu yang diperpanjang/diperlama. Karateristik tablet ini adalah tidak hancur di dalam

(13)

mulut, melainkan larut atau terkikis secara pelahan-lahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang (Banker and Anderson, 1986; Lachman dan Lieberman, 1986).

Lozenges mempunyai bentuk yang bervariasi, bentuk yang paling umum adalah pipih, bulat, oktagonal, dan bentuk bikonvek. Ada dua tipe yang secara luas digunakan yaitu hard candy lozenges dan compressed tablet lozenges (Peters, 1980).

a. Hard candy lozenges

Hard candy lozenges adalah campuran gula dan karbohidrat yang tersimpan dalam bentuk amorf atau kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula padat yang secara umum mempunyai kandungan air 0,5%-1,5%. Bahan dasar hard candy lozenges adalah gula (sakarosa), sirup jagung, gula invert, gula mereduksi, asidulen (pembuat asam), pengaroma bahan-bahan cair dan padat, serta bahan obat.

b. Compressed tablet lozenges

Compressed tablet lozenges adalah tablet hisap yang pembuatannya seperti tablet pada umumnya, perbedaaan dengan pembuatan tablet kempa biasa yaitu pada bahan dasar, waktu hancur, pengempaan tablet, dan granulasi yang berhubungan dengan diameter dan ukuran tabletnya. Compressed tablet lozenges yang mempunyai aktivitas pada membran mukosa mulut dan kerongkongan, berdiameter ⁄ -¾ inchi, dan kisaran berat tablet 1,5-4 gram, serta diformulasi hancur secara lambat, seragam, dan lembut dalam rentng waktu 5-10 menit. Bahan utama tablet seperti gula, bahan pengikat, pengaroma, pewarna, pelicin, dan bahan obat (Peters, 1980).

(14)

5. Bahan Tambahan

Bahan tambahan tablet dapat dibagi menjadi dua golongan utama yaitu bedasarkan fungsi dan pengaruhnya terhadap sifat pengempaan tablet dan pengaruhnya terhadap biofarmasetik, sifat fisika, dan kimia serta pertimbangan pemasaran. Bahan tambahan yang mempengaruhi sifat pengempaan tablet yaitu diluents (bahan pengisi), bahan pengikat, bahan pelicin (lubricant, glidant, anti adherent). Bahan yang mempengaruhi biofarmasetik yaitu stabilitas fisika dan kimia serta pertimbangan pemasaran adalah disintegrant (bahan penghancur), bahan pengaroma, pemanis, serta komponen misel seperti buffer dan absorben (Banker dan Anderson, 1986).

a. Bahan Pengisi

Sediaan tablet dengan zat aktif dalam jumlah kecil diperlukan suatu bahan pengisi. Bahan pengisi menjamin suatu sediaan tablet mempunyai ukuran atau massa yang dibutuhkan (Voigt, 1994).

Berdasarkan kelarutan bahan pembantu dalam air dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Bahan pengisi larut air, contoh : laktosa, sukrosa, glukosa, manitol.

2. Bahan pengisi tidak larut air, contoh : dikalsium fosfat, kalsium fosfat, amilum termodifikasi, mikrokristalin selulosa (Sheth dkk., 1980).

b. Bahan pengikat

Bahan pengikat merupakan bahan pengisi yang dimaksudkan sebagai bahan penolong, sehingga didapat granul yang baik akan menghasilkan tablet yang kompak serta tidak mudah pecah. Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak

(15)

akan menghasilkan massa yang basah dan granul yang keras sehingga tablet yang terjadi memiliki waktu hancur yang lama (Parrot, 1971).

