• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Hipotesis Tindakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "D. Hipotesis Tindakan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

kecil. Namun Pembelajaran Kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa. Dalam Pembelajaran Kooperatif peran dan keaktifan siswa diutamakan. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya dan kemudian mengembangkan pemikirannya tersebut.

Pembelajaran Kooperatif memiliki banyak tipe dan strategi, salah satunya adalah Kepala Bernomor Terstruktur atau Numbered Heads Terstruktur. Tipe ini modifikasi dari tipe Kepala Bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan tipe ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya.

Proses pembelajaran yang akan terjadi terdiri dari beberapa siklus. Pada siklus I, siswa akan dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas empat orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok akan mendapatkan nomor sesuai dengan tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Pembagian anggota kelompok dalam penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara heterogen, baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin. Dalam melaksanakan tugasnya, diharapkan siswa dapat bekerja sama dan saling membantu sehingga tercipta interaksi yang dinamis antara siswa dengan kelompok belajarnya serta siswa dapat mengeluarkan ide-ide mereka dengan berbagi kepada teman sekelasnya. Jika pada siklus I target yang diinginkan belum tercapai, maka peneliti akan melanjutkannya ke siklus II.

Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II harus memiliki perbedaan dengan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dan tindakan pada siklus II merupakan refleksi tindakan dari siklus I. Pada siklus II ini, peneliti harus lebih memfokuskan lagi aktivitas apa yang harus ditingkatkan melalui refleksi tindakan pada siklus I. Selain itu pada siklus II ini peneliti akan memberikan reward berupa nilai tambah kepada kelompok siswa yang telah mengerjakan tugas LKS tepat waktu dan nilai tambah bagi siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi lagi dalam belajar matematika melalui penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

(2)

 

Bernomor Terstruktur. Jika pada siklus II ini target yang diinginkan belum terpenuhi, maka penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus III dengan tindakan siklus II sebagai refleksinya. Tetapi jika pada siklus II ini target yang diinginkan sudah tercapai, maka penelitian ini akan dihentikan dan berakhir pada siklus II.

Pada penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, setiap siswa akan diobservasi untuk diamati pada setiap aktivitas yang dilakukannya di dalam kelas seperti aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Dengan cara ini guru dapat mengetahui aktivitas belajar apa yang dilakukan oleh masing-masing siswa. Dengan cara ini juga setiap siswa dapat mengetahui bahwa dalam memahami sesuatu banyak cara dan aktivitas yang dilakukannya. Dengan demikian, berarti model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Diduga penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur pada pelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

(3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1) Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII-B SMP Islam Al-Ikhlas Cipete.

2) Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Maret-Juli ajaran 2009/2010.

Tabel 1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli

1 Persiapan dan perencanaan 2 Observasi (studi lapangan) 3 Pelaksanaan pembelajaran √ √

4 Analisis data √

5 Laporan penelitian √

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. yaitu “suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.1 Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

1

Suharsimi Arikunto, Peneltian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007) Cet ke-4, h. 3.

(4)

Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran. Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas, diharapkan kemampuan pendidik dan proses pembelajaran semakin meningkat kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidikan.

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (prapenelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus adalah ”satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula”,2 dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian bekerja sama dengan kolaborator (guru kelas) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi, jurnal harian, lembar wawancara, lembar catatan lapangan dan soal tes untuk akhir siklus.

b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

c. Pengamatan (Observing)

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti

2

(5)

melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, pengamatan dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan kolaborator. Sebagai observer yaitu mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan memberi penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan diterapkan pada penelitian berikutnya.

2. Desain Penelitian

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan dengan alur sebagai berikut.

(6)

Bagan 1

Alur Prosedur Pelaksanaan PTK

Perencanaan

Pengamatan dan pengumpulan data

Perencanaan II

Refleksi Anaslisis Data Observasi

Selesai ? Siklus I Masalah belum selesai Alternatif pemecahan (Rencana Tindakan) Pelaksanaan Tindakan

Refleksi Anaslisis Data Observasi

Selesai ? Siklus II

Siklus selanjutnya Masalah belum selesai

Pelaksanaan Tindakan Alternatif pemecahan

(Rencana Tindakan) Permasalahan

C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan sesuai dengan indikator keberhasilan, bahwa hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase seluruh indikator aktivitas mencapai rata-rata 70% diantaranya aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional.

(7)

D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-B SMP Islam Al-Ikhlas Cipete, observer yang terlibat dalam penelitian ini yaitu guru matematika kelas VII-B sebagai pengamat jalannya penelitian sekaligus berperan sebagai kolaborator.

Pada saat pelaksanaan tindakan guru matematika kelas membantu peneliti mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru matematika juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan berikutnya.

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian. Peneliti bekerja sama dengan guru matematika kelas sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan mengamati aktivitas belajar matematika siswa selama proses pembelajaran.

Kerja sama antara guru matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.3

3

(8)

F. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya prapenelitian atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III, dan seterusnya. Bagan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan

1. Observasi proses pembelajaran di kelas

2. Observasi tingkat aktivitas belajar siswa

3. Wawancara dengan guru kelas 4. Wawancara dengan siswa

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

b. Membuat pedoman observasi c. Membuat pedoman wawancara d. Membuat jurnal harian

e. Membuat soal tes siklus I untuk siswa

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus I.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus I.

(9)

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.

4. Tahap Refleksi

Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran siklus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

b. Menyiapkan pedoman observasi c. Menyiapkan pedoman wawancara d. Menyiapkan lembar jurnal harian siswa e. Membuat soal tes siklus II untuk siswa

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus II.

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

(10)

4. Tahap Refleksi

Mengevalusi proses pembelajaran siklus II. Apabila indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

Bagan 2

Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

Adapun uraian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Survei Awal

a) Pengamatan keadaan kelas

Waktu pelaksanaan : 8, 11, 15 Maret 2010

Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran di kelas VII-B SMP Islam Cipete. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika dan aktivitas belajar matematika siswa.

b) Wawancara

Waktu pelaksanaan : 5 Maret 2010

Wawancara dilaksanakan terhadap guru kelas untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika, aktivitas belajar siswa, dan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut.

c) Analisis dan refleksi

Waktu pelaksanaan : 18 Maret 2010

Analisis dan refleksi dari kegiatan prapenelitian (pendahuluan) ini dilakukan menganalisa data yang diperoleh pada survei awal dan kemudian dilakukan refleksi untuk memperoleh cara yang tepat untuk

(11)

mengatasi permasalahan yang muncul sehinggga dapat diberikan tindakan yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran nanti.

