• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PEMBERIAN PROBIOTIK PADAT PADA TARAF YANG BERBEDA TERHADAP FERMENTASI DAN KECERNAAN in vitro RANSUM SAPI POTONG NAUFAL ABDU RAFI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIFITAS PEMBERIAN PROBIOTIK PADAT PADA TARAF YANG BERBEDA TERHADAP FERMENTASI DAN KECERNAAN in vitro RANSUM SAPI POTONG NAUFAL ABDU RAFI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PEMBERIAN PROBIOTIK PADAT PADA TARAF

YANG BERBEDA TERHADAP FERMENTASI DAN

KECERNAAN in vitro RANSUM SAPI POTONG

NAUFAL ABDU RAFI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektifitas Pemberian Probiotik Padat pada Taraf yang Berbeda terhadap Fermentasi dan Kecernaan in vitro Ransum Sapi Potong adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Naufal Abdu Rafi NIM D24090121

(4)

ABSTRAK

NAUFAL ABDU RAFI. Efektifitas Pemberian Probiotik Padat pada Taraf yang Berbeda terhadap Fermentasi dan Kecernaan in vitro Ransum Sapi Potong. Dibimbing oleh ANITA S.TJAKRADIDJAJA dan JAJAT JACHJA F.A.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa level probiotik padat ke dalam ransum sapi potong terhadap konsentrasi VFA, konsentrasi NH3, populasi mikroba rumen dan kecernaan zat makanan.

Percobaan fermentabilitas menggunakan rancangan acak kelompok berpola faktorial 3x4 dengan empat ulangan. Faktor A adalah ransum sapi potong tanpa dan dengan suplementasiprobiotik padat : A1=ransum kontrol, A2=A1 + probiotik padat 0.25% b.b-1 dan A3=A1 + probiotik padat 0.5% b.b-1. Faktor B adalah waktu inkubasi: 0,1,2, dan 3 jam. Percobaan kecernaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan probiotik (A1, A2 dan A3) dan 4 ulangan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ammonia, total VFA, sintesis protein mikroba, dan kecernaan bahan kering tidak dipengaruhi secara nyata oleh penambahan probiotik padat dan waktu inkubasi tetapi dipengaruhi secara nyata oleh populasi bakteri total. Populasi protozoa dan kecernaan bahan organik hanya dipengaruhi oleh penambahan probiotik padat. Hasil uji ortogonal polinomial menunjukkan bahwa A3 adalah perlakuan yang optimal.

Kata kunci: fermentabilitas, kecernaan, probiotik padat

ABSTRACT

NAUFAL ABDU RAFI. Effectivity of Solid Probiotic Supplementation at Different Levels on in vitro Fermentability and Digestibility of Beef Cattle Ration. Supervised by ANITA STJAKRADIDJAJA and JAJAT JACHJA F.A.

The purpose of this study was to determine the effect of various levels of solid probioticsupplementation in beef cattle rations on VFA and NH3

concentrations, rumen microbial populations and nutrient digestibility. Fermentability experiment used factorial randomized block design 3x4 with 4 replications. Factor A was beef cattle ration without and with solid probiotic supplement: A1 = control diet, A2 = A1 + solid probiotic 0.25% w.w-1 and A3 = A1 + solid probiotic 0.5% w.w-1. Factor B was the incubation time: 0,1,2 and 3 hours. Digestibility trial used a randomized block design with three probiotic treatments (A1, A2 and A3) and four replications. The results showed that concentration of ammonia, total VFA, microbial protein sythesis and DM digestibility were not influenced by probiotic supplementation and incubation time, these treatment affected significantly total bacterial population. Protozoal population and OM digestibility was influented by solid probiotics supplementation. Polynomial orthogonal test indicated that A3 is the optimal treatment.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

EFEKTIFITAS PEMBERIAN PROBIOTIK PADAT PADA

TARAF YANG BERBEDA TERHADAP FERMENTASI DAN

KECERNAAN in vitro RANSUM SAPI POTONG

NAUFAL ABDU RAFI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Efektifitas Pemberian Probiotik Padat pada Taraf yang Berbeda terhadap Fermentasi dan Kecernaan in vitro Ransum Sapi Potong Nama : Naufal Abdu Rafi

NIM : D24090121

Disetujui oleh

Ir Anita S Tjakradidjaja, MRurSc Pembimbing I

Dr Ir Jajat Jachja FA, MAgr Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah probiotik, dengan judul Efektifitas Pemberian Probiotik Padat pada Taraf yang Berbeda terhadap Fermentasi dan Kecernaan in vitro Ransum Sapi Potong.

Probiotik merupakan feed additive (imbuhan pakan) berupa mikroorganisme hidup yang ditambahkan dan dapat menguntungkan induk semang karena menyeimbangkan mikroflora di dalam saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan produktivitas sapi potong.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014 Naufal Abdu Rafi

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 METODE PENELITIAN 2 Bahan 2 Alat 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Prosedur Percobaan 2

Pengambilan Cairan Rumen 2

Pembuatan Larutan McDougall 2

Pencernaan Fermentatif 3

Perhitungan Populasi Bakteri Total 3

Perhitungan Populasi protozoa 3

Perhitungan Sintesis Protein Mikroba 4

Pengukuran NH3 4

Pengukuran VFA 4

Pengukuran Koefisien Cerna Bahan Kering dan Bahan Organik 5

Peubah yang Diamati 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Karakteristik Probiotik 6

Konsentrasi NH3 7

Konsentrasi VFA 8

Bakteri Total 9

Populasi Protozoa Total 10

Sintesis Protein Mikroba 11

Kecernaan 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 16

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan jumlah mikroba dalam probiotik padat dan cair 7 2 Pengaruh penggunaan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap

konsentrasi amonia 7

3 Pengaruh penggunaan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap

konsentrasi VFA 8

4 Pengaruh pemberian probiotik padat terhadap populasi bakteri total 9 5 Pengaruh pemberian probiotik padat terhadap populasi protozoa 10 6 Penggunaan probiotik padat terhadap sintesis protein mikroba 11 7 Pengaruh perlakuan terhadap rataan koefisien cerna bahan kering dan

koefisien cerna bahan organik 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap

konsentrasi amonia 16

2 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap

konsentrasi VFA total 16

3 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap

populasi protozoa total 16

4 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap

populasi bakteri total 17

5 Hasil uji ortogonal polinomial perlakuan probiotik padat terhadap

populasi bakteri total 17

6 Hasil uji ortogonal polinomial perlakuan waktu inkubasi terhadap bakteri

total 17

7 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap

sintesis protein mikroba 18

8 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap

koefisien bahan kering 18

9 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap

koefisien bahan organik 18

10 Hasil uji ortogonal polinomial perlakuan probiotik padat terhadap

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 konsumsi daging sapi di Indonesia mencapai 1.75 kg per kapita per tahun, hal ini terus meningkat melihat kebutuhan daging sapi di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 0.37% (BPS 2012). Terbatasnya ketersediaan pakan yang berkualitas menjadi salah satu kendala yang harus diupayakan untuk terus meningkatkan performa sapi potong, sehingga produksi daging sapi dapat terus meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Suplementasi probiotik dalam pakan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan performa sapi potong. Probiotik merupakan substrat mikroorganisme yang diberikan kepadaternak melalui pakan dan dapat memberikan efek positif dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme alami di dalam saluran pencernaan. Pengaruh dari penambahan probiotik pada pakan ternak yang diberikan selama periode pertumbuhan akan lebih telihat nyata (Estrada 1997).