Bahan-bahan pengikat yang sering digunakan adaalah polimer alam (gom akasia, tragakan, dan gelatin), polimer sintetik (metil selulosa, CMC-Na, etil selulosa, polivinil pirolidon dalam air atau dalam etanol), pasta kanji, etanol, sorbitol dalam air,sukrosa, dan glukosa (Sheth dkk., 1980; Bandelin, 1989; Kristensen, 1988).

c. Bahan pelicin

Bahan pelicin ditambahkan pada saat pembuatan tablet, berfungsi untuk mengurangi gesekan yang timbul antara permukaan tablet dengan dinding die selama kompresi (lubrikan) dan memperbaiki sifat alir (glidant) atau untuk mencegah bahan yang dikempa agar tidak melekat pada dinding ruang cetak dan permukaan punch (anti adherent). Bahan pelicin yang biasa digunakan adalah Mg stearat 0,1-2% atau talk 1-5% (Gunsel dan Kanig, 1976).

d. Bahan Pengabsorbsi atau Pengering

Bahan pengabsorbsi adalah bahan yang mempunyai kemampuan menyerap cairan dalam jumlah besar tanpa menjadi basah. Bahan obat seperti ekstrak cair dapat dicampur dengan bahan pengabsorbsi, lalu digranul setelah granul dikeringkan dapat dikempa menjadi tablet (Gunsel dan Kanig, 1976).

Selulosa seperti mikrokristalin selulosa (Avicel) dapat berfungsi menarik air untuk masuk kedalam matriks tablet melalui pori-pori kapiler. Avicel mempunyai kemampuan absorbsi yang tinggi karena adanya daya kapiler yang didukung

(16)

porositas permukaan yang dapat mengurangi kelembaban pada permukaan. Bahan ini juga menyebabkan adhesi (Banker dan Anderson, 1980).

e. Bahan Penambah Rasa

Bahan penambah rasa merupakan aspek vital dalam pengembangan tablet hisap kempa, dikarenakan tablet hisap meimiliki waktu huni yang lama dalam rongga mulut. Tablet hisap yang baik, harus memiliki bahan penambah rasa yang dapat menutupi dasar pahit yang dimiliki formulasi. Bahan kimia penambah rasa yang disatukan dalam dasar tablet hisap yang mengandung zat aktif, harus dievaluasi untuk meminimalkan dampak dari kemungkinan interaksi anatara komponen penambah rasa dan zat aktif yang terdapat dalam tablet hisap (Banker dan Anderson, 1980).

6. Uraian tentang Batuk

Batuk merupakan suatu reflek fisiologi pada keadaan sehat maupun sakit dan dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab. Reflek batuk lazimnya disebabkan oleh rangsangan lendir dari saluran pernapasan yang terletak di beberapa bagian tenggorokan (epiglotis, laring, trakhea, dan bronkhus). Mukosa ini mempunyai reseptor yang peka untuk zat-zat rangsang (dahak, debu, peradangan), yang dapat mencetuskan batuk. Batuk merupakan mekanisme fisiologi yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak, zat-zat perangsang asing dan unsur infeksi (Tjay dan Rahardja, 2002) bahkan makanan yang salah masuk ke tenggorokan juga memicu timbulnya batuk (Puspitasari, 2006).

(17)

Batuk terdiri dari tiga komponen yaitu inspirasi, konstraksi otot-otot pernapasan dengan glotis tertutup, dan lalu terbukanya glotis dengan dorongan udara secara terpaksa. Batuk akan membersihkan sekret yang berlebihan dari saluran pernapasan dan rangsangan yang paling sering menimbulkan batuk adalah adanya sputum pada saluran pernapasan (Walsh, 1997).

Batuk dikategorikan sebagai batuk berguna atau produktif apabila ia dapat mengeluarkan bahan-bahan asing seperti dahak dan rembesan mukus yang menghalangi pernapasan. Pengobatan yang dilakukan untuk batuk produktif antara lain :

a. Minum banyak air untuk meningkatkan jumlah sekret tenggorokan.

b. Emolliensia untuk memperlunak rangsangan batuk dan memperlicin tenggorokan agar tidak kering.

c. Ekspektoran untuk meningkatkan pembentukan dahak dan mempermudah pengeluarannya.

d. Agen mukolitik untuk mencairkan dahak seperti asetilsistein dan bromheksin.

Sedangkan batuk tidak produktif ialah batuk kering dan tidak berdahak. Keadaan ini akan meningkatkan gangguan karena akan mengganggu saluran pernapasan. Oleh karena itu, obat yang digunakan untuk mengatasinya bergantung pada jenis batuk dan gejala-gejala yang kelihatan. Jenis obatnya antara lain :

a. Zat pereda dengan kerja sentral seperti codein, noskapin, dan dekstrometorphan atau tanpa kerja sentral seperti benzonatan dan dibunat.