2. Siklus I

a) Tahap perencanaan

Waktu Pelaksanaan : 3, 4, 5, 9 Maret 2010

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, pedoman wawancara untuk guru, serta lembar pertanyaan untuk siswa, dan soal untuk tes pada akhir siklus I ini.

b) Tahap pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan : 12, 15, 19, 22, 26, dan 29 April 2010

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan rencana pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti yang dalam hal ini sebagai pelaksana tindakan menyampaikan gambaran umum materi yang akan dipelajari kemudian guru mengarahkan siswa ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4 orang siswa. Setiap anggota dalam setiap kelompok mendapat nomor sesuai dengan tugas-tugas yang terdapat pada Kepala Bernomor Terstruktur. Misal, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dan mencari unsur-unsur yang berhubungan dengan soal, siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, siswa nomor 3 bertugas mencatat jawaban akhir penyelesaian soal dan siswa nomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk membaca materi dalam LKS dan mengerjakan perintah serta latihan atau soal. Masing-masing kelompok membagi tugas

(12)

kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok harus memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggotanya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa, setiap siswa nomor 4 secara bergiliran melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

c) Tahap observasi

Waktu pelaksanaan : 12, 15, 19, 22, dan 26 April 2010

Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d) Tahap analisis dan refleksi Waktu Pelaksanaan : 8 Mei 2010

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap perencanaan siklus II.

3. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Waktu Pelaksanaan : 10, 11, 12, 13 Mei 2010

Pada tahap ini peneliti membuat skenario dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II. Pada kegiatan ini peneliti mempersiapkan hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus II sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I .

b. Tahap pelaksanaan

(13)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan rencana pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti bermaksud meningkatkan aktivitas yang kurang pada siklus I, kemudian guru memberikan gambaran umum tentang materi yang akan dibahas. Siswa dibuat kembali menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Masing-masing kelompok membagi tugas kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk membaca materi dalam LKS dan mengerjakan perintah serta latihan atau soal. Masing-masing kelompok membagi tugas kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok harus memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggotanya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa, setiap siswa nomor 4 secara bergiliran melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Hanya saja aktivitas yang lebih ditekankan berbeda sesuai dengan aktivitas yang kurang pada siklus I. Selain itu juga peneliti memberikan reward berupa tambahan nilai kepada kelompok yang menyelesaikan tugas LKS tepat waktu dan reward untuk siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa termotivasi dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS dan dalam menanggapi laporan kelompok.

c. Tahap observasi

(14)

Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Tahap analisis dan refleksi

Waktu pelaksanaan : 1, 2, 3, dan 4 Juni 2010

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif : hasil observasi proses pembelajaran, hasil observasi aktivitas belajar matematika siswa, hasil observasi aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, dan hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

2. Data kuantitatif : nilai hasil tes tiap siklus.

Sumber data : sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan peneliti.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi aktivitas belajar matematika siswa; diperoleh dari lembar observasi aktivitas yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.

2. Observasi aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok; diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.

(15)

3. Jurnal harian siswa; digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

4. Nilai hasil belajar diperoleh dari tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus.

5. Wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan siswa pada tahap pra penelitian dan pada akhir siklus.

6. Catatan lapangan; catatan lapangan ini dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang tidak teramati dari lembar observasi.

7. Dokumentasi; dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus. Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang perkembangan aktivitas belajar matematika siswa, tentang kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

I. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Instrumen Tes

Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran, tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah diberikan pada kedua siklus sebagai implikasi dari PTK.

(16)

Tabel 2

Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I

No Kompetensi Dasar Indikator Kemampuan Bentuk Soal Nomor soal C1 C2 C3 1. Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya Mendefinisikan pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga √ √ Essay 1 2 Menyebutkan sifat-sifat segitiga istimewa. √ Essay 3 Menentukan jumlah sudut-sudut segitiga √ Essay 4, 5 Menentukan ketidaksamaan pada sisi segitiga

√ Essay 6 Menentukan hubungan besar sudut dan panjang sisi suatu segitiga √ Essay 7, 8 Jumlah 8 Keterangan: C1 = Ingatan C2 = Pemahaman C3 = Aplikasi

(17)

Tabel 3

Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II

No Kompetensi

Dasar Indikator

Kemampuan Bentuk

Soal Nomor soal

C1 C2 C3 1. Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya Menentukan sudut luar segitiga Essay 1, 2 2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga serta menggunakannya dalam pemecahan masalah Menemukan rumus umum keliling segitiga dan menghitung keliling segitiga √ Essay 3, 4 Menemukan rumus umum luas segitiga dan menghitung luas segitiga. √ √ Essay 5 6 Menentukan luas segitiga dengan alas dan tinggi sekawan √ Essay 7, 8 Jumlah 8 Keterangan: C1 = Ingatan C2 = Pemahaman C3 = Aplikasi

(18)

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut: a. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa

Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika siswa. Lembar observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.

Tabel 4

Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika

Variabel Sub Variabel Indikator Nomor Item

1 2 3 4 Aktivitas Visual activities Membaca 1 Memperhatikan 2 Oral activities Mengajukan pertanyaan 3 Menanggapi laporan 4

Writing activities Mencatat materi 5

Mental activities Memecahkan masalah 6

Emotional activities

Minat/antusias dalam

belajar 7

(19)

b. Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok

Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan kerjasama siswa dalam kelompok selama pembelajaran dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

c. Lembar jurnal harian siswa

Lembar jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

d. Lembar catatan lapangan

Lembar catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang tidak teramati dari lembar observasi. e. Lembar wawancara

Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Study

Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik triangulasi dan saturasi, yaitu :

1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa, wawancara siswa, dan memeriksa hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal.

2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal yang sama. Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan mengadakan wawancara dengan guru.

(20)

3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.

4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

Saturasi adalah ”situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan, maka waktunya peneliti untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri siklus”.4 Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dilakukan dengan penelusuran dari segi isinya (content). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.5 Validitas isi dilakukan dengan mengkonsultasikan instrument tes tersebut kepada para pakar (ahli) dalam hal ini yaitu dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang merupakan pakar di bidang evaluasi pendidikan matematika. Hasil validitas isi atau hasil uji coba menyimpulkan siklus I terdiri dari 8 butir soal (lampiran 12) dan siklus II yang terdiri dari 8 butir soal (lampiran 14).