Suplemen probiotik bertujuan untuk memanipulasi ekosistem rumen dan meningkatkan efisiensi fermentasi rumen dengan cara memaksimalkan degradasi serat kasar dan sintesis protein mikrobial serta meminimalkan produksi metan, degradasi protein dan fermentasi pati yang terjadi di dalam rumen (Amin 1997). Selain itu, probiotik tidak hanya memperbaiki mikroflora di rumen, tetapi menyediakan enzim yang biasa mencerna serat kasar, protein, lemak, detoksifikasi zat racun dan metabolitnya (Xuan et al. 2001). Menurut Amin (1997), penambahan probiotik dalam pakan dapat merangsang pertumbuhan mikroba rumen seperti protozoa, bakteri amilolitik, selulolitik maupun bakteri total.

Berdasarkan bentuknya, ada dua jenis probiotik yaitu probiotik padat dan probiotik cair. Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah probiotik padat yang mengandung mikroorganisme antara lain Lactobacillus sp., Bifidobacterium sp., Streptococcus sp. dan Bacillus sp. yang tergolong sebagai Bakteri Asam Laktat (BAL). Bakteri Asam Laktat (BAL) dapat digunakan sebagai probiotik karena dapat tahan hidup dalam suasana asam, mampu memproduksi anti mikroba, dapat merangsang sistem kekebalan tubuh dan berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme (FAO/WHO 2000).

Penggunaan probiotik bergantung pada taraf yang digunakan dan taraf yang sesuai, yang diketahui melalui kajian fermentabilitas dan kecernaan ransum yang disuplementasi dengan probiotik. Kristina (2013) menyatakan, suplementasi probiotik padat sebanyak 0.25% efektif dapat meningkatkan konsentrasi NH3,

VFA total, bakteri total, populasi protozoa serta kecernaan bahan kering dan bahan organik. Hal ini juga didukung oleh Septiani (2013) yang menyatakan bahwa suplementasi probiotik padat pada pakan sebanyak 0.25% secara efektif mampu meningkatkan konsentrasi NH3, konsentrasi VFA, sintesis protein

mikroba serta kecernaan bahan kering dan bahan organik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian beberapa level probiotik padat dalam pencernaan fermentatif terhadap produksi NH3, VFA total, populasi mikroba rumen dan kecernaan zat makanan, sehingga

(14)

2

dalam mendegradasi atau memfermentasi ransum di dalam rumen dan proses pencernaan ransum di organ pasca rumen.

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan yang digunakan adalah, ransum sapi potong (jerami padi:konsentrat komersil = 60%:40%), probiotik padat, cairan rumen segar sapi potong yang berasal dari rumah potong hewan (RPH) di Bubulak, probiotik padat, plastik kemasan, label, larutan McDougall dengan pH 6.5 sampai 6.9, larutan pepsin HCl 0.2%, aquadest, larutan HgCl2 jenuh, larutan Na2CO3 jenuh, larutan H2SO4

0.005N, asam borat berindikator, larutan HCl 0.5N, larutan H2SO4 15%, larutan

NaOH 0.5N, larutan indikator Phenolphtalein (PP) 0.1%, larutan garam formalin (formal saline), medium brain heart infusion (BHI), gas CO2, trichloro acetic

acid (TCA), dan sulfo salicylic acid (SSA).

Alat

Peralatan yang digunakan adalah seperangkat alat-alat percobaan fermentasi dan kecernaan in vitro seperti timbangan digital, tabung fermentor, tutup karet berventilasi, shaker waterbath, tabung gas CO2, cawan porselen, oven

105oC, tanur listrik 600oC, kertas saring Whatman No.41, cawan Conway, labu Erlenmeyer, alat-alat destilasi, alat-alat titrasi, counting chamber, tabung Hungate, autoclave, sentrifuge.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari bulan Juni 2013 sampai November 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi, dan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

ProsedurPercobaan

Pengambilan Cairan Rumen

Cairan rumen diambil dari rumah potong hewan (RPH) Bubulak. Termos diisi dengan air panas dengan suhu 39ºC.Air di dalam termos tidak boleh dibuang hingga cairan rumen didapatkan. Isi rumen diambil dan disaring dengan menggunakan kain penyaring, kemudian dimasukkan ke dalam termos yang sebelumnya sudah dibuang air panasnya. Cairan rumen dalam termos tersebut segera dibawa ke Laboratorium Nutrisi Ternak Perah.

Pembuatan Larutan McDougall

Sebanyak 1 liter air destilasi dimasukkan ke dalam labu takar dan dimasukkan bahan-bahan sebagai berikut: NaHCO3 sebesar 9.8 g; Na2HPO4.7H2O sebesar

4.6325 g; KCl sebesar 0.57 g; NaCl sebesar 0.47 g; MgSO4.7H2O sebesar 0.12 g;

CaCl2.2H2O sebesar 0.04 g. CaCl2.2H2O ditambahkan paling akhir setelah bahan

(15)

3 air mencapai tanda tera. Selanjutnya campuran dikocok dengan gas CO2

perlahan-lahan dengan melewatkannya untuk menurunkan pH hingga mencapai pH 6.8. Pencernaan Fermentatif

Percobaan fermentasi in vitro dilakukan dengan menggunakan metode Tilley dan Terry (1963) yang dimodifikasi oleh Sutardi (1979). Metode Sutardi (1979) menggunakan fermentor berupa tabung polyetilen berkapasitas 50 ml yang kemudian diisi dengan 1 g sampel, 12 ml larutan buffer McDougall dan 8 ml cairan rumen segar. Tabung lalu dikocok dengan dialiri CO2 selama 30 detik dan

ditutup dengan karet berventilasi. Tabung kemudian dimasukkan ke dalam shaker waterbath pada suhu 39oC untuk menciptakan suasana yang hampir sama dengan kondisi di dalam rumen dan diinkubasi selama 0, 1, 2, dan 3 jam. Proses fermentasi dihentikan dengan meneteskan larutan HgCl2 jenuh sebanyak 2 tetes.

Sebelum fermentasi dihentikan, sampel diambil untuk analisis bakteri total, protozoa total, dan sintesis protein mikroba. Setelah itu, tabung fermentor disentrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Supernatan diambil untuk analisis konsentrasi NH3 dan VFA.

Perhitungan Populasi Bakteri Total

Perhitungan populasi bakteri total menggunakan metode Ogimoto dan Imai (1981). Medium tumbuh BHI digunakan untuk menghitung populasi bakteri total. Medium BHI dibuat dengan cara mencampur serbuk BHI dengan bahan sumber nutrien mikroba lainnya, kemudian dimasukkan ke dalam botol Schott yang telah disterilkan dengan autoclave. Campuran tersebut dipanaskan sampai terjadi perubahan warna dari coklat menjadi merah dan menjadi coklat muda, lalu didinginkan sambil dialiri CO2. Selanjutnya medium dimasukkan ke dalam tabung

Hungate masing-masing sebanyak 5 ml yang sebelumnya telah diisi agar Bacto sebanyak 0.15 g, kemudian medium disterilkan dalam autoclave (suhu 121ºC, 15 menit, tekanan 1.2 Kgf cm-3). Medium yang siap digunakan untuk pembiakan bakteri, dimasukkan ke dalam penangas air (suhu 47ºC). Populasi bakteri dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

n = jumlah koloni yang terdapat pada tabung seri pengenceran ke-x Perhitungan Populasi Protozoa