(18)

b. Anti histamin. Obat ini banyak dikombinasikan dengan obat-obat lain dalam bentuk sirup, misalnya prometazin, difenhidramin dan d-klorfeniramin.

c. Anesetika lokal. Obat ini menghambat penerusan rangsang batuk ke pusat batuk, misalnya benzoatat dan pentoksiverin.

(Tjay dan Rahardja, 2002).

Penggolongan obat batuk dapat digolongkan menjadi antitusif dan mukokinetik (Anonim, 2006b; Anonim 2008a; Yunus 1993).

a. Antitusif

Berdasarkan tempat kerja obat, secara umum antitusif terbagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi lagi menjadi golongan narkotik dan non-narkotik.

b. Mukokinetik

Retensi cairan yang pataologis di saluran pernapasan disebut mukostasis. Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi keadaan itu disebut mukokinetik. Obat mukokinetik dikelompokkan menjadi beberapa golongan. Pada tabel I dapat dilihat penggolongan obat mukokinetik (Yunus, 1993).

(19)

Tabel I. Jenis Obat Batuk beserta Fungsi

Golongan Fungsi

Diluent Menambah/mengencerkan cairan mukus

Surfaktan Menurunkan efek pelengketan oleh mukus

Mukolitik Memecah rantai molekul mukoprotein

Bronkomukotropik

Secara langsung merangsang sekresi cairan dan glukoprotein kelenjar protein.

Bronkorrheik Mengeluarkan cairan dari mukosa dengan proses osmosis atau iritasi. Ekspektoran Merangsang pengeluaran cairan dan

glikoprotein secara refleks.

Mukoregulator Mengubah sekresi kelenjar bronkus menjadi kurang kental.

Mediator Otonom

Perangsangan simpatometik atau reseptor lain yang secara langsung mengakibatkan sel kelenjar

mengeluarkan sekret.

(Yunus,1993; Tatro, 2003)

7. Uji Sifat Fisik Granul

Granul adalah gumpalan dari partikel-partikel yang kecil. Pada penelitan ini granul dibuat dengan melembabkan campuran serbuk dan kemudian

(20)

melewatkan adonan yang sudah lembab ke dalam ayakan, dengan ukuran sesuai dengan besarnya granul yang diinginkan.

Sifat fisik granul akan mempengaruhi hasil dari kualitas tablet yang akan diproduksi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap sifat fisik granul antara lain :

a) Kecepatan Alir Granul

Sifat alir adaah harga yang menggambarkan gaya tarik antar partikel dan gaya berat ke bawah. Salah satu parameter yang dapat dipakai untuk mengetahui sifat alir granul adalah kecepatan alir. Sifat ini dapat dipakai untuk menguji efektivitas bahan pelicin yang digunakan dalam campuran granul tersebut (Voigt, 1984).

Kecepatan alir granul berpengaruh pada keseragaman pengisian runag kompresi dan keseragaman bobot tablet (Sheth, dkk., 1980). Ada dua parameter untuk melakukan pengkuruan kecepatan alir, yakni waktu yang diperlukan oleh suatu bobot tertentu granul untuk melewati corong dan jumlah granul yang mengalir dalam suatu waktu tertentu (Voigt, 1984). b) Kompaktibilitas

Uji kompaktibilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan granul dalam pengempaan menjadi tablet. Pengujian ini dilakukan menggunakan mesin tabet single punch dengan berbagai tekanan dari yang rendah sampai yang tinggi dengan mengatur kedalaman punch atas turun ke ruang die. Parameter kompaktibilitas ditunjukkan oleh kekerasan tablet dari hasil pengempaan (Banker dan Anderson, 1986).

