• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAJAAN TARUMANEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAJAAN TARUMANEGARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KERAJAAN TARUMANEGARA

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan tertua kedua setelah kerajaan Kutai, terletak di Jawa Barat. Seperti halnya dengan kerajaan Kutai, kerajaan Tarumanegara juga prasasti-prasastinya tidak berangka tahun. Karena itu pula, maka penentuan (perkiraan) berdirinya kerajaan Tarumanegara didasarkan atas analis, komparatif dengan bentuk huruf dengan di Kutai dan Campa, yakni pada abad ke-6 M. Penentuan itu serupa dengan pendapat R.C. Majumdar (India) yang menegaskan bahwa kerajaan Tarumanegara berdiri sejak abad ke-6 M. berbeda dengan pendapat N. J. Crom yang mengatakan bahwa kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke-5 M. pendapat-pendapat itu pada dasarnya menegaskan bahwa huruf prasasti prasati Tarumanegara lebih muda dari huruf yupa-yupa di kutai.

Secara etimologi, kata Tarumanegara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau negara, sedangkan taruma berasal dari kata tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat, yaitu Citarum. Pada muara Citarum ditemukan percandian yang luas, yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya. Percandian tersebut diduga merupakan peninggalan Kerajaan Taruma. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dikuburkan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabhaga.

A. Sumber sejarah

Sumber sejarah kerajaan Tarumanegara tampaknya agak berbeda dengan kerajan Kutai yang hanya berupa sumber sejarah dari dalam negeri berupa yupa-yupa. Sedangkan sumber sejarah dari kerajan Tarumanegara dilengkapi denga sumber luar negeri.

Sumber sejarah dalam negeri dari kerajaan Tarumanegara, berupa prasati yang berjumlah 7 buah, Yang sebagian besar, sudah berada di museum Nasional Jakarta. Prasasti-prasasti Tarumanegara itu pada umumnya ditemukan di daerah Bogor, Jawa Barat. Kecuali prasasti Lebak di Banten dan prasasti Tugu di Jakarta.

(2)

Sebagai halnya dengan kerajaan Kutai, maka prasati-prasasti kerajaan Tarumanegara isinya memberikan gambaran mengenai raja Purnawarman. Prasasti-prasasti itu berbahasa sansekerta dan berhuruf pallawa, dan tidak berangka tahun. Adapun prasasti-prasasti Tarumanegara yang berjumlah 7 buah itu, penamaannya berdasarkan tempat penemuannya. Isinya secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Prasasti Ciaruteun

Terletak di daerah Leuwiliang, Bogor. Didalamnya disebutkan : “kedua tapak kaki raja Purnawarman, raja dari Taruma, raja yang gagah berani”. Dalam prasasti ini terdapat gambar telapak kaki, lukisan laba-laba, dan huruf ikal melingkar. Menurut Vogel dan Chabra, huruf ikal itu adalah tanda tangan dari raja Purnawarman. 2. Prasasti Jambu

Prasati ini ditemukan di wilayah perkebunan jambu, di bukit Pasir Koleyangkak, Leuwiliang, Bogor sekitar 30 km sebelah barat Bogor. Isi prasasti ini, menyebutkan “tapak kaki ini adalah tapak kaki Sri Purnawarman raja Tarumanegara. Baginda termasyhur gagah berani, jujur dan setia menjalankan tugasnya, dan tak ada taranya. Baginda selalu berhasil membinasakan musuh-musuhnya. Baginda hormat kepada para pangeran tetapi sangat ditakuti oleh musuh-musuhnya, serta melindungi mereka yang memberikan bantuan kepadanya”.

3. Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi ditemukan di Pasir Awi, Bogor. Pada prasasti ini terdapat gambar telapak kaki dan tulisan ikal, tetapi belum dapat dibaca oleh para ahli. 4. Prasti Kebun Kopi

Prasasti ini ditemukan di kampung Muara Hilir, Cibungbulan Bogor. Isinya, singkat, hanya disebutkan tentang “telapak kaki seperti telapak kaki airawata. Airawata adalah gajah kendaran dewa Indra. Inilah telapak kaki penguasa negara Taruma yang agung” juga disebutkan kejayaan kerajaan Taruma.

5. Prasasti Muara Cianten

Ditemukan di Muara Cianten, Bogor. Prasasti ini isinya sama dengan prasasti Pasir Awi. Yakni terdapat gambar telapak kaki dan huruf ikal yang belum dapat dibaca oleh para ahli.

(3)

6. Prasasti Tugu

Prasasi ini ditemukan di Tugu, daerah Cilincing, DKI Jakarta dekat perbatasan dengan daerah Bekasi. Isinya menyebutkan : “dahulu sungai yang bernama candra bhaga telah (disuruh) gali oleh Maharaja Purnamarwan. Maharaja yang mulia mempunyai lengan yang kuat. Setelah sampai ke istana kerajaan yang termasyhur, sungai dialirkan ke laut. Didalam tahun ke-22 dari takhta yang mulia raja Purnawarman yang gemerlapan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji dari segala raja-raja.