Perhitungan populasi protozoa menggunakan metode Ogimoto dan Imai (1981). Perhitungan populasi protozoa dilakukan dengan meneteskan sampel (2 tetes) yang telah dicampur dengan larutan garam formalin (TFBS) dengan rasio 1:1 pada counting chamber (haemacytometer). Larutan TFBS dibuat dari campuran formalin 4% ditambah larutan garam NaCl fisiologis 0.9% dalam 100 ml larutan. Protozoa yang dihitung adalah total dari protozoa yang terdapat dalam counting chamber dengan ketebalan 0.1 mm, luas kotak terkecil 0.0625 mm2 yang terdapat 16 kotak dan jumlah kotak yang dibaca sebanyak 5 kotak. Perhitungan populasi protozoa dilakukan dengan mikroskop pada pembesaran 40 kali. Populasi protozoa dapat dihitung dengan rumus:

(16)

4

Protozoa .ml cairan rumen-1 = 1000 x FP x C 0.1 x 0.0625 x 16 x 5 AnalisisSintesis Protein Mikroba

Analisis sintesis protein mikroba dilakukan dengan metode Shultz dan Shultz (1969). Perhitungan protein yang berupa non protein nitrogen (NPN) diukur dengan menggunakan TCA dan SSA. Larutan yang akan digunakan dibuat dengan mencampurkan larutan TCA 20% dan larutan SSA 2% dengan proporsi 50:50. Sebanyak 1 ml cairan sampel hasil inkubasi dicampur dengan larutan TCA dan SSA, kemudian larutan ini dihomogenkan dengan vortex selama 2 menit. Larutan tersebut lalu disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Supernatan dibuang dan endapan ditambah dengan 3 ml aquadest, kemudian ditambahkan 6 ml campuran TCA-SSA. Campuran ini dihomogenkan lagi dengan vortex selama 2 menit, kemudian disentrifuse pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Supernatannya dibuang dan endapannya dianalisis dengan metode Kjehldal dan mikro.

Pengukuran NH3(Amonia)

Konsentrasi NH3 diukur dengan menggunakan metode Mikrodifusi Conway

(General Laboratory Procedure, Department of Dairy Science, University of Wisconsin 1966). Bibir dan tutup cawan Conway diolesi dengan vaselin.Sebanyak 1 ml supernatan diambil dan ditempatkan di salah satu ujung alur cawan Conway. Setelah itu 1 ml larutan Na2CO3 jenuh ditempatkan pada ujung lain cawan

Conway yang bersebelahan dengan supernatan (tidak boleh bercampur). Larutan asam borat berindikator warna merah sebanyak 1 ml larutan ditempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway. Cawan Conway lalu ditutup rapat hingga kedap udara, larutan Na2CO3 dicampur dengan supernatan hingga

merata dengan cara menggoyangkan dan memiringkan cawan tersebut. Setelah itu cawan dibiarkan dalam suhu kamar. Setelah 24 jam, tutup cawan dibuka, asam borat berindikator dititrasi dengan larutan H2SO4 0.005 N sampai terjadi

perubahan warna dari biru menjadi merah. Konsentrasi NH3 dihitung berdasarkan

rumus berikut:

( ) Pengukuran VFA

Konsentrasi VFA diukur dengan menggunakan Teknik Destilasi Uap (General Laboratory Procedure, Department of Dairy Science University of Wisconsin 1966). Supernatandiambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung destilasi. Larutan H2SO4 15% ditambahkan 1 ml, kemudian segera ditutup

dan dihubungkan labu pendingin.Segera setelah ditambahkan larutan H2SO4 ke

dalam supernatan, tabung destilasi dimasukkan ke dalam labu penyulingan yang berisi air mendidih (dipanaskan terus selama destilasi). Uap air panas akan mendesak VFA yang akan terkondensasi dalam pendingin. Cairan yang terbentuk ditampung dalam labu Erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0.5 N sampai mencapai 250 ml. Indikator pp ditambahkan sebanyak 2 tetes, larutan lalu dititrasi dengan HCl 0.5 N sampai warna titrat berubah dari merah jambu menjadi tidak berwarna. Rumus berikut digunakan untuk menghitung konsentrasi VFA:

(17)

5

( ) ( ) Keterangan :

a = volume titran blangko b = volume titran contoh

Pengukuran Koefisien Cerna Bahan Kering dan Bahan Organik

Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO) diukur dengan metode Tilley dan Terry (1963) yang dimodifikasi oleh Sutardi (1979). Proses fermentasi yang dilakukan untuk pengukuran KCBK dan KCBO sama seperti dalam proses fermentasi untuk mengukur fermentabilitas, hanya proses inkubasi dilakukan selama 24 jam. Setelah 24 jam proses fermentasi dihentikan dengan menambah larutan HgCl2 jenuh (2 tetes). Tabung fermentor

lalu disentrifuse (kecepatan 3000 rpm, 15 menit), supernatan lalu dibuang. Residu yang didapat lalu ditambahkan 20 ml larutan pepsin-HCl 0.2%. Campuran ini diinkubasi lagi selama 24 jam (39oC), sisa pencernaan disaring dengan kertas saring Whatman No. 41 (yang sudah diketahui bobotnya) dengan bantuan pompa vacuum. Residu yang diperoleh dikeringkan di dalam oven 105oC selama 24 jam untuk mengetahui bobot BK residu. Setelah ditimbang, sampel residu kemudian diabukan di dalam tanur 600oC selama 6 jam. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bobot abu dan bobot BO sampel residu. Penentuan BK, abu dan BO dari blanko dan bahan yang tidak difermentasi dilakukan dengan prosedur yang sama. Untuk menentukan KCBK dan KCBO dapat dihitung dengan rumus:

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

Analisis Data dan Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan untuk percobaan fermentabilitas ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 4 dengan 4 ulangan. Faktor A adalah pemberian ransum dengan rasio 60:40% antara jerami padi dan konsentrat: A1 = ransum perlakuan tanpa probiotik (kontrol), A2 = ransum A1 + probiotik padat (0.25% b.b-1), A3 = ransum A1 + probiotik padat (0.5% b.b-1). Faktor B adalah waktu inkubasi fermentasi in vitro :B1 = 0 jam, B2 = 1 jam, B3 = 2 jam dan B4 = 3 jam, cairan rumen dari empat ekor sapi potong digunakan sebagai ulangan atau kelompok. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan apabila menunjukkan perbedaan nyata dilanjutkan dengan dengan uji ortogonal polinomial (Steel dan Torrie 1993). Model matematik dari rancangan yang digunakan adalah:

(18)

6

Yijk = μ + τi + αj + ßk + αjßk + εijk

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan ke-j dan ke-kpada ulangan ke-i

µ = rataan umum

τi = pengaruh kelompok (cairan rumen) ke-i

αj = pengaruh faktor A (level probiotik yang diberikan) ke-j

ßk = pengaruh faktor B (lama waktu inkubasi) ke-k

αjßk = pengaruh interaksi faktor A ke-j dan faktor B ke-k

ijk = galat penelitian untuk kelompok ke-i, faktor A ke-j, dan faktor B ke-k

Rancangan percobaan yang digunakan untuk percobaan kecernaan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Model matematika dari rancangan adalah:

Yij = μ + αi + ßj+ εij Keterangan :

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = rataan umum αi = efek perlakuan ke-i