(21)

8. Parameter Kualitas Tablet Hisap

Untuk mendapatkan tablet hisap yang berkualitas diperlukan standar dan parameter tertentu pada sifat fisik tablet. Hal itu akan dijadikan sebagai pedoman dalam memproduksi tablet tersebut di masa depan. Pengujian sifat fisik tablet meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, keseragaman kadar, waktu larut. Beberapa parameter yang dilakukan pada penelitian ini ialah :

a. Keseragaman Bobot

Keseragaman bobot ditetapkan dengan cara mengukur banyaknya tabet yang menyimpang dari bobot rata-rata yang masih diperbolehkan, menurut sifat yang telah ditentukan

Tablet yang tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan dengan cara menimbang 20 tablet satu persatu, lalu dihitung bobot rata-rata tablet. Tidak boleh lebih dari dua tablet yang nlai bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan dalam kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet maka dapat digunakan10 tablet, dimana tidak satu pun bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A, dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih dari bobot tablet rata-rata yang ditetapkan dalam kolom B (Anonim, 1979).

(22)

Tabel II. Presentase Penyimpangan Bobot Tablet (Anonim, 1979)

Bobot Rata-Rata Penyimpangan Bobot Rata-Rata (%)

A B 25 mg atau kurang 15 30 26-150 mg 10 20 151-300 mg 7,5 15 Lebih dari 300 mg 5 10 b. Kekerasan

Kekerasan tablet akan mempengaruhi pada kerapuhan dan waktu larut tablet, semakin tinggi kekerasan tablet akan semakin rendah presentase kerapuhan dan semakin lama waktu larutnya. Umumnya kekerasan tablet akan mempengaruhi pelepasan zat aktif dimana semakin tinggi kekerasan maka pelepasan zat aktif akan semakin lama.

Tablet hisap yang baik memiliki harga kekerasan 7-14 kg (Cooper dan Gunn, 1975). Alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan adalah harrdness tester (Ansel dkk., 2005)

c. Kerapuhan

Kerapuhan (friability) dinyatakan sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan tablet akibat adanya bahan penguji mekanis. Kerapuhan menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik terutamanya goncangan dan benturan. Ketahanan pada kehilangan berat menunjukkan tablet tersebut bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam pengemasan dan transportasi (Ansel, dkk., 2005)

(23)

Friability dinyatakan dalam persen mengacu pada massa tablet awal sebelum pengujian. Alat yang digunakan disebut friability tester (Voigt, 1984). Uji kerapuhan akan menggambarkan kekuatan pada permukaan tablet hisap. Kerapuhan tablet yang memenuhi syarat bila lebih kecil dari 0,5% sampai 1% (Lachman dan Lieberman, 1980). Tablet yang mempunyai kerapuhan lebih dari 1% dianggap kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).

d. Waktu Larut

Uji waktu melarut tablet bertujuan untuk mengetahui tablet hancur atau melarut perlahan dalam mulut. Semakin banyak bahan pengikat yang digunakan, maka tablet hisap menjadi semakin keras. Berdasarkan teori tablet hisap melarut dalam 30 menit atau kurang (Banker dan Anderson, 1986).

e. Tanggap Rasa

Tablet hisap adalah tablet yang melarut secara perlahan di dalam mulut, oleh karena itu rasa merupakan faktor yang penting. Hal ini berkaitan dengan acceptability, maka di dalam penelitan ini digunakan berbagai bahan tambahan seperti manitol, sukrosa, dan maltodekstrin.

9. Monografi bahan a. Manitol

Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0 % dan tidak lebih dari 101,5 % C6H14O6 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berupa serbuk hablur atau

(24)

larut dalam basa, sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter (Anonim, 1995).

Merupakan isomer sorbitol berupa serbuk kristal atau granul yang free flowing. Berfungsi sebagai agen tonisitas, bahan pengisi tablet atau kapsul terutama untuk tablet kunyah, dan berfungsi sebagai pemanis. Stabil pada kondisi kering dan dalam larutan yang steril. Manitol biasa ditemukan pada gula alkohol tumbuhan dan pada sayuran dalam jumlah yang kecil. Manitol tidak diabsorbsi pada saluran pencernaan. Manitol digunakan sebagai bahan pengisi tablet pada kadar 10-90% (Anonim, 1986).

Manitol biasanya memerlukan glidan dan lubrikan dalam jumlah yang lebih besar (sekitar 3-6 kali lebih besar) daripada bahan pengisi yang lain agar tablet dikempa lebih mudah, hal ini disebabkan sifat alirnya yang kurang baik. Manitol juga dapat menghasilkan tablet dengan rentang kekerasan yang lebar (Baley dkk., 1989). Manitol dalam bentuk serbuk halus biasa digunakan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah untuk memperbaiki sifat alir dan kompresibilitasnya (Peters, 1980).

