RESUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Resumen Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Disusun Oleh: Doni Damara : 22170013
Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA)
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Apa yang kamu ketahui tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK)?
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilakukan oleh Guru untuk memperbaiki praktik-praktik yang telah dilakukan agar mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk penelitian yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang memiliki ciri khusus yaitu untuk memecahkan suatu permasalahan pembelajaran yang ada di kelas dengan melakukan berbagai tindakan yang terstruktur serta menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari perlakuan yang dilakukan. Sehingga, dari sini dapat diketahui bahwasanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu jenis penelitian yang digunakan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan pembelajaran dengan tujuan agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Komponen-komponen yang menjadi sasaran dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini ada beberapa yaitu:
1. Peserta didik, meliputi karakteristik peserta didik, motivasi peserta didik, hasil belajar, dll.
2. Guru, meliputi strategi pembelajaran yang dilakukan baik itu model, metode, media pembelajaran, dll.
3. Materi pembelajaran
4. Sarana dan prasarana pendidikan
5. Penilaian proses dan hasil pembelajaran 6. lingkungan, dan
7. Pengelolaan kelas.
Sejarah PTK / Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Lahirnya PTK diadvokasi oleh filsuf John Dewey (1910) dalam bukunya How We Think dan The Source of a Science of Education. Pendekatan ilmiah yang dianut Dewey sangat ideal, namun pendekatan demikian tidak mampu menyelesaikan masalah sosial menjadi sebuah inkuiri sosial maupun kependidikan yang merupakan sebuah upaya kolaboratif dengan munculnya suatu kebutuhan yang mendesak dalam ilmu pendidikan yang lebih memfokuskan pada masalah praktik bukan pada teori.
Penelitian Tindakan Kelas pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial berkebangsaan Amerika Serikat pada tahun 1946, yakni Kurt Lewin.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Tujuan utama dari adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik-praktik pembelajaran yang sebelumnya telah dilakukan di kelas.
Oleh karena itu, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini cocok digunakan oleh Guru karena setiap harinya guru bertemu dan menjumpai berbagai permasalahan pembelajaran yang di hadapi oleh peserta didik. Tujuan lainnya dari Penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan keprofesionalan pendidik dalam mengajar serta untuk menumbuhkan sikap proaktif terhadap perbaikan mutu pembelajaran secara berkelanjutan.
Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai terobosan-terobosan baru yang telah direncanakan oleh Guru untuk dapat memecahkan berbagai persoalan pembelajaran yang ada di kelas. Terobosan-terobosan baru yang telah direncanakan tersebut selanjutnya di uji cobakan kepada peserta didik dan dievaluasi apakah mendapatkan hasil yang sesuai untuk memecahkan permasalahan pembelajaran yang dihadapi oleh peserta didik.
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan inovasi pembelajaran yang ada di kelas, dengan melakukan inovasi pembelajaran maka Guru akan dapat memberikan pembaharuan terhadap model maupun metode yang akan digunakan dalam mengajar yang telah disesuaikan dengan karakteristik dari masing-masing kelas.
2. Memberikan kontribusi dalam mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka guru dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum ditingkat sekolah maupun kelas.
3. Meningkatkan keprofesionalan guru, dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka guru akan melakukan refleksi terhadap praktik-praktik pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya di kelas. Selanjutnya, jika ditemukan masalah dalam penerapan pembelajaran yang dilakukan maka guru akan memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut. Sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disini dapat digunakan untuk meningkatkan keprofesionalan guru.
Manfaat lainnya dari adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu dapat dilihat dari berbagai sisi yaitu sebagai berikut :
1. Dari sisi Guru yaitu dapat membantu Guru dalam memperbaiki pembelajaran yang sedang berlangsung, meningkatkan rasa percaya diri Guru, serta dapat meningkatkan pengembangan pengetahuan dan keterampilan Guru secara aktif.
2. Dari sisi Peserta didik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan memberikan peluang kepada peserta didik dalam menerima pembaharuan pembelajaran yang lebih baik yang mana nantinya juga akan dapat meningkatkan hasil belajar dari peserta didik itu sendiri.
3. Dari sisi sekolah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dijadikan untuk dapat mengembangkan sekolah menjadi lebih baik. Hal ini dapat terjadi karena adanya peningkatan dan kemajuan pada diri guru maupun peserta didik.
Model-Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Ada beberapa model yang dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu sebagai berikut : 1. Model Kurt Lewin (1946)
Lewin merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan penelitian tindakan. Model penelitian Kurt Lewin ini merupakan model yang menjadi patokan dari berbagai jenis model penelitian tindakan. Komponen-Komponen dalam model penelitian Kurt Lewin yaitu ada perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
2. Model Kemmis dan Mc Taggart (1988)
Pada model Kemmis dan Mc Taggart komponen acting dan observing dijadikan menjadi satu kesatuan. Hal ini disebabkan kedua komponen tersebut merupakan tindakan yang tidak terpisahkan dan terjadi dalam waktu yang bersamaan. Kemmis dalam perencanaannya
menggunakan sistem spiral refleksi diri yang diawali
dengan planning (rencana), acting (tindakan), observing (pengamatan), reflecting (refleksi), dan perencanaan kembali yang menjadi dasar dalam perencanaan pemecahan masalah.
3. Model Elliot (1991)
Model ini dikembangkan oleh Elliot yang merupakan seorang pendukung gerakan “guru sebagai peneliti”. Elliot setuju dengan langkah-langkah ide dasar pada tindakan refleksi yang terus berlanjut dan menjadi suatu siklus yang dikembangkan oleh Kemmis. Namun, langkah- langkahnya lebih rinci dan berpeluang agar lebih mudah diubah.
4. Model Mc Kernan (1991)
Model Mc Kernan disebut juga dengan model proses waktu (a time process model). Model ini merupakan perkembangan dari ide dasar Lewin atau yang diinterpretasikan oleh Kemmis. Mc Kernan berpendapat bahwasanya kita tidak perlu selalu terikat dengan waktu, terutama dalam pemecahan masalah yang seharusnya dapat dilakukan secara rasional dan demokratis.
5. Model Ebbut (1985)
Model Ebbut yang dikembangkan oleh Dave Ebbut ini merupakan pengilhaman dari pemikiran Kemmis dan Elliot. Ebbut kurang setuju dengan interpretasi Elliot tentang karya Kemmis. Hal ini karena Kemmis menyamakan penelitiannya hanya dengan temuan fakta. Padahal pada kenyataannya Kemmis dengan jelas menunjukkan bahwa penelitian itu terdiri atas diskusi, negosiasi, menyelidiki, dan menelaah kendala-kendala yang ada.
Bogor. 23 maret 2025