ßj = efek kelompok ke-j

εij = eror perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati yaitu konsentrasi NH3, konsentrasi VFA total,

populasi protozoa, populasi bakteri total, sintesis protein mikroba, koefisien cerna bahan kering (KCBK), dan koefisien cerna bahan organik (KCBO).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Probiotik

Probiotik adalah makanan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang berpengaruh positif bagi hewan inang dengan meningkatkan keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan tersebut (Amin 1997). Pada penelitian ini bahan aditif yang digunakan adalah probiotik padat, kandungan mikroba yang terdapat dalam probiotik padat antara lain terdiri dari Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium sp., Streptococcus thermophilus, dan Bacillus sp. yang merupakan jenis bakteri asam laktat (BAL). Probiotik dapat memproduksi bakteriosin untuk melawan patogen yang bersifat selektif hanya terhadap beberapa strain patogen. Probiotik juga memproduksi asam laktat, asam asetat, hidrogen peroksida, laktoperoksidase, lipopolisakarida, dan beberapa antimikrobial lainnya. Probiotik juga menghasilkan sejumlah nutrisi penting dalam sistem imun dan metabolisme induk semang, seperti vitamin B (asam pantotenat), piridoksin, niasin, asam folat, kobalamin, dan biotin serta antioksidan penting seperti vitamin K (Amin 1997).

(19)

7 Tabel 1 Jenis dan jumlah mikroba dalam probiotik padat dan cair

Jenis Hasil pengujian probiotik

Padat (cfu.g-1) Cair (cfu.ml-1)

Total plate count 3.9 x 108 1.5 x 1010

Lactobacillus acidophilus 7.2 x 109 1.1 x 1010 Bifidobacterium sp. 4.9 x 109 7.0 x 105 Streptococcus thermophilus 5.6 x 107 1.0 x 1010

Bacillus sp. 4.0 x 105 -

Sumber: Suryahadi dan Tjakradidjaja (2012) ; cfu = Colony Forming Units

Jumlah minimal strain probiotik yang ada dalam makanan adalah sebesar 106 cfu.g-1 atau jumlah strain probiotik yang harus dikonsumsi setiap hari sekitar 108 cfu.g-1, dengan tujuan untuk mengimbangi kemungkinan penurunan jumlah bakteri probiotik pada saat berada dalam saluran pencernaan (Shah 2007). Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa komposisi jumlah sel hidup masing-masing probiotik antara 107 sampai 109 cfu.ml-1. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa probiotik yang digunakan dalam penelitian ini sudah memenuhi syarat sebagai produk probiotik. Pemberian probiotik padat yang digunakan ada 2 taraf yang pertama yaitu sebesar 0.25% (b.b-1) dengan jumlah sel hidup menjadi 9.75x107 cfu.ml-1 dan taraf probiotik padat yang kedua sebesar 19.5x107 cfu.ml-1. Taraf probiotik padat tersebut berdasarkan dari jumlah TPC yang dihasilkan.Perbedaan taraf yang digunakan ini dimaksudkan untuk mencari persentase probiotik yang paling optimum untuk menekan populasi bakteri patogen yang ada dalam rumen dan untuk menstimulasi mikroba rumen dalam memfermentasi dan mencerna ransum sapi potong.

Konsentrasi NH3

Amonia (NH3) berfungsi sebagai pusat utama metabolisme nitrogen di

rumen yang merupakan hasil akhir dari fermentasi protein (Cheeke dan Dierenfeld 2010).Konsentrasi NH3 yang dihasilkan dari perlakuan penambahan probiotik

padat ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengaruh waktu inkubasi dan penggunaan probiotik padat terhadap konsentrasi amonia

Waktu Inkubasi (jam)

Penggunaan Ransum Perlakuan

Rataan ± SD A1 A2 A3 ---mM--- 0 3.02±0.94 4.18±0.29 3.81±1.22 3.67±0.82 1 3.51±2.94 3.52±0.63 3.70±0.68 3.58±0.76 2 2.94±0.61 2.77±0.59 3.72±0.95 3.14±0.72 3 2.74±0.63 3.03±0.48 3.07±0.96 2.94±0.69 Rataan ± SD 3.05±0.79 3.37±0.50 3.57±0.95 3.33±0.75

A1= Pakan kontrol, A2 = Pakan kontrol + 0.25 probiotik padat. A3 = Pakan kontrol + 0.5 probiotik padat

(20)

8

Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan probiotik padat dan kelompok tidak berpengaruh terhadap konsentrasi NH3 yang dihasilkan. Menurut

McDonald et al. (2002), konsentrasi optimum NH3 dalam rumen sebesar 6-21

mM, sedangkan konsentrasi NH3 yang dihasilkan dalam perlakuan hanya berkisar

3.05-3.33 mM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik padat sebanyak 0.25%-0.5% tidak efektif dalam meningkatkan konsentrasi NH3.

Hal ini didukung dengan pendapat Lee dan Salminen (2009) bahwa probiotik pada dosis 107 sampai 108cfu g-1 tidak dapat berkembangbiak, sedangkan probiotik padat yang digunakan pada penelitian ini yaitu 3.9 108 cfu.g-1. Hasil optimal didapatkan dengan menambahkan probotik padat sebanyak 1011 cfu.g-1 (Lee dan Salminen 2009).

Waktu inkubasi dari 0 sampai 3 jam tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi NH3 yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa waktu fermentasi

selama 0 sampai 3 jam memiliki hasil konsentrasi NH3 yang tidak berbeda, dan

perlakuan probiotik tidak dapat mempercepat pembentukan NH3 dalam rumen.

Konsentrasi VFA

Volatile fatty acid (VFA) merupakan energi yang berasal dari proses pencernaan karbohidrat dalam rumen yang terdiri dari asetat, propionat, butirat, valerat dan format (Schelgel 1994). Menurut Sutardi (1979), VFA berfungsi sebagai sumber energi bagi mikroba rumen dan merupakan sumber kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba.

Tabel 3 Pengaruh waktu inkubasi dan taraf penggunaan probiotik padat terhadap konsentrasi VFA

Waktu Inkubasi (jam)

Penggunaan Ransum Perlakuan

Rataan ± SD A1 A2 A3 ---mM--- 0 36.78±25.09 65.18±29.81 81.64±48.11 61.20±34.34 1 67.90±22.63 110.53±41.78 104.16±37.21 94.20±33.87 2 82.04±23.33 68.02±40.35 106.98±66.62 85.68±43.43 3 73.56±37.53 70.85±31.22 115.42±83.45 86.61±50.73 Rataan ± SD 65.07±27.15 78.65±35.79 102.05±58.84 81.92±40.59

A1= Pakan kontrol, A2 = Pakan kontrol + 0.25 probiotik padat. A3 = Pakan kontrol + 0.5 probiotik padat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi VFA dalam rumen tidak dipengaruhi secara nyata oleh penambahan probiotik padat dan lamanya waktu inkubasi.Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik padat pada dua taraf yaitu 0.25% dan 0.5% secara statistik belum memberikan efek terhadap produksi VFA yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Krisnan et al. (2009), penggunaan suplemen probiotik dengan katalitik sebesar 0.5% dan 1% dari konsentrat tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi VFA. Pola fermentasi dalam rumen dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain pakan basal, tipe karbohidrat pakan, tingkat konsumsi, frekuensi makan dan penggunaan aditif kimia (France dan Djikstra 2005).