Manitol memiliki rasa semanis gula dengan rasa dingin dan di mulut terasa dinginnya sebagai hasil dari panas yang ditimbulkan oleh larutannya dan juga kelarutan yang sedang di dalam air. Manitol merupakan bahan yang tidak higroskopis juga membuatnya sebagai bahan pembawa yang ideal tahan kelembaban (Ansel, 1989). Manitol dipilih sebagai bahan pengisi terutama jika rasa dari tablet merupakan faktor yang krusial seperti pada sediaan tablet kunyah (Bandelin, 1989). Rasa enak dan sensasi yang dingin saat larut dalam mulut

(25)

menyebabkan manitol banyak digunakan dalam sediaan tablet hisap, yang sesuai dengan tujuannya diharapkan dapat melarut perlahan-lahan dalam mulut (Peters, 1980).

b. Maltodekstrin

Merupakan hasil hidrolisis dari pati jagung. Berupa serbuk atau granul berwarna putih agak kekuningan,memiliki rasa manis berkisar 10-25% rasa manis gula biasa (Anonim, 2000b).

Pada penelitian ini digunakan maltodekstrin dengan dextrose equivalent (DE) yang cukup tinggi, yaitu 20. Maltodekstrin dengan DE yaang tinggi akan memiliki sifat higroskopis. Sifat-sifat lain yang dimiliki oleh maltodekstrin antara lain mengalami dispersi cepat, memiiki daya larut yang tinggi, dan memiliki daya ikatan yang kuat (Blancard, dkk., 1995).

c. Avicel pH 101

Avicel merupakan mikrokristalin selulosa (MCC) yang berbentuk sebuk berwarna putih, tidak larut dalam air, tidak reaktif, bersifat free-flowing, dan merupakan bahan pengisi yang baik. Avicel pH 101 (bentuk serbuk) maupun Avicel pH 102 (bentuk granul) dapat menghasilkan tablet yang keras dengan tekanan kompresi yang rendah dan kerapuhannya kecil. Avicel merupakan bahan penghancur yang sangat efektif dan biasa digunakan dalam konsentrasi 5-15% b/b dalam proses granulasi. Avicel biasanya tidak digunakan sebagai bahan pengisi tunggal, kecuali jika digunakan untuk mengetahui kemampuannya sebagai bahan pengikat pada formulasi. Avicel akan lebih baik apabila dikombinasi dengan

(26)

bahan pengisi yang lain seperti laktosa, manitol, amilum, atau kalsium sulfat (Baley dkk., 1989; Bandelin, 1989).

Avicel merupakan bentuk depolimerisasi selulosa yang tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristalnya tersusun atas partikel berporous. Berfungsi sebagai bahan pengisi pada tablet, sebagai bahan penghancur dan sebagai suspending agent (Anonim, 1986).

Avicel merupakan bahan pengisi yang sesuai untuk pembuatan tablet dengan metode granulasi basah maupun kempa langsung. Avicel juga sesuai untuk berbagai ukuran partikel dan bahan yang lengket. Ada beberapa kelemahan Avicel pada sediaan tablet hisap, yaitu :

a. Mengurangi sifat alir granul jika digunakan pada konsentrasi di atas 20%. b. Menurunkan waktu hancur tablet hisap karena daya ikat avicel yang

cukup kuat.

c. Menyebabkan erosi-erosi halus pada tablet hisap.

d. Menurunkan cita rasa organoleptis tablet hisap karena rasanya yang seperti tepung, tidak halus, dan terasa kering di mulut saat tablet hisap melarut.