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Sebelum melakukan analisis data, peneliti memeriksa kembali kelengkapan data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada semua data yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil wawancara, hasil observasi, hasil jurnal harian siswa, hasil tes siswa dan catatan komentar observer pada lembar observasi. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

Menganalisis hasil observasi proses pembelajaran yaitu hasil observasi terhadap tindakan pembelajaran peneliti dan hasil observasi terhadap proses aktivitas belajar siswa. Setiap kategori pengamatan diinterpretasikan dengan sangat baik (5), baik (4), sedang (3), kurang (2), buruk (1). Begitu pula dengan hasil observasi kerjasama siswa dalam kelompok yang kategori pengamatannya diinterpretasikan dengan baik sekali (4), baik (3), cukup (2), kurang (1).

4

Rochiati Wiriatmadja, Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. I, h. 170.

5

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi, Cet. 10, h. 67.

(21)

Menganalisis jurnal harian dengan mengelompokkan respon siswa ke dalam kelompok berkomentar positif, negatif, netral dan tidak berkomentar kemudian dihitung persentasenya.

Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data yang diperoleh dari berbagai sumber, membaca data, kemudian mengadakan rekapitulasi data dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan skala penilaian aktivitas siswa diubah menjadi kalimat-kalimat yang bermakna.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.

Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

Kegiatan penelitian yang penulis akan lakukan memerlukan perencanaan dan persiapan yang cukup panjang, adapun perencanaan tindakannya adalah peneliti mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, soal-soal yang dipergunakan untuk latihan dan soal-soal tes formatif untuk menilai hasil belajar matematika siswa serta lembar wawancara untuk guru dan siswa. Peneliti juga dapat menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh peneliti sendiri atau yang dianjurkan oleh sekolah.

(22)

Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi berkolaborasi dengan observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk membantu kelancaran penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk berdiskusi membicarakan kegiatan pada siklus selanjutnya.

(23)

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Survei Pendahuluan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan observasi pembelajaran serta wawancara terhadap guru dan siswa. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4, 5, 8, 11, 15, 18 dan 19 Maret 2010 di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete.

Pada tanggal 4 Maret 2010 peneliti menemui kepala sekolah untuk menjelaskan tujuan kedatangan peneliti ke SMP Islam Al-Ikhlas. Diperoleh informasi bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur belum pernah diterapkan di SMP Islam Al-Ikhlas karena biasanya guru matematika menerapkan pembelajaran konvensional dan belum pernah menerapkan pembelajaran berkelompok seperti Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, kepala sekolah menentukan kelas yang dapat dijadikan objek penelitian yaitu kelas VII-B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini sangat tepat untuk diterapkan di kelas VII-B karena berdasarkan pengamatan bidang kurikulum kelas ini termasuk kategori kelas yang prestasi belajarnya sedang, bukan yang terbaik ataupun terburuk diantara 5 kelas lainnya.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dalam survei pendahuluan didapat bahwa kemampuan siswa kelas VII B sama seperti kelas VII yang lain, ada siswa yang pintar, ada siswa yang biasa-biasa saja, dan ada juga siswa yang kurang. Pada saat pelajaran dimulai, terlihat sebagian siswa belum siap untuk memulai pelajaran. Guru pun berusaha untuk mengambil perhatian siswa dengan menjelaskan tentang materi ”Bangun Datar Segi Empat”. Metode yang guru gunakan pada saat mengajar adalah ekspositori, tanya jawab, dan penugasan. Selama proses pembelajaran, perhatian siswa pada saat guru menjelaskan materi

(24)

hanya sekitar 20-30 menit saja selama dua jam pelajaran, itupun masih ada beberapa siswa yang terlihat kurang mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru. Siswa terlihat mengobrol dan bercanda pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga guru harus berkali-kali menegur siswa untuk tidak melakukan hal yang tidak bermanfaat selama proses pembelajaran. Hanya beberapa siswa saja yang duduk dibagian depan yang benar-benar memperhatikan. Setiap pertemuan selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa izin untuk keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi siswa tersebut karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara keseluruhan.

Respon siswa dalam proses pembelajaran terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang aktif mengemukakan pendapatnya malah kebanyakan siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk. Begitu pula pada saat teman yang lain bertanya, kebanyakan siswa acuh terhadap pertanyaan temannya. Jarang sekali siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan teman atau guru. Bahkan dari 28 siswa hanya 16 siswa yang mencatat materi yang sudah guru sampaikan dan catatan merekapun kurang lengkap. Mereka akan mencatat materi jika disuruh atau ditegur guru saja.

Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dapat dikatakan kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai ketika guru memberikan tugas pada saat materi selesai. Sehingga ada beberapa siswa menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti dan malas mengerjakan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa pada tanggal 18 dan 19 Maret 2010, dapat disimpulkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai pelajaran matematika dengan alasan karena matematika itu pelajaran yang sulit dan memusingkan. Siswa terlihat bosan pada saat mengikuti pelajaran matematika. Dari observasi survei pendahuluan didapat bahwa hasil persentase aktivitas belajar siswa, rata-ratanya hanya mencapai 49,34%.

Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan tugas pada survei pendahuluan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(25)

Gambar 1

Aktivitas Mengerjakan Tugas pada Penelitian Pendahuluan

Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas dan wawancara tersebut digunakan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti.

2. Tindakan Pembelajaran pada Siklus I

Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya. Pada pembelajaran siklus I sub pokok bahasan yang disampaikan yaitu mengenai jenis-jenis segitiga, sifat-sifat segitiga istimewa, jumlah sudut-sudut segitiga, ketidaksamaan pada sisi segitiga, dan hubungan besar sudut dan panjang sisi suatu segitiga.

a) Tahap perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti juga membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, alat dokumentasi, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta membuat LKS untuk tiap pertemuan dan soal tes untuk akhir siklus I.

Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat bantu proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Lembar soal tes siklus I dibuat untuk mengetahui perkembangan kemampuan mengerjakan soal matematika. Lembar observasi digunakan untuk mencatat aspek-aspek aktivitas

(26)

siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika yang dilakukan pada setiap pertemuan pembelajaran.

Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, target yang ingin dicapai pada siklus 1 ini yaitu siswa mengalami peningkatan aktivitas belajar dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Aktivitas-aktivitas yang akan ditingkatkan diantaranya aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional.

b) Tahap Pelaksanaan

Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam enam pertemuan yang terdiri dari 5x pertemuan untuk memberikan materi dan 1x pertemuan untuk tes siklus 1 dengan alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya, yang berlangsung setiap hari Senin dan Kamis mulai tanggal 12 s.d 29 April 2010. Rencana Pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada lampiran 1.