(21)

9 Waktu inkubasi 0 sampai 3 jam menunjukkan hasil konsentrasi VFA yang tidak berbeda. Hal ini didukung dengan pendapat Hungate (1966) bahwa VFA naik pada jam ke-4 sampai ke-5 kemudian menurun lagi sampai jumah yang sama pada awal fermentasi. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian Saputra (2011), konsentrasi VFA tidak menunjukkan perbedaan pada waktu inkubasi 1 sampai 3 jam.

Bakteri Total

Mikroba dalam cairan rumen ada tiga macam yaitu: bakteri, protozoa dan fungi. Suwandi (1997) dalam penelitiannya menyebutkan, terdapat beberapa kelompok bakteri berdasarkan jenis bahan yang digunakan dan hasil akhir fermentasi yaitu: bakteri selulolitik, proteolitik, metanogenik, amilolitik dan bakteri pemanfaat gula.

Tabel 4 Pengaruh pemberian probiotik padat terhadap populasi bakteri total Waktu Inkubasi

(jam)

Penggunaan Ransum Perlakuan

Rataan ± SD

A1 A2 A3

---Log cfu.ml-1cairan rumen---

0 8.527±0.226 8.868±0.220 8.981±0.161 8.792±0.202 1 9.074±0.310 8.990±0.223 9.109±0.216 9.058±0.249 2 9.190±0.234 9.024±0.189 9.290±0.160 9.168±0.195 3 9.202±0.117 9.204±0.195 9.308±0.281 9.238±0.197 Rataan ± SD 8.998±0.222 9.022±0.207 9.172±0.204 9.064±0.211

A1= Pakan kontrol, A2 = Pakan kontrol + 0.25 probiotik padat. A3 = Pakan kontrol + 0.5 probiotik padat

Suplementasi probiotik padat (P<0.01) dan waktu inkubasi (P<0.01) sangat nyata mempengaruhi jumlah bakteri total, tetapi tidak dipengaruhi oleh interaksi kedua faktor. Pengaruh probiotik padat mengikuti persamaan linear Y = 1.297x + 8.650 dan R2 = 0.664 (Y merupakan populasi bakteri total dalam log cfu bakteri ml-1 cairan rumen dan X merupakan taraf pemberian probiotik padat), ini berarti probiotik padat mempengaruhi populasi total sebesar 66.4%. Pengaruh waktu inkubasi mengikuti persamaan linear (P<0.01) terhadap populasi bakteri total dengan persamaan Y = 0.1448X + 8.8469 dan R2 = 0.6194 (Y merupakan populasi bakteri total dalam log cfu bakteri ml-1 cairan rumen dan X merupakan waktu inkubasi), ini berarti waktu inkubasi mempengaruhi populasi bakteri total sebesar 61.94%.

Jumlah bakteri total dalam perlakuan penambahan probiotik padat lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang hanya berupa pakan kontrol saja, dan jumlahnya terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah probiotik yang ditambahkan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Kristina (2013) bahwa ransum kontrol dengan penambahan probiotik padat maupun cair menghasilkan jumlah bakteri total yang lebih banyak. Salah satu bakteri dalam probiotik padat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bifidobacterium sp.yang menurut Tamime et al. (2005) dapat menghasilkan beberapa vitamin B (folat, kobalamin,

(22)

10

riboflavin, dan tiamin) dan vitamin K2. Van Nevel dan Demeyer (1988)

menyatakan bahwa suplementasi tiamin dan niasin dapat meningkatkan sintesis mikroba rumen.

Lamanya masa inkubasi juga mempengaruhi jumlah bakteri total (P<0.01).Perlakuan penambahan probiotik padat menunjukkan rataan populasi bakteri total yang lebih besar pada waktu inkubasi 3 jam yaitu sebesar 9.238 log cfu.ml-1 cairan rumen. Hal ini diduga semakin meningkatnya waktu inkubasi, bakteri dalam probiotik semakin berkembang dan dapat menstimulasi perkembangan bakteri lain di dalam cairan rumen.Menurut Sutardi (1980), waktu inkubasi 3-4.5 jam merupakan puncak aktivitas mikroba cairan rumen dalam mendegradasi pakan. Sutardi (1980) juga menambahkan, waktu fermentasi (inkubasi) dalam rumen 3-4 jam setelah ternak diberi makan dapat dijadikan sebagai patokan dalam menentukan pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen. Hal ini didukung dengan pendapat Nsereko et al. (2002) yang menyebutkan bahwa ternak ruminansia 3-4.5 jam setelah makan, jumlah mikroba selain protozoa akanmeningkat.

Populasi Protozoa Total

Populasi protozoa total cairan rumen dalam penelitian ini berada pada kisaran 4 log sel.ml-1 cairan rumen atau 104sel.ml-1 cairan rumen. Saragi (2012) dalam penelitiannya menyebutkan protozoa mempunyai keterbatasan untuk mensuplai kebutuhan nutriennya, oleh karena itu sebagian besar protozoa memanfaatkan bakteri untuk memperoleh sumber nitrogen dan mengubah protein bakteri menjadi protein protozoa.

Tabel 5 Pengaruh pemberian probiotik padat terhadap populasi protozoa Waktu Inkubasi

(jam)

Penggunaan Ransum Perlakuan

Rataan ± SD

A1 A2 A3

---Log sel.ml-1 cairan rumen--- 0 4.136±0.466 3.948±0.087 4.284±0.450 4.123±0.334 1 4.126±0.181 4.085±0.242 4.194±0.298 4.120±0.240 2 3.757±0.243 4.282±0.334 4.254±0.307 4.098±0.295 3 3.992±0.230 3.856±0.693 4.329±0.315 4.059±0.413 Rataan ± SD 4.003±0.280 4.043±0.339 4.254±0.342 4.100±0.320

A1= Pakan kontrol, A2 = Pakan kontrol + 0.25 probiotik padat. A3 = Pakan kontrol + 0.5 probiotik padat

Hasil penelitian menunjukkan penambahan probiotik padat mampu meningkatkan populasi protozoa total dalam cairan rumen. Meskipun tidak berbeda secara statistik namun pakan dengan penambahan probiotik padat menunjukkan populasi protozoa total yang lebih tinggi. Hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan penambahan probiotik padat taraf 0.5% yaitu sebesar 4.254 log sel.ml-1 cairan rumen, pada taraf 0.25% diperoleh hasil 4.043 cfu.ml-1 cairan rumen.Kamra (2005) menyatakan kisaran normal rataan protozoa pada ternak

(23)

11 ruminansia adalah 104-106 log sel.ml-1cairan rumen. Menurut Hobson dan Stewart (1997), sifat protozoa yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutriennya sendiri membuat protozoa memangsa bakteri dan bersifat proteolisis, namun disamping itu protozoa berperan dalam proses pencernaan nutrient di dalam rumen. Protozoa berperan dalam pola fermentasi rumen dengan cara mencerna partikel-partikel pati, selain itu protozoa juga memangsa bakteri untuk memperoleh sumber nitrogen dan mengubah protein bakteri menjadi protein protozoa. Eugene et al. (2004) menyatakan bahwa keberadaan protozoa dalam rumen lebih banyak merugikan. Apabila populasi protozoa ditekan, maka kemampuan bakteri rumen dalam mendegradai serat juga akan meningkat, sehingga kecernaan serat dan pemanfaatan pakan akan meningkat dan selanjutnya pertumbuhan ternak dapat ditingkatkan (Wina et al. 2005).