Avicel yang ditambahkan pada konsentrasi kurang dari 20% dapat memperbaiki kompresibilitas granul saat ditablet tanpa menyebabkan berbagai kelemahan yang telah disebutkan di atas (Peters, 1980).

e. Sukrosa

Sukrosa berupa serbuk hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di

(27)

udara dan larutannya netral terhadap lakmus. Sukrosa sangat mudah larut di dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter (Anonim, 1995). Sukrosa banyak digunakan sebagai pengisi dan pemanis dalam sediaan obat.

f. Gelatin

Gelatin berupa lembaran, kepingan, atau potongan atau serbuk kasar sampai halus, kuning lemah, atau coklat terang. Warna gelatin bervariasi tergantung ukuran partikelnya, larutannya berbau lemah seperti kaldu, jika kering stabil di udara, tapi mudah terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam bentuk larutan (Anonim, 1995).

F. Landasan Teori

Ekstrak etanolik rimpang temu kunci memiliki khasiat sebagai anti mukolitik (Dewi, 2007). Secara tradisional, penggunaan obat batuk herbal temu kunci dilakukan dengan cara mengkonsumsi serbuk rimpang untuk mendapatkan efek terapeutiknya. Hal ini tentu saja menimbulkan ketidaknyamanan pada pengguna berupa rasa pahit kepada penggunanya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan berupa tablet hisap agar lebih praktis digunakan, disimpan dan memiliki rasa yang lebih baik.

Menurut Banker dan Anderson (1986) keuntungan dari sediaan tablet hisap adalah dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari zat aktif serta dapat memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Bahan pengisi ini memiliki peranan yang krusial dalam formulasi sediaan tablet hisap, yaitu sifat fisik dari

(28)

granul maupun tablet yang meliputi kecepatan alir, kekerasan, keapuhan, waktu larut dan tanggap rasa.

Perlu bahan pemanis untuk memutup rasa pahit dari temu kunci. Maka digunakan manitol dan sukrosa pada formulasi ini. Bahan pemanis yang digunakan harus inert dan stabil sehingga akan diperoleh tablet dengan kualitas yang baik (Agoes, 2006). Manitol memenuhi prasyarat tersebut di atas dan juga memiliki rasa enak dan sensasi yang dingin saat larut dalam mulut. Hanya saja manitol dalam bentuk serbuk kohesivitasnya tinggi sehingga sulit mengalir, sehingga perlu formulasi dengan metode granulasi basah (Peters, 1980).

Tablet hisap yang baik memiliki waktu melarut dalam waktu 5-10 menit, namun waktu melarut masih dikategorikan baik apabila kurang dari 30 menit. Agar syarat ini dapat terpenuhi, maka digunakan avicel pH 101 yang berperan sebagai bahan penghancur (Baley dkk., 1989; Bandelin, 1989).

Kombinasi kedua bahan maltodekstrin dan manitol akan menghasilkan karateristik tablet hisap yang memiliki rasa lebih baik dan karateristik fisik tablet yang dapat diterima oleh penderita batuk.

G. Hipotesis

a. Kombinasi bahan pemanis manitol dan maltodekstrin akan memberikan profil sifat fisik granul dan tablet yang berbeda, dan kombinasi dari keduanya akan memberikan formula optimum.

b. Kombinasi bahan pemanis manitol dan maltodekstrin akan memberikan profil tanggapan rasa yang lebih baik.

Gambar

Gambar 1. Rimpang Temu Kunci Peneliti
Gambar 2. Irisan Rimpang Temu Kunci (Morikawa dkk., 2088)
Gambar 3. Temu Putih (Anonim, 2010)
Gambar 4. Temu Hitam (Anonim, 2010)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Keistimewaan tersebut khususnya dalam metode Travelling Salesman yang dapat digunakan untuk menentukan jalur terpendek untuk suatu kunjungan didalam pengambilan koin yang dilakukan

70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya, maka dengan ini ditetapkan konsultan yang lulus evaluasi administrasi dan teknis untuk pekerjaan Penyusunan Database

[r]

PEMBUATAN FILM PENDEK TENTANG PERNIKAHAN USIA MUDA DENGAN TEKNIK CONTINUITY EDITING SEBAGAI UPAYA.. PENYADARAN

Jenis pengendap juga berpengaruh terhadap rendemen karaginan yang dihasilkan,rendemen yang dihasilkan dengan pengendap jenis etanol lebih besar dibanding pengendap jenis

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk tanggung jawab perusahaan jasa salon terhadap konsumen akibat penggunaan produk yang tidak bersertifikat dan