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran) yang dimulai dari pukul 10.50 sampai dengan 12.10 WIB, pokok bahasan yang dibahas adalah pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga. Kegiatan ini diawali dengan membuka kegiatan pembelajaran dan apersepsi dengan mengingat kembali bangun datar segitiga. Pada pertemuan pertama ini seluruh siswa hadir di kelas. Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian dicatat pada lembar observasi.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan memperagakan langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran tersebut serta

(27)

menjelaskan bahwa setiap Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara berkelompok, yang setiap kelompok terdiri atas 4 orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Peneliti memberi penjelasan bahwa setiap kelompok akan diberikan LKS yang di dalamnya terdapat perintah dan soal latihan, setelah siswa mengerjakan seluruh perintah dan soal latihan dalam LKS (1) kemudian siswa nomor 4 pada setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya dan siswa yang lain memberi tanggapan. Siswa nomor 3 dari kelompok tersebut mencatat tanggapan yang diungkapkan oleh kelompok lain.

Pembagian kelompok sudah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu pada saat peneliti melakukan pra penelitian, peneliti bersama guru matematika kelas membagi siswa menjadi 7 kelompok dari 28 siswa yaitu 14 perempuan dan 14 laki-laki. Pada awalnya peneliti bersama observer ingin menentukan setiap kelompoknya ada laki-laki dan ada perempuan tetapi banyak siswa yang menolak untuk disatukan antara laki-laki dan perempuan. Setelah dibuat kelompok ada 3 kelompok yang terdiri dari siswa perempuan, 3 kelompok terdiri dari siswa laki-laki, dan 1 kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan.

Sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti memberikan gambaran umum atau sedikit penjelasan mengenai pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga. Kemudian sesuai perintah, siswa duduk bersama kelompok yang telah ditentukan. Keadaan kelas pada saat itu ribut dan gaduh karena ada beberapa siswa yang kurang setuju ditempatkan dengan teman yang bukan teman dekatnya. Berkat arahan guru matematika kelas siswa tersebut menjadi mengerti dan setuju untuk bergabung dengan kelompoknya. Siswa dari setiap kelompok mulai membagi tugas yang sesuai dengan langkah-langkah model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat jawaban akhir penyelesaian soal, dan siswa nomor 4 melaporkan hasil kerja kelompok ke depan kelas.

(28)

Masing-masing kelompok terlihat ribut karena berebutan tugas dengan teman sekelompoknya. Peneliti mencoba menjelaskan bahwa setiap siswa dalam kelompok akan mendapatkan tugas secara bergiliran sesuai dengan yang terdapat dalam Kepala Bernomor Terstruktur. Dalam setiap pertemuan tugas akan dirolling. Setelah semua siswa mendengar penjelasan peneliti, keributan di kelas sedikit demi sedikit berkurang dan semua siswa dalam kelompok sepakat atas tugas yang didapatnya

Peneliti dibantu observer membagikan LKS (1) kepada masing-masing kelompok yang berisi materi ”pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga”. Sebelum mengerjakan LKS (1) semua siswa dari masing-masing kelompok ditugaskan untuk membaca LKS terlebih dahulu sebelum mengerjakan. Peneliti meminta setiap siswa untuk aktif dan bekerja sama dalam mengerjakan tugas LKS (1) dengan tidak mengandalkan salah satu siswa atau siswa yang pintar saja. Siswa mengerjakan tugas yang terdapat dalam LKS (1) sesuai dengan nomor tugas yang telah disepakati. Selama siswa mengerjakan LKS (1), peneliti bersama observer berkeliling memantau aktivitas siswa dari satu kelompok kekelompok lain untuk memberikan pengarahan jika ada kelompok yang kurang mengerti dan pada saat itu pula peneliti bersama observer melakukan observasi pembelajaran terhadap aktivitas belajar matematika siswa dengan lembar yang sudah dipegang.

Masing-masing kelompok membaca LKS yang diberikan oleh peneliti. Pada awal pertemuan hanya sedikit kelompok saja yang benar-benar membaca LKS yang diberikan peneliti. Yang lain masih terlihat bercanda dan mengobrol dengan teman kelompoknya, sehingga kelas terdengar berisik. Begitu pula pada saat mengerjakan LKS sebagian besar siswa terlihat kurang memperhatikan apa yang diperintahkan peneliti dan masih terlihat belum kompak dalam bekerja sama. Siswa nomor 2 dari masing-masing kelompok sibuk mengerjakan perintah yang terdapat dalam LKS tersebut. Tapi masih banyak siswa yang terlihat mengandalkan siswa pintar dalam mengerjakan LKS padahal dalam kelompok Kepala Bernomor Terstruktur siswa dituntut untuk bekerja sama walaupun dengan tugas yang berbeda-beda.

(29)

Setelah semua siswa membaca LKS, masing-masing siswa langsung mengerjakan tugas sesuai dengan nomor tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Siswa nomor 1 membaca soal dan mencari data yang berhubungan dengan penyelesaian soal dan membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan soal. Ada siswa S06 dari kelompok 7 yang bertugas menyelesaikan soal bertanya tentang sudut segitiga kepada peneliti: ”Bu, ∠ ABC sama tidak dengan CBA?”. Peneliti menjawab, ABC = CBA. Dari pertanyaan tersebut ternyata masih ada beberapa siswa yang belum mengerti tentang sudut pada segitiga sehingga peneliti harus menjelaskan kembali kepada siswa mengenai sudut segitiga.

∠ ∠

Dalam menyelesaikan soal, terihat siswa nomor 2 dari 4 kelompok yaitu kelompok 2, 4, 6, 7 masih terlihat mengandalkan teman yang pintar saja. Mereka terlihat kurang bekerja sama walaupun pembagian tugas sudah dilakukan. Peneliti berusaha menegaskan kembali kepada siswa bahwa dalam diskusi kelompok dibutuhkan kerja sama antar anggota kelompok.

Setelah siswa nomor 2 dari beberapa kelompok menyelesaikan LKS (1) dalam waktu kurang lebih 40 menit dan siswa nomor 3 mencatat hasil diskusi dari kelompoknya, kini saatnya siswa nomor 4 setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya secara bergiliran. Terlihat siswa nomor 4 dari semua kelompok kurang bersemangat dan malu pada saat mempresentasikan hasil laporan kelompoknya di depan kelas.

Pada pertemuan pertama ini hanya sedikit siswa yang memberikan tanggapan atas laporan kelompok lain. Berikut ini contoh siswa S28 dari kelompok 3 yang menanggapi hasil laporan kelompok 4 pada saat siswa nomor 4 mempresentasikan hasil laporan kelompoknya di depan kelas:

”Bu, kelompok 4 ada yang salah. Kenapa dalam segitiga sama sisi setiap sudutnya 1800?, bukannya setiap sudut segitiga sama sisi 60 . Dan penelitipun menjawab, ”iya benar sekali”. Setiap sudut pada segitiga sama sisi adalah 60 , kalau 1800adalah jumlah besar sudut pada setiap segitiga.”