Lamanya waktu inkubasi tidak mempengaruhi populasi protozoa total dalam cairan rumen, sehingga memberikan kesempatan bagi bakteri untuk hidup dan tumbuh pada waktu 0 sampai 3 jam inkubasi. Hal ini terbukti dari jumlahbakteri total yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya taraf pemberian probiotik padat dan lama waktu inkubasi.

Sintesis Protein Mikroba

Bakteri menggunakan NH3 untuk mensintesis proteinnya. Pemanfaatan

sumber nitrogen bukan protein untuk mensintesis protein mikroba akan terjadi jika sumber energi yang mudah terfermentasi tersedia (Khampa dan Wanapat 2006). Efek penambahan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap sintesis protein mikroba dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Penggunaan probiotik padat terhadap sintesis protein mikroba

Waktu Inkubasi (jam)

Penggunaan Ransum Perlakuan

Rataan ± SD A1 A2 A3 ---mg N.g-1BOTC--- 0 420.29±138.75 364.76±159.96 406.23±81.83 397.09±126.85 1 479.90±247.18 442.90±168.54 527.37±296.20 483.39±237.31 2 313.18±22.70 377.28±37.24 363.48±82.23 351.31±47.39 3 749.66±798.87 474.97±207.41 395.07±132.54 539.90±379.61 Rataan ± SD 490.76±301.87 414.98±143.29 423.04±148.20 442.92±197.79

A1= Pakan kontrol, A2 = Pakan kontrol + 0.25 probiotik padat. A3 = Pakan kontrol + 0.5 probiotik padat

Sintesis protein mikroba tidak dipengaruhi oleh perlakuan taraf penambahan probiotik padat dan waktu inkubasi, serta tidak ada interaksi diantara kedua perlakuan. Hal ini diduga proses fermentabilitas karbohidrat selama percobaan berjalan lambat, karena menurut Khampa dan Wanapat (2006), jumlah dan kecepatan degradasi karbohidrat dengan protein yang sinergis dan cocok dengan ekologi dalam rumen akan meningkatkan efisiensi sintesis protein mikroba. Elihasridas (1995) juga menyebutkan bahwa tidak cukupnya energi yang tersedia akan menyebabkan kelebihan amonia sehingga tidak dapat dimanfaatkan

(24)

12

oleh mikroba rumen. Hal ini sejalan dengan penelitian Kristina (2013), ransum kontrol yang ditambah dengan probiotik padat sebanyak 0.25% belum mampu meningkatkan sintesis protein mikroba dalam rumen. Menurut Sutardi (1980), konsentrasi NH3 antara 4-12 mM optimal meningkatkan pertumbuhan

mikroorganisme rumen, namun dalam penelitian ini NH3 yang dihasilkan hanya

berkisar antara 3.05-3.57 mM. Faktor lain yang mempengaruhi sintesis protein mikroba adalah ketersediaan dan kecukupan berbagai mineral yang dibutuhkan oleh mikroba rumen, seperti S dan P (Pathak 2008). Menurut Saragi (2012), ketidaktersediaan maupun ketidakcukupan mineral S dan P dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan sel mikroba, dan membatasi aktivitas mikroba dalam memfermentasi dan mendegradasi pakan.

Kecernaan

Kecernaan pakan dinyatakan berdasarkan bahan kering (BK) dan bahan organik (BO) sebagai suatu koefisien atau persentase (%). Kecernaan dari bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) merupakan indikator derajat kecernaan pakan pada ternak untuk mengetahui manfaat pakan yang diberikan. KCBK dan KCBO dari perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 7 Pengaruh perlakuan terhadap rataan koefisien cerna bahan kering dan koefisien cerna bahan organik

Peubah Penggunaan Ransum Perlakuan

A1 A2 A3

---%---

KCBK 27.04±5.77 28.84±4.11 29.64±3.78

KCBO 26.71±5.16 28.03±3.49 29.16±3.44

A1= Pakan kontrol, A2 = Pakan kontrol + 0.25 probiotik padat. A3 = Pakan kontrol + 0.5 probiotik padat

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian probiotik padat pada taraf 0.25% dan 0.5% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai KCBK.Rendahnya kecernaan dalam percobaan diduga disebabkan komponen serat kasar (SK) jerami padi yang tinggi. Menurut Rinduwati dan Ismartoyo (2002), kandungan lignin dalam pakan dapat menyebabkan pemanfaatan selulosa dan hemiselulosa menjadi terbatas yang menyebabkan daya cerna pakan rendah. Kandungan SK, selulosa, dan lignin jerami padi sebesar 35.1%, 33.0%, dan 6.95% (Sofyan et al.2004). Nilai kecernaan terus meningkat seiring dengan meingkatnya taraf pemberian probiotik padat, hal ini menunjukkan bahwa penambahan probiotik padat mampu meningkatkan nilai cerna meskipun dalam percobaan ini tidak berbeda secara signifikan. Probiotik yang ditambahkan mengandung bakteri asam laktat yang dapat membantu meningkatkan kecernaan bahan kering pakan, selain itu kemampuan bakteri asam laktat dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen menyebabkan populasi bakteri dalam rumen meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan Septiani (2013), bahwa nilai kecernaan bahan kering pakan dengan penambahan probiotik padat 0.25% dan probiotik cair 0.5% memberikan hasil yang tidak signifikan.

(25)

13 Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO) dipengaruhi secara nyata (P<0.05) oleh penambahan probiotik padat. Nilai KCBO tertinggi terdapat pada perlakuan A3 yaitu pakan kontrol dengan penambahan probiotik padat sebanyak 0.5%. asam organik yang dihasilkan melalui aktifitas bakteri dalam probiotik dapat menghambat kerja bakteri patogen, sehingga perkembangan dan aktivitas mikroba rumen akan meningkat (Surung 2008). Semakin meningkatnya aktivitas mikroba rumen maka kemampuan bakteri tersebut dalam mendegradasi pakan juga akan meningkat. Hasil uji ortogonal polinomial menunjukkan bahwa dengan meningkatnya taraf pemberian probiotik padat (0%, 0.25% dan 0.5%) akan meningkatkan KCBO secara linear (P<0.05) dengan persamaan Y = 1.5342X + 24.894 dan R2 adalah 0.9991 (Y merupakan % KCBK, X merupakan taraf probiotik padat (%), R2 adalah korelasi antara X dan Y).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan probiotik padat ke dalam pakan efektif dalam meningkatkan populasi bakteri total, protozoa dan kecernaan organik. Penggunaan probiotik padat sebanyak 0.50% memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan sebanyak 0.25%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan taraf probiotik padat yang lebih tinggi untuk mendapatkan taraf yang paling optimal. Selain itu aplikasi percobaan in vivo perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh manfaatnya secara langsung pada ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Amin M. 1997. Pengaruh penggunaan Saccharomyces cerevisae dan Aspergillus oryzae dalam ransum pada populasi mikroba, aktivitas fermentasi rumen, kecernaan dan pertumbuhan sapi perah dara. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Konsumsi Protein menurut Kelompok Makanan 2010, 2011 dan 2012. [diunduh 2013 Mei 20]; http://www.bps.go.i d/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=05&notab=4.

Cheeke PR, Dierenfeld ES. 2010. Comparative Animal Nutrition and Metabolism.Wallingford (US). CABI Pr.