Baginda memerintahkan pula, menggali sungai yang permai bersih jernih yang bernama gomati setelah sungai itu mengalir di tempat kediaman yang mulia Nenekda sang pendeta (sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik tanggal 8 paro petang bulan Phalguna dan selesai pada tanggal 13 paro terang bulan Caitra, hanya 21 hari saja sedang galian itu panjangnya 6122 tumbak. Upacara (selamatan) itu dilakukan oleh para Brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dikorbankan.

7. Prasasti Lebak

Ditemukan di kampung Lebak, tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Muncul, kabupaten Pandeglan, Banten. Karena itu, prasasti ini juga biasa disebut prasasti Cidanghiang atau prasasti Munjul. Dalam prasasti ini disebutkan: “inilah tanda keperwiraan yang mulia Purnawarman. Baginda seorang raja yang agung dan gagah berani. Baginda seorang raja dunia dan menjadi panji sekalian raja”. Selain itu, dalam prasasti ini dinyatakan batas-batas kerajaan Tarumanegara, yakni: sebelah barat berbatasan dengan laut, sebelah selatan juga berbatas dengan laut, sebelah timur dengan sungai Citarum dan sebelah utara dengan daerah Karawang.

Sementara itu, sumber luar negeri Kerajaan Tarumanegara, berupa dari Cina, yakni berita dari Fa-Hien dan kronik dinasti Tang. Menurut Fa-Hien (414 M) pada waktu menuju ke India, singgah di Yo-p’o-ti dan tinggal selama 5 bulan. Di Yo-p’o-ti sedikit sekali pemeluk agama Budha, yang banyak orang-orang murtad. Sedangkan menurut kronik dinasti Tang (618-906) dikatakan bahwa antara tahun 528-539 dan antara tahun 666-669 datang di Cina utusan dari Kerajaan To-lo-mo.

(4)

Berdasarkan sumber luar negeri (Cina) tersebut memberi petunjuk bahwa jika yang disebut Yo-p’o-ti dan To-lo-mo itu adalah Tarumanegara, maka dapat dikatakan bahwa kerajaan Tarumanegara pada sekitar abad ke-7 Masehi telah menjadi kerajaan yang besar karena sudah menjalin hubungan diplomatik dengan cina.

B. Kondisi kerajaan 1. Lokasi kerajaan

Berdasarkan tempat ditemukannya prasasti-prasasti dan isi prasasti-prasasti, menunjukkan bahwa lokasi kerajaan Tarumanegara adalah di daerah Bogor, yang wilayahnya meliputi Banten, Jakarta, dan Cirebon. Mr. Muh. Yamin sendiri melokasikan Tarumanegara di Bekasi. Pendapat ini didasarkan atas isi prasasti Tugu yang menyebutkan istilah “Candrabhaga” yang dianalisis menjadi “Candra” sama dengan “sasi” yang berarti bulan. Candrabhaga diuraikan menjadi “bhaga-sasi” atau Bekasi.

2. Politik

Raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara adalah seorang raja yang cakap dan disegani baik oleh kawan maupun lawan, serta telah menerima pengaruh kebudayaan Hindu (India). Purnawarman raja yang besar dan kuat, telah lama memerintah, minimal 22 tahun, serta telah menjali hubungan diplomatik dengan Cina.

3. Sosial-Ekonomi

Raja Purnawarman sangat memperhatikan kemakmuran rakyatnya, dengan membuat kanal (parit) untuk kepentingan irigasi, pelayaran/perdagangan, dan menghindari bahaya banjir.

4. Agama

Agama yang dianut raja Purnawarman dan rakyatnya adalah agama Hindu Siwa, dimana kaum Brahmana memegang peranan penting dalam upacara. Sedangkan gambar telapak kaki Dewa Wisnu merupakan simbol karena Dewa Wisnu pada umumnya dihormati sebagai dewa pelindung dunia.

C. Raja yang Pernah Memimpin

Jika diurutkan dalam sebuah daftar, maka diperoleh susunan raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Tarumanegara, yaitu:

(5)

1. Jayasingawarman 358-382 M. Jayasingawarman, pendiri Tarumanegara merupakan menantu Raja Dewawarman VIII merupakan seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan oleh Maharaja Samudragupta dari kerajaan Gupta. Setelah Jayasingawarman mendirikan Tarumanegara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanegara.

2. Dharmayawarman (382-395 M).

3. Purnawarman (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan diberi nama sundapura. Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman sejak tahun 397 untuk menyebut ibukota kerjaan yang didirikannya. Pustaka Nusantara, Parwa II, Sarga 3 (hlm. 159-162) menyebutkan bahwa dibawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Rajatapura (daerah Telu Lada, Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga?) di Jawa Tengah.