0

0

Tanggapan kelompok 3 cukup bagus dalam menanggapi hasil laporan kelompok 4. Lalu siswa nomor 3 dari kelompok 4 mencatat tanggapan yang diberikan oleh siswa S28 dari kelompok 3.

(30)

Setelah diskusi selesai, peneliti memotivasi siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari ini dan peneliti membagikan jurnal harian kepada setiap siswa untuk diisi.

2) Pertemuan kedua

Peneliti mengawali pembelajaran dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan kabar siswa yang tidak masuk hari tersebut. Tercatat seluruh siswa hadir. Peneliti memotivasi siswa dengan mengingat kembali materi sebelumnya tentang jenis-jenis segitiga.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan memperagakan langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran tersebut serta menjelaskan bahwa setiap Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara berkelompok, yang setiap kelompok terdiri atas 4 siswa (seperti pada pertemuan pertama).

Sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti memberikan gambaran umum atau sedikit penjelasan mengenai sifat-sifat segitiga istimewa. Terlihat sebagian siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh peneliti. Kemudian sesuai perintah, siswa duduk bersama kelompok yang telah ditentukan. Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya suasana kelas masih nampak terlihat ribut. Setelah semua siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Siswa pada setiap kelompok mulai membagi tugas. Pada pertemuan kedua ini, siswa saling berpindah tugas atau mendapatkan tugas yang berbeda dengan sebelumnya misal siswa yang pertemuan pertama mendapat tugas nomor 1, kini dipertemuan kedua mendapat tugas nomor 2. Begitu juga seterusnya, sehingga ada perollingan tugas pada setiap pertemuan. Hal ini bertujuan agar semua siswa pada setiap kelompok dapat merasakan tugas-tugas yang terdapat pada Kepala Bernomor Terstruktur. Walaupun masih ada beberapa siswa yang masih nampak bingung dengan tugas yang mereka dapat.

Seperti pertemuan lalu, LKS (2) pun dibagikan, masing-masing kelompok membacanya. Terlihat masih ada saja siswa dari beberapa kelompok yang

(31)

mengobrol dan tidak melakukan apa yang diperintahkan peneliti. Ada 3 kelompok yaitu kelompok 2, 3 dan 5 yang terlihat bekerja sama dalam melakukan tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Dalam pertemuan kedua ini, masih terlihat belum banyak siswa yang aktif bertanya kepada peneliti, hanya beberapa saja diantaranya siswa S14 yang menanyakan, ”Bu, besar sudut siku-siku 90 ya?”. Peneliti menjawab, ”iya benar”.

0

Dipertemuan kedua ini siswa nomor 2 juga sepertinya tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS (2), namum masih ada siswa yang masih mengandalkan siswa yang pintar. Setelah semua siswa menyelesaikan LKS (2), setiap siswa nomor 4 dari setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya. Dari hasil laporan 7 kelompok terlihat sebagian besar kelompok dapat menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS (2). Tapi ada 2 kelompok yang hasil laporannya berbeda dengan kelompok lain yaitu kelompok 2 dan 4. Sehingga ada siswa yang menanggapi perbedaan hasil laporan tersebut. Berkut ini salah satu contoh bagian hasil laporan kelompok 2 yang di tanggapi oleh siswa S13 dari kelompok 5: Hasil laporan kelompok 2:

ΔABC sama kaki, maka:

C sisi AC = sisi CA ∠ = ∠BAC CAB A B

Tanggapan dari siswa S13 terhadap hasil laporan kelompok 2:

” Hasil laporan kelompok 2 ada yang salah Bu, masa AC=CA dan CAB?. Seharusnya AC=BC dan

∠ =

∠BAC ∠BAC=∠ABC, karena pada

segitiga sama kaki mempunyai 2 sisi yang sama panjang dan 2 sudut yang sama besar.”

Peneliti menjawab, ”tanggapan dari siswa S13 benar, coba kalian baca lagi sifat-sifat segitiga sama kaki pada LKS (2)”.

Siswa nomor 4 pada kelompok 2 terlihat malu, tetapi peneliti memberikan semangat dan motivasi kepada kelompok 2 agar bisa lebih cermat dan teliti lagi dalam membaca dan menjawab soal.

(32)

Setelah semua kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya, peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta diakhir pertemuan peneliti memberikan jurnal harian kepada siswa.

3) Pertemuan ketiga

Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengulang sedikit materi sebelumnya, pada pertemuan ketiga ini terdapat 2 orang siswa diantaranya tidak hadir karena sakit yaitu siswa S16 dari kelompok 2 dan siswa S01 dari kelompok 6. Sehingga ada dua kelompok yang merangkap tugas menjadi dua. Prosedur model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur pun dijelaskan.

Siswa sudah mulai mengerti bahwa pada setiap pembelajaran sebelum berkumpul dengan kelompoknya, peneliti menyampaikan gambaran umum atau sedikit materi mengenai jumlah sudut-sudut segitiga. Setelah peneliti selesai menyampaikan materi, seperti biasa siswa berkumpul kembali dengan teman kelompoknya. Keadaan kelas pada saat itu tidak seribut pertemuan-pertemuan yang lalu. Siswa terlihat sibuk membagi tugas Kepala Bernomor Terstruktur kepada teman-teman dalam kelompoknya dan perollingan tugaspun dilakukan. Peneliti membagikan LKS (3) kepada masing-masing kelompok yang berisi materi jumlah sudut-sudut segitiga dan aktivitas membaca mulai dilakukan.

Keadaan pada kelompok 2 dan 6 sedikit ribut karena siswa berebut untuk tidak merangkap tugasnya menjadi 2. Peneliti bersama observer bergegas menuju kelompok 2 dan 4. Peneliti memberi penjelasan kepada kelompok 2 dan observer memberi penjelasan kepada kelompok 4. Peneliti berusaha memberi penjelasan kepada kelompok 2 agar untuk tugas siswa nomor 1 dilakukan secara bersama-sama saja, untuk tugas siswa nomor 2, 3, dan 4 silakan atur menurut kesepakatan kelompoknya. Akhirnya kelompok 2 pun mengerti dan mereka mulai membagi tugasnya seperti biasa. Secara bersamaan observer juga memberi penjelasan yang sama kepada kelompok 4 dan kelompok 4 pun mengerti.