Estrada A. 1997. Advances in Feed Products through Probiotics. Feed Notes. A Publication of The Prairie Feed Resource Center. Canada (CA):

(26)

14

Elihasridas. 1995. Pengaruh penggunaan ubi jalar-urea kompleks terhadap biosintesis protein mikroba rumen. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Eugene M, Archimede H, Doreau BM, Fonty G. 2004. Effects of defaunation on microbial activities in the rumen of rams consuming a mixed diet (fresh Digitaria decumbens grass and concentrate). Anim. Res. 53: 187-200.

France J, Dijkstra J. 2005. Volatille fatty acid production. In: J Dijkstra, JM Forbes and J France (Eds). Quantitative Aspect for Ruminant Digestion and Metabolism. 2nd Ed. London (GB): CABI Publishing.

[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization/World Health Organization. 2000. Guidelines for the Evaluation of Probiotics in Food. London, Ontario, Canada: FAO/WHO.

Hobson PN, Stewart CS. 1997. The Rumen Microbial Ecosystem. London (GB): Blackie Academic and Professional.

Hungate RE. 1966. The Rumen and Its Microbes. London (GB). Academic Pr. Kamra DN. 2005. Rumen microbial ecosystem. IVRI. 89(1): 124-135.

Khampa S, Wanapat M. 2006. Suplementasi levels of concentrate containing high levels of cassava chip on rumen ecology and microbial protein synthesis ini cattle. Pak J Nutri. 5: 501-506.

Krisnan R, Haryanto B, Wiryawan KG. 2009. Pengaruh kombinasi penggunaan probiotik mikroba rumen dengan suplemen katalitik dalam pakan terhadap kecernaan dan karakteristik rumen domba. Bogor (ID): Balitnak. JITV. 14(4): 262-269.

Kristina D. 2013. Kinetika fermentasi dan kecernaan in vitro ransum sapi potong yang disuplementasi probiotik padat dan cair. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Lee YK, Salminen S. 2009. Handbook of Probiotics and Prebiotics. 2nded. New Jersey (US): John Wiley and Sons.

McDonald P, Edward RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. New York (US): Ashford Colour Pr.

Nsereko VL, Beauchemin KA, Morgavi DP, Rode LM, Furtado AF, McAllister T, Iwaasa. 2002. Effect of a fibrolytic enzyme preparation from Trichoderma longibrachiatum on the rumen microbial population of dairy cows. J Microbiol 48: 14-20.

Ogimoto K, Imai S. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Tokyo (JP): Japan Scientific Societies Pr.

Pathak AK. 2008. Vairous factors affecting microbial protein synthesis in the rumen. WVA 1(6): 186-189.

Rinduwati, Ismartoyo. (2002). Karakteristik degradasi beberapa jenis pakan (in sacco) dalam rumen ternak kambing. Bulmater. 31: 1 – 14.

Saputra J. 2011. Kajian in vitro fermentasi dan kecernaan ransum berbasis jerami padi yang dioptimalkan dengan penggunaan suplemen kaya nutrien [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Saragi MP. 2012. Perbaikan mutu biomineral cairan rumen dengan penambahan mineral makro terhadap aspek populasi bakteri dan protozoa rumen [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

(27)

15 Septiani R. 2013. Efek taraf protein dan suplementasi probiotik terhadap fermentabilitas dan kecernaan ransum sapi potong in vitro[skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Shah, N. P. 2007. Functional cultures and health benefits. Int. Dairy J. 17: 1262-1277

Shultz TA, Shultz E. 1969. Estimation of rumen microbial nitrogen by three analytical methods. J Dairy Sci. 53: 781-784.

Sofyan L, Aboenawan AL, Laconi EB, Hasjmi AD, Ramli N, Ridla M, Lubis AD. 2004. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Diktat Kuliah.Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi ketiga. M Syah, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Surung MY. 2008. Pengaruh dosis EM-4 dalam air minum terhadap berat badan ayam buras. J Agri 4(2): 25-30.

Suryahadi, Tjakradidjaja A. 2012. Pengujian mutu dan efikasi probiotik biofeed dan turrimavita [Laporan Penelitian]. Bogor (ID): Centras, LPPM Institut Pertanian Bogor.

Sutardi T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Prosiding Seminar dan Penunjang Peternakan. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID): Lembaga Penelitian Peternakan. Sutardi T. 1980. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu

Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suwandi. 1997. Peranan mikroba rumen pada ternak ruminansia. Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti tahun 1997. [Tanggal 15-16 Desember 1997]. Puslitbang Peternakan Bogor. Pp.: 13 – 15.

Tamime AY, Saarela M, Sondergaard AK, Mistry VV, Shah NP. 2005. Production and maintenance of viability of probiotic micro-organisms in dairy products. Oxford (GB): Blackwell Publishing.

Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two-stage tehnique for the in vitro digestion of forage crops. J Br Grassl Soc 18: 104-111.

Van Nevel CJ, Demeyer DI. 1988. Manipulation of rumen fermentation. In: Hobson PN. The Rumen Microbial Ecosystem. London (GB) and New York (US): Elsevier App Sci. Hlm.387-444.

Wina SM, Hoffman EM, Makkar HPS, Becker K. 2005. Saponins containing methanol extract of sapindus rarak affect microbial fermentation, microbial activity and microbial community structure in vitro. Anim Feed Sci Technol 121: 59-174.

Xuan ZN, Kim JD, Neo KN, Jung JH, Lee JH, Han YK, Kim YY,Han IK. 2001. Study on development of a probiotics complexfor weaned pigs. Asian - Aust. J Anim. Sci. 14(10): 1425-1428.

(28)

16

Lampiran 1 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap konsentrasi amonia SK Db JK KT Fhit F0.01 F0.05 Kelompok 3 4.342 1.447 2.516 4.437 2.892 ns Perlakuan 11 9.576 0.871 1.514 2.840 2.093 ns A 2 2.222 1.111 1.932 5.312 3.285 ns B 3 4.342 1.447 2.516 4.437 2.892 ns AB 6 3.012 0.502 0.873 3.406 2.389 ns Galat 33 18.979 0.502 Total 47 31.829 0.677

ns menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05), * menunjukkan perbedaan yang nyata

(p<0.05), ** menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0.01); SK: sumber keragaman, Db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F.

Lampiran 2 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap konsentrasi VFA total

SK Db JK KT Fhit F0.01 F0.05 Kelompok 3 7162.733 2387.578 1.248 4.437 2.892 ns Perlakuan 11 23854.786 2168.617 1.134 2.840 2.093 ns A 2 11198.368 5599.184 2.927 5.312 3.285 ns B 3 7393.474 22464.491 1.288 4.437 2.892 ns AB 6 5262.944 877.157 0.458 3.458 2.389 ns Galat 33 63132.378 1913.102 Total 47 94149.897 2003.189

ns menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05), * menunjukkan perbedaan yang nyata

(p<0.05), ** menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0.01); SK: sumber keragaman, Db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F.

Lampiran 3 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap populasi protozoa total

SK Db JK KT Fhit F0.01 F0.05 Kelompok 3 3.348 1.116 27.047 4.437 2.892 ** Perlakuan 11 1.114 0.101 2.445 2.840 2.093 * A 2 0.392 0.196 4.750 5.312 3.285 * B 3 0.050 0.017 0.401 4.437 2.892 ns AB 6 0.673 0.112 2.717 3.406 2.389 * Galat 33 1.362 0.041 Total 47 5.824 0.124

ns menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05), * menunjukkan perbedaan yang nyata

(p<0.05), ** menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0.01); SK: sumber keragaman, Db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F.