4. Wisnuwarman (434-455) 5. Indrawarman (455-515) 6. Candrawarman (515-535) 7. Suryawarman (535-561) 8. Kertawarman (561-628) 9. Sudhawarman (628-639) 10. Hariwangsawarman (639-640) 11. Nagajayawarman (640-666)

12. Linggawarman (666-669). Tarumanegara hanya dipimpin oleh 12 raja. Dalam tahun 669, Linggawarman digantikan oleh menantunya Tarusbawa. Linggawarman mempunyai dua orang putri, yang sulung bernama Manasih yang kemudian menjadi istri Tarusbawa. Putrinya yang kedua bernama Sobakancana menjadi istri Dapunta Hyang pendiri kerajaan Sriwijaya.

13. Tarusbawa (669-723 M). Dibawah kepemimpinannya kerajaan Tarumanegara kemudian diganti menjadi Kerajaan Sunda pada tahun 670.

D. Keruntuhan

Tentang kapan keruntuhan Kerajaan Tarumanegara tidak dijelaskan dalam prasasti. Tetapi, dalam sumber berita Cina dari dinasti Tang disebutkan bahwa sesudah tahun

(6)

669 M, To-lo-mo tidak pernah lagi mengirim utusan ke Cina (utusan terakhir datang ke Cina tahun 669). Ini berarti Tarumanegara runtuh menjelang akhir abad ke-7 M dan bila dihubungkan dengan isi prasasti Kota Kapur (686 M) tampaknya ada benarnya. Sebab dalam prasasti Kota Kapur disebutkan bahwa Sriwijaya menyerang “bhumi jawa” yang tidak mau tunduk kepada Sriwijaya. Karena di pulau Jawa pada saat itu tidak ada kerajaan lain selain Tarumanegara, maka kemungkinan besar yang diserang oleh Sriwijaya adalah Kerajaan Tarumanegara. Selain itu, kenyataan menunjukkan bahwa sejak akhir abad ke-7 M sejarah Jawa menjadi gelap, dan baru barulah pada tahun 732 M (abad ke-8) muncul prasasti dari raja Sanjaya yang dikenal dengan prasasti Canggal 732 M yang ditemukan di kaki gunung Wukir, Kedu Selatan, Jawa Tengah.

Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanegara, Jawa Barat berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Sumber prasasti menyebutkan pertama kali nama “sunda” adalah prasasti yang ditemukan di daerah Bogor bertarikh 925 M. prasasti ini ditulis dalam Bahasa Jawa Kuno bercampur Bahasa Melayu menyebutkan tentang perintah yang dikeluarkan oleh Rakryan Juru Pengambat untuk mengembalikan kekuasaan raja Sunda. Nama Sunda selanjutnya disebut dalam prasasti Citatih bertahun 1030 M yang keluarkan oleh raja Sunda Sri Maharaja Jayabhupati Wisnumurti Samarawijaya. Prasasti ini dibuat untuk memperingati pembangunan Sang Hyang Tapak sebagai tanda terima kasih atas kemenangan yang diperoleh sang raja. Kemenangan ini diduga terhadap tantara Swarnabhumi di Jambi. Kemenangan dan kebebasan Sunda dari Swarnabhumi ini tampaknya tidak berumur panjang, karena menurut Chu-fan-chi (1225), kerajaan Sinto (Sunda) adalah salah satu negeri bawahan Swarnabhumi. Dengan demikian, sesudah runtuhnya kerajaan Tarumanegara, sejarah Jawa Barat baru muncul kembali pada abad ke-10 dan ke-11, itupun masih dibawah pengaruh Swarnabhumi bahkan sampai abad ke-13.

Referensi

Dokumen terkait

Penyelesaian TSP multi obyektif dengan algoritma genetika akan berdampak pada fungsi fitness yang diterapkan untuk kasus tersebut, sekaligus yaitu waktu dan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut “Ada hubungan yang signifikan antara

Variasi konsentrasi PVP sebagai bahan pengikat dan manitol sebagai bahan pengisi dapat mempengaruhi sifat fisik (meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu

Penambahan PVP (1%, 3% dan 5%) granul effervescent ekstrak buah asam gelugur memenuhi syarat sifat fisik dimana kelarutan semakin menurun terhadap penambahan

Percobaan kecernaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan probiotik (A1, A2 dan A3) dan 4 ulangan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi

Analisis Shift-share adalah analisis yang digunakan untuk melihat kesempatan kerja nyata di Kabupaten Bangli yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk nitrogen berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi

Fundamentals of The Drying Mechanism During Air Dehydration of Foods dalam Effect of Pretreatments on Quality Attributes of Air- Dehydrated Pineapple Slices.. Evaluation of Carambola