Selama mengerjakan LKS (3), peneliti bersama observer berkeliling seperti sebelumnya untuk memantau pekerjaan siswa dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Siswa masih sangat ribut ketika mengerjakan LKS (3) dan peneliti senang

(33)

karena antusias siswa mulai kelihatan meningkat dan siswa mulai aktif bertanya kepada peneliti apa-apa yang mereka tidak mengerti walaupun kelas menjadi berisik an masih ada siswa yang masih malu-malu untuk bertanya. Observer berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas-tugas dalam LKS (3) dan siswa terlihat lebih tenang. Pada saat kelompok siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada kelompok tersebut agar mereka menjadi paham.

Kelompok siswa sudah ada yang mulai terbiasa dengan tugas-tugas Kepala Bernomor Terstruktur, sehingga sebagian siswa sudah mampu mengerjakan tugasnya dengan baik. Sebagian siswa pada masing-masing kelompok sudah mulai terlihat kompak dalam bekerja sama seperti nampak walaupun siswa nomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, tetapi siswa nomor 4 dapat membantu siswa nomor 1 dan 2 dalam mencari penyelesain soal pada LKS (3) seperti yang dilakukan pada kelompok 1, 3, 5, dan 7. Tetapi masih ada juga beberapa siswa dalam kelompok 4 dan 6 yang masih mengobrol dan mengganggu siswa yang lain, dan observer mengambil tindakan yang lebih tegas dengan cara siswa yang berisik akan berdiri di depan kelas. Teguran tersebut membuat siswa diam dan melanjutkan aktivitas bersama kelompoknya. Setelah waktu habis untuk menyelesaikan LKS (3). Seperti biasa secara bergiliran siswa nomor 4 maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya dan siswa nomor 3 bersiap untuk mencatat tanggapan dari kelompok lain.

Pada pertemuan ketiga ini, terlihat siswa dari kelompok 2 nampak bingung dengan soal latihan 3 nomor 2. Dan ini terlihat pada saat siswa nomor 4 dari kelompok 4 melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Ternyata kelompok 4 tidak mengerjakan soal latihan nomor 2. Sehingga ketika ada siswa nomor 4 dari kelompok 5 mempresentasikan hasil laporannya peneliti menyuruh siswa tersebut untuk menulis jawaban soal nomor 2 di white board agar siswa nomor 3 dari kelompok 4 mencatat jawaban yang ditulis oleh kelompok 5. Berikut ini hasil jawaban soal nomor 2 yang ditulis oleh siswa nomor 4 dari kelompok 5: Jawaban nomor 2: 0 180 = ∠ + ∠ + ∠K L M

(34)

0 0 0 0 180 90 2x + +x = 90 3x+ = 180 x 3 = 180−90 = x 3 90 x = 3 90 x = 300

Dibawah ini juga terdapat salah satu contoh hasil laporan kelompok 6 yang ditanggapi oleh siswa S18 dari kelompok 1:

Hasil laporan kelompok 6 menyimpulkan bahwa, ”jumlah besar sudut setiap segitiga adalah 60 ”. 0

Pernyataan tersebut ditanggapi oleh siswa S18 bahwa, ”kelompok 6 salah bu, karena jumlah besar sudut setiap segitiga adalah 180 ”. 0

Tanggapan peneliti terhadap tanggapan siswa S18 setuju.

Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari ini. Peneliti mengharapkan untuk pertemuan selanjutnya siswa lebih aktif lagi dalam menjawab maupun pada saat diskusi di depan kelas. Dan terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.

4) Pertemuan keempat

Pertemuan keempat berlangsung pada pukul 07.10-08.30 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi, pada pertemuan keempat ini semua siswa hadir. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk ditempatnya masing-masing.

Seperti biasa guru menjelaskan mengenai penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan langkah-langkahnya. Siswa sudah begitu mengerti tentang model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur sehingga guru tidak perlu banyak menjelaskan kepada siswa. Sebelum berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti menjelaskan materi mengenai ketidaksamaan pada sisi segitiga. Sebagian siswa sudah mulai memperhatikan penjelasan tentang materi yang guru sampaikan.

(35)

Kemudian siswa mulai bergabung dengan kelompoknya. Masing-masing kelompok membagi tugas seperti yang terdapat dalam Kepala Bernomor Terstruktur. Pergantian tugaspun dilakukan agar terjadi pemerataan tugas.

Peneliti memberikan LKS (4) kepada masing-masing kelompok yang berisi materi ”ketidaksamaan pada sisi segitiga”. Setiap kelompok harus membaca dengan cermat LKS tersebut. Proses Kepala Bernomor Terstruktur mulai dilakukan, siswa terlihat aktif dalam melakukan tugasnya dan kekompakanpun sudah mulai terlihat. Disela-sela diskusi timbul pertanyaan dari siswa S02 yang kurang paham dengan perintah ang terdapat pada LKS (4), berikut pertanyaannya: ”Bu, maksud dari tabel ini apa?”

Bangun Segitiga AB BC AC AB + AC AB + BC BC + AC (i) 8 10 6 ... ... ... A C B

Peneliti menjawab: ”maksudnya kalian ditugaskan melengkapi tabel yang berisi titik-titik, misalnya untuk:

AB+AC = 8+6 = 14 AB+BC = 8+10 = 18 Begitu seterusnya..”.

Ternyata tidak hanya siswa S02 saja yang belum mengerti tentang tabel yang terdapat pada LKS (4), siswa lainpun juga sama. Tetapi setelah guru menjelaskan, siswa menjadi mengerti dan mulai melanjutkan aktivitasnya lagi. Siswa nomor 3 sibuk mencatat apa yang diucapkan oleh siswa nomor 1 dan 2. Terlihat siswa tidak mengalami kesulitan pada saat mengerjakan soal latihan 4, karena dalam LKS (4), terdapat contoh soal sehingga siswa tidak terlihat bingung dalam mmengerjakan.

Setelah waktu selesai, seperti biasa siswa nomor 4 pada setiap kelompok mulai bersiap-siap untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

(36)

Terlihat siswa mulai antusias untuk memberikan tanggapan apabila ada jawaban hasil laporan kelompok lain yan berbeda dengan hasil laporan kelompoknya. Berikut contoh hasil laporan kelompok 7:

”Dari tabel tersebut diperoleh hubungan:

1. AB + AC selalu lebih besar dari BC, atau AB + AC › BC 2. AB + BC selalu lebih besar dari AC, atau AB + BC › AC 3. BC + AC selalu lebih besar dari AB, atau BC + AC › AB”.