(29)

17 Lampiran 4 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi

terhadap populasi bakteri total

SK Db JK KT Fhit F0.01 F0.05 Kelompok 3 0.687 0.229 7.510 4.437 2.892 ** Perlakuan 11 2.030 0.185 6.054 2.840 2.093 ** A 2 0.284 0.142 4.650 5.312 3.285 * Linear 1 0.241 0.241 7.892 7.471 4.139 ** Kuadratik 1 0.043 0.043 1.408 7.471 4.139 ns B 3 1.380 0.460 15.088 4.437 2.892 ** Linear 1 1.257 1.257 41.249 7.471 4.139 ** Kuadratik 1 0.115 0.115 3.757 7.471 4.139 ns Kubik 1 0.008 0.008 0.257 7.471 4.139 ns AB 6 0.367 0.061 2.006 3.406 4.139 ns Galat 33 1.006 0.030 Total 47 3.723 0.079 ns

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05), * menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05), ** menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0.01); SK: sumber keragaman, Db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F.

Lampiran 5 Hasil uji ortogonal polinomial perlakuan probiotik padat terhadap populasi bakteri total

Jumlah Perlakuan Ordo Polynomial A1 A2 A3 C Q JK 143.975 144.348 146.750 3 Linear -1 0 1 2.775 2 0.241 Kuadratik 1 -2 1 2.030 6 0.043 Total JK perlakuan 0.284

A1 = pakan kontrol, A2 = pakan kontrol + probiotik 0.25%, A3 = pakan kontrol + probiotik 0.5%

Lampiran 6 Hasil uji ortogonal polinomial perlakuan waktu inkubasi terhadap bakteri total Jumlah Perlakuan Ordo Polynomi al B1 B2 B3 B4 C Q JK 105.50 108.61 110.01 110.85 4 Linear -3 -1 1 3 17.372 20 1.257 Kuadratik 1 -1 -1 1 -2.345 4 0.115 Kubik -1 3 -3 1 1.371 20 0.008 Total JK Perlakuan 1.380

B1 = waktu inkubasi 0 jam, B2 = waktu inkubasi 1 jam, B3 = waktu inkubasi 2 jam, B4 = waktu inkubasi 3 jam.

(30)

18

Lampiran 7 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap sintesis protein mikroba

SK Db JK KT Fhit F0.01 F0.05 Kelompok 3 394307.083 131435.694 1.797 4.437 2.892 ns Perlakuan 11 565289.951 51389.996 0.702 2.840 2.093 ns A 2 55433.574 27716.787 0.379 5.312 3.285 ns B 3 258414.348 86138.116 1.177 4.437 2.892 ns AB 6 251442.029 41907.005 0.573 3.406 2.389 ns Galat 33 2414335.739 73161.689 Total 47 3373932.773 71785.804 ns

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05), * menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05), ** menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0.01); SK: sumber keragaman, Db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F.

Lampiran 8 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap koefisien bahan kering

SK Db JK KT Fhit F0.01 F0.05 Kelompok 3 182.331 60.777 18.339 9.780 4.757 ** Perlakuan 2 18.524 9.262 0.816 10.925 5.143 ns Galat 6 19.884 3.314 Total 11 210.450 19.132 ns

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05), * menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05), ** menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0.01); SK: sumber keragaman, Db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F.

Lampiran 9 Hasil ANOVA perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap koefisien bahan organik

SK Db JK KT Fhit F0.01 F0.05 Kelompok 3 142.585 47.528 32.501 9.780 4.757 ** Perlakuan 2 18.847 9.424 6.444 10.925 5.143 * Linear 1 18.831 18.831 12.877 13.745 5.987 * Kuadratik 1 0.016 0.016 0.011 13.745 5.987 ns Galat 6 8.774 1.462 Total 11 170.206 15.473

ns menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05), * menunjukkan perbedaan yang nyata

(p<0.05), ** menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0.01); SK: sumber keragaman, Db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F.

Lampiran 10 Hasil uji ortogonal polinomial perlakuan probiotik padat dan waktu inkubasi terhadap koefisien bahan organik

Jumlah Perlakuan Ortogonal Polinomial A1 A2 A3 c Q JK 105.815 111.642 118.089 3 Linear -1 0 1 12.274 2 18.831 Kuadratik 1 -2 1 0.620 6 0.016 Total JK Perlakuan 18.847

(31)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, DKI Jaya pada tanggal 9 Februari 1992. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Daelami dan Ibu Nuraini. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDS Pelita pada tahun 1997-2003. Pendidikan dilanjutkan di SMP Islam Assalam hingga tahun 2006 dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMA Negeri 49 Jagakarsa.

Penulis diterima di IPB pada tahun 2009 melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi UKM karate IPB pada tahun 2011-2012 dan penulis pernah menjadi Staf Divisi Keilmuan dan Teknologi di Himpunan Mahasiswa Nutrisi Makanan Ternak (HIMASITER) periode 2012/2013.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Anita S Tjakradidjaja MrurSc selaku dosen pembimbing skripsi dan Dr Ir Jajat Jachja F.A MAgr selaku pembimbing akademik dan juga pembimbing skripsi atas segala bimbingan, dukungan, sumbangan ide dan materi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Didid Diapari, MS sebagai dosen pembahas seminar yang dilaksanakan pada 13 juni 2013 sekaligus penguji sidang dan Ir Hj Komariah, MSi sebagai dosen penguji sidang yang dilaksanakan pada 8 Mei 2014, kepada Ibu Dian dan Ibu Adriani atas bimbingannya selama penelitian berlangsung. Terima kasih penulis sampaikan kepada Pusat Studi Hewan Tropika, Centras, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan bantuan berupa sampel probiotik padat. Penghargaan penulis sampaikan khususnya kepada Reisha Septiani, M Ichsan Almai, A Fichar dan Debora Kristina selaku teman penelitian atas semua dukungan dan doa selama penelitian ini. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada Retno Palupy atas bantuan yang sangat berarti selama penelitian, serta seluruh keluarga INTP 46 dan sahabat-sahabat penulis Jody, Rama, Irfan, Galib, Dyah, Jesicca, Widya, Zhudan, Joe, Yudha, Agung, Henry, Ilham, dan Adhe. Ungkapan terima kasih sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada Abi, Umi, Bilqis, Faqih, Syahla serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan moril dan kasih sayangnya.

Gambar

Tabel 2  Pengaruh waktu inkubasi dan penggunaan probiotik padat terhadap   konsentrasi amonia
Tabel 3 Pengaruh waktu inkubasi dan taraf penggunaan probiotik padat                    terhadap konsentrasi VFA
Tabel 4  Pengaruh pemberian probiotik padat terhadap populasi bakteri total  Waktu Inkubasi
Tabel 5 Pengaruh pemberian probiotik padat terhadap populasi protozoa  Waktu Inkubasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kompensasi yang sesuai dan pemunculan whistleblower terhadap pengungkapan kecurangan pada organisasi..

Setelah mendapat penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian RAHMADIAH FITRI dengan judul

Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W2, 2013 XXIV International CIPA Symposium, 2 – 6 September 2013,

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena menjelaskan tentang “Pendayagunaan Dana Zakat melalui

Menurut Gazaniga, dkk (2007) individu dengan harga diri yang tinggi mampu menilai dirinya dan kemampuannya. Individu yang tidak mampuan dalam mengukur dan

ditarik suatu gambaran umum mengenai tahap moral judgement pada mahasiswa yang sudah dan belum melakukan hubungan seksual yang tinggal di tempat kos pada

[r]