Siswa S03 dari kelompok 1 bertanya kepada guru mengenai hasil laporan kelompoknya sebagai berikut:

“Ibu, kalau laporan kelompok saya seperti ini: Dari tabel tersebut diperoleh hubungan:

1. AB + AC selalu melebihi dari BC, atau AB + AC › BC 2. AB + BC selalu melebihi dari AC, atau AB + BC › AC 3. BC + AC selalu melebihi dari AB, atau BC + AC › AB.” benar tidak?

Peneliti menjawab: “iya benar, hasil laporan kelompok 4 sama benarnya dengan hasil laporan kelompok 7.”

Dilihat dari hasil laporan setiap kelompok sudah cukup bagus. Seluruh kelompok sudah melaporkan hasil kerjanya di depan kelas. Seperti biasa peneliti memotivasi siswa untuk menyimpulkan materi hari ini. Diakhir pertemuan peneliti memberikan jurnal harian kepada siswa.

5) Pertemuan kelima

Pada pertemuan kelima ini terdapat 1 orang siswa yang tidak hadir tanpa keterangan yaitu siswa S01 dari kelompok 6. Peneliti mengulang pembelajaran pada pertemuan sebelumnya untuk mengingatkan siswa agar tidak lupa. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk ditempatnya masing-masing dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini. Sebelum pelajaran dimulai, seperti biasa peneliti menginformasikan pembelajaran yang

(37)

akan digunakan yaitu model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan menyampaikan prosedurnya.

Peneliti memberikan sedikit materi mengenai hubungan besar sudut dan panjang sisi suatu segitiga kepada siswa. Kemudian siswa mulai berkumpul dengan teman kelompoknya masing-masing. Pembagian tugaspun dilakukan, sama dengan pertemuan sebelumnya terjadi pertukaran tugas atau rolling. Masing-masing kelompok terlihat sudah siap untuk mengerjakan LKS (5). Peneliti bersama observer membagikan LKS (5) kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok sudah mulai sibuk membaca dan melakukan tugasnya masing-masing. Siswa nomor 1 sibuk membaca soal dan mencari unsur-unsur yang dapat membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan soal, begitu pula dengan siswa nomor 3 yang sibuk mencatat hal-hal yang akan dilaporkan oleh siswa nomor 4 ke depan kelas.

Kejadian yang pada pertemuan ketiga terulang lagi, pada kelompok 6 ada siswa yang tidak masuk sehingga seperti pertemuan lalu tugas siswa nomor 1 dilakukan bersama-sama. Sedangkan untuk tugas siswa nomor 2, 3, dan 4 dapat didiskusikan oleh teman kelompoknya. Pada pertemuan ke lima ini terlihat siswa dari masing-masing kelompok sudah mengerti tentang tugas-tugasnya pada Kepala Bernomor Terstruktur.

Ditengah-tengah diskusi berlangsung, siswa S16 dari kelompok 2 bertanya kepada peneliti:

”Ibu, A itu sama tidak dengan sudut ∠ BAC atau ∠ CAB?”

Peneliti melempar pertanyaan tersebut kepada siswa lain dan siswa S28 menjawab: ”Sama aja” dan peneliti pun mengiyakan atau membenarkan jawaban siswa S28.

Siswa nomor 2 dari masing-masing kelompok terlihat sibuk mencari penyelesaian soal. Nampak siswa dari beberapa kelompok tidak mengandalkan siswa yang pintar saja dan kerja sama pun mulai terlihat. Dalam mengerjakan soal, masih ada saja kelompok yang kurang teliti dalam menyelesaikan soal. Ini terlihat setelah semua kelompok selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam LKS. Salah satu kelompok yang kurang teliti pada saat mengerjakan soal latihan

(38)

LKS (5) yaitu siswa nomor 4 dari kelompok 2 mempresentasikan hasil laporan mereka di depan kelas. Berikut sebagian contoh jawaban latihan 5 dari kelompok 4 yang ditanggapi langsung oleh siswa S18:

Laporan jawaban latihan kelompok 4: 1. a. Sisi terpanjang = QP

b. Sisi terpendek = RP 2. a. Sudut terbesar = A

b. Sudut terkecil = ∠C

Tanggapan siswa S18 terhadap laporan jawaban kelompok 4:

“Bukannya sisi terpanjang untuk soal nomor 1 adalah QR, karena sisi QR berada di hadapan sudut terbesar yaitu sudut . Sedangkan untuk jawaban soal nomor 2 itu terbalik, sudut terbesar =

0 75 = ∠P

C

∠ dan sudut terkecil = .”

A

Di bawah ini terdapat juga contoh hasil laporan kelompok 6: ”Hasil laporan kelompok 6:

A A ∠ = 55 0 BC = 3,5 cm B ∠ = 75 0 AC = 4 cm C ∠ = 50 0 AB = 3 cm

1. Tentukan sudut mana yang terbesar, terkecil, dan sedang! Jawab: terbesar = B∠ , terkecil = ∠C, sedang = A

2. Tentukan juga sisi mana yang terpanjang, terpendek, dan sedang! Jawab: terpanjang = ∠AC,terpendek = ∠AB, sedang = ∠BC.

B C 550 4 cm 3 cm 750 500 3,5 cm

(39)

3. Berdasarkan hasil jawaban di atas, diperoleh kesimpulan tentang hubungan saling hadap dalam suatu segitiga antara besar sudut dengan panjang sisi di hadapannya, yaitu:

(i) sudut terbesar menghadap sisi AC. (ii) sudut terkecil menghadap sisi AB. (iii) sudut yang sedang menghadap sisi BC.”

Dari hasil laporan kelompok 6, ada beberapa tanggapan diantaranya: • Tanggapan dari siswa S05:

”Untuk soal nomor 2 itu salah, seharusnya sisi terpanjang = sisi AC, sisi terpendek = sisi AB dan sisi sedang = sisi BC.

• Tanggapan dari siswa S15:

”Ibu, bukannya kesimpulan tentang hubungan saling hadap dalam suatu segitiga antara besar sudut dengan panjang sisi di hadapannya, yaitu: (i) sudut terbesar menghadap sisi terpanjang.

(ii) sudut terkecil menghadap sisi terpendek. (iii) sudut yang sedang menghadap sisi sedang.”

Peneliti menjawab: ”Tanggapan dari siswa S05 dan siswa S15 sangat bagus sekali dan benar.”

Dari tanggapan di atas terlihat siswa nomor 3 dari kelompok 6 mencatat tanggapan yang diberikan siswa S05 dan S15. Begitu juga dengan siswa lainnya mencatat tanggapan yang diberikan kelompok lain.

Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari ini. Penelitipun memberitahukan kepada siswa bahwa hari Kamis, 29 April 2010 akan diadakan tes siklus I. Siswa harus lebh giat belajar agar tes siklus I nanti mendapat nilai yang baik. Dan terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.

6) Pertemuan keenam

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa, dan semua siswa hadir. Pertemuan ini tidak dibagi kelompok karena akan

(40)

dilaksanakan tes akhir siklus I. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas materi yang sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang masih ada. Tes ini dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih menyontek dengan teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak diberikan lembar jurnal harian siswa.

c) Tahap Observasi dan analisis

Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaa model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5

Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Siklus I

No

Jenis Aktivitas

Indikator yang

diamati Pert.1 Pert.2 Pert.3 Pert.4 Pert.5 Rata-rata

1 Visual

Activities

Membaca LKS pada saat kegiatan diskusi

2 (40%) 3 (60%) 3 (60%) 3 (60%) 4 (80%) 60% Memperhatikan guru atau teman pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi

2 (40%) 3 (60%) 3 (60%) 4 (80%) 3 (60%) 60%

Rata-rata aktivitas visual 40% 60% 60% 70% 70% 60%

Mengajukan

pertanyaan pada saat kegiatan diskusi 2 (40%) 3 (60%) 3 (60%) 3 (60%) 3 (60%) 56%

(41)

2 Oral

Activities Menanggapi laporan

hasil kerja kelompok

2 (40%) 2 (40%) 3 (60%) 3 (60%) 3 (60%) 52%

Rata-rata aktivitas oral 40% 50% 60% 60% 60% 54%

3 Writing

Activities

Mencatat materi yang guru sampaikan

3 (60%) 3 (60%) 3 (60%) 3 (60%) 4 (80%) 64%

Rata-rata aktivitas menulis 60% 60% 60% 60% 80% 64%

4 Mental Activities Memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS 2 (40%) 2 (40%) 3 (60%) 3 (60%) 3 (60%) 52%

Rata-rata aktivitas mental 40% 40% 60% 60% 60% 52%

5 Emotional Activities Minat/antusias siswa selama beajar 2 (40%) 2 (40%) 3 (60%) 4 (80%) 4 (80%) 60% Senang selama belajar 2 (40%) 3 (60%) 3 (60%) 4 (80%) 4 (80%) 64%

Rata-rata aktivitas emosional 40% 50% 60% 80% 80% 62%

Rata-rata Aktivitas Total 58,4%

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:

1. Visual activities

Visual activities terdiri atas akitivitas membaca LKS pada saat kegiatan diskusi dan aktivitas memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi. Rata-rata persentase aktivitas visual mencapai 60%. Siswa yang membaca LKS pada saat diskusi sebanyak 60%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang membaca LKS pada saat kegiatan diskusi sudah cukup banyak. Namun, masih ada siswa yang bercanda dan mengobrol dengan teman kelompoknya maupun kelompok lain. Begitu pula dengan siswa yang memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi sebanyak 60%. Persentase ini sudah terbilang cukup baik karena sudah banyak siswa yang memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi, walaupun masih saja ada siswa yang suka mencari kesibukan sendiri seperti menggambar dan bercanda dengan teman sebangkunya. Hal ini dapat dikatakan

(42)

belum baik sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II mengenai aktivitas membaca LKS pada saat kegiatan diskusi dan aktivitas memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi.

2. Oral activities

Oral activities terdiri atas mengajukan pertanyaan ketika kegiatan diskusi dan menanggapi laporan hasil kerja kelompok lain. Rata-rata persentase aktivitas oral sebanyak 54%. Siswa yang mengajukan pertanyaan ketika kegiatan diskusi hanya sebanyak 56%. Persentase ini terbilang kurang, karena masih banyak siswa belum berani bertanya kepada guru atau teman pada saat diskusi berlangsung, walaupun terkadang masih ada beberapa siswa yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan temannya. Rata-rata persentase siswa pada aktivitas menanggapi laporan hasil kerja kelompok lain sebanyak 52%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya berani memberikan tanggapan terhadap hasil laporan kelompok lain. Berdasarkan penilaiaan observer siswa masih banyak yang takut dan ragu pada saat mengemukakan pendapatnya jadi masih banyak siswa yang hanya diam saja. Untuk itu perlu diadakan perbaikan pada siklus II dengan membuat suasana belajar yang lebih santai dan menyenangkan, dan peneliti juga memberikan motivasi yang lebih baik lagi agar siswa lebih semangat dalam belajar.

3. Writing activities

Writing activities yang dinilai peneliti adalah mencatat materi yang guru sampaikan. Rata-rata siswa yang mencatat sebanyak 64%. Dalam membuat catatan siswa dinyatakan cukup baik karena siswa tidak hanya menulis apa yang telah guru jelaskan dan tulis dipapan tulis tetapi siswa melihat dari LKS yang telah guru bagikan. Hanya beberapa dari mereka yang menambahkan catatannya dari LKS padahal selain dari LKS siswa juga dapat menambahkan catatannya dari buku cetak matematika sekolah.

4. Mental activities

Untuk mental activities yaitu aktivitas memecahkan masalah yang diberikan guru di dalam LKS, persentase aktivitas siswa memecahkan masalah masih kurang, karena hanya mencapai 52% saja, hal ini disebabkan soal yang ada di

Gambar

Tabel 1  Jadwal Penelitian
Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar
Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Kerjasama Siswa  dalam Kelompok  01020304050607080 1 2 3 4 5 6 7 Siklus 1Siklus 2 Nama KelompokPersentase

Referensi

Dokumen terkait

No KOMPONEN RUMAH YANG DINILAI KRITERIA NILAI BOBOT PENILAIAN HASIL.. I KOMPONEN RUMAH

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan secara online kepada Pokja

(0914) 21685 Guna Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Harga Serta pembuktian kualifikasi, diharapkan saudara membawa semua data dan informasi yang sah dan Asli disertai

Pembuktian Kualifikasi yang bertempat di Unit Layanan Pengadaan Kota Medan, Bagian Perlengkapan dan Aset Setda Kota Medan, Jalan Kapt.. Maulana Lubis

Si vous faite partie de la catégorie des affiliés audacieux des plateformes de gambling, vous serez accueillis tel un VIP lors de votre inscription et des outils marketing des

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Panitia berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan Penetapan Pemenang Seleksi

acara Pembuktian Kualifikasi yang bertempat di Unit Layanan Pengadaan Kota Medan, Bagian Perlengkapan dan Aset Setda Kota Medan, Jalan Kapt.. Maulana Lubis

Pokja Pengadaan Barang dan Jasa pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Mar os akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi untuk paket peker jaan konstr